sejarah sistem moneter internasional

22
SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL DAN PANDANGAN ISLAM BAB I PENDAHULUAN Dunia saat ini, setelah lenyapnya negara Khilafah Islam & runtuhnya sosialisme, hidup diatas satu sistem dari aspek ekonomi dan finansial yaitu sistem ekonomi liberal atau liberalisme pasar, terlebih lagi sistem itu -dari sisi formalitasnya- terikat dengan lembaga Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga lain yaitu Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) sedang dalam perjalanannya untuk mengikat semua negara di dunia. Lembaga- lembaga ini -IMF, WTO, dan berbagai lembaga keuangan lainnnya seperti berbagai klub finansial dan lain-lain adalah hasil dari praktek liberalisme ekonomi dengan segala keburukannya. Mereka menjalankan kaedah: meraih tujuan dengan menghalalkan segala cara. Mereka membentuk lembaga-lembaga seperti ini untuk mendapatkan legalitas terhadap seluruh tindakan dan dominasi mereka atas negara-negara lain di dunia. Negara-negara penjajah telah memformat kaedah-kaedah dan nilai-nilai baku yang mereka namakan dengan sistem dan undang- undang. Melalui instrumen sistem dan perundang-undangan itu mereka mengontrol kehidupan, perekonomian, dan transaksi moneter internasional sehingga dapat digunakan untuk menghisap darah berbagai bangsa dan negeri sekaligus merampok kekayaannya. Untuk mendalami bagaimana modus negara-negara imperialis itu mengontrol berbagai transaksi moneter global dan mengeksploitasi berbagai bangsa, maka harus dipaparkan periodisasi perkembangan dalm sistem moneter internasional. BAB II PEMBAHASAN I. Sistem Moneter Internasional Peningkatan nilai tukar (kurs) yang tidak stabil merupakan salah satu perkembangan utama ekonomi 40 tahun terakhir ini. Dengan sistem yang berlaku pada saat ini, dimana sebagian nilai

Upload: arie-harrison

Post on 24-Jul-2015

577 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Sistem Moneter Internasional

SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONALDAN PANDANGAN ISLAM

  BAB I

PENDAHULUAN

Dunia saat ini, setelah lenyapnya negara Khilafah Islam & runtuhnya sosialisme, hidup diatas satu sistem dari aspek ekonomi dan finansial yaitu sistem ekonomi liberal atau liberalisme pasar, terlebih lagi sistem itu -dari sisi formalitasnya- terikat dengan lembaga Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga lain yaitu Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) sedang dalam perjalanannya untuk mengikat semua negara di dunia. Lembaga-lembaga ini -IMF, WTO, dan berbagai lembaga keuangan lainnnya seperti berbagai klub finansial dan lain-lain adalah hasil dari praktek liberalisme ekonomi dengan segala keburukannya. Mereka menjalankan kaedah: meraih tujuan dengan menghalalkan segala cara. Mereka membentuk lembaga-lembaga seperti ini untuk mendapatkan legalitas terhadap seluruh tindakan dan dominasi mereka atas negara-negara lain di dunia.

Negara-negara penjajah telah memformat kaedah-kaedah dan nilai-nilai baku yang mereka namakan dengan sistem dan undang-undang. Melalui instrumen sistem dan perundang-undangan itu mereka mengontrol kehidupan, perekonomian, dan transaksi moneter internasional sehingga dapat digunakan untuk menghisap darah berbagai bangsa dan negeri sekaligus merampok kekayaannya. Untuk mendalami bagaimana modus negara-negara imperialis itu mengontrol berbagai transaksi moneter global dan mengeksploitasi berbagai bangsa, maka harus dipaparkan periodisasi perkembangan dalm sistem moneter internasional.

BAB IIPEMBAHASAN

I.                  Sistem Moneter InternasionalPeningkatan nilai tukar (kurs) yang tidak stabil merupakan salah satu perkembangan

utama ekonomi 40 tahun terakhir ini. Dengan sistem yang berlaku pada saat ini, dimana sebagian nilai tukar mengambang (floating) sebagian tetap (fixed), laba dari berbagai perusahaan multinasional, bank dan para investor individual terpengaruh oleh fluktuasi riil dan diatas kertas akibat perubahan dalam nila tukar. Kebijakan untuk memprediksi terhadap fluktuasi nilaitukar masih berkembang sejalan dengan tumbuhnya pemahaman atas cara kerja sistem moneter internasional, makin jelasnya peraturan akuntansi dan perpajakan untuk untung dan rugi dari transaksi pertukaran valuta asing, dan makin dikenalnya efek ekonomi perubahan nilai tukar terhadap cash flow dan nilai pasar dimasa depan.

