sindrom parkinson

77
SINDROM PARKINSON Rini Meilani (220110100019) Yuniar (220110100022) Mia Ganes S (220110100031) Novia Juwita Putri (220110100033) Dea Arista (220110100047) Mentari Wardhani Puteri (220110100057) Amartiwi (220110100065) Dinny Ria Pertiwi (220110100078) Febi Dwi Putri (220110100079) Afini Dwi P (220110100110) Tian Pradiani (220110100114) Egi Nugraha F (220110100142)

Upload: fabianus-tegar

Post on 22-Jan-2016

175 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sd

TRANSCRIPT

Page 1: Sindrom Parkinson

SINDROM PARKINSON

Rini Meilani (220110100019)

Yuniar (220110100022)

Mia Ganes S (220110100031)

Novia Juwita Putri (220110100033)

Dea Arista (220110100047)

Mentari Wardhani Puteri (220110100057)

Amartiwi (220110100065)

Dinny Ria Pertiwi (220110100078)

Febi Dwi Putri (220110100079)

Afini Dwi P (220110100110)

Tian Pradiani (220110100114)

Egi Nugraha F (220110100142)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Sindrom Parkinson

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,

merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki

dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

kualitas hidup penderita maupun keluarga. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris

yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika

seseorang mengalami ganguan pergerakan.

Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas,

bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari

degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit

motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif,

gangguan tidur, dan disfungsi autonom.

Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita

seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum

usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,

pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat

dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.

Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada

banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan

ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan

menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada

awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan

tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.

Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan

terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain,

maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan

kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai

Page 3: Sindrom Parkinson

kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -

hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan. Penderita

Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih

dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson

sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya

bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap

tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh

ke depan atau ke belakang. Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif

karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi

wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Penyakit

Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka

dan matanya jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak

karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita

Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena

mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki

intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.

1.2 Tujuan

Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang konsep penyakit Parkinson mulai

dari definisi, patofisiolgi, dan asuhan keperawatan dari Parkinson.

Page 4: Sindrom Parkinson

BAB II

KONSEP PENYAKIT

2.1 Pengertian

Penyakit parkinson (Parkinson’s disease) adalah penyakit saraf progresif yang

berdampak terhadap respons mensefalon dan pergerakan regulasi.

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat

dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron

dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi

intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif

pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei,

nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial,

sistem saraf otonom.

Jadi, Penyakit Parkinson ini adalah suatu sindrom karena gangguan ganglia basalia

akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansi nigra ke globus

palidus dan merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang

bertanggung jawab mengontrol dan mengatur gerakan.

2.2.Etiologi

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan

faktor-faktor lainnya seperti :

1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit

Parkinson,

2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan

a. Virus

b. Genetic

c. Toksisitas

Page 5: Sindrom Parkinson

d. Obat-obatan yang mempengaruhi kerja dopamine cont : antipsikosac untuk pengobatan

paranoia berat.

e. Keracunan logam berat (debu mangan, karbonmonoksida yang menghancurkan sel dalam

substansi nigra)

f. Idiopatik (penyebab lain yang tidak diketahui).

3. MAO B meningkat (Mono Amin Oxidase)

2.3. Manifestasi Klinis

TRAP

• Tremor : Gemetar. Max saat istirahat

• Rigidity : kekakuan, peningkatan tonus otot

• Akinesia : tidak ada gerakan, lamban

• Posture : tidak stabil, bungkuk

Umumnya penderita parkinson mengalami hal-hal seperti berikut :

1.Gejala Motorik

a.Tremor/bergetar

Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika

sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut

tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.

Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada

kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang).

Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa

bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika

disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi,

namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.

Page 6: Sindrom Parkinson

b.Rigiditas/kekakuan

Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal

ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda

bergigi (cogwheel phenomenon) sehingga terjadi kekakuan.

c.Akinesia/Bradikinesia

Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa

terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju,

langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita

bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi.

Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang,

sehingga sering keluar air liur.

Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif,

misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil

suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia

mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang

berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya

gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.

d.Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah

Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,

sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai

melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat

berpikir dan depresi.

e.Mikrografia

Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal

ini merupakan gejala dini.

f.Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)

Page 7: Sindrom Parkinson

Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a

petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan,

punggung melengkung bila berjalan.

g.Bicara monoton

Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,

sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume

suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.

h.Dimensia (perubahan status mental)

i.Gangguan behavioral

Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut,

sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat

(bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu

yang cukup.

2.Gejala non motorik

a.Disfungsi otonom

- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia

dan hipotensi ortostatik.

- Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic

- Pengeluaran urin yang banyak

- Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,

perilaku, orgasme.

b.Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi

c.Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat

d.Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)

e.Gangguan sensasi,

- kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,

Page 8: Sindrom Parkinson

- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension

orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian

tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan

- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),

2.4 Klasifikasi

Tingkatan parkinson berdasarkan tanda dan gejalanya:

Tingkatan awal/dini

Pada tingkat ini pasien masih bisa melakukan tindakan sehari-hari tanpa gangguan,

terjadi kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan,kelemahan sedikit, tangan dan

kaki gemetar.

Tingkatan ringan sedang

Terjadi kerusakan pada kedua tungkai dan lengan, wajah seperti bertopeng, gaya

jalan diseret dan pelan. Pada keadaan ini pasien sudah terasa terganggu dan sukar

dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Tingkatan berat

Terjadi akinesia, rigiditas dimana pasien tidak mampu melakukan kegiatan sehari-

hari, sehingga pasien mengalami ketergantungan penuh.

Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus diusahakan

menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis dan

penatalaksanaannya.

Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.

Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum

jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.

Page 9: Sindrom Parkinson

Pada waktu belakangan ini timbul teori baru yaitu peranan MPTP (1 methyl,

4phenyl, 12, 3, 6 tetrahydropyridine) yang dapat menimbulkan penyakit Parkinson

(Parkinsonismus MPTP). Berdasarkan teori baru ini kemudian dikembangkan

beberapa obat baru, misalnya selegiline/-deprenil, lysuride, pergolide, dll.

Parkinsonismus sekunder atau simtomatik

Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis

meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin,

reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca

trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor serebri,

hipoparatiroid dan kalsifikasi.

Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)

Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit

keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit

a. Wilson (degenerasi hepato-lentikularis)

b. hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager

c. degenerasi striatonigral

d. atropi palidal (parkinsonismus juvenilis)

e. Penyakit creutzfeldt-Jakob

f. Penyakit hallerfiorden spatz

g. Kompleks demensia Parkinsonisme Guam

2.5. Komplikasi

a. Demensia

sindrom otak organic atau suatu penyakit pada otak organic irreversible yang

menyebabkan gangguan ingatan serta kepribadian, kemunduran dalam perawatan diri,

kerusakan kemampuan kognitif dan disorientasi.

b. Aspirasi

c. Trauma karena jatuh

d. Gangguan Mood

Page 10: Sindrom Parkinson

Pasien dengan PD idiopatik sekitar 90 % nya mengalami komplikasi psikiatrik,

termasuk didalamnya gangguan mood mayor (depresi mayor, distimia, atau gangguan

bipolar); gangguan penyesuaian; gejala ansietas disabling, perubahan mood yang dicetuskan

oleh obat, rasa sedih patologis, demensia; keadaan apatis; atau delirium. Perubahan mood ini

biasanya terjadi mengikuti fluktuasi motorik, pada saat pasien mengalami mood yang rendah

