sejarah upf aceh

15
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN UNIT PELAKSANA FUNGSIONAL PENELITIAN KESEHATAN ACEH Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga no. 9 Lambaro Aceh Besar Telp.(0651) 70189 Fax. (0651) 70289. Mail:[email protected] UNIT PELAKSANA FUNGSIONAL (UPF) PENELITIAN KESEHATAN ACEH IN HISTORY*) A. Bencana Gempa dan Tsunami Aceh dan Nias Pada tanggal 26 Desember 2004 pukul 7.58 wib terjadi bencana gempa tektonik 8,9 SR (US Geological Survey) yang dilanjutkan dengan dengan gelombang tsunami yang melanda sebagian besar daerah pantai barat dan utara Provinsi Aceh dan Nias mengakibatkan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh mengalami kerusakan fisik yang sangat parah. Kerusakan infrastruktur yang terjadi meliputi sarana pelayanan kesehatan yaitu 29 RSU yang terdiri dari 16 Rumah Sakit Pemerintah dan 13 Rumah Sakit Militer/Swasta, 2 buah rumah sakit mengalami kerusakan sangat berat. Puskesmas dan Puskesmas pembantu yang mengalami kerusakan 259 buah, 41 Puskesmas diantaranya mengalami kerusakan berat, demikian juga dengan 59 Puskesmas Pembantu mengalami kerusakan berat. Bencana ini menewaskan/orang hilang mencapai 128 ribu orang. Pemerintah menyatakan kejadian ini adalah bencana Nasional. Respon terhadap bencana berdatangan secara spontan dari dalam dan luar negeri. Upaya awal di fokuskan pada pertolongan dan perawatan korban yang cedera, penampungan para pengungsi dengan infra struktur sederhana dan pemenuhan kebutuhan pangan-sandang sehari-hari, pengevakuasian jenazah, serta pembersihan sampah dan Lumpur tsunami. Kementerian Kesehatan pada tanggal 12 Januari 2005 mengeluarkan kebijakan dan strategi penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, secara umum diidentifikasi permasalahan pokok dan hambatan dalam penanggulangan masalah kesehatan di wilayah bencana sebagai berikut : 1. Sistem kesehatan lumpuh 2. Penanganan korban tidak optimal 3. Terbatasnya air bersih dan buruknya sanitasi lingkungan 4. Ketahanan pangan dan gizi menurun 5. Kemungkinan timbulnya berbagai penyakit menular. Salah satu langkah penting yang diambil untuk jangka pendek dan menengah adalah pencegahan terjadinya wabah penyakit atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Dari sinilah awal dimulainya keikutsertaan Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI untuk membantu Provinsi Aceh yang pada akhirnya melahirkan UPF Penelitian Kesehatan Aceh.

Upload: nagiot-cansalony-tambunan

Post on 23-Jun-2015

164 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah UPF Aceh

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

UNIT PELAKSANA FUNGSIONAL PENELITIAN KESEHATAN ACEH

Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga no. 9 Lambaro Aceh Besar Telp.(0651) 70189 Fax. (0651) 70289. Mail:[email protected]

 UN I T   P E L A K S ANA   F UNG S I ONA L   ( U P F )  

P E N E L I T I A N   K E S E H A T AN  A C E H   I N  H I S T O R Y * )    A. Bencana Gempa dan Tsunami Aceh dan Nias

Pada tanggal 26 Desember 2004 pukul 7.58 wib terjadi bencana gempa tektonik 8,9 SR (US Geological Survey) yang dilanjutkan dengan dengan gelombang tsunami yang melanda sebagian besar daerah pantai barat dan utara Provinsi Aceh dan Nias mengakibatkan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh mengalami kerusakan fisik yang sangat parah. Kerusakan infrastruktur yang terjadi meliputi sarana pelayanan kesehatan yaitu 29 RSU yang terdiri dari 16 Rumah Sakit Pemerintah dan 13 Rumah Sakit Militer/Swasta, 2 buah rumah sakit mengalami kerusakan sangat berat. Puskesmas dan Puskesmas pembantu yang mengalami kerusakan 259 buah, 41 Puskesmas diantaranya mengalami kerusakan berat, demikian juga dengan 59 Puskesmas Pembantu mengalami kerusakan berat. Bencana ini menewaskan/orang hilang mencapai 128 ribu orang. Pemerintah menyatakan kejadian ini adalah bencana Nasional.

