sistem kwashiorkor

37
BAB I PENDAHULUAN Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika tengah dan selatan. Preualensi yang tinggi terdapat pada anak-anak dibawah umur 5 tahun (balita), ibu yang sedang mengandung dan sedang menyusui. Pada penyakit KEP ditemukan ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP yang sangat ringan sampai berat. Pada keadaan seperti ringan tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang sedangkan kelainan biokimiawi maupun gejala minisnya tidak ditemukan. Pada keadaan yang berat ditemukan. Pada keadaan yang berat ditemukan 2 tipe adalah Kwashiorkor dan Maramus, masing-masing dengan gejala yang khas pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-gejala klinis ? Klinis maupun biokimiawi yang khas tapi tipe penyakitnya. Untuk membedakan ? Tipe maupun derajat berat penyakit banyak cara dapat dipakai, salah satu contoh penentuan derajat ringan atau berat penyakitnya DEPKES RI 1

Upload: turgana

Post on 04-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gyg

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Kwashiorkor

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah satu

penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang

sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika tengah dan selatan. Preualensi yang

tinggi terdapat pada anak-anak dibawah umur 5 tahun (balita), ibu yang sedang

mengandung dan sedang menyusui. Pada penyakit KEP ditemukan ditemukan

berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun

protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut

timbul keadaan KEP yang sangat ringan sampai berat. Pada keadaan seperti ringan

tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang

sedangkan kelainan biokimiawi maupun gejala minisnya tidak ditemukan. Pada

keadaan yang berat ditemukan. Pada keadaan yang berat ditemukan 2 tipe adalah

Kwashiorkor dan Maramus, masing-masing dengan gejala yang khas pada semua

derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-

gejala klinis ? Klinis maupun biokimiawi yang khas tapi tipe penyakitnya. Untuk

membedakan ? Tipe maupun derajat berat penyakit banyak cara dapat dipakai,

salah satu contoh penentuan derajat ringan atau berat penyakitnya DEPKES RI

memodifikasi klasifikasi Gomez. Berbeda dengan penggolongan yang ditetapkan

pleh Gomez, lokakarya mengklasifikasikan status gizi dalam gizi lebih, gizi baik,

gizi kurang dan gizi buruk.

Klasifikasi KEP Menurut Dep Kes (1975)

DERAJAT KEPBERAT BADAN

% DARI BAKU

0 = Normal

1 = Gizi kurang

2 = Gizi buruk

=1>80%

60-79%

<60%

1

Page 2: Sistem Kwashiorkor

Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada

anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara yang sedang

berkembang.

Budiarso (1978) menyimpulkan bahwa angka kematian tertinggi terdapat

pada anak-anak balita dengan penyebab utama penyakit infeksi, terutama pada

anak-anak yang sedang menderita malnutrisi.

2

Page 3: Sistem Kwashiorkor

BAB II

KWASHIORKOR

1. Definisi

Kwashiorkor merupakan salah satu bentuk malnutrisi akibat

kekurangan energi dan protein yang terdapat terutama pada anak di bawah

umur lima tahun.

2. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Kwashiorkor (KKP =

Kurang Kalori dan Protein)

Penyakit KKP merupakan penyakit lingkungan, oleh karena itu ada

beberapa faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit

tersebut antara lain :

a.Faktor Diet

Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan

menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor, sedangkan diet

kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan

menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.

b. Faktor Sosial

Pantang untuk menggunakan bahan makanan tersebut yang sudah

turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP.

Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tapi ada

pula yang merupakan tradisi turun temurun. Jika pentangan ini

didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit diubah, tetapi jika

pantanagn tersebut berlangsung karena kebiasaan, maka denganh

pendidikan gizi yang baik dan dilakukan terus-menerus hal tersebut

masih dapat di atasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya

pada KEP adalah : perceraian, ekonomi rendah, dll.

3

Page 4: Sistem Kwashiorkor

c.Faktor Kepadatan Penduduk

Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah

dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa

diimbangidengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat

yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan.

Mc. laren (1982) memperkirakan kwashiorkor akan terdapat dalam

jumlah banyak di desa-desa dengan penduduk yang mempunyai

kebiasaan untuk memberi makanan tambahan seperti tepung, terutama

pada anak-anak yang tidak cukup mendapat ASI.

d. Peranan Infeksi

Sinergitis antara malnutrisi dan infeksi, infeksi derajat apapun dapat

memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan,

mempunyai pengaruh negatife pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

e.Peranan Kemiskinan

Penyakit KKP merupakan masalahnegara-negara miskin dan terutama

merupakan problem tapi golongan termniskin dalam masyarakat negara

tersebut.