(bercampur dengan keadaan depresi-ansietas) terjadi pada saat periode off dan mood yang

normal atau meningkat (euphoria dan hipomanik) terjadi pada periode on. Namun, fluktuasi

mood ini juga dapat terjadi tanpa disertai fluktuasi motorik pada beberapa pasien.

e. Depresi

Depresi mayor terjadi hampir 40 % pada pasien dengan PD, angka kejadian tersebut

bervariasi dari tiap studi yang ada yaitu dari 4% hingga 70 %. Depresi mayor terjadi pada

hampir setengahnya pasien dengan depresi, sedangkan lainnya disertai gangguan

penyesuaian, distimia atau kelainan bipolar. Intensitas gejala depresi mayor secara umum

terjadi dari sedang hingga berat dan sering bersamaan dengan gejala ansietas. Secara umum,

studi yang ada tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara onset umur dan lamanya PD,

riwayat anggota keluarga dengan gangguan mood, atau riwayat pasien dengan episode

depresi sebelumnya.

Terlihat dengan jelas hubungan antara mood dan fenomena motorik sangatlah

kompleks. Menariknya adalah perbaikan motorik dengan obat-obatan tidak diikuti dengan

perbaikan mood, tetapi keberhasilan pengobatan depresi berhubungan dengan perbaikan

fungsi motorik. Dalam beberapa studi menunjukkan hubungan antara perbaikan dari suatu

episode depresi dan gangguan kognitif setelah mendapatkan pengobatan gangguan mood.

f. Apatis

Gejala apatis dapat timbul dengan gejala depresi mayor. Terdapat dua studi yang

menelaah apatis. Pada studi sebelumnya, depresi dan apatis dapat timbul bersamaan pada

sekitar 30 % sample, dan 12 % hingga 16 % pasien hanya mengalami apatis saja.

Dibandingkan dengan pasien PD yang eutimik, tidak terdapat perbedaan bermakna dalam

usia, jenis kelamin, lamanya menderita PD, atau beratnya gangguan motorik tetapi pada

Page 11: Sindrom Parkinson

pasien dengan sindoma apatis terjadi relative pada usia lanjut dibandingkan dengan PD yang

disertai depresi.

g. Emosionalisme

Pada beberapa studi mendapatkan suatu keadaan meningkatnya frekuensi menangis

atau labilnya emosi pada pasien PD dibanding pada subyek kontrol. Keadaan emosi yang

timbul pada PD merupakan suatu keadaan sentimental yang tinggi dan berlebihan yang tidak

sesuai, tidak dimotivasi dan tidak disadari. Biasanya berlangsung singkat, tetapi sering

mereka sampai timbul air mata. Keadaan menangis yang berlebihan pada PD dapat terjadi

sebagai tanda depresi mayor, inkontinensia emosional (dikenal sebagai tertawa atau

menangis patologis), delirium, atau dengan penggunaan benzodiazepine. Pasien sering

mendeskripsikan keadaan emosional yang berlebihan dan tidak terkontrol biasanya

dicetuskan melalui berbagai stimulus positif ataupun negatif, sebagai contoh adegan di

televisi yang membuat sedih, hal-hal pengkhawatiran tentang masa depan, atau melihat

orang sedang berbuat kebaikan.

Pada beberapa pasien, emosionalitas ini membuat suatu keadaan yang sangat

memalukan secara sosial, yang menimbulkan fobia bagi pasien. Dari segi pasien sendiri dan

atau keluarganya menyimpulkan bahwa menangis ini berarti mereka “mengalami depresi”

dan hal ini harus disadari keadaan ini sering terjadi pada PD, bahkan tanpa disertai sindroma

depresi sekalipun. Pemeriksaan yang seksama mengenai keadaan emosional pasien PD

menunjukkan hampir 40 % pasien mengalami peningkatan keadaan menangis sejak onset

PD, dan 11 % nya keadaan emosionalnya lebih pervasif. Tidak ada hubungan yang pasti

antara emosionalitas dan gangguan kognitif atau sindroma depresi mayor.

h. Ansietas

Keadaan ansietas merupakan masalah umum terjadi pada pasien PD, tetapi sering

kurang diperhatikan mengenai fenomena ini. Ansietas ini dapat terjadi ‘berdiri sendiri’ atau

merupakan suatu gejala depresi, secara klinis keadaan ansietas terjadi pada sekitar 40 %

pasien PD. Secara umum gejala yang timbul dapat berupa kelainan umum ansietas, fobia

sosial, dan kelainan panik, yang prevalensinya rata-rata sekitar 25 % pada beberapa studi.

Page 12: Sindrom Parkinson

Sindroma tersebut dapat terjadi sebelum atau menyertai sindroma depresi mayor, dan dapat

terjadi setelah keadaan depresi diterapi

Pada beberapa studi menunjukkan sindroma ansietas mendahului onset dari gejala

motorik, tetapi juga dapat timbul setelahnya. Studi lain juga memaparkan mengenai

hubungan antara gejala panik dan fluktuasi pengobatan antiparkinson dan gejala motorik,

tetapi hubungan yang jelas antara ansietas dan tingkat disabilitas, gejala motorik, dan

pengobatan dengan dopaminergik belum dipublikasikan.Walaupun begitu, sindroma ansietas

pada PD dapat mewakili perbedaan lokasi patologi pada PD.

i. Psikosis

Psikosis yang timbul berhubungan dengan pengobatan dopaminergik, sekitar 20 %

pada pasien PD. Psikosis dapat timbul secara spontan atau berhubungan dengan gangguan

kognitif, fluktuasi periode “on” dan “off”, gangguan mood, pengobatan psikoaktif, dan atau

keadaan delirium. Gejala psikosis yang timbul secara umum dapat dibagi menjadi tiga

kategori. Kategori pertama terdiri dari gejala halusinasi visual berupa gambaran ‘binatang’

atau ‘orang’ yang terjadi dengan rasa sensasi yang jelas dan disertai insight. Tipe yang

kedua halusinasi atau delusi yang terjadi menjadi persisten tetapi dengan hilangnya insight.

Pada grup yang ketiga, halusinasi atau delusi terjadi pada keadaan delirium.

Halusinasi dan delusi juga terjadi sebagai gejala dari depresif mayor atau gejala

manik, hal ini merupakan diagnosis yang harus diperhatikan pada saat pasien dalam keadaan

agitasi. Pada suatu studi pada populasi tentang psikosis menunjukkan adanya hubungan

antara gejala psikotik dan umur, tahap perkembangan, dan subgrup diagnostik dari PD,

beratnya depresi, dan gangguan kognitif, dimana pengobatan antiparkinson tidak dibedakan

diantara pasien PD dengan atau tanpa psikosis.

Patofisiologi psikosis pada PD tidak diketahui secara pasti (table 2). Laporan

terjadinya psikosis pada pasien PD sering timbul pada penggunaan terapi levodopa.4 Semua

agen, termasuk agonis dopamine, amantadin, dan levodopa dapat menyebabkan psikosis dan

mengalami perbaikan dengan penurunan dosis. 4 Hal inilah yang menjadi pemikiran bahwa

psikosis yang terjadi akibat sekunder hipersensitifitas reseptor dopamine di regio

mesokortikal dan mesolimbik yang diakibatkan stimulasi berlebihan dari pengobatan

Page 13: Sindrom Parkinson

dopaminergik. Teori lain mengatakan, adanya ketidakseimbangan antara sistem

dopaminergik dan serotonergik akibat pengobatan dengan dopaminergik yang menurunkan

kadar serotonin atau stimulasi yang berlebihan dari reseptor serotonergik karena terapi

dopaminergik.

