sistem tht

Upload: pangestuuu

Post on 10-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    1/28

    1

    SISTEM THT (POLIP)

    Disusun Oleh :

    1. RISCHI PRATAMA 6. SEPRIZAL

    2. PANGESTU CHAESAR S 7. IKA SAFITRI

    3. WIA NURSYIFA 8. RIMA SAGITARIZA

    4. NURAZIZAH

    KELAS : II.B KEPERAWATAN

    KELOMPOK 5

    MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN

    T A N J U N G P I N A N G

    2013

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    2/28

    2

    SISTEM THT (POLIP)

    Disusun Oleh :

    1. RISCHI PRATAMA 6. SEPRIZAL

    2. PANGESTU CHAESAR S 7. IKA SAFITRI

    3. WIA NURSYIFA

    4. NURAZIZAH

    KELAS : II.B KEPERAWATAN

    KELOMPOK 5

    MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN

    T A N J U N G P I N A N G

    2013

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    3/28

    3

    KATA PENGANTAR

    assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

    Alhamdullillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT., akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan makalah yang berjudul SISTEM THT (POLIP) untuk para pembaca, yang

    bertemakan Penyakit yang berhubungan dengan system pernapasan

    Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat tugas kelompokmatakuliah Dokumentasi Keperawatan kelas II.B Keperawatan.

    Dalam hal ini hasil penulisan makalah ini, penulis dapat memilih judul yang berkaitan

    hasil pembelajaran dan informasiinformasi yang didapat penulis. Dengan mengambil judul

    ini karena objek penulisan.

    Peningkatan kualitas yang maksimal ini dengan menyampaikan hasil yang lebih

    efektif telah penulis lakukan melalui perantara buku, media cetak, dan media elektronik.

    Makalah ini juga memuat halhal baru.

    Dalam membuat makalah ini, penulis lebih banyak mendapatkan bimbingan informasi

    dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan, maka pada

    kesempatan ini penulis ingn menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya

    kepada :

    1. Ibu Herlina S.Kep selaku dosen mata kuliah Dokumentasi keperawatan yang telah

    memberikan materi dengan baik sehingga pelaksanaan makalah ini berjalan dengan

    baik.

    2. dan segenap kawankawan kelas 2B. Keperawatan, yang telah dapat berdiskusi dan

    bertukar pikiran dalam makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

    penulis mengharapakan adanya krititk dan saran yang bersifat membangun untuk

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    4/28

    4

    kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat

    bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

    Pemikiran usaha yang penulis lakuakan untuk memberikan yang terbaik kepada

    pengguna makalah ini, semoga makalah ini dapat memuaskan pengguna, baik temanteman,

    saudarasaudara, maupun pihak lain.

    Semoga Allah SWT yang maha segalanya mebalas budi baik semua pihak yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, akhir kata dan melindungi setiap

    langkah kita menuju kebenaran.

    Tanjungpinang, Oktober 2013

    Tim Penulis

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    5/28

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. 1 Latar Belakang

    Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penciuman. Jika

    hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti

    pernapasan dan penciuman.

    Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang

    bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya

    licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan.

    Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.

    jadi polip hidung adalah pembengkakan mukosa hidung yang terisi cairan interselular

    yang terdorng ke dalam rongga hidung oleh gaya berat (R. Pracy,1983). Penyebab : polip

    hidung biasanya terbentuk sebagai akibat hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa

    hidung, polip biasanya di temukan pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak anak

    (Subhan,S.Kep.,2003).

    Penatalaksanaan : polip yang masih kecil dapat diobati kortikosteroid

    baik localmaupun sistemik. Pada polip yang cukup besar dan persisten di lakukan tindakan

    operatif berupa pengangkatan polip (polippectomy) (Subhan,S.Kep.,2003).

    Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak

    sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan

    kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya

    polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang

    tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi

    masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada

    penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama

    ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki laki, dimana rasio antara lakilaki

    dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras. Prevalensi

    polip hidung dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa (Hosemann, 1994) dan 4,3% di

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    6/28

    6

    Finlandia (Hedman, 1999). Jarang ditemukan pada anak- anak. biasanya polip hidung

    ditemukan pada umur 20 tahun.

