selulitis orbitalis

32
BAB I Pendahuluan Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting. Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat mengakibatkan seseorang kehilangan pengelihatannya adalah selulitis orbitalis. Namun selulitis pada mata berbeda dengan pengertian awam tentang selulit. Oleh karena itu, pada makalah ini kami mencoba membahas lebih dalam tentang selulitis orbitalis. 1

Upload: agnes-pretty

Post on 29-Jun-2015

1.768 views

Category:

Documents


125 download

TRANSCRIPT

Page 1: Selulitis Orbitalis

BAB I

Pendahuluan

Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih

dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela

kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya.

Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting.

Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat

mengakibatkan seseorang kehilangan pengelihatannya adalah selulitis orbitalis.

Namun selulitis pada mata berbeda dengan pengertian awam tentang selulit. Oleh

karena itu, pada makalah ini kami mencoba membahas lebih dalam tentang selulitis

orbitalis.

1

Page 2: Selulitis Orbitalis

BAB II

ANATOMI

Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

terhadap trauma, paparan sinar, dan pengeringan bola mata. 1

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan

pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva

tarsal. 1

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

- Kelenjar, seperti : kelenjar

sebasea, kelenjar Moll atau

kelenjar keringat, kelenjar

Zeis pada pangkal rambut,

dan kelenjar Meibom pada

tarsus. 1

- Otot, seperti : M. orbikularis

okuli yang berjalan

melingkar di dalam kelopak

atas dan bawah, dan terletak

di bawah kulit kelopak.

Pada dekat tepi margo

palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M.

orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M.

levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan

berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis

okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.

levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini

2

Page 3: Selulitis Orbitalis

dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata

atau membuka mata. 1

- Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo

palpebra. 1

- Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. 1

- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada

seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan

ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar

Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). 1

- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra. 1

- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V,

sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. 1

Anatomi Rongga Orbita

Volume orbita dewasa + 30cc dan bola mata hanya menempati sekitar 1/5

bagian ruangannya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.

Orbita berhubungan dengan :

Atas : Sinus frontalis

Bawah : Sinus maksilaris

Medial : Sinus ethmoidalis dan sphenoidalis

3

Page 4: Selulitis Orbitalis

Dinding Orbita :

Atap : - facies orbitais ossis frontalis

- Ala parva ossis sphenoidalis (bgn posterior) mengandung

kanalis optikus

4

facies orbitais os frontalis

facies orbitais os sphenoidale

facies orbitais os zygomatici

os zygomaticum

pars orbitais os maksilaris

pars frontalis os maksilaris

crista lacrimalis anterior

crista lacrimalis posterior

os lakrimale

os ethmoidale

os ethmoidale

Proc orbitais os palatini

Facies orbitaes os maxilla

Os lacrimale

Facies orbitaes os frontale

Page 5: Selulitis Orbitalis

Dasar : - pars orbitais ossis maksilaris (bgn sentral yang luas)

- pars frontalis ossis maksilaris (medial)

- os zygomaticum (lateral)

- processus orbitais ossis palatini (daerah segitiga kecil di

posterior)

Lateral : - anterior : facies orbitais ossis zygomatici (malar)

Medial : - os ethmoidale

- os lakrimale

- korpus sphenoidale

- crista lacrimalis anterior : dibentuk oleh processus frontalis ossis

maksilaris

- crista lacrimalis posterior yg dibentuk oleh :

Atas : processus angularis ossis frontalis

Bawah : os lacrimale

Diantara kedua crista lacrimalis terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus

lakrimalis.

Vaskularisasi Orbita

Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :

1. Arteri retina sentralis memperdarahi nervus optikus

2. Arteri lakrimalis memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata

atas

3. Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita

4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian

nervus optikus

5. Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare

6. Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus,

konjungtiva

7. Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata

8. Arteri supraorbitais

9. Arteri supratrokhlearis

5

Page 6: Selulitis Orbitalis

Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang

lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.

Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior. Vena Oftalmika Superior

dibentuk dari :

Vena supraorbitais

Vena supratrokhlearis mengalirkan darah dari kulit Satu

cabang vena angularis di daerah periorbita

Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus

kavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensial

fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.