Respon terhadap bencana berdatangan secara spontan dari dalam dan luar negeri. Upaya awal di fokuskan pada pertolongan dan perawatan korban yang cedera, penampungan para pengungsi dengan infra struktur sederhana dan pemenuhan kebutuhan pangan-sandang sehari-hari, pengevakuasian jenazah, serta pembersihan sampah dan Lumpur tsunami. Kementerian Kesehatan pada tanggal 12 Januari 2005 mengeluarkan kebijakan dan strategi penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, secara umum diidentifikasi permasalahan pokok dan hambatan dalam penanggulangan masalah kesehatan di wilayah bencana sebagai berikut : 1. Sistem kesehatan lumpuh 2. Penanganan korban tidak optimal 3. Terbatasnya air bersih dan buruknya sanitasi lingkungan 4. Ketahanan pangan dan gizi menurun 5. Kemungkinan timbulnya berbagai penyakit menular. Salah satu langkah penting yang diambil untuk jangka pendek dan menengah adalah pencegahan terjadinya wabah penyakit atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Dari sinilah awal dimulainya keikutsertaan Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI untuk membantu Provinsi Aceh yang pada akhirnya melahirkan UPF Penelitian Kesehatan Aceh.

Page 2: Sejarah UPF Aceh

Gambar 1 : Foto pasca bencana yang diambil sekitar satu bulan setelah bencana

1 2

4 3 4

1 2

3

Keterangan gambar ( searah jarum jam) 1. Puskesmas Suak Timah, Desa Suak Timah Kecamatan Samatiga Aceh Barat (kondisi hancur) 2. Puskesmas Peukan Bada, Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar (kondisi hancur) 3. Puskesmas Kuala Ungan Desa Kulam Itik, Kabupaten. Aceh Jaya (Bangunan Puskesmas hilang dan

menjadi lautan sekitar 200 m dari garis pantai) 4. Rumah Sakit Umum Meuraksa, Kecamatan Meuraksa Kota Banda Aceh (kondisi hancur) (Semua gambar dokumen Pemda Aceh)

B. Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan Naval Medical Research Unit-2 (NAMRU-2).

Untuk mengantisipasi kekhawatiran terjadinya KLB pasca bencana dan memenuhi kebutuhan pemeriksaan etiologi KLB dibutuhkan labotarorium lapangan untuk melayani wilayah bencana di Provinsi NAD dan Sumatera Utara. Dengan bantuan dana dari United States Agency for Internasional Development (USAID) kepada Pemerintah Indonesia melalui Naval Medical Research Unit-2 (NAMRU-2) berkoordinasi dengan WHO, Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI bekerjasama dengan NAMRU-2 mendirikan sebuah Laboratorium Lapangan Litbang (L-3) di Banda Aceh.

Page 3: Sejarah UPF Aceh

Laboratorium Lapangan Litbang (L-3) muali aktif difungsikan tanggal 25 Januari 2005 berdasarkan surat dan dokumen yang menunjang keberadaanya yaitu : 1. Suarat dari USAID Indonesia tanggal 12 Januari 2005 kepada Capt. Mark T.

Wooster, Commanding Officer NAMRU-2 yang menyetujui penggunaan dana sebesar $ 3,700,000 (dengan kemungkinan tambahan $ 300.000) dari Participating Agency Service Agreement (PASA) dengan NAMRU-2, Indonesia Anti Malaria Initiative Program (IAMI) untuk mendirikan sebuah WHO Reference Laboratory untuk penyakit menular di Banda Aceh.

2. Surat dari USAID Indonesia tanggal 12 Januari 2005 kepada Dr. Dini K. Latif, Kepala Badan Litbang Kesehatan berupa pemberitahuan persetujuan pemberian dana terhadap proposal NAMRU-2 untuk mendirikan Laboratorium rujukan di Banda Aceh.

3. Perjanjian kerjasama Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) NAD Nomor: KS.00.01.2.4.1234 dan Nomor: KS.01.01.547, tanggal 17 Januari 2005 tentang pengembangan laboratorium lapangan Badan Litbang Kesehatan dalam mendukung penanggulangan penyakit pasca bencana alam tsunami di Provinsi NAD dan Sumatera Utara

4. Disusunnya Pedoman Umum Mekanisme Kerja Laboratorium Lapangan Litbang (L-3) Kementerian Kesehatan dan Labkesda NAD tanggal 28 Januari 2005.