2.6.Pemeriksaan Diagnostik

Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui

gangguan.

Pemeriksaan Penunjang

o EEG (Elektro Encelopaty)

o CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki

melebar,hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit

kronisyang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai

bidang.Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini,

tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

o Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis,karena

tidak memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit

Parkinson. Pengukuran kadar NT dopamine atau metabolitnya dalam air

kencing, darah maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson

dibandingkan kontrol.Lebih lanjut , dalam keadaan tidak ada penanda biologis

yang spesifik penyakit, maka diagnosis definitive terhadap penyakit Parkinson

hanya ditegakkan dengan otopsi. Dua penelitian patologis terpisah

berkesimpulan bahwa hanya 76% dari penderita memenuhi kriteria patologis

aktual, sedangkan yang 24% mempunyai penyebab lain untuk parkinsonisme

tersebut.

Neuroimaging :

o Magnetik Resonance Imaging ( MRI )

Baru – baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI , didapati bahwa hanya pasien yang

dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di striatum.

Page 14: Sindrom Parkinson

o Positron Emission Tomography ( PET )

Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi kontribusi

yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya

dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik pada pengambilan

fluorodopa , khususnya di putamen , dapat diperlihatkan hampir pada semua

penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini.Pada saat awitan gejala ,

penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan penurunan 30% pada

pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi sayangnya PET tidak dapat membedakan

antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. PET juga merupakan suatu

alat untuk secara obyektif memonitor progresi penyakit , maupun secara obyektif

memperlihatkan fungsi implantasi jaringan mesensefalon fetus.

Gambar . PET pada penderita Parkinson pre dan prost transplantasi

o Single Photon Emission Computed Tomography ( SPECT )

Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh

SPECT , suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus

dan penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Penempelan ke

striatum oleh derivat kokain [123]beta-CIT, yang juga dikenal sebagai RTI-55,

berkurang secara signifikan disebelah kontralateral sisi yang secara klinis terkena

maupun tidak terkena pada penderita hemiparkinson. Penempelan juga berkurang

secara signifikan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan sesuai umur yang

Page 15: Sindrom Parkinson

berkisar antara 36% pada tahap I Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V. Marek

dan yang lainnya telah melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar 11% pada

pengambilan [123]beta-CIT striatum pada 34 penderita penyakit Parkinson dini yang

dipantau selama 2 tahun.

Sekarang telah memungkinkan untuk memvisualisasi dan menghitung degenerasi

sel saraf nigrostriatal pada penyakit Parkinson.Dengan demikian, imaging transporter

dopamin pre-sinapsis yang menggunakan ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin

terbukti berguna dalam mendeteksi orang yang beresiko secara dini. Sebenarnya,

potensi SPECT sebagai suatu metoda skrining untuk penyakit Parkinson dini atau

bahkan presimptomatik tampaknya telah menjadi kenyataan dalam praktek. Potensi

teknik tersebut sebagai metoda yang obyektif untuk memonitor efikasi terapi

farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki

Skala Hoehn dan yahr

stage 0 tidak ada tanda-tanda penyakit

Stage 1 tanda-tanda unilateral

Stage 1 tanda-tanda unilateral dan axsial

Stage 2 tanda-tanda bilaterall tanpa gangguan keseimbangan

Stage 2,5 penyakit bilateral ringan

Stage 3 penyakit bilateral ringan-sedang terjadi ketidak seimbangan tubuh, secara

fisik masih mandiri

Stage 4 penyakit parah tidak mampu hidup sendiri

Stage 5 tidak bias berjalan atau berdiri tanpa bantuan

2.7. Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit parkinson dapat dikelompokan ,sebagai berikut :

1. Farmakologik

Bekerja pada sistem dopaminergik

Bekerja pada sistem kolinergik

Bekerja pada Glutamatergik

Bekerja sebagai pelindung neuron

Lain –lain

Page 16: Sindrom Parkinson

2. Non Farmakologik

Perawatan

Pembedahan

Deep-Brain Stimulasi

Transplantasi

3.1 Farmakologik

Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan

mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamin oksidasi

(MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek sampik psikiatrik pada

lansia meliputi :

Antihistamin

Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu

dalam menghilangkan tremor.

Terapi Antikolinergik

Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk

mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam

kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf

pusat. Efek smaping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah,

konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena

obat-obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang

dialami klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap adanya

tanda-tanda retensi urine.

Amantadin Hidroklorida

Amantadin hidroklorida (Symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal

pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor dan bredikinesia.

Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari daerah psikiatrik

(perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium,

pusing, dan gangguan penglihatan.

Terapi Levodopa

Page 17: Sindrom Parkinson

Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak

levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada

neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa

dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron

dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek

samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-

Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor,

membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.

Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita

penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini

diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek

sampingnya.

Sejak diperkenalkan akhir tahun 1960an, levodopa dianggap merupakan obat

yang paling banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa dianggap merupakan tulang

punggung pengobatan penyakit parkinson. Berkat levodopa, seorang penderita

parkinson dapat kembali beraktivitas secara normal.

Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai

memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya

terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa

berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan

memasuki susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin.

Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.

Efek samping levodopa dapat berupa:

1) Neusea, muntah, distress abdominal

2) Hipotensi postural

3) Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia

lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system

konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.

4) Diskinesia.

Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau

muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi

Page 18: Sindrom Parkinson

levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat

mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi

terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.

5) Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum

darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi

levodopa.

MADOPAR 125MG TAB@30

Kandungan

Per madopar tab Levodopa 100 mg,benserazide HCL 25 mg.per madopar HBS levodopa 100 mg, benserazide HCL 25

mg.Per madopar Dispersible 125 levodopa 100 mg,benserazide HCL 125 MG.

Indikasi

Peny parkinson kecuali sindroma parkinson krn obat.Parkinsonisme simptomatik pasca ensefalilitis.

Kontra Indikasi

Ggn endokrin, ginjal, hati, jantung yg berat. Psikosis & psikoneurosis berat. Pasien < 25 thn. Hamil, kombinasi dg MAOI

kecuali selegiline.

Efek Samping

Anoreksia, ggn Gl. Jarang: aritmia, hipotensi ortostatik. Gerakan involunter abnormal spt atetosis pd akhir pengobatan.

Leukopenia & trombositopenia.

Perhatian

Glaukoma, riwayat infark miokardium, insufisiensi koroner, aritmia, riwayat ulkus lambung&asteomalasia. Hentikan 12-

48jam sblm op dg anestesi umum. Jika pasien terpaksa di op ketika sedng menggunkan madopar, hindari anestesi dg

siklopropane atau haloten.

Dosis

Awal 1/2 tab 3-4 x/hr, dpt ditingkatkan tiap minggu mjd sbg dosis tunggal atau lebih. pemeliharaan: 2 tab 3 x/hr. HBS

dosis harian & interval awal sama dg standar levodopa. Stlh 2-3 hr, dpt ditingkatkan scr bertahap 50%nya. Titrasi

selanjutnya dpt dilakukan dg hati-hati stlh interval 2-3 hr.