6

Page 7: Selulitis Orbitalis

Anatomi Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter

anteroposterior sekitar 24,5 mm.

Konjungtiva :

Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan

posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera

(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak

(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.

7

kornea

Makula, fovea sentralis

Kamera anterior

iris

Canalis Schlemm

Korpus siliaris

Ora serata

Sklera

koroid

retina

Nervus opticus

vitreus

M rectus lateralis

lensa

Kamera posterior

Pupil

Zonula

Page 8: Selulitis Orbitalis

1. Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak mata

dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior

dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke

posterior ( pada fornices superior dan

inferior ) dan membungkus jaringan

episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.

2. Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices dan

melipat berkali-kali. Pelipatan ini

memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva

sekretorik.

Sklera dan Episklera

Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.

Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan

dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus

optikus di belakang.

Episklera : lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang membungkus

permukaan luar sklera anterior, mengandung banyak

pembuluh darah yang memasok sklera.

Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding

dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh pembuluh darah

limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen

sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan

pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus).

8

Page 9: Selulitis Orbitalis

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di lalui

berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya

uniform, avaskuler, dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif

jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh

fungsi sawar epitel dan endotel.

Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan,

sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada saat

epitel sudah beregenerasi.

Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.

1. Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.

Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,

yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-

masing berisi humor aquaeus.

Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam

mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan

antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan

melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas

simpatik.

2. Korpus siliaris : secara kasar berbentuk segitiga pada potongan

melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal

iris ( + 6 mm ).

Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,

sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk

mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini mengubah

tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai

fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh

dalam lapangan pandang.

Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi korpus siliare

berasal dari lingkar utama iris.

9

Page 10: Selulitis Orbitalis

3. Koroid : segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.

Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,

sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid,

semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal

sebagai khoriokapilaris.

Koroid disebelah dalam dibatasi oleh membrana Bruch dan di

sebelah luar oleh sklera. Ke anterior, koroid bersambung dengan

korpus siliare.

Lensa :

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan

sempurna.

Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya

dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah

posteriornya, vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal

sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan

korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

Humor Aquaeus

Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera

posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian

ke perifer menuju ke sudut kamera anterior. Peradangan atau trauma intraokular

menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor akueus

plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah. Resistensi utama terhadap aliran

keluar humor akueus dari kamera anterior adalah lapisan endotel saluran Schlemm

dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena.

10

Page 11: Selulitis Orbitalis

Sudut Kamera Anterior

Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar

iris.

Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan

multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina

membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di

tepi ora serrata. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis

makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan

oleh pigmen luteal (xantofil).

Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yang

merupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan

oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.

Retina diperdarahi oleh : - khoriokapilaria (1/3 luar retina)

- cabang cabang dari arteri sentralis retina (2/3

dalam retina)

Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria.

Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk

2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,

retina, dan diskus optikus.

11

Page 12: Selulitis Orbitalis

Otot-otot ekstraokular

Otot Kerja Primer Kerja Sekunder Saraf Vaskularisasi

Rektus Lateralis Abduksi Tidak Ada N. VI Diperdarahi oleh

cabang-cabang

muskular arteri

oftalmika.

Rektus Medialis Aduksi Tidak Ada N. III

Rektus Superior Elevasi Aduksi, intorsi N. III

Rektus Inferior Depresi Aduksi, ekstorsi N. III

Oblikus Superior Intorsi Depresi, abduksi N. IV

Oblikus Inferior Ekstorsi Elevasi, abduksi N. III

Adneksa mata

1. Alis mata

2. Palpebra, diatur oleh :

Muskulus Orbikularis Okuli, berfungsi menutup palpebra, dipersarafi

nervus VII.

Muskulus Levator Palpebrae Superioris dan Muskulus Rektus Inferior,

dipersarafi nervus III.

Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi I dan II dari nervus

trigeminus (V).

Palpebra diperdarahi oleh cabang-cabang palpebra lateral dan medial dari

arteri lakrimalis dan oftalmika.