Tim inti Litbang kesehatan Kemenkes RI yang ikut serta dalam periode kegawatdaruratan dan pembentukan L-3 adalah Dr. Agus Swandono, MPH, DR,PH. (mantan Sekretaris Bandan Litbang Kesehatan RI), Drs. Bambang Herianto,M.Kes (mantan Hukorpeg Badan Litbang Kesehatan RI), Prof. DR. Sudomo (Peneliti Senior), Dr . Emiliana Tjitra, M.Sc, Ph.D (Peneliti senior), Drs.Djoko Juwono,MS (Peneliti senior), Drs. Mohamad Socheh, MM.(Staf senior), Pretty Multi Hartinah, PhD (Staf Senior), Dr. Masri Sembiring Maha (Peneliti senior), Sugianto, AMK (Staf Senior), Drs. Riswadi (staf Senior), Drs. Damar Tri Boeno, MS, Ph.D (Peneliti senior), Drs. Syahrial Harun (Peneliti) beserta beberapa tenaga peneliti dan Laboratorium Litbang Kesehatan lainnya, Sedangkan tim NAMRU-2 personilnya berganti-ganti diantaranya adalah John Glas, PhD, Shanon Putnam, PhD, Patrich Blair, PhD, Edith R. Lederman, MD dan beberapa personil asing lainnya. Tim juga dibantu oleh tenaga lokal yang berasal dari Aceh diantaranya adalah Sayuti, Mukhliszuardi (biasa dipanggil panglima karena performance-nya garang dan berkumis tebal), Aswir, Sari Hanum, Veni, Andy. Sesuai dengan perjanjian kerjasama maka Labkesda NAD dijadikan sekretariat dan tempat bekerja L-3, dengan ukuran ruangan kerja 3.5 x 14 meter, status ruangannya adalah pinjam pakai. Kegiatan yang dilaksanakan di L-3 bekerja sama dengan beberapa organisasi pemerintah dan non pemerintah (lokal dan asing) yang ada di Aceh seperti WHO, UNICEF, THE MONDO, CARE, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Rumah Sakit Kesehatan Daerah Militer dan PMI.

Page 4: Sejarah UPF Aceh

Peralatan laboratorium yang digunakan untuk kerja tim di L-3 adalah berasal dari hibah Namru-2 yang didatangkan dari kantor Namru-2, bersebelahan dengan kantor Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Jakarta. Untuk pemeriksaan yang tidak mampu dilaksanakan di L-3, spesimen akan dirujuk ke Badan Litbang Kesehatan, NAMRU-2 atau laboratorium lain yang relevan. Gambar 2. Foto Kegiatan di Laboratorium Pada Waktu Berkantor di Labkesda NAD Akhir Tahun 2006. Sebelumnya tempat lokasi L-3

Keterangan Gambar: Saudari Andy sedang melakukan pemeriksaan darah di Laboratorium (dokumen UPF Litkes Aceh)

Fasilitas lain yang disediakan NAMRU-2 dalah menyewakan mess/penginapan 20 x 30 m2 bagi staf yang berasal dari luar Aceh bertempat di Jalan Taman Makam Pahlawan Peuniti Kota Banda Aceh. Pada masa berakhirnya kegiatan L-3 semua aset berupa peralatan laboratorium dan SDM diserahkan ke Departemen Kesehatan. Berita acara serah terima ditanda tangani tanggal 11 April 2005 dengan nomor: KR.00.02.2.2.4.9.1026. Seiring dengan berakhirnya kerja L-3 dan serah terima peralatan laboratorium dan SDM maka dipersiapkanlah rencana pendirian UPF Litkes Aceh.

