sifat sensori otak-otak berbahan baku ikan air tawar ...digilib.unila.ac.id/57876/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
SIFAT SENSORI OTAK-OTAK BERBAHAN BAKU IKAN AIR TAWAR
SEBAGAI PENGGANTI IKAN TENGGIRI
Skripsi
Oleh
HERBI
FAKULTAS PERTANIAN
UIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
SENSORY ATTRIBUTE OF OTAK – OTAK MADE OF FRESHWATERFISH AS MACKEREL FISH SUBSTITUTION
By
HERBI
Otak-otak is a modification of processed products of meat balls and kamaboko
which are usually made of mackerel fish. The aims of this research are to
determine: (1) the effect of freshwater fish species (2) the effect of formulations
between fish meat and tapioca (3) the interactions between fish species and
formulations of fish meat and tapioca flour to the sensory attribute of otak-otak.
Catfish, iridescent shark and snakehead fish are filled and mashed, then weighed
fish meat and tapioca flour according to the formulation (80:20, 70:30, 60:20 %
b/b), then seasoning and stirring until homogeneus. Then taken ± 10g of dough,
put in banana leaves and then roasted until the otak-otak are cooked. This research
was repeated 3 times with observations including texture, color, taste and aroma
with a scoring test. Data were analyzed using variance, significance test and BNJ
5% further test. The best treatment is then analyzed proximate and the overall
acceptance test is compared with mackerel fish otak-otak. The results of this
Herbi
ii
research showed that the best treatment is otak-otak which use iridescent shark
with fish meat formulations and tapioca flour by 80%: 20% has a good sensory
score on color 3.59 (tend to bright), aroma 3.80 (fish smell typical), taste 4.08
(fish and savory taste typical) and texture 4.28 (easy to bite). The proximate
analysis shows that fat content, protein content, water content and carbohydrate
content comply SNI 7737-2015, however the ash content does not. The results of
the comparison test of preference were obtained that there was no difference in
preference between catfish otak-otak and mackerel fish otak-otak.
Keywords: snakehead fish, catfish, iridescent shark, mackerel fish, otak-otak.
ABSTRAK
SIFAT SENSORI OTAK-OTAK BERBAHAN BAKU IKAN AIR TAWARSEBAGAI PENGGANTI IKAN TENGGIRI
Oleh
HERBI
Otak-otak merupakan modifikasi produk olahan antara baso dan kamaboko yang
biasanya terbuat dari ikan tenggiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)
pengaruh jenis ikan air tawar (2) pengaruh formulasi daging ikan dan tepung
tapioka (3) interaksi keduanya terhadap sifat sensori otak-otak. Ikan lele, patin
dan gabus difillet serta dihaluskan, setelah itu ditimbang daging ikan dan tepung
tapioka sesuai formulasi (80:20, 70:30, 60:20 % b/b), lalu ditambahkan bumbu
dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya diambil ±10g adonan, dimasukkan
dalam daun pisang lalu dilakukan pemanggangan hingga otak-otak matang.
Penelitian ini diulang 3x dengan pengamatan meliputi tekstur, warna, rasa dan
aroma dengan uji skoring. Data dianalisis menggunakan sidik ragam, uji
signifikasi dan uji lanjut BNJ 5%. Perlakuan terbaik kemudian dianalisis
proksimat dan uji penerimaan keseluruhan dibandingkan dengan otak-otak ikan
tenggiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu otak-otak
Herbi
iv
menggunakan ikan patin dengan formulasi daging ikan dan tepung tapioka sebesar
80%:20% dengan nilai sensori pada warna sebesar 3,59 (cenderung cerah), aroma
sebesar 3,80 (khas ikan), rasa sebesar 4,08 (khas ikan dan gurih) dan tekstur
sebesar 4,28 (mudah digigit). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar
lemak, kadar protein, kadar air dan kadar karbohidrat memenuhi SNI 7737-2015,
namun pada kadar abu tidak memenuhi. Hasil uji perbandingan kesukaan
diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kesukaan antara otak-otak ikan patin dengan
otak-otak ikan tenggiri.
Kata kunci: ikan gabus, ikan lele, ikan patin, ikan tenggiri, otak-otak.
SIFAT SENSORI OTAK-OTAK BERBAHAN BAKU IKAN AIR TAWAR
SEBAGAI PENGGANTI IKAN TENGGIRI
Oleh
HERBI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 22 Januari 1998 sebagai anak ke satu
dari dua bersaudara pasangan Bapak Hermanto dan Ibu Erpin.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)
Xaverius yang diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan
pendidikannya ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Urang yang diselesaikan
padatahun 2009, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kalianda yang
diselesaikan pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Kalianda yang diselesaikan pada tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2015 melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Penulis menjalani Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung
pada bulan Januari-Maret 2018 di desa Kejayaan, Kecamatan Talang Padang,
Kabupaten Tanggamus. Kemudian pada bulan Juli- Agustus 2018 penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Tirta Ratna unit Merdeka Boga Putra,
Bandung. Penulis menjadi staf Dinas Pemuda dan Olahraga BEM Fakultas
Pertanian periode 2017/2018.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME, karena rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sifat Sensori Otak-Otak
Berbahan Baku Ikan Air Tawar Sebagai Pengganti Ikan Tenggiri” adalah salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung
Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.,selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.sekaligus
sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
dalam menyusun skripsi
3. Ir. Otik Nawansih, M.P., selaku Dosen Pembimbing Pertama dan Pembimbing
Akademik atas bimbingan, saran, motivasi, arahan, dan nasehat yang telah
diberikan.
4. Dyah Koesoemawardani, S.Pi., M.P., selaku Dosen Pembimbing Dua atas
bimbingan, saran, motivasi, arahan dan nasehat yang telah diberikan.
5. Kedua orang tua penulis tercinta Papa Hermanto dan Mama Erpin, adik penulis
Herni Aprilyani dan keluarga besar Tan yang selalu memberikan do’a, dukungan,
x
semangat dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh karyawan di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian atas bantuannya.
7. Sahabat- sahabat dekat Edy, Wahyu, Gani, Paijo, Imtinani, Sawsan, Merry, Ayus,
teteh Shifa, Aulia, Rio Komti, Bima Guni Wakom dan hati-hati boys serta anak-
anak saka yang tidak pernah lelah mendukung dan memberikan semangat.