4

Page 5: Sistem Kwashiorkor

GAMBAR 10.2

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG

MENJURUS KEP (ODA ADVISORY COMMITTEE ON PROTEIN, 1974)

PENYAKIT KEP (KURANG ENERGI DAN PROTEIN)

5

PENGHASILAN RENDAH TIDAK CUKUP UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN

MASUKAN MAKANAN TIDAK CUKUP

ANAK-ANAK LEBIH MUDAH MENDERITA PENYAKIT

KEPERLUAN MAKANAN BAGI ANAK BERTAMBAH

MASUKAN MAKANAN TIDAK CUKUP

KEPERLUAN BAHAN MAKANAN BERTAMBAH BAGI WANITA YANG SEDANG MENGANDUNG DAN MENYUSUI

SEBAGAI KOMPENASASI IBU LEBIH SERING

MENGANDUNG

ANAK-ANAK MENINGGAL

PENGHASILAN MENURUN KAPASITAS KERJA BILA DEWASA BERKURANG

Page 6: Sistem Kwashiorkor

3. Patofisiologi

Pada penyakit KPP terdapat perubahan nyata dari pada komposisi

tubuhnya, seperti jumlah dan distribusi cairan, lemak, mineral dan protein

terutama protein otot.

a. Cairan Tubuh Total (Total Body Water)

Tubuh mengandung lebih banyak cairan, keadaan ini merupakan akibat

menghilangnya lemak, oto, dan jaringan lain.

b. Cairan Extra Sel

Terutama pada anak-anak dengan edema terdapat lebih banyak cairan

ekstrasel atau dibandingkan dengan tanda edema.

c. Kalium Total Tubuh

Kalium menurun, terutama yang terdapat di dalam sel, sehingga

menimbulkan gangguan metabolik pada organ-organ ? seperti otot

ginjal dan pankreas.

d. Mineral Lain

Met Coff (1975 menemukan dalam sel otot kadar natrium dan posfor

inorganil yang meninggi dan kadar magnesium yang menurun.

4. Tanda dan Gejala Klinis Kwashiorkor

a. Penampilan

Penampilannya seperti anak yang gemuk (Suger Baby) bilamana

dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,

walaupun dibagian tubuh lainnya, terutama di pantatnya terlihat adanya

atrofi.

b. Gangguan Pertumbuhan

Pertumbuhan terganggu, berat badan dibawah 80% dari buku Harvard

persentil 50 walaupun terdapat edema, begitu pula tinggi badannya

terutama jika KEP sudah berlangsung lama

c. Perubahan Mental

Perubahan mental sangat mencolok. Pada umumnya mereka banyak

menangis, dan pada stadium lanjut bahkan sangat apatis. Perbaikan

kelainan mental tersebut menandakan suksesnya pengobatan.

6

Page 7: Sistem Kwashiorkor

d. Edema

Edema baik yang riangan maupun berat ditemukan pada sebagian besar

penderita kwashiorkor. Walaupun jarang, asites dapat mengiringi

edema.

e. Atrofi Otot

Atrofi otot selalu ada hingga penderita lemah dan berbaring terus

menerus, walaupun sebelum menderita penyakit demikian sudah dapat

berjalan-jalan.

f. Sistem Gastro-Intestinum

Gejala saluran pencernaan merupakan gejala penting. Pada anoreksia

yang berat penderita menolak segala macam makanan, hingga

adakalanya makanan hanya dapat diberikan melalui sonde lambung.

Diare tampak pada sebagian besar penderita, dengan feses yang cair

dan mengandung banyak asam laktat karena mengurangnya produksi

laktase dan enzim disaharidase lain. Adakalanya diare demkian

disebabkan pula oleh cacing dan parasit lain.

g. Perubahan Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture)

maupun warnanya. Sangat khas bagi pendeita kwashiorkor ialah rambut

yang mudah dicabut. Misalnya tarikan ringan di daerah temporal

menghasilkan tercabutnya seberkas rambut tanpa reaksi si penderita.

Pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala

kusam, kering, halus, jarang, dan berubah warnanya. Warna rambut

yang hitam menjadi merah, coklat, kelabu, maupun putih. Rambut

alispun menunjukan perubahan demikian, akan tetapi tidak demikian

dengan rambut matanya yang justru memanjang.

h. Perubahan Kulit

Perubahan kulit yang oleh Williams, dokter wanita pertama yang

melaporkan adanya penyakit kwashiorkor, diberi nama crazy pavement

dermatosis merupakan kelainan kulit yang khas bagi penyakit

kwashiorkor. Kelainan kulit tersebut dimulai dengan titik-titik merah

menyerupai patehia, berpadu menjadi bercak yang lambat laun

7

Page 8: Sistem Kwashiorkor

menghitam. Setelah bercak hitam mengelupas, maka terdapat bagian-

bagian yang merah dikelilingi oleh batas-batas yang masih hitam.

Bagian tubuh yang sering membasah dikarenakan keringat atau air

kencing, dan yang terus-menerus mendapat tekanan merupakan

predeleksi crazy pavement dermatosis, seperti di punggung pantat,

sekitar vulva, dan sebagainya. Perubahan kulit lainpun dapat ditemui,

seperti kulit yang kering dengan garis kulit yang mendalam, luka yang

mendalam tanpa tanda-tanda inflamasi. Kadang-kadang pada kasus

yang sangat lanjut ditemui patehia tanpa trombositopenia dengan

prognosis yang buruk bagi si penderita.

i. Pembesaran Hati

Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan.

Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar

dengan mudah dapat dirabah dan terasa kenyal pada rabahan dengan

permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. Sediaan hati demikian

jika dilihat dibawah mikroskop menunjukan, bahwa banyak sel hati

yang terisi dengan lemak. Pada kwashiorkor yang relatif ringan

infiltrasi lemak itu terdapat terutama di segi tigas Kirnan, lebih berat

penyakitnya lebih banyak sel hati yang terisi dengan lemak, sedangkan

pada yang sangat berat perlemakan terdapat pada hampir semua sel

hati. Adakalanya juga adanya fibrosis dan nekrosis hati.

j. Anemia

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian. Bilamana

kwashiorkor disertai oleh penyakit lain, terutama ankylostomiasis,

maka dapat dijumpai anemia yang berat. Jenis anemia pada

kwashiorkor bermacam-macam, seperti normositik normokrom,

mikrositik hipokrom, makrositik hiperkrom, dan sebagainya. Perbedaan

macam anemia pada kwashiorkor dapat dijelaskan oleh kekurangan

berbagai faktor yang mengiringi kekurangan protein, seperti zat besi,

asam folik, vitamin B12, vitamin C, tembaga, insufisiensi hormon, dan

sebagainya. Macam anemia yang terjadi menunjukan faktor mana yang

lebih dominan. Pada pemeriksaan sumsum tulang sering-sering

8

Page 9: Sistem Kwashiorkor

ditemukan mengurangnya sel sistem eripoitik. Hipoplasia atau aplasia

sumsum tulang demikian disebabkan terutama oleh kekurangan protein

dan infeksi menahun.

k. Kelainan Biokimiawi Darah

Ada hipotesis yang mengatakan, bahwa pada penyakit kwashiorkor

tubuh tidak dapat beradaptasi terhadap keadaan baru yang disebabkan

oleh kekurangan protein maupun energi. Oleh sebab itu banyak

perubahan biokimiawi dapat ditemukan pada penderita kwashiorkor,

misalnya :

Albumin Serum :

Albumin serum yang merendah merupakan kelaianan yang sering

dianggap spesifik dan sudah ditemukan pada tingkat dini, maka

McLaren memberi angka (skor) untuk membedakan kwashiorkor

dari maramus. Lebih rendah kadar albumin serum, lebih tinggi

pemberian angkanya (lihat sistem skoring Mclaren).

Globulin Serum

Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi

tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga pada

kwashiorkor terdapat rasio albumin atau globulin yang biasanya 2

menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor yang berat

ditemukan rasio yang terbalik. Fraksinasi globulin serum

dilakukan dengan cara elektroforesis menunjukan fraksi alfa1-

globulin dan gamma-globulin yang tinggi, beta-globulin yang

rendah, sedangkan alfa2-globulin tidak berbeda secara bermakna

jika dibandingkan dengan yang terdapat pada anak sehat.

Kadar Kolestrol Serum :

Pada penderita kwashiorkor, terutama yang berat, kadar kolestrol

darahnya rendah. Mungkin saja rendahnya kolestrol darah

disebabkan oleh makanan sehari-harinya yang terdiri dari sayuran

hingga tidak mengandung kolestrol atau adanya gangguan dalam

pembentukan kolestrol dalam tubuh.