    Oleh karena itu, penting bagi perawat dan mahasiswa perawat untuk mendalami

    segala hal tentang polip. Sehingga nantinya bisa ditegakkan diagnosa yang tepat, beserta

    asuhan keperawatan yang akan diberikan.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1. Bagaimana konsep polip?

    1.2.2. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien yang menderita polip?

    1.3 Tujuan Penulisan

    1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada

    penderita polip.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1.3.1. Mengidentifikasikan definisi dari polip

    1.3.2. Mengidentifikasikan anatomi dan fisiologi organ penghidu

    1.3.3 Mengidentifikasikan etiologi, patofisiologi, dan manifestasi polip serta

    segala hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

    1.3.4 Mengidentifikasikan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien

    penderita polip.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    7/28

    7

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Definisi

    Polip hidung adalah massa lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat

    dalam rongga gidung. Paling sering berasal dari sinus etmoid, multiple, dan bilateral.

    Biasanya pada orang dewasa. Pada anak mungkin merupakan gejala kistik fibrosis.

    Polip konka adalah polip hidung yang berasal dari sinus maksila yang keluar melalui

    rongga hibung dan membesar di konka dan nasofaring. ( Mansoer ,1999)

    Ada suatu tumbuhan di rongga hidung yang disebut polip hidung. Polip ialah suatu sumbatan,

    tetapi sifatnya lain dari tumor. (Iskandar, 1993)

    Polip hidung ialah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga

    hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.(Endang, 2003)

    Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi

    akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak beningkarena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau

    multipel, unilateral atau bilateral. (Anonim, 2010)

    JENIS POLIP HIDUNG

    Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

    1. Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan

    dinding sinus tulang pipi (maxilla).

    2. Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi

    rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung

    bagian atas (etmoid).

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    8/28

    8

    2.2. Etiologi

    Terjadi akibat reaksi hipertensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip dapat

    timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut.

    Bila ada polip pada anak di bawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel

    atau meningoensefalokel.

    Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit

    atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai

    saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.

    Polip disebabkan oleh reaksi alergi atau reaksi radang. Bentuknya bertangkai, tidak

    mengandung pembuluh darah. Di hidung polip dapat tumbuh banyak, apalagi bila asalnya

    dari sinus etmoid. Bila asalnya dari sinus maksila, maka polip itu tumbuh hanya satu, dan

    berada di lubang hidung yang menghadap ke nasofaring (konka). Keadaan ini disebut polip

    konka. Polip konka biasanya lebih besar dari polip hidung. Polip itu harus dikeluarkan, oleh

    karena bila tidak, sebagai komplikasinya dapat terjadi sinusitis. Polip itu dapat tumbuh

    banyak, sehingga kadang-kadang tampak hidung penderita membesar, dan apabila

    penyebarannya tidak diobati setelah polip dikeluarkan, ia dapat tumbuh kembali. Oleh karena

    itu janganlah bosan berobat, oleh karena seringkali seseorang dioperasi untuk menegluarkan

    polipnya berulang-ulang.

    Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

    a) Alergi terutama rinitis alergi.

    b) Sinusitis kronik.

    c) Iritasi.

    d) Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    9/28

    9

    2.3 Gejala Polip Hidung

    Gejala Polip Hidung Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan

    jika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan. Penderita

    biasanya mengeluhkan hidung tersumbat, penurunan indra penciuman, dan gangguan

    pernafasan. Akibatnya penderita bersuara sengau.

    Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke

    hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang

    terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis.

    Pengobatan Polip Hidung Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi polip dan

    menghindari penyebab atau faktor pemicu terjadinya polip. Obat semprot hidung yang

    mengandung corticosteroid kadang bisa memperkecil ukuran polip hidung atau bahkan

    menghilangkan polip. Operasi dilakukan jika polip mengganggu pernafasan atau

    berhubungan dengan tumor.

    2.4. Patofisiologi

    Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf

    otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bemstein, terjadi perubahan mukosa hidung

    akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di

    kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan

    pembentukan kelanjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel

    epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.

    Teori lain mengatakan karena ketidak seimbangan saraf vasomotor terjadipeningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan

    dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan lama-lama

    menjadi polip.

    Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan

    kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.