Page 5: Sejarah UPF Aceh

C. UPF Penelitian Kesehatan di Aceh

1. Pendirian dan Sekretariat kantor Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan melihat bahwa Kebutuhan akan

penelitian kesehatan di Aceh setelah gempa dan tsunami perlu berkelanjutan karena dampak dari bencana tersebut merusak infra struktur pemerintahan, geo-ekologis, ekonomi, kehidupan flora dan founa yang pada akhirnya berimpact pada kesehatan. Aceh menjadi daerah terbuka dengan potensi migrasi yang tinggi dari daerah lain di luar Aceh termasuk manca negara. Oleh karena itu Badang Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan berinisiatif untuk mendirikan Unit Pelaksana Fungsional Penelitian Kesehatan Aceh (UPF Litkes Aceh). Pendirian lembaga di dasarkan pada Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI nomor : HK.00.06.2.4.1758, tanggal 28 Juni 2005 yang ditanda tangani oleh Dr. Dini Latief, MSc. Tujuan pendiriannya pada waktu itu adalah adalah menyikapi permasalahan kesehatan masyarakat akibat gempa dan tsunami di Provinsi Aceh dan Sumatera dan juga melakukan upaya penanggulangan penyakit pasca bencana serta melakukan penelitian kesehatan yang datanya akan dijadikan evidance base dalam perencanaan pengembangan dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana.

Disamping itu dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa UPF Litkes Aceh

merupakan wadah bagi peneliti untuk melakukan penelitian terapan bidang kesehatan. UPF Litkes Aceh secara administrasi dibina oleh Sekretaris Badang Litbang Kesehatan dan secara teknis fungsional dibina oleh para Kepala Puslitbang di Lingkungan Badan Litbang Kesehatan. Disebutkan juga bahwa wilayah kerja dari UPF Litkes Aceh meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Namun dari mulai didirikan sampai dengan tahun 2010 UPF Litkes Aceh masih bekerja di Provinsi Aceh, sedangkan wilayah lainnya belum, keadaan ini disebabkan keterbatasan yang dimiliki diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pendanaan. Direncanakan pada tahun 2011 akan dimulai sosialisasi UPF Litkes Aceh ke wilayah lain yang merupakan wilayah kerja UPF Litkes Aceh.

Kantor sekretariat UPF Litkes Aceh semenjak berdiri masih di lokasi Laboratorium

Kesehatan Daerah Aceh yang juga sebagai tempat sekretariat tim pasca bencana dari Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI dan NAMRU-2. UPF Litkes Aceh berkantor disini sampai dengan bulan Desembar 2006, kemudian pindah ke Politeknik Kesehatan Aceh Kementerian Kesehatan RI yang berlokasi di Jalan. Kakap III Lamprit Kota Banda Aceh. Ruangan yang diberikan cukup representatif karena terdapat ruang administrasi, ruang pimpinan dan ruang laboratorium. UPF Litkes Aceh hanya menempati gedung Politeknik yang dipinjamkan sementara mulai dari Januari 2007 sampai dengan September 2008. Selama disini upaya untuk pengadaan tanah dan kantor yang baru terus diupayakan, diantaranya adalah mengusulkan kepada Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD-Nias untuk membantu realisasi tanah dan gedung perkantoran serta laboratorium. Upaya yang tidak kenal lelah ini membuahkan

Page 6: Sejarah UPF Aceh

hasil, BRR menyetujui memberikan bantuan tanah dan bangunan yang berlokasi di Jalan. Sultan Iskandar Muda, Lr. Tgk. Dilangga Desa Bada Lambaro Aceh Besar. Luas tanahnya 4.166 m2 dan bagunan kantor dan laboratorium seluas 596.73 m2, Pembelian tanah dilakukan pada tahun 2006 dan pembangunan gedung dimulai pada tahun 2007.

Gambar 3. Kantor dan Laboratorium UPF Litkes Aceh sewaktu di Politeknik Kesehatan NAD tahun 2007

(Dokumentasi UPF Litkes Aceh) Gambar 4. Foto kegiatan di Laboratorium pada waktu UPF masih berkantor di

Politeknik Kesehatan NAD pada akhir tahun 2007

Keterangan gambar : Saudari Hanum dan Venni sedang melakukan pemeriksaan darah di Laboratorium pada waktu kantor UPF di Politeknik Kesehatan NAD (dokumentasi UPF Litkes Aceh)

Page 7: Sejarah UPF Aceh

Gambar 5. Foto Praktek Lapangan Pada Waktu Pelatihan Entomologi Oktober 2007

Keterangan gambar : Dari kiri kekanan Bapak Damar, Yulidar, Helmi, Rahayu, Hanum, Venni dan Husna, barisan belakang adalah Andy dan Bapak Harun. (Dokumen UPF Litkes Aceh).