Interaksi

memperkuat efek simpotomimetik. Neuroleptik.

Kemasan

Kaps HBS 30. Tab dispersible 125 30

Page 19: Sindrom Parkinson

DOMPERIDON 10MG TAB@50 GNV

Kandungan

Domperidone

Indikasi

Dispepsia fungsional, mual dan muntah akut atau mual-muntah karena pemberian levodopa dan bronmokritptin > 12 minggu

Kontra Indikasi

Prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin.

Efek Samping

Sedasi, Rx ekstrapiramidal distonik, parkinson diskinesia tardif, galaktore, ginekomastia, mulut kering, sakit kepala, diarem ruam,

kulit, rasa haus, cemas, gatal.

Perhatian

Hamil dan laktasi. Ggn fungsi hati dan ginjal.

Dosis

Dispepsia fungsional Dewasa dan lansia 10-20 mg 3x/hr dan 10-20 mg 1x sebelum tidur malam selama maks: 12 minggu. Mual

muntah (ternasuk karena levodopa dan bromokriptin) Dewasa dan lansia 10-20 mg tiap 4-8 jam. Anak 0.2-0.4 mg/kg BB/hr tiap 4-8

jam.

Interaksi

Analgesikopiat, antikolinergik, bromokriptin, antasida.

Kemasan

Tab 10 mg x 5 x 10. Suspensi 5 mg/ 5 ml x 60 ml x 1.

Derivat Ergoet-Agonis Dopamin

Agen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai reseptor dopamin; agen ini

bermanfaat bila ditambahkan dengan levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi on-

off terhadap fluktuasi klinis ringan.

Inhibitor MAO.

Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat

ini menghambat pemecahan dopamin; sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai,

tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.

Antidepresan

Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi

pada penyakit Parkinson.

Page 20: Sindrom Parkinson

3.1.1 Bekerja pada sistem dopaminergik

a. L-dopa

Penemuan terapi l-dopa pada tahun 1960 merupakan terobosan baru pengetahuan

tentang penyakit degenerasi .Meskipun sampai sekarang l-dopa masih merupakan obat

paling menjanjikan respon terbaik untuk penyakit parkinson ,namun masa kerjanya yang

singkat , respon yang fluktuatif dan efek oxidative stress dan metabolitnya menyebabkan

para peneliti mencari bahan alternatif . Cara kerja obat kelompok ini dapat dijelaskan

lewat alur metabolisme dari dopamin sebagai berikut. Tyrosin yang berasal dari makanan

akan diubah secara beruntun menjadi l-dopa dan dopamin oleh enzimya masing-masing .

Kedua jenis enzim ini terdapat diberbagai jaringan tubuh , disamping dijaringan saraf .

Dopamin yang terbentuk di luar jaringan saraf otak , tidak dapat melewati sawar darah

otak . Untuk mencegah jangan sampai dopamin tersintesa diluar otak maka l-dopa

diberikan bersama dopa-decarboxylase inhibitor dalam bentuk carbidopa dengan

perbandingan carbidopa : l-dopa = 1 : 10 ( Sinemet ) atau benzerazide : l- dopa = 1 : 4

( Madopar).Efek terapi preparat l-dopa baru muncul sesudah 2 minggu pengobatan oleh

karena itu perubahan dosis seyogyanya setelah 2 minggu . Mulailah dosis rendah dan

secara berangsur ditingkatkan . Drug holiday sebaliknya jangan lebih lama dari 2

minggu , karena gejala akan muncul lagi sesudah 2 minggu obat dihentikan.

b. MAO dan COMT Inhibitor

Pada umumnya penyakit parkinson memberi respon yang cepat dan bagus dengan

l-dopa dibandingkan dengan yang lain ,namun ada laporan bahwa l-dopa dan dopamin

menghasilkan metabolit yang mengganggu atau menekan proses pembentukan energi dari

mitokondria dengan akibat terjadinya oxidative stress yang menuntun timbulnya

degenerasi sel neuron.Preparat penghambat enzim MAO ( monoamine oxydase ) dan

COMT ( Catechol-O-methyl transferase ) ditambahkan bersama preparat l-dopa untuk

melindungi dopamin terhadap degradasi oleh enzim tersebut sehingga metabolit

berkurang ( pembentukan radikal bebas dari dopamin berkurang ) sehingga neuron

terlindung dari proses oxidative stress .

Page 21: Sindrom Parkinson

c. Agonis Dopamin

Preparat lain yang juga dapat menghemat pemakaian l-dopa adalah golongan

dopamin agonis . Golongan ini bekerja langsung pada reseptor dopamin, jadi mengambil

alih tugas dopamin dan memiliki durasi kerja lebih lama dibandingkan dopamin.Sampai

saat ini ada 2 kelompok dopamin agonis , yaitu derivat ergot dan non ergot . Secara

singkat reseptor yang bisa dipengaruhi oleh preparat dopamin agonis adalah sebagai

berikut:

Keuntungan terapi dengan agonis dopamin dibandingkan l-dopa antara lain :

1. Durasi kerja obat lebih lama

2. Respon fluktuatif dan diskinesia lebih kecil

3. Dapat dipilih agonis dopamin yang lebih specifik terhadap reseptor dopamin tertentu

disesuaikan kondisi penderita penyakit parkinson.

Kerugian terapi agonis dopamin adalah onset terapeutiknya rata – rata lebih lama

dibandingkan DA ergik.

3.1.2 Bekerja pada sistem kolinergik

Obat golongan antikolinergik memberi manfaat untuk penyakit parkinson , oleh

karena dapat mengoreksi kegiatan berlebihan dari sistem kolinergik terhadap sistem

dopaminergik yang mendasari penyakit parkinson . Ada dua preparat antikolinergik yang

banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl ( artane ) dan

benztropin ( congentin ). Preparat lainnya yang juga termasuk golongan ini adalah

biperidon ( akineton ) , orphenadrine ( disipal ) dan procyclidine ( kamadrin ).

• Golongan anti kolinergik terutama untuk menghilangkan gejala tremor dan efek

samping yang paling ditakuti adalah kemunduran memori.

Page 22: Sindrom Parkinson

3.1.3 Bekerja pada sistem Glutamatergik

Diantara obat – obat glutamatergik yang bermanfaat untuk penyakitparkinson adalah

dari golongan antagonisnya , yaitu amantadine , memantine, remacemide dan L 235959.

Antagonis glutamatergik diduga menekan kegiatan berlebihan jalur dari inti subtalamikus

sampai globus palidus internus sehingga jalur indirek seimbang kegiatannya dengan jalur

direk , dengan demikian out put ganglia basalis ke arah talamus dan korteks normal kembali .

Disamping itu, diduga antagonis glutamatergik dapat meningkatkan pelepasan dopamin,

menghambat reuptake dan menstimulasi reseptor dopamin.Obat ini lebih efektif untuk

akinesia dan rigiditas daripada antikolinergik.

