sintesis zsm-5 (zeolite secony mobile-5) dari silika …digilib.unila.ac.id/27779/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
SINTESIS ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) DARI SILIKA AMPAS TEBU
(Bagasse) MENGGUNAKAN METODE STEAM ASSISTED
CONVERSION (SAC)
(Skripsi)
Oleh
INDAH TRI YULIANTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
SINTESIS ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) DARI SILIKA AMPAS TEBU
(Bagasse) MENGGUNAKAN METODE STEAM ASSISTED
CONVERSION (SAC)
Oleh
Indah Tri Yulianti
Dalam penelitian ini dilakukan sintesis zeolit ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5)
dari silika ampas tebu (bagasse) menggunakan metode kristalisasi bantuan-uap
(Steam Assisted Conversion, SAC). Ekstraksi silika dari ampas tebu dilakukan
dengan metode alkali (NaOH) yang sebelumnya ampas tebu direndam
menggunakan asam dengan rendemen yaitu 10%. Silika ampas tebu
dikarakterisasi menggunakan X-Ray Fluorosence (XRF) menunjukkan adanya
kandungan SiO2 dan Al2O3 masing-masing sebesar 70,26% dan 12,89%, Fourier
Transform Infrared (FTIR) menunjukkan adanya gugus Si-O-Si, Si-OH dan Al-O
serta X-Ray Diffraction (XRD) yang menunjukkan bahwa silika bersifat amorf.
Sintesis zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu disintesis dengan variasi suhu,
waktu, tanpa TPA-Br dan penambahan benih. Benih yang digunakan yaitu zeolit
ZSM-5 dari silika komersial (LUDOX). Sintesis zeolit dari ampas tebu
dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya
puncak sekitar 2θ=7, 8, 9, 23, 24° yang merupakan puncak karakterisasi untuk
zeolit ZSM-5. Zeolit ZSM-5 dapat disintesis menggunakan silika dari ampas tebu
selama 120 jam pada suhu 170 oC menggunakan benih ZSM-5 sebanyak 5% dan
TPA-Br yang menghasilkan tingkat kristalinitas yang baik. Berdasarkan hasil
analisis X-Ray Fluorosence (XRF) diperoleh rasio Si/Al zeolit hasil sintesis silika
ampas tebu yaitu 7,41. Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan
bahwa morfologi kristal zeolit ZSM-5 berbentuk segi enam. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian ini silika dari ampas tebu dapat digunakan
untuk sintesis zeolit ZSM-5.
Kata Kunci : ampas tebu, ekstraksi, silika ampas tebu, SAC, zeolit ZSM-5.
ABSTRACT
SYNTHESIS OF ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) FROM SILICA
SUGARCANE (Bagasse) USING STEAM ASSISTED
CONVERSION (SAC) METHOD
By
INDAH TRI YULIANTI
In this study, ZSM-5 zeolite (Zeolite Secony Mobile-5) synthesis of bagasse silica
used crystallization method from steam assisted conversion (SAC) method. The
extraction from bagasse silica with alkaline method (NaOH) which previously
washed bagasse using acid with a yield of 10%. Silica bagasse characterized using
X-Ray Fluorescent (XRF) showed the SiO2 and Al2O3 content of 70,26 % and
12.89%, Fourier Transform Infrared (FTIR) shows the presence of Si-O-Si, Si-OH
and Al-O and X-Ray Diffraction (XRD) showed the bagasse that are amorphous
silica. The synthesis of ZSM-5 zeolite from silica bagasse was synthesized with
temperature, time, without TPA-Br and seed addition. The seeds used are ZSM-5
zeolite from commercial silica (LUDOX). The synthesis of zeolite from bagasse
was characterized using X-Ray Diffraction (XRD) showing a peak of about 2θ =
7, 8, 9, 23, 24° which is the peak characterization for ZSM-5 zeolite. ZSM-5
zeolite can be synthesized using silica from bagasse for 120 hours at a temperature
of 170 °C using 5% ZSM-5 seed and TPA-Br which produces a good level of
crystallinity. Based on the results of X-Ray Fluorosence analysis (XRF) obtained
Si/Al zeolite ratio of silica bagasse synthesis is 7,41. Scanning Electron
Microscope (SEM) shows that ZSM-5 zeolite crystal morphology is hexagon-
shaped. So it can be concluded that the zeolite ZSM-5 from bagasse silica was
successfully synthesized.
Keywords : bagasse, extraction, silica sugarcane, SAC, ZSM-5 zeolite.
SINTESIS ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) DARI SILIKA AMPAS
TEBU (Bagasse) MENGGUNAKAN METODE STEAM ASSISTED
CONVERSION (SAC)
Oleh Indah Tri Yulianti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS
pada Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu tanggal 24 Juli 1995, anak
ketiga dari tiga bersaudara, dari Alm. Bapak Yatino Mahmudi
dan Ibu Nur’aini. Penulis mulai menempuh pendidikan dimulai
pada tahun 1999 di TK Aisyiah Bustanul Athfal Pringsewu, lalu
melanjutkan di SD Negeri 1 Pringsewu dan lulus pada tahun
2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Al-
Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Gadingrejo dan lulus tahun 2013. Penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam jurusan Kimia pada tahun 2013.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti aktivitas organisasi Kader Muda
(KAMI) HIMAKI tahun 2013-2014 FMIPA Unila dan menjadi Anggota Biro Usaha
Mandiri (BUM) HIMAKI FMIPA Unila pada tahun 2014-2015. Penulis juga pernah
menjadi Asisten Dosen pada praktikum Kimia Anorganik II angkatan 2014 pada tahun
2016 dan Kimia Anorganik I angkatan 2015 pada tahun 2017. Tahun 2016 penulis telah
menyelesaikan praktik kerja lapangan yang berjudul Sintesis Zeolit dari Silika Ampas
Tebu (Bagasse) Menggunakan Metode Non-Hidrotermal di Laboratorium Kimia
Anorganik/Fisik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung. Penulis melaksanakan kegiatan KKN PPM (Pembelajaran
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak
memberikan manfaat bagi orang lain”
“Be as yourself as you want”
Atas Rahmat Allah SWT Kupersembahkan Karya Sederhanaku ini
Teruntuk
Alm. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang,
perhatian, dukungan, motivasi dan semangat kepada ananda selama ini
Seluruh keluarga besarku, mas dan mbakku tercinta yang selalu mendoakan keberhasilanku
Dr. Mita Rilyanti, M.Si dan semua Dosen Jurusan Kimia yang telah membimbing dan mendidik ananda selama menempuh
pendidikan di kampus
Sahabat dan teman-temanku yang selalu berbagi kebahagiaan
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillah tsummal hamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta
alam yang telah memberikan nikmat-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang memberikan syafa’atnya
kepada seluruh umatnya di dunia dan di akhirat, Aamiin.
Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “SINTESIS ZSM-5 (Zeolite Secony
Mobile-5) DARI SILIKA AMPAS TEBU (Bagasse) MENGGUNAKAN
METODE STEAM ASSISTED CONVERSION (SAC)”. Sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Teriring do’a yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Alm. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan limpahan kasih sayang
kepada penulis. Pak, bu terimakasih banyak atas semua do’a yang tak pernah
berhenti, perjuangan, kerja keras, nasehat, semangat, motivasi, dukungan dan
segalanya yang telah diberikan kepada penulis, semoga Allah senantiasa
menjaga dan melindungi kalian. Aamiin ya Allah…
2. Untuk kakak-kakaku Mas Arief, Mbak Fera, Kak Ridho, dan Mbak Irna
terimakasih atas segala do’a, motivasi, dukungan, nasehat, semangat, saran,
dan uang jajan :D selama ini. Aku sayang kalian semoga Allah selalu
memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada kalian.
3. Keponakan-keponakan ante Annisa, Caca, Aliya, Keisya dan Queen.
Terimakasih atas keceriaannya dan yang selalu menghibur. Ante sayang
kalian :*
4. Ibu Dr. Mita Rilyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama penelitian
penulis yang telah membimbing, mendidik, dan mengarahkan penulis dengan
sangat-sangat sabar, nasehat, ilmu, dan kasih sayang yang tulus sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Maaf kalau indah sedikit bandel ya bu, hehe.
Semoga barokah Allah selalu menyertai ibu.
5. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku pembimbing II penulis yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
6. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si selaku pembahas penulis yang telah memberikan
bimbingan, arahan, kritik, saran dan nasihat kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.
7. Ibu Noviany, Ph.D selaku pembimbing akademik penulis yang telah
memberikan motivasi, arahan, dan nasihat sehingga penulis dapat menempuh
pendidikan dengan baik di Jurusan Kimia FMIPA Unila. Semoga Allah selalu
memberikan rahmat kepadanya.
8. Prof. Warsito, Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung.
9. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
Unila dan seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila.
10. Seluruh civitas akademik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung
khususnya Mbak Liza selaku laboran Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik,
dan Pak gani selaku staf administrasi, terimakasih atas bantuannya selama ini.
11. Teruntuk partner dari segala partner Anggi Widiawati, S.Si., terimakasih atas
kekompakan dan kesetiaannya, yang selalu bareng-bareng dari awal sampai
akhir, susah senang bareng, bandel bareng, meskipun kamu nyebelin dan
ngeyel :D tapi tetep jadi partner terbaik, semoga kita sukses bareng yaa
Aamiin.
12. Partner penelitian terbaik Nur Hastriana, S.Si. dan Fatimah, S.Si., terimakasih
atas bantuannya, nasehat, motivasi, keceriaan, semangat, buku-buku catatan
setiap mau seminar :D dan kalian yang katanya partner tapi selalu seminar
duluan, akhirnya kita wisuda bareng yahh yeayy :D
13. Sahabat-sahabat terbaikku yang katanya CCS (Cewe-Cewe Solehah) Aamiin
:D, Atun, Ocoy, Mba Yuli, Jambu (Anggi), Bebeb Nurma, dan Eka Setioso
terimakasih atas segala kekompakannya, kegilaannya, perhatiannya, berbagi
kesedihan dan kebahagiaan, semangat, nasihat, motivasi selama ini. Jaga terus
silaturahim dan semoga kita semua sukses yaa. Aku sayang kalian :*
14. Temen 5000an dapet 3, Dian, S.Si., Chilipuk (Dona), Cabe (Anton), Paul,
Mega, Siti, Mb Ismi, S.Si., Yuni, Dicky, Bara, Febri, Arief, terimakasih atas
ke’receh’annya, motivasi, semangat dan bantuan. Semoga dilancarkan
penelitiannya, dan yang belum S.Si semoga cepat menyusul…
15. Teman-teman Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik, Nova Tri Irianti, S.Si
(praktikan kesayangan :*), Eka Setioso Sari, Yulia Arizawati, Murnita
Anggraini, S.Si., Fentri Haryati, Megafhit Puspitarini, Melita Sari, Radho
Alkautsar, S.Si., Ismi Ambalika, S,Si., Febri Ardhiansyah, S.Si., Kartika Agus
Kusuma, S.Si., Della Mita Andini, S.Si., Mita Sasta Viana, Awan Gunaefi,
Arief Aulia Rahman, Renita Susanti, Widya Aryani M., Esti Sandra P., Siti
Nabila S., Mega Mawarti, Linda Wati, dan Dewi Rumondang C.PCS.,
terimakasih kalian sudah membuat suasana Lab tidak pernah sepi, terimakasih
atas kebersamannya selama ini.
