sistem tht
TRANSCRIPT
-
5/20/2018 Sistem Tht
1/28
1
SISTEM THT (POLIP)
Disusun Oleh :
1. RISCHI PRATAMA 6. SEPRIZAL
2. PANGESTU CHAESAR S 7. IKA SAFITRI
3. WIA NURSYIFA 8. RIMA SAGITARIZA
4. NURAZIZAH
KELAS : II.B KEPERAWATAN
KELOMPOK 5
MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
T A N J U N G P I N A N G
2013
-
5/20/2018 Sistem Tht
2/28
2
SISTEM THT (POLIP)
Disusun Oleh :
1. RISCHI PRATAMA 6. SEPRIZAL
2. PANGESTU CHAESAR S 7. IKA SAFITRI
3. WIA NURSYIFA
4. NURAZIZAH
KELAS : II.B KEPERAWATAN
KELOMPOK 5
MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
T A N J U N G P I N A N G
2013
-
5/20/2018 Sistem Tht
3/28
3
KATA PENGANTAR
assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Alhamdullillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT., akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul SISTEM THT (POLIP) untuk para pembaca, yang
bertemakan Penyakit yang berhubungan dengan system pernapasan
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat tugas kelompokmatakuliah Dokumentasi Keperawatan kelas II.B Keperawatan.
Dalam hal ini hasil penulisan makalah ini, penulis dapat memilih judul yang berkaitan
hasil pembelajaran dan informasiinformasi yang didapat penulis. Dengan mengambil judul
ini karena objek penulisan.
Peningkatan kualitas yang maksimal ini dengan menyampaikan hasil yang lebih
efektif telah penulis lakukan melalui perantara buku, media cetak, dan media elektronik.
Makalah ini juga memuat halhal baru.
Dalam membuat makalah ini, penulis lebih banyak mendapatkan bimbingan informasi
dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan, maka pada
kesempatan ini penulis ingn menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada :
1. Ibu Herlina S.Kep selaku dosen mata kuliah Dokumentasi keperawatan yang telah
memberikan materi dengan baik sehingga pelaksanaan makalah ini berjalan dengan
baik.
2. dan segenap kawankawan kelas 2B. Keperawatan, yang telah dapat berdiskusi dan
bertukar pikiran dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulis mengharapakan adanya krititk dan saran yang bersifat membangun untuk
-
5/20/2018 Sistem Tht
4/28
4
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.
Pemikiran usaha yang penulis lakuakan untuk memberikan yang terbaik kepada
pengguna makalah ini, semoga makalah ini dapat memuaskan pengguna, baik temanteman,
saudarasaudara, maupun pihak lain.
Semoga Allah SWT yang maha segalanya mebalas budi baik semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, akhir kata dan melindungi setiap
langkah kita menuju kebenaran.
Tanjungpinang, Oktober 2013
Tim Penulis
-
5/20/2018 Sistem Tht
5/28
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penciuman. Jika
hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti
pernapasan dan penciuman.
Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang
bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya
licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan.
Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
jadi polip hidung adalah pembengkakan mukosa hidung yang terisi cairan interselular
yang terdorng ke dalam rongga hidung oleh gaya berat (R. Pracy,1983). Penyebab : polip
hidung biasanya terbentuk sebagai akibat hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa
hidung, polip biasanya di temukan pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak anak
(Subhan,S.Kep.,2003).
Penatalaksanaan : polip yang masih kecil dapat diobati kortikosteroid
baik localmaupun sistemik. Pada polip yang cukup besar dan persisten di lakukan tindakan
operatif berupa pengangkatan polip (polippectomy) (Subhan,S.Kep.,2003).
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak
sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan
kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya
polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang
tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi
masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada
penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama
ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki laki, dimana rasio antara lakilaki
dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras. Prevalensi
polip hidung dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa (Hosemann, 1994) dan 4,3% di
-
5/20/2018 Sistem Tht
6/28
6
Finlandia (Hedman, 1999). Jarang ditemukan pada anak- anak. biasanya polip hidung
ditemukan pada umur 20 tahun.
Oleh karena itu, penting bagi perawat dan mahasiswa perawat untuk mendalami
segala hal tentang polip. Sehingga nantinya bisa ditegakkan diagnosa yang tepat, beserta
asuhan keperawatan yang akan diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana konsep polip?