3.1.4 Bekerja sebagai pelindung neuron

Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman degenerasi akibat

nekrosis atau apoptosis. Termasuk dalam kelompok ini adalah :

a. Neurotropik faktor , yaitu dapat bertindak sebagai pelindung neuron terhadap kerusakan

dan meningkatkan pertumbuhan dan fungsi neuron . Termasuk dalam kelompok ini adalah

BDNF ( brain derived neurotrophic factor ) , NT 4/5 ( Neurotrophin 4/5 ) , GDNT ( glia cell

line-derived neurotrophic factorm artemin ) , dan sebagainya . Semua belum dipasarkan.

b. Anti-exitoxin , yang melindungi neuron dari kerusakan akibat paparan bahan neurotoksis

( MPTP , Glutamate ) . Termasuk disini antagonis reseptor NMDA , MK 801 , CPP ,

remacemide dan obat antikonvulsan riluzole.

c. Anti oksidan , yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress akibat serangan

radikal bebas. Deprenyl ( selegiline ) , 7-nitroindazole , nitroarginine methyl-ester ,

methylthiocitrulline , 101033E dan 104067F , termasuk didalamnya . Bahan ini bekerja

menghambat kerja enzim yang memproduksi radikal bebas.Dalam penelitian ditunjukkan

vitamin E ( -tocopherol ) tidak menunjukkan efek anti oksidan.

d. Bioenergetic suplements , yang bekerja memperbaiki proses metabolisme energi di

mitokondria . Coenzym Q10 ( Co Q10 ) , nikotinamide termasuk dalam golongan ini dan

Page 23: Sindrom Parkinson

menunjukkan efektifitasnya sebagai neuroprotektant pada hewan model dari penyakit

parkinson.

e. Immunosuppressant , yang menghambat respon imun sehingga salah satu jalur menuju

oxidative stress dihilangkan . Termasuk dalam golongan ini adalah immunophillins , CsA

( cyclosporine A ) dan FK 506 ( tacrolimu) . Akan tetapi berbagai penelitian masih

menunjukkan kesimpulan yang kontroversial.

3.1.5 Lain lain

Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya diduga bermanfaat untuk penyakit

parkinson , yaitu hormon estrogen dan nikotin. Pada dasawarsa terakhir , banyak peneliti

menaruh perhatian dan harapan terhadap nikotin berkaitan dengan potensinya sebagai

neuroprotektan . Pada umumnya bahan yang berinteraksi dengan R nikotinik memiliki potensi

sebagai neuroprotektif terhadap neurotoksis , misalnya glutamat lewat R NMDA , asam kainat

, deksametason dan MPTP . Bahan nikotinik juga mencegah degenerasi akibat lesi dan

iskemia .

3.2 Non Farmakologik

Page 24: Sindrom Parkinson

Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini sering terlupakan

mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu canggih.

3.2.1 Perawatan Penyakit Parkinson

Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula , maka perawatan

tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis , melainkan kepada semua orang yang ada

di sekitarnya.

Pendidikan

Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita , keluarga dan care giver tentang

penyakit yang diderita.Hendaknya keterangan diberikan secara rinci namun supportif

dalam arti tidak makin membuat penderita cemas atau takut. Ditimbulkan simpati dan

empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi

maksimal.

Rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan

menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah

sebagai berikut :

o Abnormalitas gerakan

o Kecenderungan postur tubuh yang salah

o Gejala otonom

o Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living – ADL )

o Perubahan psikologik

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :

Terapi fisik : ROM ( range of motion )

o Peregangan

o Koreksi postur tubuh

o Latihan koordinasi

o Latihan jalan ( gait training )

o Latihan buli-buli dan rectum

Page 25: Sindrom Parkinson

o Latihan kebugaran kardiopulmonar

o Edukasi dan program latihan di rumah

Terapi okupasi

Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

Terapi bicara

Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program latihan pernapasan

diafragma, evaluasi menelan, latihan disartria, latihan bernapas dalam sebelum bicara.

Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume berbicara , irama dan artikulasi.

Psikoterapi

Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi setelah melakukan asesmen

mengenai fungsi kognitif , kepribadian , status mental ,keluarga dan perilaku.

Terapi sosial medik

Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial lingkungan dan finansial , untuk

maksud tersebut perlu dilakukan kunjungan rumah/ lingkungan tempat bekerja.

Orthotik Prosthetik

Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami ketidakstabilan postural , dengan

membuatkan alat Bantu jalan seperti tongkat atau walker.

Terapi suara

Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit

Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT). LSVT fokus untuk

meningkatkan volume suara. 

Terapi Gen

Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus

yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus

(STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang

disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi

Page 26: Sindrom Parkinson

neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang

terlalu aktif di STN. 

Diet

Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet yang khusus ,

akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan

gizi , penurunan berat badan , dan pengurangan jumlah massa otot , serta tidak terjadinya

konstipasi . Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang berimbang antara

komposisi serat dan air untuk mencegah terjadinya konstipasi , serta cukup kalsium untuk

mempertahankan struktur tulang agar tetap baik . Apabila didapatkan penurunan motilitas

usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap beberapa hari sekali . Hindari

makanan yang mengandung alkohol atau berkalori tinggi.

3.2.2 Pembedahan

Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi

memberikan respon terhadap pengobatan / intractable , yaitu masih adanya gejala dua dari gejala

utama penyakit parkinson (tremor, rigiditas, bradi/akinesia, gait/postural instability), Fluktuasi

motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga memberi respons baik terhadap

pembedahan.Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan :

Pallidotomi , yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala :

o Akinesia / bradi kinesia

o Gangguan jalan / postural

o Gangguan bicara

Thalamotomi , yang efektif untuk gejala :

o Tremor

o Rigiditas

o Diskinesia karena obat.

Page 27: Sindrom Parkinson

Stimulasi otak dalam

Mekanisme yang mendasari efektifitas stimulasi otak dalam untuk penyakit parkinson ini

sampai sekarang belum jelas , namun perbaikan gejala penyakit parkinson bisa mencapai

80% . Frekwensi rangsangan yang diberikan pada umumnya lebih besar dari 130 Hz

dengan lebar pulsa antara 60 – 90 s . Stimulasi ini dengan alat stimulator yang ditanam di

inti GPi dan STN.

Transplantasi

Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh

Lindvall dan kawannya , menggunakan jaringan medula adrenalis yang menghasilkan

dopamin. Jaringan transplan ( graft ) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan

embrio ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor

cells , non neural cells ( biasanya fibroblast atau astrosytes ) , testis-derived sertoli cells dan

carotid body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan

obat immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa

idup graft jadi lebih panjang.

Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit parkinson selama 4

tahun kemudian efeknya menurun 4 – 6 tahun sesudah transplantasi. Sampai saat ini ,

diseluruh dunia ada 300 penderita penyakit parkinson memperoleh pengobatan transplantasi

dari jaringan embrio ventral mesensefalon.

Pencangkokan Syaraf

Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel sistem yang

berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan.

Page 28: Sindrom Parkinson

Dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal

Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis

Kerusakan kontrol getaran volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dengan gerakan otomatis

Degenerasi sel-sel neuron

Menyebabkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus hipotalamus

Terjadi perubahan pada neurotransmiter dan neuropeptid

Perubahan neurofisiologik

Perubahan suasana perasaan

Mengurangi peranan sistem dopamin forebrain

Menyebabkan ketergantungan yang berlebihan thdp lingkungan

Penurunan keinginan untuk melakukan aktivitas dan kemampuan mengontrol diri

Virus, infeksi lain (TBC), trauma berulang pada kepala, tumor cerebri, pendarahan cerebral parkinson sekunderIdiopatik kronis parkinson primer

Perasaan tidak berguna

Aliran darah serebral regional menurunGangguan saraf II optikus Manefestasi otonomGangguan saraf VIII auditorius untuk keseimbanganTremor ritmik

Harga diri rendah

gg.nutrisi kurang dr kebutuhan

sekunder

PATOFISIOLOGI PARKINSON

Page 29: Sindrom Parkinson

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN

Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem persarafan

meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan

pengkajian psikososial.

a. Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia

50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosis medis.