Meskipun nilai tukar yang tidak stabil dapat memperbesar resiko, namun juga menciptakan berbagai peluang yang menguntungkan bagi perusahaan maupun investor, bila disertai pemahaman yang cukup atas manajemen resiko nilai tukar.sistem moneter internasional (SMI) dapat didefinisikan sebagai perangkat kebijakan, institusi, praktek, peraturan, dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lain (shapiro,1996,h.75). Sistem moneter internasional sering didefinisikan pula sebagai suatu struktur dimana mata uang ditentukan, perdagangan internasional dan arus modal

Page 2: Sejarah Sistem Moneter Internasional

diakomodasian, dan penyesuaian terhadap neraca pembayaran dilakukan. Termasuk instrumen, institusi dan kesepakatan yang terkait dengan mata uang dunia dan pasar uang.1[1]

II.               Sejarah sistem moneter internasionalPenentuan awal dimulainya sistem moneter internasional memang terdapat perbedaan

diantara para penulis.2[2] Gost, Gulde da Wolf (2002) mengelompokkan sejarah sistem moneter internasional atas enam periode yaitu:

         Periode standar emas (Gold Standard)         Periode dismal (Dismal Period)         Periode standar tukar emas (Gold Exchange Standard)         Periode nasionalisme moneter (Monetary Nasionalism)         Periode sistem Bretton Woods (Bretton Woods Sistem)         Periode Setelah Bretton Woods (Post-Bretton Woods Period)

Namun penulis lain (Copeland, 1989) mengelompokkan berbagai periode sistem moneter internasional dalam empat periode, yaitu:

         Periode standar emas (Gold Standar)         Periode sistem Bretton Woods (Bretton Woods sistem)         Periode setelah Bretton Woods (Post-Bretton Woods Period)

Berikut ini akan dipaparkan periodesasi sistem moneter internasional menurut Copeland. Pendapat Copeland dipilih karena lebih sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca.

1.      Periode standar standar emas, 1870 – 1914Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Karena perkembangan industri dan perdagangan dunia yang berkembang pada abad 19 serta diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika, maka sistem standar emas dipakai oleh banyak negara hingga Perang Dunia I.3[3] Sistem ini sangat penting bagi sebuah negara untuk mempertahankan cadangan emas yang cukup untuk mendukung nilai mata uangnya. Sistem ini juga memiliki efek secara implisit membatasi nilai tukar dimana masing-masing negara dapat memperluas cadangan uangnya.Standar emas berfungsi cukup baik sampai meletusnya perang dunia I mengiterupsi aliran perdagangan dan pergerakan emas secara bebas. Ini menyebabkan negara-negaradagang utama menghentikan operasi standar emas.

2.      Periode sistem Bretton Woods, 1944 – 1973Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Sistem kurs valuta asing yang dipakai semula adalah kurs tetap dan tidak memperbolehkan negara anggota melakukan pengawasan devisa (exchange control) kecuali mengalami krisis moneter atau defisit neraca pembayaran yang hebat.4[4] Pada masa tersebut dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran internasional.

1

2

3

4

Page 3: Sejarah Sistem Moneter Internasional

3.      Periode Setelah Bretton Woods, 1973 – saat iniSejak tahun 1973, sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Secara umum,dolar makin kurang stabil dan melemah sedikit dalam jangka panjang. Dilain pihak , Yen Jepang dan Mark Jerman telah menguat. Mata uang dinegara yang baru berkembang amat sangat tidak stabil dan pada umumnya melemah. Mata uang beberapa negara besar berfluktuasi tergantung dari permintaan dan penawaran, dan seringkali penguasa moneter negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan.

