serat eceng gondok sebagai filler … serat eceng gondok sebagai filler komposit peredam suara...
TRANSCRIPT
i
SERAT ECENG GONDOK SEBAGAI FILLER
KOMPOSIT PEREDAM SUARA
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 bidang Teknik Mesin
Disusun oleh :
PAULINA DWI NAWANTI
NIM : 155214076
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
FINAL PROJECT
“ECENG GONDOK” FIBER AS FILLER OF SOUND
ABSORBER COMPOSITE
As Partical Fulfillment of the Requirement
To Obtained The Sarjana Teknik degree In Mechanical Engineering
By :
PAULINA DWI NAWANTI
Student Number : 155214076
MECHANICAL ENGINGEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINGEERING DEPARTMENT OF
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY OF
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan teruntuk :
Tuhan Yesus Sang Juru Selamat atas tuntunan-Nya hingga
saat ini saya dapat memberikan karya sederhana.
Keluargaku tercinta,
Papaku Gregorius Suwahab
Mamaku Maria Theresia Suharmini
Kakakku Aditya Nugrahanto
Yang terkasih Yohanes Febrian Anang Riswanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
INTISARI
Keberadaan mesin di bidang industri seringkali memberikan efek
kebisingan suara. Untuk keperluan pengurangan kebisingan tersebut, dibutuhkan
material peredam bunyi. Material redaman bunyi yang digunakan bisa berasal dari
serat sintetis maupun serat alam. Dengan memanfaatkan teknologi komposit dan
perlakuan khusus, batang eceng gondok dimanfaatkan sebagai komposit yang
berperforma meredam bunyi.
Penelitian ini telah dilakukan dalam penggunaan filler eceng gondok dengan
menggunakan variasi fraksi volume filler sebesar 20%, 25%, dan 30%. Pada
penelitian ini, telah dilakukan beberapa pengujian seperti uji redaman bunyi dan uji
tarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan redaman bunyi dari
komposit serat eceng gondok serta mengetahui persentase fraksi volume filler
terhadap kemampuan redaman dari komposit dengan serat eceng gondok. Selain
itu, pengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan, regangan,
modulus elastisitas maksimal dari komposit serat eceng gondok sebagai material
peredam bunyi dan untuk menentukan variasi fraksi volume filler terbaik dari
komposit berpenguat eceng gondok sebagai material peredam bunyi.
Hasil yang didapat dari penelitian yaitu penambahan serat eceng gondok
pada resin polyester dapat meningkatkan kemampuan redaman bunyinya jika
dibandingkan dengan bahan resin. Kemampuan meredam terbaik terdapat pada
komposit berpenguat eceng gondok 25% dengan nilai Noice Absorption Coefficient
(NAC) = 0,384 pada frekuensi 100 Hz, sesuai standar ISO 11654:1997. Nilai
kekuatan tarik dan regangan terbesar terdapat pada komposit berpenguat eceng
gondok 25% dengan nilai 9,75 MPa dan 0,01053. Modulus elastisitas terbesar
terdapat pada spesimen berpenguat eceng gondok 20% dengan nilai 3,90 GPa. Pada
pengujian ini, bahan komposit yang ideal digunakan sebagai material peredam
bunyi adalah komposit dengan serat eceng gondok sebesar 25%.
Kata kunci : eceng gondok, uji redaman, uji tarik, resin polyester, komposit,
koefisien penyerapan bunyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The engines in the industrial sector often has the effect of sound noise.
For the purpose of noise reduction, a sound absorbing material is needed. Sound
absorbent materials used can come from synthetic fibers or natural fibers. By
utilizing composite technology and special treatment, the eichhornia crassipes stem
is used as a performing composite to reduce sound.
This research has been carried out in the use of eichhornia crassipes fillers
by using variations in the filler volume fraction of 20%, 25%, and 30%. In this
study, several tests have been carried out such as Sound Absorption Test and
Tensile Test. This study aims to determine the sound absorbing ability of eichhornia
crassipes fiber composites and determine the percentage of filler volume fraction
against the damping ability of composites with water eichhornia crassipes. In
addition, this test also aims to determine the value of stress, strain, maximum elastic
modulus of eichhornia crassipes fiber composites as sound absorbing material and
to determine the best variation of volume filler fraction from eichhornia crassipes
reinforced composites as a sound absorbing material.
The results obtained from the study are the addition of eichhornia
crassipes fibers to polyester resin can improve the sound reduction ability when
compared with resin materials. The best muffling ability is found in 25% eichhornia
crassipes reinforced composites with a value Noice Absorption Coefficient
(NAC)=0.384 at a frequency of 100 Hz, according to ISO 11654: 1997 standards.
The greatest value of tensile and strain strength is found in 25% reinforced
eichhornia crassipes composites with a value of 9.75 MPa and 0.01053 MPa. The
greatest modulus of elasticity is found in 20% eichhornia crassipes reinforced
specimens with a value of 3.90 GPa. In this test, the ideal composite material used
as a sound absorbing material is a composite with 25% eichhornia crassipes fiber.
Keywords: eichhornia crassipes, sound absorption test, tensile test, polyester resin,
composite, sound absorption coefficient.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan perlindunganya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan syarat yang harus diselesaikan untuk
mendapatkan gelar S1 Sarjana Teknik Mesin di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
pihak yang senanantiasa memberikan bimbingan, masukan, nasihat serta motivasi
sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisus Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Doddy Purwadianto S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Damar Widjaja, M.T., Ph.D., dan Martanto, M,T.,selaku Laboratorium
Rangkaian Listrik dan Kepala Laboratorium Tugas Akhir Teknik
Elektro Universitas Sanata Dharma beserta staf laboran yang bertugas
yang telah mengijinkan penulis mengambil data.
6. Gregorius Suwahab dan Maria Theresia Suharmini selaku orang tua
penulis yang telah memberi motivasi, doa, semangat serta dukungan
selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.
7. Aditya Nugrahanto selaku kakak penulis yang telah memberikan
motivasi selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.
8. Yohanes Febrian Anang Riswanto yang telah membantu dan
memberikan doa serta dukungan untuk penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Seluruh staf dan Dosen pengajar di Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, mendampingi dan
membimbing penulis dari awal perkulihaan hingga dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
10. Seluruh Teman-teman Teknik Mesin angkatan 2015 yang senantiasa
mendampingi penulis dari awal masuk kuliah hingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi tepat waktu.
11. Semua pihak terlibat dan ikut serta membantu dalam menyelesaikan
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan-
keurangan yang harus diperbaiki, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan untuk
penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca.
Yogyakarta, 17 Desember 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
INTISARI ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.5 Manfaat ..................................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB 2 DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ...................................... 5
2.1 Dasar Teori ............................................................................................... 5
2.1.1 Komposit ........................................................................................... 5
2.1.2 Polimer ............................................................................................ 16
2.1.3 Mekanika Komposit ........................................................................ 18
2.1.4 Fraksi Volume Komposit ................................................................ 20
2.1.5 Bahan-bahan Pembentuk Komposit ................................................ 21
2.1.6 Eceng Gondok ( Eichornia Crassipes) ........................................... 21
2.1.7 Uji Tarik .......................................................................................... 25
2.1.8 Kerusakan Pada Komposit .............................................................. 28
2.1.9 Suara ................................................................................................ 31
2.2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 35
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 37
3.1 Skema Penelitian .................................................................................... 37
3.2 Persiapan Penelitian ............................................................................... 38
3.2.1 Alat-alat yang digunakan ................................................................ 38
3.2.2 Bahan-bahan yang digunakan ......................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.2.3 Alat Pendukung penelitian .............................................................. 46
3.2.4 Peredaman serat dengan NaOH ...................................................... 50
3.2.5 Perhitungan Komposisi Komposit .................................................. 50
3.2.6 Pembuatan Benda Uji ...................................................................... 52
3.2.7 Proses Pembuatan Alat Uji Peredam Suara .................................... 53
3.2.8 Dimensi Benda Uji .......................................................................... 54
3.2.9 Proses Pengujian ............................................................................. 55
BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................... 57
4.1 Hasil Pengujian ....................................................................................... 57
4.2 Pengujian Peredam Suara ....................................................................... 57
4.2.1 Hasil Pengujian Redaman Bunyi .................................................... 58
4.2.2 Pembahasan Pengujian Redaman Bunyi ......................................... 65
4.3 Pengujian Tarik ...................................................................................... 66
4.3.1 Hasil Pengujian Tarik ...................................................................... 67
4.3.2 Pembahasan Pengujian Tarik .......................................................... 78
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 83
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 83
5.2 Saran ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanika Komposit ........................................................................................ 5
Gambar 2.2 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Penguat .................................................... 6
Gambar 2.3 Komposit Partikel............................................................................................ 7
Gambar 2.4 Komposit Serat dengan Orientasi Continuous ................................................ 8
Gambar 2.5 Komposit Berlapis ........................................................................................... 8
Gambar 2.6 Penyusunan Serat Komposit ......................................................................... 12
Gambar 2.7 Aligned discontinuous fiber .......................................................................... 12
Gambar 2.8 Off-axis aligned discontinuous fiber ............................................................. 13
Gambar 2.9 Randomly oriented discontinuous fiber ........................................................ 13
Gambar 2.10 Metode Hand Lay Up .................................................................................. 14
Gambar 2.11 Metode Spray Up ........................................................................................ 14
Gambar 2.12 Metode Filament Winding .......................................................................... 15
Gambar 2.13 Metode Injection and Compression Molding .............................................. 16
Gambar 2.14 Metode Sheet Molding Compound ............................................................. 16
Gambar 2.15 Mikromekanik dan Makromekanik Pada Komposit ................................... 19
Gambar 2.16 Tanaman Eceng gondok yang memenuhi perariran .................................... 22
Gambar 2.17 Pengujian Tarik ........................................................................................... 25
Gambar 2.18 Bentuk dan dimensi spesimen uji ASTM D 638-02 ................................... 26
Gambar 2.19 Kurva Tegangan-Regangan ......................................................................... 27
Gambar 2.20 Kerusakan Pada Komposit Akibat Beban Tarik Longitudinal .................... 29
Gambar 2.21 Kerusakan Komposit Akibat Beban Transversal ........................................ 30
Gambar 2.22 Kotak uji peredam suara dari pandangan atas ............................................. 33
Gambar 2.23 Kotak uji peredam suara .............................................................................. 33
Gambar 2.24 Skema sistem kerja uji redaman .................................................................. 33
Gambar 2.25 Standar kelas koefisien absorb .................................................................... 34
Gambar 3.1 Skema alur penelitian .................................................................................... 37
Gambar 3.2 Cetakan kaca 30 cm x 30 cm x 0.5 cm .......................................................... 38
Gambar 3.3 Timbangan digital ......................................................................................... 39
Gambar 3.4 Gelas ukur ..................................................................................................... 39
Gambar 3.5 Kuas .............................................................................................................. 40
Gambar 3.6 Pipet .............................................................................................................. 40
Gambar 3.7 Gunting .......................................................................................................... 41
Gambar 3.8 Spatula ........................................................................................................... 41
Gambar 3.9 Jangka Sorong ............................................................................................... 42
Gambar 3.10 Sarung tangan .............................................................................................. 42
Gambar 3.11 Gerinda tangan ............................................................................................ 43
Gambar 3.12 thinner ......................................................................................................... 43
Gambar 3.13 Serat eceng gondok ..................................................................................... 44
Gambar 3.14 Resin polyester R-108 ................................................................................ 44
Gambar 3.15 Katalis MEPOXE ........................................................................................ 45
Gambar 3.16 Release agent (mirror glaze) ....................................................................... 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 3.17 Kristal NaOH .............................................................................................. 46
Gambar 3.18 Skema Alat Uji Peredam Bunyi .................................................................. 47
Gambar 3.19 Rangkaian Amplifier ................................................................................... 48
Gambar 3.20 Audio Frequency Generator (AFG) ............................................................ 48
Gambar 3.21 Multimeter ................................................................................................... 48
Gambar 3.22 Sound Level Meter ...................................................................................... 49
Gambar 3.23 Speaker ........................................................................................................ 49
Gambar 3.24 Alat Uji Tarik .............................................................................................. 50
Gambar 3.25 Uji ASTM D638-02 .................................................................................... 55
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Anatara NAC dengan Pertambahan Frekuensi ................. 64
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Intensitas Bunyi dengan Frekuensi ........................ 64
Gambar 4.3 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Resin Yukalac R-108 ...................................... 71
Gambar 4.4 Grafik Nilai Regangan Resin Yulakac R-108 ............................................... 71
Gambar 4.5 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Resin Yukalac R-108 ................................ 72
Gambar 4.6 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Komposit Eceng Gondok 20%........................ 72
Gambar 4.7 Grafik Nilai Regangan Komposit Eceng Gondok 20%................................. 73
Gambar 4.8 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Komposit Eceng Gondok 20% ................. 73
Gambar 4.9 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Komposit Eceng Gondok 25%........................ 74
Gambar 4.10 Grafik Nilai Regangan Komposit Eceng Gondok 25%............................... 74
Gambar 4.11 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Komposit Eceng Gondok 25% ............... 75
Gambar 4.12 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Komposit Eceng Gondok 30% ...................... 75
Gambar 4.13 Grafik Nilai Regangan Komposit Eceng Gondok 30%............................... 76
Gambar 4.14 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Komposit Eceng Gondok 30% ............... 76
Gambar 4.15 Grafik Nilai Tegangan Rata-Rata pada Resin Yukalac dan Komposit dengan
Filler Eceng Gondok .................................................................................. 77
Gambar 4.16 Grafik Nilai Regangan Rata-Rata pada Resin Yukalac dan Komposit
dengan Filler Eceng Gondok ..................................................................... 77
Gambar 4.17 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Rata-Rata pada Resin Yukalac dan
Komposit dengan Filler Eceng Gondok ..................................................... 78
Gambar 5.0.1 Spesimen Komposit Peredam Suara Berpenguat 20% Eceng Gondok ...... 86
Gambar 5.0.2 Spesimen Komposit Peredam Suara Berpenguat 25% Eceng Gondok ...... 86
Gambar 5.0.3 Spesimen Komposit Peredam Suara Berpenguat 30% Eceng Gondok ...... 87
Gambar 5.0.4 Spesimen Bahan Resin ............................................................................... 87
Gambar 5.0.5 Spesimen Komposit Berpenguat 20% ........................................................ 88
Gambar 5.0.6 Spesimen Komposit Berpenguat 25% ........................................................ 88
Gambar 5.0.7 Spesimen Komposit Berpenguat 30% ........................................................ 88
Gambar 5.0.8 Grafik Hasil Uji Tarik Untuk Bahan Resin ................................................ 88
Gambar 5. 0.9 Grafik Hasil Uji Tarik Komposit dengan Fraksi volume filler 20% ......... 88
Gambar 5. 0.10 Grafik Hasil Uji Tarik Komposit dengan Fraksi volume filler 25% ....... 88
Gambar 5. 0.11 Grafik Hasil Uji Tarik Komposit dengan Fraksi volume filler 30% ....... 88
Gambar 5. 0.12 Hasil Patahan Bahan Resin ..................................................................... 88
Gambar 5. 0.13 Hasil Patahan Spesimen Komposit filler 20% ........................................ 88
Gambar 5. 0.14 Hasil Patahan Spesimen Komposit filler 25% ........................................ 88
Gambar 5. 0.15 Hasil Patahan Spesimen Komposit filler 30% ........................................ 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dimensi spesimen sesuai ASTM D638-02 ....................................................... 26
Tabel 3.1 Karakteristik serat eceng gondok ...................................................................... 51
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi Tanpa Sekat Komposit ................................ 58
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi Pada Spesimen Komposit Tanpa Filler ....... 59
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi pada Spesimen Komposit dengan Fraksi
Volume Filler 20% ............................................................................................ 60
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi pada Spesimen Komposit dengan Fraksi
Volume Filler 25% ............................................................................................ 61
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi pada Spesimen Komposit dengan Fraksi
Volume Filler 30% ............................................................................................ 62
Tabel 4.6 Nilai Noise Absorption Coefficient (NAC) pada Setiap Variasi Spesimen
Komposit ........................................................................................................... 63
Tabel 4.7 Dimensi Spesimen Bahan Resin Yukalac R-108 .............................................. 67
Tabel 4.8 Kekuatan Tarik dan Regangan Resin Yukalac R-108 ...................................... 67
Tabel 4.9 Modulus Elastisitas Resin Yukalac R-108 ........................................................ 67
Tabel 4.10 Dimensi Spesimen Komposit dengan Filler Eceng Gondok 20% .................. 68
Tabel 4.11 Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit dengan Filler Eceng Gondok 20% 68
Tabel 4.12 Modulus Elastisitas Komposit dengan Filler Eceng Gondok 20% ................. 68
Tabel 4.13 Dimensi Spesimen Komposit dengan Filler Eceng Gondok 25% .................. 69
Tabel 4.14 Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit dengan Filler Eceng Gondok 25% 69
Tabel 4.15 Modulus Elastisitas Komposit dengan Filler Eceng Gondok 25% ................. 69
Tabel 4.16 Dimensi Spesimen Komposit dengan Filler Eceng Gondok 30% .................. 70
Tabel 4.17 Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit dengan Filler Eceng Gondok 30% 70
Tabel 4.18 Modulus Elastisitas Komposit dengan Filler Eceng Gondok 30% ................. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong penggunaan mesin
yang makin masif. Keberadaan mesin di bidang Industri seringkali memberikan
efek kebisingan suara. Kebisingan merupakan salah satu masalah yang perlu
diperhatikan karena mengganggu kualitas hidup manusia. Disekitar kita dampak
kebisingan yang dirasakan langsung oleh manusia banyak terjadi pada mesin mobil.