9

Page 10: Sistem Kwashiorkor

Tes Thymol Turbidity (derajat kekeruhan) :

Tes tersbeut merupakan tes fungsi hati. Penentuan terhadap 109

penderita kwashiorkor emberi hasil sebagai berikut : pada 73

penderita meninggi, sedangkan pada selebihnya tidak. Tidak

ditemukan korelasi antara tingginya kekeruhan dan beratnya

perlemakan hati maupun tingginya angka kematian, maka tes

tersebut tidak mempunyai nilai diagnosis maupun prognosis.

(poey, 1957).

l. Sistem Endokrin pada KEP

Pada KEP-berat ditemukan perubahan produksi beberapa hormon.

Kortisol

Walaupun pada otopsi ditemukan atrofi anak ginjal, kadar kortisol

plasma naik baik pada kwashiorkor maupun pada maramus.

Insulin

Pada umumnya sekrisi insulin tetap rendah setelah penderita

dapat glukosa.

Hormon Pertumbuhan (Human Growth Hormon)

Kadar hormon pertumbuhan sering-sering justru meninggi pada

kwashiorkor dan normal atau meninggi marasmus.

Thyroid Stimulating Hormon (TSH)

TSH meninggi akan tetapi fungsi tiroid menurun

Hormon-hormon yang disebut tadi mempunyai peranan pada

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dilihat dari fungsi

masing-masing hormon tersebut, metabolisme ketiga

makronutrien tersebut, maka perubahan kadar dalam hormon pada

penderita KEP menguntungkan penderita dalam penyediaan

energi yang sangat dibutuhkan.

10

Page 11: Sistem Kwashiorkor

5. Dampak Malnutrisi Terhadap Infeksi

Menurunnya status gizi berakibat menurunnya imunitas penderita terhadap

berbagai infeksi. Tubuh memiliki 3 macam pertahanan untuk menolak

infeksi : a. Melalui sel (Imunitas selular), b. Melalui cairan (Imunitas

humoral), dan c. Aktivitas leukosit polimorfonukleus.

Aktivitas Leukosit Polimorfonukleus

Leukosit bertugas untuk menfagositir kuman sebelum membunuhnya.

Pada penderita KEP aktivitas leukosit untuk menfagositir maupun

membunuh kuman menurun.

6. Perencanaan Askep

Prioritas Keperawatan

1. Meningkatkan masukan

perkiraan kebutuhan kalori dan protein konsisten

2. Mencegah komplikasi

3. Meminimalkan kehilangan

atau kebutuhan energi

4. Memberikan informasi

tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan Pemulangan

1. Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu

2. Komplikasi tercegah atau diminimalkan

3. Kelelahan dihilangkan

4. Kondisi, prognosis, dan aturan terapeutik dipahami

11

Page 12: Sistem Kwashiorkor

Diagnosa Keperawatan : Nutrisi, Perubahan : Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

Dapat dihubungkan dengan : Kondisi yang mempengaruhi masukan

nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrien atau

kebutuhan metabolik dan pengobatan yang

berhubungan, anoreksia, disfagia atau kesulitan

menelan, penurunan status mental atau tingkat

kesadaran.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Berat badan 10% atau lebih di bawah ideal.

Penurunan lemak subkutan atau massa otot,

tonus otot buruk.

Perubahan motilitas gastrik dan karakteristik

feses.

Hasil yang Diharapkan

Atau Kriteria Evaluasi

Pasien Akan : Mendemontrasikan berat badan stabil atau

tambahan berat badan progresif ke arah tujuan

dengan normalisasi nilai laboratorium dan

bebas dari tanda malnutrisi.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriUmumKaji status nutrisi secara kontinue selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi kulit, kuku, rambut, rongga mulut. Keinginan untuk meningkatkan anoreksia.

Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan.

Memberikan kesempatan utuk mengobservasi penyimpangan dan normal atau dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi.

Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan atau penambahan berat badan.

12

Page 13: Sistem Kwashiorkor

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriDokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.

Jamin penampungan akurat dari spesimen (urine, feses, drainase) untuk pemeriksaan keseimbangan nitrogen.

Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran. Jangan meningkatkan kecepatan untuk “Mencapai”.

Ketahui kandungan elektrolit dari larutan nutrisional.