Page 30: Sindrom Parkinson

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks

postural.

b. Riwayat Penyakit Saat Ini

Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu lengan dan

tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap

unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada

lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar

sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa

cemas dan muncul pada saat klien istirahat.

Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap

tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan

sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih

yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adalah riwayat

hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin,

vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetik

yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian

dilakukan dengan menanyakan apakah anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi

dan DM. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat

mempercepat progresifnya penyakit.

e. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai

respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalam keluarga dan

Page 31: Sindrom Parkinson

masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat.

Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan

kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami

kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri yang

ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak

kooperatif.

Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi.

Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan penurunan memori

(ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi

akut) umumnya terjadi pada lansia.

f. Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan

fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis.

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus

pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.

- B1 (Breathing)

Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,

aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.

Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.

Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada

klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang

sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.

Page 32: Sindrom Parkinson

- B2 (Blood)

Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan

juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

- B3 (Brain)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Pada inspeksi umum ditemukan perubahan

pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh

gerakan.

Pemeriksaan fungsi serebri

Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan

status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori

jangka panjang.

Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya

klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi

penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.

Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot

wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami

penurunan , saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.

Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan

penurunan aliran darah regional.

Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.

Page 33: Sindrom Parkinson

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra

pengecapan normal.

Tanda Tanda Vital (TTV)

a. Hipotensi

b. Bradikardi

c. Penurunan frekuensi pernapasan

Sistem Motorik

Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada

seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas

deserebrasi.

Tonus otot ditemukan meningkat.

Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya

kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada

seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan Refleks

Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan

berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.

Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang)

dapat menimbulkan sering jatuh.

Sistem Sensorik

Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan

terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari

neuropati.

- B4 (Bladder)

Page 34: Sindrom Parkinson

Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan

persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,

ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk

menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini,

dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

- B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang karena

kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering

mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

- B6 ( Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara

umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola

aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena

perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada

trauma fisik bila melakukan aktivitas.

3.2 ANALISA DATA

No.

Data Etiologi Masalah

1. DS:- Pasien mengeluh

tangan dan anggota tubuh lain bergetar/tremor

- Pasien mengeluh kesusahan dalam berjalan

DO:- Inspeksi terlihat gaya

berjalan pasien berubah(membungkuk, terseok-seok)

- Inspeksi pasien terlihat tremor

Faktor predisposisi lesi pada substansia nigra (usia, induksi obat dan toksik)

Dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal

Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan

gerakan otomatis

Hambatan Mobilitas Fisik

Page 35: Sindrom Parkinson

DP:- MRI- EEG

gg. saraf VIII (auditorius( / keseimbangan

rigiditas

perubahan gaya berjalan, kekakuan dalam beraktivitas

Hambatan Mobilitas Fisik

2. DS: - Pasien mengeluh

susah untuk melakukan perawatan diri (susah mengganti baju sendiri, kesusahan ke kmar mandi dan melakukan personal hygiene)

DO:- Inspeksi pasien

terlihat berantakan/kurang bersih

DP:

Faktor predisposisi lesi pada substansia nigra (usia, induksi obat dan toksik)

Dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal

Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan

gerakan otomatis

gg. saraf VIII (auditorius( / keseimbangan

rigiditas

perubahan gaya berjalan, kekakuan dalam beraktivitas

Hambatan Mobilitas Fisik

Defisit perawatan diri

Defisit Perawatan Diri

3. DS:- Pasien mengeluh

kesusahan dalam berkomunikasi

DO:- Inspeksi wajah

pasien terlihat kaku

Faktor predisposisi lesi pada substansia nigra (usia, induksi obat dan toksik)

Dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls

Hambatan Komunikasi Verbal

Page 36: Sindrom Parkinson

yang abnormal

Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan

gerakan otomatis

Aliran darah ke cerebral regional terganggu

Manefestasi psikiatik

Perubahan kepribadian

Kognitif

Kerusakan Komunikasi Visual

4. DS: - Pasien mengeluh

susah menelan- Pasien mengeluh

sulit mengunyahDO:

- Pasien terlihat dysphagia

-

Faktor predisposisi lesi pada substansia nigra (usia, induksi obat dan toksik)

Dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal

Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan

gerakan otomatis

Gerakan menelan dan disfagia

Perlambatan dalam proses makan

Anorexia

Intake nutrisi

Gg nutrisi kurang dari kebutuhan

Resiko Gangguan Pemenuhan Nutrisi

5. DS:- Pasien

Faktor predisposisi lesi pada substansia nigra (usia, induksi obat dan toksik)

Gangguan Harga Diri Rendah

Page 37: Sindrom Parkinson

menyatakan malu dengan keadaan penyakitnya

- Pasien merasa tidak berharga karena tidak bias melakukan aktivitas

DO:- Pasien terlihat

menutup diri dan menolak untuk berkomunikasi serta mengadakan interaksi

Dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal

Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan

gerakan otomatis

Hipertoni otot

rigiditas

perubahan gaya berjalan, kekakuan dalam beraktivitas

Hambatan Mobilitas Fisik

Defisit perawatan diri

Perasaan tidak berguna

Harga diri rendah

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.

3. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,

pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.

4. Harga diri rendah yang berhubungan dengan penurunan kemampuan untuk beraktivitas

5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan pelambatan

dalam proses makan.

3.4 Nursing Care Plan (NCP)

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Page 38: Sindrom Parkinson

Keperawatan

1. Hambatan

mobilitas fisik

yang

berhubungan

dengan

kekakuan dan

kelemahan

otot.

Tujuan : Dalam

waktu 2 x 24 jam,

klien mampu

melaksanakan

aktivitas fisik sesuai

dengan

kemampuannya.

Kriteria Hasil : Klien

dapat ikut serta dalam

program latihan,

tidak terjadi

kontraktur sendi,

bertambahnya

kekuatan otot. Klien

menunjukkan

tindakan untuk

meningkatkan

mobilitas.

Mandiri :

1. Kaji mobilitas yang

ada dan observasi

peningkatan kerusakan.

Kaji secara teratur fungsi

motorik.

1. Mengetahui tingkat

kemampuan klien dalam

melakukan aktivitas.

2. Lakukan program

latihan yang

meningkatkan kekuatan

otot.

2.Meningkatkan

koordinasi dan

ketangkasan,

menurunkan kekakuan

otot dan mencegah

kontraktur bila otot tidak

digunakan.

3. Lakukan program

latihan yang

meningkatkan kekuatan

otot.

3.Latihan postural untuk

melawan kecenderungan

kepala dan leher tertarik

kedepan dan kebawah.

4. Ajarkan teknik

berjalan khusus :

Ajarkan untuk

berkosentrasi pada

berjalan tegak,

memandang lurus

kedepan, dan

menggunakancara

berjalan dengan

dasar lebar (misalnya

berjalan dengan kaki

terpisah).

Klien dianjurkan

4. Teknik berjalan khusus

dapat juga dipelajari

untuk mengimbangi gaya

berjalan menyeret dan

kecenderungan tubuh

condong kedepan.

Page 39: Sindrom Parkinson

untuk latihan

berjalan dengan

diiringi musik

marching band atau

lagu, karena hal ini

memberikan

rangsangan sensorik.

Latihan bernapas

sambil berjalan

membantu untuk

menggerakan rangka

tulang rusuk dan

transpor oksigen

untuk mengisi

bagian paru-paru

yang kadar

oksigennya rendah.

Melakukan periode

istirahat yang sering

untuk membantu

pencegahan frustasi

dan kelelahan.

5. anjurkan mandi hangat

dan masase otot

5. mandi hangat dan

masase membantu otot-

otot rileks saat

melakukan aktivitas pasif

dan aktif dan mengurangi

nyeri otot akibat spasme

yang mengakibatkan

kekakuan

Page 40: Sindrom Parkinson

6. Bantu klien melakukan

latihan ROM, perawatan

diri, sesuai toleransi.

6. Untuk memelihara

fleksibilitas sendi sesuai

kemampuan

7. Kolaborasi dengan

ahli fisioterapi untuk

latihan fisik klien.

7. Peningkatan

kemampuan dalam

mobilisasi ekstremitas

dapat ditingkatkan

dengan latihan fisik oleh

tim fisioterapis.

2 Defisit

perawatan

diri yang

berhubungan

dengan

menurunnya

kekuatan otot.

Tujuan : Dalam

waktu 2 x 24 jam,

perawatan diri klien

terpenuhi.

Kriteria Hasil : Klien

dapat menunjukkan

perubahan gaya hidup

untuk memenuhi

kebutuhan merawat

diri, klien mampu

melakukan aktivitas

perawatan diri sesuai

dengan tingkat

kemampuannya,

mengidentifikasi

personal/masyarakat

dapat yang

membantu.

Mandiri

1.Kaji kemampuan dan

tingkat penurunan dalam

skala 0-4 untuk

melakukan ADL.

1. Membantu dalam

mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan

kebutuhan individual.

2. Hindari apa yang tidak

dapat dilakukan klien dan

bantu bila perlu.

2. Menghindari klien dari

keadaan cemas dan

ketergantungan untuk

mencegah frustasi dan

harga diri klien rendah

3. Ajarkan dan dukung

klien selama aktivitas.

3. Dukungan pada klien

selama aktivitas

kehidupan sehari-hari

dapat meningkatkan

perawatan diri.

4. Rencanakan tindakan

untuk mengatasi

keterbatasan penglihatan

seperti tempatkan

4. Klien akan mampu

melihat dan memakan

makanan, akan mampu

melihat keluar masuknya

Page 41: Sindrom Parkinson

makanan dan peralatan

dalam suatu tempat,

dekatkan tempat tidur

kedinding

orang keruangan

5. Modifikasi lingkungan 5. Modifikasi lingkungan

diperlukan untuk

mengompensasi

ketidakmampuan fungsi.

6. Gunakan pagar

disekeliling tempat tidur.

6. Gunakan pagar

disekeliling tempat tidur

baik tempat tidur di

rumah sakit dan dirumah,

atau sebuah tali yang

diikatkan pada kaki

tempat tidur untuk

memberi bantuan dalam

mendorong diri untuk

bangun tanpa bantuan

orang lain.

7. Kaji kemampuan

komunikasi untuk buang

air kecil, kemampuan

menggunakan urinal,

pispot. Antarkan

kekamar mandi bila

kondisi memungkinkan.

7. Ketidakmampuan

komunikasi dengan

perawat dapat

menimbulkan masalah

pengosongan kandung

kemih oleh karena

masalah neurogenik.

Kolaborasi

8.Pemberian supositoria

8. Ketidakmampuan

komunikasi dengan

Page 42: Sindrom Parkinson

dan pelumas

feses/pencahar.

perawat dapat

menimbulkan masalah

pengosongan kandung

kemih oleh karena

masalah neurogenik.

9. Konsultasi kedokter

terapi okupasi

9. Untuk

mengembangkan terapi

dan melengkapi

kebutuhan khusus

3. Hambatan

komunikasi

verbal yang

berhubungan

dengan

penurunan

volume

bicara,

pelambatan

bicara,

ketidakmamp

uan

menggerakan

otot-otot

wajah.

Tujuan : Dalam

waktu 2 x 24 klien

mampu membuat

teknik/metode

komunikasi yang

dapat dimengerti

sesuai kebutuhan dan

meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi.

Kriteria Hasil : klien

dapat berkomunikasi

dengan sumber yang

ada.

1. Kaji kemampuan klien

untuk berkomunikasi.

1. Gangguan bicara

ditemukan pada banyak

klien dengan penyakit

Parkinson. Bicara mereka

yang lemah, monoton,

dan terdengar

halusmenuntut kesadaran

berupaya untuk bicara

dengan lambat, dengan

penekanan perhatian

pada apa yang mereka

katakan.

2. Menentukan cara-cara

komunikasi seperti

mempertahankan kontak

mata, memberikan

pertanyaan dengan

jawaban ya atau tidak,

menggunakan kertas dan

pensil/bolpoin, gambar,

atau papan tulis, bahasa

2. Mempertahankan

kontak mata akan

membuat klien tertarik

selama komunikasi. Jika

klien dapat menggerakan

kepala, mengedipkan

mata, atau senag dengan

isyarat-isyarat sederhana,

lebih baik dengan

Page 43: Sindrom Parkinson

isyarat, perjelas arti dari

komunikasi yang

disampaikan.

menggunakan pertanyaan

ya/tidak.

Kemampuan menulis

kadang-kadang

melelahkan klien, selain

itu dapat mengakibatkan

frustasi dalam upaya

memenuhi kebutuhan

komunikasi. Keluarga

dapat bekerja sama untuk

membantu memenuhi

kebutuhan klien.

3. Pertimbangkan bentuk

komunikasi bila

terpasang kateter

intravena.

3. Kateter intravena yang

terpasang ditangan akan

mengurangi kebebasan

klien dalam menulis atau

memberi isyarat.

4. Letakkan bel

pemanggil dalam

jangkauan klien dan

berikan penjelasan cara

menggunakannya. Jawab

panggilan tersebut

dengan segera. Penuhi

kebutuhan klien. Katakan

kepada klien bahwa

perawat siap membantu

jika dibutuhkan.

4. Ketergantungan klien

pada ventilator akan

membuat klien lebih baik

dan rileks, merasa aman

dan mengerti bahwa

selama menggunakan

ventilator, perawat akan

memenuhi segala

kebutuhannya.

5. Buatlah catatan 5. Mengingatkan staf

Page 44: Sindrom Parkinson

dikantor perawat tentang

keadaan klien yang dapat

bicara.

perawat untuk berespon

dengan klien selama

memberikan perawatan.

6. Buatlah rekaman

pembicaraan klien.

6. Rekaman pembicaraan

klien dalam pita kaset

secara periodik

dibutuhkan dalam

memantau perkembangan

klien. Amplifier kecil

membantu bila klien

mengalami kesulitan

mendengar.

7. Anjurkan

keluarga/orang lain yang

dekat dengan klien untuk

berbicara dengan klien,

memberikan informasi

tentang keluarganya, dan

keadaan yang sedang

terjadi.