Tak heran, mobil-mobil kini berlomba untuk menciptakan ruangan/kabin yang
senyap demi memberikan ketenangan kepada penumpangnya. Untuk keperluan
pengurangan kebisingan tersebut, kita membutuhkan material peredam bunyi.
Material penyerap bunyi yang digunakan bisa berasal dari serat sintetis maupun
serat alam.
Lee dalam Khuriati (2006) menyatakan bahwa jenis peredam bunyi yang
sudah ada yaitu bahan berpori, resonator, dan panel. Salah satu bahan yang akan
diteliti yaitu papan komposit terbuat dari serat eceng gondok. Pilihan pada
pemanfaatan komposit serat eceng gondok karena sejauh ini di Indonesia tanaman
ini masih dipandang sebagai gulma. Sebagai contoh, dari 7200 hektar permukaan
air Rawa Pening, Ambarawa, saat ini sekitar 6000 hektarnya tertutup eceng gondok.
Eceng gondok akan menutupi air di bawahnya sehingga sinar matahari dan oksigen
tidak dapat masuk ke dalam air. Dengan demikian, ikan dan biota air lainnya tidak
dapat berkembang dengan baik. Di sisi lain, eceng gondok memiliki kecepatan
tumbuh yang sangat tinggi terutama di wilayah tropis dan subtropis. Satu batang
eceng gondok dalam 52 hari dapat menghasilkan tanaman baru seluas 1 m2. Jika
tidak diatasi dengan benar maka kehadiran eceng gondok dapat merusak
lingkungan di sekitarnya dan menjadi penyebab terjadinya kedangkalan
danau/rawa. Sejumlah publikasi terdahulu menunjukkan
bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan panel.
Dengan memanfaatkan teknologi komposit dan perlakuan khusus, penulis
memprediksi bahwa batang eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai komposit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang berperforma meredam bunyi. Dengan kandungan serat kasar 15,4 % dengan
panjang 25-50 cm serat eceng gondok berpotensi untuk dikembangkan dalam
bidang komposit berbasis alam. Komposit merupakan penggabungan dari dua atau
lebih bahan atau material yang dikombinasikan menjadi satu dalam skala
makrokopis sehingga menjadi satu kesatuan. Dalam keperluan ini, diusahakan ada
perbedaan kepadatan (specific density) antara matrik dan serat eceng gondok
sebagai filler. Dengan komposisi material yang berganti-ganti kepadatannya maka
rambatan bunyi akan terhambat dan membuat bunyi menjadi teredam.
Pemanfaatan eceng gondok sebagai filler komposit peredam suara
diharapkan dapat menjadi solusi serempak atas persoalan pengendalian kebisingan
sekaligus alternatif penanganan limbah eceng gondok. Dengan demikian kita tidak
perlu khawatir akibat melimpahnya eceng gondok tetapi justru mampu menciptakan
peluang dengan mengubahnya menjadi material yang bermanfaat.
1.2 Rumusan Masalah
Komposisi serat akan mempengaruhi kemampuan serapan bunyi dari material
komposit. Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah seberapa besar bunyi
dapat diserap oleh komposit eceng gondok dengan variasi serat yang berbeda.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan tugas akhir ini selain
untuk memenuhi tugas akhir di program studi Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma, yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh fraksi volume 20%, 25%, dan 30% terhadap
besarnya serapan bunyi komposit eceng gondok.
2. Mengetahui presentase fraksi volume terbaik komposit serat eceng
gondok dalam kemampuan menyerap bunyi.
3. Mengetahui pengaruh fraksi volume 20%, 25%, dan 30% terhadap
kekuatan tarik komposit eceng gondok.
4. Mengetahui nilai tegangan, regangan, modulus elastisitas maksimal dari
komposit eceng gondok sebagai material peredam bunyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan-batasan agar dapat terarah
dan sistematis, sebagai berikut :
1. Komposit ini menggunakan resin jenis polyester R-108.
2. Pengujian yang digunakan dalam komposit ini hanya menggunakan
pengujian tarik dan Redaman Suara
3. Bahan yang digunakan untuk pengeras komposit adalah katalis
MEPOXE.
4. Serat yang digunakan dalam komposit ini adalah serat eceng gondok.
5. Komposit diberi perlakuan alkali dengan menggunakan larutan NaOH
5% selama 2 jam pada setiap variasi fraksi volume 20%, 25%, dan 30%.
6. Standar spesimen untuk uji tarik adalah ASTM D638-02 type I.
7. Standar pengujian untuk uji peredam suara adalah ISO 11654-97.
8. Cetakan yang dipakai adalah cetakan kaca dengan ukuran panjang, lebar,
tinggi 30cm x 30cm x 0,5cm
9. Komposit dengan variasi fraksi volume 20%, 25%, dan 30%.
10. Komposit dibuat dengan arah serat acak
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang perkembangan
material komposit berbasis serat alam.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk dapat mengembangkan
komposit berbasis serat alam di Industri manufaktur.
3. Dapat menambah koleksi Perpustakaan untuk menjadi sumber ilmu
pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah :
1. BAB 1
Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika
penelitian.
2. BAB 2
Dasar teori, menerangkan tinjauan pustaka dan ilmu-ilmu dasar teori
tentang komposit, eceng gondok, peredam suara. Bab ini memberikan
ilmu dasar sebagai acuan dalam penelitian.
3. BAB 3
Metode penelitian, menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian yang
meliputi peralatan yang digunakan, tempat percobaan, pengambilan data.
4. BAB 4
Data dan analisa, menjelaskan tentang data hasil percobaan yang telah
diperoleh serta data hasil percobaan.
5. BAB 5
Penutup, berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB 2
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari penggabungan dua
atau lebih material yang dikombinasikan, sehingga dihasilkan material
komposit yang mempunyai karakteristik dan sifat mekanik yang berbeda
dari material pembentuknya. Komposit dikembangkan untuk mendapatkan
karakteristik dan sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan material
pembentuknya. Metode penggabungan dua atau lebih material yang tepat
akan menghasilkan kombinasi sifat yang lebih baik.
Secara umum komposit terdiri dari dua material pembentuk. Material
pembentuk pertama disebut matriks, yang berfungsi sebagai pengikat.
Material pembentuk kedua adalah reinforcement yang memiliki fungsi
sebagai penguat seperti pada Gambar 2.1. Sifat-sifat dan karakteristik
komposit ditentukan oleh sifat dan karakteristik penguat, rasio penguat
terhadap matriks dan geometri atau orientasi penguat dalam komposit.
Gambar 2.1 Mekanika Komposit
(Sumber https://artikel-teknologi.com/pengertian-material-komposit/)
Bahan pengikat (matriks) dalam komposit dapat berupa material
polimer, keramik, dan metal. Jenis pengikat yang banyak digunakan
adalah komposit bermatriks polimer, komposit jenis ini lebih mudah dalam
proses pembuatan dan biaya yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan
jenis pengikat lain. Bahan penguat (reinforcement) dalam komposit dapat
berbentuk macam-macam jenis. Jenis penguat dapat berbentuk partikel,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
serat (serat halus, serat kontinu, serat putus-putus, serat anyam) dan
penguat yang terstruktur (struktur lapisan).
Penguat yang sering digunakan adalah komposit berpenguat serat.
Komposit jenis ini dapat dibuat dengan mudah dibanding dengan bentuk
komposit lain. Komposit berpenguat serat juga memiliki kemampuan
meneruskan beban lebih baik dibandingkan komposit berpenguat partikel
atau butiran. Bahan penguat serat pada komposit terbagi atas dua jenis
yaitu serat anorganik atau sintetis dan serat organik atau natural. Serat
sintetis adalah bahan berupa hasil rekayasa buatan manusia seperti serat
kaca, serbuk baja, nylon, Fiber glass, Carbon, Graphite, dan alumunium.
(Bismarck 2002). Serat natural adalah bahan yang ada di alam (tanpa
proses campuran bahan kimia) seperti serat alam pada tumbuhan, sekam,
bambu, pasir kerikil, eceng gondok, cangkang hewan dan sebagainya.
2.1.1.1 Klasifikasi Komposit
Klasifikasi komposit dapat dikelompokkan berdasarkan pada bahan
penguat atau reinforcement dan bahan pengikat atau matriks penyusunnya.
2.1.1.1.1 Komposit Berdasarkan Bahan Penguat (Reinforcement)
Secara garis besar ada tiga macam jenis komposit berdasarkan penguat
yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.2, yaitu:
Gambar 2.2 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Penguat
(Callister,2007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a. Komposit Partikel (Particulate Composite) merupakan komposit yang
menggunakan serat berbentuk partikel atau serbuk yang berukuran
mikroskopis seperti pada Gambar 2.3 sebagai penguatnya dan
terdistribusi secara merata dalam matriks. Material yang digunakan
sebagai bahan penguat bisa dari material logam ataupun material non
logam. Komposit partikel mempunyai keunggulan seperti, ketahanan
keausan yang baik, tidak mudah retak dan daya ikat dengan matriks
baik. Contoh dari komposit ini termasuk seperti partikel silikon karbida
pada aluminium, pasir dan semen untuk membuat beton.
Gambar 2.3 Komposit Partikel
(Sumber: http://iesgeneralstudies.com/)
b. Komposit Serat (Fibrous Composites) merupakan jenis komposit yang
menggunakan penguat berupa serat atau fiber sebagai penanggung
beban utama. Serat yang digunakan memiliki kekuatan dan kekakuan
lebih baik dibanding matriks bahan pengikatnya seperti pada Gambar
2.4. Serat yang digunakan bisa berupa serat sintetis (fiberglass, carbon
fibers, plywood, dll) dan juga serat organik (bahan-bahan yang ada di
alam serat batang pohon, daun tumbuhan). Penyusunan serat pada jenis
komposit ini bisa disusun secara acak, searah maupun dengan orientasi
tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti
anyaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 2.4 Komposit Serat dengan Orientasi Continuous
(Sumber: Callister, 2007)
c. Komposit Berlapis (Structural Composites) merupakan jenis komposit
yang terdiri dari dua atau lebih lapisan yang digabung menjadi satu dan
setiap lapisnya memiliki karakteristik tersendiri. Penyusunan lapisan ini
bisa searah ataupun juga bisa melintang dengan lapisan sebelumnya
dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Komposit Berlapis
(Sumber: http://navyaviation.tpub.com/)
2.1.1.1.2 Komposit Berdasarkan Bahan Pengikat (Matriks)
Komposit berdasarkan bahan pengikat dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
a. Polymers Matrix Composite (PMC) merupakan komposit yang
menggunakan polimer (contohnya epoxy dan polyester) sebagai
pengikatnya ditambah penguat berupa serat (seperti glass, carbon,
aramid, boron dan sebagainya). Polymers Matrix Composite merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
komposit yang paling umum digunakan karena mudah dalam proses
pembuatannya, pembuatan bisa dilakukan pada suhu kamar serta biaya
pembuatan murah. Sebagai contoh, komposit polimer berpenguat serat
boron telah digunakan pada komponen pesawat militer, bilah rotor
helikopter dan beberapa jenis alat olahraga.
b. Metal Matrix Composite (MMC) merupakan komposit yang
menggunakan logam (sebagai contoh aluminium, magnesium, tembaga)
sebagai pengikatnya sedangkan bahan penguatnya dapat berupa
partikel, serat kontinyu dan putus-putus. Keunggulan Metal Matrix
Composite adalah bahan dapat digunakan pada temperatur tinggi, dapat
meningkatkan kekakuan, kekuatan, tahan terhadap abrasi, tahan
terhadap laju mulur, konduktifitas thermal dan ukuran yang stabil. Metal
Matrix Composite memiliki keunggulan dibandingkan Polymers Matrix
Composite yaitu penggunaan pada temperatur tinggi, tidak mudah
terbakar dan lebih tahan terhadap degradasi yang terjadi oleh cairan
organik. Beberapa kombinasi pada Metal Matrix Composite sangat
reaktif pada saat dilakukan penurunan temperatur. Konsekuensinya
terjadi degradasi pada saat pemrosesan suhu tinggi atau pada saat
dilakukan penurunan suhu pada proses pembuatan. Masalah ini
biasanya diatasi dengan menerapkan lapisan pelindung ada permukaan
pengikat komposit atau dengan memodifikasi komposisi paduan
matriks. Sebagai contoh Metal Matrix Composite adalah pada
komponen mesin mobil menggunakan komposit paduan aluminium
sebagai pengikatnya dan penguat berupa serat aluminium oksida dan
karbon. Komposit berpengikat logam jauh lebih mahal dalam hal biaya
pembuatan dibanding komposit berpengikat polimer. Oleh karena hal
tersebut penggunaan komposit berpengikat logam menjadi sangat
terbatas.
c. Ceramic Matrix Composite (CMC) merupakan bahan material pembuat
komposit yang menggunakan keramik sebagai matriknya dan sebagai
penguat biasanya digunakan adalah oksida, carbide dan nitrid. Salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
satu pembuatan CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu proses
pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk
pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah penguat. Komposit
berpengikat keramik memiliki dimensi yang lebih stabil dibanding
komposit berpengikat logam, ketangguhan yang baik, karakteristik
permukaan tahan aus, unsur kimianya stabil pada temperatur tinggi.
Proses pembuatan komposit berpengikat keramik cukup sulit dan rumit.