III.             Dana Moneter InternasionalDana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi

internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Setelah melalui pertimbangan panjang dan hati-hati, sebuah system moneter disepakati di Bretton Woods. Negara-negara anggota sepakat untuk mengontrol batas kurs mereka dengan cara yang sudah ditentukan. Menurut kesepakatan awal, kurs dibolehkan berfariasi sampai satu persen dibawah atau diatas par. Bila kurs suatu Negara mencapai atau mendekati salah satu batas, disebut ”titik pendukung arbitrase”, bank sentralnya mengintervensi pasar untuk mencegah kurs melewati batas itu. Inntervensi pasar mensyaratkan suatu Negara untuk mengakumulasi cadangan devisanya, yang terdiri dari emas dan mata uang asing, diatas kebutuhan perdagangan normal. Sebuah lembaga bernama Dana Moneter internasional IMF, didirikan di Bretton Woods untuk mengawasi system moneter yang baru disepakati. Ada beberapa hal yang telah dicapai dana moneter internasional. Misalnya, lembaga itu: Berhasil mempertahankan peningkatan yang cepat dari volume perdagangan dan investasi. Menunjukan flexibilitas dalam mengadaptasi perubahan-perubahan dalam perdagangan internasional. Semakin efisien (bahkan terjadi penurunan persentase cadangan devisa) Semakin tangguh (lembaga itu berhasil melewati masa krisis awal pada tahun 1971, mengatasi kegiatan spekulatif, dan bertahan dalam siklus bisnis yang bergejolak). Mendukung tumbuhnya kerja sama internasional. Membangun kapasitas untuk mengakomodasi reformasi dan perbaikan.

IV.           Sistem Nilai Tukar Valuta AsingSecara garis besar sistem nilai tukar valuta asing terbagi menjadi dua, yaitu:

1.       Sistem nilai tukar tetap ( fixed rate, pegged rate ) sistem di mana nilai tukar mata uang domestik ditetapkan pada tingkat tertentu terhadap nilai mata uang asing. Sistem ini memaksa pemerintah untuk selalu menyesuaikan nilai tukarnya jika tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar dengan cara mendevaluasikan mata uangnya atau merevaluasikan.5[5] Bank sentral yang bersangkutan mempunyai komitmen yang tinggi untuk mempertahankan nilai tukar tersebut dengan cara melakukan intervesi aktif dipasar valuta asing. Ketidakmampuan mempertahankan nilai tukar memaksa pemerintah untuk melakukan devaluasi. Penggunaan sistem nilai tukar tetap ini seringkali mengakibatkan negara terpaksa harus meminjam dalam jumlah besar.Penggunaan sistem nilai tukar tetap memaksa pemerintah harus melakukan devaluasi yang ternyata dampaknya justru semakin buruk bagi ekonomi Indonesia. Pengalaman menunjukkan bahwa jika Rupiah mengalami overvalued, maka barang dan jasa produksi Indonesia menjadi

5

Page 4: Sejarah Sistem Moneter Internasional

kurang kompetitif, pertumbuhan ekonomi rendah, pengangguran meningkat, dan tidak jarang hutang luar negeri membengkak karena pemerintah harus mempertahankan Rupiah yang overvalued tersebut.6[6]

2.       Sistem nilai tukar mengambang ( floating rate, flexible rate ). sistem di mana nilai tukar mata uang domestik diambangkan terhadap nilai mata uang asing, atau sesuai dengan pergerakan pasar dimana terjadinya kurs valuta berdasarkan pada permintaan dan penawaran mata uang asing.Akan tetapi, dari kedua sistem tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi:

•  Permanently Fixed Exchange Rate (Sistem kurs tetap permanen)

•  Absolutely Flexible Exchange Rate (Sistem kurs mengambang murni)

•  Fixed Exchange rate bands (Sistem kurs terbatas).

