seminar kerja praktek
TRANSCRIPT
NAMA : REZA RIZKY PRADITYANRP : 12-2012-091
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
Automotive Alloy Wheel Manufacturer
PENGUJIAN LAJU PEMBEKUAN CASTING ALUMINIUM ALLOY A356.2 PADA WHEEL TIPE K15 RR DENGAN METODE
PENGUKURAN SECONDARY DENDRITE ARMS SPACING
LATAR BELAKANGPT. Pakoakuina Motorcycle merupakan salah satu
perusahaan manufaktur aluminium alloy terkemuka di Indonesia yang memproduksi sebagian besar kebutuhan industri otomotif pada skala nasional maupun internasional. PT. Pakoakuina Motorcycle mengolah bahan mentah berupa aluminium alloy menjadi barang jadi berupa diantaranya cylinder head dan wheel.
Pada proses pengolahan aluminium alloy untuk menghasilkan barang jadi berupa wheel harus melewati beberapa tahapan proses produksi diantaranya proses melting, casting, sprue cut, deburring, heat threatment, flattening, shotblasting, machining, repair painting, hingga proses painting.
Proses casting memiliki pengaruh besar terhadap kualitas hasil cetakan terutama potensi terdapatnya defect atau cacat. Cacat hasil casting antara lain dipengauhi parameter laju pembekuan casting.Atas dasar tersebut penelitian dilakukan untuk mengetahui laju pembekuan pada hasil casting wheel tipe K15G RR yang pengujian dan penelitiannya dilakukan di PT. Pakoakuina Motorcycle Karawang.
TUJUANUntuk mengetahui laju pembekuan casting pada wheel tipe K15G RR dengan metode pengukuran Secondary
Dendrite Arm Spacing (SDAS) dan pengaruhnya terhadap struktur mikro.
BATASAN MASALAHPenelitian ini hanya dibatasi pada
proses pengukuran laju pembekuan casting menggunakan metode
pengukuran SDAS.
SECONDARY DENDRITE ARMS SPACING (SDAS)
Jarak antara pusat-pusat dua lengan dendrit sekunder yang berdekatan ditentukan oleh
kecepatan proses pendinginan, dengan pendinginan yang sangat
lambat SDAS yang dihasilkan akan menjadi lebih besar.
Diantara lengan dendrite banyak terdapat fasa Si eutektik.
SDAS
Silikon Eutektik Aluminium
Flattening
Shotblasting
Sprue cut
Melting
Casting
Deburring
Heat treatment Machining
Painting
PROSES PRODUKSI CASTING VELG
Suatu proses produksi yang menfaatkan perubahan fasa dari fasa cair kemudian membeku dan menjadi sebuah padatan dengan bentuk sesuai
cetakan yang diinginkan.
CASTING
Ingot virgin Ingot ex-chip Return wheel defectProses peleburan
material aluminium di dalam furnace sampai temperatur 690°-720°C
MELTING
» Virgin Ingot adalah ingot murni yang memiliki kandungan komposisi kimia aluminium sekitar ± 93%. Tipe virgin ingot yang dipakai pada proses produksi di PT. PakoAkuina Motor Cycle adalah A356.2
» Proses pembersihan metal hasil proses melting dari kotoran dan gas melalui proses Fluxing dan GBF (Gas Bubble Filtration).
GDC (Gravity Dies Casting)
Mesin Sprue cut
Proses pemotongan sprue & riser pada produk casting.
SPRUE CUT
Rotary bar Orbital sander
Proses penghilangan burry & finishing permukaan produk dengan amplas
DEBURRING
Mesin Heat treatmentProses perlakuan panas untuk meningkatkan kemampuan mekanis produk.
HEAT TREATMENT
Standart AktualT Solution 520o-540oC 535oCT Quenching 70oC 70oCT Aging 155oC 165oCCycle Time 48 menit 50 menitKekerasan 30-60 HRB 45.83 HRB
Mesin FlatteningProses penekanan / pembentukan untuk memperbaiki kerataan produk
FLATTENING
Mesin ShotblastingProses perlakukan permukaan dengan tembakan butiran baja (steel shot/cut wire)
SHOTBLASTING
Mesin CNCProses permesinan untuk memotong bagian produk agar sesuai dengan spesifikasi pelanggan
MACHINING
Line Painting
Proses pengecatan permukaan produk
PAINTING
MULAI
1. Pembuatan Sampel- Pemotongan
2. Pemolesan Permukaan Sampel Mesh : 120, 320, 600, 1000, 1200
3. Pemeriksaan Permukaan : visual & mikroskopik
4. Pengambilan foto permukaan sampel
5. Perhitungan teoritik SDAS
SELESAI
DIAGRAM ALIRPROSES
PENGUJIAN
PEMBUATAN SAMPELRaw material : virgin ingot (A356.2), ingot ex.chips altika, return
wheel, dan sisa casting berupa riser
Paduan Aluminium A356.2 merupakan salah satu paduan aluminium yang cocok dipakai untuk material velg-racing sepeda motor. Karena
paduan ini mempunyai beberapa kelebihan seperti; ringan, tahan korosi dan warnanya menarik.
Komposisi Kimia Aluminium Alloy A356.2
Component Si Cu Mg Ti Fe Mn Zn Al
Wt % 6.5-7.5 0.10 0.30-0.45 0.20 0.12 0.05 0.05 93
Sampel diambil dari potongan hasil casting dengan GDC (Gravity Die Casting) velg tipe K15 RR . Sample dipotong secara melintang agar didapat beberapa bagian dari velg yang
akan diuji struktur mikro.