1.2.2. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien yang menderita polip?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada
penderita polip.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.1. Mengidentifikasikan definisi dari polip
1.3.2. Mengidentifikasikan anatomi dan fisiologi organ penghidu
1.3.3 Mengidentifikasikan etiologi, patofisiologi, dan manifestasi polip serta
segala hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
1.3.4 Mengidentifikasikan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
penderita polip.
-
5/20/2018 Sistem Tht
7/28
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Polip hidung adalah massa lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat
dalam rongga gidung. Paling sering berasal dari sinus etmoid, multiple, dan bilateral.
Biasanya pada orang dewasa. Pada anak mungkin merupakan gejala kistik fibrosis.
Polip konka adalah polip hidung yang berasal dari sinus maksila yang keluar melalui
rongga hibung dan membesar di konka dan nasofaring. ( Mansoer ,1999)
Ada suatu tumbuhan di rongga hidung yang disebut polip hidung. Polip ialah suatu sumbatan,
tetapi sifatnya lain dari tumor. (Iskandar, 1993)
Polip hidung ialah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.(Endang, 2003)
Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi
akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak beningkarena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau
multipel, unilateral atau bilateral. (Anonim, 2010)
JENIS POLIP HIDUNG
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan
dinding sinus tulang pipi (maxilla).
2. Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi
rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung
bagian atas (etmoid).
-
5/20/2018 Sistem Tht
8/28
8
2.2. Etiologi
Terjadi akibat reaksi hipertensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip dapat
timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut.
Bila ada polip pada anak di bawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel
atau meningoensefalokel.
Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit
atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai
saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.
Polip disebabkan oleh reaksi alergi atau reaksi radang. Bentuknya bertangkai, tidak
mengandung pembuluh darah. Di hidung polip dapat tumbuh banyak, apalagi bila asalnya
dari sinus etmoid. Bila asalnya dari sinus maksila, maka polip itu tumbuh hanya satu, dan
berada di lubang hidung yang menghadap ke nasofaring (konka). Keadaan ini disebut polip
konka. Polip konka biasanya lebih besar dari polip hidung. Polip itu harus dikeluarkan, oleh
karena bila tidak, sebagai komplikasinya dapat terjadi sinusitis. Polip itu dapat tumbuh
banyak, sehingga kadang-kadang tampak hidung penderita membesar, dan apabila
penyebarannya tidak diobati setelah polip dikeluarkan, ia dapat tumbuh kembali. Oleh karena
itu janganlah bosan berobat, oleh karena seringkali seseorang dioperasi untuk menegluarkan
polipnya berulang-ulang.
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
a) Alergi terutama rinitis alergi.
b) Sinusitis kronik.
c) Iritasi.
d) Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
-
5/20/2018 Sistem Tht
9/28
9
2.3 Gejala Polip Hidung
Gejala Polip Hidung Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan
jika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan. Penderita
biasanya mengeluhkan hidung tersumbat, penurunan indra penciuman, dan gangguan
pernafasan. Akibatnya penderita bersuara sengau.
Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke
hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang
terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis.
Pengobatan Polip Hidung Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi polip dan
menghindari penyebab atau faktor pemicu terjadinya polip. Obat semprot hidung yang
mengandung corticosteroid kadang bisa memperkecil ukuran polip hidung atau bahkan
menghilangkan polip. Operasi dilakukan jika polip mengganggu pernafasan atau
berhubungan dengan tumor.
2.4. Patofisiologi
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf
otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bemstein, terjadi perubahan mukosa hidung
akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di
kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
pembentukan kelanjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel
epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.
Teori lain mengatakan karena ketidak seimbangan saraf vasomotor terjadipeningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan
dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan lama-lama
menjadi polip.
Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan
kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.
Histopatologi polip nasi Secara makroskopik polip merupakan massa dengan permukaan
licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna pucat keabu-abuan, lobular, dapat tunggal atau
-
5/20/2018 Sistem Tht
10/28
10
multipel dan tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat
tersebut disebabkan oleh sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau
proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang
sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung
jaringan ikat.
Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari tempat yang sempit di bagian atas hidung,
di bagian lateral konka media dan sekitar muara sinus maksila dan sinus etmoid. Di tempat-
tempat ini mukosa hidung saling berdekatan. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan
endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Dari penelitian Stammberger
didapati 80% polip nasi berasal dari celah antara prosesus unsinatus, konka media dan
infundibulum.
