sejarah media massa: revolusi keempat

47
I REKREASI PUBLIK Hari-hari nan indah pada masa lalu tidak pernah begitu indah, kecuali untuk sebagian kecil orang yang beruntung. Bila tabir kehidupan masa lalu diungkap, dapat diketahui bahwa bagi sebagian besar orang, hidup itu kejam dan tidak pasti. Namun bila dibandingkan dengan masa sekarang, moralitas publik tidak begitu jauh perbedaannya, kecuali dalam urusan derajat diperbolehkannya mendapatkan sesuatu. Pada era Victoria, media massa memenuhi kabarnya dengan skandal. Para pekerja hanya memiliki hiburan yang murah di rumah-rumah yaitu berupa saling mengolok satu sama lain lalu bernyanyi dan menari bersama. Kemewahan hidup orang-orang kaya terkadang dipertontonkan seperti saat ini, yang mana cara mereka menunjukkannya adalah dengan menghadiri opera, pertandingan, sepak bola, dan makan malam privat. Revolusi Industri pada abad ke-19 membuat masyarakat berpindah dari pedesaan ke perkotaan. Walau hidup masyarakat miskin masih sengsara, upah non pertanian meningkat selama kuartal terakhir abad tersebut sedangkan biaya hidup justru menurun. Jam kerja biasa sedikit berkurang – ini membuat mereka dapat menikmati libur pada hari Sabtu siang dan sepanjang hari pada hari Minggu. Untuk para keluarga dari kalangan atas, liburan musim panas adalah pilihan mereka. Kemiskinan pada masa tersebut sudah didokumentasikan. Sayang, sedikit sekali informasi yang diberikan mengenai rekreasi publiknya. Bagi mereka yang terbiasa hidup di jalanan yang kejam di perkotaan, pergi kemanapun bukanlah masalah. Pada awal abad berikutnya, lampu elektrik menghidupkan setiap sudut jalanan, dan lampu yang berwarna- warni menerangi toko-toko dan kafe. Ini membantu masyarakat untuk merasa lebih aman tinggal di jalanan yang mereka biasa tinggali; yang mana dulu tersembunyi dalam kegelapan dengan lampu remang- remang. Menyenangkannya jalan-jalan pada malam hari tidak lagi dirasakan oleh masyarakat kelas menengah dan kelas atas, namun masih dirasakan oleh masyarakat yang lebih miskin, terutama mereka yang tinggal di kota-kota yang tidak memiliki fasilitas setara rumah- rumah Amerika dan menginginkan untuk melarikan diri dari kebosanan, kepadatan penduduk, atau perasaan sepi. 1

Upload: sparkling-brightly

Post on 26-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ringkasan dari bab keempat buku A History of Mass Communication yang membahas tentang revolusi tahap empat: entertainment.

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

I

REKREASI PUBLIK

Hari-hari nan indah pada masa lalu tidak pernah begitu indah, kecuali untuk sebagian kecil orang yang beruntung. Bila tabir kehidupan masa lalu diungkap, dapat diketahui bahwa bagi sebagian besar orang, hidup itu kejam dan tidak pasti. Namun bila dibandingkan dengan masa sekarang, moralitas publik tidak begitu jauh perbedaannya, kecuali dalam urusan derajat diperbolehkannya mendapatkan sesuatu. Pada era Victoria, media massa memenuhi kabarnya dengan skandal. Para pekerja hanya memiliki hiburan yang murah di rumah-rumah yaitu berupa saling mengolok satu sama lain lalu bernyanyi dan menari bersama. Kemewahan hidup orang-orang kaya terkadang dipertontonkan seperti saat ini, yang mana cara mereka menunjukkannya adalah dengan menghadiri opera, pertandingan, sepak bola, dan makan malam privat.

Revolusi Industri pada abad ke-19 membuat masyarakat berpindah dari pedesaan ke perkotaan. Walau hidup masyarakat miskin masih sengsara, upah non pertanian meningkat selama kuartal terakhir abad tersebut sedangkan biaya hidup justru menurun. Jam kerja biasa sedikit berkurang – ini membuat mereka dapat menikmati libur pada hari Sabtu siang dan sepanjang hari pada hari Minggu. Untuk para keluarga dari kalangan atas, liburan musim panas adalah pilihan mereka.