16. Teman-teman se-angkatan keluargaku tercinta Kimia 2013 (CHETIR), Dona,
Diky, Paul, Aulia, Celli, Citra, Dian, Erva, Fatimah, Fika, Khalimah, Febri,
Khomsatun, Maya, Megafhit, Mia, Nabilla, Nita, Riyan W, Shelta, Gita, Nisa,
Vicka, Wahyuni, Yuvica, Eky, Ana, Inggit, Widya, Awan, Arief, Dewi,
Korina, Esti, Nora, Fera, Vyna, Bara, Yunitri, Dilla, Badi, Nova, Linda, Shela,
Renita, Ridho, Kurnia, Nurma, Ismi, Eka, Herma, Ines, Anita, Siti, Oci, Yulia,
Murnita, Fentri, Riska, Rian, Verdi, Dodi, Yolanda, Eka M, Nia, Uut, Nurul,
Kiki, Netty, Gesa, Yuni, Tyas, Anggun, Mawar, Della, Radho, Arni, Mita,
Sinta, Anton, Melita, Melia, Monica, Lulu, Kartika, Ezra, dan Tika,
terimakasih telah menjadi keluarga yang selalu memberikan keceriaan dan
kasih sayang kepada penulis. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga, dan
semoga kita semua sukses yaa, aamiin.
17. Adik-adik seperbimbingan Bagasse Research, Devi, Rica, Arum, Ainun,
Cindy, terimakasih atas semangat dan keceriaannya, nurut sama Bu Mita
jangan bandel yaa hihi, semoga dilancarkan menuju S.Si nya, dan jaga terus
kekompakan kalian
18. Kakak-kakak angkatan 2012 atas bantuan dan persaudaraan yang terjalin
selama ini.
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara tulus memberikan
bantuan moril dan materil kepada penulis.
Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila skripsi ini masih
terdapat kesalahan dan kekeliruan, semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat sebagaimana mestinya, Aamiin.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis
Indah Tri Yulianti
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
C. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ampas Tebu .................................................................................. 7
B. Abu Ampas Tebu .......................................................................... 9
C. Silika ............................................................................................. 10
D. Ekstraksi Silika dari Ampas Tebu ................................................ 11
1. Metode Pembakaran (Thermal) ................................................ 12
2. Metode Tanpa Pembakaran (Non-thermal) ............................. 12
E. Zeolit ............................................................................................. 13
1. Zeolit Alam .............................................................................. 14
2. Zeolit Sintetik ........................................................................... 15
F. Sintesis Zeolit ................................................................................ 16
G. Zeolit ZSM-5 ................................................................................ 20
H. Fourier Transform Infra-Red (FTIR) .......................................... 22
I. X-Ray Fluoresence (XRF) .............................................................. 24
J. X-Ray Diffraction (XRD) ............................................................... 25
K. Scanning Electron Microscopy (SEM) ......................................... 27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 30
B. Alat dan Bahan .............................................................................. 30
C. Prosedur Kerja............................................................................... 31
1. Ekstraksi Silika dari Abu Ampas Tebu ...................................... 31
ii
2. Karakterisasi Silika .................................................................... 32
3. Sintesis Zeolit............................................................................. 32
a. Sintesis benih Zeolit ZSM-5 .................................................. 32
b. Sintesis zeolit ZSM-5 menggunakan silika ampas tebu ........ 33
4. Karakterisasi Zeolit .................................................................... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ekstraksi Silika dari Ampas Tebu ................................................. 37
B. Karakterisasi Silika Hasil Ekstraksi .............................................. 41
1. X-Ray Fluoresence (XRF) ........................................................ 42
2. Fourier Transform Infra-Red (FTIR) ....................................... 43
3. X-Ray Diffraction (XRD) .......................................................... 45
C. Sintesis Zeolit ................................................................................ 46
1. Sintesis Benih Zeolit ZSM-5 .................................................... 46
2. Sintesis Zeolit ZSM-5 menggunakan Silika Ampas Tebu ........ 48
D. Karakterisasi Zeolit ....................................................................... 49
1. X-Ray Diffraction (XRD) .......................................................... 49
a. Benih Zeolit ZSM-5 ............................................................. 50
b. Zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu .................................... 51
2. X-Ray Fluoresence (XRF) ........................................................ 57
3. Scanning Electron Microscope (SEM) ..................................... 59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi kadar abu ampas tebu, sekam padi, dan abu terbang
(fly ash) .................................................................................................... 10
2. Contoh zeolit alam .................................................................................. 15
3. Rumus oksida beberapa jenis zeolit sintetik ........................................... 16
4. Data zeolit tipe ZSM-5 ............................................................................ 21
5. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis benih zeolit ZSM-5 ............... 33
6. Perhitungan komposisi molar peraksi untuk sintesis benih zeolit
ZSM-5 ..................................................................................................... 33
7. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5 menggunakan
silika ampas tebu ..................................................................................... 34
8. Perhitungan komposisi molar peraksi untuk sintesis zeolit ZSM-5
menggunakan silika ampas tebu............................................................. 34
9. Komposisi senyawa dalam silika ampas tebu ......................................... 42
10. Komposisi benih zeolit ZSM-5 dari silika komersial dan zeolit dari
silika ampas tebu .................................................................................... 58
11. Data pola XRD benih zeolit ZSM-5....................................................... 76
12. Data puncak XRD benih zeolit ZSM-5 .................................................. 76
iv
13. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa benih ZSM-5
suhu 150 oC selama 48 jam ................................................................... 79
14. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa benih ZSM-5
suhu 170 oC selama 48 jam .................................................................... 81
15. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 silika ampas tebu menggunakan
benih ZSM -5 suhu 170 oC selama 120 jam ........................................... 83
16. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa benih ZSM-5
suhu 170 oC selama 120 jam .................................................................. 86
17. Data puncak XRD zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa TPA-Br suhu
170 oC selama 120 jam ............................................................................ 89
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ampas tebu ............................................................................................. 7
2. Struktur kimia zeolit ................................................................................ 13
3. Autoklaf (alat sintesis secara hidrotermal) .............................................. 17
4. Difraktogram standar zeolit ZSM-5 ....................................................... 22
5. SEM dari zeolit ZSM-5 ........................................................................... 22
6. Prinsip XRF ............................................................................................. 25
7. Skematik dasar perhitungan Bragg ......................................................... 26
8. Skema dasar SEM ................................................................................... 29
9. Ampas tebu yang telah dicuci dengan asam sitrat 5% ............................ 38
10. Abu ampas tebu hasil pembakaran suhu 600°C .................................... 39
11. (a) Abu ampas tebu, (b) Abu ampas tebu yang diekstraksi dengan
NaOH dengan cara dipanaskan, (c) Hasil ekstraksi abu ampas tebu
setelah dibiarkan selama 12 jam, dan (d) Hasil ekstraksi ampas tebu
yang sudah disaring berwarna kecoklatan ............................................... 40
12. (a) Natrium silikat yang ditambahkan larutan HCl 1 M tetes demi
tetes menggunakan buret, (b) Terbentuk 2 fasa (pelarut dan silika gel)
dan (c) Silika berwarna putih .................................................................. 41
13. Spektra FTIR dari silika hasil ekstraksi ................................................ 43
vi
14. Difraktogram hasil ekstrak sisilika ampas tebu .................................... 45
15. Benih zeolit ZSM-5 dari silika komersial (LUDOX) ........................... 47
16. Zeolit ZSM-5 menggunakan silika ampas tebu yang disintesis pada
suhu 170 oC selama 120 jam ................................................................. 49
17. (a) Standar zeolit ZSM-5 dan (b) Benih zeolit ZSM-5 ......................... 50
18. (a) Standar zeolit ZSM-5, zeolit yang disintesis selama 48 jam pada
suhu (b) 150 °C dan (c) 170 °C ............................................................. 51
19. (a) Standar zeolit ZSM-5, zeolit hasil sintesis pada suhu 170 °C selama
(b) 48 jam dan (c) 120 jam .................................................................... 53
20. (a) Standar zeolit ZSM-5, (b) Standar zeolit mordenit, zeolit yang
disintesis (c) dengan, dan (d) tanpa penambahan benih ZSM-5 ........... 54
21. (a) Standar zeolit ZSM-5, zeolit hasil sintesis (b) dengan dan (c) tanpa
penambahan TPA-Br ............................................................................. 56
22. (a dan b) SEM zeolit ZSM-5 dari silika komersial, (c dan d) SEM
zeolit ZSM-5 dari silika hasil ekstraksi ampas tebu pada suhu 170 °C
selama 120 jam dengan penambahan benih ZSM-5 dan TPA-Br ......... 59
23. SEM zeolit ZSM-5 ................................................................................ 60
24. Data XRF silika ampas tebu .................................................................. 73
25. Grafik XRF silika ampas tebu ............................................................... 74
26. Grafik FTIR silika ampas tebu .............................................................. 74
27. Difraktogram benih zeolit ZSM-5 ......................................................... 76
28. Difraktogram sintesis zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa benih
ZSM-5 suhu 150 oC selama 48 jam ....................................................... 79
vii
29. Difraktogram sintesis zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa benih
ZSM-5 suhu 170 oC selama 48 jam ....................................................... 81
30. Difraktogram sintesis zeolit ZSM-5 silika ampas tebu menggunakan
benih ZSM-5 suhu 170 oC selama 120 jam ........................................... 83
31. Difraktogram sintesis zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa
benih ZSM-5 suhu 170 oC selama 120 jam ............................................ 86
32. Difraktogram sintesis zeolit ZSM-5 silika ampas tebu tanpa
TPA-Br suhu 170 oC selama 120 jam ................................................... 89
33. Data XRF benih zeolit ZSM-5 dari silika komersial ............................ 91
34. Data XRF zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu tanpa TPA-Br ............ 91
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tebu yang bernama ilmiah Saccharum Officanarum L. ini merupakan
keluarga graminae atau sejenis dengan suku rumput-rumputan. Bentuk pohon
dari tanaman tebu yaitu batang yang berbentuk memanjang ke atas, terdapat
ruas-ruas di batangnya, dan daunnya terdapat pada setiap ruasnya. Tebu
tumbuh lebih di 200 negara, India adalah produsen gula terbesar kedua di
dunia, sedangkan penghasil terbesarnya adalah Brazil. Di negara Karibia,
tebu diolah menjadi falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran
koktail. Di Indonesia tanaman tebu banyak dihasilkan di Pulau Jawa dan
Sumatera. Tanaman ini hanya tumbuh di daerah beriklim tropis dan
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan gula (FAO, 2006). Tanaman
tebu memiliki manfaat yang sangat banyak. Baik dari segi kesehatan, segi
industri, segi konsumsi rumah tangga, segi transportasi, segi peternakan, dan
segi industri rumah tangga (Wijayanti, 2008). Pada industri gula, proses
ekstraksi cairan tebu yang diolah memiliki hasil samping berupa ampas tebu
(bagasse).