Ada polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip
koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip
antro-koana. Menurut Stammberger polip antrokoana biasanya berasal dari kista yang
terdapat pada dinding sinus maksila. Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari
sinus etmoid posterior atau resesus sfenoetmoid.
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal
yaitu epitel bertingkat semu bersilia denagn submukosa yang sembab. Sel-selnya terdiri dari
limfosit, sel plasma, eosinofil, netrofil dan makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet.
Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami
metaplasia epitel karena sering transisional, kubik atau gepeng berlapis keratinisasi.
Berdasarkan jenis sel peradanganya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe
eosinofilik dan tipe neutrofilik.
2.5. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip nasi adalah hidung tersumbat. Sumbatan ini
tidak hilang timbul dan makin lama makin memberat. Pada sumbatan yang hebat dapat
menyebabkan timbulnya gejala hiposmia bahkan anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus
paranasal, akan timbul sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rhinore. Bila penyebabnya
adalah alergi, maka gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung.
-
5/20/2018 Sistem Tht
11/28
11
Sumbatan hidung yang menetap dan semakin berat dan rinorea. Dapat terjadi sumbatan
hiposmia atau anosmia. Bila menyumbat ostium, dapat terjadi sinusitis dengan ingus purulen.
Karena disebabkan alergi, gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung.
Pada pemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau kuning kemerah-
merahan dalam kavum nasi. Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya
lunak, tidak nyeri bila ditekan, mudah berdarah, dan tidak mengecil pada pemakaian
vasokontriktor.
Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka hidung yang
menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaannya:
Polip Konka polipoid
Bertangkai Tidak bertangkai
Mudah digerakkan Sukar digerakkan
Tidak nyeri tekan Nyeri bila ditekan dengan pinset
Tidak mudah berdarah Mudah berdarah
Pada pemakaian
vasokonstriktor tidakmengecil
Dapat mengecil dengan vasokonstriktor
2.6. Pemeriksaan Fisik
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung
tampak mekar karena pelebar batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat
sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997),
Stadium 1 : polip masi terbatas di meatus medius
Stadium2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum
memenuhi rongga hidung
Stadium 3 : polip yang massif
-
5/20/2018 Sistem Tht
12/28
12
Pembagian polip nasi polip/ hidung
Grade 0 : Tidak ada polip
Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media
Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi belum
menyebabkan obstruksi total
Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total.
2.7. Pemeriksaan Diagnostik
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters,AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, tetapi
kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi computer (TK, CT scan) sangat
bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada
proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks ostiomeatal. TK
terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan terapi medikamentosa,
jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah
endoskopi.
2.7.1. Naso-endoskopi
Adanya fasilitas endoskop (teleskop) akan sangat membantu diagnosis kasus polip
yang baru. Polip stadium 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior
tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.Pada kasus polip koanal juga sering dapat
dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila
2.7.2. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, tetapi
sebenarnya kurang bermafaat pada kasus polip nasi karena dapat memberikan kesan positif
palsu atau negatif palsu, dan tidak dapat memberikan informasi mengenai keadaan dinding
lateral hidung dan variasi anatomis di daerah kompleks ostio-meatal. Pemeriksaan tomografi
komputer (TK, CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung
dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada
kompleks ostiomeatal. TK terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati
dengan terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan
tindakan bedah terutama bedah endoskopi. Biasanya untuk tujuan penapisan dipakai
potongan koronal, sedangkan pada polip yang rekuren diperlukan juga potongan aksial
-
5/20/2018 Sistem Tht
13/28
13
2.8. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi adalah menghilangkan keluhan-
keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.
Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi
medika mentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan
respons yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip
tipe neurotrofilik.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat
massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi)
menggunakan senar polip atau cumin dengan analgesic local, etmoidektomi intranasal atau
etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila.
Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan BSEF
(bedah Sinus Endoskopi Fungsional).
Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid sistemik
atau oral, misalnya prednisone 50mg/hari atau deksamentosa selama 10 hari kemudian
diturunkan perlahan. Secar local dapat disuntikkan ke dalam polip, misalnya triamsinolon
asetonid atau predsinolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara
topical sebagai semprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Bila sudah besar,
dilakukan ekstraksi polip dengan senar. Bila berualang dapat dirujuk untuk operasi
etmoidektomi intranasal atau ekstranasal
Pengobatan juga perlu ditunjukkan pada penyebabnya, dengan menghindari allergen
penyebab.