Pembuatan harus dilakukan secara hati-hati karena sensitifitas sifat
bahan pada mikrostrukturnya yang tidak dapat dihindari. Sebagai
contoh penggunaan komposit berpengikat keramik yaitu pada
pembuatan perkakas potong yang menggunakan pengikat Alumina
(Al2O3), karbida silicon (SiC) dan kombinasi serat wisker.
2.1.1.2 Komposit Berpenguat Serat
Serat adalah unsur utama pada bahan komposit berpenguat serat. Serat
menempati fraksi volume terbesar pada lapisan komposit dan membagi
porsi yang besar dari beban pada struktur komposit. Pemilihan serat yang
tepat, tipe, fraksi volume serat, panjang serat dan orientasi serat sangatlah
penting. Serat mempengaruhi beberapa karakteristik dari lapisan komposit
(Mallick,2007) seperti:
a. Densitas
b. Kekuatan dan modulus tarik
c. Kekuatan dan modulus tekan
d. Kekuatan terhadap kegagalan kelelahan yang baik
e. Konduktivitas termal dan listrik
f. Biaya
Serat memiliki banyak bentuk panjang, oleh karena itu serat memiliki
kemungkinan ketidaksempurnaan. Kekuatan serat memiliki variabel yang
acak. Menguji 10.000 serat dapat menghasilkan 10.000 nilai kekuatan yang
berbeda. Data kekuatan yang tidak seragam ini, bisa digunakan untuk
membentuk pendistribusian kekuatan sesungguhnya. Kekuatan rata-rata
dan variasi penyebaran kekuatan menjadi kualitas penting dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menentukan sifat dari suatu serat. Karena kekuatan serat yang acak secara
alami, banyak dilakukan penelitian dengan berbagai metode untuk
mempelajari kekuatan bahan komposit (Hyer, 1998).
Pada komposit yang dilihat dari bahan penguat berupa serat, dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Komposit alam (Komposit organik)
Komposit alam menggunakan serat yang berasal dari tumbuhan atau
hewan, yang biasanya berupa serat kayu, eceng gondok, jerami, kapas,
wol, sutera, serat sabut kelapa, dll.
b. Komposit sintetis (Komposit anorganik)
Komposit sintetis adalah komposit yang mempunyai bahan penguat
serat yang diproduksi dengan industri manufaktur, dimana komponen-
komponen diproduksi secara terpisah, kemudian dibagungkan dengan teknik
tertentu. Sehingga didapatkan serat dengan sifat, struktur dan geometri yang
diinginkan. Serat sintetis dapat berupa serat karbon, serat nilon, serat gelas,
Carbon, Graphite, dan alumunium. (Bismarck, 2002).
Karakteristik mekanis dari komposit berpenguat serat tidak hanya
ditentukan dari sifat serat tersebut, tetapi juga pada sudut yang menerima
pembebanan melalui pengikat yang diteruskan ke serat. Susunan atau
orientasi dari serat, konsentrasi serat dan distribusi serat memiliki pengaruh
yang signifikan pada kekuatan dan sifat lain dari komposit berpenguat serat.
2.1.1.3 Orientasi Serat
Orientasi serat dapat menentukan sifat dan karakteristik komposit yang
akan dihasilkan. Secara umum penyusunan serat pada komposit dapat
dibedakan pada Gambar 2.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.6 Penyusunan Serat Komposit
(Sumber: Gibson, 1994)
a. Continuous Fiber Composite atau Unidirectional
Continuous Fiber Composite, mempunyai bentuk serat panjang, lurus
dan serat disusun secara parallel satu sama lain. Kekuatan tarik yang
paling tinggi terdapat pada bahan yang sejajar dengan arah serat.
b. Woven Fiber Composite atau Bi-directional
Woven Fiber Composite, komposit ini tidak mudah dipengaruhi
pemisahan antar lapisan karena susunan seratnya juga mengikat serat
antar lapisan, akan tetapi susunan serat memanjangnya yang tidak begitu
lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan melemah.
c. Discontinuous Fiber Composite
Discontinuous Fiber Composite, mempunyai bentuk serat pendek. Jenis
komposit ini dibedakan menjadi tiga golongan (Gibson, 1994):
1) Aligned discontinuous fiber
Pada golongan aligned discontinuous fiber penyusunan serat
dilakukan secara searah seperti ditunjukkan di Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Aligned discontinuous fiber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2) Off-axis aligned discontinuous fiber
Pada golongan off-axis aligned discontinuous fiber penyusunan
serat dilakukan secara menyilang seperti ditunjukkan di Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Off-axis aligned discontinuous fiber
3) Randomly oriented discontinuous fiber
Pada golongan randomly oriented discontinuous fiber penyusunan
serat dilakukan secara acak seperti ditunjukkan di Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Randomly oriented discontinuous fiber
d. Hybrid Fiber Composite
Hybrid Fiber Composite, merupakan komposit gabungan antara serat
tipe serat lurus dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat
mengganti kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan
kelebihannya.
2.1.1.4 Metode Pembuatan Komposit
Metode pembuatan komposit dapat digolongkan dalam dua proses
pencetakan, yaitu:
a. Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes)
Pembuatan komposit menggunakan metode pencetakan terbuka
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) Metode Hand Lay Up
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana untuk
membuat komposit polimer berpenguat serat. Pada metode ini
penguat (serat) diletakkan di dalam cetakan, lalu resin yang sudah
dicampur dengan katalis dimasukan ke dalam cetakan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dioleskan menggunakan kuas. Aplikasi metode ini pada badan
kapal, tangki, rumah dan panel. Metode hand lay up dapat dilihat
pada Gambar 2.10
Gambar 2.10 Metode Hand Lay Up
(Sumber: http://www.carbonfiberglass.com/)
2) Metode Spray Up
Metode pembuatan komposit ini hampir sama dengan metode
hand lay-up dalam pembuatannya. Dalam metode ini potongan serat
dan campuran resin dengan katalis disemprotkan ke cetakan. Untuk
meningkatkan densitasnya digunakan roller untuk menghilangkan
udara yang terjebak dan menjamin resin meresap dalam serat.
Metode ini sering digunakan karena dapat membuat bentuk yang
kompleks. Metode spray up dapat dilihat pada Gambar 2.11
Gambar 2.11 Metode Spray Up
(Sumber: https://netcomposites.com/)
3) Metode Filament Winding
Metode ini dilakukan dengan cara fiber tipe roving atau single
strand dilewatkan melalui wadah yang berisi resin, kemudian fiber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tersebut akan diputar sekeliling mandrel yang sedang bergerak dua
arah, arah radial dan arah tangensial. Proses ini dilakukan berulang,
sehingga cara ini didapatkan lapisan serat dan fiber sesuai dengan
yang diinginkan seperti pada Gambar 2.12. Resin yang biasa
digunakan adalah polyester, vinil, ester, epoxy dan fenolat. Proses
ini terutama digunakan untuk komponen belah berlubang, umumnya
bulat atau oval seperti pipa dan tangka. Adapun aplikasi dari proses
filament winding ini digunakan untuk menghasilkan bejana tekan,
motor roket, tank, tongkat golf dan pipa.
Gambar 2.12 Metode Filament Winding
(Sumber: http://www.nuplex.com/)
b. Proses Pencetakan Tertutup (Closed-Mold Processes)
Proses pembuatan komposit menggunakan metode pencetakan
tertutup dilakukan dengan cara:
1) Metode Injection and Compression Molding
Metode ini menggunakan serat yang sudah tercampur dengan
resin kemudian di tekan masuk ke cetakan melalui suatu lintasan
tertutup dengan nosel di ujungnya. Campuran serat dan resin
tersebut ditekan dengan semacam sekrup ulir agar campuran
tersebut mudah terdorong maju dan masuk ke cetakan. Metode
injection and compression molding dapat dilihat pada Gambar 2.13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 2.13 Metode Injection and Compression Molding
(Sumber http://www.daviesmolding.com/)
2) Metode Sheet Molding Compound
Proses pembuatan komposit ini dijalankan secara otomatis.
Jalannya proses ini menggunakan beberapa roller tekan untuk
menggabungkan dua bagian komposit seperti ditunjukkan di
Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Metode Sheet Molding Compound
(Sumber: http://www.nuplex.com/)
2.1.2 Polimer
Polimer didefinisikan sebagai rangkaian panjang molekul yang
mengandung satu atau lebih dari pengulangan atom-atom, digabungkan
bersama oleh ikatan kovalen yang kuat. Polimer mempunyai struktur dan
sifat-sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom pembentuk yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang berat atomnya rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Bahan polimer yang mempunyai berat molekul besar dan berikatan kovalen,
menunjukkan sifat-sifat yang berbeda dari bahan organik yang mempunyai
berat molekul rendah. Bahan yang mempunyai berat molekul rendah
berubah menjadi cair dengan viskositas rendah atau menguap kalau
dipanaskan, sedangkan bahan polimer mencair dengan sangat kental dan
tidak menguap. Bahan yang tidak bisa berfusi ini akan terurai karena panas
menjadi karbon, pada tahap akhirnya tanpa penguapan (Surdia, 1999).
Polimer secara struktur jauh lebih rumit dibandingkan dengan logam
dan keramik. Menurut Surdia (1999), polimer memiliki sifat-sifat khas
antara lain:
a. Kemampuan cetak yang baik. Pada temperatur relatif rendah polimer
dapat dicetak dengan penyuntikan, penekanan, ekstrusi dan sebagainya.
Hal tersebut mengakibatkan biaya pembuatan rendah.
b. Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat. Berat jenis polimer lebih
rendah dibandingkan logam dan keramik.
c. Banyak di antara polimer bersifat isolasi listrik yang baik.
d. Baik dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia.
e. Kurang tahan terhadap temperatur tinggi.
f. Beberapa bahan tahan terhadap abrasi.
2.1.2.1 Polimer Thermoset dan Thermoplastic
Polimer yang sering dipakai adalah polimer yang sering disebut dengan
plastik. Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap suhu, plastik dibagi dalam dua
kategori yaitu:
a. Thermosetting
Thermosetting merupakan polimer yang tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (irreversible). Jika pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan dengan suhu tinggi tidak
akan melunakkan thermoset melainkan akan membentuk arang dan
sukar didaur ulang. Contoh dari thermoset adalah Epoksida,
Bismaliemida (BMI) dan Poli-imida (PI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Thermoplastic
Thermoplastic merupakan polimer atau plastik yang dapat
dilunakkan berulang kali (recycle) dengan menggunakan panas.
Thermoplastic akan meleleh pada suhu tertentu dan dapat balik
(reversible) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila
didinginkan. Contoh dari thermoplastic adalah Poliester, Nylon 66, PP,
PTFE, PET, Polieter sulfon, PES dan Polieter erketon (PEEK)
2.1.2.2 Resin Poliester dan Resin Epoksi
Dalam pembuatan komposit, resin yang banyak digunakan adalah dari
jenis polimer thermosetting yang terdiri dari:
a. Resin Poliester
Resin Poliester adalah bahan matriks polimer yang paling sering
digunakan sebagai matriks pengikat. Resin poliester memiliki kekuatan
mekanis yang cukup baik, ketahanan terhadap bahan kimia dan
harganya relatif murah. Dalam mempercepat pembuatan komposit,
dilakukan penambahan katalis pada resin poliester. Resin ini biasanya
dipakai sebagai matriks pada komposit polimer dengan penguat serat
gelas.
b. Resin Epoksi
Resin ini harganya cukup mahal, namun memiliki keunggulan yaitu
sangat kuat dan penyusutan relatif kecil setelah proses curing. Resin ini
banyak dipakai sebagai matriks pada komposit polimer berpenguat serat
karbon.
2.1.3 Mekanika Komposit
Komposit merupakan material yang tersusun oleh dua atau lebih bahan
pokok, sehingga perancangan dan analisa sifat mekanik bahan komposit
berbeda dengan bahan-bahan konvensional seperti logam. Menurut Gibson,
(1994) sifat mekanik komposit dapat dilihat dari dua sisi yaitu
mikromekanik dan makromekanik (pada komposit berpenguat serat).
Mikromekanik berkaitan dengan perilaku/karakter mekanik bahan
penyusun (dalam hal ini adalah serat sebagai penguat dan matriks sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pengikat), interaksi yang ditimbulkan antara bahan penyusun dan geometri
atau cara penyusunan komposit (orientasi serat yang digunakan dan satu
lapisan komposit). Makromekanik berkaitan dengan pengaruh ketebalan
pada komposit dan strukturnya (dalam hal ini jumlah lapisan dalam
komposit) tanpa memperhatikan bahan penyusun dan interaksi yang
ditimbulkan. Sifat makromekanik dapat dicirikan berdasarkan tegangan dan
regangan rata-rata, sifat mekanik dalam bahan homogen yang setara.
Mikromekanik dan makromekanikpada komposit dapat dilihat pada
Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Mikromekanik dan Makromekanik Pada Komposit
(Sumber: Gibson, 1994)
Sifat bahan komposit tidak bisa disamakan dengan bahan-bahan
konvensional. Pada bahan konvensional seperti logam struktur materialnya
homogen (sifat tidak berbeda dari satu titik ke titik yang lain) dan isotropik
(sifat tidak bergantung pada orientasi). Kebanyakan komposit bersifat
heterogen dan anisotropik, artinya sifat dalam komposit bervariasi saat
berpindah dari pengikat ke penguat dan saat merubah arah orientasi
penyusunan terhadap hasil pengukuran. Sebagai contoh pada komposit
berpenguat serat yang orientasinya unidirectional, serat disusun secara
searah memiliki kekuatan dan kekakuan lebih besar sepanjang arah
penguatan dari pada arah melintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.1.4 Fraksi Volume Komposit
Fraksi volume adalah aturan perbandingan untuk pencampuran volume
serat dan volume matriks bahan pembentuk komposit terhadap volume total
komposit. Biasanya penggunaan istilah fraksi volume mengacu pada jumlah
prosentase (%) volume bahan penguat atau reinforcement yang digunakan
dalam proses pembuatan komposit. Perhitungan matriks (resin) dan katalis
juga harus sesuai dengan komposisi yang dibutuhkan agar komposit yang
dihasilkan lebih maksimal.
Perhitungan pencampuran bahan komposit untuk menetukan fraksi
volume dapat dilihat di bawah ini:
a. Volume Komposit/Cetakan (Vkomposit)
Vkomposit = pcetakan x lcetakan x tcetakan (2.1)
Dengan:
Vkomposit adalah volume cetakan (cm3).
pcetakan adalah panjang cetakan (cm).
lcetakan adalah lebar cetakan (cm).
tcetakan adalah tebal cetakan (cm).
b. Volume Reinforcement/Serat (Vserat)
Vserat = Vkomposit x fraksi volume (2.2)
Dengan:
Vserat adalah volume serat (cm3).
Vkomposit adalah volume cetakan (cm3).
fraksi volume adalah fraksi volume yang digunakan (%)
c. Massa Serat (mserat)
mserat = Vserat x ρserat (2.3)
Dengan:
mserat adalah massa erat (gr).
Vserat adalah volume serat (cm3).
ρserat adalah massa jenis serat (gr/cm3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.1.5 Bahan-bahan Pembentuk Komposit
2.1.5.1 Katalis
Bahan pendukung yang digunakan pada awal proses pembuatan
komposit, katalis biasanya ditambahkan pada resin untuk mempercepat
proses pemadatan resin pada temperatur kamar (27ºC). Umumnya
penggunaan katalis berkisar 0,5-4% dari fraksi volume resin.
2.1.5.2 Accelerator
Bahan pendukung yang berfungsi agar katalis dan polyester resin dapat
berpolimerisasi pada temperature kamar dengan waktu yang relative lebih
cepat, tanpa ada pemberian panas dari luar.