Jadwalkan aktivitas dengan istirahat. Tingkatkan teknik relaksasi.

Parentalobservasi ketetapan waktu “penggantungan” dari larutan parental per protokol.

Enteral Kaji fungsi GI dan toleransi pada pemberian makan enteral : Catat bising usus; keluhan mual/muntah, ketidaknyamanan abdomen ; adanya diare/konstipasi ; terjadinya kelemahan sakit kepala, diaforesis, takikardia, kram

Mengindetifikasi ketidakseimbangan natara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.

Ketidak akuratan penampungan dapat mengubah hasil tes, menimbulkan ketidaptepatan interpertasi status dan kebutuhan pasien saat ini.

Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan kosisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia atau sindrom dumping. Catatan: Infus kontinu dan siklus dari formula enteral secara umum lwbih baik ditoleransidaripada pemberian makan bolus dan mengakibatkan perbaikan absorpsi.

Komplikasi metabolik dukungan nutrisi sering akibat kurang perhatian pada perubahan yang terjadi, akibat dari pemberian makan ulang misal: Hiperglikemik, non ketotik hiperrosmotik, ketidakseimbangan elektrolit. Mengubah energi atau menurunkan kebutuhan kalori.

Keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam.

Karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira-kira setiap 3 hari, saluran GI berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atrofi dari penyakit dan malnutrisi. Intoleran terhadap formula/adanya sindrom dumping memerlukan

13

Page 14: Sistem Kwashiorkor

abdomen

Periksa residu gaster bila emberian makan bolus dilakukan, dan bila diindefikasikan ; tunda pemberian makan/kembalikan aspirat per protokol untuk tipe/kecepatan pemberian makan yang digunakan bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya.

Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas dengan air hangat sesuai indikasi.

pengubahan kecepatan pemberian/kosentrasi formula atau perubahan pemberian parenteral.

Pelmabatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses penyakit khusus, misal: Ileus paralitik/pembedahan, syok, oleh terapi obat (khususnya narkotik). Atau kandungan protein/lemak dari formula individu Catatan: Penggantian aspirat lambung menurunkan kehilangan asam/elektrolit gaster.

Formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan (silikon lebih mungkin daripada selang poliuretan). Yang memerlukan pembungan/penggantian selang. Catatan: Jus krenberi atau cola tidak dianjurkan. Pankrelipase (ebzim pankreas) mungkin efektif dalam membersihkan selang atau sumbatan menetap.

Transional Tekankan pentingnya transisi pada pemberian makan oral dengan tepat.

Kaji refleks gag, kemampuan untuk menguyah/menelan, dan keterampilan motor bila meningkat pada pemberian makan transisi.

Berikan alat makan bantuan mandiri sesuai indikasi, mis: Pegangan piring, sendok dengan pegangan, cangkir dengan penutup.

Ciptakan lingkungan optimal mis: Hilangkan rangsang kebisingan,bedpan linen basah, berikan meja yang menarik, musik indah, teman

Meskipun pasien memiliki sedikit minat atau hasrat untuk makan, transisi pemberian makan oral lebih disukai mengingat efek samping/komplikasi potensial dari terapi dukungan nutrisi.

Memerlukan intervensi tambahan, misal: Latihan pleh ahli disfagia (terapi wicara)/dukungan nutrisi jangka panjang.

Pasien dengan defisit neuromuskular mis: Memerlukan penggunaan alat bantu khusus yang dikembangkan untuk makan.

Mendorong upaya pasien untuk makan, menurunkan anoreksia, dan memperkenalkan kesenangan sosial biasanya berkenaan dengan waktu makan.

14

Page 15: Sistem Kwashiorkor

Beri waktu mengunyah, menelan, melembutkan makanan: Beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai indikasi.

Berikan makan sedikit dan sering; Masukan kesukaan/ketidaksukaan pasien dalam perencanaan makan sebanyak mungkin, dan masukkan “makanan rumah” dengan tepat

Berikan minuman mengandung kalori, bila masuka oral dimungkinkan, misal: Jus/air jello, supleman diet (Sustacal, Ensure, Polycase) pada minuman/air.

Kolaborasi Rujuk pada tim nutrisi/ahli diet.

Hitung kebutuhan energi basal dengan menggunakan formula berdasarkan jenis kelamin, tinggi, berat badan, usia dan perkiraan kebutuhan energi.

Tinjau ulang hasil tes kalorimetri tidak langsung bila ada.