Ada tiga macam penanganan polip nasi yaitu :
a) Cara konservatif
b) Cara operatif
c) Kombinasi keduanya.
Cara konservatif atau menggunakan obat- obatan yaitu menggunakan glukokortikoid
yang merupakan satu- satunya kortikosteroid yang efektif, terbagi atas kortikosteroid topical
dan kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid topical (long term topical treatment) diberikan
-
5/20/2018 Sistem Tht
14/28
14
dalam bentuk tetes atau semprot hidung tiak lebih dari 2 minggu. Kortikosteroid sistemik
(short term systemic treatment) dapat diberikan secara oral maupun suntikan depot. Untuk
preparat oral dapat diberikan prednisolon atau prednisone dengan dosis 60 mg untuk empat
hari pertama, selanjutnya ditappering off 5 mg/hr sampai hari ke-15 dengan dosis total 570
mg. Suntikan depot yang dapat diberikan adalah methylprednisolon 80 mg atau
betamethasone 14 mg setiap 3 bulan.
Cara operatif dapat berupa polipektomi intranasal, polipektomi intranasal dengan
ethmoidektomi, transantral ethomiodektomi dan sublabial approach (Caldweel-luc operation),
frontho-ethmoido- sphenoidektomi eksternal dan endoskopik polipektomi dan bedah sinus
2.9. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam
jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok
dan bahkan sleep apnea - kondisi serius nafas dimana akan stop dan start bernafas beberapa
kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab
penglihatan ganda/berbayang.
2.10. Prognosis
Prognosis dan perjalanan alamiah dari polip nasi sulit dipastikan. Terapi medis untuk
polip nasi biasanya diberikan pada pasien yang tidak memerlukan tindakan operasi atau yang
membutuhkan waktu lama untuk mengurangi gejala. Dengan terapi medikamentosa, jarang
polip hilang sempurna. Tetapi hanya mengalami pengecilan yang cukup sehingga dapat
mengurangi keluhan. Polip yang rekuren biasanya terjadi setelah pengobatan dengan terapi
medikamentosa maupun pembedahan.
-
5/20/2018 Sistem Tht
15/28
15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Anamnesa
Data demografi
Nama : Tn. RJ
Umur : 27 th
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : KawinAgama : islam
Suku bangsa : jawa
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : swasta
Alamat : Tugu Pahlawan No. 19 RT. 4 RW. 2
Dx medis : Polip
Riwayat penyakit sekarang : klien merasaan buntu pada hidung dan nyeri kronis pada hidung.
Keluhan utama: sulit bernapas.
a) Riwatan penyakit dahulu: Klien memiliki riwayat penyakit sinusitis, rhinitis alergi, serta
riwayat penyakit THT. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma. Selain itu, klien pernah menderita sakit gigi geraham.
b) Riwayat penyakit keluarga: -
c) Riwayat psikososial
- Intrapersonal : klien merasa cemas akibat nyeri yang kronis.
- Interpersonal : gangguan citra diri yang berhubungan dengan suara sengau akibat
massa dalam hidung.
-
5/20/2018 Sistem Tht
16/28
16
d) Pemeriksaan fisik persistem
1) B1 (breath): RR dapat meningkat atau menurun, terjadi perubahan pola napas akibat
adanya massa yang membuntu jalan napas, adanya suara napas tambahan seperti ronchi
akibat penumpukan secret, serta terlihat adanya otot bantu napas saat inspirasi
2) B2 (blood): -
3) B3 (brain): adanya nyeri kronis akibat pembengkakan pada mukosa, gangguan
penghidu atau penciuman
4) B4 (bladder): terjadi penurunan intake cairan
5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, klien terlihat lemas
6) B6 (bone): -
3.2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: nafsu makan
berkurang
DO: berat badan turun,
porsi makan tidak habis
Polip
Penurunan indera penciuman
Gangguan
persepsi
sensori:
penciuman
2 DS: klien merasa ada
sumbatan di hidung
DO : RR 24 x/menit, pola
nafas tidak teratur, terlihat
adanya otot bantu napas
saat inspirasi, adanya
suara napas tambahan
(ronchi)
Adanya masa
aliran/drainase sekret tertahan
Hidung tersumbat
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
3. DS:klien merasa lemas,
nafsu makan turun.