SPRUE
RAISERSPOKE
HUB
Sampel mengalami proses pemotongan dari beberapa bagian sehingga dimensinya menjadi lebih kecil
disesuaikan dengan ukuran cetakan mounting. Pada pengujian ini, pengukuran SDAS menggunakan 32 buah
sampel yang nantinya setiap sampel digunakan untuk pengujian struktur mikro
PEMOLESAN PERMUKAAN SAMPEL
Pemolesan sampel bertujuan untuk menghaluskan salah satu permukaan sampel, karena pengujian dilakukan
pada satu sisi permukaan yang halus. Pemolesan dilakukan dengan menggunakan mesin poles dan
menggunakan tingkatan kekasaran abrasive dari mulai mesh : 600, 1000, 1500, 2000, 2500.
PEMERIKSAAN PERMUKAAN SAMPEL
Proses ini dilakukan pada saat pemolesan berlangsung, setiap beberapa menit dilakukan pemeriksaan
permukaan sampel dengan mata telanjang, yang dilihat adalah kerataan permukaan dan juga alur dari
permukaan sampel
PEMERIKSAAN SECARA VISUAL
PEMERIKSAAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP
Proses pemeriksaan ini adalah dengan mengamati sampel lebih detail dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x untuk melihat permukaan
lebih jelasnya. Bila hasil pemeriksaan ini menunjukkan masih banyak alur yang terdapat pada sampel maka
dilakukan proses pemolesan kembali hingga didapatkan permukaan yang rata dan halus.
PENGAMBILAN FOTO PERMUKAAN SAMPEL
Pengambilan foto dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang telah dilengkapi kamera dengan
pembesaran hingga 100x dengan mengambil 3 gambar dengan 3 tempat yang berbeda pada sampel yang sama.
PERHITUNGAN TEORITIK SDAS PENGUKURAN NILAI SECONDARY DENDRITE
ARMS SPACING (SDAS)
Software Clemex Vision Professional Edition
Foto struktur mukro dari sampel akan di proses setelah foto telah di input kedalam perangkat lunak ini
Untuk mendapatakn nilai Grey Threshold yang tepat harus dilakukannya spekulasi untuk
mengetahui nilai Count tertinggi.
Hasil dari pengukuran yang akan digunakan merupakan nilai rata-rata SDAS yang
didapat dari tahapan proses yang dilakukan menggunaka perangkat lunak ini dengan memilih “OBJM2 Count –
SectLenghtArrms”, sehingga hasil yang muncul akan
sesuai dengan yang diinginkan yaitu nilai SDAS
dari foto struktur mikro yang di input ke dapam
perangkat lunak ini.
PERHITUNGAN WAKTU PEMBEKUAN CORAN
PERSAMAAN KIRCWOOD
Dimana : SDAS : Secondary Denrite Arms Spacing () : Konstanta kekasaran material (8.99)
tf : Waktu pembekuan coran (s) Jadi, untuk mencari waktu pembekuan coran dapat menggunakan persamaan :
9.127
22
15.71
08
17.81
21
20.40
87
21.54
65
22.46
92
26.32
64
30.59
68
31.75
81
38.97
27
52.81
40.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
SDAS vs Solidification time
Solidification time (s)
SDAS
(µm
)
Grafik SDAS vs Solidification Time
SAMPEL 6
SAMPEL 29
Sampel Rata-rata SDAS (µm) Waktu Solidifikasi (s)6 34.6 53
Sampel Rata-rata SDAS (µm) Waktu Solidifikasi (s)29 19 9
Setelah melakukan serangkaian tahapan proses pengujian laju pembekuan casting aluminium alloy A356.2 pada sampel wheel K15 RR dengan menggunakan metode
pengukuran SDAS (Secondary Dendrite Arms Spacing), Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk dianalisa. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
Proses penghalusan permukaan sampel perlu mendapat perhatian terutama mengenai teknik pengampelasan, sampel-sampel dan tekanan yang terjadi pada sampel dengan abbrasive saat pengampelasan akan mempengaruhi kualitas dari permukaan sampel.
Goresan atau kotoran yang terdapat pada permukaan sampel setelah proses pemolesan dapat mempengaruhi nilai SDAS yang diidapat dari perangkat lunak Clemex Vision
Professional Edition.
Pada sampel 29 memiliki bentuk butir yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan sampel yang lainnya, dikarenakan waktu pembekuan yang sangat cepat.
Waktu pembekuan paling lama memiliki ukuran butir yang cenderung besar terdapat pada sampel 19.
Terdapat fenomena mikroskopik pada sampel 14 dan15 yaitu berupa porositas dan penyusutan atau cacat shrinkage
KESIMPULANSetelah melakukan serangkaian tahapan proses pengujian laju pembekuan
casting aluminium alloy A356.2 pada spesimen wheel K15 RR dengan menggunakan metode pengukuran SDAS (Secondary Dendrite Arms Spacing)
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai laju pembekuan casting aluminium alloy A356.2 pada spesimen wheel K15 RR dengan metode pengukuran SDAS
yaitu goresan, cacat dan kotoran pada permukaan spesimen setelah proses pemolesan serta pengambilan gambar struktur mikro pada spesimen.
Waktu pembekuan paling lama yaitu 54 detik memiliki ukuran butir yang cenderung besar terdapat pada spesimen 19.
Pada spesimen 29 memiliki bentuk butir yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan spesimen yang lainnya, dikarenakan waktu pembekuan
yang sangat cepat yaitu 9 detik.
Semakin lama laju solidifikasi maka besar ukuran SDAS (Secondary Dendrite Arms Spacing) pada butir Al-Si akan semakin besar.
SARANMencoba menggunakan beberapa metode dan software yang berbeda, kemudian membandingkan hasilnya dari
setiap metode pengujian utuk mengetahui ketepatan hasil pengujian.
TERIMAKASIH