8. Semua teman-teman Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2015 yang telah
bersama-sama dari awal perkuliahan.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sangat menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca
Bandar Lampung, Juli 2019
Penulis,
Herbi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiii
DAFTAR GAMBAR.…………………………………………………………..xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian....................................................................................3
1.3 Kerangka Pemikiran ...............................................................................4
1.4 Hipotesis .................................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otak-Otak Ikan .......................................................................................7
2.2 Ikan .........................................................................................................10
2.3 Tepung Tapioka......................................................................................18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................22
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................22
3.3 Rancangan Percobaan.............................................................................23
3.4. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................24
3.5. Pengamatan ............................................................................................273.5.1. Sifat sensori..................................................................................273.5.2. Analisis Proksimat .......................................................................32
3.5.2.1. Kadar Air........................................................................323.5.2.2. Kadar Abu ......................................................................323.5.2.3. Kadar Lemak..................................................................333.5.2.4. Kadar Protein .................................................................333.5.2.5. Kadar Karbohidrat..........................................................34
xii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tekstur ....................................................................................................35
4.2 Warna......................................................................................................37
4.3. Rasa ........................................................................................................40
4.4. Aroma .....................................................................................................41
4.5. Penentuan Perlakuan Terbaik .................................................................43
4.6 Analisis Proksimat Perlakuan Terbaik ...................................................44
4.7. Perbandingan Penerimaan Keseluruhan Perlakuan Terbaik dengan Otak-Otak Ikan Tenggiri Kunyahan ................................................................46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................47
5.2 Saran .......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................48
LAMPIRAN ........................................................................................................53
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Syarat Mutu dan Keamanan Pangan Otak-Otak Ikan ............................... 10
2 Komposisi Gizi Ikan Lele Per 100 g......................................................... 17
3 Komposisi Kimia Tepung Tapioka Per 100 g........................................... 18
4 Syarat Mutu Tepung Tapioka SNI 01-3451-2011 ....................................19
5 Perlakuan Penelitian.................................................................................. 23
6 Formulasi Pembuatan Otak-Otak.............................................................. 25
7 Hasil Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Terhadap Tekstur ...................................35
8 Hasil Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Terhadap Warna..................................... 38
9 Hasil Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Terhadap Rasa........................................ 40
10 Hasil Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Terhadap Aroma ....................................42
11 Penentuan perlakuan sifat sensori otak-otak ikan air tawar..................... 44
12 Analisis Proksimat Perlakuan Terbaik...................................................... 45
13 Hasil Pengamatan Tekstur Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar ...54
14 Hasil Uji Kehomogenan Ragam (Bartlett Test) Tekstur Otak-Otak Berbahan
Baku Ikan Air Tawar................................................................................. 54
15 Hasil Analisis Ragam Tekstur Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar
................................................................................................................... 55
xiv
16 Hasil Uji BNJ terhadap Interaksi AB........................................................ 55
17 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor A .............................................................. 55
18 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor B .............................................................. 56
19 Hasil Pengamatan Rasa Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar........ 56
20 Uji Kehomogenan Ragam Rasa Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar
................................................................................................................... 56
21 Hasil Anilisis Ragam Rasa Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar ..57
22 Hasil Uji BNJ terhadap Interaksi AB........................................................ 57
23 Hasil Uji BNJ terhadap faktor A ............................................................... 58
24 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor B .............................................................. 58
25 Hasil Pengamatan Aroma Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar ....58
26 Uji kehomogenan ragam aroma otak-otak berbahan baku ikan air tawar.
................................................................................................................... 59
27 Hasil Anilisis Ragam Aroma Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar
................................................................................................................... 59
28 Hasil Uji BNJ terhadap Interaksi AB........................................................ 60
29 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor A .............................................................. 60
30 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor B .............................................................. 60
31 Hasil Pengamatan Warna Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar .....61
32 Uji Kehomogenan Ragam Warna Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar
................................................................................................................... 61
33 Hasil Anilisis Ragam Warna Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Air Tawar
................................................................................................................... 62
xv
34 Hasil Uji BNJ terhadap Interaksi AB........................................................ 62
35 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor A .............................................................. 62
36 Hasil Uji BNJ terhadap Faktor B .............................................................. 63
37 Uji T pada uji hedonic............................................................................... 63
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1 Otak-Otak..................................................................................................7
2 Ikan Tenggiri .............................................................................................12
3 Ikan Patin ..................................................................................................13
4 Ikan Gabus ................................................................................................15
5 Ikan Lele....................................................................................................16
6 Diagram alir pembuatan otak-otak............................................................26
7 Daging ikan gabus (a), Daging ikan lele (b), Daging ikan patin (c) .........39
8 Pembuatan Otak-Otak ...............................................................................64
9 Analisis Kadar Air.....................................................................................65
10 Analisis Kadar Protein ..............................................................................66
11 Analisis Kadar Abu ...................................................................................66
12 Analisis Kadar Lemak...............................................................................67
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan segar merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan
yang dapat disebabkan oleh proses biokimiawi maupun oleh aktivitas
mikribiologi. Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan menyebabkan ikan
mudah rusak bila tidak segera dilakukan upaya mempertahankan mutu dengan
cara mengolahnya menjadi produk, sehingga secara ekonomis nilai tambah
produk juga meningkat. Salah satu pengolahan produk ikan adalah otak-otak.
Otak-otak merupakan modifikasi produk olahan antara baso dan kamaboko.
Masyarakat pada umumnya telah mengenal otak-otak karena rasanya yang enak
dan cara pengolahannya yang cukup sederhana yaitu terbuat dari daging ikan
dengan penambahan tepung, santan, dan bumbunya yang dibungkus dengan
menggunakan daun kemudian dimasak sesuai selera bisa dikukus, dipanggang dan
digoreng.
Otak-otak biasanya terbuat dari bahan baku ikan tenggiri. Ikan tenggiri memiliki
kandungan lemak ±0,2-5% dan protein sebesar ±22% yang sangat baik untuk
pertumbuhan. Selain itu, ikan tenggiri secara fisik memiliki daging yang tebal,
teksturnya yang kenyal tetapi lembut serta rasanya yang gurih menjadi nilai
tambah dalam pemanfaatannya menjadi bahan baku produk otak-otak (Karim et
2
al., 2013). Otak-otak ikan tenggiri merupakan salah satu makanan khas daerah
Lampung dan Sumatra Selatan yang banyak diminati oleh konsumen baik lokal
maupun diluar daerah. Ikan tenggiri tidak dibudidayakan karena hidup di air laut
dalam yang pada musim angin dan ombak besar sulit didapatkan di pasar karena
nelayan tidak melaut. Oleh karena itu diperlukan ikan yang mudah dibudidayakan
sehingga tersedia sepanjang waktu dan harganya stabil serta menghasilkan
kualitas sensori otak-otak ikan yang baik. Salah satu bahan alternatif yang dapat
digunakan adalah ikan air tawar.
Ikan air tawar mempunyai harga relatif terjangkau bagi masyarakat dan mudah
dibudidayakan sehingga diharapkan dapat menggantikan peran dari hasil
tangkapan ikan tenggiri. Beberapa ikan air tawar mempunyai karakteristik yang
mendekati karakteristik dari ikan tenggiri sehingga dapat dijadikan bahan baku
pembuatan otak-otak. Menurut Sahlan et al. (2018) beberapa jenis ikan air tawar
memiliki karakteristik daging yang tebal, berwarna putih, berbau netral, kompak
dan duri yang mudah dipisahkan dari tulangnya. Beberapa jenis ikan air tawar
mempunyai protein yang tinggi seperti ikan gabus, lele dan patin. Protein
merupakan salah satu komponen penyusun bahan pangan yang mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menentukan mutu produk pangan. Protein
mampu berinteraksi dengan senyawa-senyawa, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga berpengaruh pada proses, mutu, sifat sensori dan
penerimaan produk (Subagio et al., 2004).
Sifat sensori seperti rasa, aroma, tekstur dan warna menjadi salah satu parameter
dalam penentuan mutu otak-otak yang diharapkan oleh konsumen. Bahan baku
3
yang berbeda akan mempengaruhi sifat sensori otak-otak. Hal ini sejalan dengan
Karim et al. (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan ikan yang berbeda
menyebabkan perbedaan pada tekstur, aroma, rasa dan warna. Lebih lanjut,
tekstur yang kompak dipengaruhi oleh perbandingan tapioka dan ikan yang
ditambahkan dalam adonan. Warna otak-otak dipengaruhi oleh ikan yang
digunakan sebagai bahan baku. Aroma dan rasa disebabkan oleh kandungan
protein yang terurai menjadi asam amino khususnya asam glutamat yang akan
menimbulkan rasa yang lezat pada otak-otak ikan. Konsumen cenderung
menyukai tekstur otak-otak yang kompak dan mudah digigit. Menurut Nurjanah et
al. (2005), pembentuk tekstur yang kompak disebabkan oleh komposisi tepung
dan daging ikan yang ditambahkan dalam adonan. Tepung berfungsi memperbaiki
stabilitas emulsi, menurunkan penyusutan selama dikukus dan membentuk tekstur
yang padat (Sahlan et al., 2018). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mendapatkan jenis ikan air tawar serta formulasi daging ikan dan
tepung tapioka yang tepat yang akan menghasilkan sifat sensori otak-otak yang
baik dan disukai masyarakat yang mampu menggantikan ikan tenggiri sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan otak-otak ikan.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh jenis ikan air tawar terhadap sifat sensori otak-otak
2. Mengetahui pengaruh formulasi daging ikan dan tepung tapioka terhadap sifat
sensori otak-otak
4
3. Mengetahui interaksi antara jenis ikan dan formulasi daging ikan dan tepung
tapioka terhadap sifat sensori otak-otak
1.3. Kerangka Pemikiran
Otak-otak umumnya dibuat dari ikan tenggiri. Menurut penelitian Karim et al.