DO:kurus, BB menurun
(dari 65 kg menjadi 61
kg), albumin
-
5/20/2018 Sistem Tht
17/28
17
memerah pada anak-anak,
lapisan subkutan tipis.
4. DS: klien merasa lemas
DO: mukosa mulutkering, penurunan turgor
kulit.
Hidung tersumbat
Menghambat
drainase paranasal
Secret terakumulasi
dalam sinus
Tempat yang untuk
pertumbuhan kuman
Menekan jaringan
disekitar
Penurunan O2 ke
aringan sekitar
Hipoksia jaringan
Iskemik
Kerusakan jaringan
Tempat masuk kuman
Resiko infeksi
5 DS: laporan keluarga
terhadap adanya
perubahan pola interaksi
pasien , ketidaknyamanan
terhadap situasi sosial
DO: teramati pada pasien
adanya kegagalan
perilaku interaksi sosial
Hidung tersumbat
Suara sengau
Hambatan
interaksi
6 DS: klien gelisah
DO: RR meningkat
Pelebaran batang hidung
Nyeri
Gelisah
Ansietas
7 DS: klien mengeluh nyeri
kadang kadang saat
Adanya mukosa/ pelebaran batang hidung Nyeri kronis
-
5/20/2018 Sistem Tht
18/28
18
bernafas
DO: skala nyeri 4,adanya
peradangan mukosa
hidung
Nyeri pada hidung
Infeksi
3.3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: pembau/penghidu
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
4. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret5. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
6. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
7. Nyeri kronis b.d penekanan [polip pada jaringan sekitar
3.4. Intervensi dan Rasional
Gangguan perseopsi sensori pembau/penghidu
Tujuan : mengembalikan fungsi penciuman ke normal
Kriteria Hasil : individu akan mendemonstrasikan penurunan gejala beban sensori
berlebih yang ditandai dengan penurunan persepsi penciuman
INTERVENSIRASIONAL
Anjurkan klien untuk mengubah
posisi secara sering,meskipun hanya
mengangkat satu sisi tubuh dengan
sedikit berulang
Rujuk ke perubahan proses pola
berpikir yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengevaluasi
realitas untuk mengetahui intervensi
tambahan
Dengan meningkatkan stimulus
sensori yang bervariasi hal ini dapat
-
5/20/2018 Sistem Tht
19/28
19
membantu mencegah perubahan
akibat kemunduran sensori yang lain
Dengan terlebih dahulu menjelaskan
tentang stimulus sensori yang akan
dialami individu, kondisi distress,
tekanan dan konfusi akan berkurang
Kualitas/kuantitas input sensori
berkurang akibat
immobilitas/pengurangan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya massa dalam hidung
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 1015 menit setelah
dilakukan tindakan.
Kriteria Hasil :
- RR normal (1620 x/menit)
- Suara napas vesikuler
- Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu pernapasan
- Saturasi oksigen 100%
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
Observasi RR tiap 4 jam, bunyi
napas, kedalaman inspirasi, dan
gerakan dada Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior
Pantau status oksigen pasien
Mandiri :
Berikan posisi fowler atau
Rasional:
Mengetahui keefektifan pola napas
Mengetahui adanya penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
Mencegah terjadinya sianosis dan
keparahan
Mencegah obstruksi/aspirasi, danmeningkatkan ekspansi paru
-
5/20/2018 Sistem Tht
20/28
20
semifowler tinggi
Lakukan nebulizing
Berikan O2 (oksigenasi)
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai dengan indikasimukolitik, ekspetoran, bronkodilator.
Edukasi:
Ajarkan batuk efektif pada pasien
Ajarkan terapi napas dalam pada
pasien
Membantu pengenceran sekret
Mengkompensasi ketidakadekuatan
O2 akibat inspirasi yang kurang maksimal
Mukolitik untuk menurunkan batuk,
ekspektoran untuk membantu
memobilisasi sekret, bronkodilator
menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk meningkatkan
kenyamanan
Membantu pasien untuk mengeluarkan
sekret yang menumpuk
Membantu melapangkan ekspansi
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan setelah dilakukan tindakan
dalam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Klien tidak merasa lemas.
- Nafsu makan klien meningkat
- Klien mengalami peningkatan BB minimal 1kg/2minggu
- Kadar albumin > 3.2, Hb > 11
-
5/20/2018 Sistem Tht
21/28
21
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
Pastikan pola diet biasa
pasien, yang disukai atau
tidak disukai. Pantau masukan dan
pengeluaran dan berat badan
secara pariodik.