2.1.5.3 Mold Release
Merupakan lapisan yang berfungsi untuk mencegah laminat lengket
dengan cetakan. Mold release yang umum dipergunakan yaitu mold release
wax (misalnya mirror glaze).
2.1.6 Eceng Gondok ( Eichornia Crassipes)
Eceng Gondok (Eichornia Crassispes) dikenal dengan gulma air
yang pertumbuhanya sulit dikendalikan. Eceng gondok ini tumbuh di
ketinggian antara 40 cm – 80 cm. Tumbuhan ini kaya akan unsur hara karena
memiliki batang yang panjang namun akarnya lebih pendek. Tanaman
eceng gondok ini memiliki memiliki kandungan Calsium (Ca), Natrium
(Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cupper (Cu), Kalium (K), Mangan
(Mn).
Eceng Gondok mengandung kadar air sekitar 90% berat dengan
tingkat reduksi berat dari 10 kg basah menjadi 1 kg kering. Dalam keadaan
kering eceng gondok mengandung protein kasar 13,03%, serat kasar 20,6%,
lemak 1,1%, abu 23,8%, dan sisanya berupa vortex yang mengandung
polisakarida dan mineral-mineral, sedangkan eceng gondok di Rawapening
mengandung 15,4% serat kasar ( BPPT Jakarta, 2008 ) dengan panjang rata-
rata serat 25-50 cm mengikuti panjang batangnya.
Dengan kandungan serat yang cukup besar, eceng gondok
berpotensi untuk dikembangkan dalam bidang komposit berbasis alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Salah satu aplikasinya adalah untuk pembuatan papan serat berkerapatan
sedang. Hal itu dikarenakan tanaman ini dinilai memiliki kualitas serat yang
ulet, kandungan serat cukup tinggi, bahan baku yang melimpah, murah dan
mudah didapat, serta tidak beracun. Selain itu, peningkatan kebutuhan eceng
gondok tidak akan mempengaruhi stabilitas pangan, sandang, dan papan
karena tidak berkedudukan sebagai komoditas primer masyarakat.
Di Indonesia, terdapat tiga jenis eceng gondok, yakni eceng gondok
sungai, eceng gondok rawa, dan eceng gondok kolam. Adapun ciri eceng
gondok yang terdapat di Pulau Jawa secara umum adalah :
Cirebon : pendek, tipis, lebih gelap warnanya. Jenis ini kurang bagus
jika digunakan untuk anyaman keranjang.
Jawa Timur : panjang, tipis, lebih terang warnanya. Jenis ini bagus
digunakan untuk peralatan yang warnanya terang, juga handicraft.
Semarang (Ambarawa) : agak panjang, tetapi tidak sepanjang dari
Jawa Timur, tebal, dan warnanya cukup variatif (tergantung dari
cuaca, dimana eceng gondok akan berwarna agak kegelapan pada
musim hujan).
Gambar 2.16 Tanaman Eceng gondok yang memenuhi perairan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Adapun bagian – bagian dari tanaman eceng gondok sebagai berikut:
Akar
Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang
berserabut, berfungsi sebagai pegangan atau jangkar tanaman.
Peranan akar sebagian besar untuk menyerap zat-zat yang diperlukan
tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang
mana di bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah.
Susunan akarnya dapat mengumpulkan lumpur atau partikel-partikel
yang terlarut dalam air.
Daun
Daun tergolong dalam mikrofita yang terletak di atas permukaan air,
yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara yang berfungsi
sebagai alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) eceng
gondok terdapat dalam sel epidermis, dipermukaan atas daun
dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun. Rongga udara
yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat
penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari
proses fotosintesis. Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan
untuk respirasi tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan CO2
yang akan terlepas ke dalam air.
Tangkai
Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di
dalamnya penuh dengan udara yang berperan untuk mengapungkan
tanaman di permukaan air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan
epidermis, kemudian di bagian bawahnya terdapat jaringan
pengangkat (xylem dan floem). Rongga - rongga udara dibatasi oleh
dinding penyekat berupa selaput tipis berwarna putih.
Bunga
Eceng gondok berbunga dengan warna mahkota lembayung muda,
berbunga majemuk dengan jumlah 6 – 35 berbentuk karangan bunga
bulir dengan putik tunggal (Pandey, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tanaman eceng gondok mempunyai beberapa manfaat dan kerugian
diantaranya:
1. Manfaat Eceng Gondok
Menurut Muhtar (dalam Anonim, 2008: 1-7) eceng gondok banyak
menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai
manfaat sebagai berikut :
Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar
oleh berbagai bahan kimia buatan industri.
Sebagai bahan penutup tanah, kompos dalam kegiatan pertanian
dan perkebunan.
Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium
sulfat, gas hidrogen, nitrogen dan metan yang diperoleh dengan
cara fermentasi.
Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang
merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman.
Sebagai bahan industri kertas papan buatan dan bahan karbon
aktif 15.
2. Kerugian
Kondisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng
gondok tidak terkendali diantaranya adalah :
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan
sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen
dalam air (DO : Dissolved Oxygens).
Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi
masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai
seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia dan
menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.1.7 Uji Tarik
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
(Askeland, 1985). Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data
kekuatan material. Pengujian tarik digunakan untuk mengukur ketahanan
suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Benda
yang diuji tarik diberi pembebanan pada kedua arah sumbunya. Pemberian
beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik dapat dilihat pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Pengujian Tarik
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan
pada material, dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengujian menghasilkan nilai yang
valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-
lain.
a. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar spesifikasi dari ASTM D638-02
tipe I. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari
terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan
terjadi di daerah gage length. Bentuk dan dimensi spesimen uji tarik dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Bentuk dan dimensi spesimen uji ASTM D 638-02
b. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam
daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak
valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak
dengan grip, agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan
bahan yang diuji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan
standar baku pengujian.
Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang
didapatkan dapat dilihat pada Gambar 2.19.
Table 2.1 Dimensi spesimen sesuai ASTM D638-02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 2.19 Kurva Tegangan-Regangan
(Sumber: http://www.infometrik.com/)
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur
rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan
cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang
benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan berikut ini :
𝜎 = 𝑃
𝐴0 (2.4)
Keterangan ; 𝜎 : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik
adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi
perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang
awal, seperti pada persamaan berikut ini :
𝜀 = 𝐿−𝐿0
𝐿0 (2.5)
Keterangan ; ε : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju
regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama
pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau
titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter
pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir
menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan
berbanding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada
pembebanan, daerah regangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila
beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai
yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi
plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai
modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan seperti pada persamaan
berikut ini :
𝐸 = 𝜎
𝑒 (2.6)
Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
2.1.8 Kerusakan Pada Komposit
Komposit juga dapat mengalami kegagalan atau kerusakan. Kegagalan
dalam komposit berkaitan dengan struktur laminasi dan pembebanan. Setiap
kegagalan pada bahan teknik diawali dengan munculnya titik retak,
kemudian dilanjutkan dengan perambatan atau pertumbuhan retak yang
berakhir dengan perpatahan pada bahan teknik. Menurut Nijssen (2015)
beberapa mekanisme kegagalan pada komposit adalah sebagai berikut:
a. Splitting
b. Delamination
c. Buckling
d. Fatigue
e. Impact damage
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
f. Creep and stress relaxation
Pada umumnya ada tiga pembebanan yang menyebabkan rusaknya
suatu bahan komposit, yaitu pembebanan tarik tekan dalam arah
longitudinal maupun transversal serta geser.
2.1.8.1 Kerusakan Akibat Beban Tarik Longitudinal
Pada komposit yang diberi beban (gaya tarik) secara sejajar dengan arah
longitudinal dari serat, kerusakan bermula dari serat-serat yang patah pada
penampang yang paling lemah. Semakin besar beban yang diberikan, maka
semakin banyak serat yang patah. Pada kebanyakan kasus, serat tidak patah
sekaligus secara bersamaan. Ada tiga kemungkinan jika serat yang patah
semakin banyak:
a. Jika matriks mampu menahan gaya geser dan meneruskan ke serat
sekitar, maka serat yang patah semakin banyak. Hal ini akan
menimbulkan retakan, dan pada akhirnya akan terjadi perpatahan.
Patahan yang terjadi disebut patah getas seperti pada Gambar 2.20 a.
b. Jika matriks tidak mampu menahan konsentrasi tegangan geser yang
terjadi di ujung, serat dapat terlepas dari matriks (debonding) dan
komposit akan rusak tegak lurus arah serat seperti pada Gambar 2.20 b.
c. Kombinasi dari dua tipe di atas, pada kasus ini terjadi di sembarang
tempat disertai dengan kerusakan matriks. Kerusakan yang terjadi
berupa patahan seperti sikat (brush type) seperti pada Gambar 2.20 c.
2.1.8.2 Kerusakan Akibat Beban Tarik Transversal
Ketika komposit diberi beban tarik melintang (transversal), serat di
dalam matriks menjadi sukar untuk menerima beban. Serat pada komposit
Gambar 2.20 Kerusakan Pada Komposit Akibat Beban Tarik
Longitudinal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang mengalami pembebanan tegak lurus arah serat, akan mengalami
konsentrasi tegangan pada interface antar serat dan matriks itu sendiri.
Bahan komposit yang mengalami beban transversal akan mengalami
kerusakan pada interface. Kerusakan transversal bisa terjadi pada komposit
dengan jenis serat acak yang lemah dalam arah melintang. Contoh
kerusakan pada komposit yang mengalami regangan di bawah pembebanan
transversal dapat dilihat pada Gambar 2.21.
Gambar 2.21 Kerusakan Komposit Akibat Beban Transversal
(Sumber: Gibson,1994)
2.1.8.3 Kerusakan Internal Mikroskopik
Struktur bahan teknik dianggap rusak jika terjadi kerusakan total.
Namun untuk kasus tertentu, deformasi yang sangat kecil pada struktur
bahan sudah dianggap sebagai kerusakan.
Komposit dapat mengalami kerusakan internal mikroskopik akibat
deformasi yang sangat kecil jauh sebelum kerusakan yang sebenarnya
terjadi (kerusakan makroskopik). Kerusakan mikroskopik yang terjadi pada
komposit dapat berupa:
a. Patah pada serat (fiber breaking)
b. Retak mikro pada matriks (matrix micro crack)
c. Serat terkelupas dari matriks (debonding)
d. Terlepasnya lamina satu dengan yang lainnya (delamination)
Dalam melihat kerusakan akibat internal mikroskopik harus digunakan
mikroskop dan foto mikro untuk menentukan jenis kerusakan yang terjadi.
Kerusakan tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung, maka akan sulit
dalam menentukan kapan dan dimana suatu komposit akan rusak. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
karena itu, suatu komposit dikatakan mengalami kerusakan apabila kurva
tegangan-regangan (didapat dari pengujian tarik) tidak lagi linear, atau
ketika bahan tersebut telah rusak total. Hal ini berlalu baik pada komposit
satu lapis (lamina) maupun laminate (komposit dengan beberapa lapisan).
2.1.9 Suara
Suara atau bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari gelombang
longitudinal yang merambat melalui suatu medium. Benda yang
menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Ada beberapa syarat agar bunyi
dapat terdengar antara lain: (Gabriel,2001)
a. Ada benda yang bergetar (sumber bunyi).
b. Ada medium yang merambatkan bunyi.
c. Ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.
Bunyi yang didengar manusia secara fisis dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu loudness (suara keras) yang berhubungan dengan energi pada
gelombang bunyi dan pitch (nada) yang diketahui dengan besaran frekuensi.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh manusia kira-kira dari 20
Hz hingga 20.000 Hz.
2.1.9.1 Akustik
Akustik adalah sesuatu yang terkait dengan bunyi atau suara, berkenaan
dengan indera pendengaran dan ruangan yang mempengaruhi bunyi.
Akustik yang baik merupakan unsur penunjang terhadap desain yang baik,
karena pengaruh akustik sangat luas. Akustik dapat menimbulkan efek-efek
fisik dan emosi dalam ruang sehingga seseorang akan mampu merasakan
kesan-kesan tertentu (Suptandar,1982). Dalam menciptakan suatu ruang
dengan karakteristik akustik tertentu diperlukan suatu material akustik.
Material akustik yang digunakan untuk mengendalikan kualitas akustik
pada umumnya memiliki sifat-sifat sebagai pemantul (reflektor), penyerap
(absorber), penyebar (diffuser) dan penginsulasi (insulator).
2.1.9.2 Peredam Suara
Peredam suara adalah alat yang berfungsi untuk meredam atau mengurangi
jumlah instensitas suara atau bunyi kebisingan yang terjadi. Peredam suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berhubungan dengan organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi. Sistem
peredam suara dalam sebuah ruangan merupakan keadaan sebuah ruang
yang mempengaruhi mutu bunyi yang terjadi di dalamnya. Peredam suara
pada ruang ini banyak dikaitkan dengan hal yang mendasar seperti
perubahan suara karena pantulan dan juga gangguan suara. Ketembusan
suara dari ruang lain. Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk
digunakan. Material-material tersebut biasanya digunakan untuk
memperjelas suara yang dihantarkan dalam ruang atau juga mengurangi
kejelasan suara yang timbul.
2.1.9.3 Uji Peredam Suara
Uji peredam suara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menguji kemampuan suatu material atau bahan dalam meredam suara.
Pada penelitian ini uji peredam suara dilakukan menggunakan kotak uji
berukuran panjang 80 cm, lebar 25 cm, dan tinggi 25 cm yang dapat dilihat
pada Gambar 2.22 dan Gambar 2.23. Pengunaan kotak uji ini bertujuan
sebagai pengganti ruangan. Sistem kerja dari uji peredam suara ini adalah
sumber suara yang berasal dari speaker, untuk membangkitkan suara
menggunakan amplifier yang dihubungkan ke audio frequency generator
yang dapat dilihat pada Gambar 2.24. Pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini untuk menguji suara dari komposit eceng gondok dengan
variasi fraksi volume. Komposit yang digunakan berfungsi sebagai sekat
pemisah antar ruang. Untuk pengujian redaman suara, digunakan alat
sound level meter. Penentuan kemampuan peredam suara suatu material
dalam penelitian ini menggunakan koefisien penyerapan bunyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 2.24 Skema sistem kerja uji redaman
Gambar 2.22 Kotak uji peredam suara dari pandangan atas
Gambar 2.23 Kotak uji peredam suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.1.9.4 Koefisien Penyerapan Bunyi
Koefisien penyerapan bunyi atau Noise Absorption Coefficient adalah
efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu.
Koefisien penyerapan bunyi disimbolkan dengan α. Nilai koefisien
penyerapan bunyi berada pada rentang nol hingga satu. Jika nilai
penyerapan bunyi adalah nol maka gelombang bunyi seluruhnya
dipantulkan, jika nilai penyerapan bunyi adalah satu maka gelomang bunyi
diserap seluruhnya. Nilai Koefisien penyerapan bunyi dapat ditentukan
dengan rumus:
𝛼 = 𝑛0−𝑛1
𝑛0 (2.7)
Keterangan:
α : Koefisien penyerapan bunyi
𝑛0 : Total intensitas bunyi yang datang mula-mula/tanpa sekat (dB)
𝑛1 : Intensitas bunyi setelah melewati sekat spesimen (dB)
Gambar 2.25 Standar kelas koefisien absorb
( Sumber : Astika dan Dwijana, 2016)
Penyerapan bunyi suatu permukaan (penyerapan permukaan) diukur
dalam sabins, sebelumnya disebut satuan jendela terbuka (open-window
units). Satu sabin menyatakan suatu permukaan seluas 1 ft2 (atau 1 m2) yang
mempunyai koefisien penyerapan α = 1,0. Penyerapan permukaan diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dengan mengalikan luas permukaan dalam ft2 (atau m2), dengan koefisien
penyerapan bunyinya. Berdasarkan standar ISO 11654:1997 tentang rating
koefisien absorbsi suara pada material untuk komponen bangunan,
didapatkan suatu acuan kelas koefisien absorbsi suara pada Gambar 2.25.