Pasien perlu dorongan/bantuan untuk menghadapi masalah dasar seperti anoreksia, kelelahan, kelemahan otot.

Meningkatkan hasrat pada makanan dan jumlah masukan

Memaksimalkan masukan kalori bila masukan oral terbatas/dibatasi.

Membantu dalam identifikasi defisit nutrien dan kebutuhan terhadap intervensi nutrisi parenteral/enteral.

Memberikan perkiraan kebutuhan kalori dan protein.

Mengukur kosumsi O2 pada laju basal atau metabolik istirat, untuk membantu memperkirakan kebutuhan kalori/protein.

Berikan obat-obatan, sesuai indikasi ,misal:Preparat multivitamin:

Pantau pemeriksaan laboratorium misal: Glukosa serum, elektrolit, trasferin. Albumin, protein total, fosfat, BUN/Cr, enzim hepar, JDL, GDA.

Vitamin larut air ditambahkan pada larutan parenteral.Vitamin lain diberikan untuk defisiensi yang teridentifikasi.

Efek metabolik yang tidak diinginkan dari NPT termasuk: Hipokalemia, hiponatremia, dan retensi cairan, hiperglikemia, hipofosfatemia, peningkatan produksi CO2 yang mengakibatkan penurunan pernapasan, peningkatan tes fungsi hati, disfungsi ginjal.

15

Page 16: Sistem Kwashiorkor

Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko, Tinggi Terhadap

Faktor resiko meliputi : Prosedur invasif; Pemasangan kateter

vena, pembedahan untuk menempatkan selang

pemberian makan gastrostomi/jejunostomi.

Malnutrisi: penyakit kronis

Pemajanan lingkungan: Alat akses ditempatkan

selama periode lama, persiapan/penanganan

tidak tepat/kontaminasi larutan makanan.

Kemungkinan dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; Adanya tanda-tanda

dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

Hasil yang Diharapkan : Tidak mengalami demam atau menggigil

Atau Kriteria Evaluasi

Pasien Akan : Mendemontrasikan sisi pemasangan kateter

bersih, bebas dari drainase dan eritema/edema.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriUmumMempertahankan lingkungan aseptik optimal selama pemasangan dari kateter vena sentral ditempat tidur dan selama penggantian botol NPT dan pemberian selang.

Amankan bagian eksternal dari kateter/pemberian selang pada balutan dengan plester. Perhatikan keutuhan jahitan kulit.

Sepsis karena kateter dapat diakibatkan dan enta mikroorganisme patogen melalui saluran pemasangan kulit. Atau dan kontaminasi sentuhan selama masukan sistem NPT.

Manipulasi kateter masuk/keluar sisi pemasangan dapat mengakibatkan trauma jaringan (lubang, dan potensial mekanisme ke dalam jalur kateter.

16

Page 17: Sistem Kwashiorkor

Diagnosa Keperawatan : Nyeri, (Akut)/Kronis

Dapat dihubungkan dengan : Inflamasi/kerusakan jaringan: Infeksi, lesi

kutaneus internal/eksternal, ekskoriasi rektal,

penularan, nekrosis.

Neuropati perifer, mialgia, dan antralgia

Kejang abdomen

Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri

Berfokus pada diri sendiri : Pandangan yang

sempit, perilaku melindungi.

Perubahan pada denyut nadi : Kejang otot,

ataksia, lemah otot, parestesis, paralisis.

Respon autonomik, gelisah.

Hasil yang Diharapkan : Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit

Atau Kriteria Evaluasi : Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks

Pasien Akan : Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks

: Dapat tidur/beristirahat adekuat.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi, dan waktu. Menandai gejala nonverbal mis: Gelisah, takikardia, meringis.

Dorong pengungkapan perasaan

Berikan aktivitas hiburan mis: Membaca, berkunjung, dan menonton televisi.

Lakukan tindakan paliatif, mis: Pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.

Berikan kompres hangat/lembab pada

Mengidentifikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komlikasi. Catatan: Sakit yang kronis tidak menimbulkan perubahan auto nomik.

Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.

Memfokuskan kembali perhatian; mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi.

Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot.

Injeksi ini diketahui sebagai penyebab

17

Page 18: Sistem Kwashiorkor

sisi injeksi pentamidin/IV selama 20 menit setelah pemberian.Instrusikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik naspas dalam.

Berikan perawatan oral. (Rujuk pada DK: Membran Mukosa Oral, Perubahan, hal. 848).