3. Apparatus Lakrimalis terdiri dari :

Bagian sekretoir : - Glandula Lakrimalis

- Duktus Lakrimalis

Bagian ekskretoir : - Pungtum Lakrimal, superior dan inferior

- Kanalikuli Lakrimal superior dan inferior

- Sakus Lakrimal

- Duktus Nasolakrimal dan Meatus inferior

12

Page 13: Selulitis Orbitalis

Air mata disekresi glandula lakrimalis, bermuara di konjungtiva

forniks superior bagian temporal. Dengan berkedip, air mata disalurkan ke

seluruh bagian anterior mata dan terkumpul di sakus lakrimal.

M orbikularis okuli menekan pada sakus lakrimal, sehingga

menimbulkan tekanan negatif di dalamnya. Pada waktu mata dibuka,

dengan adanya tekanan negatif ini, air mata dapat terserap pungtum

lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior. Air mata tidak meleleh

melalui hidung, karena hidung banyak mengandung pembuluh darah,

sehingga suhunya panas, ditambah dengan pernafasan, sehingga

mempercepat penguapan. Air mata tidak meleleh melalui pipi juga, karena

isi dari glandula meibom, menjaga margo palpebra tertutup rapat pada

waktu berkedip.

13

Meatus inferior

Canaliculus lacrimalis inferior

Saccus lacrimalis

Canaliculus lacrimalis superior

Duktus nasolacrimalis

Caruncula lacrimale

Punctum lacrimale

Fornix conjungtiva inferior

Glandula lacrimalis, ductuli excretorii

Fornix conjungtiva superior

Page 14: Selulitis Orbitalis

BAB III

Selulitis Orbita

A. Definisi

Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di

belakang septum orbita.1 Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga

orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama

adalah sinus etmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga

diperlukan pengobatan segera. Pada anak-anak, selulitis orbitais biasanya berasal dari

infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Bayi dan anak-

anak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh

Haemophilus influenzae.2

B. Epidemiologi

Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional

maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Ada

mencatat peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh

infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin.

14

Page 15: Selulitis Orbitalis

1. Mortalitas / Morbiditas

Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita

memiliki angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di

mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang cepat dan tepat

penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan

terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten

terhadap methicillin dapat menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati

antibiotik.

2. Ras

Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.

3. Sex

Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang

dewasa, kecuali untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap

methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan

rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali

lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

4. Usia

Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak

daripada di dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat di rumah sakit

dengan selulitis orbita adalah 7-12 tahun.

15

Page 16: Selulitis Orbitalis

BAB IV

Etiologi dan Patofisiologi

Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang

jaringan ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis

bakteri normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal

dari infeksi dari wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan

atau serangga, konjungtivitis, kalazion serta sinusitis paranasal yang

penyebarannya melalui pembuluh darah (bakteremia) dan bersamaan dengan

trauma yang kotor.

Pada anak-anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis

etmoidalis yang mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada Beberapa bakteri

penyebab, diantaranya :

a. Haemophilus influenzae

Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga

Pasteuracella. Haemophilus influenzae yang tidak berkapsul banyak diisolasi

dari cairan serebrospinalis, dan morfologinya seperti Bordetella pertussis

penyebab batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat

pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang dan filamen.

Gambar Haemophilus influenzae yang diperoleh dari dahak.

Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh

karena media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak

prekursor-prekursor pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktor V

16

Page 17: Selulitis Orbitalis

( NAD dan NADP ). Di laboratorium di tanam dalam agar darah cokelat yang

sebelumnya media tanam tersebut dipanaskan dalam suhu 80 o C untuk

melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuh dengan baik

pada suhu 35 o C- 38o C dengan PH optimal sebesar 7,6. Bakteri ini dapat

tumbuh pada kondisi aerobik ( sedikit CO2). Bakteri ini sekarang sudah jarang

untuk menyebabkan selulitis akibat banyaknya tipe vaksinasi untuk strain ini.

b. Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur dan

merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung dan

kulit. S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit ringan khususnya

selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulit lainnya. S aureus ini

sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau

melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan

oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada

konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karena bakteri ini memiliki enzim

koagulase yang dapat menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan,

maka bakteri ini memiki sifat patogen yang sangat potensial sekali.