Sistem kurs baku biasanya memungkinkan fluktuasi kurs sampai batas tertentu, mengingat kurs yang benar-benar baku/tetap tidak pernah ada dalam sejarah. Dalam sistem kurs yang didasarkan pada batas-batas fluktuasi atau sistem kurs tetap terbatas ini negara-negara dapat memutuskan sendiri nilai patokan ( par value ) nya, untuk kemudian membiarkan mata uangnya itu bergerak di atas atau di bawah nilai patokan tersebut secara terbatas. Sebagai contoh, dalam sistem Bretton Woods yang beroperasi selama periode pasca perang sampai tahun 1971, kurs dimungkinkan untuk berfluktuasi sekitar 1% di atas atau di bawah nilai patokannya.7[7] •  Adjustable Fixed Exchange Rate – wide band (Sistem kurs tetap yang dapat disesuaikan). Sistem ini lebih menitikberatkan pada penetapan nilai patokan kurs daripada batas-batas nilai fluktuasi. Sepintas lalu, sistem ini mirip dengan sistem kurs tetap terbatas ( fixed exchange rate bands ). Bedanya dalam sistem kurs baku yang dapat disesuaikan ini, yang diubah bukan batas-batas fluktuasinya, tapi nilai patokannya. •  Crawling Peg System (Sistem kurs merayap). Guna menghindari kelemahan atau resiko perubahan nilai patokan yang kelewat besar (yang akan memancing spekulasi perusak stabilitas), maka diciptakanlah sistem kurs baku merayap atau sistem “pergeseran kurs, atau sistem paritas merayap”. Dalam sistem ini nilai-nilai patokan masih boleh diubah, namun setiap kali diubah, perubahannya diusahakan sekecil mungkin. •  Managed Floating Exchange Rate (Sistem kurs mengambang terkendali). Dalam sistem ini otorita moneter di masing-masing negara dibebani kewajiban untuk melakukan intervensi terhadap pasar-pasar valuta asing dalam rangka mendukung fluktuasi jangka pendek tanpa mengganggu kecenderungan jangka panjangnya. Sistem ini cukup sering membuahkan keberhasilan, dan pada saat itu sistem tersebut dipuji sebagai satu-satunya sistem yang sanggup memadukan kelebihan-kelebihan sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang. Namun dalam prakteknya, tidak selamanya sistem kurs ini mampu mengatasi ketidakseimbangan pada neraca pembayaran. Salah satu kesulitan yang mungkin timbul adalah otorita moneter bisa jadi tidak berada pada posisi yang lebih baik ketimbang para spekulan, investor, dan pedagang uang professional dalam menduga-duga kecendrungan kurs dalam jangka panjang.

V.                CARA - CARA MELAKUKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL

6

7

Page 5: Sejarah Sistem Moneter Internasional

Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat digunakan beberapacara,antaralain:8[8]

1.       Cash Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum kenal baik dengan importir.

2.       Open Account Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta dokumen-dokumen.

3.       Commercial Bill of Exchange Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.

4.       Letter of Credit L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan L/C), Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.

5.       Private Compensation Adalah penyelesaian pembayaran dengan kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.

VI.              Kelemahan Sistem Moneter InternasionalKetika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya

menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 : masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan emas.

Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh ekonomi dunia,

telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki tingkat harga yang stabil di

antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF

di antara awal pendiriannya tahun 1946 dan 1971. Pada awal pendiriannyaIMF memberi negara-

negara sebuah filosofi manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau

terkendali (fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada

8

Page 6: Sejarah Sistem Moneter Internasional

para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat memperbaiki mata

uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS. Pada praktiknya, kebijakan

seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat; rencana stabilisasi (inflasi)

melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang

menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin sepertinya.

Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak diperlukan

sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat

aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan

tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar

mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter

internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang.

IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional menjadi peran

baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang (bahkan broker utang-pent),

fungsi yang sebenarnya bias diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan

dari negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk

stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali

konsep yang ditawarkan serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa

tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat pendapatan

sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali

mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding

perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan II) yang amat menghancurkan.

Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada. Setiap negara memiliki

sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem

ini. Selama ribuan tahun negara-negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu

logam mulia (emas atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad

terakhir sejak sistem moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi

sistem moneternya sendiri, fen omena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam kerjasama antar

negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para ekonom mengetahui bahwa

ketergantungan diantara sistem moneter internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan

neraca pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain. Apabila satu negara

memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-negara lain memiliki neraca

Page 7: Sejarah Sistem Moneter Internasional

perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara

otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar

mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada n-1 nilai tukar yang

independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar

tetap di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang membiarkan

kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan (redundancy problem) masalah

kelebihan. Aturan dimana tambahan derajat kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau

dalam kasus standar emas (gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.

Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang tunggal dan nilai

tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan yang luar biasa. Dalam

prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting

dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan

aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara AS.

VII.        Negara yang Mengalami Kepailitan

Pada tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman kepada negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak akan mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ”(utang pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981, sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada tahun 1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 – 1980 dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong meningkatnya inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia. Sementara itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga menggoncang perekonomian dan kemampuan untuk membayar utang.

Tahun 1979 – 1980 harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga pinjaman baru maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga variabel. Negara berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5 milliar/tahun untuk setiap kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini mengakibatkan naiknya nilai mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya meminjam uang dalam bentuk AS$ sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$ menambah beban. Beban tersebut menjadi lebih berat karena pembayaran komoditi ekspor diterima dalam berbagai mata uang lain yang digunakan untuk membayar uatang dalam AS$.

VIII.    Pemecahan Masalah Utang 9[9]

9

Page 8: Sejarah Sistem Moneter Internasional

IMF, BIS, bank-bank sentral nasional dan bank-bank komersial berusahan keras mengatasi masalah utang ini melalui berbagai cara, jangka pendek dan jangka panjang.

VIII.A Pemecahan Jangka PendekCara mengatasi masalah utang jangka pendek yaitu dengan melakukan penjadwalan ulang

pembayaran utang agar negara penerima pinjaman dapat mengembalikan utangnya pada saat jatuh tempo, walaupun diperlukan negosiasi yang cukup alot. Negara berkembang penerima pinjaman tidak dapat melaksanakan program-program kegiatannya secara fleksibel karena adanya tekanan dari IMF. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tertahan karena dana baru dari hasil ekspornya atau pinjaman yang digunakan untuk membayar utangnya, bukan melanjutkan programnya atau kegiatan produktif lainnya. Negara berkembang dapat mengurangi utangnya dengan meningkatkan ekspornya agar diperoleh surplus neraca pembayaran. Namun hasil surplus tersebut sebagian digunakan untuk membayar utangnya, kemudian sebagian lagi untuk biaya impor dalam upaya peningkatan ekspor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi negara berkembang sangat lamban dan bahkan terhenti. Negara berkembang memerlukan banyak dana untuk menggerakkan roda perekonomiannya, tapi jika memperoleh pinjaman juga akan memperberat beban utangnya. Negosiasi ulang utang biasanya terlebih dahulu diikuti dengan tindakan pengetatan agar dapat mendorong menurunnya standar kehidupan, pertumbuhan ekonomi dan ekpor. Kemudian, meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan penyesuaian dan keterpaduan kebijaksanaan jangka pendek, karena permasalahan yang dihadapi negara berkembang tidak hanya masalah utang tetapi juga masalah ekonomi, budaya dan perilaku. Beberapa contoh kegagalan sovereign debt adalah Equador, Yunani, dan Mesir. Equador mengalami kegagalan membayar utangnya sejak tahun 1800 dan untuk memulihkan perekonomiannya diperlukan waktu 113 tahun. Yunani mengalami kegagalan membayar utangnya selama 87 tahun. Dua abad yang lalu negara-negara terkenal seperti Belanda, Austria, Jepang dan Cina juga pernah mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya membayar utang luar negeri. Mesir yang gagal memenuhi kewajiban utang luar negeri tahun 1976, telah membelanjakan lebih banyak uang pinjamannya untuk penari balet dan semacamnya daripada untuk pekerjaan umum. Paris Club, kelompok pemberipinjaman negara Barat, memberikan ampunan berupa penghapusan separoh utang Polandia atau senilai AS$ 17,5 milliar. Sedangkan Amerika Serikat memberikan ampunan berupa penghapusan utang Mesir sebagai imbalan atas bantuan Mesir kepada Amerika Serikat pada saat perang melawan Irak. Pemberian bantuan ini didasarkan pada nilai kemanusiaan dan mendorong terciptanya reformasi ekonomi, sehingga membangkitkan kegiatan ekonomi yang sudah rapuh.

VIII.B Pemecahan Jangka PanjangBeberapa saran untuk memecahkan masalah utang jangka panjang adalah sebagai berikut: 1. Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman barunya untuk

kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada untuk keperluan yang bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi ambisi pemeintah.

2. Negara penerima pinjaman hendaknya membangun dana cadangan yang cukup untuk jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mampu menjaga fluktuasi harga komoditi ekspor bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan

3. Negara maju harus terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka pasarnya untuk barang ekspor dari negara berkembang melalui persaingan yang sehat.

4. IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu tekanan kepada negara peminjam.

Page 9: Sejarah Sistem Moneter Internasional

5. IMF, Bank Dunia dan negara pemberi pinjaman hendaknya memberi pinjaman dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan untuk jangka panjang.

6. Sebagian utang negara berkembang hendaknya diubah bentuknya menjadi bentuk equitas, sehingga mendorong timbulnya rasa memiliki atas proyek-proyek yang dilaksanakan. Sebagian utang lainnya hendaknya diperpanjang jatuh temponya dengan penerapan bunga ceiling.

7. Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing

8. Jangan menyalahkan satu pihak atas timbulnya krisis utang

Apakah Amerika Serikat terlibat Utang?10[10]

Amerika Serikat telah menjadi negara donatur besar dunia selama 70 tahun, namun pernah menjadi negara penerima pinjaman terbesar di dunia yang membuat Amerika Serikat menjadi negara yang mandiri. Utang Amerika Serikat sebagaimana yang dikatakan Departemen Perdagangan, net negative international investment position , yaitu selisih antara nilai asset negara lain di Amerika Serikat dengan asset Amerika Serikat di negara lain.

Perbedaan utang Amerika Serikat dengan negara berkembang:

1. Nilai asset negara lain yang berada di Amerika Serikat yang bernilai di atas AS$ 3 milliar dijamin dalam obligasi US Treasury yang diperdagangkan setiap hari di pasar internasional. Nilai asset tersebut memiliki tingkat perubahan yang konstan tidak seperti di negara berkembang.

2. Asset negara lain di Amerika Serikat dinilai berdasarkan nilai buku sehingga nilai perkiraannya dapat mencapai di atas AS$ 100 milliar. Nilai buku berdasarkan nilai saat dilakukan pembelian dan dilakukan depresiasi sesuai usia asset.

3. Asset Amerika Serikat di negara lain dilaporkan menghasilkan banyak keuntungan misalnya dari bunga dividen investasi dollar.

4. Total utang Amerika Serikat sebesar 6% dari GDP Amerika Serikat. Sedangkan biaya jasa untuk utang per tahunnya tidak mencapai 1 persen dari niali ekspor barang dan jasa Amerika Serikat.

Utang luar negeri Amerika Serikat dalam bentuk AS$, sehingga untuk melunasi utang

tersebut Amerika Serikat dapat mencetak obligasi sejumlah yang diperlukan. Negara

berkembang yang utangnya tidak dengan mata uang sendiri tidak dapat melakukan seperti

Amerika Serikat.

IX.           Sistem Moneter Islam11[11]

10

11

Page 10: Sejarah Sistem Moneter Internasional

Pertanyaannya, dari ketiga sistem moneter (Fixed Exchange Rate System, Floating Exchange

Rate System dan Pegged Exchange Rate System) , manakah yang sesuai dengan konsep ekonomi

Islam? Beberapa argumen muncul. Yang paling dianggap benar, namun sering dianggap radikal

bahkan oleh pengusung ekonomi Islam sendiri adalah kembali menggunakan mata uang fisik

dinar dan dirham (full bodied money). Yang moderat mengusulkan supaya mata uang sekarang

agar di-backup dengan emas sebagaimana Bretton Woods. Sedangkan yang paling lunak adalah

sebagaimana seperti adanya sekarang, hanya bagaimana pemerintah mengatur supaya tidak ada

lagi unsur maghrib (masyir ‘spekulasi’, gharar ‘penipuan’ dan riba) dalam sistem moneter yang

berlaku. Dari ketiga usulan itu, penulis dengan tegas menolak yang disebutkan terakhir

berdasarkan kenyataan bahwa sistem moneter yang ada sekarang memungkinkan pihak yang

mengejar keuntungan pribadi melakukan aksi maghrib tersebut. Terbukti, betapapun pemerintah

menghimbau para spekulan, aksi spekulasi di bursa valas masih tetap gencar.

Adapun alternatif yang pertama, saat ini akan (masih) sulit diwujudkan. Kesulitan ini

terutama karena dinar dan dirham—meski sebenarnya merupakan mata uang dari luar Islam

yaitu Romawi dan Persia—telah dicitrakan sebagai mata uang Islam. Menurut penulis,

seandainya negara-negara Islam mengusulkan kepada dunia untuk menggunakan dinar dirham,

akan banyak penolakan terutama Barat yang phobia terhadap Islam. Dengan begitu, peluang

terbesar ada pada usulan moderat, yaitu agar mata uang-mata uang sekarang kembali di-backup

dengan emas—tentu dengan beberapa penyempurnaan dari system sebelumnya (Bretton Woods).

System inilah yang oleh kalangan barat ingin kembali digulirkan yang dikenal dengan istilah

Bretton Woods II. Usulan ini bahkan didukung oleh nama-nama besar seperti Joseph E. stiglitz

(Ekonom Peraih Nobel dari Amerika), Gordon Brown (PM Inggris) hingga Nicholas Sarkozy

(Presiden Perancis).

devaluasi? Qur’an melarang hal ini:12[12]

“….. jangan mengambil dari orang-orang apa-apa yang menjadi milik mereka dengan cara

menurunkan nilainya (Qur’an Al Araf:75, Hud:85, Al Shuara:183).

Presiden, alim ulama, mungkin tidak membaca ayat ini ketika mereka menyatakan

penggunaan uang kertas itu halal. President Roosevelt, pada April 1932, ketika Federal Reserve

12[12] Lihat artikel dari

“http://embunkemuliaan.blogspot.com/search/label/Sistem%20Moneter%20Islam%20dan%20Internasional” dan berbagai wacana lainnya

Page 11: Sejarah Sistem Moneter Internasional

baru saja didirikan, yang merupakan institusi swasta, bukan institusi pemerintah, memaksa

pemerintah AS untuk melakukan devaluasi, demoneytized gold, dengan cara mengeluarkan

peraturan dimana rakyat tidak boleh menyimpan emas dalam bentuk apapun juga dan wajib

menukarnya dengan uang di Federal Reserve, rakyat yang kedapatan memegang emas, akan

dipenjarakan.

1932, USD 20 untuk 1 ons emas.

Mereka yang pintar, seperti mereka-mereka yang tidak masuk kerja di WTC pada tanggal 9

September, melakukan hal yang sebaliknya. Mereka mengumpulkan semua uang yang mereka

miliki dan menukarnya dengan emas, kemudian emas itu mereka bawa keluar AS.

Pada januari 1934, Roosevelt mencabut undang-undang itu dan menetapkan bahwa emas

dapat dimiliki kembali dengan nilai yang sudah didevaluasi, remoneytized gold,

1934, USD 35 untuk 1 ons emas.

Roseevelt seharusnya sudah dipotong tangan kiri dan kanannya juga kaki kiri dan kanannya

karena telah melakukan pencurian legal terhadap rakyat Amerika.

Diseluruh jagat dari 1950 (Bretton Woods) hingga sekarang 2011, mata uang negara-negara

yang terdapat dalam persekutuan Yahudi Kristen, disebut sebagai hard currencies, mata uang

kuat, sedangkan untuk negara-negara lainnya disebut soft currencies, mata uang lemah, dimana

mata uang lemah ini terus menerus di devaluasi sehingga nilai berkurang terus menerus,

sehingga pada saat yang bersamaan terjadi perpindahan kekayaan alam yang masif, dari negara-

negara mata uang lemah ke negara-negara mata uang kuat.

Contoh;

1997   USD 1   =    Rp.2.305

1998   USD 1   =    Rp.5.300

2011   USD 1   =    Rp.8.500 (kurang lebih)

Sehingga, pada tahun 1997, AS dan Eropa dengan USD 1 dapat membeli (misalnya 1 kg 

gula seharag Rp. 2000) maka dengan uang yang sama yaitu USD 1, pada tahun 1998 mereka

dapat membeli 2,5 kg gula, dan pada tahun 2011, 4 kg gula. Karena hanya mereka yang tahu

kapan waktu devaluasinya. Sementara itu, rakyat Indonesia, dengan uang yang sama, pada tahun

1997 dapat membeli 1 kg gula, pada tahun 1998, 0,5 kg gula, dan pada tahun 2011, satu sendok

saja tidak dapat. Kecuali para elit predator di Indonesia yang menjadi antek persekutuan Yahudi

Kristen. Ini adalah pencurian, perampokan, penjajahan dan perbudakan.