Kaji turgor kulit pasien
Pantau nilai laboratorium,
seperti Hb, albumin, dan
kadar glukosa darah
Mandiri:
Pertahankan berat badandengan memotivasi pasien
untuk makan
Menyediakan makanan yang
dapat meningkatkan selera
makan pasien
Berikan makanan kesukaan
pasien Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk makan
(misalkan, pindahkan
barang- barang yang tidak
enak dipandang)
Dorong makan sedikit demi
sedikit dan sering dengan
makanan tinggi kalori dan
tinggi karbohidrat
Auskultasi bising usus,
palpasi/observasi abdomen
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan tim
analis medis untuk
mengukur kandungan
albumin, Hb, dan kadar
glukosa darah.
Kolaborasi dengan ahli gizi
Untuk mendukung peningkatan nafsu makan
pasien
Mengetahui keseimbangan intake danpengeluaran asuapan makanan
Sebagai data penunjang adanya perubahan
nutrisi yang kurang dari kebutuhan
Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan
kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam
darah
Mempertahankan berat badan yang ada agar
tidak semakin berkurang
Meningkatkan nafsu makan pasien
Merangsang nafsu makan pasien
Meningkatkan rasa nyaman pasien untuk
makan
Meningkatkan asupan makanan pada pasien
Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus
yang mengindikasikan berfungsinya saluran
cerna
Mengetahui kandungan biokimiawi darah
pasien
Memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
Memberi rangsangan pada pasien untuk
-
5/20/2018 Sistem Tht
22/28
22
untuk memberikan diet
seimbang TKTP pada
pasien
Diskusikan dengan dokter
mengeni kebutuhan
stimulasi nafsu makan atau
makanan pelengkap
Edukasi:
Berikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang makanan
yang bergizi dan tidak
mahal
Dukung keluarga untuk
membawakan makanan
favorit pasien di rumah
menimbulkan kembali nafsu makannya
Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinyadan cara memenuhinya yang sesuai dengan
kebituhan
Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang
dengan harga yang relatif terjangkau
Merangsan nafsu makan pasien
1. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret.
Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klien
Kriteria hasil :
- Klien tidak merasa lemas
- Mukosa mulut klien tidak kering
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
Pantau adanya gejala infeksi
Kaji faktor yang dapat meningkatkanserangan infeksi
Mandiri :
Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional
Menjaga timbulnya infeksi
Menjaga perilakudan keadaan yang
mendukung terjadinya infeksi
Rasional
Reaksi demam indicator adanya infeksi
lanjut
Suhu ruangn atau jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu
-
5/20/2018 Sistem Tht
23/28
23
Pantau suhu lingkungan
Health Education :
Menjaga lingkungan, ventilasi, dan
juga pencahayaan dirumah tetap
bersih
mendekati normal
1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
Tujuan : peningkatan sosialisasi
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan keterlibatan sosial
- Menunjukkan penampilan peran
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
Kaji pola interaksi antara pasien
dengan orang lain
Mandiri:
Tetapkan jadwal interaksi.
Identifikasi perubahan perilaku yang
spesifik
Libatkan pendukung sebaya dalammemberikan umpan balik pada pasien
dalam interaksi sosial
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan psikolog untuk
Mengetahui tingkat sosialisasi pasien
dengan orang lain.
Pasien dapat beristirahat dan
bersosialisasi dengan maksimal.
Perawat dapat mengerti kondisi psikis
pasien.
Keberadaan pendukung sebaya akan
menjadi teman untuk bersosialisasi.
Motivasi diperlukan dalam mengubah
persepsi pasien menjadi lebih baik.
-
5/20/2018 Sistem Tht
24/28
24
memberikan motivasi diri pada pasien
Edukasi:
Berikan informasi tentang sumber-
sumber di komunitas yang akanmembantu pasien untuk melanjutkan
dengan meningkatkan interaksi sosial
setelah pemulangan
Pasien dapat meningkatkan sosialisasi
dengan dengan baik pada komunitas
masyarakat dan sekitarnya.