Ampas tebu merupakan limbah padat hasil gilingan pabrik gula, diproduksi
dalam jumlah 32% tebu, atau sekitar 10,5 juta ton per tahun atau per musim
2
giling se-Indonesia. Ampas tebu juga dapat dikatakan sebagai produk
pendamping, karena ampas tebu sebagian besar dipakai langsung oleh pabrik
gula sebagai bahan bakar ketel yaitu sekitar 10,2 juta ton per tahun (97,4 %
produksi ampas). Sisanya (sekitar 0,3 juta ton per tahun) terhampar di lahan
pabrik sehingga dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang
tidak sedap di sekitar pabrik gula (Oktavia, 2011).
Limbah ampas tebu diperlukan pemanfaatan yang tepat agar dapat dihasilkan
suatu produk yang bernilai jual tinggi dan dapat mengurangi pencemaran
limbah padat terhadap lingkungan. Ampas tebu yang dihasilkan dari satu
pabrik gula sekitar 35 - 40% dari berat tebu yang digiling. Untuk pabrik gula
di Lampung berdasarkan hasil survey di PT. Gunung Plantations, Lampung,
minimal ampas tebu yang dihasilkan dari industri gula mencapai 100
ton/tahun, dan diperkirakan untuk PT. Gula Putih Mataram dan PT. Indo
Lampung juga memiliki kapasitas ampas tebu yang sama (Wyman, 1994).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu bagasse dari limbah pabrik gula
dapat diolah menjadi silika (Hanafi dan Nandang, 2010). Ampas tebu
mengandung air 48 - 52, gula 3,3 dan serat 47,7%. Abu ampas tebu memiliki
kandungan silika yang tinggi yaitu sekitar 50-70%. Kandungan tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan abu terbang (fly ash) (33,54%) (Paiton, 2002),
namun tidak lebih tinggi dari sekam padi (94,40%) (Folleto, 2006). Karena
pemanfaatan ampas tebu masih sedikit dan kandungan silika yang dihasilkan
tinggi, sehingga pada penelitian ini digunakan ampas tebu sebagai sumber
silika sebagai prekursor dalam sintesis zeolit selain alumina. Silika dari abu
3
ampas tebu bersifat amorf dan terbentuk dengan dikalsinasi pada suhu
pengabuan 500-600 selama 4 jam (Hanafi dan Nandang, 2010).
Silika atau silikon dioksida (SiO2) adalah oksida dari silikon yang terdapat di
alam dalam dua macam bentuk yaitu amorf dan kristallin. Kandungan silika
dalam kulit bumi adalah sekitar 75% dari keseluruhan komponen pembentuk
kulit bumi. Secara umum silika digunakan di berbagai industri (industri pasta
gigi, perawatan kulit, dan pelapisan kertas) baik sebagai produk akhir maupun
sebagai bahan penunjang proses industri (Affandi et al., 2009). Dalam
bidang kimia, silika dapat digunakan sebagai adsorben untuk senyawa-
senyawa polar, desikan, pengisi kolom pada kromatografi, sebagai katalis
(Hindryawati, dan Alimuddin, 2010; Mujiyanti et al., 2010) dan dapat
digunakan sebagai dasar pembuatan zeolit sintesis (Halimaton, 1996; Ramli
et al., 1996; dan Scherzer, 1990). Oleh karena itu, abu ampas tebu yang
memiliki kandungan silika tinggi (sekitar 50-70%) dapat dimanfaatkan
sebagai prekursor dalam sintesis zeolit (Moises et al., 2013).
Zeolit berasal dari kata “zeinlithos” yang berarti batuan berbuih. Zeolit
merupakan material kristalin yang tersusun atas unit struktur tetrahedral
alumina [AlO4]- dan silika [SiO4] membentuk kerangka tiga dimensi berpori
dengan ukuran pori mikro (< 2 nm). Zeolit merupakan suatu kelompok
mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa.
Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah-celah ataupun rekahan dari
batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas
vulkanik yang banyak mengandung unsur silika. Pada saat ini penggunaan
4
mineral zeolit semakin meningkat, dari penggunaan dalam industri kecil
hingga dalam industri berskala besar. Zeolit menjadi suatu material serba
guna terkait dengan karakteristik yang dimilikinya. Zeolit telah diaplikasikan
dalam berbagai bidang sebagai absorben, katalis, penukar ion, penyaring
molekul serta aplikasi baru dalam bidang sensor kimia, elektronik, magnetik,
dan kesehatan (Cejka et al., 2007).
Penelitian sebelumnya telah dilakukan sintesis zeolit dengan sumber silika
alam yaitu dari abu bagasse, mensintesis zeolit Y dari silika ampas tebu
menggunakan metode hidrotermal dengan suhu 100 oC selama 24 jam (Sang
et al., 2005). Zeolit Y memiliki rumus oksidasi Na2O·Al2O3·2,5SiO2·6H2O
dan memiliki rentang rasio molar 1-3 (Saputra, 2006). Selain daripada itu
juga telah dilakukan sintesis zeolit analsim menggunakan abu ampas tebu
(bagasse) sebagai sumber silika menggunakan metode hidrotermal. Analsim
memiliki morfologi trapezohedral tidak teratur (irregular trapezohedral) yang
tersusun atas cincin delapan, enam, dan empat (Aisyah, 2015). Zeolit Y
maupun zeolit analsim memiliki rasio Si/Al rendah sehingga aplikasinya
terbatas, oleh karena itu dibutuhkan zeolit dengan rasio Si/Al tinggi seperti
ZSM-5 yang aplikasinya lebih luas.
ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) yaitu zeolit dengan rasio silika dan alumina
yang tinggi (Si/Al 5-100) (Cejka et al., 2007) dan umum digunakan sebagai
katalis dalam sintesis organik, pemurnian petroleum dan industri petrokimia.
ZSM-5 memiliki rumus umum Nan(AlO2)n(SiO2)96-n.16 H2O. Sifat katalis
zeolit ini timbul dari keasamannya sedangkan keunikan sistem porinya
5
menghasilkan katalis dengan karakter tertentu. Sejak penemuan zeolit ZSM-
5 dengan kandungan silika tinggi dan potensi pemanfaatannya dalam
beberapa aplikasi, berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan
metode sintesis dan kualitas produk serta mengurangi biaya produksi
pembuatan zeolit ZSM-5 (Petushkov et al., 2011).
Metode steam assisted conversion (SAC) yaitu metode kristalisasi bantuan-
uap. Teknik SAC melibatkan proses kristalisasi zeolit dalam fasa padat
dengan bantuan air menggunakan prekursor berupa gel kering. Metode ini
dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk sintesis ZSM-5. Penelitian
sebelumnya telah mensintesis zeolit ZSM-5 dari silika komersial yaitu
LUDOX menggunakan metode SAC (Mita et al., 2016). Hal yang sama juga
dilakukan oleh Cheng X et al. (2014) mensintesis zeolit Beta dengan bantuan
benih dan menggunakan metoda SAC.
Silika dari abu bagasse memiliki banyak keuntungan, seperti banyaknya
kandungan mineral-mineral yang berupa Si, K, Ca, Ti, V, Mn, Fe, Cu, Zn dan
P, sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika gel yang
mempunyai nilai tambah yang lebih dengan memanfaatkan limbah padat yang
dihasilkan oleh pabrik gula. Memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena
memanfaatkan limbah tebu yang sudah tidak terpakai (Miftakhul, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian pemanfaatan abu bagasse
sebagai sumber silika untuk sintesis zeolit menggunakan metode kristalisasi
bantuan-uap (steam assisted conversion, SAC).
6
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengekstraksi dan mengkarakterisasi silika dari ampas tebu (bagasse).
2. Mempelajari cara sintesis zeolit ZSM-5 menggunakan metode steam
assisted conversion (SAC) dengan sumber silika dari ampas tebu.
3. Mengkarakterisasi zeolit hasil sintesis.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
tentang pemanfaatan ampas tebu (bagasse) sebagai sumber silika untuk
mensintesis zeolit menggunakan metode steam assisted conversion (SAC).
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ampas Tebu (Sugarcane Bagasse/SCB)
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagasse, merupakan limbah yang
dihasilkan dari proses pemerahan atau ekstraksi batang tebu. Ampas tebu
yang dihasilkan dari satu pabrik gula sekitar 35 - 40% dari berat tebu yang
digiling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu bagasse dari limbah
pabrik gula dapat diolah menjadi silika. Bagasse mengandung air 48 – 52,
gula 3,3 dan serat 47,7% (Hanafi & Nandang, 2010). Ampas tebu merupakan
sumber daya alam yang mengandung SiO2 cukup tinggi (Azizah, 2012).
Gambar 1. Ampas Tebu
8
Ampas tebu berbentuk serat-serat pendek yang mengandung air dan sejumlah
kecil padatan yang dapat larut (Gambar 1). Secara umum, ampas tebu
memiliki ukuran panjang 1,2 mm (Hajiha et al., 2015).
Ampas tebu termasuk biomassa yang mengandung lignoselulosa sangat
dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti
bioetanol atau biogas. Ampas tebu memiliki kandungan selulosa 52,7;
hemiselulosa 20,0; dan lignin 24,2% (Samsuri et al., 2007). Dalam satu kali
proses ekstraksi dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari berat tebu yang
digiling secara keseluruhan. Dari sekian banyak ampas tebu yang dihasilkan,
baru sekitar 50% yang sudah dimanfaatkan misalnya sebagai bahan bakar
dalam proses dan transportasi tebu dari lahan pertanian ke tempat pemerahan
(Birowo, 1992).
Limbah ampas tebu telah dimanfaatkan sebagai bahan penguat dalam material
komposit karena berhubungan dengan sifat mekanik dan termal selain
berbiaya rendah dan juga ramah lingkungan (green processes) (Loh et al.,
2013). Selain itu, ampas tebu juga dimanfaatkan dalam memproduksi
senyawa kimia seperti furfural atau hidroksimetil furfural (HMF), senyawa
fenolik, dan bahan pembuat kertas (Ju et al., 2011). Secara tradisional ampas
tebu digunakan sebagai bahan bakar pada tangki pemanas di pabrik gula.
Namun karena rendahnya kalori yang dihasilkan, pemanfaatan ini menjadi
tidak efisien. Sehingga biasanya dibutuhkan lahan kosong untuk
pembuangan ampas tebu yang menyebabkan salah satu masalah penanganan
dampak lingkungan (Verma et al., 2012).