    Histopatologi polip nasi Secara makroskopik polip merupakan massa dengan permukaan

    licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna pucat keabu-abuan, lobular, dapat tunggal atau

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    10/28

    10

    multipel dan tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat

    tersebut disebabkan oleh sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau

    proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang

    sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung

    jaringan ikat.

    Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari tempat yang sempit di bagian atas hidung,

    di bagian lateral konka media dan sekitar muara sinus maksila dan sinus etmoid. Di tempat-

    tempat ini mukosa hidung saling berdekatan. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan

    endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Dari penelitian Stammberger

    didapati 80% polip nasi berasal dari celah antara prosesus unsinatus, konka media dan

    infundibulum.

    Ada polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip

    koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip

    antro-koana. Menurut Stammberger polip antrokoana biasanya berasal dari kista yang

    terdapat pada dinding sinus maksila. Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari

    sinus etmoid posterior atau resesus sfenoetmoid.

    Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal

    yaitu epitel bertingkat semu bersilia denagn submukosa yang sembab. Sel-selnya terdiri dari

    limfosit, sel plasma, eosinofil, netrofil dan makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet.

    Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami

    metaplasia epitel karena sering transisional, kubik atau gepeng berlapis keratinisasi.

    Berdasarkan jenis sel peradanganya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe

    eosinofilik dan tipe neutrofilik.

    2.5. Manifestasi Klinis

    Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip nasi adalah hidung tersumbat. Sumbatan ini

    tidak hilang timbul dan makin lama makin memberat. Pada sumbatan yang hebat dapat

    menyebabkan timbulnya gejala hiposmia bahkan anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus

    paranasal, akan timbul sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rhinore. Bila penyebabnya

    adalah alergi, maka gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    11/28

    11

    Sumbatan hidung yang menetap dan semakin berat dan rinorea. Dapat terjadi sumbatan

    hiposmia atau anosmia. Bila menyumbat ostium, dapat terjadi sinusitis dengan ingus purulen.

    Karena disebabkan alergi, gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung.

    Pada pemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau kuning kemerah-

    merahan dalam kavum nasi. Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya

    lunak, tidak nyeri bila ditekan, mudah berdarah, dan tidak mengecil pada pemakaian

    vasokontriktor.

    Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka hidung yang

    menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaannya:

    Polip Konka polipoid

    Bertangkai Tidak bertangkai

    Mudah digerakkan Sukar digerakkan

    Tidak nyeri tekan Nyeri bila ditekan dengan pinset

    Tidak mudah berdarah Mudah berdarah

    Pada pemakaian

    vasokonstriktor tidakmengecil

    Dapat mengecil dengan vasokonstriktor

    2.6. Pemeriksaan Fisik

    Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung

    tampak mekar karena pelebar batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat

    sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.

    Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997),

    Stadium 1 : polip masi terbatas di meatus medius

    Stadium2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum

    memenuhi rongga hidung

    Stadium 3 : polip yang massif

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    12/28

    12

    Pembagian polip nasi polip/ hidung

    Grade 0 : Tidak ada polip

    Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media

    Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi belum

    menyebabkan obstruksi total

    Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total.

    2.7. Pemeriksaan Diagnostik

    Foto polos sinus paranasal (posisi Waters,AP, Caldwell dan lateral) dapat

    memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, tetapi

    kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi computer (TK, CT scan) sangat

    bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada

    proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks ostiomeatal. TK

    terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan terapi medikamentosa,

    jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah

    endoskopi.

    2.7.1. Naso-endoskopi

    Adanya fasilitas endoskop (teleskop) akan sangat membantu diagnosis kasus polip

    yang baru. Polip stadium 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior

    tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.Pada kasus polip koanal juga sering dapat

    dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila

    2.7.2. Pemeriksaan Radiologi

    Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat

    memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, tetapi

    sebenarnya kurang bermafaat pada kasus polip nasi karena dapat memberikan kesan positif

    palsu atau negatif palsu, dan tidak dapat memberikan informasi mengenai keadaan dinding

    lateral hidung dan variasi anatomis di daerah kompleks ostio-meatal. Pemeriksaan tomografi

    komputer (TK, CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung

    dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada

    kompleks ostiomeatal. TK terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati

    dengan terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan

    tindakan bedah terutama bedah endoskopi. Biasanya untuk tujuan penapisan dipakai

    potongan koronal, sedangkan pada polip yang rekuren diperlukan juga potongan aksial

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    13/28

    13

    2.8. Penatalaksanaan

    Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi adalah menghilangkan keluhan-

    keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

    Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi

    medika mentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan

    respons yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip

    tipe neurotrofilik.

    Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat

    massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi)

    menggunakan senar polip atau cumin dengan analgesic local, etmoidektomi intranasal atau

    etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila.

    Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan BSEF

    (bedah Sinus Endoskopi Fungsional).

    Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid sistemik

    atau oral, misalnya prednisone 50mg/hari atau deksamentosa selama 10 hari kemudian

    diturunkan perlahan. Secar local dapat disuntikkan ke dalam polip, misalnya triamsinolon

    asetonid atau predsinolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara

    topical sebagai semprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Bila sudah besar,

    dilakukan ekstraksi polip dengan senar. Bila berualang dapat dirujuk untuk operasi

    etmoidektomi intranasal atau ekstranasal

    Pengobatan juga perlu ditunjukkan pada penyebabnya, dengan menghindari allergen

    penyebab.

    Ada tiga macam penanganan polip nasi yaitu :

    a) Cara konservatif

    b) Cara operatif

    c) Kombinasi keduanya.

    Cara konservatif atau menggunakan obat- obatan yaitu menggunakan glukokortikoid

    yang merupakan satu- satunya kortikosteroid yang efektif, terbagi atas kortikosteroid topical

    dan kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid topical (long term topical treatment) diberikan

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    14/28

    14

    dalam bentuk tetes atau semprot hidung tiak lebih dari 2 minggu. Kortikosteroid sistemik

    (short term systemic treatment) dapat diberikan secara oral maupun suntikan depot. Untuk

    preparat oral dapat diberikan prednisolon atau prednisone dengan dosis 60 mg untuk empat

    hari pertama, selanjutnya ditappering off 5 mg/hr sampai hari ke-15 dengan dosis total 570

    mg. Suntikan depot yang dapat diberikan adalah methylprednisolon 80 mg atau

    betamethasone 14 mg setiap 3 bulan.

    Cara operatif dapat berupa polipektomi intranasal, polipektomi intranasal dengan

    ethmoidektomi, transantral ethomiodektomi dan sublabial approach (Caldweel-luc operation),

    frontho-ethmoido- sphenoidektomi eksternal dan endoskopik polipektomi dan bedah sinus

    2.9. Komplikasi

    Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam

    jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok

    dan bahkan sleep apnea - kondisi serius nafas dimana akan stop dan start bernafas beberapa

    kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab

    penglihatan ganda/berbayang.

    2.10. Prognosis

    Prognosis dan perjalanan alamiah dari polip nasi sulit dipastikan. Terapi medis untuk

    polip nasi biasanya diberikan pada pasien yang tidak memerlukan tindakan operasi atau yang

    membutuhkan waktu lama untuk mengurangi gejala. Dengan terapi medikamentosa, jarang

    polip hilang sempurna. Tetapi hanya mengalami pengecilan yang cukup sehingga dapat

    mengurangi keluhan. Polip yang rekuren biasanya terjadi setelah pengobatan dengan terapi

    medikamentosa maupun pembedahan.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    15/28

    15

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN

    3.1. Pengkajian

    Anamnesa

    Data demografi

    Nama : Tn. RJ

    Umur : 27 th

    Jenis kelamin : Laki-Laki

    Status : KawinAgama : islam

    Suku bangsa : jawa

    Pendidikan : Sarjana

    Pekerjaan : swasta

    Alamat : Tugu Pahlawan No. 19 RT. 4 RW. 2

    Dx medis : Polip

    Riwayat penyakit sekarang : klien merasaan buntu pada hidung dan nyeri kronis pada hidung.

    Keluhan utama: sulit bernapas.

    a) Riwatan penyakit dahulu: Klien memiliki riwayat penyakit sinusitis, rhinitis alergi, serta

    riwayat penyakit THT. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau

    trauma. Selain itu, klien pernah menderita sakit gigi geraham.

    b) Riwayat penyakit keluarga: -

    c) Riwayat psikososial

    - Intrapersonal : klien merasa cemas akibat nyeri yang kronis.