Kemiskinan pada masa tersebut sudah didokumentasikan. Sayang, sedikit sekali informasi yang diberikan mengenai rekreasi publiknya. Bagi mereka yang terbiasa hidup di jalanan yang kejam di perkotaan, pergi kemanapun bukanlah masalah. Pada awal abad berikutnya, lampu elektrik menghidupkan setiap sudut jalanan, dan lampu yang berwarna-warni menerangi toko-toko dan kafe. Ini membantu masyarakat untuk merasa lebih aman tinggal di jalanan yang mereka biasa tinggali; yang mana dulu tersembunyi dalam kegelapan dengan lampu remang-remang. Menyenangkannya jalan-jalan pada malam hari tidak lagi dirasakan oleh masyarakat kelas menengah dan kelas atas, namun masih dirasakan oleh masyarakat yang lebih miskin, terutama mereka yang tinggal di kota-kota yang tidak memiliki fasilitas setara rumah-rumah Amerika dan menginginkan untuk melarikan diri dari kebosanan, kepadatan penduduk, atau perasaan sepi.

“Menyalanya lampu merupakan pertanda waktu bekerja telah usai, dan waktu untuk bersenang-senang sudah tiba…”

Adanya listrik tidak hanya membuat aktivitas keluar pada malam hari terasa lebih aman dan menyenangkan, namun juga lebih mudah dan lebih murah daripada sebelumnya. Di pusat kota perlahan dibangun pasar modern dan tempat rekreasi.

Selama berabad-abad lamanya, pertokoan dan festival keagamaan telah membawa orang-orang berkumpul untuk saling berbagi kesenangan. Eksposisi nasional dan berbagai pameran tingkat dunia dimulai dari Pameran Centennial di Philadelphia pada 1876 yang membahas mengenai perkembangan bisnis. Dimulai dari menjadi pusat informasi mengenai dunia baru industri, Amerika justru kemudian memberi fokus utama pada tempat-tempat rekreasi. Taman-taman dibangun dan kemudian dikenalkanlah permainan baseball.

1

Page 2: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Uang dari Kalangan Bawah

Pendapatan awal dari film proyeksi tidak didapatkan dari tempat diadakannya konser, yang mana banyak orang dari kalangan atas dan kalangan menengah mulai beralih dari teater ke film. Pendapatan mereka berasal dari saku orang-orang miskin yang berada di perkotaan. Banyak diantara mereka yang tinggal di gubuk dan rumah-rumah kumuh, serta bekerja di tempat yang penerangannya dan sirkulasi udaranya minim. Mereka harus bergelut dengan pabrik yang banyak membawa bahaya, untuk berjam-jam lamanya hanya untuk upah yang minim. Atau mereka bekerja di rumah untuk mengerjakan pekerjaan sewaan dengan upah yang lebih menyedihkan lagi.

Orang-orang miskin ini jelas hanya memiliki sedikit sekali uang untuk dihabiskan demi hiburan, bahkan untuk berpakaian rapi ke teater sekalipun tak terlintas di pikiran mereka. Namun jikalau anda mendapatkan upah satu dollar tiap harinya, anda tentu akan ingin pada hari Sabtu malam menghabiskan beberapa keping uang untuk menikmati indahnya pemandangan yang dihiasi dengan lampu-lampu nan indah dan kerumunan nan ramai. Satu keping uang dapat membawa mereka kepada mesin untuk menguji kemampuan ataupun kekuatan mereka. Dengan sekeping uang itu juga mereka dapat mendengar suara dari phonograph, menonton motion picture, atau duduk bersama teman ataupun keluarga untuk menonton film yang di proyeksikan ke dinding.

Lloyd Morris menulis:

Di rumah-rumah kumuh, banyak sekali imigran yang tidak familiar dengan bahasa Inggris. Mereka tidak bisa membaca koran, majalah, ataupun buku. Namun gambar yang bergerak mengkomunikasikan makna yang tersirat didalamnya dengan jelas dan dengan baik. Untuk menikmatinya, tidak perlu mereka mempelajari bahasa baru. Hal ini membuat mereka merasa tidak terlalu malu atas ketidakbisaan mereka dalam membaca dan menulis serta atas adat istiadat Amerika. Mereka menjadi merasa tidak begitu diisolasi. Para pekerja dapat melarikan diri sejenak dari kejenuhan dan kelelahan dengan sedikit uang yang mereka punya untuk menonton film proyeksi tersebut sebagai bentuk hiburan yang murah.

Seiring dengan bertambahnya kekuatan Revolusi Industri, tidak hanya ada peningkatan pada media informasi massa, tapi juga hiburan massa. Karena adanya perakitan dan teknologi, orang-orang dapat membeli kamera untuk mengambil foto satu sama lain dan liburan tahunan mereka yang mereka letakkan di ruang tamu mereka. Mereka membeli novel dan majalah. Di abad yang baru ini, tiap minggunya mereka pergi ke pameran. Industri hiburan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesenangan dan hiburan, yang merupakan revolusi informasi dunia keempat.