1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
Tujuan : pengurangan ansietas
Kriteria hasil :
- Pasien tidak menunjukkan kegelisahan
- Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif
- Tidak terjadi insomnia
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
Kaji tingkat kecemasan pasien
Tanyakan kepada pasien tentang
kecemasannya
Mandiri:
Ajak pasien untuk berdiskusi masalah
penyakitnya dan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk
menentukan pilihan Berikan posisi yang nyaman pada
pasien
Berikan hiburan kepada pasien
Kolaborasi:
Berikan obat- obatan penenang jika
pasien mengalami insomnia
Mengetahui tingkat kecemasan pasien
Mengetahui penyebab kecemasan
pasien
Meningkatkan motivasi diri pasien
Tingkat kenyamanan pasien dapat
mempengaruhi kecemasan pada pasien
Hiburan akan mengalihkan fokus
pasien dari kecemasannya
Memberikan bantuan farmakologik
-
5/20/2018 Sistem Tht
25/28
25
Edukasi:
Sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis, perawatan, dan
prognosis
Ajarkan pasien tentang penggunaanteknik relaksasi
Jelaskan semua prosedur, termasuk
sensasi yang biasanya dirasakan
selama prosedur
untuk menenangkan pasien
Memberi pengetahuan yang faktual
pada pasien
Relaksasi membantu menurunkan
kecemasan pada pasien
Kejelasan mengenai prosedur dapan
mengurangi kecemasan pasien
1. Nyeri kronis b.d penekanan polip pada jaringan sekitar
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan
- Tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot
- Tidak terjadi perubahan pola tidur pada pasien
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
Kaji tingkat nyeri klien
Observasi tanda-tanda vital dan
keluhan klien
Kaji pola tidur , pola makan, serta pola
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
Mengetahui keadaan umum dan
perkembangan kondisi klien. TTV
dapat menunjukkan kualitas nyeri dan
respon nyeri oleh tubuh pasien tersebut
Untuk mengetahui pengaruh nyeri
yang timbul pada pola kesehatan
pasien
-
5/20/2018 Sistem Tht
26/28
26
aktivitas pasien
Mandiri:
Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi
(misal: baca buku atau mendengarkan
music)
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan tim medis untuk
terapi konservatif: pemberian obat
acetaminofen; aspirin, dekongestan
hidung; pemberian analgesik
Edukasi:
Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada
klien serta keluarganya
Jelaskan pada keluarga dan pasien
bahwa dalam penatalaksanaan ini
membutuhkan kepatuhan penderita utk
menghindari penyebab / pencetus
alergi
Klien mengetahui teknik distraksi dan
relaksasi sehingga dapat
mempraktekannya bila mengalami
nyeri.
Menghilangkan/ mengurangi keluhan
nyeri klien. Dengan sebab dan akibat
nyeri diharapkan klien berpartisipasi
dalam perawatan untuk mengurangi
nyeri.
Memberikan pengetahuan pada klien
dan keluarga
Untuk memaksimalkan tindakan(mengurangi ketidak patuhan)
-
5/20/2018 Sistem Tht
27/28
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi
akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening
karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau
multipel, unilateral atau bilateral.
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif
atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang
yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Diagnos keperawatan
yang mungkin ditegakkan pada klien penderita polip antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
3. Resiko infeksi b.d penurunan fungsi indra penciuman
1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat
sumbatan polip
2. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
3. Nyeri kronis b.d infeksi pada mukosa hidung (sinusitis kronis dan
rinitis alergi)
4.2. Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan
mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang polip seperti etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, dan lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang
menderita polip, agar gangguan pada daerah hidung ini dapat teratasi dengan baik.
-
5/20/2018 Sistem Tht
28/28
28
DAFTAR PUSTAKA
- Jual, linda.1998.Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan-diagnosa
keperawatan dan masalah kolaborasi. Jakarta : EGC
- http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/8/
- http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/03/polip-nasi-polip-hidung.html
- http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-
Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.html
- http://oentariie.blogspot.com/2013/04/konsep-teori-askep-polip-hidung.html
- http://hrahmatulhusni.wordpress.com/2012/11/19/askep-polip/
- http://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.html
http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/8/http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/03/polip-nasi-polip-hidung.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://oentariie.blogspot.com/2013/04/konsep-teori-askep-polip-hidung.htmlhttp://hrahmatulhusni.wordpress.com/2012/11/19/askep-polip/http://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.htmlhttp://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.htmlhttp://hrahmatulhusni.wordpress.com/2012/11/19/askep-polip/http://oentariie.blogspot.com/2013/04/konsep-teori-askep-polip-hidung.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/03/polip-nasi-polip-hidung.htmlhttp://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/8/