    - Interpersonal : gangguan citra diri yang berhubungan dengan suara sengau akibat

    massa dalam hidung.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    16/28

    16

    d) Pemeriksaan fisik persistem

    1) B1 (breath): RR dapat meningkat atau menurun, terjadi perubahan pola napas akibat

    adanya massa yang membuntu jalan napas, adanya suara napas tambahan seperti ronchi

    akibat penumpukan secret, serta terlihat adanya otot bantu napas saat inspirasi

    2) B2 (blood): -

    3) B3 (brain): adanya nyeri kronis akibat pembengkakan pada mukosa, gangguan

    penghidu atau penciuman

    4) B4 (bladder): terjadi penurunan intake cairan

    5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, klien terlihat lemas

    6) B6 (bone): -

    3.2. Analisa Data

    No Data Etiologi Masalah

    1 DS: nafsu makan

    berkurang

    DO: berat badan turun,

    porsi makan tidak habis

    Polip

    Penurunan indera penciuman

    Gangguan

    persepsi

    sensori:

    penciuman

    2 DS: klien merasa ada

    sumbatan di hidung

    DO : RR 24 x/menit, pola

    nafas tidak teratur, terlihat

    adanya otot bantu napas

    saat inspirasi, adanya

    suara napas tambahan

    (ronchi)

    Adanya masa

    aliran/drainase sekret tertahan

    Hidung tersumbat

    Bersihan jalan

    nafas tidak

    efektif

    3. DS:klien merasa lemas,

    nafsu makan turun.

    DO:kurus, BB menurun

    (dari 65 kg menjadi 61

    kg), albumin

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    17/28

    17

    memerah pada anak-anak,

    lapisan subkutan tipis.

    4. DS: klien merasa lemas

    DO: mukosa mulutkering, penurunan turgor

    kulit.

    Hidung tersumbat

    Menghambat

    drainase paranasal

    Secret terakumulasi

    dalam sinus

    Tempat yang untuk

    pertumbuhan kuman

    Menekan jaringan

    disekitar

    Penurunan O2 ke

    aringan sekitar

    Hipoksia jaringan

    Iskemik

    Kerusakan jaringan

    Tempat masuk kuman

    Resiko infeksi

    5 DS: laporan keluarga

    terhadap adanya

    perubahan pola interaksi

    pasien , ketidaknyamanan

    terhadap situasi sosial

    DO: teramati pada pasien

    adanya kegagalan

    perilaku interaksi sosial

    Hidung tersumbat

    Suara sengau

    Hambatan

    interaksi

    6 DS: klien gelisah

    DO: RR meningkat

    Pelebaran batang hidung

    Nyeri

    Gelisah

    Ansietas

    7 DS: klien mengeluh nyeri

    kadang kadang saat

    Adanya mukosa/ pelebaran batang hidung Nyeri kronis

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    18/28

    18

    bernafas

    DO: skala nyeri 4,adanya

    peradangan mukosa

    hidung

    Nyeri pada hidung

    Infeksi

    3.3. Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan persepsi sensori: pembau/penghidu

    2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung

    3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan

    4. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret5. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip

    6. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung

    7. Nyeri kronis b.d penekanan [polip pada jaringan sekitar

    3.4. Intervensi dan Rasional

    Gangguan perseopsi sensori pembau/penghidu

    Tujuan : mengembalikan fungsi penciuman ke normal

    Kriteria Hasil : individu akan mendemonstrasikan penurunan gejala beban sensori

    berlebih yang ditandai dengan penurunan persepsi penciuman

    INTERVENSIRASIONAL

    Anjurkan klien untuk mengubah

    posisi secara sering,meskipun hanya

    mengangkat satu sisi tubuh dengan

    sedikit berulang

    Rujuk ke perubahan proses pola

    berpikir yang berhubungan dengan

    ketidakmampuan mengevaluasi

    realitas untuk mengetahui intervensi

    tambahan

    Dengan meningkatkan stimulus

    sensori yang bervariasi hal ini dapat

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    19/28

    19

    membantu mencegah perubahan

    akibat kemunduran sensori yang lain

    Dengan terlebih dahulu menjelaskan

    tentang stimulus sensori yang akan

    dialami individu, kondisi distress,

    tekanan dan konfusi akan berkurang

    Kualitas/kuantitas input sensori

    berkurang akibat

    immobilitas/pengurangan

    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya massa dalam hidung

    Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 1015 menit setelah

    dilakukan tindakan.