Pembangunan gedung tersendat-sendak karena tanah yang telah dibeli oleh BRR

bermasalah, pihak keluarga pemilik tanah menggugat bahwa penjualan tanah tersebut tidak sah. Advokasi dilakukan oleh BRR dan pemilik tanah termasuk Biro Hukum Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI dan mengikutsertakan juga Biro Hukum dan Bagian Rumah Tangga Kementerian Kesehatan RI, namun belum juga membuahkan hasil sampai dengan berakhirnya masa kerja BRR pada April 2009. BRR sudah tidak ada lagi, tetapi permasalahan yang ditinggalkan cukup banyak, oleh karena itu diambil kebijakan untuk membentuk tim likuidasi BRR NAD-Nias yang bertugas menyelesaikan masalah pengadaan barang dan jasa khususnya tanah yang merupakan sisa pekerjaan BRR yang masih tertinggal.

Pembangunan gedung diatas tanah yang bermasalah selesai dilakukan melebihi dari

masa kontrak dengan kontraktraktur pelaksana pembangunan. Hasil pembangunan gedung belum sesuai dengan perencanaan, masih terdapat bagian-bagian tertentu dari bagunan tidak dilaksanakan oleh pelaksana pembangunan.

Pada Juli 2008 BRR NAD-Nias mewajibkan bangunan tersebut ditempati walaupun

pembagunannya belum selesai. Bangunan tersebut baru ditempati sebagai kantor UPF Litkes Aceh pada Oktober 2008 dengan keadaan bangunan yang baru selesai sekitar 85 %. Pihak pelaksana pembangunan tidak menyelesaikan lagi pembangunan sampai gedung tersebut diserahkan oleh BRR NAD-Nias kepada Kementerian Kesehatan RI untuk Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI pada 8 April 2009. Berita

Page 8: Sejarah UPF Aceh

Acara serah terima nomor: 0379/BP.BRR.03.3/BASP/IV/2009 ditanda tangani oleh Kepala BRR NAD-Nias Prof. DR. Kuntoro Mangkusubroto dan Menteri Kesehatan RI yaitu Dr. Siti Fadilah Supari.

Gambar 6. Kantor dan Laboratorium UPF Litkes Aceh Bantuan BRR NAD-Nias tahun 2008. (Dokumentasi UPF Litkes Aceh) Setelah serah terima rencana pembangunan sarana fisik UPF Litkes Aceh belum

berjalan mulus karena terkait dengan masalah tanah yang belum selesai. Pemerintah mensyaratkan untuk pengembangan sarana fisik harus pada status tanah milik pemerintah dalam hal ini milik Kementerian Kesehatan RI yang dibuktikan dengan Sertifikat Tanah. Usulan pembangunan pagar kantor di tolak yang mendapatkan persetujuan hanya pembangunan mess/penginapan tamu tahap I, sedangkan usulan untuk pembangunan tahap II tidak dilanjutkan lagi karena dipastikan akan ditolak.

Upaya-upaya menyelesaikan masalah tanah terus dilakukan. Titik terang penyelesaian

masalah tanah terlihat pada bulan November 2009 dengan diperolehnya hasil kasasi Mahkamah Agung bahwa pemilik tanah memenangkan perkara hak milik tanah. Berdasarkan hasil kasasi tersebut tim UPF Litkes Aceh segera melakukan koordinasi dengan tim Likuidasi BRR NAD-Nias dan Pokja Pertanahan serta beberapa staf BRR NAD-Nias yang mengelola proses pembelian tanah untuk UPF Litkes Aceh. Hasil dari pertemuan beberapa kali pertemuan yang cukup melelahkan dan konsultasi dengan Sekretaris dan Hukorpeg Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI, maka disepakati penyerahan tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah I DJKN Banda Aceh (Teguh Sugirijoto) atas Nama Menteri Keuangan dan diterima oleh Sekretaris Badan Litbang Kesehatan RI (drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes) atas nama Menteri Kesehatan. Berita acara serah terima bernomor: BAI-075/WKN.I/2009. tanggal 30 Desember 2009, tanah yang diserahkan seluas 4.116 m2.