Standar kelas koefisien absorb adalah suatu kebiasaan standar untuk
membuat daftar nilai koefisien penyerapan bunyi pada wakil frekuensi
standar yang meliputi bagian yang paling penting dari jangkauan audio,
yaitu 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz atau 128, 256, 512,
1024, 2048, 4096 dan 8192 Hz.
2.2 TINJAUAN PUSTAKA
Kartikaratri dkk (2012) meneliti tentang Pembuatan Komposit Serat
Serabut Kelapa Dan Resin Fenol Formadehide Sebagai Material Peredam
Akustik. Dalam penelitiannya serabut kelapa diberi perlakuan alkali (NaOH)
2% selama 4 jam. Kemudian dilakukan pengujian menggunakan tabung
impedansi dua mikrofon (ISO 10534-2 dan ASTM E1050-08). Hasil uji
menunjukkan bahwa koefisen absorpsi pada sampel komposit sudah
memenuhi syarat material peredam (nilai α maksimum di atas 0.15). Dan
semua sampel memenuhi syarat pada frekuensi 752 Hz – 6400 Hz.
Fahmi dkk (2017) meneliti tentang Pengaruh Orientasi Serat Terhadap
Redaman Suara Komposit Berpenguat Serat Pinang. Dalam penelitiannya
fraksi volume antara serat pinang dan resin epoxy adalah 60%:40%. Orientasi
serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0º-0º, 0º-45º, 0º-90º dan
acak. Pengukuran koefisien absorpsi suara dilakukan menggunakan Tabung
Impedansi. Hasil penelitian menyatakan koefisien serap bunyi optimum
diperoleh pada orientasi serat 0º-90º dengan α = 0.98 pada frekuensi 1500 Hz.
Hal ini menunjukkan bahwa komposit serat pinang mampu menyerap bunyi
dengan baik (ISO 11654:1997).
Diharjo (2006) melakukan penelitian pengaruh perlakuan alkali
terhadap sifat Tarik komposit berpenguat serat rami yang berorientasi
kontinyu dengan matriks polyester. Serat rami diberikan perlakuan alkali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(NaOH) 5% dan dilakukan perendaman dengan variasi 0, 2, 4, dan 6 jam.
Komposit juga diberi perlakuan post cure pada suhu 62 °C selama empat jam
dan dibentuk sesuai standar ASTM D638 kemudian dilakukan pengujian
tarik. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan Tarik dan regangan dengan
harga optimum untuk perlakuan alkali dua jam, yaitu 190,27 Mpa dan 0,44%.
Komposit yang dikenai perlakuan selama enam jam memiliki kekuatan
terendah. Penampang patahan pada komposit perlakuan 0, 2, dan 4 jam
diklasifikasikan sebagai patahan slitting in multiple area dan perlakuan
selama enam jam mengalami patahan tunggal dan pada komposit tanpa diberi
perlakuan mengalami fiber pull out.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Skema Penelitian
Diagram alir proses jalannya penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pembelian dan pengumpulan
Bahan-bahan
Resin Serat Eceng Gondok Katalis Cetakan Kaca
Pembuatan Benda Uji :
1. Benda Uji Resin Polyester
2. Benda Uji komposit arah serat acak dengan variasi volume 20%, 25%
dan 30%.
Analisis Data
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Gambar 3.1 Skema alur penelitian
Mulai
Selesai
1. Uji Redaman
2. Uji Tarik
Lulus
Gagal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.2 Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, alat dan bahan untuk melakukan
pembuatan benda uji dipersiapkan terlebih dahulu, termasuk alat yang
digunakan untuk pengujian tarik dan redaman bunyi. Proses persiapan ini
dilakukan dengan membeli dan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
dari proses pembuatan sampai proses finishing, lalu mengukur seberapa
banyak bahan yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji.
3.2.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan komposit berserat eceng
gondok dapat dilihat pada gambar-gambar berikut:
1. Cetakan Kaca
Pada proses pembuatan komposit dibutuhkan cetakan kaca yang berfungsi
sebagai tempat untuk mencetak benda uji komposit. Cetakan kaca tersebut
berukuran 30 cm x 30 cm x 0,5 cm. Cetakan Kaca dapat dilihat pada Gambar
3.2.
Gambar 3.2 Cetakan kaca 30 cm x 30 cm x 0.5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Timbangan Digital
Timbangan digital ini berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk
menimbang berat serat. Timbangan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
3. Gelas Ukur 1000 ml
Pada pembuatan benda uji komposit dibutuhkan gelas ukur yang
berfungsi untuk dapat mengukur pengukuran jumlah resin agar sesuai
dengan perhitungan komposisi yang telah diditentukan. Gelas ukur dapat
dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Gelas ukur
Gambar 3.3 Timbangan digital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
4. Kuas
Kuas berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk membersihkan kaca
dari debu sebelum pencetakan komposit sehingga cetakan bersih dari
kotoran debu. Kuas dapat tersaji pada Gambar 3.5
5. Pipet
Pipet berfungsi sebagi alat yang digunakan untuk meneteskan
katalis ke dalam campuran resin agar sesuai dengan yang ditentukan.
Pipet tersaji pada Gambar 3.6.
Gambar 3.5 Kuas
Gambar 3.6 Pipet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
6. Gunting
Gunting berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk memotong
serat eceng gondok sesuai yang sudah ditentukan. Gunting dapat
dilihat pada Gambar 3.7.
7. Spatula
Spatula berfungsi sebagai alat yang digunkan untuk meratakan
resin pada cetakan setelah resin dituangkan kedalam cetakan. Spatula
dapat dilihat pada Gambar 3.8.
8. Jangka Sorong
Jangka Sorong pada penelitian ini berfungsi sebagai alat ukur
yang digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan ketebalan
Gambar 3.7 Gunting
Gambar 3.8 Spatula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
spesimen sebelum dan setelah spesimen dilakukan pengujian tarik.
Jangka Sorong dapat dilihat pada Gambar 3.9.
9. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan selama proses pembuatan komposit.
Sarung tangan dapat dilihat pada Gambar 3.10.
10. Gerinda Tangan
Gerinda tangan pada penelitian ini berfungsi sebagai alat yang
digunakan untuk memotong sepesimen komposit setelah komposit
dilepaskan dari cetakan. Spesimen yang dipotong ukurannya sesuai
Gambar 3.10 Sarung tangan
Gambar 3.9 Jangka Sorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dengan standar yang telah ditentukan. Mesin gerinda tangan dapat
dilihat pada Gambar 3.11.
11. Thinner
Thinner digunakan untuk membersihkan cetakan kaca dari resin sisa
yang masih menempel pada cetakan kaca agar cetakan siap digunakan
kembali. Thinner yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 thinner
Gambar 3.11 Gerinda tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.2.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk membuat komposit yang berpenguat serat
tumbuhan adalah sebagi berikut :
1. Serat Eceng Gondok
Serat yang dipakai pada komposit ini adalah serat eceng gondok
yang sudah dikeringkan dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Serat eceng gondok
2. Resin Polyester R-108
Resin yang digunakan sebagai matriks dalam komposit ini adalah
menggunkan resin polyester dengan tipe R-108. Resin dapat dilihat
pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Resin polyester R-108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3. Katalis
Katalis merupakan cairan yang digunakan pada saat proses
pencampuran bahan. Katalis berfungsi untuk mempercepat terjadinya
pengerasan terhadap campuran bahan yang telah dituangkan ke dalam
cetakan pada saat proses pencetakan benda uji komposit. Katalis pada
komposit ini menggunakan katalais jenis MEPOXE (Methyl Ethyl
Ketone Peroxide). Katalis dapat dilihat pada Gambar 3.15
4. Release Agent
Release agent adalah bahan tambahan yang berfungsi sebagai
pelicin agar mempermudah melepaskan benda uji komposit dari
cetakan kaca. Release agent dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.15 Katalis MEPOXE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH ini digunakan untuk proses perlakuan alkali pada serat alami.
NaOH yang digunakan adalah NaOH yang berbentuk kristal seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.17.
3.2.3 Alat Pendukung penelitian
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk mendukung dalam proses
penelitian dan spesimen adalah:
Gambar 3.16 Release agent (mirror glaze)
Gambar 3.17 Kristal NaOH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.2.3.1 Alat Uji Peredam Bunyi
Alat uji peredaman bunyi yang digunakan pada penelitian ini berupa box
yang dibentuk sedemikian rupa seperti pada Gambar 3.18. Di dalam box
tersebut, pada salah satu sisi ditempelkan sebuah speaker yang dirangkai
dengan menggunakan rangkaian listrik sederhana dengan prinsip
amplifier dan disambungkan dengan Audio Frequency Generator (AFG)
untuk mengatur frequensi keluarannya. Di sisi dalam box yang lain
dibiarkan kosong begitu saja untuk menaruh Sound Level Meter yang
berfungsi sebagai pembaca data. Berikut merupakan bagian-bagian dari
alat pendukung dalam pengujian peredaman bunyi:
a. Rangkaian Amplifier
Amplifier adalah penguat akhir bagian sistem tata suara yang
berfungsi sebagai penguat sinyal audio yang pada dasarnya
merupakan penguat tegangan dan arus dari sinyal audio yang
bertujuan untuk menggerakan pengeras suara (loud speaker).
Amplifier dapat dilihat pada gambar 3.19.
Gambar 3.18 Skema Alat Uji Peredam Bunyi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Audio Frequency Generator (AFG)
Audio Frequency Generator merupakan alat yang memiliki fungsi
untuk membangkitkan sinyal ataupun gelombang listrik. Audio
Frequency Generator dapat dilihat pada gambar 3.20.
c. Multimeter
Multimeter digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur
temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Multimeter dapat
dilihat pada gambar 3.21.
Gambar 3.19 Rangkaian Amplifier
Gambar 3.20 Audio Frequency Generator (AFG)
Gambar 3.21 Multimeter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d. Sound Level Meter
Sound level meter digunakan untuk mengukur kebisingan, suara
yang tak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit
ditelinga. Sound level meter dapat dilihat pada Gambar 3.22.
Gambar 3.22 Sound Level Meter
e. Speaker
Speaker berfungsi sebagai alat untuk mengubah gelombang listrik
yang mulanya dari perangkat penguat audio/suara menjadi
gelombang getaran yaitu berupa suara itu sendiri. Speaker dapat
dilihat pada gambar 3.23.
3.2.3.2 Alat Uji Tarik
Mesin Uji Tarik GOTECH KT-7010A2 TAIWAN,R.O.C, milik
Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.
Gambar 3.23 Speaker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Mesin ini digunakan untuk pengambilan data uji tarik. Mesin uji tarik
dapat dilihat pada Gambar 3.24.
Gambar 3.24 Alat Uji Tarik
3.2.4 Peredaman serat dengan NaOH
Peredaman serat dilakukan dengan NaOH 5% selama 2 jam.
Tujuan dari proses peredaman ini untuk menghingkan unsur-unsur yang
terdapat pada serat tersebut seperti minyak, kotoran, unsur warna, dan lain-
lain. Setelah itu, serat tersebut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di
tempat yang memiliki intensitas paparan matahari yang tidak terlalu banyak.
3.2.5 Perhitungan Komposisi Komposit
Komposisi pembuatan komposit yang dibuat dalam penelitian ini
menggunakan variasi volume serat yaitu 20%, 25%, dan 30% sehingga
volume campuran resin dan katalis yang digunakan adalah 80%, 75%, serta
70% dengan campuran katalis 1%. Perhitungan komposisi komposit ini
berdasarkan perhitungan volume total dari cetakan. Berikut ini adalah
perhitungan yang dilakukan:
Diketahui ukuran cetakan yang digunakan untuk membuat spesimen
uji Tarik adalah 30 cm x 30 cm x 0,5 cm.
1. Menghitung Volume cetakan
Diasumsikan bahwa
Vcetak = Vkomposit (3.1)
Sehingga diperoleh volume kompositnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Vcetak = 30 cm x 30 cm x 0.5 cm
= 450 cm3
2. Menghitung Massa Jenis Serat
Perhitungan massa jenis serat dilakukan dengan pendekatan membagi
massa serat dengan volume (balok) serat, dengan asumsi:
Massa jenis serat (g/cm3) = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑐𝑚3) (3.2)
Untuk mencari massa jenis serat eceng gondok yang digunakan
didapatkan table karakteristik serat eceng gondok seperti dibawah ini.
Table 3.1 Karakteristik serat eceng gondok
3. Menghitung Volume Serat
Vf = 20% x Vcetak
= 20% x 450 cm3
= 90 cm3
Untuk jumlah serat 25%, Vf=112,5 cm3 dan untuk jumlah 30%,
Vf=135cm3.
4. Massa Serat
Massa jenis serat didapat dari perkalian antara volume serat dengan
massa jenis serat. Massa jenis serat = 0,25 gr/cm3, sehingga massa filler
tiap fraksi volume adalah sebagai berikut:
Mf = ρf x Vf
= 0,25 gr/cm3 x 90 cm3
= 22,5 gr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Untuk fraksi volume filler 25%, Mf = 28,125 gr dan untuk fraksi volume
filler 30%, Mf = 33,75 gr.
5. Menghitung Volume Resin + Katalis
Vm = 80% x Vcetak
= 80% x 450 cm3
= 360 cm3 = 360 ml.
Untuk jumlah volume resin 75%, Vm = 337,5cm3 dan untuk jumlah 70%,
Vm = 315 cm3.
6. Menghitung Volume Katalis
Volume katalis (Vkatalis) = n% x Vm
= 1% x 360
= 3,6 cm3
Untuk jumlah campuran 75%, Vkatalis = 3,375 cm3 dan untuk jumlah
70%, Vkatalis = 3,15cm3.
7. Menghitung Volume Resin
Volume Resin = 360-3,6
= 356,4 cm3
Untuk jumlah volume resin 75%, VR = 334,125cm3 dan untuk jumlah
70%, VR = 311,85cm3.
3.2.6 Pembuatan Benda Uji
Proses pembuatan komposit dengan serat eceng gondok ini
menggunakan metode hand lay up dengan standar ASTM D638 tipe I.
Dibutuhkan benda uji sebanyak lima buah pada setiap variasi fraksi volume
serat acak yaitu, komposit tanpa serat, komposit dengan arah serat acak
volume 20%, arah serat acak volume 25%, arah serat acak 30%, sehingga
jumlah benda uji keseluruhan adalah 20 benda uji. Dibawah ini merupakan
langkah-langkah yang digunakan untuk membuat komposit serat eceng
gondok :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
1. Batang eceng gondok yang sudah dikeringkan kemudian diserut
menggunakan sikat kawat agar didapatkan seratnya.
2. Serat eceng gondok direndam dengan larutan NaOH 5% selama 2 jam.
3. Serat eceng gondok yang sudah direndam dengan larutan NaOH 5%
selama 2 jam, dipotong sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan.
Panjang potongan serat yaitu sekitar 1 cm.