    Kriteria Hasil :

    - RR normal (1620 x/menit)

    - Suara napas vesikuler

    - Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu pernapasan

    - Saturasi oksigen 100%

    INTERVENSI RASIONAL

    Observasi:

    Observasi RR tiap 4 jam, bunyi

    napas, kedalaman inspirasi, dan

    gerakan dada Auskultasi bagian dada anterior dan

    posterior

    Pantau status oksigen pasien

    Mandiri :

    Berikan posisi fowler atau

    Rasional:

    Mengetahui keefektifan pola napas

    Mengetahui adanya penurunan atau tidak

    adanya ventilasi dan adanya bunyi

    tambahan

    Mencegah terjadinya sianosis dan

    keparahan

    Mencegah obstruksi/aspirasi, danmeningkatkan ekspansi paru

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    20/28

    20

    semifowler tinggi

    Lakukan nebulizing

    Berikan O2 (oksigenasi)

    Kolaborasi:

    Berikan obat sesuai dengan indikasimukolitik, ekspetoran, bronkodilator.

    Edukasi:

    Ajarkan batuk efektif pada pasien

    Ajarkan terapi napas dalam pada

    pasien

    Membantu pengenceran sekret

    Mengkompensasi ketidakadekuatan

    O2 akibat inspirasi yang kurang maksimal

    Mukolitik untuk menurunkan batuk,

    ekspektoran untuk membantu

    memobilisasi sekret, bronkodilator

    menurunkan spasme bronkus dan

    analgetik diberikan untuk meningkatkan

    kenyamanan

    Membantu pasien untuk mengeluarkan

    sekret yang menumpuk

    Membantu melapangkan ekspansi

    1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan

    Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan setelah dilakukan tindakan

    dalam 3 x 24 jam.

    Kriteria hasil :

    - Klien tidak merasa lemas.

    - Nafsu makan klien meningkat

    - Klien mengalami peningkatan BB minimal 1kg/2minggu

    - Kadar albumin > 3.2, Hb > 11

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    21/28

    21

    INTERVENSI RASIONAL

    Observasi:

    Pastikan pola diet biasa

    pasien, yang disukai atau

    tidak disukai. Pantau masukan dan

    pengeluaran dan berat badan

    secara pariodik.

    Kaji turgor kulit pasien

    Pantau nilai laboratorium,

    seperti Hb, albumin, dan

    kadar glukosa darah

    Mandiri:

    Pertahankan berat badandengan memotivasi pasien

    untuk makan

    Menyediakan makanan yang

    dapat meningkatkan selera

    makan pasien

    Berikan makanan kesukaan

    pasien Ciptakan lingkungan yang

    menyenangkan untuk makan

    (misalkan, pindahkan

    barang- barang yang tidak

    enak dipandang)

    Dorong makan sedikit demi

    sedikit dan sering dengan

    makanan tinggi kalori dan

    tinggi karbohidrat

    Auskultasi bising usus,

    palpasi/observasi abdomen

    Kolaborasi:

    Kolaborasi dengan tim

    analis medis untuk

    mengukur kandungan

    albumin, Hb, dan kadar

    glukosa darah.

    Kolaborasi dengan ahli gizi

    Untuk mendukung peningkatan nafsu makan

    pasien

    Mengetahui keseimbangan intake danpengeluaran asuapan makanan

    Sebagai data penunjang adanya perubahan

    nutrisi yang kurang dari kebutuhan

    Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan

    kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam

    darah

    Mempertahankan berat badan yang ada agar

    tidak semakin berkurang

    Meningkatkan nafsu makan pasien

    Merangsang nafsu makan pasien

    Meningkatkan rasa nyaman pasien untuk

    makan

    Meningkatkan asupan makanan pada pasien

    Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus

    yang mengindikasikan berfungsinya saluran

    cerna

    Mengetahui kandungan biokimiawi darah

    pasien

    Memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan

    kebutuhan pasien

    Memberi rangsangan pada pasien untuk

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    22/28

    22

    untuk memberikan diet

    seimbang TKTP pada

    pasien

    Diskusikan dengan dokter

    mengeni kebutuhan

    stimulasi nafsu makan atau

    makanan pelengkap

    Edukasi:

    Berikan informasi yang

    tepat tentang kebutuhan

    nutrisi dan bagaimana

    memenuhinya

    Ajarkan pada pasien dan

    keluarga tentang makanan

    yang bergizi dan tidak

    mahal

    Dukung keluarga untuk

    membawakan makanan

    favorit pasien di rumah

    menimbulkan kembali nafsu makannya

    Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinyadan cara memenuhinya yang sesuai dengan

    kebituhan

    Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang

    dengan harga yang relatif terjangkau

    Merangsan nafsu makan pasien

    1. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret.

    Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klien

    Kriteria hasil :

    - Klien tidak merasa lemas

    - Mukosa mulut klien tidak kering

    INTERVENSI RASIONAL

    Observasi:

    Pantau adanya gejala infeksi

    Kaji faktor yang dapat meningkatkanserangan infeksi

    Mandiri :

    Awasi suhu sesuai indikasi

    Rasional

    Menjaga timbulnya infeksi

    Menjaga perilakudan keadaan yang

    mendukung terjadinya infeksi

    Rasional

    Reaksi demam indicator adanya infeksi

    lanjut

    Suhu ruangn atau jumlah selimut harus

    diubah untuk mempertahankan suhu

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    23/28

    23

    Pantau suhu lingkungan

    Health Education :

    Menjaga lingkungan, ventilasi, dan

    juga pencahayaan dirumah tetap

    bersih

    mendekati normal

    1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip

    Tujuan : peningkatan sosialisasi

    Kriteria Hasil :

    - Menunjukkan keterlibatan sosial

    - Menunjukkan penampilan peran

    INTERVENSI RASIONAL

    Observasi:

    Kaji pola interaksi antara pasien

    dengan orang lain

    Mandiri:

    Tetapkan jadwal interaksi.

    Identifikasi perubahan perilaku yang

    spesifik

    Libatkan pendukung sebaya dalammemberikan umpan balik pada pasien

    dalam interaksi sosial

    Kolaborasi:

    Kolaborasi dengan psikolog untuk

    Mengetahui tingkat sosialisasi pasien

    dengan orang lain.

    Pasien dapat beristirahat dan

    bersosialisasi dengan maksimal.

    Perawat dapat mengerti kondisi psikis

    pasien.

    Keberadaan pendukung sebaya akan

    menjadi teman untuk bersosialisasi.

    Motivasi diperlukan dalam mengubah

    persepsi pasien menjadi lebih baik.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    24/28

    24

    memberikan motivasi diri pada pasien

    Edukasi:

    Berikan informasi tentang sumber-

    sumber di komunitas yang akanmembantu pasien untuk melanjutkan

    dengan meningkatkan interaksi sosial

    setelah pemulangan

    Pasien dapat meningkatkan sosialisasi

    dengan dengan baik pada komunitas

    masyarakat dan sekitarnya.

    1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung

    Tujuan : pengurangan ansietas

    Kriteria hasil :

    - Pasien tidak menunjukkan kegelisahan

    - Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif

    - Tidak terjadi insomnia

    INTERVENSI RASIONAL

    Observasi:

    Kaji tingkat kecemasan pasien

    Tanyakan kepada pasien tentang

    kecemasannya

    Mandiri:

    Ajak pasien untuk berdiskusi masalah

    penyakitnya dan memberikan

    kesempatan kepada pasien untuk

    menentukan pilihan Berikan posisi yang nyaman pada

    pasien

    Berikan hiburan kepada pasien

    Kolaborasi:

    Berikan obat- obatan penenang jika

    pasien mengalami insomnia

    Mengetahui tingkat kecemasan pasien

    Mengetahui penyebab kecemasan

    pasien

    Meningkatkan motivasi diri pasien

    Tingkat kenyamanan pasien dapat

    mempengaruhi kecemasan pada pasien

    Hiburan akan mengalihkan fokus

    pasien dari kecemasannya

    Memberikan bantuan farmakologik

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    25/28

    25

    Edukasi:

    Sediakan informasi faktual

    menyangkut diagnosis, perawatan, dan

    prognosis

    Ajarkan pasien tentang penggunaanteknik relaksasi

    Jelaskan semua prosedur, termasuk

    sensasi yang biasanya dirasakan

    selama prosedur

    untuk menenangkan pasien

    Memberi pengetahuan yang faktual

    pada pasien

    Relaksasi membantu menurunkan

    kecemasan pada pasien

    Kejelasan mengenai prosedur dapan

    mengurangi kecemasan pasien

    1. Nyeri kronis b.d penekanan polip pada jaringan sekitar

    Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

    Kriteria hasil :

    - Klien mengungkapakan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

    - Klien tidak menyeringai kesakitan

    - Tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot

    - Tidak terjadi perubahan pola tidur pada pasien

    INTERVENSI RASIONAL

    Observasi:

    Kaji tingkat nyeri klien

    Observasi tanda-tanda vital dan

    keluhan klien

    Kaji pola tidur , pola makan, serta pola

    Mengetahui tingkat nyeri klien dalam

    menentukan tindakan selanjutnya.

    Mengetahui keadaan umum dan

    perkembangan kondisi klien. TTV

    dapat menunjukkan kualitas nyeri dan

    respon nyeri oleh tubuh pasien tersebut

    Untuk mengetahui pengaruh nyeri

    yang timbul pada pola kesehatan

    pasien

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    26/28

    26

    aktivitas pasien

    Mandiri:

    Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi

    (misal: baca buku atau mendengarkan

    music)

    Kolaborasi:

    Kolaborasi dengan tim medis untuk

    terapi konservatif: pemberian obat

    acetaminofen; aspirin, dekongestan

    hidung; pemberian analgesik

    Edukasi:

    Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada

    klien serta keluarganya

    Jelaskan pada keluarga dan pasien

    bahwa dalam penatalaksanaan ini

    membutuhkan kepatuhan penderita utk

    menghindari penyebab / pencetus

    alergi

    Klien mengetahui teknik distraksi dan

    relaksasi sehingga dapat

    mempraktekannya bila mengalami

    nyeri.

    Menghilangkan/ mengurangi keluhan

    nyeri klien. Dengan sebab dan akibat

    nyeri diharapkan klien berpartisipasi

    dalam perawatan untuk mengurangi

    nyeri.

    Memberikan pengetahuan pada klien

    dan keluarga

    Untuk memaksimalkan tindakan(mengurangi ketidak patuhan)

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    27/28

    27

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1. Simpulan

    Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi

    akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening

    karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau

    multipel, unilateral atau bilateral.

    Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif

    atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang

    yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Diagnos keperawatan

    yang mungkin ditegakkan pada klien penderita polip antara lain:

    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan

    3. Resiko infeksi b.d penurunan fungsi indra penciuman

    1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat

    sumbatan polip

    2. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung

    3. Nyeri kronis b.d infeksi pada mukosa hidung (sinusitis kronis dan

    rinitis alergi)

    4.2. Saran

    Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan

    mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang polip seperti etiologi, patofisiologi,

    manifestasi klinis, dan lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang

    menderita polip, agar gangguan pada daerah hidung ini dapat teratasi dengan baik.

  • 5/20/2018 Sistem Tht

    28/28

    28

    DAFTAR PUSTAKA

    - Jual, linda.1998.Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan-diagnosa

    keperawatan dan masalah kolaborasi. Jakarta : EGC

    - http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/8/

    - http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/03/polip-nasi-polip-hidung.html

    - http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-

    Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.html

    - http://oentariie.blogspot.com/2013/04/konsep-teori-askep-polip-hidung.html

    - http://hrahmatulhusni.wordpress.com/2012/11/19/askep-polip/

    - http://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.html

    http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/8/http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/03/polip-nasi-polip-hidung.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://oentariie.blogspot.com/2013/04/konsep-teori-askep-polip-hidung.htmlhttp://hrahmatulhusni.wordpress.com/2012/11/19/askep-polip/http://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.htmlhttp://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.htmlhttp://hrahmatulhusni.wordpress.com/2012/11/19/askep-polip/http://oentariie.blogspot.com/2013/04/konsep-teori-askep-polip-hidung.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35552-%09Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Polip.htmlhttp://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/03/polip-nasi-polip-hidung.htmlhttp://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/8/