(2013) otak-otak ikan tenggiri memiliki sifat sensori yang berwarna putih cerah,
tekstur kompak, aroma yang tidak amis dan rasa yang enak. Hal ini disebabkan
ikan tenggiri memiliki warna daging yang putih dan tebal yang dapat
mempengaruhi tekstur dan warna, serta memiliki kandungan aktin dan miosin
yang tinggi yang dapat mempengaruhi sifat sensori produk sehingga baik
digunakan sebagai bahan baku pembuatan otak-otak (Mutiara, 2010). . Ikan
tenggiri tidak dibudidayakan karena hidup di air laut dalam yang pada musim
angin dan ombak besa sulit didapatkan karena nelayan tidak melaut sehingga ikan
tenggiri tidak tersedia pada waktu tertentu dan harganya tidak stabil. Oleh karena
itu, diperlukan bahan baku yang mudah dibudidayakan dan tersedia sepanjang
waktu seperti jenis ikan air tawar.
Beberapa jenis ikan air tawar mempunyai protein yang tinggi seperti ikan gabus,
lele dan patin. Menurut Suryaningrum et al. (2010) daging patin memiliki warna
putih kekuningan, teksturnya kompak dan sedikit lembek, serta aroma sedikit
berbau lumpur. Protein daging ikan patin sebesar 19,26% dan memiliki daging
yang tebal dan tidak banyak duri sehingga banyak digunakan sebagai produk
olahan. Ikan gabus memiliki daging yang tebal, aroma sedikit berbau lumpur,
berwarna putih serta memiliki sedikit tulang (Alfarisy, 2018). Ikan gabus
5
memiliki kandungan protein ±25,5%. Ikan lele memiliki daging berwarna putih,
tekturnya sedikit kenyal, memiliki aroma amis dan sedikit bau lumpur,
mengandung protein mencapai 17,7% (Erlangga,2009).
Menurut Aryani (2011) komponen pembentuk rasa bahan pangan berhubungan
dengan protein dalam bahan pangan, semakin banyak protein yang terkandung
pada bahan pangan maka produk yang dihasilkan akan terasa semakin gurih.
Kandungan protein yang terurai menjadi asam amino khususnya asam glutamat
akan menimbulkan rasa dan aroma yang lezat (Karim et al., 2013). Jenis-jenis
protein yang terdapat pada daging ikan antara lain adalah sarkoplasma, miofibril,
dan stroma. Menurut Andini (2006), protein yang larut dalam air ialah protein
sarkoplasma. Sarkoplasma tidak berperan dalam pembentukan gel dan keempukan
daging. Protein yang larut dalam larutan garam ialah protein miofibril yang dapat
mempengaruhi tekstur produk. Stroma atau protein jaringan ikat merupakan
komponen penyusun dari kolagen dan elastin yang dapat mempengaruhi tekstur
produk. Lebih lanjut, Nofitasari et al. (2015) menyatakan bahwa penggunaan jenis
ikan yang berbeda berpengaruh pada sifat sensori produk.
Formulasi penambahan daging ikan dan tepung juga dapat mempengaruhi tekstur
akhir produk. Menurut Nurul et al. (2009) daging ikan yang ditambahkan dapat
membantu penyediaan air untuk proses gelatinisasi, sehingga pada saat pati
dipanaskan di atas suhu gelatinisasinya, pati akan membengkak lebih sempurna,
sehingga dapat menurunkan tingkat kekerasan yang dihasilkan. Lebih lanjut,
Ahmadi (2007) menyatakan bahwa butiran tepung tapioka yang ditambahkan
akan mengisi rongga-rongga dalam matriks myofibril sehingga menghasilkan
6
struktur yang lebih padat. Berdasarkan Data Primer (2018) yang diambil dengan
pembuat otak-otak di Kalianda Lampung Selatan menyatakan bahwa formulasi
daging ikan dan tepung tapioaka yang digunakan dalam produksi sehari-hari
adalah 60%:40 % dan 70%:30%. Fungsi penambahan tepung tapioka adalah untuk
membuat tekstur kompak dan adonan menjadi homogen. Penelitian Karim et al.
(2013) menggunakan 80%:20% yang digunakan dalam pembuatan otak-otak.
Menurut Amrullah (2017), penambahan tepung tapioka tidak boleh lebih dari 40%
karna akan menghasilkan tekstur yang keras. Hal ini disebabkan pati memiliki
struktur matriks yang lebih rapat sehingga sulit dipecah. Penggunaan tepung
tapioka dapat juga mempengaruhi rasa, dikarenakan amilosa dalam tepung
membentuk inklusi dengan senyawa pemberi cita rasa seperti garam dan bumbu.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan perbandingan taraf tepung tapioka
dan daging ikan 80%:20%, 70%:30% dan 60%:40%. Berdasarkan hal tersebut, di
duga formulasi daging ikan dan tepung tapioka yang digunakan juga dapat
mempengaruhi sifat sensori yang dihasilkan.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Jenis ikan air tawar berpengaruh terhadap sifat sensori otak-otak
2. Formulasi daging ikan dan tepung tapioka berpengaruh terhadap sifat sensori
otak-otak
3. Terdapat interaksi antara jenis ikan dan formulasi daging ikan dan tepung
tapioka terhadap sifat sensori otak-otak
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Otak-Otak Ikan
Gambar 1. Otak-Otak
Otak-otak ikan berasal dari daerah Sumatera Selatan, kemudian berkembang ke
daerah lain di Indonesia. Produk otak-otak ikan yang paling terkenal adalah otak-
otak ikan yang terbuat dari ikan tenggiri (Agustini et al., 2006). Makanan
tradisional ini umumnya terbuat dari ikan tenggiri (Scomberomorus commerson),
santan, tapioka, bumbu, dan gula yang dibungkus daun dan di potong memanjang
(Zulfiani, 2018). Santan akan menambah rasa gurih dan melembutkan adonan
karena kandungan lemaknya yang tinggi, bawang putih dan merah akan
memberikan rasa, bau spesifik atau perangsang untuk dapat menimbulkan selera
makan, gula untuk memberikan rasa gurih, garam dapur berperan untuk
8
menghasilkan rasa asin, aroma dan sekaligus sebagai bahan pengawet dan merica
untuk memberikan kesan rasa pedas pada produk pangan serta dapat memperbaiki
rasa dan aroma.Makanan ini telah lama menjadi makanan tradisional ciri khas
Kalianda Lampung Selatan yang sangat digemari oleh masyarakat setempat
maupun para pendatang atau wisatawan, pendatang yang berkunjung ke daerah
Kalianda akan selalu membeli otak-otak yang dapat diperoleh dengan mudah
diberbagai tempat penjualan. Harga otak-otak pun terjangkau oleh semua
kalangan, sehingga sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Tampilan
otak-otak yang terbungkus rapi dengan daun menjadikan nilai tersendiri
memberikan kesan yang sangat tradisional sehingga tidak salah jika penganan
otak-otak menjadi ciri khas daerah Kalianda.
Otak-otak merupakan makanan yang mengandung gizi yang tinggi, terutama
protein. Bahan utama otak-otak adalah ikan yang merupakan sumber protein,
vitamin, lemak, dan mineral yang baik dan prospektif. Ikan juga mengandung
asam lemak tak jenuh, terutama omega-3 yang penting untuk kesehatan dan
perkembangan otak bayi untuk meningkatkan potensi kecerdasan. Kelebihan
utama dari protein ikan dibandingkan dengan produk lain adalah komposisi asam
amino dan kandungan nutrisi yang mudah diserap oleh tubuh (Zulfiani, 2018).
Semua jenis ikan merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang relatif
murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Selain itu protein
ikan sangat mudah dicerna dan diabsorbsi. Serta mengandung asam-asam amino
yang bervariasi sesuai yang dibutuhkan tubuh. Para ahli telah menemukan,
komposisi asam-asam amino dalam bahan makanan hewani sesuai komposisi
jaringan di dalam tubuh manusia (Muchtadi, 2013).
9
Otak-otak ini dapat tahan lebih dari satu hari asalkan otak-otak dimasukkan
kedalam lemari pendingin. Penganan otak-otak yang diolah oleh pengrajin
penganan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum. Kualitas ikan yang digunakan dalam pembuatan otak- otak
dapat mempengaruhi kualitas penganan otak-otak (Zulfiani, 2018). Perbandingan
tepung tapioka dan daging ikan yang biasa digunakan rumah industri otak-otak di
Kalianda adalah 60%:40% dengan menghasilkan sifat sensori yang disukai
konsumen.
Otak-otak merupakan salah satu dari produk diversifikasi perikanan yang
memiliki tekstur yang kenyal dan padat (Zulfiani, 2018). Sifat sensori Otak-otak
yang disukai oleh konsumen adalah memilki warna yang putih, tekstur yang
kenyal dan padat, aroma yang khas ikan dan rasa yang enak. Sifat-sifat sensori ini
dipengaruhi oleh jenis ikan serta bumbu yang digunakan. Rasa enak yang terdapat
pada otak-otak dapat disebabkan oleh kandungan protein yang terdapat pada otak-
otak tersebut. Pada saat proses pemanasan protein akan terhidrolisis menjadi asam
amino dan salah satu asam amino yaitu asam glutamat dapat menimbulkan rasa
yang lezat. Selain itu, proses pengolahan dengan pemanasan akan memecah
komponen lemak menjadi produk volatil seperti aldehid, keton, alkohol, asam,
dan hidrokarbon yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan flavor (Karim et
al., 2013). Standar mutu dan keamanan pangan otak-otak menurut SNI 7757-2013
disajikan pada Tabel 1.
10
Tabel 1. Syarat Mutu dan Keamanan Pangan Otak-Otak Ikan
Jenis Uji PersyaratanSensori Min7 (skor 3-9)Kadar air (%) Maks 60,0 %Kadar abu(%) Maks 2,0Kadar protein (%)Kadar lemak (%)Cemaran Biologi
- ALT (koloni g)- Escherichia coi (APM g)- Salmonella- Vibrocholerae- Staphylococcus aereus (koloni
g)Cemaran Logam
- Kadmium (mg/kg)- Merkuri (mg/kg)- Tumbal (mg/kg)- Arsen (mg/kg)- Timah (mg/kg)
Cemaran fisik- Filth
Min 3,0Maks 16,0
Maks 5 x<3Negatif 25 gNegatif 25 gMaks 1,0 x
0,10,50,31,040,0
0(Sumber: SNI 7757-2013)
2.2. Ikan
Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin
dimana hidupnya di lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan
menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang. Secara teori para
ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu
spesies ikan yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu diantaranya
menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar. Dalam perairan
Indonesia yang sangat luas ini mengandung ± 6000 jenis ikan yang belum
teridentifikasi dan ini merupakan sumberdaya hayati perikanan yang potensial bila
dikelola secara maksimal. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang
11
banyak dikonsumsi masyarakat karena relatif mudah didapat juga karena harganya
yang terjangkau. Banyak jenis ikan yang dikembangkan di Indonesia meliputi
perikanan air tawar, air asin (laut), dan air payau atau tambak (Mareta dan Nur,
2011).
Perhatian terhadap ikan berharga murah dan mengolahnya menjadi bahan
makanan yang berharga lebih mahal merupakan hal yang diperlukan oleh negara-
negara yang mempunyai sumber perikanan yang besar. Ikan merupakan makanan
manusia yang paling utama sejak awal abad dari sejarah manusia. Daging ikan
juga banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga pada daging-daging
hewan ternak. Daging ikan mudah dicerna dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Ikan
banyak mengandung unsur organik dan anorganik, yang berguna bagi manusia.
Ikan perlu ditangani dengan baik agar tetap dalam kondisi yang layak dikonsumsi
oleh masyarakat. Namun ikan juga cepat mengalami proses pembusukan setelah
ditangkap dan mati. Hal itu disebabkan ikan memiliki kandungan air yang cukup
tinggi sehingga dengan cepat mengalami pembusukan (Marenta, 2011).
12
Gambar 2. Ikan Tenggiri
Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) merupakan ikan pelagis dan
mempunyai nalai ekonomis yang baik karena kandungan protein yang tinggi dan
bagus untuk pertumbuhan. Hasil analisis proksimat ikan tenggiri (Scomberomorus
commerson) memiliki kandungan air 76,5%, protein 21,4%, lemak 0,56%,
karbohidrat 0,61%, dan kadar abu 0,93%. Ikan tenggiri (Scomberomorus
commerson) terdistribusi pada laut pasifik barat Indonesia. Ikan tenggiri hidup di
kedalaman 10 – 70 meter di bawah laut. Makanan utama ikan tenggiri adalah ikan
kecil seperti teri, sardin, ikan layang, cumi- cumi dan udang. Ikan tenggiri
ditemukan dalam grup kecil dan dikenal sering melakukan migrasi yang jauh,
tetapi terdapat juga populasi yang menetap. Daging ikan tenggiri sebagai produk
pangan sangat banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk,
pempek, otak-otak dan produk olahan pangan lainnya (Zulfiani, 2018). Ikan
tenggiri memiliki kandungan gizi yang tinggi serta mutu proteinnya setingkat
dengan mutu protein daging. Ikan tenggiri memiliki warna daging yang putih dan
tebal, aroma yang amis serta memiliki kandungan aktin dan myosin cukup tinggi
(Mutiara, 2010).
13
Ikan air tawar adalah jenis ikan yang menjalani sebagian atau seluruh siklus
hidupnya di habitat air tawar. Habitat air tawar yang banyak didiami oleh ikan-
ikan air tawar adalah sungai, danau, lebak, lebung dan rawa-rawa atau habitat
lainnya yang digolongkan perairan tawar dengan kadar garam dibawah 0,5ppt.
Ikan air tawar beradaptasi secara fisiologis terhadap perbedaan tekanan osmosis
tubuh dan perairan tawar dengan mengatur keseimbangan konsentrasi elektrolit di
dalam tubuhnya (Anggreani, 2015). Termasuk ikan air tawar antara lain adalah
ikan patin, ikan lele dan ikan gabus.
Gambar 3. Ikan Patin
Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak dengan
punggung berwarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala relatif kecil
dengan mulut terletak di ujung kepala agak ke bawah. Hal ini merupakan ciri khas
golongan catfish. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. Sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung
memiliki sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan
bergerigi di belakangnya, sedangkan jari–jari lunak pada sirip punggungnya
terdapat 6 – 7 buah (Kordi, 2005).
14
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang tersebar
di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki
kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat
dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk
kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan
ternak. Selain itu ikan patin memilki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per
individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Handoko,
2018). Menurut Suryaningrum et al. (2010) daging patin memiliki warna putih
kekuningan, teksturnya yang kompak dan sedikit lembek, serta aroma yang
sedikit berbau lumpur. Protein daging ikan patin cukup tinggi.dan memiliki
daging yang tebal dan tidak banyak duri. Menurut Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan (KEPMEN-KP) (2014) kandungan gizi dalam 100 gram ikan patin
yaitu terdiri dari 68,6% protein, 5,87% lemak, 3,5% abu dan 51,3% air. Ikan patin
biasanya disajikan sebagai lauk makan yang dimasak dengan berbagai macam
cara. Ikan patin juga dapat di olah menjadi nugget, bakso, dan produk pangan
lainnya. (Andriani, 2014). Harga ikan patin di pasar mencapai Rp. 20.000 –
30.000/kg (Data Primer, 2018).
15
Gambar 4. Ikan Gabus
Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan perairan umum yang bernilai
ekonomis dengan jumlah hasil tangkapan yang melimpah. Nilai produksi ikan
gabus dari perairan umum tercatat sebesar Rp.371,6 milyar dan mengalami
peningkatan 27,67% pada tahun 2007. Selama periode 1998-2008 tangkapan ikan
gabus dari perairan umum mengalami kenaikan rata-rata 2,75% per tahun.
Semakin intensifnya penangkapan ikan gabus berdampak terhadap menurunnya
populasi ikan Gabus di alam. Oleh karena itu, penyediaan stok ikan dalam skala
budidaya perlu dikembangkan. Ikan gabus mengandung senyawa-senyawa
penting yang berguna bagi tubuh, salah satunya adalah protein (Alfarisy, 2014).
Ikan gabus mengandung tiga jenis protein, diantaranya protein miofibril,
sarkoplasma, dan stroma. Protein sarkoplasma mengandung protein albumin,
mioalbumin, mioprotein, globulin-X, dan miostromin. Protein albumin banyak
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan karena dapat digunakan sebagai
antioksidan, senyawa proteksi hati serta berpengaruh pada proses penyembuhan
luka seperti pada pasien pasca operasi bedah. Kadar protein dalam tubuh ikan
16
dipengaruhi oleh tahap perkembangan ikan yang digambarkan melalui ukuran
tubuh ikan. Berdasarkan penelitian Gam et al. (2006) menunjukkan bahwa ikan
gabus dengan ukuran panjang tubuh 16 - 23 cm memiliki kadar protein yang lebih
besar daripada ikan gabus yang berukuran 24 - 30 cm. Hal ini dikarenakan pada
ikan gabus yang lebih kecil, berenang lebih aktif daripada ikan gabus yang besar,
sehingga sintesis protein berlangsung lebih cepat (Alfarisy, 2014). Ikan gabus
memiliki daging yang banyak, aroma yang amis dan berbau lumpur, berwarna
putih serta memiliki sedikit tulang sehingga dapat diolah menjadi produk olahan
yang lebih modern (Yulianti, 2018). Daging ikan gabus sebagai produk pangan
biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk, sedangkan limbah
(jeroan) ikan gabus dapat digunakan sebagai bahan pakan ikan itu sendiri. Kulit
dan tulang ikan gabus dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gelatin
yang ekonomis (Nurtitus, 2009). Harga ikan gabus dipasar dapat mencapai Rp.
30.000 – Rp. 40.000/kg (Data Primer, 2018).
Gambar 5. Ikan Lele
Ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki kulit yang licin, berlendir dan tidak
bersisik sama sekali. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis
berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut ikan lele relatif lebar
17
yaitu seperempat dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari ikan lele
adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat
peraba. Kumis berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau mencari makan
(Amri dan Khairuman, 2002). Badan ikan lele berbentuk memanjang dengan
kepala pipih dibawah. Ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip ekor,
sirip punggung dan sirip dubur. Selain itu ikan lele juga memiliki dua buah sirip
yang berpasangan untuk alat bantu berenang, yaitu sirip dada dan sirip perut. Ikan
lele juga memiliki senjata yang ampuh dan berbisa yaitu berupa sepasang patil
yang terletak didepan sirip dada (Suyanto, 2006).
Ikan lele digemari semua lapisan masyarakat sebagai protein hewani alternatif
yang harganya murah. Ikan lele mudah diolah, bergizi tinggi dan rasanya enak.
Komposisi gizi ikan lele per 100 gr disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Gizi Ikan Lele Per 100 g
Zat Gizi KandunganProtein (%) 17,7Lemak (%) 4,8Mineral (%) 1,2Air (%) 76Karbohidrat (%) 0,3Sumber: (Astawan, 2008)
Ikan lele mudah dipelihara, disimpan dan dipasarkan baik berupa ikan hidup
maupun ikan segar. Ikan lele memiliki daging yang berwarna putih, tekturnya
sedikit kenyal, memiliki aroma yang amis dan sedikit bau lumpur
(Erlangga,2009). Nugroho et al. (2006) mengembangkan penelitian mengolah
daging ikan lele menjadi tepung daging ikan lele untuk meningkatkan nilai gizi
18
pada roti tawar. Ikan lele juga dapat diolah menjadi kerupuk, pempek, dan produk
olahan pangan lainnya. Harga ikan lele dipasar mencapai Rp. 20.000 - Rp.
30.000/kg (Data Primer, 2018).
2.3. Tepung Tapioka
Tapioka merupakan pati yang diekstrak dari ubi kayu. Rendemen pati singkong
(tapioka) adalah 15-25% dengan kadar air 8-18% dari berat kering. Nilai pati pada
singkong dipengaruhi oleh usia atau kematangan dari tanaman singkong.
Komposisi kimia tepung tapioka dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia Tepung Tapioka per 100 g
Komposisi JumlahSerat (%) 0,5Air (%) 15Karbohidrat (%) 85Protein (%) 0,5-0,7Lemak 0,2Energi (kalori/gram) 307(Sumber: Grace, 1997)
Menurut Reputra (2009), kehalusan tepung juga penting untuk menentukan mutu
tepung tapioka. Tepung tapioka yang baik adalah tepung yang tidak menggumpal
dan memiliki kehalusan yang baik. Tepung tapioka dibuat dengan mengekstrak
bagian umbi singkong. Proses ekstraksi ubi kayu relatif mudah, karena kandungan
protein dan lemaknya yang rendah. Jika proses pembuatannya dilakukan dengan
baik, pati yang dihasilkan akan berwarna putih bersih. Berdasarkan derajat
keputihan, maka semakin putih tepung tapioka mutunya juga semakin baik. Pada
pembuatan produk pangan juga demikian, tepung tapioka yang lebih putih
19
biasanya lebih diharapkan sebagai bahan baku. Contohnya pada produk kacang
salut, penyalut pada produk diharapkan dapat menghasilkan warna putih yang
baik (tidak kusam), sehingga produk lebih dapat diterima oleh konsumen dari segi
sensori. Syarata mutu tepung tapioka menurut SNI 01-3451-2011 dapat di lihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Syarat Mutu Tepung Tapioka SNI 01-3451-2011
Kriteria Uji PersyaratanWarna Putih, khas tapiokaBentuk Serbuk halusBau NormalKadar air (%) Maks. 14Kadar abu (%) Maks. 0,5Serat kasar(%) Maks 0,4Kadar Pati (%) Min. 75Derajat keputihan (BaSO4=100%) (%) Min. 91Derajat asam (Volume NaOH 1N/100g) Maks. 4Cemaran logam (mg/kg)KadmiumTimbalTimahMerkuriArsen
Maks. 0,2Maks. 0,25Maks. 40Maks 0,05Maks 0,5
Cemaran mikrobaAngka lempeng total (Koloni/g)E. Coli (Apm/g)B. Cereus (Koloni/g)Kapang (Koloni/g)
Maks. 1 x 10Maks. 10< 1 x 10Maks 1 x 10
(Sumber: SNI 01-3451-2011)
Moorthy (2004) menyatakan bahwa gelatinisasi merupakan fenomena kompleks
yang bergantung dari ukuran granula, persentase. amilosa, bobot molekul, dan
derajat kristalisasi dari molekul pati di dalam granula. Umumnya granula yang
kecil membentuk gel lebih lambat sehingga mempunyai suhu gelatinisasi yang
lebih tinggi daripada granula yang besar. Makin besar bobot molekul dan derajat
20
kristalisasi dari granula pati, pembentukkan gel semakin lambat. Proses
gelatinisasi melibatkan peristiwa-peristiwa sebagai berikut: (1) hidrasi dan
swelling (pengembangan) granula; (2) hilangnya sifat birefringent; (3)
peningkatan kejernihan; (4) peningkatan konsistensi dan pencapaian viskositas
puncak; (5) pemutusan molekul-molekul linier dan penyebarannya dari granula
yang telah pecah.
Menurut Winarno (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses
gelatinisasi pati diantaranya yaitu konsentrasi larutan pati, pH, dan karakteristik
granula pati. Makin kental larutan, suhu gelatinisasi makin sulit tercapai dan bila
pH terlalu tinggi, pembentukan gel semakin cepat tercapai tetapi cepat turun lagi.
Pembentukan gel optimum pada pH 4-7. Selain itu, penambahan gula juga
berpengaruh terhadap kekentalan gel yang terbentuk. Gula akan menurunkan
kekentalan, hal ini disebabkan karena gula dapat mengikat air, sehingga
pembengkakan butir-butir pati menjadi lebih lambat, akibatnya suhu gelatinisasi
akan lebih tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap
kerusakan mekanik.
Fungsi penambahan tepung tapioka pada pembuatan otak-otak adalah untuk
membuat tekstur kompak dan adonan menjadi kompak. Penelitian Karim et al.
(2013) menggunakan formulasi daging ikan dan tepung tapioka sebesar 80%;20%
yang digunakan dalam pembuatan otak-otak. Menurut Amrullah (2017),
penambahan tepung tapioka tidak boleh lebih dari 40% karena akan menghasilkan
tekstur yang keras. Hal ini disebabkan pati memiliki struktur matriks yang lebih
rapat sehingga sulit dipecah. Penggunaan tepung tapioka dapat juga
21
mempengaruhi rasa, dikarenakan amilosa dalam tepung membentuk inklusi
dengan senyawa pemberi cita rasa seperti garam dan bumbu.
22
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Industri Otak-Otak Bu Bejo Kalianda
Lampung Selatan dan ruang Uji Sensori, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-Februari 2019.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan otak-otak adalah 1 kg ikan patin
isi 2 ekor, 1 kg ikan gabus isi 5 ekor, dan 1 kg ikan lele isi 5 ekor, tepung tapioka
cap tani, santan, gula, garam, penyedap rasa, bawang merah, bawang putih,
merica, daun pisang dan air. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis
proksimat adalah heksan, H2SO4, NaOH, dan indicator bromcherosol green
methyl red.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, pengaduk, sarung
tangan, panggangan, penjepit, penggilingan chopper, timbangan, cawan porselin,
pipet, erlenmeyer, buret, gelas ukur, soxhlet, kjeldahl, desikator, tungku
pengabuan, dan oven.
23
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap yang disusun
secara faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor yang pertama adalah jenis
ikan, jenis ikan yang digunakan yaitu ikan lele, ikan patin, dan ikan gabus. Faktor
kedua adalah formulasi daging ikan dan tepung tapioka yang digunakan
80%:20%, 70%:30%, dan 60%;40%.
Tabel 5. Perlakuan Penelitian
Jenis ikan formulasi daging ikan dan tepung tapiokaB1 (80%:20%) B2 (70%:30%) B3 (60%;40%)
A1 (Ikan lele) A1B1 A1B2 A1B3A2 (Ikan patin) A2B1 A2B2 A2B3A3 (Ikan Gabus) A3B1 A3B2 A3B3
Data yang didapat melalui uji skoring kemudian di uji kesamaan ragam datanya
dengan uji Bartlett dan kenambahan data diuji dengan uji Tukey. Selanjutnya,
data dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan
uji signifikasi untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antar perlakuan,
kemudian dilanjutkan menggunakan uji BNJ dengan taraf nyata 5% (Nugroho,
2018). Hasil terbaik dari uji skoring otak-otak ikan air tawar di analisis kadar
proksimatnya selanjutnya dilakukan uji hedonik dengan 2 sampel yaitu perlakuan
terbaik dan referensi.
24
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Ikan air tawar yang digunakan pada penelitian yaitu ikan lele, ikan patin dan ikan
gabus di timbang masing-masing seberat 1 kg. Kemudian ikan disiangi untuk
memisahkan insang, sisik, organ pencernaan dan isi perut, lalu ikan dicuci
menggunakan air hingga bersih. Selanjutnya ikan difillet yang kemudian daging
digiling hingga dagingnya halus. Setelah itu, daging dan tepung tapioka di
timbang sesuai perlakuan (Tabel 6). Kemudian masing-masing perlakuan
ditambahkan bahan tambahan seperti bawang putih, bawang merah, merica,
santan, penyedap rasa, gula, dan garam seperti pada Tabel 6 lalu campurkan bahan
hingga homogen. Selanjutnya, diambil masing-masing ± 10 g adonan lalu di
bungkus menggunakan daun pisang yang berukuran 20 x 5 cm. Setelah itu, dilipat
hingga daun berukuran 12 x 4 cm dan dilakukan pemanggangan menggunakan
arang dengan suhu 60-70℃ selama 10-15 menit. Tunggu hingga daun sudah
berwarna kehitaman, lalu diangkat menggunakan penjepit. Secara lengkap
diagram alir pembuatan otak-otak dapat dilihat pada gambar 6.
25
Tabel 6. Formulasi Pembuatan Otak-otak
Bahan PerlakuanA1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Dagingikan lele(g)
128 112 96 0 0 0 0 0 0
Dagingikanpatin (g)
0 0 0 128 112 96 0 0 0
Dagingikangabus (g)
0 0 0 0 0 0 128 112 96
Tepungtapioca(g)
32 48 64 32 48 64 32 48 64
Bawangmerah(g)
3 3 3 3 3 3 3 3 3
Bawangputih (g)
3 3 3 3 3 3 3 3 3
Gula (g) 5 5 5 5 5 5 5 5 5Garam(g)
1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Santan(ml)
10 10 10 10 10 10 10 10 10
Merica(g)
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Penyedap rasa (g)
0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Jumlahsatusatuanpercobaan(g)
183,9 183,9 183,9 183,9 183,9 183,9 183,9 183,9 183,9
26
Gambar 6. Diagram alir pembuatan otak-otak (Karim et al., 2013) yang dimodifikasi
Ikan air tawar1 Kg
Penyiangan
Pencucian
Penirisan
Pemilletan
Penggilingan
Penimbangan sesuai perlakuan padatabel 6.
(A1B1, A1B2, A1B3, A2B1, A2B2,A2B3, A3B1, A3B2, dan A3B3)
Pengadonan
Pembungkusan menggunakan daunpisang masing-masing seberat ±10 g
Pemanggangan menggunakan arangdengan suhu60-70℃ selama 10-15
menit
Otak-otak
Bawang putih3g, bawang
merah 3g, gula5g, santan 10 ml,
merica 0,5 g,penyedap rasa
0,5 g dan garam1,5 g
air
air
air
27
3.5. Pengamatan
3.5.1. Sifat Sensori
Pengamatan mengenai sifat sensori meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur
menggunakan uji skoring dengan skala tidak struktur. Panel yang digunakan
adalah panel semi terlatih sebanyak 20 panelis direkrut dari mahasiswa THP yang
sudah mengambil mata kuliah Sifat Sensori. Masing-masing sampel (9) otak-otak
dikupas dan disajikan pada piring kecil yang diberi 3 kode acak dilengkapi dengan
kuisioner dan air putih untuk penetral. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan
uji anara dan uji lanjut BNJ 5% untuk mendapatkan perlakuan terbaik.
Setelah didapatkan perlakuan terbaik dari uji BNJ dilanjutkan dengan uji hedonik
untuk membandingkan penerimaan keseluruhan perlakuan terbaik dan referensi
(Otak-otak yang terbuat dari ikan tenggiri). Panel yang digunakan adalah panel
konsumen sebanyak 50 panelis yang diambil dari konsumen otak-otak. Masing-
masing sampel dikupas dan disajikan pada piring kecil dilengkapi dengan
kuisioner dan air putih untuk penetral. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan
Uji T untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan (Nuraini dan
Otik, 2006).
28
KUESIONER UJI SKORING
Nama:
Tanggal:
Dihadapan Anda disajikan 9 sampel otak-otak. Anda diminta untuk memberikanpenilaian terhadap warna, aroma, testur, dan rasa dengan skor 1 sampai 5 sesuaidengan respon yang anda rasakan dengan skala penilaian dibawah ini:
Penilaian Kode Sampel615 214 809 347 597 779 167 922 491
WarnaAromaTeksturRasa
Penilaian untuk seluruh parameter (warna, aroma, tekstur, dan rasa)
Rasa Aroma5. Rasa ikan sangat kuat, sangat gurih 5. Sangat khas ikan4. Rasa ikan kuat, gurih 4. Khas ikan3. Rasa ikan kurang, gurih 3. Agak khas ikan2. Rasa ikan kurang, kurang gurih 2. Tidak khas ikan1. Rasa ikan hilang, tidak gurih 1. Sangat tidak khas ikan
Warna Tekstur
615
Cerah Gelap
5 1
5 1
214
Cerah Gelap
5 1
5 1
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
29
809
Cerah Gelap
5 1
5 1
347
Cerah Gelap
5 1
5 1
597
Cerah Gelap
5 1
5 1
779
Cerah Gelap
5 1
5 1
167
Cerah Gelap
5 1
5 1
922
Cerah Gelap
5 1
5 1
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
30
491
Cerah Gelap
5 1
5 1
Mudah di gigit,kenyal
Tidak mudahdigigit
31
KUESIONER UJI HEDONIK
Nama:
Tanggal:
Dihadapan Anda disajikan 2 sampel otak-otak ikan. Anda diminta untukmemberikan penilaian kesukaan terhadap penerimaan keseluruhan dengan skor 1sampai 5 sesuai dengan respon yang anda rasakan dengan skala penilaian dibawahini:
Parameter R 779Penerimaan KeseluruhanPenilaian untuk seluruh parameter (penerimaan keseluruhan)
Keterangan5. Sangat Suka4. Suka3. Agak Suka2. Tidak Suka1. Sangat tidak suka
32
3.5.2. Analisis Proksimat
3.5.2.1. Kadar Air (SNI 01-2891-1992)
Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 105℃ selama 30 menit.
Cawan tersebut kemudian diletakkan ke dalam desikator selama 15 menit dan
dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang (A). Sampel sekitar 2 g setelah
terlebih dahulu dihaluskan dengan mortar dimasukkan cawan dan ditimbang (B).
Cawan yang telah diisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105℃ selama 3
jam. Cawan beserta isinya kemudian didinginkan sampai suhu ruang dalam
desikator (30 menit) kemudian ditimbang. Lalu diulang hingga beratnya konstan
(C). Kadar air dapat dihitung dengan rumus:
Kadar air (%bb) = x 100%
Keterangan :A = berat cawan kosong (g)B = berat cawan dengan sampel awal (g)C = berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)
3.5.2.2. Kadar Abu (SNI 01-2891-1992)
Sekita 2 g contoh (W) dimasukkan ke dalam sebuah cawan porselen yang telah
diketahui bobot keringnya (W2). Cawan diarangkan di atas nyala pembakar, lalu
diabukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 5500 C sampai pengabuan
sempurna (sekali-kali pintu tanur dibuka sedikit, agar oksigen bisa masuk).
Didinginkan dalam desikator, lalu timbang sampai bobot tetap (W1). Penentuan
kadar abu dapat dihitung dengan rumus:
33
Kadar Abu =( )( ) x 100%
Keterangan: W = Bobot contoh sebelum diabukan (g)W1 = Berat cawan + sampel sesudah pengabuan (g)W2 = Berat cawan kosong (g)
3.5.2.3. Kadar Lemak (SNI 01-2891-1992)
Sekitar 2 g sampel (W1) disebar di atas kapas yang beralas kertas saring dan
digulung membentuk thimble, kemudian dimasukkan ke dalam labu soxhlet.
Sampel diekstraksi selama 6 jam dengan pelarut lemak berupa heksan sebanyak
150 ml. Lemak yang terekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu 100℃ selama
1 jam. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus:
Kadar Lemak = 100Keterangan:W1 = Bobot sampel (g)W2 = Bobot labu (g)W3 = Bobot labu + lemak (g)
3.5.2.4. Kadar Protein (SNI 01-2891-1992)
Tahap analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro kjeldahl. Sampel
ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml,
lalu ditambah 0,25 g selenium dan 3 ml H2SO4 pekat. Contoh didestruksi pada
suhu 410℃ selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan pada
suhu ruang. Setelah itu, ke dalam labu kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan
20 ml NaOH 40%, kemudian didestilasi dengan suhu destilator 100℃. Hasil
34
destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml
asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red
yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan
berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat lalu dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran
dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Dengan metode ini
diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung. Rumus perhitungan kadar protein
adalah sebagai berikut.
%N =( ) . x 100%
Keterangan:S = Volume titran sampel (ml)B = Volume titran blanko (ml)W = Bobot sampel kering (mg)% Kadar Protein: % Nitrogen x faktor konversiKeterangan : Protein mengandung rata-rata 16% nitrogen.
Faktor konversi = = 6,253.5.2.5. Kadar Karbohidrat (SNI 01-2891-1992)
Perhitungan kadar karbohidrat dapat dilakukan dengan rumus:
Kadar Karbohidrat (%bb) = 100% - (P + KA + A + L)
Keterangan:P = kadar proteinKA = kadar airA = kadar abuL = kadar lemak
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Jenis ikan air tawar berpengaruh nyata terhadap sifat sensori otak-otak
ikan patin lebih baik dibandingkan otak-otak ikan lele dan gabus.
2. Formulasi daging ikan dan tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap
sifat sensori otak-otak ikan patin lebih baik dibandingkan otak-otak ikan
lele dan gabus.
3. Interaksi antara jenis ikan air tawar dan formulasi daging ikan dan tepung
tapioka terjadi pada parameter warna, rasa dan tekstur. Perlakuan terbaik
pada penelitian ini adalah otak-otak menggunakan ikan patin dengan
formulasi daging ikan dan tepung tapioka sebesar 80%:20% dengan nilai
sensori pada warna sebesar 3,593, aroma sebesar 3,800, rasa sebesar 4,083
dan tekstur sebesar 4,283 yang dapat dijadikan bahan alternative pengganti
ikan tenggiri karena secara sensori sama-sama disukai konsumen.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan menggunakan ukuran dan umur ikan
yang sama serta melakukan penelitian umur simpan pada otak-otak ikan patin.
48
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, T.W., Fahmi, A.S., dan Amalia, U. 2006. Diversification of FisheriesProducts. Universitas Diponegoro. Semarang. 133 hlm.
Agustini, T.W., Darmanto, Y.S., dan Wijayanti, I. 2016. Pengaruh PerbedaanKonsentrasi Daging Terhadap Tekstur, Nutrisi dan Sensori Tahu BaksoIkan Nila. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 19(3): 214-221.
Ahmadi, K., Afrila, A. dan Ahdi, I. W. 2007. Pengaruh Jenis Daging danPenambahan Tingkat Tepung Tapioka yang Berbeda Terhadap KualitasBakso. Buana Sains. 7(2): 139-144.
Alfarisy, A. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin Dan Ukuran Terhadap Kadar AlbuminPada Ikan Gabus (Channa Striata). Jurnal Sains dan Pomits. 2(1): 1-4.
Amalia, T. R. N. 2015. Perbedaan Teknik Penggorengan terhadap Kadar ProteinTerlarut dan Daya Terima Keripik Tempe. (Skripsi). UniversitasMuhammadiyah Surakarta.75 hlm.
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.Agromedia. Jakarta. 358 hlm.
Amrullah, M. 2017. Penambahan Tepung Sagu dengan Level yang BerbedaTerhadap Mutu (Organoleptik) Bakso Daging Ayam. (Skripsi). UINAlauddin. Makassar. Hlm 43-46.
Andini, Y.S. 2006. Karakteristik Surimi Hasil Ozonisasi Daging Merah IkanTongkol (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 76 hlm.
Andriani, T. 2014. Pelatihan Pengolahan Ikan Patin Menjadi Makanan Variatifdan Produktif di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara KabupatenKampar. Jurnal Kewirausahaan. 13(1): 72-87.
Anggreani, D.T., Qomariyah, dan Khalidah. 2015. Penyebaran dan Budidaya IkanAir Tawar di Pulau Jawa Berbasis Web. Jurnal Penelitian UnivesitasGunadarma Seri Sitem Informasi. 1(1): 101-105.
49
Aryani, N. 2011. Pengaruh Konsentrasi Putih Telur Ayam Ras TerhadapKemekaran Kerupuk Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Journal Of TropicalFisheries. 6(2): 593-596.
Astawan, M. 2008. Sehat dengan Hidangan Hewani. Penerbit Swadaya. Depok.208 hlm.
Erlangga. 2009. Kemunduran Mutu Fillet Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)pada Penyimpanan Suhu Chilling dengan Perlakuan Cara Kematian.(Skripsi). IPB. Bogor. Hlm 4-6.
Gam, L.H., Chiuan, Y.L., Saringat B. 2006. Proteomic analysis of snakehead fish(Channa striata) muscle tissue. Malaysian Journal of Biochemistry andMolecular Biology. 14: 25-32 p.
Grace, M.R. 1977. Cassava Processing. Food and Agriculture Organization ofUnited Nation. Roma. 155 p.
Harmian, M, R., Faiza, D., Nurjanah, dan Jacoeb, A, M. 2017. KarakteristikOrganoleptik dan Kimia Ilabulo Ikan Patin Fortifikan. Jphpi. 20 (2): 329-338.
Hanafiah, A, K., 1991. Rancangan Percobaan. Universitas Sriwijaya. Palembang.Hlm 35-100.
Handoko, D. 2018. Pengaruh Penambahan Karagenan Terhadap Mutu Otak-OtakIkan Patin (Pangasius Hypopthalmus). Universitas Riau. Pekanbaru.https://jom.unri.ac.id/index.php/jomfaperika/article/download/20559/19887 (Diakses pada tanggal 21 November 2018).
Karim, M., Susilowati, A. dan Asnidar. 2013. Tingkat Kesukaan KonsumenTerhadap Otak-Otak dengan Bahan Baku Ikan Berbeda. Jurnal Balik DiwaSains dan Teknologi. 4(1): 25-31.
Kataryzna W and Krystyna S. 2008. The Application Of Wheat Fibre and SoyIsolate Impregnated With Iodine Salts to Procesed Meats. Meat Science80(4): 1340-1344
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmenkp). 2014. Data StatistikDinas Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan. Kepmenkp. Jakarta.
Kordi, M. G. H. 2005. Budidaya Ikan Patin Biologi, Pembenihan dan Pembesaran.Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 170 hlm.
Lekahena, V.N.J. 2016. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tepung TapiokaTerhadap Komposisi Gizi dan Evaluasi Sensori Nugget Daging MerahIkan Madidihang. Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan. 9(1):1-8 hlm.
50
Mareta, T.P. dan Nur, S. 2011. Pengawetan Ikan Bawal dengan Pengasapan danPemanggangan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 7(2): 33-47.
Maulana, A. 2016. Analisis Parameter Mutu dan Kadar Flavonoid pada ProdukTeh Hitam Celup. (Skripsi). Universitas Pasundan. 58 hlm.
Moorthy, S.N. 2004. Tropical sources of starch. CRC press. Florida. 329 p.
Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran ; Sumber Serat dan Antioksidan ; MecegahPenyakit Degeneratif. FATETA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muchtadi, 2013. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikandan Kebudayaan DIKTI, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 158 hlm.
Mutiara, N. 2010. Bahan Ajar Pengetahuan Bahan Pangan. Universitas NegeriYogyakarta. Yogyakarta. 259 hlm.
Nofitasari, N., Baidar., dan Syarif, W. 2015. Pengaruh Penggunaan Jenis Ikanyang Berbeda Terhadap Kualitas Pempek. Jurnal Ekonomi Rumah danPariwisata. 10(2): 1-18.
Nugroho, Dewi, C.E., dan Rianingsih, L. 2016. Pengaruh Penambahan TepungDaging Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Terhadap Nilai Gizi RotiTawar. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Pertanian. 5(4): 11-19.
Nugroho, S. 2008. Dasar-Dasar Rancangan Percobaan. UNIB Press. Bengkulu.241 hlm.
Nurnaini, F dan Otik, N. 2006. Uji Sensori. Universitas Lampung. Lampung.123hlm.
Nurjanah., Nitibaskara, R, R., dan Madiah, E. 2005. Pengaruh Penambahan BahanPengikat Terhadap Karakteristik Fisik Otak-Otak Ikan Sapu-Sapu(Liposarcus Pardalis). Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 8(1): 1-11.
Nurtitus. 2009. Fourier Transform Infrafred (FTIR) Spectroscopic Study of AcidSoluble Collagen and Gelatin from Skins and Bones of Young and AdultNile Perch (Latesniloticus). Food Chemistry. Page 325-332.
Nurul, H., Boni, I. & Noryati, I. (2009). The Effect of Different Ratios of DoryFish to Tapioca Flour On The Linear Expansion, Oil Absorption, ColourAnd Hardness of Fish Crackers. International Food Research Journal. 16:159-165p.
Peinado I, Miles W, Koutsidis G. 2016. Odour characteristics of seafood flavourformulationsproduced with fish byproducts incorporating EPA, DHA andfish oil. Food Chemistry. 212: 612-619.
51
Reputra, J. 2009. Karakterisasi Tapioka dan Penentuan Formulasi Premix SebagaiBahan Penyalut Untuk Produk Fried Snack. (Skripsi). IPB. Bogor. 98 hlm.
Rohmah, M, N. 2017. Kajian Perbandingan Ikan Patin (Pangasius. Sp) dan PatiJagung serta Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik Pasta KeringJagung. (Skripsi). Universitas Pasundan. 165 hlm.
Rospiati, E. 2006. Evaluasi Mutu dan Nilai Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna.(Skripsi). IPB Bogor. 96 hlm.
Sahlan, S., Liviawaty, E., Rostini, I., Dan Pratama, I, R. 2018. Perbedaan JenisIkan Sebagai Bahan Baku Terhadap Tingkat Kesukaan Kamaboko. JurnalPerikanan dan Kelautan. 9(1): 129-133.
Standar Nasional Indonesia. 2015. SNI 7737-2015: Otak-Otak Ikan. DewanStandardisasi Nasional. Jakarta
Standar Nasional Indonesia.1992. SNI 01-2891-1992: Cara Uji Makanan DanMinuman. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2011. SNI 01-3451-2011: Tapioka. DewanStandardisai Nasional. Jakarta.
Subagio, A., Windrati, S. W., Fauzi, M. dan Witono, Y. 2004. KarakterisasiProtein Miofibril Dari Ikan Kuniran (Upeneus Moluccensis) dan Ikan MataBesar (Selar Crumenophthalmus). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.14(1): 70-78.
Suryaningrum, D.T., Muljanah dan Tahapari. 2010. Profil Sensori dan Nilai GiziBeberapa Jenis Ikan Patin dan Hibrid Nasutus. Jurnal Pascapanen danBioteknologi Kelautan dan Perikanan. 5(2): 153-164.
Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hlm.
Wardani, W.D. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Natrium Alginat dari Rumput LautSargassum sp untuk Pembuatan Bakso Ikan Tenggiri (Scomberomuscommerson). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hlm 67.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.76 hlm.
Yulianti. 2018. Analisis Kadar Protein dan Tingkat Kesukaan Nugget Ikan Gabusdengan Penambahan Tepung Wortel. Jurnal Teknologi Pertanian. 1(1):37-42.
Yulientin, I. 2006. Penambahan Nilai Chicken Carcass Meat (CCM) MelaluiPengembangan Produk Baru Perkedel Ayam Berkalsium. Di PT. Charoen
52
Pokphand Indonesia – Chicken Processing Plant, Cikande – Serang.(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hlm.
Zulfiani. 2018. Analisis Logam Berat Timbal (Pb) pada Penganan Otak-Otak yangBeredar di Kota Makassar. (Skripsi). UIN Makassar. Makassar. 77 hlm.