4. Release agent (silikon) diratakan pada permukaan cetakan yang sudah
dibersihkan, guna mempermudah pelepasan hasil cetak komposit.
5. Sesuai dengan perhitungan fraksi volume matriks, resin dan katalis
dipersiapkan dalam gelas plastik. Kedua bahan diaduk hingga merata.
6. Potongan eceng gondok yang sudah dipersiapkan dimasukkan ke dalam
campuran resin dan katalis dalam gelas lalu diaduk agar tercampur
dengan baik.
7. Campuran resin dan filler dituang ke cetakan yang sudah dipersiapkan.
Bagian hasil tuang yang menggumpal diratakan dengan menggunakan
spatula lalu ditutup.
8. Diamkan komposit hingga benar-benar kering.
9. Komposit yang sudah kering dilepas dari cetakan.
10. Hasil cetakan komposit dipotong sesuai ukuran specimen:
a. Untuk specimen peredaman bunyi sesuai dengan luas penampang
dalam alat uji. Luas penampang bagian dalam alat uji peredaman
bunyi adalah 23 cm x 22,5 cm.
b. Untuk spesimen uji Tarik sesuai dengan standar ASTM D638 tipe 1.
3.2.7 Proses Pembuatan Alat Uji Peredam Suara
Proses dari pengujian redaman suara terlebih dahulu dilakukan
pembuatan kotak sebagai media ruang yang digunakan untuk melakukan
pengujian. Kotak yang digunakan terbuat dari papan triplex yang dibentuk
menyerupai bangun ruang balok dengan ukuran Panjang 80cm lebar 25cm
dan tinggi 25cm. berikut langkah-langkah pembuatan alat uji redaman
suara:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Pemotongan kayu yang digunakan sebagai rangka dari kotak uji dan
pemotongan papan triplex sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan.
b. Pembuatan rangka kotak uji sehingga terbentuk seperti bangun ruang
balok kemudian dilakukan pemasangan papan triplex yang digunakan
sebagai dinding penutup untuk tiap-tiap sisi balok.
c. Pemasangan karpet pada bagian dalam kotak uji.
d. Pemasangan komponen-komponen seperti: amplifier yang
disambungkan ke speaker untuk pembangkit sumber suara.
e. Penggunaan AFG (Audio Frequency Generator) dan multimeter untuk
menentukan frekuensi yang dilakukan pada penelitian ini.
f. Penggunaan Sound Level Meter untuk mengukur suara yang dihasilkan
(dalam satuan dB)
g. Pengujian tanpa sekat spesimen komposit pada frekuensi 100Hz, 250Hz,
500Hz, 750Hz, 1000Hz, 1250Hz, 1500Hz, 2000Hz, 2500Hz, 3000Hz,
3500Hz, 4000Hz, 4500Hz, 5000Hz, 5500Hz, 6000Hz, 6500Hz dan
7000Hz.
h. Pemasangan spesimen komposit sesuai variasi fraksi volume pada kotak
uji dan dilakukan pengujian pada frekuensi yang sama seperti tanpa
sekat spesimen komposit.
i. Pengujian redaman suara.
3.2.8 Dimensi Benda Uji
3.2.8.1 Benda Uji Peredam Bunyi
Dalam pengujian peredaman bunyi kali ini, ukuran benda uji
menggunakan luas penampang melintang bagian dalam alat uji peredam
bunyi. Luas penampang tersebut adalah 23cm x 22,5cm.
3.2.8.2 Benda Uji Tarik
Pengujian Tarik yang dilakukan dalam penelitian kali ini menggunakan
ukuran specimen yang sesuai dengan standar pengujian tarik yang ada.
Standar pengujian tarik yang digunakan adalah ASTM D638-02 tipe I.
Pengujian tarik ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Logam, Universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Sanata Dharma. Ukuran dimensi spesimen dapat dilihat pada Gambar
3.25.
3.2.9 Proses Pengujian
Pada pengujian kali ini, akan dilakukan dua macam jenis pengujian.
Pengujian yang pertama adalah pengujian peredaman bunyi. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat peredaman bunyi dari komposit serat
eceng gondok yang dibuat. Disamping itu, diperlukan pula pengujian yang
meneliti kekuatan fisik dari komposit serat eceng gondok tersebut.
Pengujian tersebut adalah uji tarik. Berikut ini merupakan langkah-langkah
yang dilakukan:
3.2.9.1 Uji Peredaman Bunyi
a. Spesimen uji komposit dan seluruh perangkat alat pengujian
peredaman bunyi disiapkan.
b. Kotak ruang pengujian peredaman bunyi tertutup.
c. AFG dinyalakan dan frequensi keluaran speaker diatur sesuai variasi
yang telah ditentukan. Variasi frequensi yang digunakan adalah
100Hz, 250Hz, 500Hz, 750Hz, 1000Hz, 1250Hz, 1500Hz, 1750Hz,
2000Hz, 2500Hz, 3000Hz, 3500Hz, 4000Hz 4500Hz, 5000Hz,
5500Hz, 6000Hz, 6500Hz dan 7000Hz.
d. SLM pada bagian dalam box yang berseberangan dengan speaker
dalam keadaan menyala.
Gambar 3.25 Uji ASTM D638-02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
e. Pembacaan dan pencatatan data dengan mengamati nilai yang
ditampilkan pada layar SLM melalui celah tutup box. Pembacaan
data dilakukan pada saat nilai yang ditampilkan sudah cukup stabil
dan dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan data.
f. Langkah (d) dan (c) diulang hingga seluruh variasi frekuensi
tercatat.
g. Setelah data tanpa sekat didapat, AFG dimatikan dan dilanjutkan
dengan pengujian peredaman bunyi specimen komposit.
h. Buka tutup box dan pasang specimen komposit yang akan diteliti.
Setelah specimen terpasang rapi, box ditutup kembali.
i. Langkah (c), (d), (e) dan (f) diulang pada variasi spesimen yang
dibuat.
j. Setelah semua data didapat, AFG dimatikan.
3.2.9.2 Uji Tarik
a. Spesimen uji tarik komposit yang sudah dibuat disiapkan.
b. Kertas millimeter blok diletakkan pada meja printer.
c. Mesin dinyalakan dan benda uji diletakkan pada grip.
d. Grip dikencangkan, akan tetapi jangan terlalu keras agar tidak
merusak benda uji.
e. Pemasangan extensometer pada benda uji dan nilai elongasinya
diatur menjadi nol.
f. Nilai beban diatur menjadi nol.
g. Kecepatan uji diatur, tombol start ditekan.
h. Setelah data dari pengujian tarik didapatkan, proses pengujian tarik
diulang untuk benda uji komposit selanjutnya sampai selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Benda uji dilakukan dua pengujian yaitu uji redaman dan uji tarik. Pengujian
peredaman suara dilakukan di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Teknik Elektro
dan pengujian tarik dilakukan di Laboratorium Ilmu Logam Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma. Dari pengujian peredaman suara didapatkan hasil
perbedaan koefisien penyerapan bunyi (NAC) dengan simbol α pada benda uji
redaman setiap variasi fraksi volume yang digunakan. Dari pengujian tarik
didapatkan data yang kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh
tegangan, regangan dan modulus elastisitas dari benda uji setiap variasi untuk
mengetahui karakteristik tiap jenis fraksi volume yang digunakan. Hasil data yang
diperoleh selanjutnya ditampilkan dalam bentuk table dan grafik.
4.2 Pengujian Peredam Suara
Pengujian peredam suara dilakukan pada benda uji komposit serat eceng
gondok dengan variasi fraksi volume yang digunakan, yaitu 20%, 25% dan 30%
dengan orientasi serat di susun secara acak. Benda uji redam dibuat sesuai dengan
dimensi 22.5cm x 23cm x 0.5cm yang kemudian diletakkan pada bagian tengah
kotak sebagai replica sekat antar dua ruangan antara sumber bunyi dan penangkap
bunyi. Pembacaan data dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
spesimen. Hasil dari pengujian peredaman bunyi ini berupa data intensitas bunyi
yang dibaca dengan SLM, data tersebut bersatuan decibel (dB). Sesudah
mendapatkan data penyerapan suara sebelum dan setelah pemasangan sekat
komposit, maka nilai koefisien penyerapan bunyi dapat dihitung menggunakan
rumus (contoh perhitungan pada frekuensi 100Hz):
α = 𝑛0−𝑛1
𝑛0
α = 69,10 𝑑𝐵−47,10 𝑑𝐵
69,10 𝑑𝐵
α = 0,318
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Koefisien penyerapan bunyi pada frekuensi 100Hz untuk spesimen komposit
variasi fraksi volume tanpa filler adalah 0,318.
4.2.1 Hasil Pengujian Redaman Bunyi
Data hasil pengujian intensitas bunyi tanpa sekat komposit dengan filler
eceng gondok disajikan dalam Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi Tanpa Sekat Komposit
Variasi Frekuensi
(Hz)
Hasil Percobaan (dB) Rerata
Intensitas
(dB) I II III
100 69,1 69 69,2 69,10
250 70,8 70,7 70,9 70,80
500 71,1 71,2 71,3 71,20
750 71,5 71,4 71,7 71,53
1000 72,6 72,7 72,6 72,63
1250 73,1 73,4 73,2 73,23
1500 75,8 75,7 75,9 75,80
1750 78,3 78,2 78,1 78,20
2000 80 79,9 79,8 79,90
2500 81,9 81,8 81,7 81,80
3000 83,2 83,4 83,3 83,30
3500 85,5 85,6 85,7 85,60
4000 81,4 81,7 81,6 81,57
4500 80,7 80,5 80,6 80,60
5000 79,5 79,4 79,3 79,40
5500 76,5 76,2 76,3 76,33
6000 75,1 75,3 75,4 75,27
6500 74 74,2 74,3 74,17
7000 73 73,1 73,2 73,10
Data hasil pengujian redaman suara komposit dengan filler eceng gondok
untuk setiap variasi fraksi volume filler 0%, 20%, 25%, dan 30% disajikan dalam
Tabel 4.2-4.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi Pada Spesimen Komposit Tanpa Filler
Variasi
Frekuensi (Hz)
Hasil Percobaan (dB) Rerata
Intensitas
(dB) I II III
100 47 47,1 47,2 47,10
250 49,2 49,1 49,3 49,20
500 49,5 49,4 49,6 49,50
750 49,9 49,7 49,6 49,73
1000 53,4 53,6 53,5 53,50
1250 54 54,2 54,1 54,10
1500 55,6 55,4 55,3 55,43
1750 56,6 56,7 56,6 56,63
2000 56,9 56,8 56,7 56,80
2500 57,3 57,1 57,5 57,30
3000 57,4 57,7 57,5 57,53
3500 54,4 54,6 54,7 54,57
4000 54,9 54,8 54,8 54,83
4500 56,1 56,4 56,3 56,27
5000 55,8 55,7 55,6 55,70
5500 55 55,1 55,2 55,10
6000 53,4 53,3 53,5 53,40
6500 53,1 53 53,2 53,10
7000 52,5 52,4 52 52,30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi pada Spesimen Komposit dengan
Fraksi Volume Filler 20%
Variasi
Frekuensi (Hz)
Hasil Percobaan (dB) Rerata
Intensitas
(dB) I II III
100 43,3 43,6 43,5 43,47
250 44,1 44,4 44,3 44,27
500 47,1 47,2 47,3 47,20
750 49 49,2 49,3 49,17
1000 50,1 50,3 50,5 50,30
1250 52,7 52,8 52,6 52,70
1500 56,2 56,1 56 56,10
1750 55,4 55,2 55,5 55,37
2000 56,1 56,2 56 56,10
2500 56,4 56,3 56,6 56,43
3000 57,2 57,3 57,1 57,20
3500 55,1 55 55,2 55,10
4000 53,5 53,4 53,2 53,37
4500 53,1 53 53,2 53,10
5000 52,8 52,7 52,6 52,70
5500 52,1 52,2 52 52,10
6000 51,7 51,8 51,6 51,70
6500 51,4 51,3 51,2 51,30
7000 49,5 49,4 49,7 49,53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi pada Spesimen Komposit dengan
Fraksi Volume Filler 25%
Variasi
Frekuensi (Hz)
Hasil Percobaan (dB) Rerata
Intensitas
(dB) I II III
100 42,7 42,6 42,5 42,60
250 43,9 43,7 43,8 43,80
500 46 46,3 46,2 46,17
750 47,9 47,8 47,9 47,87
1000 50 50,1 50,3 50,13
1250 54,7 54,5 54,6 54,60
1500 55,5 55,3 55 55,27
1750 55,7 55,6 55,5 55,60
2000 56,3 56,1 56 56,13
2500 57,5 57,6 57,7 57,60
3000 56 56,4 56,5 56,30
3500 54 54,3 54,2 54,17
4000 52,1 52 52,2 52,10
4500 52 52,1 52 52,03
5000 51,9 51,8 51,7 51,80
5500 51,3 51,2 51,1 51,20
6000 50,8 50,9 50,6 50,77
6500 50,1 50,2 50 50,10
7000 49,2 49,1 49 49,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Intensitas Bunyi pada Spesimen Komposit dengan
Fraksi Volume Filler 30%
Variasi
Frekuensi (Hz)
Hasil Percobaan (dB) Rerata
Intensitas
(dB) I II III
100 45,6 45,5 45,4 45,50
250 49 49,3 49,4 49,23
500 50,3 50,5 50,2 50,33
750 50,6 50,8 50,7 50,70
1000 51,2 51,7 51,6 51,50
1250 52,3 52,4 52,2 52,30
1500 53,7 53,6 53,5 53,60
1750 54,1 54,2 54,1 54,13
2000 55,4 55,5 55,3 55,40
2500 56,1 56,2 56 56,10
3000 56,7 56,8 56,4 56,63
3500 56,9 56,6 56,7 56,73
4000 54,1 54 54,2 54,10
4500 53,9 53,8 53,7 53,80
5000 53,6 53,4 53,2 53,40
5500 53,1 53 53,1 53,07
6000 52,9 52,8 52,5 52,73
6500 51,5 51,4 51 51,30
7000 48,8 48,9 48,7 48,80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 4.6 Nilai Noise Absorption Coefficient (NAC) pada Setiap Variasi
Spesimen Komposit
Varia
si
Frek.