Page 12: Sejarah Sistem Moneter Internasional

Mereka para elit predator bukan hanya ingin kaya, dengan 3 mercedes benz di garasi mereka,

mereka tidak hanya ingin merampok manusia, namun mereka ingin menetapkan kediktatoran

mereka, terhadap seluruh manusia sejagat yang terlalu bodoh, atau terlalu acuh, atau terlalu

terpesona dengam kemegahan dunia baratnya Yahudi Kristen di kota-kota tempat tinggal

mereka! Disetiap negara-negara didunia, mereka memiliki antek-antek penjilat bokong mereka,

manusia dari berbagai macam warna kulit, yang menjadi penguasa di masing-masing negara,

sehingga nantinya, dimasa depan yang tidak terlalu jauh, satu orang akan memerintah seluruh

manusia sejagat dari Jerusalem.

Rasulullah, SAW: “Akan datang suatu masa, dimana tidak akan ada yang berharga selain

dinar dan dirham!”

Kini kita tahu bahwa sistem moneter barat ini akan jatuh. Ketika uang diseluruh dunia jatuh,

sebuah kiamat finansial ini akan menjadikan peristiwa 9 September sebatas pencuci mulut.

Dimana uang kertas dan uang elektronik tidak berharga, anda tidak bisa kemana-mana, akan

terjadi pembantaian besar-besaran,  pembunuhan, perang dengan senjata nuklir.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi,praktisi, regulasi,

mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan dengan mata uang yang

lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari

pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta

proses penyesuaian neraca pembayaran internasional.

Sistem Standar Emas 1870 – 1914 Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris

menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Zaman Bretton Woods, 1944 – 1973. Dalam

perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu International Bank for

Recontruction and Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter

Internasional.

Sistem Penetapan Kurs Mata Uang bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu Free

Float (Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang

bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang dikelola (Managed Float) Sistem mengambang

Page 13: Sejarah Sistem Moneter Internasional

bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona Target

Tertentu Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya

secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Cara Melakukan Transaksi Internasional Cash,Open

Account, Commercial Bill of Exchange, Letter of Credit, private compensation.

DAFTAR PUSTAKA

Sartono. Agus, “manajemen keuangan internasional”, Yogyakarta: BPFE-

YOGYAKARTA, 2001

Eiteman. David K, “manajemen keuangan multinasional edisi kesembilan”, Indonesia: PT

INDEKS Kelompok Gramedia, 2003

Madura. Jeff, “manajemen keuangan internasional edisi empat”, Jakarta: Erlangga, 1997

Ghofur W. Muhammad, “pengantar ekonomi moneter”, Yogyakarta: Biruni press, 2007

Huda. Nurul, “ekonomi makro islam pendekatan teoritis”, Jakarta: Kencana, 2009

Jain, Subhash C., “manajemen pemasaran internasional”, Jakarta: Erlangga, 1996.

http://ana-ekonomi.blogspot.com

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=1241:sistem-nilai-tukar-uang-dalam-islam

http://datakuliah.blogspot.com/2009/11/sistem-moneter-internasional.html

http://embunkemuliaan.blogspot.com/search/label/Sistem%20Moneter%20Islam%20dan

%20Internasional

http://devania.wordpress.com

Page 14: Sejarah Sistem Moneter Internasional

13[1] Sartono. Agus, “Manajemen keuangan internasional”, 2001, Hal. 2814[2] Ghofur W. Muhammad, “pengantar ekonomi moneter”, 2007, hal.4015[3] Eiteman. David K, “manajemen keuangan multinasional edisi kesembilan”, 2003, hal. 2416[4] Lihat artikel dari sumber: “www.ana-ekonomi.blogspot.com”17[5] Sartono. Agus, “Manajemen keuangan internasional”, 2001, Hal.2818[6] Ibid, hal. 2819[7] Lihat artikel dari sumber :”http://datakuliah.blogspot.com/2009/11.html”20[8] Lihat “http://ana-ekonomi.blogspot.com”, juga beberapa materi dari dosen dan diskusi kuliah21[9] Lihat artikel “http://datakuliah.blogspot.com/2009/11/sistem-moneter-internasional.html” dan berbagai wacana, seminar dan diskusi kuliah22[10] Ibid,23[11] Lihat artikel dari sumber:“http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1241:sistem-nilai-tukar-uang-dalam-islam”

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23