Page 9: Sejarah UPF Aceh

Pekerjaan ternyata belum selesai, tim UPF Litkes Aceh kemudian berkoordinasi lagi dengan tim Likuidasi BRR NAD-Nias, Pokja Pertanahan serta Badan Pertanahan Nasional (BPN) Aceh Besar mengurus penerbitan Sertifikat Hak Milik Tanah. Proses pengurusan ini juga cukup meletihkan karena memang yang diurus adalah tanah yang awalnya pernah bermasalah. Berkat kesungguhan maka akhirnya pada bulan Mei 2010 tim Likuidasi BRR NAD-Nias memberikan fotocopy sertifikat tanah BA 279107, dengan nomor : 01.03.10.52.4.00005. Dan secara resmi tanah tersebut sudah sah menjadi milik Kementerian Kesehatan RI yang dipakai oleh Badan Litbang Kesehatan melalui UPT-nya yang berada di Aceh yaitu UPF Litkes Aceh. Berakhirlah sudah permasalahan yang berkepanjangan.

Gambar 7. Foto Pertemuan Rencana Serah Terima Tanah Dari BRR NAD-Nias Kepada Kementerian Kesehatan di UPF Litkes Aceh, Desember 2009

Keterangan gambar: Ibu Sekretaris Badan Litbang Kesehatan Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes sedang mendengar laporan dari Plt. Ka. UPF Litkes Aceh Fahmi Ichwansyah, S.Kp., MPH., HR.Dp.

2. Kelembagaan

Pengembangan kelembagaan UPF Litkes Aceh menjadi Balai terus diupayakan. Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI merencanakan akan menjadikan UPF Litkes Aceh sebagai Balai Biomedis untuk regional sumatera dengan wilayah kerja seperti yang tersebut dalam Surat Keputusan Pembentukan UPF Litkes Aceh tahun 2005 yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung. Namun usulan ini menjadi tertunda dengan keluarnya surat dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI Nomor : B/499/M.PAN/2/2008, tanggal 21 Februari 2008, tentang usulan Pembentukan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis. Isinya adalah sebagai berikut : Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua pada prinsipnya disetujui, namun

Page 10: Sejarah UPF Aceh

untuk usulan pembentukan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Nanggroe Aceh Darussalam perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengingat saat ini masih ada BRR yang diberi tugas melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami dalam berbagai aspek termasuk kesehatan. Badan Litbang Kesehatan secara eksplisit menterjemahkan bahwa untuk Balai Biomedis Aceh akan bisa dibentuk setelah berakhirnya masa kerja BRR NAD-Nias yaitu pada April 2009.

Waktu terus berjalan, sampai dengan masa kerja BRR habis tanda-tanda UPF Litkes

Aceh akan menjadi Balai semakin tidak ada kejelasan, walaupun upaya-upaya konsultasi telah dilakukan berulang kali antara UPF Litkes Aceh, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendayagunaan Apartur Negara. Alasan yang konkrit adalah Menteri Pendayagunaan Apatur Negara RI (Menpan) menyebutkan untuk sementara belum ada penambahan kuota esselon bagi Kementerian Kesehatan RI. Walaupun demikian harapan UPF Litkes Aceh tidak pernah putus, masih ada satu kesempatan lagi yaitu apabila selesai restrukturisasi Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2010 dibawah Kepemimpinan Prof. DR. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, SPK (K) dan Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes diharapkan ada formasi jabatan untuk UPF Litkes Aceh untuk menjadi Balai tanpa harus meminta penambahan esselon dari Menpan RI.

3. Pimpinan

Kepemimpinan pada UPF Litkes Aceh cukup menarik karena dalam usia yang relatif sangat muda sudah memiliki 4 orang kepala yang di tunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) dan belum ada pimpinan yang definitif. Para pimpinannya adalah sebagai berikut :

No Nama Jabatan Masa Jabatan

1. Idris M. Daud, SKM., MPH Plt Awal 2006 s/d pertengahan 2007

2. Dr. Paisal Plt Pertengahan 2007 s/d pertengahan 2008

3. Yulidar Yakob, S.Si Plh Pertengahan 2008 s/d akhir 2009

4. Fahmi Ichwansyah, S.Kp., MPH., HR.Dp Plt Akhir 2009 s/d sekarang

4. Visi dan Misi

Visi dan Misi baru disusun awal tahun 2010, yang disepakati dan telah dipersentasikan di Badan Litbang Kesehatan pada waktu RPJMN 2010 – 2014 oleh semua UPT Badan Litbang Kesehatan. Visi dan Misi UPF Litkes Aceh adalah sebagai berikut :

Page 11: Sejarah UPF Aceh

Visi : Penggerak Penelitian Kesehatan Terutama Bidang Biomedis Untuk Menuju Pembangunan Kesehatan Berbasis data melalui Kemitraan dengan Jaringan Litbang Kesehatan Seluruh Indonesia.