(Hz)
Rerata
Intensitas
Tanpa
Sekat
(dB)
Rerata Intensitas bunyi setiap Variasi
Fraksi Volume (dB)
Noise Absorption Coefficient (NAC)
Setiap Variasi Fraksi Volume
Spesim
en 0%
Spesime
n 20%
Spesime
n 25%
Spesim
en 30%
Spesim
en 0%
Spesime
n 20%
Spesim
en 25%
Spesim
en 30%
100 69,10 47,10 43,47 42,60 45,50 0,318 0,371 0,384 0,342
250 70,80 49,20 44,27 43,80 49,23 0,305 0,375 0,381 0,305
500 71,20 49,50 47,20 46,17 50,33 0,305 0,337 0,352 0,293
750 71,53 49,73 49,17 47,87 50,70 0,305 0,313 0,331 0,291
1000 72,63 53,50 50,30 50,13 51,50 0,263 0,307 0,310 0,291
1250 73,23 54,10 52,70 54,60 52,30 0,261 0,280 0,254 0,286
1500 75,80 55,43 56,10 55,27 53,60 0,269 0,260 0,271 0,293
1750 78,20 56,63 55,37 55,60 54,13 0,276 0,292 0,289 0,308
2000 79,90 56,80 56,10 56,13 55,40 0,289 0,298 0,297 0,307
2500 81,80 57,30 56,43 57,60 56,10 0,300 0,310 0,296 0,314
3000 83,30 57,53 57,20 56,30 56,63 0,309 0,313 0,324 0,320
3500 85,60 54,57 55,10 54,17 56,73 0,363 0,356 0,367 0,337
4000 81,57 54,83 53,37 52,10 54,10 0,328 0,346 0,361 0,337
4500 80,60 56,27 53,10 52,03 53,80 0,302 0,341 0,354 0,333
5000 79,40 55,70 52,70 51,80 53,40 0,298 0,336 0,348 0,327
5500 76,33 55,10 52,10 51,20 53,07 0,278 0,317 0,329 0,305
6000 75,27 53,40 51,70 50,77 52,73 0,291 0,313 0,326 0,299
6500 74,17 53,10 51,30 50,10 51,30 0,284 0,308 0,324 0,308
7000 73,10 52,30 49,53 49,10 48,80 0,285 0,322 0,328 0,332
Dari Tabel 4.6 dapat dibuat grafik hubungan antara Noise Absorption
Coefficient (NAC) dengan pertambahan frekuensi, yang disajikan pada Gambar 4.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Anatara NAC dengan Pertambahan Frekuensi
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Intensitas Bunyi dengan Frekuensi
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0
NO
ISE
AB
SO
RP
TIO
N C
OE
FF
ICIE
NT
FREKUENSI
Spesimen 0%
Spesimen 20%
Spesimen 25%
Spesimen 30%
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0
INT
EN
SIT
AS
B
UN
YI
FREKUENSI
Tanpa Sekat
Spesimen 0%
Spesimen 20%
Spesimen 25%
Spesimen 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.2.2 Pembahasan Pengujian Redaman Bunyi
Pembahasan data Noice Absorption Coefficient (NAC) yang
didapat, penambahan eceng gondok pada resin polyester sehingga terbentuk
komposit Filler eceng gondok yang dapat meningkatkan kemampuan
redaman bunyi dari material tersebut. Bahan resin dan komposit berpenguat
eceng gondok memiliki kemampuan dapat meredam bunyi dengan nilai
α>0,3. Namun, kemampuan redaman bunyi bahan resin memiliki nilai lebih
rendah daripada bahan komposit. Di samping itu, ada pula spesimen yang
memiliki nilai α yang kurang dari standar, yaitu pada spesimen bahan resin
dengan frekuensi 1000 Hz, 1250 Hz, 1500 Hz, 1750 Hz, 2000 Hz, 5000Hz,
5500 Hz, 6000 Hz, 6500 Hz dan 700 Hz, pada spesimen komposit 20%
dengan frekuensi 1250 Hz, 1500 Hz, 1750 Hz dan 2000 Hz, pada spesimen
komposit 25% dengan frekuensi 1250 Hz, 1500 Hz, 1750Hz, 2000 Hz dan
2500 Hz, pada spesimen komposit 30% dengan frekuensi 500 Hz, 750 Hz,
1000 Hz, 1250 Hz, 1500 Hz dan 6000 Hz.
Dari data hasil pengujian, dapat pula diketahui bahwa semua variasi
spesimen redaman bunyi yang dibuat memiliki karakteristik redaman yang
cukup identik. Dapat ditunjukkan dengan bentuk grafik hubungan antara
NAC dengan pertambahan frekuensi. NAC dengan nilai tertinggi dari
keempat spesimen yang diuji dimiliki oleh spesimen dengan fraksi volume
filler 25% pada frekuensi 100 Hz, yaitu α = 0,384. Sedangkan, nilai NAC
terendah dari keempat spesimen yang diuji dimiliki oleh spesimen dengan
fraksi volume filler 25% pada frekuensi 1250 Hz, yaitu α = 0,254.
Berdasarkan uraian tersebut spesimen dengan fraksi volume filler
sebesar 25% dapat dikatakan memiliki kemampuan yang lebih baik tetapi
juga mempunyai kelemahan pada saat frekuensi 1250 Hz dibandingkan
dengan spesimen dengan fraksi volume filler 20% dan 30%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4.3 Pengujian Tarik
Pengujian Tarik dilakukan pada specimen bahan resin dan omposit
filler eceng gondok dengan fraksi volume sebesar 20%, 25% dan 30%
dengan orientasi serat disusun secara acak. Hasil pengujian didapatkan prin
out grafik hubungan antara beban dengan pertambahan panjang serta data
berupa beban dan pertambahan Panjang setiap satuan waktu yang telah
ditentukan. Dari data tersebut dapat dihitung nilai tegangan dan regangan
dari spesimen komposit dari setiap fraksi volume. Langkah-langkah
perhitungannya sebagai berikut.
1. Spesimen komposit dibentuk sesuai dengan standar ASTM D638 tipe 1.
2. Spesimen bahan resin dan komposit dengan variasi fraksi volume diuji
tarik.
3. Nilai beban dan pertambahan panjang digunakan untuk mencari
kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dari setiap spesimen
dengan menggunakan rumus ( contoh data spesimen V20%-1) sebagai
berikut:
𝜎𝑢 = 𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐴0
= 46,70
66,95
= 0,697 kg/𝑚𝑚2
= 6,84 MPa
ɛ = 𝛥𝐿
𝐿0
= 0,10
57
= 0,00175
E = 𝜎
ɛ
= 6,84
0,00175
= 3,9004 GPa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.3.1 Hasil Pengujian Tarik
Data hasil pengujian Tarik pada specimen bahan resin disajikan dalam
Tabel 4.7- 4.9.
Tabel 4.7 Dimensi Spesimen Bahan Resin Yukalac R-108
Dimensi Spesimen Resin
Spesimen Lebar (mm) Tebal(mm) A0(mm2 )
RES-01 12,15 4,90 59,54
RES-02 13,15 4,85 63,78
RES-03 12,50 5,00 62,50
RES-04 12,75 4,90 62,48
RES-05 12,75 5,00 63,75
Tabel 4.8 Kekuatan Tarik dan Regangan Resin Yukalac R-108
Spesimen A0
(mm2)
L0
(mm)
Beban
(kg) Elongasi (mm)
Kekuatan
Tarik (MPa) Regangan
RES-01 59,54 57 326,3 1,50 53,77 0,02632
RES-02 63,78 57 334,6 1,85 51,47 0,03246
RES-03 62,50 57 323,3 1,70 50,75 0,02982
RES-04 62,48 57 342,1 1,90 53,72 0,03333
RES-05 63,75 57 342,9 1,50 52,77 0,02632
Rata-rata 52,49 0,02965
Tabel 4.9 Modulus Elastisitas Resin Yukalac R-108
Spesimen Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan
Modulus Elastisitas
(GPa)
RES-01 53,77 0,02632 2,0431
RES-02 51,47 0,03246 1,5857
RES-03 50,75 0,02982 1,7015
RES-04 53,72 0,03333 1,6115
RES-05 52,77 0,02632 2,0051
Rata-rata 1,7894
Data hasil pengujian tarik komposit dengan filler eceng gondok untuk tiap variasi
fraksi volume filler 20%, 25% dan 30% disajikan dalam Tabel 4.10 – 4.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 4.10 Dimensi Spesimen Komposit dengan Filler Eceng Gondok 20%
Dimensi Spesimen Komposit
Spesimen Lebar (mm) Tebal(mm) A0 (mm2 )
V20%-01 13,00 5,15 66,95
V20%-02 13,10 5,25 68,78
V20%-03 12,60 5,25 66,15
V20%-04 12,25 5,15 63,09
V20%-05 13,30 5,20 69,16
Tabel 4.11 Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit dengan Filler Eceng Gondok
20%
Spesimen A0
(mm2)
L0
(mm)
Beban
(kg)
Elongasi
(mm)
Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan
V20%-01 66,95 57 46,7 0,1 6,84 0,00175
V20%-02 68,78 57 49,1 0,25 7,00 0,00439
V20%-03 66,15 57 67,7 0,4 10,04 0,00702
V20%-04 63,09 57 74,8 0,35 11,63 0,00614
V20%-05 69,16 57 70,6 0,4 10,01 0,00702
Rata-rata 9,11 0,00526
Tabel 4.12 Modulus Elastisitas Komposit dengan Filler Eceng Gondok 20%
Spesimen Kekuatan Tarik (MPa) Regangan Modulus Elastisitas
(GPa)
V20%-01 6,84 0,00175 3,9004
V20%-02 7,00 0,00439 1,5968
V20%-03 10,04 0,00702 1,4307
V20%-04 11,63 0,00614 1,8942
V20%-05 10,01 0,00702 1,4270
Rata-rata 2,0498
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.13 Dimensi Spesimen Komposit dengan Filler Eceng Gondok 25%
Dimensi Spesimen Komposit
Spesimen Lebar (mm) Tebal(mm) A0(mm2 )
V25%-01 13,15 5,15 67,72
V25%-02 13,25 5,25 69,56
V25%-03 13,00 5,20 67,60
V25%-04 13,00 5,25 68,25
V25%-05 13,20 5,25 69,30
Tabel 4.14 Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit dengan Filler Eceng Gondok
25%
Tabel 4.15 Modulus Elastisitas Komposit dengan Filler Eceng Gondok 25%
Spesimen Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan
Modulus Elastisitas
(GPa)
V25%-01 9,17 0,00526 1,7422
V25%-02 9,11 0,00351 2,5964
V25%-03 9,72 0,01053 0,9237
V25%-04 9,72 0,00614 1,5824
V25%-05 9,75 0,00702 1,3899
Rata-rata 1,6469
Spesimen A0
(mm2) L0
Beban
(kg) Elongasi (mm)
Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan
V25%-01 67,72 57 63,3 0,3 9,17 0,00526
V25%-02 69,56 57 64,6 0,2 9,11 0,00351
V25%-03 67,60 57 67 0,6 9,72 0,01053
V25%-04 68,25 57 67,6 0,35 9,72 0,00614
V25%-05 69,30 57 68,9 0,4 9,75 0,00702
Rata-rata 9,49 0,00649
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4.16 Dimensi Spesimen Komposit dengan Filler Eceng Gondok 30%
Dimensi Spesimen Komposit
Spesimen Lebar (mm) Tebal(mm) A0(mm2 )
V30%-01 13,25 5,20 68,90
V30%-02 13,25 5,25 69,56
V30%-03 13,75 5,25 72,19
V30%-04 13,00 5,25 68,25
V30%-05 13,25 5,25 69,56
Tabel 4.17 Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit dengan Filler Eceng Gondok
30%
Spesimen A0
(mm2) L0
Beban
(kg) Elongasi (mm)
Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan
V30%-01 68,90 57 8,6 0,1 1,22 0,00175
V30%-02 69,56 57 6,3 0,8 0,89 0,01404
V30%-03 72,19 57 7,9 0,35 1,07 0,00614
V30%-04 68,25 57 6,5 0,35 0,93 0,00614
V30%-05 69,56 57 8,7 0,2 1,23 0,00351
Rata-rata 1,07 0,00632
Tabel 4.18 Modulus Elastisitas Komposit dengan Filler Eceng Gondok 30%
Spesimen Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan
Modulus Elastisitas
(GPa)
V30%-01 1,22 0,00175 0,6979
V30%-02 0,89 0,01404 0,0633
V30%-03 1,07 0,00614 0,1748
V30%-04 0,93 0,00614 0,1522
V30%-05 1,23 0,00351 0,3497
Rata-rata 0,2876
Berdasarkan data yang telah diolah, dapat dibuat grafik dengan nilai kekuatan
Tarik, regangan dan modulus elastisitas dari spesimen resin yukalac R-108 seperti
ditampilkan pada Gambar 4.3 – 4.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.3 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Resin Yukalac R-108
Gambar 4.4 Grafik Nilai Regangan Resin Yulakac R-108
0
10
20
30
40
50
60
RES-01 RES-02 RES-03 RES-04 RES-05 Rata-rata
Teg
an
gan
(M
pa)
Spesimen
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
RES-01 RES-02 RES-03 RES-04 RES-05 Rata-rata
Reg
an
gan
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4.5 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Resin Yukalac R-108
Berdasarkan data yang telah diolah, dapat dibuat grafik nilai kekuatan Tarik,
regangan dan modulus elastisitas dari spesimen komposit dengan filler eceng
gondok variasi fraksi volume 20%, 25% dan 30% seperti pada Gambar 4.6-4.17.
Gambar 4.6 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Komposit Eceng Gondok 20%
0
0.5
1
1.5
2
2.5
RES-01 RES-02 RES-03 RES-04 RES-05 Rata-rataMod
ulu
s E
last
isit
as
(Gp
a)
Spesimen
0
2
4
6
8
10
12
14
V20%-01 V20%-02 V20%-03 V20%-04 V20%-05 Rata-rata
Teg
an
gan
(M
pa)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 4.7 Grafik Nilai Regangan Komposit Eceng Gondok 20%
Gambar 4.8 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Komposit Eceng Gondok 20%
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
V20%-01 V20%-02 V20%-03 V20%-04 V20%-05 Rata-rata
Reg
an
gan
Spesimen
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
V20%-01 V20%-02 V20%-03 V20%-04 V20%-05 Rata-rata
Mod
ulu
s E
last
isit
as
(Gp
a)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 4.9 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Komposit Eceng Gondok 25%
Gambar 4.10 Grafik Nilai Regangan Komposit Eceng Gondok 25%
0
2
4
6
8
10
12
V25%-01 V25%-02 V25%-03 V25%-04 V25%-05 Rata-rata
Teg
an
ga
n (
Mp
a)
Spesimen
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
V25%-01 V25%-02 V25%-03 V25%-04 V25%-05 Rata-rata
Reg
an
gan
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.11 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Komposit Eceng Gondok 25%
Gambar 4.12 Grafik Nilai Kekuatan Tarik Komposit Eceng Gondok 30%
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
V25%-01 V25%-02 V25%-03 V25%-04 V25%-05 Rata-rata
Mod
ulu
s E
last
isit
as
(Gp
a)
Spesimen
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
V30%-01 V30%-02 V30%-03 V30%-04 V30%-05 Rata-rata
Teg
an
gan
(M
pa)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.13 Grafik Nilai Regangan Komposit Eceng Gondok 30%
Gambar 4.14 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Komposit Eceng Gondok 30%
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
V30%-01 V30%-02 V30%-03 V30%-04 V30%-05 Rata-rata
Reg
an
gan
Spesimen
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
V30%-01 V30%-02 V30%-03 V30%-04 V30%-05 Rata-rata
Mod
ulu
s E
last
isit
as
(Gp
a)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 4.15 Grafik Nilai Tegangan Rata-Rata pada Resin Yukalac dan Komposit
dengan Filler Eceng Gondok
Gambar 4.16 Grafik Nilai Regangan Rata-Rata pada Resin Yukalac dan Komposit
dengan Filler Eceng Gondok
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Resin Spesimen 20% Spesimen 25% Spesimen 30%
Teg
an
gan
Spesimen
0.00000
0.00500
0.01000
0.01500
0.02000
0.02500
0.03000
0.03500
Resin Spesimen 20% Spesimen 25% Spesimen 30%
Reg
an
gan
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.17 Grafik Nilai Modulus Elastisitas Rata-Rata pada Resin Yukalac dan
Komposit dengan Filler Eceng Gondok
4.3.2 Pembahasan Pengujian Tarik
Dari Gambar 4.3 – 4.5 dapat dilihat bahwa spesimen bahan resin
yukalac R108 memiliki nilai rata-rata kekuatan tarik sebesar 52,49 MPa,
rata-rata regangan sebesar 0,02965 dan rata-rata modulus elastisitas sebesar
1,7894 GPa. Dari gambar tersebut juga, kita dapat melihat nilai tertinggi dan
terendah baik pada nilai kekuatan tarik, regangan maupun modulus
elastisitas dari spesimen bahan resin. Nilai kekuatan tarik tertinggi bahan
resin yaitu pada spesimen RES-01 dengan nilai 53,77 MPa sedangkan nilai
terendahnya pada spesimen RES-03 dengan nilai 50,75 MPa. Nilai regangan
tertinggi dari spesimen bahan resin yaitu pada spesimen RES-04 dengan
nilai 0,0333 sedangkan nilai terendahnya pada spesimen RES-01 & RES-05
dengan nilai 0,02632. Nilai modulus elastisitas tertinggi dari spesimen
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Resin Spesimen 20% Spesimen 25% Spesimen 30%
Mod
ulu
s E
last
isit
as
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
bahan resin yaitu pada spesimen RES-01 dengan nilai 2,043 GPa sedangkan
nilai terendahnya pada spesimen RES-02 dengan nilai 1,5857 GPa.