9
B. Abu Ampas Tebu (Sugarcane bagasse ash/SCBA)
Abu ampas tebu (SCBA) merupakan hasil dari pembakaran ampas tebu pada
produksi gula yang biasanya tidak terpakai dan dianggap sebagai limbah
pabrik (waste product). Proses pembakaran ampas tebu itu sendiri
berlangsung pada grate (pengapian) dan furnace (ruang pembakaran) dimana
ampas tebu yang dijatuhkan dari corong ke grate. Di grate inilah akan terjadi
timbunan ampas tebu yang menyerupai kerucut bahan bakar dan akan
berlangsung 4 proses yakni proses pengeringan, pembentukan karbon,
pembakaran, dan yang terakhir menjadi abu (abu ampas tebu)
(Hernawati et al., 2010).
Abu pembakaran ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi dari
pembakaran ampas tebu murni yang memiliki kandungan senyawa silika
(SiO2) cukup tinggi yaitu lebih dari 50% yang berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan baku pada pembuatan silika gel (Affandi et al., 2009). Silika
dari ampas tebu (bagasse) lebih tinggi dibandingkan dengan abu terbang (fly
ash), namun tidak lebih tinggi dari sekam padi. Kompisisi kandungan pada
abu ampas tebu, sekam padi, dan abu terbang (fly ash) terdapat pada Tabel 1
sebagai berikut :
10
Tabel 1. Komposisi kadar abu ampas tebu, sekam padi, dan abu terbang (fly
ash) (Folleto, 2006; Panturau dan Setyawan, 2006; Paiton, 2002)
Komposisi % berat
sekam padi ampas tebu abu terbang
SiO2 94,40 73,50 33,54
Al2O3 0,61 7,60 19,15
Fe2O3 0,03 2,70 16,70
CaO 0,83 3,00 13,98
MgO 1,21 2,60 6,73
K2O 1,06 7,10 0,97
P2O3 1,50 1,70 2,19
C. Silika
Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawaan kimia yang paling
umum. Silika murni terdapat dalam dua bentuk yaitu kuarsa dan kristobalit.
Silikon selalu terikat secara tetrahedral kepada empat atom oksigen, namun
ikatan-ikatannya mempunyai sifat yang cukup ionik. Dalam kristobalit,
atom-atom silikon ditempatkan seperti halnya atom-atom karbon dalam intan
dengan atom-atom oksigen berada ditengah dari setiap pasangan. Dalam
kuarsa terdapat heliks sehingga terbentuk kristalenansiomorf. Kuarsa dan
kristobalit dapat saling dipertukarkan apabila dipanaskan. Proses ini lambat
karena dibutuhkan pemutusan dan pembentukan kembali ikatan-ikatan dan
energi pengaktifannya tinggi. Silika relatif tidak reaktif terhadap Cl2, H2,
asam-asam dan sebagian besar logam pada suhu 25oC atau pada suhu yang
lebih tinggi, tetapi dapat diserang oleh F2, HF aqua, hidroksida alkali dan
leburan-leburan karbonat (Cotton, 1989).
Silika banyak terdapat pada tumbuhan sebagai diatom dan pada hewan
sebagai radiolaria. Silika yang terakumulasi di dalam makhluk hidup, baik
11
hewan atau tumbuhan memiliki bentuk amorf, berbeda dengan silika yang
tidak berasal dari makhluk hidup seperti batuan dan debu yang memiliki
struktur silika kristalin. Silikat sendiri merupakan bentuk mineral dari silika
atau dengan kata lain senyawa silika yang bereaksi dengan unsur lain. Dari
ikatan bangunnya dapat dibedakan menjadi nesosilikat/silikat pulau tunggal
(tetrahedron), sorosilikat/silikat pulau ganda (dua ujung tetrahedron yang
bertumpuk), cyclosilikat/silikatcincin, inosilikat/silikat rantai tunggal dan
rantai ganda, phyllosilikat/silikat lembaran, dan tectosilikat/silikat bingkai
(Jones, 2000). Biasanya bentuk ikatannya adalah tetrahedron dan yang diikat
adalah natrium, potassium, kalsium, magnesium, besi, dan aluminium.
D. Ekstraksi Silika dari Ampas Tebu
Untuk memproduksi silika dari biomassa dapat dilakukan dengan proses
leaching secara kimia dan proses pembakaran untuk menghilangkan karbon
(Atta et al., 2012). Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau
lebih senyawa dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan
dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian bahan padatan
sehingga bahan terlarut yang diinginkan dapat diperoleh. Metode ini
memiliki 3 variabel penting, yaitu temperatur, area kontak dan jenis pelarut
(Firdaus, 2012). Beberapa peneliti telah banyak melakukan penelitian tentang
ekstraksi silika dengan proses ekstraksi dengan pelarut alkali dan
pengendapan silika dengan asam. Pada tahun 2000, Kalapathy mengekstrak
silika dari sekam padi menggunakan NaOH 1 N dengan metode ekstraksi dua
siklus dan menghasilkan kandungan silika sekitar 80%. Metode pembakaran
12
dan tanpa pembakaran merupakan metode untuk mendapatkan silika murni
dari suatu biomassa. Reaksi yang terjadi yaitu:
SiO2(s) + NaOH(aq) → Na2SiO3(aq) + H2O(l) (Moises et al., 2013).
1. Metode Pembakaran (Thermal)
Untuk memperoleh silika dari ampas tebu didahului dengan proses
pembakaran (Atta et al., 2012). Pembakaran bertujuan mengubah senyawa
organik berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin dalam ampas tebu menjadi
karbon yang kemudian dapat dipisahkan melalui penyaringan. Penghilangan
senyawa organik dalam ampas tebu memudahkan proses ekstraksi sehingga
didapatkan silika dengan kemurnian yang tinggi (Candra et al., 2012).
2. Metode Tanpa Pembakaran (Non-thermal)
Proses non-thermal menggunakan asam dapat dilakukan sebagai perlakuan
awal ampas tebu yang akan sangat membantu menghasilkan silika dengan
kemurnian yang tinggi. Menurut Chakraverty (1988), zat-zat inorganik
pengotor dalam sekam padi seperti mineral-mineral dalam jumlah yang
sedikit dapat dihilangkan melalui perlakuan dengan asam menggunakan
H2SO4, HCl, atau HNO3. Senyawa-senyawa inorganik ini harus dihilangkan
sebelum pembakaran dilakukan karena dapat menghambat pembentukan
silika yang memiliki struktur amorf (Umeda, 2008). Selain senyawa
anorganik, perlakuan dengan asam juga dapat menghilangkan senyawa-
senyawa organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Melalui hidrolisis
terjadi pemecahan ikatan kimia polisakarida. Namun demikian, metode non-
thermal jarang digunakan karena proses penghilangan pengotor
13
berlangsung relatif lama, oksidator asam dapat menyebabkan korosi, butuh
perlakuan khusus untuk pembuangan limbah sehingga membutuhkan biaya
yang cukup tinggi (Candra et al., 2012). Untuk menghindari hal tersebut,
penggunaan asam organik, seperti asam sitrat yang lebih ramah lingkungan,
tidak berbahaya bagi manusia, dan lebih ekonomis mulai dikaji (Umeda,
2008).
E. Zeolit
Zeolit adalah mineral kristal alumina silikat berpori terhidrat yang
mempunyai struktur kerangka tiga dimensi terbentuk dari tetrahedral [SiO4]4-
dan [AlO4]5-
. Kedua tetrahedral di atas dihubungkan oleh atom-atom
oksigen, menghasilkan struktur tiga dimensi terbuka dan berongga yang
didalamnya diisi oleh atom-atom logam biasanya logam-logam alkali atau
alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas (Breck, 1974;
Chetam, 1992; Scot et al., 1993). Umumnya, struktur zeolit adalah suatu
polimer anorganik berbentuk tetrahedral unit TO4, dimana T adalah ion Si4+
atau Al3+
dengan atom O berada diantara dua atom T, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2.
Gambar 2. Struktur kimia zeolit
14
Struktur zeolit memiliki rumus umum Mx/n [(AlO2)x(SiO2)y].wH2O, dimana
M adalah kation alkali atau alkali tanah, n adalah jumlah valensi kation, w
adalah banyaknya molekul air per satuan unit sel, x dan y adalah angka total
tetrahedral per satuan unit sel, dan nisbah y/x biasanya bernilai 1 sampai 5,
meskipun ditemukan juga zeolit dengan nisbah y/x antara 10 sampai 100
(Bekkum, 1991). Dikenal dua jenis zeolit, yakni zeolit alam dan zeolit
sintetis.
1. Zeolit Alam
Zeolit alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks
dari batuan-batuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam.
Para ahli geokimia dan mineralogi memperkirakan bahwa zeolit merupakan
produk gunung berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan
sedimen dan batuan metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses
pelapukan karena pengaruh panas dan dingin (Lestari, 2010). Sebagai produk
alam, zeolit alam diketahui memiliki komposisi yang sangat bervariasi,
namun komponen utamanya adalah silika dan alumina. Di samping
komponen utama ini, zeolit juga mengandung berbagai unsur minor, antara
lain Na, K, Ca (Bogdanov et al., 2009), Mg, dan Fe (Akimkhan, 2012).
Berikut merupakan contoh zeolit alam (Tabel 2).
15
Tabel 2. Contoh zeolit alam (Subagyo, 1993).
No. Zeolit Alam Komposisi
1. Analsim Na16(Al16Si32O96)·16H2O
2. Kabasit (Na2,Ca)6(Al12Si24O72)·40H2O
3. Klinoptilotit (Na4K4)(Al8Si40O96)·24H2O
4. Erionit (Na,Ca5K)(Al9Si27O72)·27H2O
5. Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72)·18H2O
6. Heulandit Ca4(Al8Si28O72)·24H2O
7. Laumonit Ca(Al8Si16O48)·16H2O
8. Mordenit Na8(Al8Si40O96)·24H2O
9. Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64)·20H2O
10. Natrolit Na4(Al4Si6O20)·4H2O
11. Wairakit Ca(Al2Si4O12)·12H2O
2. Zeolit Sintetik
Zeolit sintetik adalah zeolit yang dibuat secara rekayasa yang sedemikian
rupa sehingga didapatkan karakter yang lebih baik dari zeolit alam. Prinsip
dasar produksi zeolit sintetik adalah komponennya yang terdiri dari silika dan
alumina, sehingga dapat disintesis dari berbagai bahan baku yang
mengandung kedua komponen di atas. Komponen minor dalam zeolit juga
dapat ditambahkan dengan mudah menggunakan senyawa murni, sehingga
zeolit sintetik memiliki komposisi yang tetap dengan tingkat kemurnian yang
tinggi (Georgiev et al., 2009). Zeolit sintetik dapat dibedakan berdasarkan
jumlah silikonnya diantaranya zeolit dengan kadar silikon tinggi bersifat
higroskopis sehingga baik sebagai katalisator asam hidrokarbon seperti ZSM-
11, ZSM-21 dan ZSM-5 (Saputra, 2006). Dengan perkembangan penelitian,
dewasa ini telah dikenal beragam zeolit sintetik, dan beberapa diantaranya
disajikan dalam Tabel 3.