Misi :

a. Pengerak penelitian berwawasan kesehatan terutama bidang Biomedis. b. Melakukan Penelitian Biomedis dan Mengaitkannya dengan Aspek-Aspek

Ekologis, Epidemiologis, Kebijakan Kesehatan dan Humaniora. c. Melakukan Penelitian Pada Penyakit-Penyakit yang Muncul Pada Saat

Bencana dan Pasca Bencana. d. Bekerjasama Dengan Seluruh Jaringan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI dan Juga Organisasi Penelitian Kesehatan Non Pemerintah.

e. Meningkatkan Kualitas Tenaga Peneliti Menjadi Peneliti Yang Handal.

5. Kegiatan yang pernah dilakukan (2005 sampai 2009)

a. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat pasca gempa tsunami di Provinsi

NAD, bentuk pelayanannya adalah : melakukan pemeriksaan sample darah dari masyarakat yang tertimpa bencana. Kemudian masyarakat terindikasi mempunyai masalah kesahatan dilakukan rujukan kerumah Sakit Pemerintah dan US Mercy Amerika. Kegiatan ini dilakukan selama tahun 2005-2006. Pelayanan kesehatan tersebut diberikan secara gratis (tidak dipungut bayaran).

b. Pemeriksaan sample darah dan dahak yang diberikan oleh WHO, De-monde,

Mentor Initiatif, Rumah Sakit Zainal Abidin, Laboratorium Kesehatan Daerah. Hasil pemeriksaan diberikan ke WHO dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.

c. Melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Aceh Besar untuk

pengambilan sample darah dan pemeriksaan darah untuk penyakit Hepatitis di Pesantren yang ada di Sibreh Aceh Besar. Dilakukan pada tahun 2006.

d. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pemeriksaan status

gizi anak di camp pengungsi desa Bakoy Lambaro Aceh Besar. Dilakukan pada tahun 2006.

e. Melakukan Penelitian tentang Studi Habitat Perkembangbiakan vektor Malaria

di Kabupaten Aceh Besar tahun 2007.

f. Melakukan pelatihan Metodelogi Penelitian Kesehatan tahun 2008.

Page 12: Sejarah UPF Aceh

g. Melakukan Penelitian Faktor Resiko Penularan Malaria di Desa Panca Kecamatan Lamtamot Kabupaten Aceh Besar tahun 2007.

h. Melakukan penelitian tentang kharakteristik Pengawas Minum Obat (PMO) bagi

penderita TB paru di Kecamatan Kota Siglie-Pidie tahun 2009 i. Bekerjasama dengan Aceh Riset Training Institute (ARTI) Unsyiah melakukan

pelatihan Metodelogi Penelitian Kesehatan tahun 2009. j. Bakti sosial pemeriksaan Haemoglobin (HB) siswa Sekolah Dasar Negeri

Lambaro Tahun 2009. k. Riset Kesehatan Dasar untuk MDGs 2010 bersama dengan Badan Litbang

Kesehatan Kemenkes RI l. Studi Pengetahuan dan Keterampilan Bidan dan Kader Poskesdes di

Kabupaten Bireuen 2010 (Upaya Pengembangan Poskesdes).

m. Gambaran Peresepan Antibiotika Untuk ISPA Bagian Atas Pada Anak Rawat Jalan di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2010

6. Ketenagaan/Staf

Tenaga di UPF Litkes Aceh adalah Tenaga Peneliti dan tenaga administrasi dengan

kualifikasi pendidikan mulai dari SLTA sampai dengan Pasca Sarjana Strata 2, komposisi tenaga yang ada adalah sebagai berikut:

Jumlah tenaga yang ada No Kualifikasi Pendidikan UPF Litkes Ket

1 S2 Public Health 1 orang 2 S2 Entomologi 1 orang Tgs Belajar 3 S2 Mikrobiologi 1 orang 4 S1 Kedokteran umum 2 orang 5 S1 Biologi 2 orang 6 S1 Farmasi 1 orang 7 S1 Kesehatan Masyarakat 1 orang 8 S1 Antropologi 1 orang 9 D3 Keperawatan 1 orang 10 D3 Kesehatan Lingkungan 2 orang 11 D3 Analis Kesehatan 3 orang 12 D3 Teknik Elektromedik 1 orang 18 SLTA 2 orang 19 Tenaga Honorer 6 orang Jumlah 25 orang