Dari Gambar 4.6 – 4.8 dapat dilihat bahwa spesimen komposit dengan
filler eceng gondok dengan variasi 20% memiliki nilai rata-rata kekuatan
tarik sebesar 9,11 MPa, rata-rata regangan sebesar 0,00526 dan rata-rata
modulus elastisitas sebesar 2,0498 GPa. Dari gambar tersebut juga, kita
dapat melihat nilai tertinggi dan terendah baik pada nilai kekuatan tarik,
regangan maupun modulus elastisitas dari spesimen komposit filler eceng
gondok dengan variasi 20%. Nilai kekuatan tarik tertinggi yaitu pada
spesimen V20%-04 dengan nilai 11,63 MPa sedangkan nilai terendahnya
pada spesimen V20%-01 dengan nilai 6,84 MPa. Nilai regangan tertinggi
yaitu pada spesimen V20%-03 & V20%-05 dengan nilai 0,00702 sedangkan
nilai terendahnya pada spesimen V20%-01 dengan nilai 0,00175. Nilai
modulus elastisitas tertinggi yaitu pada spesimen V20%-01 dengan nilai
3,9004 GPa sedangkan nilai terendahnya pada spesimen V20%-05 dengan
nilai 1,4270 GPa.
Dari Gambar 4.9 – 4.11 dapat dilihat bahwa spesimen komposit
dengan filler eceng gondok dengan variasi 25% memiliki nilai rata-rata
kekuatan tarik sebesar 9,49 MPa, rata-rata regangan sebesar 0,00649 dan
rata-rata modulus elastisitas sebesar 1,6469 GPa. Dari gambar tersebut juga,
kita dapat melihat nilai tertinggi dan terendah baik pada nilai kekuatan tarik,
regangan maupun modulus elastisitas dari spesimen komposit filler eceng
gondok dengan variasi 25%. Nilai kekuatan tarik tertinggi yaitu pada
spesimen V25%-05 dengan nilai 9,75 MPa sedangkan nilai terendahnya
pada spesimen V25%-02 dengan nilai 9,11 MPa. Nilai regangan tertinggi
yaitu pada spesimen V25%-03 dengan nilai 0,01053 sedangkan nilai
terendahnya pada spesimen V25%-02 dengan nilai 0,00351. Nilai modulus
elastisitas tertinggi yaitu pada spesimen V25%-02 dengan nilai 2,5964 GPa
sedangkan nilai terendahnya pada spesimen V25%-03 dengan nilai
0,9237GPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Dari Gambar 4.12 – 4.14 dapat dilihat bahwa spesimen komposit
dengan filler eceng gondok dengan variasi 30% memiliki nilai rata-rata
kekuatan tarik sebesar 1,07 MPa, rata-rata regangan sebesar 0,00632 dan
rata-rata modulus elastisitas sebesar 0,2876 GPa. Dari gambar tersebut juga,
kita dapat melihat nilai tertinggi dan terendah baik pada nilai kekuatan tarik,
regangan maupun modulus elastisitas dari spesimen komposit filler eceng
gondok dengan variasi 30%. Nilai kekuatan tarik tertinggi yaitu pada
spesimen V30%-01 dengan nilai 1,22 MPa sedangkan nilai terendahnya
pada spesimen V30%-02 dengan nilai 0,89 MPa. Nilai regangan tertinggi
yaitu pada spesimen V30%-02 dengan nilai 0,01404 sedangkan nilai
terendahnya pada spesimen V30%-01 dengan nilai 0,00175. Nilai modulus
elastisitas tertinggi yaitu pada spesimen V30%-01 dengan nilai 0,6979 GPa
sedangkan nilai terendahnya pada spesimen V30%-02 dengan nilai 0,0633
GPa.
Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material digunakan untuk
mengetahui seberapa besar gaya yang dibutuhkan dalam menarik bahan
hingga bahan tersebut mengalami putus. Semakin besar nilai kekuatan tarik
suatu material maka semakin besar pula gaya yang dibutuhkan untuk
menarik bahan hingga putus. Dari Gambar 4.15 dapat dilihat hasil rata-rata
tegangan dari spesimen bahan resin dan spesimen komposit dengan filler
eceng gondok. Nilai tertinggi dimiliki oleh spesimen bahan resin
dilanjutkan spesimen dengan fraksi volume 25%, 20% dan yang terendah
adalah 30%. Data nilai rata-rata tersebut adalah 52,49 MPa; 9,494 MPa;
9,106 MPa; 1,070 MPa.
Dari Gambar 4.16 dapat dilihat hasil rata-rata regangan dari spesimen
bahan resin dan spesimen komposit dengan filler eceng gondok. Dari grafik
tersebut dapat terlihat bahwa campuran filler eceng gondok pada fraksi
volume 20% membuat nilai regangan dengan nilai terendah. Hal ini dapat
disebabkan oleh perpaduan antara resin yang digunakan dengan filler eceng
gondok yang kurang rata pada proses pencetakannya sehingga hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
antara matriks dengan filler tidak saling mengikat satu sama lain. Sehingga
urutan nilai regangan dimulai dari tertinggi dimiliki oleh spesimen bahan
resin dilanjutkan spesimen dengan fraksi volume 25%, 30% dan yang
terendah adalah specimen dengan fraksi volume filler 20%. Data nilai rata-
rata tersebut adalah 0,02965; 0,00649; 0,00632 dan 0,00526. Dari Gambar
4.17 dapat dilihat hasil rata-rata modulus elastisitas dari spesimen bahan
resin dan spesimen komposit dengan filler eceng gondok. Dari grafik
tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak campuran pengisi komposit
membuat nilai modulus elastisitasnya semakin meningkat. Nilai tertinggi
dimiliki oleh spesimen bahan resin dilanjutkan spesimen dengan fraksi
volume 20%, 25% dan yang terendah adalah 30%. Data nilai rata-rata
tersebut adalah 1,78 GPa; 1,78 GPa; 1,64 GPa dan 0,28 GPa.
Dari hasil data pengujian tarik yang dilakukan ditemukan bahwa
penambahan fraksi volume filler alam khususnya serat eceng gondok
sebagai filler pada bahan resin polyester yukalac R-108 tidak memberikan
pengaruh signifikan dalam meningkatkan kekuatan Tarik maupun regangan
dari bahan resin pengikat tersebut. Akan tetapi, nilai yang didapat
cenderung menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh penggabungan
bahan pengikat dan material pengisi yang kurang maksimal, sehingga resin
tidak dapat sepenuhnya meresap ke dalam serat eceng gondok. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi penurunan tersebut adalah karakter serat eceng
gondok itu sendiri. Serat tersebut memiliki ketahanan jika ditarik searah
dengan arah seratnya tetapi akan lemah jika ditarik searah tegak lurus
dengan arah seratnya. Hal ini didukung dengan susunan serat yang dibuat
acak sehingga posisi serat tidak dapat diatur agar mendapatkan kekuatan
tarik yang lebih maksimal. Apalagi semakin meningkatnya fraksi volume
maka jumlah volume pengikat akan semakin sedikit, sehingga serat eceng
gondok tidak dapat terikat dengan baik.
Kekurangan pada saat pembuatan komposit menyebabkan kerusakan
awal yang banyak terjadi pada spesimen. Kekurangan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengakibatkan adanya penumpukan filler pada bagian tertentu, adanya void
pada permukaan hasil cetak serta kecacatan pada dimensi dan bentuk
specimen yang kurang sempurna dikarenakan proses pemotongan. Faktor
kekuatan tarik dari komposit eceng gondok dipengaruhi oleh orientasi serat.
Susunan arah serat acak mengakibatkan arah serat tidak dapat diprediksi.
Hal tersebut menjadi kekurangan yang mengakibatkan menurunnya
kekuatan tarik spesimen yang dibuat. Karena kekurangan tersebut, tak
sedikit pula terjadi serat yang terlepas dari matriksnya, maka seharusnya
fungsi matriks sebagai bahan pengikat dapat lebih dimaksimalkan. Pada
komposit ini menunjukkan mekanisme lepasnya ikatan interface antar
material penyusun komposit saat terjadi pembebanan dan terkelupasnya
serat dari matriks atau sering disebut debonding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari seluruh hasil pengujian, perhitungan, pengamatan dan analisis data,
maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, penambahan serat eceng gondok pada komposit dapat
meningkatkan kemampuan redaman bunyi. Hal ini dikarenakan nilai
Noice Absorption Coefficient (NAC) pada setiap variasi frekuensi uji dari
setiap spesimen komposit menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai
NAC dari bahan komposit. Komposit eceng gongdok juga memenuhi
nilai α yang dianjurkan untuk material peredam bunyi. Nilai tersebut
adalah α > 0,3.
2. Pengaruh penambahan fraksi volume pada rentang 20% - 30% terhadap
kemampuan peredaman bunyi semakin banyak fraksi volume pada
pencampuran bahan komposit menyebabkan kemampuan peredaman
bunyi dari komposit filler eceng gondok semakin meningkat. Namun
kemampuan peredaman terbaik dimiliki oleh komposit dengan fraksi
volume 25% dari variasi frekuensi yang diuji.
3. Berdasarkan data uji peredaman dan uji tarik yang dilakukan, komposit
yang direkomendasikan sebagai alternative material peredam bunyi
adalah komposit dengan filler eceng gondok dengan fraksi volume
sebesar 25%. Hal ini dikarenakan kemampuan peredaman bunyi dari
komposit berpenguat 25% filler eceng gondok merupakan yang terbaik
dan jika dilihat dari aspek mekanismenya komposit tersebut memiliki
kekuatan Tarik dan regangan yang paling baik.
4. Berdasarkan data uji tarik pada komposit dengan filler eceng gondok yang
telah dilakukan, kekuatan tarik terbesar terdapat pada spesimen komposit
dengan filler eceng gondok 25% dengan nilai 9,75 MPa dan terkecil pada
komposit dengan filler eceng gondok 30% dengan nilai 0,89 MPa.
Regangan terbesar terdapat pda spesimen komposit dengan filler eceng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
gondok 25% dengan nilai 0,01053 dan terkecil pada komposit dengan
filler eceng gondok 20% dengan nilai 0,00175. Modulus elastisitas
terbesar terdapat pada specimen komposit dengan filler eceng gondok
20% dengan nilai 3,90 GPa dan terkecil pada komposit dengan filler
eceng gondok 30% dengan nilai 0,0633 GPa.
5.2 Saran
Pada penelitian yang telah dilakukan masih terdapat beberapa kesalahan dan
kekurangan yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran yang
kiranya dapat digunakan untuk lebih menyempurnakan penelitian selanjutnya,
berikut beberapa saran:
1. Pada proses pencetakan dengan cara compression molding, dengan
memberikan pembebanan yang besar dan merata pada tutup cetakan
untuk menghasilkan permukaan yang rata dan mengurangi rongga udara
(void).
2. Diperlukan modifikasi pada box agar lebih mudah dalam membaca nilai
yang ditampilkan oleh SLM yang diletakkan di dalam box.
3. Pada saat pengujian peredaman bunyi dianjurkan untuk mencari tempat
yang sepi/hening.
4. Dalam mengetahui kemampuan peredaman dari komposit dapat
dilakukan dengan mengubah material penguat lain yang memiliki sifat
dapat meredam suara dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
DAFTAR PUSTAKA
Annual Hand Book ASTM D638-02 Standard Test Method for Tensile Properties
of Plastics. Philadelphia, PA: American Society for Testing and Material.
Callister, William D. (2001). Fundamentals of Materials Science and Engineering,
New York: John Wiley & Sons, Inc.
Gbson, R.F. (1994). Principles of Composite Material Mechanics. Singapore:
Mc.Graw Hill, Inc.
Prabowo Triharyanto (2018). Komposit Bambu Apus dengan Variasi Fraksi
Volume Filler sebagai Material Alternative Peredam Bunyi.
Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Kurniawan, Yosef Fajar Bayu (2018). Komposit Serat Bambu dengan Variasi
Orientasi Susunan Serat sebagai Material Alternatif Peredam Suara.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Perdana, Ricky Aditya (2018). Komposit serat bamboo dengan variasi jenis matriks
sebagai material alternative peredam suara.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Gani, A., A.K.M, Rahman. 2002. Journal Of Biological Science, 2(8) : 558-559.
Achmad Bagir & Gigih Eka Pradana. Pemanfaatan Serat Eceng Gondok Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Komposit. Semarang: Universitas Diponegoro.
Riyan Heri S. 2016. Karakteristik Komposit Serat Eceng Gondok dengan Fraksi
Volume 15%,20%,25% terhadap Uji Bending, Uji Tarik dan Daya Serap Bunyi
untuk Dinding Peredam Suara. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Astika, I. Made. 2016. Karakteristik Serapan Suara Komposit Polyester
Berpenguat Serat Tapis Kelapa. Bali:Universitas Udayana, Dinamika Teknik
Mesin, Volume 6 No 1.
Onny. (2018). Pengertian Material Komposit.[Diakses tanggal 2 September 2018].
https://artikel-teknologi.com/
Anomin. (2004). Hot Moulding Processes. [Diakses tanggal 5 September 2018].
https://www.nuplex.com/
Anonim. (2004). Open Molding. [Diakses tanggal 5 September 2018].
https://www.daviesmolding.com/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN
Gambar 5.0.1 Spesimen Komposit Peredam Suara Berpenguat 20% Eceng
Gondok
Gambar 5.0.2 Spesimen Komposit Peredam Suara Berpenguat 25% Eceng
Gondok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 5.0.3 Spesimen Komposit Peredam Suara Berpenguat 30% Eceng
Gondok
Gambar 5.0.4 Spesimen Bahan Resin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 5.0.5 Spesimen Komposit Berpenguat 20%
Gambar 5.0.6 Spesimen Komposit Berpenguat 25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 5.0.7 Spesimen Komposit Berpenguat 30%
Gambar 5.0.8 Grafik Hasil Uji Tarik Untuk Bahan Resin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gambar 5. 0.9 Grafik Hasil Uji Tarik Untuk Komposit dengan
Fraksi volume filler 20%
Gambar 5. 0.10 Grafik Hasil Uji Tarik Untuk Komposit dengan
Fraksi volume filler 25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gambar 5. 0.11 Grafik Hasil Uji Tarik Untuk Komposit dengan
Fraksi volume filler 30%
Gambar 5. 0.12 Hasil Patahan Bahan Resin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 5. 0.13 Hasil Patahan Spesimen Komposit filler 20%
Gambar 5. 0.14 Hasil Patahan Spesimen Komposit filler 25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Gambar 5. 0.15 Hasil Patahan Spesimen Komposit filler 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI