seniman ramadhan

16

Upload: buletin-rosil-2012

Post on 24-Mar-2016

251 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

RAMADHAN BERMAKNA

TRANSCRIPT

Page 1: SENIMAN RAMADHAN
Page 2: SENIMAN RAMADHAN

السالم عليكم ورمحة الله وبركاته

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, tempat satu-satunya kami memuji dan kami meminta

pertolongan kepada-Nya dan kami memohon ampunan kepada-Nya. Semoga shalawat serta

salam tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, dan para

shahabatnya.

Marhaban ya ramadhan… marhaban ya syahrus shiyam…

Ramadhan datang, hati pun senang. Kerinduan umat Islam akan kedatangan bulan ramad-

han tidak pernah sirna. Tentunya yang ditunggu bagi seorang mukmin akan kedatangan bu-

lan ramadhan bukanlah karena pesanan catering yang melimpah, THR yang banyak, atau

musim mudik yang meriah, namun yang ditunggu melainkan adalah rahmat Allah Sub-

hanahu Wa Ta’ala, yang berupa pembebasan diri dari api neraka dan pelipat gandaan pahala

atas amal shalih yang dilakukan di dalamnya.

Bulan Ramadhan ibarat taman ibadah. Yang mana bagi seorang mukmin tidak akan mem-

biarkan sedetik pun waktunya terbuang percuma melainkan dirinya telah disibukkan den-

gan berburu pahala akhirat.

Pada edisi bulan Ramadhan kali ini, kami mengangkat sebuah tema yaitu “Ramadhan Lebih

Bermakna”. Di dalamnya tak lupa kami sertakan rubrik-rubrik yang membahas ilmu syar’i

yang berkaitan erat dengan bulan Ramadhan beserta amalan yang dianjurkan di dalamnya.

Semoga bulletin ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat meningkatkan ilmu, amal, dan

dakwah kita akan agama Allah yang haq ini Aamiin.

والسالم عليكم ورمحة الله وبركاته-REDAKSI-

S

A

L

A

M

1

REDAKSI :

Project Officer : Muhammad Irpan Sejati Tassaka

Content Division :

\ Ade Muhammad Yusuf

\ Viraldy Maulana Yoese

\ Rendy Eka Pratama

\ Restu Dwiyantama

\ Tuti Ferina

Creative Division :

| Khotimah Ratna Indradjanue

| Sarah Irhamillah

| Aulia Qisthi

Page 3: SENIMAN RAMADHAN

2

C

O

N

T

E

N

T

SALAM

DISKUSI ISLAMI

FOKUS

MUTIARA HADITS

KISAH

RUMUS : RUBRIK MUSLIMAH

1

3

6

8

13

10

Page 4: SENIMAN RAMADHAN

Rakaat Shalat Tarawih

Bulan Ramadhan merupakan bulan dengan segala kebaikan serta ibadah yang mendatang-kan pahala dan rahmat Allah SWT. Salah satu ibadah yang hanya dapat dilakukan di bulan Ramad-han ini adalah shalat tarawih. Yuk kita pahami tentang shalat tarawih melalui diskusi saudara kita

ini

Ikhwan A : “Antum shalat tarawihnya dimana?”

Ikhwan B : “Ana shalatnya di masjid dekat rumah ana.”

Ikhwan A : “Itu kan jumlahnya 23 rakaat?!”

Ikhwan B : “Iya 23 rakaat, emang kenapa?”

Ikhwan A : “Shalat Tarawihnya gak nyunnah!…gak ada dalilnya… Antum koq mau saja shalat tarawihnya disitu?”

Ikhwan B : “Kalau antum shalatnya dimana? Memangnya di daerah kita ada masjid yang shalatnya 11 rakaat?”

Ikhwan A : “Ana shalat tarawihnya di rumah, biar bisa shalat 11 rakaat.”

Ikhwan B : “Justru shalat tarawih yang sendirian itu (di rumah) yang tidak nyunnah. Bukankah sha-lat tarawih itu sunnahnya dikerjakan secara berjamaah di masjid?? Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ‘Orang yang shalat tarawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk.’ (HR. At Tirmidzi, no. 734, Ibnu Majah, no. 1317, Ahmad, no. 20450)”

Ikhwan A : “soalnya di daerah kita tidak ada masjid yang shalatnya 11 rakaat. Lagipula dulu Rasulul-lah shalat tarawih berjamaahnya hanya diawal bulan dan di akhir bulan saja, seterusnya beliau shalat di rumah sendirian.”

Ikhwan B : “Rasulullah shalat di rumah sendirian karena ada alasannya seperti yang disebutkan dalam hadits, yaitu khawatir shalat tarawih akan diwajibkan untuk umatnya. Seperti sabda beliau shalallahu alaihi wasallam: ‘…Namun aku khawatir kalau shalat itu akhirnya menjadi wajib atas diri kalian sehingga kalian tak sanggup melakukannya.’ (HR. Bukhari dan Muslim). Lagipula shalat tarawih berjamaah mulai rutin dilakukan atas ijtihadnya Umar bin al Khaththab, bukankan Umar adalah Khulafaur Rasyidin, dan ijtihadnya Khula-faur Rasyidin juga termasuk Sunnah?? Seperti disabda Rasulullah: ‘…Maka, hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khulafaur-rasyidin yang menda-pat petunjuk sesudahku.’ (Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4607; At-Tirmidzi no. 2676; Ahmad 4/126-127;)”

Ikhwan A : “Iya…ana tahu kalau shalat tarawih berjamaah itu adalah sunnah, tapi yang jadi perma-salahan sekarang ini adalah jumlah bilangannya. Daripada ana shalat 23 rakaat yang tidak ada sunnahnya, lebih baik ana shalat sendirian dengan 11 rakaat biar sesuai sunnah. Sean-dainya ada masjid di daerah kita yang 11 rakaat, ana pasti akan shalat berjamaah disitu, tapi buktinya belum ada masjid yang shalatnya 11 rakaat. Bagaimana donk??”

Ikhwan B : “Memang benar bahwa shalat tarawih 11 rakaat itu sunnah, tapi shalat dengan jumlah 23 rakaat itu juga dibolehkan.”

D

I

S

K

U

S

I

I

S

L

A

M

I

3

Page 5: SENIMAN RAMADHAN

Ikhwan B : “Dalilnya, Umar pernah shalat tarawih 23 rakaat. Riwayat ini dishahihkan oleh Imam An Nawawi, Az Zaila’i, Al Aini, Ibn Al Iraqi, As Subkhi, As Suyuthi, Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, dan lain-lain.”

Ikhwan A : “Ana mintanya dalil dari Rasulullah. Apakah Rasulullah pernah shalat tarawih 23 rakaat.”

Ikhwan B : “Hmm…memang Rasulullah tidak pernah shalat tarawih dengan 23 rakaat, karena hadits2 tentang tarawihnya Nabi sebanyak 23 rakaat tidak ada yang shahih.”

Ikhwan A : “Nah kalau Nabi tidak pernah shalat tarawih 23 rakaat, lantas kenapa antum membo-lehkan shalat tarawih 23 rakaat??”

Ikhwan B : “Karena hukum asalnya shalat tarawih itu tidak dibatasi bilangannya. Seperti hadits Ibnu Umar Radhiallahu’anhuma, dari Nabi shallallahu ’alaihi wasallam: ‘Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika engkau khawatir akan datangnya fajar maka shalatlah 1 rakaat agar jumlah rakaatnya ganjil’ (Muttafaqun ‘alaihi). Hadits ini mutlak menjelaskan bahwa bilangan shalat malam itu tidak dibatasi, berapa saja dibolehkan, selama belum masuk waktu fajar. Makanya Umar dan Para Shahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in melakukan shalat tarawih dengan bilangan yang ber-

macam-macam.”

Ikhwan A : “Mana yang lebih baik, yang dilakukan Nabi atau yang dilakukan oleh Umar atau orang lain?”

Ikhwan B : “Jelas yang lebih baik adalah yang dilakukan Nabi shalallahu alaihi wasallam.”

Ikhwan A : “Kalau yang dilakukan Nabi adalah lebih baik, ya sudah…cukup shalat tarawih dengan 11 rakaat, tidak perlu ditambah-tambah. Padahal dalam hadits ‘Aisyah sudah jelas disebut-kan, ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman tentang qiyamul lailnya Rasul pada bu-lan Ramadhan, ia menjawab: ‘Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan lainnya, lebih dari sebelas raka’at.’ (HR Bukhari, Muslim).”

Ikhwan B : “Baiklah…ana mau tanya…antum shalat tarawih di rumah berapa lama? dan kira-kira selesai jam berapa shalatnya?”

Ikhwan A : “Ana shalat tarawih 11 rakaat lamanya sekitar 1 jam. Paling-paling selesai shalatnya seki-tar jam 20.30 atau jam 21.00 malam.”

Ikhwan B : “Kalau dilihat dari dalil, shalat yang antum lakukan juga tidak sesuai dengan yang Nabi lakukan, karena Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak pernah shalat malam (tarawih) se-cepat itu. Nabi shalat tarawih 11 rakaat dengan membaca bacaan yang panjang, sehingga selesai shalatnya hampir menjelang waktu sahur. Dalilnya antara lain hadits Nu’man bin Basyir, ia berkata: ‘Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah pada malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi ber-sama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separuh malam. Kemudian be-liau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sem-pat mendapati sahur.’ (HR. Nasa’i, Ahmad, Al Hakim. (hadits ini) shahih). Terus dari hadits Abu Dzar,ia berkata: ‘…Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah. Saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, “Sahur.”’(HR. Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, AbuDaud, Ahmad. (hadits ini) shahih).”

Ikhwan A : “Tapi bukankah dibolehkan juga shalat malam dengan bacaan yang pendek atau sing-kat?!”

D

I

S

K

U

S

I

I

S

L

A

M

I

4

Page 6: SENIMAN RAMADHAN

Ikhwan B : “Iya… Walaupun Nabi shalat tarawihnya dengan bacaan yang panjang dan selesainya hampir menjelang sahur, namun dibolehkan juga shalat tarawih dengan bacaan yang pendek. Begitu juga dengan shalat tarawih 23 rakaat. Walaupun Nabi shalatnya 11 rakaat, namun dibolehkan juga shalat tarawih dengan 23 rakaat atau lebih dari itu, karena hukum asalnya tidak dibatasi bilangannya. Apalagi hadits tentang shalat tarawihnya Nabi yang 11 rakaat bukan merupakan perintah dari Nabi, melainkan hanya perbuatan Nabi saja yang tidak menunjukkan makna wajib. Imam Syafi’i berkata mengenai jumlah bilangan shalat tarawih, setelah meriwayatkan shalat di Mekkah 23 raka’at dan di Madinah 39 raka’at berkomentar, ‘Seandainya mereka memanjangkan bacaan dan menyedikitkan bilangan sujudnya, maka itu bagus. Dan sean-dainya mereka memperbanyak sujud dan meringankan bacaan, maka itu juga bagus, tetapi yang pertama lebih aku sukai.’ (Fathul Bari, 4/253). Ibnu Hibban (wafat 354 H) berkata, ‘Sesungguhnya tarawih itu pada mulanya adalah 11 raka’at dengan bacaan yang sangat panjang hingga memberatkan mereka. Kemudian mereka meringankan bacaan dan menambah bilangan raka’at, menjadi 23 raka’at dengan bacaan sedang. Setelah itu mereka meringankan bacaan dan menjadikan tarawih dalam 36 raka’at tanpa witr.’ (Fiqhus Sunnah, 1/174) Ibnu Taimiyah berkata, ‘Ia boleh shalat tarawih 20 raka’at sebagaimana yang mashur dalam madzhab Ahmad dan Syafi’i. Boleh shalat 36 raka’at sebagaimana yang ada dalam madzhab Malik. Boleh shalat 11 raka’at, 13 raka’at. Semuanya baik. Jadi banyaknya raka’at atau’ sedikitnya tergantung lamanya bacaan dan pendeknya.’(Majmu’ Al Fatawa, 23/113)

Ikhwan A : “Hmm…..”

Ikhwan B : “Bukankah seseorang muslim seperti kita -insya Allah- hendaknya memahami dalil sesuai dengan pemahaman Para Shahabat? Jika makna hadits ‘Aisyah yang antum sebutkan tadi maknanya seperti yang antum pahami (tidak boleh shalat tarawih lebih dari 11 atau 13 ra-kaat), niscaya Para Shahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in beserta orang-orang yang men-gikuti cara beragama mereka tidak akan ada yang berani menambahkan bilangan shalat tarawih lebih dari 11 atau 13 rakaat. Namun kenyataannya mereka semua banyak yang menambahkan bilangan shalat tarawih, ada yang 23 rakaat, 29 rakaat, 39 rakaat, 41 ra-kaat, 49 rakaat, dll. Berarti yang salah dalam memahami hadits ‘Aisyah tersebut mereka atau antum atau ustadz antum?”

Ikhwan A : “Hmmm….baiklah…antum benar insya Allah…Tapi jika ana shalat tarawih di masjid yang 23 rakaat, bolehkah ketika Imam sudah masuk rakaat ke 8 atau ke 10 maka ana pu-lang ke rumah untuk meneruskannya di rumah, agar ana tetap bisa shalat tarawih 11 ra-kaat??”

Ikhwan B : “Ana katakan hal itu boleh-boleh saja…bahkan seandainya antum tidak shalat tarawih sama sekali, maka itu juga boleh karena hukumnya hanyalah sunnah. Namun kalo antum melakukan itu, ya antum tidak mendapatkan keutamaan (sunnah) dari shalat tarawih. Begitu juga jika antum pulang ke rumah jika Imam sudah masuk bilangan ke 8 atau ke 10 rakaat, maka hal itu boleh, tapi antum juga tidak mendapatkan keutamaan seperti yang disebutkan dalam hadits yang ana sebutkan sebelumnya, yaitu: ‘Orang yang shalat ta-rawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk’ (HR. At Tirmidzi, no. 734, Ibnu Majah, no. 1317, Ahmad, no. 20450). Berhubung antum pulang ke rumah sebelum shalat selesai dan tidak mengikuti Imam sampai selesai shalat, maka antum tidak mendapat keutamaan hadits tersebut (yaitu ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk). Wallahu a’lam.” Sumber: http://gizanherbal.wordpress.com/2012/07/25/dialog-shalat-tarawih/ dengan sedikit perubahan

D

I

S

K

U

S

I

I

S

L

A

M

I

5

Page 7: SENIMAN RAMADHAN

Tips Agar Ramadhan Bermakna Indah

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat agung dan mulia juga penuh akan keistime-waan yang didalamnya dijanjikan pahala tak terkira besarnya bagi orang-orangyang memanfaat-kannya dengan ibadah puasa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallaam bersabda,

“Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap-

kan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR. Bukhari Muslim)

Karena itulah, bulan Ramadhan ini merupakan kesempatan emas, dan menjadi suatu masa yang menjadi ajang berlomba bagi para pelaku kebaikan dan orang-orang mulia.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan bahwa dalam melaksanakan suatu ibadah (termasuk di dalamnya adalah puasa Ramadhan) seorang muslim perlu memperhatikan beberapa poin sebagai berikut :

Mengenai hal yang dibutuhkan sebelum beramal ialah, menunjukkan sikap tawakkal kepada Allah semata-mata berharap kepada-Nya, agar Dia senantiasa membantu dan meluruskan amalannya. Mengokohkan tawakkal kepada Allah merupakan modal penting untuk men-yonsong musim-musim ibadah agar mendapatkan anugerah taufik dalam beramal. Ia juga harus berdoa dengan penuh harap agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan meminta agar Allah berkenan menolong dan meluruskan amalannya.

Saat melangsungkan ibadah, maka yang perlu diperhatikan seorang hamba adalah niatnya yang ikhlas dalam beramal dan ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa-sallaam. Inilah merupakan syarat diterimanya suatu amal.

Usai pelaksanaan ibadah, yang harus dikerjakan adalah memperbanyak istighfar (meminta am-pun) atas kekhilafan dalam melaksanakan ibadah tersebut. Disamping itu, juga harus mem-perbanyak pujian kepada Allah yang telah memberikan taufik.

Sisi lain yang harus mendapat perhatian, yaitu berusaha untuk membentengi ibadah puasa dari faktor-faktor yang mengurangi pahalanya. Contohnya saja seperti ghibah (menggosip), nami-mah (mengadu domba), mencaci, mengumpat, berdusta, memandang dan mendengarkan hal yang Allah dan Rasul-Nya haramkan dan lain-lain. Semua hal ini mengikis pahala puasa dan bisa membuat puasa seorang hamba menjadi tidak bermanfaat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallaam bersabda,

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”

(HR. Ath Thabrani dalam Al Kabir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi, lihat Shahih At Targib wa At Tarhib no. 1084).

F

O

K

U

S

6

Page 8: SENIMAN RAMADHAN

Sungguh mengherankan bagi mereka yang menahan diri (berpuasa) dari hal-hal yang mubah (makan, minum), tetapi masih menyukai perbuatan dosa. Sesungguhnya pencampur-adukkan antara ketaatan dan kemaksiatan tidaklah termasuk dalam bingkai taqwa, meskipun dibarengi den-gan amalan-amalan sunnah. Hal ini tentunya dapat membelokkan kita keluar jalur dari tujuan di-syariatkannya ibadah puasa, yaitu membentuk pribadi yang bertaqwa.

Masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu amalan fardhu. Aktivitas yang paling wajib dilak-sanakan pada bulan Ramadhan ialah mendirikan shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid (bagi laki-laki), dan berusaha sekuat tenaga tidak tertinggal takbiratul ihram.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallaam bersabda,

“Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan Takbi-ratul pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan

dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani di kitab Shahih Al Jami’ II/1089, Al-Silsilah al-

Shahihah: IV/629 dan VI/314).

Sesungguhnya, menjaga amalan fardhu pada bulan Ramadhan merupakan ibadah dan taqar-rub (mendekatkan diri) yang paling agung kepada Allah. Sungguh sangat memprihatinkan, tatkala kita mendapati orang yang bersemangat melaksanakan shalat tarawih –bahkan nyaris tidak pernah absen– sementara dia tidak menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah. Terkadang lebih memilih tidur, sehingga melewatkan shalat wajib berjamaah, dengan dalih persiapan untuk shalat tarawih. Demikianlah ruginya orang yang seperti itu.

Sungguh, mendirikan shalat lima waktu bersama imam saja tanpa melakukan shalat tarawih lebih baik daripada mengerjakan shalat tarawih namun menyia-nyiakan shalat fardhu yang lima waktu. Ini bukan berarti kita memandang remeh terhadap shalat tarawih. Akan tetapi, seharusnya seorang muslim itu menggabungkan keduanya, memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal yang fardhu (shalat lima waktu), baru kemudian melangkah menuju amalan sunnah seperti shalat tarawih.

Terakhir, sebagai pelengkap adalah memberikan perhatian terhadap amalan-amalan sun-nah seperti membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu syar’i, bersedekah, i’tikaf, memberi makanan ber-buka bagi orang yang berpuasa, dan lain sebagainya. Semoga kita semua dapat memanfaatkan mo-men emas ini dalam meraih pahala yang sebanyak-banyaknya dan Ramadhan kita kali ini menjadi Ramadhan yang bermakna indah.

Sumber: Majalah As-Sunnah dengan sedikit perubahan

F

O

K

U

S

7

Page 9: SENIMAN RAMADHAN

Seputar Lailatul Qadar

Sudah selayaknya umat Islam menyambut antusias kedatangan bulan Ramadhan, terlebih lagi di dalamnya terdapat malam yang sangat mulia dan agung, yaitu Lailatul Qadar. Malam itu me-rupakan malam penuh dengan kebaikan dan keberkahan contohnya saja kita bisa selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan pu jugan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya.

Ada hal unik sebenarnya terhadap penyebutan malam ini. Lailatul Qadar sendiri artinya adalah malam kemuliaan. Sebagian orang salah kaprah menyebut Lailatul Qadar dengan “Malam Lailatul Qadar”, sehingga akan terjadi pengulangan kata di sana J

Lailatul Qadar akan tetap ada sampai hari kiamat

Dari Abu Dzar yang berkata:

“Wahai Rasulullah, beritahu aku tentang Lailatul Qadar, apakah malam itu pada bulan Ramadhan ataukah pada selainnya?” Beliau berkata: “Pada bulan Ramadhan.” (Abu Dzar) berkata, “(Berarti su-dah ada) bersama para nabi terdahulu? Lalu apakah setelah mereka wafat (Lailatul Qadar tersebut)

diangkat? Ataukah malam tersebut akan tetap ada sampai hari Kiamat?” Nabi menjawab: “Akan tetap ada sampai hari Kiamat…”

(HR. Ahmad di dalam Musnad-nya [5/171])

Waktu terjadinya Lailatul Qadar

Banyak hadits shahih yang menerangkan bahwa kemungkinan terbesar terjadinya Lailatul Qadar ialah malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada ma-lam ke dua puluh satu dan dua puluh tujuh.

Adapun waktu terjadinya Lailatul Qadar –hanya satu kali setiap tahun– yang tidak diketahui secara pasti ini dapat memunculkan suatu hikmah. Dengan ketidaktahuan terhadap kapan akan ter-jadinya Lailatul Qadar dapat membuat orang-orang yang betul-betul ingin mendapatkannya akan bersungguh-sungguh beribadah di setiap kemungkinan waktu terjadinya Lailatu Qadar tersebut, maka dia akan lebih banyak melakukan ibadah. Lain halnya jika waktu Lailatul Qadar sudah diketa-hui, kesungguhan pun akan berkurang dan dia akan beribadah pada waktu malam itu saja.

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Sesunggguhnya Rasulullah bersabda tentang (tanda-tanda) Lailatul Qadar:

“Malam yang tenang, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan (tidak terik).”

(HR. Ath Thayalisi di Musnadnya [hal.349 no.2680]. Dan dishahihkan Al Albani [lihat Shahih Al Jami’ no.5475])

Keutamaan dan Amalan-Amalan Utama Pada Lailatul Qadar

Keutamaan Lailatul Qadar telah diterangkan oleh Allah di dalam firman-Nya.

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kese-

jahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar: 3-5)

M

U

T

I

A

R

A

H

A

D

I

T

S

8

Page 10: SENIMAN RAMADHAN

Mengenai amalan-amalan yang utama untuk dilakukan pada malam tersebut di antaranya:

1.Melakukan i’tikaf

Sebagaimana hadits Aisyah, ia berkata:

“Sesungguhnya Nabi melakukan I’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan I’tikaf setelahnya.”

(HR. Bukhari [2/713 no.1922] dan Muslim [2/830 no.1172])

Aisyah berkata:

“Rasulullah bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, yang kesungguhannya tidak seperti pada waktu-waktu lainnya.”

(HR. Bukhari [2/713 no.1921] dan Muslim [2/830 no.1171])

2.Memperbanyak Doa

Ibnu Katsir berkata:

“Dan sangat dianjurkan (disunnahkan) memperbanyak doa pada setiap waktu, terlebih lagi di bulan Ramadhan, dan terutama pada sepuluh malam terakhir, di malam-malam ganjilnya.”

(Tafsir Al-Quran Al-Azhim [8/451])

Doa yang dianjurkan Rasulullah ialah:

العفو فاعف عين حتب ك عفوإن همالل Sesuai dengan hadist Aisyah berikut ini:

Aku (Aisyah) bertanya: “Wahai Rasulullah. Seandainya bertepatan dengan Lailatul Qadar, doa apa yang aku katakan?” Beliau mnjawab: “Katakan: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anniiy (Artinya: Ya Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf. Maka,

maafkan aku.” (HR. Ibnu Majah [2/1265 no.3850], Tirmidzi [5/534 no.3513], Nasa’I [4/407], Ahmad [6/171], dan lain-

lainnya)

Adapun penambahan lafazh “kariim” merupakan sesuatu yang diada-adakan dan meru-pakan bid’ah karena tidak ada dasarnya (tidak diketemukan di manuskrip kitab-kitab hadits tentang penambahan lafazh tersebut).

3. Menghidupkan Lailatul Qadar dengan melakukan shalat atau ibadah lainnya.

Sebagaimana hadits Abu Hurairah, beliau berkata: Dari Rasulullah, beliau bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), nis-caya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang te-

lah lalu.” (HR. Bukhari [2/709 no.1910] dan Muslim [1/523 no.760])

Sebagai penutup, kami mengajak pembaca –yang Insya Allah dimuliakan olehNya– untuk selalu ber-

taqwa kepada Allah, kapan pun dan dimana pun kita berada serta selalu berdoa dan memohon

taufiqNya agar diberi kemudahan dalam ketaatan kepadaNya dan diberi kesempatan untuk menuai

pahala dengan berpuasa, qiyamu lail, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini.

Amin.

Sumber: diringkas dari majalah As-Sunnah dengan sedikit perubahan

M

U

T

I

A

R

A

H

A

D

I

T

S

9

Page 11: SENIMAN RAMADHAN

Perang Badar

Saudaraku sesama muslim… Marilah sejenak kita melakukan kilas balik terhadap berbagai peristiwa di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Kita berharap mudah-mudahan dengan mempelajari dan mengamati peristiwa ini, kita bisa mendapatkan banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupan kita sehari-hari. Dua tahun setelah Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke madinah, bertepatan dengan bulan Ramadhan yang mulia ini, terjadilah satu peristiwa besar, yaitu perang Badar.

Latar Belakang Pertempuran

Suatu ketika terdengarlah kabar di kalangan kaum muslimin Madinah bahwa Abu Sufyan beserta kafilah dagangnya, hendak berangkat pulang dari Syam menuju Mekkah. Jalan mudah dan terdekat untuk perjalanan Syam menuju Mekkah harus melewati Madinah. Kesempatan berharga ini dimanfaatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat untuk merampas barang dagangan mereka. Harta mereka menjadi halal bagi kaum muslimin.

Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan harta orang kafir Quraisy tersebut halal bagi para shahabat. Pertama, orang-orang kafir Quraisy statusnya adalah kafir harbi, yaitu orang kafir yang secara terang-terangan memerangi kaum muslimin, mengusir kaum muslimin dari tanah kela-hiran mereka di Mekkah, dan melarang kaum muslimin untuk memanfaatkan harta mereka sendiri. Kedua, tidak ada perjanjian damai antara kaum muslimin dan orang kafir Quraisy yang memerangi kaum muslimin.

Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama tiga ratus sekian belas sha-habat (ada riwayat yang mengatakan 313 orang). Sementara di pihak lain, orang kafir Quraisy ketika mendengar kabar bahwa kafilah dagang Abu Sufyan meminta bantuan, mereka menyiapkan kekuatan mereka sebanyak 1000 orang dengan persenjataan lengkap.

Allah Berkehendak Lain

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabat keluar dari Madinah dengan hara-pan dapat menghadang kafilah dagang Abu Sufyan. Persenjataan yang mereka bawa tidak begitu lengkap. Namun, Allah bekehendak lain. Harapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shaha-bat tidak terwujud. Mereka menginginkan harta kafilah dagang, tetapi yang mereka dapatkan jus-tru pasukan siap perang. Kenyataan ini memberikan pelajaran penting dalam masalah aqidah bahwa tidak semua yang dikehendaki orang shalih selalu dikabulkan oleh Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang mampu mengendalikan kehendak Allah.

Keangkuhan Pasukan Iblis

Ketika Abu Sufyan berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan kaum muslimin, dia lang-sung mengirimkan surat kepada pasukan Mekkah tentang kabar dirinya dan meminta agar pasukan Mekkah kembali pulang. Namun, dengan sombongnya, gembong komplotan pasukan kesyirikan enggan menerima tawaran ini, dan malah bersikap sombong. Keangkuhan mereka ini Allah gam-barkan dalam firmanNya:

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah

meliputi apa yang mereka kerjakan…” (Qs. Al-Anfal: 47)

10

K

I

S

A

H

Page 12: SENIMAN RAMADHAN

Kesetiaan Yang Tiada Tandingnya

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa yakin bahwa yang nantinya akan ditemui adalah pasukan perang, beliau mulai cemas terhadap keteguhan dan semangat shahabat. Beliau sadar bahwa pasukan yang akan beliau hadapi kekuatannya jauh lebih besar dari pada kekuatan pasukan yanng beliau pimpin. Oleh karena itu, tidak heran jika ada sebagian shahabat yang merasa berat dengan keberangkatan pasukan menuju Badar.

Akhirnya untuk menghilangkan kecemasan itu, beliau berunding dengan para shahabat, meminta kepastian sikap mereka untuk menentukan dua pilihan: (1) tetap melanjutkan perang apapun kondisinya, ataukah (2) kembali ke madinah. Para komandan pasukan Muhajirin, seperti Abu Bakar dan Umar bin Al Khattab sama sekali tidak mengendor, dan lebih baik maju terus. Lalu hal ini juga didukung oleh Al Miqdad bin ‘Amr dan Sa’ad bin Muadz, komandan pasukan Anshar. Pendirian mereka telah kokoh dalam membela agama Allah. Dan mereka pun siap terjun ke dalam medan pertempuran. Inilah bukti konkret kesetiaan para shahabat Nabi.

Bara Peperangan Mulai Menyala

Yang pertama kali menyulut peperangan adalah Al Aswad Al Makhzumi, seorang yang ber-perangai kasar dan akhlaknya buruk. Dia keluar dari barisan orang kafir sambil menantang. Kedatan-gannya langsung disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu ‘anhu. Hamzah pun ber-hasil membunuhnya. Inilah korban pertama perang Badar.

Selanjutnya, muncul tiga penunggang kuda handal dari kaum Musyrikin. Ketiganya berasal dari satu keluarga. Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah, dan anaknya Al Walid bin Utbah. Ketiga kafir Quraisy tersebut dihadapi oleh Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Harits. Hamzah dengan mudah-nya membunuh Syaibah, begitu juga dengan Ali yang berhasil menghabisi Al Walid. Namun pertem-puran antara Ubaidah dan Utbah berlangsung seimbang, hingga keduanya terluka. Bahkan kaki Ubaidah terputus dan akhirnya syahid 4 hari setelah perang tersebut. Melihat hal itu, Hamzah dan Ali menghampiri Utbah lalu membunuhnya.

Setelah adu tanding, meletuslah pertempuran yang sengit. Secara membabi buta, kaum musyrikin menyerang pasukan kaum muslimin secara bergelombang dan terus-menerus. Kaum muslimin sangat kokoh dalam menghadang serangan mereka, sambil tak henti-hentinya berseru, “Ahad…Ahad…”

Allah Memberikan Pertolongan Dengan Mendatangkan Malaikat

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tak henti-hentinya memohon kemenangan kepada Allah. Tatkala peperangan semakin berkobar dan mencapai puncaknya, beliau bersabda :

“Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi, ya Allah, kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selamanya setelah hari ini.”

Lalu Allah mewahyukan kepada Beliau :

“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

(Al-Anfal: 9)

11

K

I

S

A

H

Page 13: SENIMAN RAMADHAN

Tiba-tiba Rasulullah diserang kantuk hanya dalam sekejap saja. Lalu beliau mendongakkan kepala seraya bersabda :

“Bergembiralah wahai Abu Bakar. Inilah Jibril yang datang di atas gulungan-gulungan debu.”

Kemudian Rasulullah keluar dari tenda seraya membaca ayat,

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang” (Al-Qamar: 45).

Pada saat itu beliau memerintahkan pasukan muslimin agar mengadakan serangan balik. Beliau memotivasi kaum muslimin dengan janji Allah akan surgaNya bagi mereka yang berperang.

Kaum muslimin bertempur hebat dengan bantuan para malaikat. Dalam riwayat Ibnu Sa’ad, dari Ikrimah, dia berkata :

“Pada saat itu ada kepala orang musyrikin yang terkulai, tanpa diketahui siapa yang telah membabat-nya. Ada pula tangan yang putus, tanpa diketahui siapa yang membabatnya.”

Kemenangan ini menjadi nyata karena dukungan dan pertolongan Allah dari balik ghaib bagi kaum muslimin. Allah perlu menyebutkan hal ini, agar mereka tidak terkecoh oleh kehebatan dan keberanian diri sendiri, sehingga jiwa mereka tidak sombong, tetapi mereka justru tawakkal kepada Allah.

Kemenangan Bagi Kaum Muslimin

Pasukan musyrikin terkalahkan dan terpukul mundur. Pasukan kaum muslimin berhasil membunuh dan menangkap beberapa orang di antara mereka. Ada tujuh puluh orang kafir ter-bunuh dan tujuh puluh yang dijadikan tawanan. Di antara 70 yang terbunuh ada 24 pemimpin kaum Musyrikin Quraisy yang diseret dan dimasukkan ke dalam lubang-lubang di Badar. Termasuk dian-tara 24 orang tersebut adalah Abu Jahal, Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah dan anaknya, Al Walid bin Utbah.

Demikianlah perang badar, pasukan kecil mampu mengalahkan pasukan yang lebih besar dengan izin Allah. Allah berfirman,

“…Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Al-lah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(Qs. Al Baqarah: 249)

Mereka… Mereka menang bukan karena kekuatan senjata Mereka menang bukan karena kekuatan jumlah personilnya Mereka MENANG karena berperang dalam rangka menegakkan kalimat Allah dan membela agamaNya… Allahu Al Musta’an…

Sumber: Diringkas dari muslim.or.id dan sirah nabawiyah karya shafiyyurraahman al-mubarakfury

12

K

I

S

A

H

Page 14: SENIMAN RAMADHAN

Puasa Ramadhan: Kunci Surga Para Muslimah

Muslimah yang berbahagia, tamu yang agung telah datang berkunjung. Ke-datangannya akan menenangkan jiwa-jiwa manusia, membawa berkah dari Rabb

semesta alam, dan penuh akan keutamaan dan kemuliaan. Dia tiada lain dan tiada bukan adalah bulan Ramadhan.

Di bulan Ramadhan pula, Allah Subhaanahu wa Ta’ala mewajibkan ibadah puasa atas hamba-hambanya yang beriman. Dan bergembiralah wahai

muslimah, karena puasa Ramadhan merupakan salah satu kunci dari surga muslimah.

Rasulullah shallallaahu ‘alaih wasallam telah merangkum kunci surga muslimah dalam empat perkara, dari Abdurrahman bin Auf berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaih wasallam bersabda:

“Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya

dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.” (HR. Ahmad no. 1661, hadits hasan lighairihi)

Satu hal yang terpetik dari sabda Nabi shallallaahu ‘alaih wasallam di atas adalah bahwa Be-liau hanya menyebutkan perkara-perkara yang masuk ke dalam jangkauan seorang muslimah, di mana seorang muslimah mampu melaksanakannya tanpa bergantung kepada orang lain atau ber-gantung kepada suaminya, di sini Rasulullah shallallaahu ‘alaih wasallam tidak menyinggung, misal-nya, haji, karena pelaksanaan ibadah ini oleh seorang muslimah bergantung kepada suatu perkara yang mungkin tidak dimilikinya, seperti tersedianya bekal haji atau tersedianya mahram, di sini Ra-sulullah shallallaahu ‘alaih wasallam juga tidak menyinggung zakat, karena perkaranya kembali kepada kepemilikan harta dan pada umumnya ia berada di tangan kaum laki-laki, karena harta adalah hasil bekerja dan yang bekerja pada dasarnya adalah kaum laki-laki.

Nah, dari hadits tersebut jelaslah bahwa Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu kunci surga. Lebih dari itu di surge juga tersedia sebuah pintu khusus bagi orang-orang yang ber-puasa yang dikenal dengan ‘ar-Rayyan’, pintu masuk para shaimin secara khusus, jika mereka telah masuk, maka ia akan ditutup. Di samping berpuasa merupakan kunci surga, ia juga merupakan tameng dan pelindung dari neraka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menyatakan, ash-shaumu junnah, puasa adalah tameng atau pelindung, yakni dari api neraka dan yang terakhir puasa pun me-rupakan salah satu kunci surga sekaligus pelindung dari neraka maka seorang muslimah harus men-jaganya, dalam arti melaksanakannya dengan baik, memperhatikan syarat, rukun dan pembatalnya, karena tanpanya dia tidak mungkin berpuasa dengan baik.

Seorang muslimah juga harus memperhatikan perkara qadha puasa Ramadhan di hari-hari lain jika dia mendapatkan halangan pada bulan Ramadhan sehingga tidak mungkin berpuasa secara penuh, jangan sampai Ramadhan berikut hadir sementara dia belum melunasi hutang puasanya, perkara meng-qadha puasa di hari lain ini sering terlupakan atau terabaikan, karena kesibukan hidup, padahal ia adalah hutang yang jika tidak dilaksanakan maka seorang muslimah tidak bisa di-katakan telah berpuasa di bulannya, selanjutnya dia gagal meraih kunci kedua dari kunci-kunci ma-suk surga, dari sini bersikap hati-hati dengan menyegerakan qadha adalah sikap bijak, karena pe-nundaan terkadang malah merepotkan dan menyulitkan.

Semoga dengan tulisan ini, kaum muslimah semakin termotivasi dalam menjalankan shaum Ramad-han dengan baik dan penuh ketaatan kepada Allah SWT. Tak lupa kami berpesan pula agar engkau para muslimah senantiasa melaksanakan dan menjaga hal-hal yang menjadi tiga kunci surga lainnya. Wallahu a’lam.

R

U

M

U

S

13

Page 15: SENIMAN RAMADHAN

14

Page 16: SENIMAN RAMADHAN

ذهب الظمأ وابـتـلت العروق

وثـبت األجر إن شاء الله

Doa Berbuka Puasa

“Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah

serta pahala telah tetap, Insya Allah.”

Hadist HasanHadist HasanHadist HasanHadist Hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (No. 2357), Nasa’I

(1/66), Hakim (1/422), Baihaqi (4/239).