7. Keluarga dapat merasa

akrab dengan klien dalam

berada dekat klien

selama berbicara.

Pengalaman ini dapat

membantu atau

mempertahankan kontak

nyata seperti merasakan

kehadiran anggota

keluarga yang dapat

mengurangi perasaan

kaku.

8. Kolaborasi dengan ahli

wicara bahasa.

8. Ahli terapi wicara

bahasa dapat membantu

dalam membentuk

peningkatan latihan

percakapan dan

Page 45: Sindrom Parkinson

membantu petugas

kesehatan untuk

mengembangkan metode

komunikasi untuk

memenuhi kebutuhan

klien.

4. Harga diri

rendah yang

berhubungan

dengan

penurunan

kemampuan

untuk

beraktivitas

Tujuan : dalam waktu

2x24 jam pasien tidak

merasa malu dengan

keadaannya dan

menarik diri dari

lingkungan

sekitarnya

Kriteria Hasil:

Pasien tidak

mengeluh malu

Pasien mengerti akan

keadaannya dan

menerima

keadaannya

1. Diskusikan perasaan

klien dan penanganan

yang dilakukan dan

anjurkan untuk

mengungkapkan

perasaannya

1. Reaksi yang ada pada

individu akan berbeda-

beda pengalaman awal

dengan keadaan

penyakitnya akan

mempengaruhi

penerimaan aturan

pengobatan

2. Identifikasi dan

antisipasi

kemungkinan reaksi

orang terhadap

penyakitnya, dan

anjurkan pasien untuk

tidak merahasiakan

penyakitnya

2.Memberikan

kesempatan untuk

merespon pada proses

pemecahan masalah dan

memberikan tindakan

control terhadap situasi

yang di hadapi,

merahasiakan dapat

berpotensi untuk merusak

harga diri dan

menyangkal penyakitnya

3.Hindari pemberian

perlindungan yang

berlebihan pada pasien

3.Perlindungan yang

berlebihan akan membuat

pasien merasa tidak dapat

diandalkan dan

menyebabkan harga diri

pasien semakin rendah

Page 46: Sindrom Parkinson

4.Berikan penjelasan

pada orang terdekat

untuk membantu pasien

dalam menerima

keadaannya dan selalu

memberikan support

yang positif pada pasien

4.Pandangan yang

negative dari orang yang

terdekat dapat

berpengaruh terhadap

perasaan harga diri

pasien dan mengurangi

dukungan yang di terima

dari orang yang terdekat

beresiko membatasi

penanganan yang optimal

5.Jelaskan tentang

pentingnya kepada orang

terdekat untuk selalu

mendampingi pasien saat

gejalan timbul

5.Ansietas pada keluarga

berpotensi sampai ke

pasien yang dapat

meningkatkan persepsi

negative pada diri pasien.

5. Perubahan

nutrisi :

kurang dari

kebutuhan

tubuh yang

berhubungan

dengan

pelambatan

dalam proses

makan.

Tujuan : Dalam

waktu 3 x 24 jam

kebutuhan nutrisi

klien terpenuhi.

Kriteria Hasil :

Mengerti tentang

pentingnya nutrisi

bagi tubuh,

memperlihatkan

kenaikan berat badan

sesuai dengan hasil

pemeriksaan

laboratorium.

1.Evaluasi kemampuan

makan klien.

1.Klien mengalami

kesulitan dalam

mempertahankan berat

badan mereka. Mulut

mereka kering akibat

obat-obatan dan

mengalami kesulitan

mengunyah dan menelan

2.Observasi/timbang

berat badan jika

memungkinkan.

2. Tanda kehilangan

berat badan (7-10%) dan

kekurangan asupan

nutrisi menunjang

terjadinya masalah

katabolisme, kandungan

Page 47: Sindrom Parkinson

glikogen dalam otot, dan

kepekaan terhadap

pemasangan ventilator.

3.Manajemen mencapai

kemampuan menelan.

Gangguan menelan

disebabkan oleh

tremor pada lidah,

ragu-ragu dalam

memulai menelan,

kesulitan dalam

membentuk

makanan dalam

bentuk bolus.

Makanan setengah

padat dengan sedikit

air memudahkan

untuk menelan.

Klien dianjurkan

untuk menelan

secara berurutan.

Klien diajarkan

untuk meletakkan

makanan diatas

lidah, menutup bibir

dan gigi, dan

menelan.

Klien dianjurkan

untuk mengunyah

pertama kali pada

3. Meningkatkan

kemampuan klien dalam

menelan dan dapat

membantu pemenuhan

nutrisi klien melalui

oral.Tujuan lain adalah

mencegah terjadinya

kelelaha, memudahkan

masuknya makanan, dan

mencegah gangguan pada

lambung.

Page 48: Sindrom Parkinson

satu sisi mulut dan

kemudian kesisi lain.

Untuk mengontrol

air liur, klien

dianjurkan untuk

menahan kepala

tetap tegak dan

membuat keadaan

sadar untuk menelan.

Masase otot wajah

dan leher sebelum

makan dapat

membantu.

Berikan makanan

kecil dan lunak.

4.Monitor pemakaian alat

bantu.

4.Pemakaian elektrik

digunakan untuk menjaga

makanan tetap hangat

dan klien diizinkan untuk

istirahat selama waktu

yang ditetapkan untuk

makan, alat-alat khusus

juga membantu

makan.Penggunaan

piring yang stabil,

cangkir yang tidak pecah

pecah bila jatuh, dan alat-

alat makan yang dapat

digenggam sendiri

digunakan sebagai alat

bantu.

Page 49: Sindrom Parkinson

5. Kaji fungsi sistem

gastrointestinal meliputi

suara bising usus, catat

terjadinya perubahan

didalam lambung seperti

mual, muntah. Observasi

perubahan pergerakan

usus misalnya diare,

konstipasi.

5. Fungsi sistem

gastrointestinal sangat

penting untuk asupan

makanan.Ventilator dapat

menyebabkan kembung

pada lambung dan

perdarahan lambung.

6.Anjurkan pemberian

cairan 2500 cc/hari

selama tidak terjadi

gangguan jantung

6. Mencegah terjadinya

dehidrasi akibat

penggunaan ventilator

selama klien tidak sadar

dan mencegah terjadinya

konstipasi.

7.Anjurkan pemberian

cairan 2500 cc/hari

selama tidak terjadi

gangguan jantung.

7. Memberikan informasi

yang tepat tentang

keadaan nutrisi yang

dibutuhkan klien.

Page 50: Sindrom Parkinson

BAB IV

PENUTUP

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,

merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau

tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal

dopamine deficiency). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.

Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan

operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami

progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak

Page 51: Sindrom Parkinson

general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien

berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang,

dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat

sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan

perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka

penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Klien dgn Gangguan Sistem Persyarafan-Fransisca B.Battica

De Long, Mahlon. 2006. Harrison Neurology in Clinical Medicine. First edition. McGraw-Hill

Professional.

Doengoes E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Fahn, Stanley. 2000. Merrit’s Neurology. Tenth edition. Lippincott Williams & Wilkins.

John C. M. Brust, MD, 2007 “Current Diagnosis & Treatment In Neurology”, McGraw-Hill,

hlm 199 – 206.

Muttaqin, Arief. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

http://www.scribd.com/doc/74662373/askep-parkinson

Page 52: Sindrom Parkinson

4