Gambar Staphylococcus aureus gram negatif

c. Streptococcus pneumoniae

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang

secara khas hidup berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang

tisap sel berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak membentuk spora, dan

tidak bergerak, namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha

hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu.

17

Page 18: Selulitis Orbitalis

Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normal

pada saluran napas bagian atas manusia yang sering menyebabkan sinusitis.

Bakteri inilah yang paling sering menyebabkan selulitis orbita melalui jalur

sinusitis terlebih dahulu.

Kuman ini merupakan yang paling sering menyebabkan selulitis pada

anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung menyebar secara bakteremia.

Gambar Streptococus pneumoniae

d. Streptococcus pyogenes

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai, tidak

bergerak, bersifat katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangat

membutuhkan media untuk hidupnya berupa medium yang mengandung

darah.

Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah kapsul yang terdiri dari

asam hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.

Gambar Streptococcus pyogenes pada pewarnaan gram dan hemolisis

beta.

18

Page 19: Selulitis Orbitalis

Diperkirakan terdapat 5-15 % di saluran pernapasan pada tiap

individu, dan tanpa menimbulkan tanda-tanda penyakit. Seperti flora normal,

S. pyogenes dapat menjadi patogen pada saat pertahanan tubuh terganggu

sehingga infeksi supuratif bisa terjadi. Selulitis yang disebabkan oleh bakteri

ini sering bersifat lokal, bukan melalui suatu penyebaran.

Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus

infeksi sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya

disebabkan oleh karena tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya fokus

infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah kecil yang menuju

jaringan ikat di sekitar bola mata.

19

Page 20: Selulitis Orbitalis

BAB V

MANIFESTASI KLINIS

Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita.

Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama

adalah sinus etmoid. Gejalanya berupa:

- Demam, biasanya sampai 38,9° Celsius atau lebih

- Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri

- Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu

- Bayi atau anak tampak sakit

- Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri

- Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi

mata)

- Mata menonjol

- Merasa tidak enak badan

- Gerakan mata menjadi terbatas

Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :

Pemeriksaan darah lengkap

Pembiakan dan tes sensitivitias darah

Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)

Rontgen sinus dan orbita

CT scan atau MRI sinus dan orbita

Pembiakan kotoran mata

Pembiakan lendir hidung

20

Page 21: Selulitis Orbitalis

Pembiakan lendir tenggorokan.

Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB

untuk mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang

tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah

penyebaran infeksi ke mata.

Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah

1. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit.

2. Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik.

3. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk

membuang nanahnya.

4. Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara

ketat. Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.

Komplikasi yang sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses

subperiosteal, trombosis sinus kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia,

meningitis dan kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan

21

Page 22: Selulitis Orbitalis

Gambar komplikasi dari selulitis

22

Page 23: Selulitis Orbitalis

BAB VI

KESIMPULAN

Selulitis orbita adalah peradangan jaringan ikat yang terdapat di dalam rongga

orbita. Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya

disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus

etmoid. Kelainan tersebut berupa infeksi dari beberapa mikroorganisme seperti

Haemophilus influenzae, Staphylococus aureus dan sebagainya.

Beberapa tanda dan gejala selulitis orbita yaitu demam, palpebra bengkak dan

nyeri pada perabaan, diplopia, penglihatan menurun, tubuh lemas. Penyakit selulitis

orbita dapat dicegah dengan vaksin HiB untuk mencegah infeksi Haemophilus pada

anak – anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi

bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.

Penatalaksanaan dari selulitis orbita yang paling baik adalah rawat inap

penderita dan pemberian antibiotik dosis tinggi dan pengeluran abses secara hati–hati.

Dengan penatalaksanaan yang tepat, selulitis orbita dapat sembuh secara sempurna

jika ditangani dengan sebaik - baiknya dan dengan itu dapat menghindari komplikasi

seperti abses orbita, meningitis dan sebagainya. Prognosis dari selulitis orbita

tergantung kecepatan penanganan saat didapati penyakit tersebut

23