KolaborasiBerikan analgesik/antipiretik, analgesik narkotik. Gunakan ADP (analgesik yang dikontrol pasien) untuk memberikan anlgesia 24 jam dengan dosis prn.

rasa sakit dan abses steril.

Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan narkotik analgesik (depresan SSP) dimana telah terjadi proses degenaratif neuro/motor. Mungkin tidak berhasil jika muncul demensia, meskipun minor.

Ulserasi/lesi oral mungkin menyebabkan ketidaknyamanan yang sangat.

Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman; mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien atau berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan ataupun kelebihan obat-obatan.

Diagnosa Keperawatan : Intregritas Kulit, Kerusakan: Aktual dan

atau Resiko Tinggi Terhadap

Dapat dihubungkan dengan :

Aktual : Defisit imunologis kwashiorkor dihubungkan

dengan radang, infeksi virus, bakteri, dan

jamur (misal : Herpas, Pseudomonas, Candida)

proses penyakit (misal : KS).

Faktor resiko meliputi : Penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi.

Malnutrisi, perubahan status metabolisme

Dapat dibuktikan oleh : Lesi kulit, ulserasi, formasi ulkus dekubitus

(aktual).

Hasil yang Diharapkan : Menunjukan tingkat laku atau teknik untuk

mencegah kerusakan kulit/meningkatkan

kesembuhan.

Menunjukan kemajuan pada luka atau

penyembuhan lesi

18

Atau Kriteria Evaluasi pasien akan :

Page 19: Sistem Kwashiorkor

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan.

Pertahankan/instruksikan dalam higiene kulit, Misal : Membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan losion atau krim.

Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorong pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang bantal, bantalan rumit/siku, kulit domba.

Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut.

Dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan.

Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses dengan menggunakan air dan air mineral. Hindari penggunaan kertas toilet jika timbul versikel. Berikan krim pelindung, misal : Zink oksida, salep Adan D.

Gunting kuku secara teratur

Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier protektif, misal: Duo derm, sesuai petunjuk.

Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko trauma dermal pada kulit yang kering/rapuh. Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan meningkatkan kenyamanan. Catatan : Isolasi kewaspadaan diperlukan, terutama jika muncul lesi muskokutameus yang luas.

Mengurangi stres pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan.

Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang mneyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.

Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama di tempat tidur.

Mencegah maserasi yang disebabkan oleh diare dan menjaga agar lesi perianal tetap kering. Catatatn: Penggunaan kertas toilet akan membuat lesi abrasi.

Kuku yang panjang/kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal.

Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.

19

Page 20: Sistem Kwashiorkor

Kolaborasi Berikan matras atau tempat tidur busa/flotasi.

Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka

Gunakan atau berikan obat-obatan topikal atau sistemik sesuai indikasi

Lindungi lesi atau ulkus dengan balutan basah atau salep antibiotik dan balutan Nonstick (misal : Telfa) sesuai petunjuk.

Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan, dan lesi.

Mengidentifikasi bakteri patogen dan pilihan perawatan yang sesuai.

Digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan: Jika digunakan salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang.

Melindungi area ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan penyembuhan.

Diagnosa Keperawatan : Membran Mukosa Oral, Perubahan

Dapat dihubungkan dengan : Defisitimunologis dan timbulnya lesi penyebab

patogen, misal : Candida, herpes, KS.

Dapat dibuktikan oleh : Lesi ulkus terbuka, vesikel

Rasa sakit atau tidak nyaman pada bagian oral

Stomatitis : Leukoplakia, gingivitis, dan karies

gigi.

Hasil yang Diharapkan : Menunjukan membran mukosa utuh,

berwarna merah jambu, basah, dan bebas dari

inflamasi/ulserasi.

Menunjukan teknik memperbaiki atau

mempertahankan keutuhan mukosa oral.

20

Atau Kriteria Evaluasi pasien akan :

Page 21: Sistem Kwashiorkor

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji membran mukosa atau catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah atau menelan.

Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non alkholol dan pelembab bibi.

Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida/salin atau larutan soda kue.

Anjurkan permen karet atau permen tidak mengandung gula.

Rencanakan diet untuk menghindari garam. Pedas, gesekan dan makanan atau minuman asam periksa toleransi makanan. Tawarkan makanan yang dingin atau segar.

Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari

Dorong pasien untuk tidak merokok.

Kolaborasi Dapatkan spesimen kultur lesi

Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, Misal: Nistalin Mycotatin, ketoko nazol (Nozoral).

Rujuk untuk konsultasi gigi, jika diperlukan.

Edema, lesi membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah atau menelan

Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal.

Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan kenyamanan.

Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran mukosa.

Makanan yang pedas akan membuka lesi yang telah disembuhkan. Lesi yang terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan garam, pedas, makanan atau minuman asam. Rasa dingin atau panas berlebihan menyebabkan nyeri pada membran mukosa yang sensitif.

Mempertahankan hidrasi, mencegah pengeringan rongga mulut

Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa.

Menunjukan agen penyebab dan mengidentifikasi terapi yang sesuai.

Obat khusus pilihan tergantung pada organisme infeksi misal: Candida

Mungkin membutuhkan terapi tambahan untuk mencegah kehilangan gigi.

21

Page 22: Sistem Kwashiorkor

Diagnosa Keperawatan : Kelelahan

Dapat dihubungkan dengan : Penurunan produksi energi metabolisme,

peningkatan kebutuhan energi (status

hipermetabolik).

Tuntutan psikologis atau emosional berlebihan.

Perubahan kimia tubuh, efek samping

obat-obatan, kemoterapi.

Dapat dibuktikan oleh : Kekurangan energi yang tidak berubah atau

berlebihan, ketidakmampuan untuk

mempertahankan rutinitas sehari-hari,

penurunan penampilan, ketidakseimbangan

kemampuan untuk berkosentrasi, kelesuan atau

tanpa gairah.

Tidak berhasrat terhadap lingkungan

Hasil yang Diharapkan : Melaporkan peningkatan energi

Melaksanakan AKS

Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan

pada tingkat kemampuannya.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir atau perilaku.

Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada tahun pasien sangat berenergi. Ikutsetakan pasien atau orang terdekat pada penyusunan rencana.

Tetapkan keberhasilan aktivitas yang realsistis dengan pasien.

Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan atau kemoterapi.

Periode istirahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri.

Mengusahakan kontrol diri dan perasaan berhasil. Mencegah timbulnya perasaan frustasi akibat kelelahan

22

Atau Kriteria Evaluasi pasien akan :

Page 23: Sistem Kwashiorkor

Bantu memenuhi kebutuhan perawatan pribadi: Pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah dan tempat lalu lalang bebas dari perabotan: Bantu dengan ambulasi.

Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin misal: Perawatan diri, duduk di kursi, berjalan, pergi makan siang. Meningkatkan tingkat kativitas sesuai petunjuk.

Pantau respon psikologis terhadap aktivitas misal: Perubahan TD. Frekuensi pernapasan atau jantung

Dorong masukan nutrisi (Rujuk pada DK Nutrisi Pengobatan Kurang dan Kebutuhan Tubuh).

Kolaborasi Berikan O2 tambahan sesuai petunjuk

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi

karena aktivitas berlebihan.

Rasa lemas dapat membuat AKS hampir tidak mungkin bagi pasien untuk menyelesaikannya. Melindungi pasien dari cedera selama melakukan aktivitas.

Memungkinkan penghematan energi, peningkatan stamina,dan mengizinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi.

Toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi. Keseimbangan cairan dan jumlah penyakit di masa pasien menjadi subjeknya.

Pemasukan atau penggunaan nutrisi adekuat sangat penting untuk kebutuhan energi untuk aktivitas.

Adanya anemia atau hipoksema mengurangi persedian obat untuk ambilan seluler dan menunjang kelelahan.

Latihan setiap hari terprogram dan aktivitas yang membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan diatonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.

23

Page 24: Sistem Kwashiorkor

7. Daftar Pustaka

1. A.H. Markum Sofyan Ismael. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas

Kedokteraan Universitas Indonesia, Jakarta 1991.

2. Achmad Djaeni Sediaoetama, Prof. Dr. MSC. Ilmu Gizi, DKM Rakyat.

Jakarta 2000.

3. Solihin Pudjiadi, Prof, DR,Dr, DSAK. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.

Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia. Jakarta 2000.

4. Poedyasmaro, SKM. Buku Praktis Ahli Gizi. POLTEK Gizi, Malng.

Malang 2002.

5. Almassier Sunita. Prinsip Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta 2002.

6. Azhy Saankani, AMS. Dietesik 12. POTEKKES Bandung Jurusan

Gizi. Bandung 2003.

24