Page 13: Sejarah UPF Aceh

7. Sarana dan Prasarana Lembaga

UPF Litkes Aceh di bangun dengan bantuan dana dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), memiliki fasilitas sebagai berikut: a. Kantor administrasi, lengkap dengan fasilitis komputer b. Laboratorium :

1) Mikrobiologi I ruangan, perlengkapan standar dan digital. Jenis Pemeriksaan yang dapat dilakukan : • Pemeriksaan bakteri rutin, kultur dan sensitifitas terhadap dahak, tinja,

urin, cairan steril (darah, CSF) • Pemeriksaan telur dan parasit usus terhadap tinja dan usap rektal • Pemeriksaan apus BTA (tanpa kultur) • Pemeriksaan apus darah manusia dan filarial

2) Serologi 1 ruangan, perlengkapan standar. Jenis Pemeriksaan yang dapat dilakukan : • Denguue (Ig G, Ig M) • Campak (Ig M) • Hepatitis A (Ig M, total) • Spotted Fever Group (Ig M) • Scrub Typhus Group Rickettsiae (Ig M) • Hanta virus (Ig M, Ig G) • HIV 1 dan 2 (Total) • Leptospirosis (Ig M) • HBsAg • Norwalk-like virus genogroups

3) Rapid Diagnortic test. Jenis Pemeriksaan yang dapat dilakukan : • Dengue (darah) • Influenza A+B (usapan/cucian nasofaring) • P Falciparum (darah) • Hepatitis E Lg M (darah) • Rota/Adeno-virus (tinja) • E. Coli 0157 (tinja) • G. Lamblia/Cryptosporidium (tinja) • HIV 1 dan 2 (darah) • Sifilis (darah) • HBsAG (darah)

4) Patologi Klinik • Pemeriksaan kimia darah dan fungsi hati • Pemeriksaan hitung darah lengkap • Analisis Urine • Golongan darah dan faktor Rh • Test Kehamilan

Page 14: Sejarah UPF Aceh

5) Laboratorium juga dilengkapi dengan Ruang lemari asam

c. Ruang Peneliti d. Ruang Perpustakaan, fasilitas computer (Dalam Proses Registrasi Online

dengan Perpustakaan Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI) e. Gedung Insenerator f. Aula rapat dengan kapasitas 25 orang g. CCTV h. Gudang i. Mess satu gedung, terdiri dari dua kamar tidur. j. Fasilitas computer : Internet (Wife online) k. Luas UPF Litkes Aceh adalah :Luas tanah 4.116 m 2 , Luas Gedung 570 m 2

dan Luas Mess 72 m 2

Gambar 8. Foto Kegiatan UPF Litkes Aceh Tahun 2009

Page 15: Sejarah UPF Aceh

8. Jejaring Kerja

No Institusi/Instansi Bentuk Kerjasama 1 Dinas Kesehatan Investigasi KLB dan Penelitian 2 Lab Kesda Rujukan laboratorium 3 Rumah Sakit Umum Penelitian, Laboratorium dan

penghapusan limbah laboratorium 4 Perguruan Tinggi Penelitian dan magang 5 Non Government Officers

(NGO’S) Rujukan laboratorium dan Penelitian

6 KKP Kemnkes RI Banda Aceh Identifikasi Penyakit Menular pada Terminal Kedatangan Bandara SIM dan Pemeriksaan Laboratorium bagi Jemaah Haji Aceh

7 Instansi lain yang terkait Disesuaikan dengan Tupoksi UPF Litkes Aceh

9. Pembiayaan Lembaga

Pembiayaan organisasi dibebankan pada anggaran Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI dan Donatur yang tidak mengikat.

*). Ditulis oleh Fahmi Ichwansyah, staf UPF Litkes Aceh disarikan dari berbagai sumber informasi diantaranya adalah staf dan peneliti badan Litbang Kesehatan di Jakarta dan Aceh. Kemudian tulisan ini juga ditulis berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI, (medio September 2010)