16
Tabel 3. Rumus oksida beberapa jenis zeolit sintetik (Georgiev et al., 2009).
Zeolit Rumus Oksida
Zeolit A Na2O·Al2O3·2SiO2·4,5H2O
Zeolit N-A (Na,TMA)2O·Al2O3·4,8SiO2·7H2O TMA – (CH3)4N+
Zeolit H K2O·Al2O3·2SiO2·4H2O
Zeolit L (K2Na2)O·Al2O3·6SiO2·5H2O
Zeolit X Na2O·Al2O3·2,5SiO2·6H2O
Zeolit Y Na2O·Al2O3·4,8SiO2·8,9H2O
Zeolit P Na2O·Al2O3·2-5SiO2·5H2O
Zeolit O (Na,TMA)2O·Al2O3·7SiO2·3,5H2O TMA – (CH3)4N+
Zeolit (Na,TMA)2O·Al2O3·7SiO2·5H2O TMA – (CH3)4N+
Zeolit ZK-4 0,85Na2O·0,15(TMA)2O· Al2O3·3,3SiO2·6H2O
Zeolit ZK-5 (R,Na2)O·Al2O3·4-6SiO2·6H2O
F. Sintesis Zeolit
Zeolit dapat terbentuk dialam secara alami dan ditambang secara global
namun juga dapat disintesis dalam skala laboratorium. Dalam mensintesis
zeolit dapat menggunakan berbagai metode seperti metode hidrotermal
maupun non-hidrotermal. Metode hidrotermal biasanya terjadi dalam pelarut
air dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi (>100 °C, >1 bar). Metoda
hidrotermal telah banyak dikembangkan tidak hanya untuk sintesis material
berpori seperti zeolit tetapi juga untuk material anorganik penting seperti
superionik konduktor, sensor kimia, keramik oksida kompleks, dan material
magnetik (Cejka et al., 2007). Alat sintesis hidrotermal dapat dilihat pada
Gambar 3 berikut:
17
Gambar 3. Autoklaf (alat sintesis secara hidrotermal)
Metoda hidrotermal sebelumnya telah diterapkan dalam sintesis zeolit
analsim diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ghobakar et al., (1999)
mengidentifikasi efek temperatur sintesis terhadap bentuk kristal zeolit
analsim dengan waktu reaksi yang cukup panjang yaitu selama enam minggu
secara hidrotermal (Ghobakar, et al.,1999).
Metode steam assisted conversion (SAC) yaitu metode kristalisasi dalam fasa
padat dengan bantuan uap air (Mita et al., 2016). Metode SAC telah
menerima banyak perhatian tidak hanya karena kebutuhan template yang
sedikit organik tetapi juga metode ini dapat digunakan untuk mempersiapkan
membran zeolit dengan berbagai struktur topologi, seperti MFI dan MOR
(Nishiyama et al., 1998).
Menurut Cejka et al. (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan kristal dalam sintesiszeolit, diantaranya:
1. Komposisi molar pereaksi
Komposisi molar campuran pereaksi memberikan peranan penting terhadap
18
kristalisasi zeolit. Hal-hal yang berkaitan dengan komposisi molar pereaksi
adalah sumber prekursor, rasio Si/Al, alkalinitas (kebasaan), jumlah H2O,
kation anorganik, dan template organik.
2. Sumber Si dan Al
Sumber silika yang biasa digunakan dalam sintesis zeolit diantaranya;
silika koloid (LUDOX), tetraetil orto silikat (TEOS), Cab-O-Sil (fumed
silica), tetrametil orto silikat (TMOS), dan natrium silikat (Na2SiO3).
Karakteristik suatu polisilikat akan berbeda dengan sumber silika yang lain.
Karakteristik ini memainkan peran penting dalam proses nukleasi dan
kristalisasi zeolit. Perbedaan luas permukaan dari sumber silikon akan
memberikan efek terhadap laju pengkristalan, ukuran kristal, dan distribusi
ukuran partikel terhadap zeolit hasil sintesis. Silika dengan luas permukaan
yang besar sangat mudah larut dalam medium basa dibandingkan dengan
silika yang luas permukaannya kecil. Silika jenis ini lebih mudah membentuk
kristal dengan ukuran yang lebih kecil sedangkan kristal dengan luas
permukaan kecil dan kelarutan rendah lebih cenderung membentuk kristal
besar. Selain sumber silika, sumber alumina juga memberikan pengaruh
besar terhadap laju pengkristalan zeolit. Sumber alumina yang biasa
digunakan antara lain: natrium alumina (NaAlO2), aluminium hidroksida
(NaOH), pseudo-boehmite (AlO(OH)), aluminium isopropoksida
(C9H21AlO3), aluminium nitrat (Al(NO3)3), aluminium sulfat (Al2(SO4)2),
atau logam aluminium (bubuk Al atau foil).
3. Rasio Si/Al
Rasio Si/Al berperan dalam menentukan struktur dan komposisi dari kristal
19
produk. Secara umum, zeolit dengan perbandingan Si/Al yang rendah (Si/Al
≤ 5) seperti zeolit A (LTU), X (FAU), dan hidroksisodalit (SOD) disintesis
dengan campuran reaksi Si/Al rendah dan alkali kuat. Sementara itu, zeolit
dengan rasio Si/Al tinggi (Si/Al > 5) seperti zeolit beta (BEA), ZSM-11
(MEL), dan ZSM-5 (MFI) dipreparasi dari gel dengan rasio Si/Al tinggi dan
tingkat kebasaan yang rendah atau dalam medium F.
4. Alkalinitas (kebasaan)
Alkalinitas memberikan kontribusi terhadap rasio OH-/Si atau rasio
H2O/Na2O. Sifat alkali yang tinggi meningkatkan kelarutan silika dan
alumina serta mempercepat polimerisasi dari ion polisilikat dan aluminat.
Proses induksi, nukleasi, dan kristalisasi dapat dipercepat dengan
meningkatkan alkalinitas. Disamping itu, tingkat kebasaan juga dapat
mempengaruhi ukuran partikel dan morfologi zeolit.
5. Jumlah H2O
Dalam sintesis zeolit secara hidrotermal, air berperan sebagai pelarut. Jumlah
air dalam suatu campuran reaksi akan mempengaruhi konsentrasi dari reaktan
sehingga berpengaruh juga kepada proses kristalisasi zeolit. Dengan
demikian mengubah jumlah air akan mengubah laju kristalisasi zeolit.
6. Kation anorganik
Kation anorganik berasal dari basa hidroksida logam alkali (MOH) sebagai
sumber basa dalam sintesis zeolit. Basa logam alkali yang biasa digunakan
adalah natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida (KOH). Perbedaan
kation anorganik akan mempengaruhi pembentukan unit kerangka penyusun
zeolit yang tentunya juga akan mempengaruhi jenis zeolit yang dihasilkan.
20
Beberapa zeolit seperti: ANA, CAN, FAU (X danY), MOR, LTA, dan SOD
terbentuk dengan kehadiran ion Na+ sebagai kation anorganik. Sedangkan
zeolit NAT, PAU, OFF, dan PHI terbentuk dengan adanya kation K+. Hal ini
dikarenakan kation anorganik juga berperan sebagai agen pengarah struktur.
7. Cetakan (template) organik
Kation organik dapat berperan sebagai pengisi ronggga kosong yang
mengarahkan pembentukan struktur spesifik zeolit (structure directing
agent/SDA). Antara kerangka zeolit dengan SDA terjadi interaksi karena
adanya gaya Van der Waals. Dengan demikian, hidrofobisitas dan
hidrofilisitas ion organik yang berperan sebagai SDA, sangat berpengaruh
terhadap rasio Si/Al dalam sintesis zeolit.
G. Zeolit ZSM-5
ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5) adalah salah satu jenis zeolit yang banyak
digunakan. ZSM-5 merupakan zeolit yang memiliki rasio Si/Al tinggi (Si/Al
5-100) (Cejka et al., 2007) (dengan bentuk framework MFI dan rumus umum
Nan(AlO2)n(SiO2)96-n·16H2O. ZSM-5 merupakan material yang seluruh
strukturnya mempunyai struktur pori dua dimensi yang menyilang. ZSM-5
mempunyai dua jenis pori, keduanya dibentuk oleh oksigen cincin enam. Jenis
pori yang pertama berbentuk lurus dan elips. Jenis pori yang kedua porinya
lurus pada sudut kanan, polanya zig-zag dan melingkar. ZSM-5 merupakan
salah satu zeolit dengan kerangka tipe MFI, memiliki diameter pori 0,54.
Zeolit ini biasa disintesis dengan menggunakan kation Na+
sebagai ion
penyeimbang kerangka yang bermuatan negatif. Ion Na+ dapat ditukar dengan
21
kation lain yang dapat memasuki pori dalam modifikasi zeolit (Petushkov et
al., 2011). Data mengenai zeolit ZSM-5 yang diambil dari International
Zeolite Association (IZA) ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data zeolit tipe ZSM-5
Rumus Kimia [Na+
n (H2O)16] [AlnSi96-n O192]- MFI, n<27
Parameter Sel a=20,07 Å; b=19,92 Å; c=13,42 Å
α= 90.0o; β=90.0
o; γ =90.0
o
Massa Jenis Kerangka 17,9 T/1000 Å 3
Saluran Sistem {[100] 10 5,1 x 5,5 <-> [010] 10 5,3 x 5,6}⃰ ⃰ ⃰
(3-dimensional)
Zeolit ZSM-5 memiliki difraktogram (pola difraksi sinar X) standar yang
digunakan sebagai sidik jari atau identifikasi. Zeolit ZSM-5 ini memiliki
puncak-puncak karakteristik yaitu pada 2θ = 7.96, 8.86, 9.08, 23.16, 23.30,
dan 23.98° yang merupakan puncak khas dari zeolit ZSM-5. Berikut ini
difraktogram standar ZSM-5 berdasarkan International Zeolite Association
(IZA) :
22
2θ (
o)
Gambar 4. Difraktogram standar zeolit ZSM-5 (Anonim, 2016).
Berdasarkan data SEM yang diperoleh, morfologi kristal ZSM-5 berbentuk
segi enam, yang dapat dilihat pada Gambar 5 :
Gambar 5. SEM dari zeolit ZSM-5 (Anonim, 2017).
H. Fourier Transform Infra-Red (FTIR)
FTIR adalah kependekan dari Fourier Transform Infra-Red, yaitu metode
analisis material dengan menggunakan spektroskopi sinar infra merah. FTIR
merupakan alat yang dipergunakan untuk menganalisis secara kuantitatif
Inte
nsi
tas
(a.u
.)
23
maupun kualitatif, untuk kuantitatif adalah berdasarkan gugus fungsi yang
ada dengan menggunakan standar. Pada umumnya sampel yang dianalisis
dapat berupa padatan, cairan dan gas, masing-masing mempergunakan sel
yang berbeda-beda (Stevens, 2011). Beberapa spektrum sampel yang dapat
dianalisis menggunakan FTIR adalah organik, aromatik, alifatik dan karbonil.
Pada prinsipnya FTIR/IR digunakan untuk menentukan gugus-gugus
fungsional yang ada pada suatu senyawa, sehingga dapat digunakan untuk
menentukan suatu senyawa yang belum diketahui identitasnya (Fessenden,
1999).
Sinar infra merah memiliki rentang panjang gelombang dari 2.5 - 25 m.
Adapun frekuensi sinar infra merah memiliki rentang dari 400 - 4000 cm
-1.
Pengujian FTIR memiliki 3 fungsi, yaitu (1) untuk mengidentifikasi material
yang belum diketahui, (2) untuk menentukan kualitas sampel, dan (3) untuk
menentukan intensitas suatu komponen dalam sebuah campuran. FTIR
menghasilkan data berupa grafik intensitas dan frekuensi. Intensitas
menunjukkan tingkatan jumlah senyawa sedangkan frekuensi menunjukkan
jenis senyawa yang terdapat dalam sebuah sampel (Alfaruqi, 2008).
Beberapa penelitian yang menggunakan FTIR telah dilakukan, diantaranya
mengamati gugus fungsional pada silika yang diperoleh dari sekam padi.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa puncak utama yang berkaitan
dengan gugus fungsi pada silika adalah pada bilangan gelombang 3444,6 cm-1
yang merupakan gugus –OH (gugus hidroksil) yang menunjukkan adanya
gugus hidroksil dari molekul air yang terhidrasi (Daifullah, 2004). Selain itu
24
puncak bilangan gelombang 1095,5 cm-1
menunjukkan adanya gugus fungsi
Si-O-Si (Adam et al., 2006). Adanya gugus fungsi Si-O-Si diperkuat dengan
adanya puncak bilangan gelombang 470,6 cm-1
yaitu ikatan Si-O (Lin, 2001).
I. X-Ray Fluoresence (XRF)
XRF merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis komposisi
kimia beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sampel
dengan menggunakan metode spektrometri. XRF biasanya digunakan untuk
menganalisa elemen dengan kemampuan yang unik, antara lain dapat
menentukan elemen utama dengan akurasi yang tinggi dan analisis kualitatif
terhadap sampel dilakukan tanpa menggunakan standar serta minimalnya
preparasi terhadap sampel. Limit deteksi untuk mendeteksi elemen berat
sekitar 10 – 100 ppm, sedangkan untuk elemen yang lebih ringan daripada
natrium sangat sulit bahkan tidak mungkin terdeteksi (Aurelia, 2005).
Prinsip kerja XRF adalah foton yang memiliki energi tinggi (X-rays)
menembak elektron pada kulit dalam (biasanya kulit K atau L) yang
menyebabkan elektron tersebut berpindah ke lapisan kulit luarnya. Pada saat
yang bersamaan, kulit dalam terjadi kekosongan elektron dan menyebabkan
keadaan yang tidak stabil sehingga elektron dari kulit di atasnya berpindah
mengisi kekosongan dengan mengemisikan sinar (fluorescence), dengan
energi sebesar perbedaan energi dari kedua keadaan dan panjang gelombang
yang sesuai dengan karakteristik dari tiap elemen. Intensitas sinar yang
diemisikan sebanding dengan konsentrasi dari tiap elemen (Aurelia, 2005).
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
25
Gambar 6. Prinsip XRF (Fansuri, 2010)
J. X-Ray Diffraction (XRD)
Dasar dari prinsip pendifraksian sinar X yaitu difraksi sinar-X terjadi pada
hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik.
Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan
interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk
mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg:
n.λ = 2.d.sin θ ; n = 1,2,...
dimana:
d = jarak antar bidang kisi (Ǻ)
θ = sudut difraksi
λ = panjang gelombang (Å)
n = orde (1,2,3……n)
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki
26
panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar
yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai
sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam
sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak
yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki
orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan
dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-
X untuk hampir semua jenis material (Smallman, 2000).
Gambar 7. Skematik dasar perhitungan Bragg.
Prinsip kerja XRD secara umum yaitu XRD terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu tabung sinar-X, tempat objek yang diteliti, dan detektor sinar-X. Sinar-
X dihasilkan di tabung sinar-X yang berisi katoda untuk memanaskan
filamen, sehingga menghasilkan elektron. Perbedaan tegangan menyebabkan
percepatan elektron akan menembaki objek. Ketika elektron mempunyai
tingkat energi yang tinggi dan menabrak elektron dalam objek sehingga
dihasilkan pancaran sinar-X. Objek dan detektor berputar untuk menangkap
27
dan merekam intensitas refleksi sinar-X. Detektor merekam dan memproses
sinyal sinar-X dan mengolahnya dalam bentuk grafik (Smallman, 2000).
Sinar-X memiliki beberapa kegunaan dalam berbagai bidang antara lain:
1. Perobatan Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang
dikenal sebagai radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan manusia tetapi
diserap oleh bagian yang lebih tumpat seperti tulang. Gambar foto sinar-X
digunakan untuk menscan kecacatan tulang, menscan tulang yang patah dan
menyiasat keadaan organ-organ dalam tubuh, sedangkan sinar-X keras
digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Istilah ini dikenal sebagai
radioterapi.
2. Perindustrian dalam bidang perindustrian, sinar-X dapat digunakan untuk:
a. Menscan kecacatan dalam struktur binaan atau bagian-bagian dalam
mesin.
b. Menyelidiki struktur hablur dan jarak pemisahan antara atom-atom
dalam suatu bahan hablur.
c. Memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah (Smallman, 2000).
K. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Scanning Electron Microscopy (SEM) dapat digunakan untuk mengetahui
morfologi permukaan bahan. Karakterisasi bahan menggunakan SEM
dimanfaatkan untuk melihat struktur topografi permukaan, ukuran butiran,
cacat struktural, dan komposisi pencemaran suatu bahan. Hasil yang
diperoleh dari karakterisasi ini dapat dilihat secara langsung pada hasil SEM
berupa scanning electron micrograp yang menyajikan bentuk tiga dimensi
28
berupa gambar atau foto. Mikroskop ini digunakan untuk mempelajari
struktur permukaan obyek, yang secara umum diperbesar antara 1.000-40.000
kali. Hasil SEM yang berupa gambar topografi menyajikan bentuk
permukaan bahan dengan berbagai lekukan dan tonjolan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah sumber elektron dari filamen yang
terbuat dari tungsten memancarkan berkas elektron. Jika elektron
tersebut berinteraksi dengan bahan (spesimen) maka akan menghasilkan
elektron sekunder dan sinar-X karakteristik. Scanning pada permukaan
bahan yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengatur scanning
generator dan scanning coils. Elektron sekunder hasil interaksi antara
elektron dengan permukaan spesimen ditangkap oleh detektor SE
(secondary slectron) yang kemudian diolah dan diperkuat oleh amplifier
dan kemudian divisualisasikan dalam monitor sinar katoda (CRT).
Skema dasar SEM disajikan pada Gambar 8.
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama ± 5 bulan (Januari 2017 sampai Mei 2017) di
Laboratorium Kimia Anorganik dan Fisik FMIPA Universitas Lampung.
Karakterisasi sampel menggunakan X-Ray Fluoresence (XRF) dilakukan di
Laboratorium Instrumen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang,
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) dilakukan di
Laboratorium Terpadu Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, X-Ray
Diffraction (XRD) dilakukan di Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju
(PSTBM)-BATAN dan Scanning Electron Microscope (SEM) di UPT-LTSIT
Fakultas MIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya pipet tetes, kaca
arloji, cawan penguap, wadah plastik (polipropilen), botol yang terbuat dari
teflon, neraca analitik, oven, gelas kimia, gelas ukur, spatula, corong kaca,
hotplate stirrer, erlenmeyer, tanur, spinbar, batang pengaduk, labu ukur,
seperangkat autoklaf, mortal dan alu.
31
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses ekstraksi silika antara lain ampas
tebu, larutan natrium hidroksida (NaOH 2 M), larutan asam klorida (HCl 1
M), akuades, kertas saring biasa, kertas saring Whatman no.42, dan indikator
universal. Adapun bahan-bahan yang diperlukan dalam mensintesis zeolit
diantaranya silika dari ampas tebu, LUDOX, NaAlO2, natrium hidroksida
(NaOH 50% (w/w)), H2O (akuades), tetrapropilamonium bromida (TPA-Br),
kertas saring Whatman no.42, oil bath dan akuades.
C. Prosedur Kerja
1. Ekstraksi Silika dari Abu Ampas Tebu
Untuk mendapatkan silika dari abu ampas tebu maka terlebih dahulu
dilakukan proses pembakaran ampas tebu. Ampas tebu yang sebelumnya
dicuci dengan asam sitrat 5% sebanyak 250 mL sambil diaduk dan
dipanaskan sampai mendidih (kurang lebih selama 1 jam). Selanjutnya
dikeringkan dengan oven suhu 100 °C kemudian ditanur pada suhu 600 °C
selama ±5 menit. Sebanyak 5 gram abu ampas tebu dengan 125 mL larutan
NaOH 2 M sambil diaduk dan dipanaskan sampai mendidih (kurang lebih
selama 1 jam). Selanjutnya campuran dibiarkan mencapai suhu kamar selama
24 jam untuk memaksimalkan proses pengekstraksian. Kemudian disaring
menggunakan kertas Whatman no.42 sehingga diperoleh filtrat yang
berwarna kecoklatan. Filtrat kemudian ditambahkan larutan HCl 1 M tetes
demi tetes sehingga terbentuk hidrogel sampai dengan pH 6. Hidrogel
kemudian dibiarkan 24 jam untuk memaksimalkan pembentukan gel. Gel
kemudian disaring dan dicuci dengan akuades dan selanjutnya dikeringkan
32
dengan oven pada suhu 90 °C selama 24 jam. Silika yang didapatkan
selanjutnya dikarakterisasi dan dijadikan prekursor untuk sintesis zeolit
menggunakan metode steam assisted conversion (SAC).
2. Karakterisasi Silika
Silika yang diperoleh dari proses ekstraksi dikarakterisasi menggunakan X-
Ray Fluoresence (XRF, PAN analytical Epsilon 3) untuk mengetahui
komposisi senyawa yang dihasilkan dari proses ekstraksi. Analisis
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui
gugus fungsi penyusun kerangka silika. Analisis X-Ray Diffraction (XRD,
PAN analytical X’Pert PRO, Cu Kα, λ = 1,5406 Å) juga dilakukan untuk
menetukan fasa dari silika hasil ekstraksi serta menetukan tingkat
kristalinitas.
3. Sintesis Zeolit
a. Sintesis Benih Zeolit ZSM-5
Pada sintesis benih zeolit ZSM-5 digunakan sumber silika komersial yaitu
LUDOX dan sumber alumina yaitu NaAlO2. Zeolit ZSM-5 ini disintesis
dengan perbandingan molar pereaksi 1 SiO2: 0,020 NaAlO2: 0,069
NaOH: 0,084 TPA-Br: 7,670 H2O. Secara rinci komposisi molar dari
masing-masing pereaksi dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini:
33
Tabel 5. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis benih zeolit ZSM-5
Komposisi SiO2 NaOH H2O NaAlO2 TPA-Br
Molar 1 0,06 7,67 0,02 0,08
MW (g/mol) 60 40 18 81,97 266,26
ρ (g/mL) - - - - -
W (g) 60 2,76 138,06 1,64 22,36
Kemudian disiapkan komposisi campuran seperti pada Tabel 6, diaduk
dengan pengaduk magnetik selama 30 menit dan setelah tercampur semua
dipindahkan ke dalam teflon autoklaf untuk disintesis secara hidrotermal
dengan suhu 170 °C selama 72 jam. Selanjutmya crude product disaring
dan dicuci dengan akuades. Padatan hasil sintesis dikeringkan dengan
oven pada suhu 90 °C.
Tabel 6. Perhitungan komposisi molar peraksi untuk sintesis benih zeolit
ZSM-5
*massa yang dihitung merupakan massa untuk 1 teflon ukuran 25 mL
b. Sintesis Zeolit ZSM-5 menggunakan Silika Ampas Tebu
Sintesis zeolit menggunakan metode steam assisted conversion (SAC).
Zeolit disintesis dengan perbandingan molar pereaksi 1 SiO2: 0,108 Al2O3:
Bahan
Ρ
(g/mL
)
Kemurnian
(%)
MW
(g/mol)
Massa
(g)
Massa untuk
1 autoklaf
(g)*
SiO2 (dari
LUDOX) - 50 60,08 120,06 18,68
NaAlO2 - 100 81,97 1,64 0,25
NaOH 50%
(w/w) 1,515 50 40 8,363 1,30
TPA-Br - 99 266,26 22,59 3,51
H2O dari NaOH - - 18 5,60 -
H2O ditambahkan - - 18 72,30 11,24
34
0,229 NaOH: 0,240 TPA-Br: 30,00 H2O. Secara rinci komposisi molar
dari masing-masing pereaksi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Komposisi molar pereaksi untuk sintesis zeolit ZSM-5
menggunakan silika ampas tebu
Komposisi SiO2 Al2O3 NaOH H2O TPA-Br
Molar 1,00 0,10 0,22 30,00 0,24
MW (g/mol) 60,00 102,00 40,00 18,00 266,26
ρ (g/mL) - - - - -
W (g) 60,00 11,01 9,16 540,00 63,90
Tabel 8. Perhitungan komposisi molar peraksi untuk sintesis zeolit
ZSM-5 menggunakan silika ampas tebu
Bahan ρ
(g/mL)
Kemurnian
(%)
MW
(g/mol)
Massa
(g)
Massa untuk
1 autoklaf
(g)*
SiO2 (dari SCBA) - 70,26 60,00 85,40 2,13
Al2O3(dari SCBA) - 12,89 102,00
NaOH 50% (w/v) 1,51 50,00 40,00 18,34 0,45
TPA-Br - 100,00 266,26 63,90 1,59
H2O dari NaOH - - 18,00 9,17 -
H2O ditambahkan - - 18,00 530,83 13,27
*massa yang dihitung merupakan massa untuk 1 teflon ukuran 25 mL.
Komposisi campuran pada Tabel 8 dimasukkan ke dalam wadah plastik
(botol polipropilen) kemudian wadah tersebut dimasukkan ke dalam panci
yang berisi oil bath, dipanaskan sambil diaduk selama 30 menit sambil
ditutup agar homogen. Kemudian dibuka penutupnya agar menguap.
Suhu yang digunakan yaitu 60 oC selama 2 hari atau sampai diperoleh gel
kering (dry gel). Selanjutnya tahap sintesis zeolit dilakukan dengan
memasukkan 0,5 gram gel kering ke dalam botol kecil (teflon). Botol
35
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf yang sudah diisi air
sebanyak 10 ml. Kemudian disintesis zeolit menggunakan metode SAC
dengan beberapa variasi sebagai berikut:
1. Sintesis zeolit dengan variasi suhu
Zeolit disintesis dengan suhu 150 dan 170 °C selama 48 jam. Selanjutmya
crude product disaring dan dicuci dengan akuades. Padatan hasil sintesis
dikeringkan dengan oven pada suhu 90 °C.
2. Sintesis zeolit dengan variasi waktu
Zeolit disintesis dengan suhu 170 °C dengan menggunakan benih zeolit
ZSM-5 selama 48 jam dan 120 jam. Selanjutmya crude product disaring
dan dicuci dengan akuades. Padatan hasil sintesis dikeringkan dengan
oven pada suhu 90 °C.
3. Sintesis zeolit dengan variasi benih
Benih zeolit ZSM-5 sebanyak 5% atau 0,11 gram dimasukkan ke dalam
wadah plastik (polipropilen) dengan campuran prekursor yang selanjutnya
diuapkan untuk membuat gel kering. Kemudian disintesis dengan suhu
170 °C selama 120 jam. Selanjutmya crude product disaring dan dicuci
dengan akuades. Padatan hasil sintesis dikeringkan dengan oven pada
suhu 90 °C.
4. Sintesis zeolit dengan variasi TPA-Br
Zeolit disintesis dengan suhu 170 °C dengan menggunakan benih zeolit
ZSM-5 namun tanpa penambahan TPA-Br selama 120 jam. Selanjutmya
crude product disaring dan dicuci dengan akuades. Padatan hasil sintesis
dikeringkan dengan oven pada suhu 90 °C.
36
4. Karakterisasi Zeolit
Zeolit hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)
untuk mengkonfirmasi kristal hasil sintesis. X-Ray Fluoresence (XRF, PAN
analytical Epsilon 3) untuk mengetahui komposisi senyawa yang dihasilkan
dari proses sintesis. Dan Scanning Electron Microscope (SEM) digunakan
untuk melihat morfologi kristal zeolit hasil sintesis.
61
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Ekstraksi silika dari ampas tebu berhasil dilakukan dengan perlakuan awal
dicuci menggunakan asam dengan rendemen sebesar 10% dan bersifat
amorf.
2. Sintesis zeolit ZSM-5 dengan metode SAC telah berhasil dilakukan
menggunakan silika ampas tebu secara sederhana dan ramah lingkungan
(tanpa TPA-Br).
3. Terdapat pengotor atau puncak lain yang mirip dengan zeolit mordenit
pada hasil XRD zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu tanpa benih ZSM-5.
4. Hasil morfologi zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu tanpa penambahan
benih dengan TPA-Br yaitu berbentuk kristal segi enam yang merupakan
cirri khas ZSM-5.
62
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penelitian selanjutnya
disarankan untuk mensintesis zeolit ZSM-5 dari silika ampas tebu
menggunakan metode kristalisasi bantuan-uap (steam assisted conversion,
SAC) dengan tanpa penambahan benih atau template dengan rasio Si/Al yang
tinggi sehingga didapatkan zeolit ZSM-5 yang murni atau tidak adanya
pengotor.
63
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Framework MFI. http://izacs-mirror.la.asu.edu/fmi/xsl/IZA-
SC/ftc_fw.xsl?-db=Atlas_main&-lay=fw&-max=25&STC=MFI&-find.
Diakses pada 23 Oktober 2016.
Anonim. 2017. http://www.researchgate.net/figure/258342427_fig1_Figure-1-
SEM-micrographs-of-the-parent-ZSM-5-crystals. Diakses pada tanggal 23
Januari 2017.
Adam, F., Kandasamy, K., dan Batakrismanan, S. 2006. Iron Incorporate
Heterogeneous Chatalyst from Rice Husk Ash. Journal of Colloid and
Interface Science. 304: 137-143.
Affandi, S., dkk. 2009. A Facile Method for Production of High Purity Silica
Xerogels from Bagasse Ash. Advanced Powder Technology. 20:468–472
Zeolit.
Agustin, R. 2013. Ekstraksi dan Penentuan Kadar Silika (SiO2) Hasil Ekstraksi
dari Abu Terbang (Fly Ash) Batubara. [Skripsi]. Universitas Jember.
Jawa Timur.
Alfaruqi, M.H. 2008. Pengaruh Konsentrasi Hidrogen Klorida (HCl) dan
Temperature Perlakuan Hidrotermal Terhadap Kristalinitas Material Silika
SBA-15. [Skripsi]. Universitas Indonesia. Jakarta.
Aisyah, J.S. 2015. Ekstraksi Silika dari Ampas Tebu Sebagai Prekursor dalam
Sintesis Zeolit Analsim. [Tesis]. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Akimkhan, A. M. 2012. Structural and Ion-Exchange Properties of Natural
Zeolite. Lisence in tech.
Aurelia, I. 2005. Studi Modifikasi Glassy Carbon dengan Teknik Elektrodeposisi
Iridium Oksida untuk Aplikasi sebagai Elektroda Sensor Arsen (III)
[Skripsi]. Universitas Indonesia. Jakarta.
Azizah, N., Al-Baarii, A, N., dan Mulyani, S. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi
Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan vol 1 no.2.
64
Atta, A.Y., Jibril, B.Y., Aderemi, B.O., dan Adefila, S.S. 2012. Preparation of
Analsim from Local Kaolin and Rice Husk Ash. Applied Clay Science,
61, 8-13.
Bekkum V.H. 1991. Interduction to Zeolite Science and Practic. Elsevier
Science Publishers B.V. Netherlands.
Birowo, A.T. 1992. Seri Manajemen Usaha Perkebunan Gula Edisi Pertama.
LPP. Yogyakarta.
Bogdanov, B., D. Georgiev., K. Angelova,. and Y. Hristov. 2009. Synthetic
Zeolites and Their Industrial and Environmental Applications Review.
International Science conference. Volume IV Natural & Mathematical
science.
Breck, D.W. 1974. Zeolite Molecular Sieve: Structure Chemistry and Use. Jhon
Wiley. New York.
Candra, A., Miryanti, Y.I.P.A., Widjaja, L.B., dan Pramudita, A. 2012. Isolasi
dan Karakterisasi Silika dari Sekam Padi. Universitas Katolik.
Prahayangan.
Cejka, J., Bekkum H., Corma, A., dan Schuth, F. 2007. Introduction to Zeolite
Science and Practice- 3rd Revised Edition, 39-103.
Chakraverty, A., Mishra, P., and Banerjee, D. 1988. Investigation of Combustion
of Raw and Acid-Leached Rice Husk for production of Pure Amorphous
White Silica. Journal of Materials Science, Vol.23, pp.21-24.
Chetam, D.A. 1992. Solid State Compound. Oxford University Press. USA.
Cheng, X., et al. 2014. Fast Synthesis of Nanosized Zeolite Beta from A Low-
Seeded, Lowlated Dry Gel with A Seeding-Steam-Assisted Conversion
Method. Journal of Materials Chemistry. 2(5): p. 1247-1251.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar Cetakan Pertama.
UI-Press. Jakarta.
Daifullah, A.A.M., Awward, N.S., and El-Reefy, S.A. 2004. Purification of Wet
Phosphoric Acid from Ferric Ions Using Modified Rice Husk. Chemical
Engineering and Processing. Vol. 43, pp. 193-201.
Fabiani, V.A. 2014. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit MFI pada Suhu Rendah
menggunakan Prekursor Silika Alam. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Fansuri, H. 2010. Modul Pelatihan Operasional XRF. Laboratorium Energi dan
Rekayasa. LPPM ITS. Surabaya.
65
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S. 1999. Kimia Organik Jilid 1 Edisi ketiga.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Firdaus, M. Y. 2012. http://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com/2012/01/28/
leaching/. Diakses 5 Maret 2017 pukul 20.30 WIB.
Folleto, E.L., Ederson, G., Leonardo, H.O., dan Sergio,J. 2006. Conversion of
Rice Husk Ash Into Sodium Silicate. Material Research. 9(3): 335-338.
Food Agriculture Organization [FAO]. 2006. Major Food and Agricutural
Commodities and Producers: Sugar Cane 2006 [terhubungberkala]
http://www.fao.org/es/ess/top/commodity.html. [10 November 2016].
Georgiev, et al. 2009. Syntetic Zeolit-Structure Classification, Currebt Trends
in Zeolit Synthetis. International Science Conference. Volume VII.
Bulgaria, hal 1.
Ghobakar, H., dan Schaf, O. 1999. Effect of Temperature on Hydrothermal
Synthesis of Analcime and Viseite. Materials Science and
Engineering B. 60, 163-167.
Hajiha, H., dan Sain, M. 2015. The Use of Sugarcane Bagasse Fibres as
Reinforcements in Composites. Biofiber Reinforcements in Composite
Material. 525-549.
Halimaton Hamdan. 1996. Si MAS NMR, XRD and FESEM Studies of Rice
Husk Silica For The Synthesis of Zeolites. Journal of Non-Crystalline
Solids. Elsevier Science B.V., pp. 135.
Hanafi, A. dan Nandang.A. 2010. Studi Pengaruh Bentuk Silika dari Abu Ampas
Tebu Terhadap Kekuatan Produk Keramik. Jurnal Kimia Indonesia.
Volume 5 : 35-38. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hernawati dan Indarto, D.N. 2010. Pabrik Silika dari Ampas Tebu dengan
Proses Presipitasi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Hindryawati, N. dan Alimuddin. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Silika Gel dari
Abu Sekam Padi dengan Menggunakan Natrium Hidroksida (NaOH).
Jurnal Kimia Mulawarman. Vol. 7, No. 2.ISSN 1693-5616.
Husaain, A. 2000. Penentuan Kapasita dan Jenis Pencerapan Zeolit Asli
Terhadap Bahan Pencelup Sintetik. Malaysian Journal of Analytical
Sciences.
Inada, M., Eguchi, Y., Enomoto, N., dan Hojo, J. 2005. Synthesis of Zeolit
from Coal Fly Ashes with Different Silica–Alumina Composition, Fuel,
84, 299-304.
Jones, W. 2000. Noni Blessing Holdings. Food quality Analysis. Oregon.
66
Ju, Y.H., Huynh, L.H., Kasim, N.S., Guo, T.J., Wang, J.H., dan Fazary.A.E.
2011. Analysis of Soluble and Insoluble Fractions of Alkali and
Subcritical Water Treated Sugarcane Bagasse. Carbohydrate Polymers.
83, 591-599.
Kalapathy, U., Proctor, A., and Shultz, J. 2000. A Simple Method for
Production of Pure Silica from Rice Hull Ash. Biosource Technology. Vol
73, pp 257-264.
Kirk, R.E., and Othmer. 1984. Encyclopedia of Chemical Technology Fouth
Edition. Vol. 21, John Wiley and Sons, Inc. New York.
Lestari, D.Y. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari
Berbagai Negara. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
Kimia. Yogyakarta.
Lin, J., Siddiqui, J.A. & Ottenbrite, M. 2001. Surface Modification of Inorganic
Oxide Particles with Silane Coupling Agent and Organic Dyes. Polymer
Advance Technology. 12:285–292. Loh, Y.R., Sujan, D., Rahman, M.E., dan Das, C.A. 2013. Sugarcane Bagasse
The Future Composite Material. A Literature Review, Resources,
Conservation and Recycling. 75, 14-22.
Ma, X., J. Yang, H. Ma, C. Liu, and P. Zhang. 2015. Synthesis and
Characterization of Analsim Using Quartz Syenite Powder by Alkali-
hydrothermal Treatment. Microporous and Mesoporous Materials.
201: 134-140.
Meier, W. M. and D. H. Olson. 1992. Atlas of Zeolites Structure Types 3rd Ed.
Heinemann. Butterworth.
Miftakhul, M. 2012. Adsorpsi-Desorpsi Senyawa Paraquat Diklorida dengan
Silika Gel dari Limbah Ampas Tebu. Jurnal Skripsi Kimia. UIN Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Mita.R, Rino .R. M, Hadi.N, dan Ismunandar. 2016. Sintesis ZSM-5 Pori Hirarki
Tanpa Penambahan Templet Organik Menggunakan Metoda Steam
Assisted Conversion (SAC). Prosiding Seminar Nasional Kimia-Lombok.
Universitas Mataram.
Moises, M. P., Cleiser, T. P. S., Meneguin, J.G., Girotto, E.M., dan Radovanoic,
E. 2013. Synthesis of Zeolit NaA from Sugarcane Bagasse Ash.
Materials Letters. 108, 243-246.
67
Mujiyanti, D. R., K. Nuryono, dan E. S. Kunarti. 2010. Sintesis dan
Karakterisasi Silika Gel dari Abu Sekam Padi yang Diimobilisasi dengan 3-
(Trimetoksisilil)-1-Propantiol. Sains dan Terapan Kimia. 4 (2): 150-167.
Nishiyama, N., A. Koide, Y. Eashira, K. Ueyama. 1998. Mesoporous MCM-48
Membrane Synthesized on A Porous Stainless Steel Suppor. Chem
Commun. hal. 2147-2148.
Oktavia, D. 2011. Pengolahan Limbah Pabrik Gula. http//:blogspot.com.
Pengolahan-Limbah-Pabrik-Gula.html. Diakses tanggal 13 Juni 2016.
Paiton, PJB. 2002. Material Safety Data Sheet. PT. Pembangkitan Jawa Bali
Unit Pembangkitan Paiton. Probolinggo.
Panturau dan Setyawan. 2006. Product of the Cane Sugar Industry. Elserver.
Amsterdam.
Petushkov, A., Yoon, S., dan Larsen,S.C. 2011. Synthesis of Hierarchical
nanocrystalline ZSM-5 with Controlled Particle Size and Mesoporosity.
Micropor, Mesopor, Mater. 137, 92-103.
Ramli.Z, Listiorini E., Hamdan H. 1996. Optimization and Reactivity Study of
Silica in The Synthesis of Zeolites from Rice Husk. Jurnal Teknologi,
bil.25. Universiti Teknologi Malaysia.
Samsuri, M, dkk. 2007. Pemanfaatan Sellulosa Bagasse untuk Produksi Ethanol
Melalui Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak dengan Enzim Xylanase.
Universitas Indonesia. Depok.
Sang, S., Liu, Z., Tian, P., Liu, Z., Qu, L., dan Zhang, Y. 2006. Synthesis of
Small Crystals Zeolite NaY. Material Letters. 60.1131-1133. China.
Sapei.L., Miryanti.A., Widjaja.L.B. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Silika dari
Sekam Padi dengan Perlakuan Awal menggunakan Asam Klorida.
Prosiding SINTECH-1 The First Symposium in Industrial Technology.
Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta A-8 – A-16. ISSN:
2302-8033.
Saputra., R. 2006. Pemanfaatan Zeolit Sintesis sebagai Alternatif Pengolahan
Limbah Industri. Jurnal Hibah Bersaing. Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Liberty. Yogyakarta.
Scherzer J. 1990. Octane – Enhancing Zeolitic FCC Catalysis. Marcel Dekker.
Inc. New York.
Scott, R. P. W. 1993. Silika Gel and Bonded Phases. John Wiley and Son’s Ltd.
Chicester.
68
Smallman, RE dan RJ Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material. Erlangga. Jakarta.
Subagyo. 1993. Zeolit 1 Struktur dan Sifat - Sifatnya. Warta Insinyur Kimia
Jakarta. Vol.2, hal.43.
Sriyanti, Taslimah, Nuryono, dan Narsito. 2005. Pengaruh Keasaman Medium
dan Imobilisasi Gugus Organik pada Karakterisasi Silika Gel dari Abu
Sekam Padi. JSKA. Vol. 8, No. 3.
Stevens, M.P. 2011. Kimia Polimer Edisi Dua. Diterjemahkan oleh Sopyan.
Pradnya Paramita. Hal 613. Jakarta.
Treacy, M.M.J., dan J.B. Higgins. 2001. Collection of Simulated XRD Powder
Patterns for Zeolites. Elsevier. Amsterdam.
Umeda, J. and Kondoh, K. 2008. High Purity Amorphous Silica Originated in
Rice Husks via Carboxylic Acid Leaching Process. Journal of Materials
Science. Vol. 43, No. 22. Pp. 7084-7090.
Verma, D., Gope, P.C., Maheshwari, M.K., dan Sharma, R.K. 2012. Bagasse
Fiber Composites-A Review. Journal of Materials and Environmental
Science. 3, 6, 1079-1092.
Wijayanti, W. A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.)
di, Pabrik Gula Tjoekir Ptpn X, Jombang, Jawa Timur. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wustoni, S., R. R. Mukti, A. Wahyudi, dan Ismunandar. 2011. Sintesis Zeolit
Mordenit dengan Bantuan Benih Mineral Alam Indonesia. Jurnal
Matematika & Sains. 16 (3): 158-160.
Wyman, C.E. 1994. Ethanol from Lignocellulosic Biomass: Technology,
Economics, and Opportunities. Bioresource Technology. 50: 3-16.
Yusri, S. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit ZSM-5 Mesopori dengan
Secondary Template dan Studi Awal Katalis Oksidasi Metana. [Skripsi].
Universitas Indonesia. Depok.