2

Page 3: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

II

KORAN SEBAGAI MEDIA HIBURAN

Ketika masyarakat mulai menyesalkan tergantikannya koran oleh televisi, perlu diketahui bahwa koran pernah menjadi susuatu yang disesalkan dengan alasan yang sama. Sosiologis Max Weber mengungkapkan pendapatnya di tahun 1910:

“What is the effect if newspapers on the kind of reading habits of modern man? On this all kinds of theories have been constructed. There was also the argument that the book is being replaces by the newspaper… ”

Tidak semua pembaca koran — apalagi pemirsa televisi memberikan perhatian penuh pada real news; laporan kejadian yang ada sekitar secara signifikan, karenanya bila kita sadari, dua media yang bersangkutan tidak melulu menghadirkan real news, namun juga menambahkan segmen lain yang biasa disebut entertainment. Halaman-halaman entertainment berisi ulasan lifestyle, horoskop, komik strip, kuis, TTS, ataupun kolom curhat. Lebih jauh, terdapat bagian khusus sport atau gosip yang disajikan di samping berita-berita utama.

Koran lokal ditengarai tidak bisa bertahan kala menyajikan berita serius melulu, tanpa mengikuti selera publik yang notabene menginginkan hiburan. Maka wajar bila konten koran saat ini tak bisa lepas dari ketertarikan publik.

Penambahan ‘Warna’

Tentunya media hiburan dahulu tidak langsung tampil cerah berwarna. Tren warna baru muncul di akhir abad 19, ketika William Randolph Hearst menambahkan inovasi baru di korannya, New York Journal tahun 1896. Hanya dengan menambahkan tinta kuning pada pakaian tokoh di strip Hogan’s Alley buatan Richard F Outcault, tren warna ini langsung populer, menjadikan tokohnya melejit menjadi Yellow Kid.

Kepopuleran Yellow Kid bukan hanya karena warna secara literal, melainkan hubungannya dengan yellow journalism, istilah yang disematkan pada dua koran besar New York saat itu, Journal milik Hearst dan World milik Pulitzer, saat keduanya bersaing sengit menyajikan berita-berita sensasional dan penuh kontroversi.

Perkembangan tak hanya terjadi di Amerika, di awal abad 20, muncul media yang disebut tabloid di London. Tabloid dikemas sedemikian rupa bagi mereka yang berada di kendaraan umum seperti subway dan tetap ingin membaca koran. Ukuran Headline dan tulisan disesuaikan, sama halnya dengan jumlah gambar yang disajikan. Cerita-cerita dibuat lebih menyenangkan dan dalam beberapa kasus, nampak sensasional.

3

Page 4: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

III

MAJALAH UNTUK AUDIENS YANG BERBEDA

Dibanding masa-masa sebelumnya, publik mulai terklasifikasikan menurut ketertarikannya akan majalah. Jutaan pembaca membaca majalah yang bidangnya bersifat umum, dimana disisi lain majalah dengan bidang yang lebih spesifik hanya diikuti oleh ribuan pembaca saja masing-masing. Contoh dari pengklasifikasian audiens ini adalah adanya majalah Pizza and Pasta dan Living With Teenagers.

VCR (Video Cassette Recorder), radio, dan televisi kabel juga mulai memberi banyak pilihan bagi para audiensnya untuk mendapatkan informasi lebih mengenai bidang yang disukainya. Namun dari semua media yang ada, tidak ada media yang pengklasifikasiannya sebanyak majalah.

Inggris dan Awal Kolonial

Pada awal abad ke-18, majalah lahir dari adanya koran, seperti seabad lalu dimana koran lahir dari selebaran berita dan pamflet. Penerbit yang pertama menerbitkan publikasinya tiap minggu, yaitu The Review, pada masa itu antara masih ditahan atau baru saja bebas dari penjara Newgate. Beliau adalah Daniel Defoe, yang lalu menjadi author dari Robinson Crusoe. The Review kemudian diikuti oleh The Tatler dan The Spectator, yang berisikan esai-esai yang brilian dan masih dibaca hingga sekarang.

Terbentuk setelah apa yang terjadi di Inggris, majalah pertama Amerika, diterbitkan oleh Benjamin Franklin dan Andrew Bradford, muncul pada 1741. Kebanyakan dari majalah yang awal-awal diterbitkan hanya bertahan sementara karena dana yang tidak mencukupi untuk bertahan pada periode awal, tidak memadainya fasilitas distribusi, dan peralatan percetakan yang kurang memadai. Tidak seperti koran, tidak ada layanan pos yang dibuat untuk majalah, yang berarti bukan hanya makin tingginya biaya yang dikeluarkan, namun juga tidak tersampaikannya majalah yang dicetak.

Namun setidaknya ada seorang penerbit Massachusetts yang berulang kali menawarkan untuk menerima upah berupa kayu, keju, daging babi, jagung, dan produksi lainnya. Para editor, yang berhutang budi padanya untuk distribusi majalah dan koran, memenuhi semua permintaannya sebagai bayaran atas jasanya.

Sebagian masalah yang para penerbit majalah hadapi berada pada kurangnya pemasaran berupa iklan dan konsekuensi akan tingginya ketergantungan akan sirkulasi penerimaan pemasukan dan pengeluaran dana.

Intinya; majalah bukanlah untuk orang-orang yang tidak berkecukupan. Bila diandaikan, koran Amerika adalah seorang pekerja keras yang sangat sibuk dan selalu berkeringat. Disisi lain majalah Amerika adalah seorang pria mapan yang serius, tenang, dan sentimental.

Majalah-majalah Amerika pada awalnya memiliki ukuran yang sama dengan The Reader’s Digest pada masa kini yang terdiri akan 64 halaman yang dicetak dengan kertas kaku, kasar, dan berbahan dasar kain perca. Terkadang diterbitkan mingguan, bulanan, atau setiap kuarter tahun. Beberapa ilustrasi terdiri dari beberapa potongan kayu, dan majalah yang lebih mahal menawarkan

4

Page 5: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

ukiran dari baja atau perunggu, terlebih lagi jika penerbitnya sendiri merupakan seorang pengukir. Sebuah ukiran bernilai sama dengan seluruh konten yang membahas satu buah isu.

Majalah Amerika cenderung meniru majalah Eropa, utamanya majalah Inggris. Dunia kekurangan banyak elemen untuk menempatkan majalah sebagai media yang berkualitas, dengan seniman yang kompeten dan percetakan yang dapat diandalkan. Sebagai hasilnya, apa yang dihasilkan dari penerbitan itu sendiri seringkali merupakan hal-hal yang kasar, atau bahasa lainnya, belum terpoles.

Umumnya Plagiarisme

Satu hal yang kurang adalah penulisan yang bersifat orisinil. Majalah awal Amerika lebih mengapresiasi editor daripada penulis — dimana para editor tersebut dengan mudahnya mendapatkan bahan untuk majalahnya dari buku, koran, artikel, lirik lagu, esai, dan fiksi yang diangkat oleh majalah yang lain, utamanya majalah Inggris. Plagiarisme tidak hanya umum dan dilegalkan dua abad sebelumnya, namun juga diharapkan, dimana mempulikasikan kembali merupakan salah satu cara untuk menyebarkan informasi. Esai dan literatur yang paling signifikan pada masa itu cepat atau lambat akan dipublikasikan kembali di majalah Amerika. Literatur diangkat oleh majalah sebagai isunya untuk menarik perhatian pembaca yang utamanya tidak dapat membeli buku nan mahal. Kenyataannya, penerbit buku menjadi ragu untuk mempublikasikan karya dari author yang memenangkan pengakuan publik melalui majalah. Masalahnya adalah, para author tidak memiliki hak cipta akan karyanya, dan karya-karyanya seringkali tidak mencantumkan sumber aslinya.

Pada abad ke-19, mulai ada penulis artikel khusus untuk majalah yang memang bekerja utamanya untuk majalah. Majalah, pada abad ini, mulai rutin diterbitkan bulanan. Lalu ada literatur yang diterbitkan mingguan, ada review yang diterbitkan tiap kuarter tahun, ada majalah khusus wanita, dan ada majalah yang fokus pada daerah tertentu dari sebuah negara.

Majalah pertama dengan pasar raksasa juga merupakan majalah pertama yang menggunakan ukiran kayu dengan jumlah besar. The Penny Magazine, diterbitkan di Inggris pada 1832 sampai 1845 dan ditujukan untuk para seniman dan pekerja yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, pikiran, dan cara berperilakunya.

Majalah wanita, yang mana yang paling ternama adalah Godey’s Lady’s Book, diterbirkan oleh Amerika oleh seorang pria bernama Louis A. Godey yang respek pada wanita dan menginginkan persamaan derajat antar gender. Editornya adalah Sara Jocelyn Hale, yang bekerja untuknya selama 41 tahun. Pembacanya mencapai 150.000 orang, jumlah yang sangat luar biasa pada masa tersebut. Majalah Lady’s Book’s ini terdiri dari cerita pendek, puisi, artikel, dan saran untuk berbagai topik yang dianggap penting. Namun sayang, majalah ini akhirnya kalah populer dengan majalah lainnya.

Pada 1900, setidaknya 50 majalah nasional meningkatkan distribusi majalahnya hingga diatas 100.000 yang terbit tiap bulan seperti Century dan Harper’s yang ditujukan untuk para pembaca yang terdidik, hingga majalah murah yang terbit tiap minggu dan terdiri dari cerita fiksi romantis dan berbagai macam gambar.

5

Page 6: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Majalah-majalah Nickel

Penerbit Frank Munsey meningkatkan distribusi majalahnya yang merupakan selera populer masyarakat dengan menjual majalahnya yang mana harganya lebih rendah daripada biaya produksinya, namun meningkatkan taktik periklanan. Di saat yang bersamaan, ia juga memasuki dunia pasar yang mana ada para pembaca yang sebelumnya seringkali diabaikan.

Majalah dengan harga yang murah mengubah fokus para penerbit. Pada awalnya, perhatian mereka tertuju pada datangnya keuntungan melalui penjualan majalah saja. Namun dengan adanya periklanan, dengan target pembaca yang merupakan konsumen produk maupun jasa tertentu, mereka mendapatkan sumber keuntungan baru.

6

Page 7: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

IV

NOVEL

Pada abad ke-18, muncul sebuah bentuk literatur baru di Inggris yang lalu menyebar ke Eropa dan Amerika. Novel, yang berupakan hasil dari sensibilitas dan moralitas masyarakat kelas menengah, menempatkan karakter-karakter fiksi dalam berbagai kejadian nan kompleks dpada situasi sosial yang acap kali dilalui. Elemen kunci dari novel Inggris adalah naiknya atau turunnya status sosial, topik yang mencuri perhatian para pembaca yang merupakan masyarakat kelas menegah. Dari awal muncilnya hingga abad ke-20, novel didominasi oleh kesadaran akan posisi atau strata sosial.

Para penulis karya fiksi terkenal,contohnya Charles Dickens, membuat ceritanya menjadi terpisah ke dalam berbagai seri pada koran atau majalah mingguan sebelum akhirnya dicetak sendiri. Untuk membuat para membaca terus membeli majalah, para penulis mengakhiri tiap bab ceritanya dengan misteri. Di rumah, para keluarga membacakan cerita berseri ini dengan lantang sebagai bentuk hiburan.

Sepanjang perjalanan, diketahui bahwa masyarakat haus akan novel yang mudah dan ringan untuk dibaca, bukan yang membuat mereka berpikir terlalu keras, dan dipenuhi oleh genre action, petualangan, dan roman. Ada persamaan karakter pada tiap-tiap buku, yang jikalau tidak sangat jahat, karakter tersebut merupakan tokoh yang sangat baik. Akhir ceritanya sangat mudah ditebak. Mudah ditebaknya cerita-cerita ini adalah perihal yang sangat diinginkan publik, yang walau dianggap tidak berkualitas, karyanya sangat menjual.

Pada 1840an, ada teknologi yang memungkinkan dicetaknya novel dengan harga murah. Awalnya dibuat berbagai seri, namun kemudian disatukan dalam bentuk koran. Sampul yang sebelumnya mahal kini dapat direduksi harganya larema adanya teknologi yang menggantikan bahan dasarnya. Ini membuat orang-orang dapat dengan mudah membeli buku tanpa perlu takut tidak dapat membeli.

Pada 1875, dime novel mulai lahir di rumah percetakan di Chicago, yaitu Donnelley, Lloyd & Co. Penerbit lain kemudian mulai mengikuti. Novel-novel tersebut dicetak diatas kertas kasar dengan sampul yang diilustrasikan dengan apik.

7

Page 8: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

V

HIBURAN DALAM SAJIAN

Tiap negara, tiap suku bangsa, telah membuat musiknya tersendiri dengan melodi dan instrumen yang berakar pada tradisi. Musik-musik ini datang dari jiwa dan ada untuk menghibur sesama.

Kini, teknologi membawa musik-musik klasik hingga terbaru yang memanjakan telinga. begitu mudah untuk mendapatkan, menikmati sendiri, hingga kadang membuat kita terlupa dari hal-hal sesederhana menyanyi bersama dengan keluarga.

Meski demikian, beberapa di antara kita, bisa jadi akan memilih jalan menikmati secara pribadi di masa lalu. Bukan berarti musik saat itu tidak terurus; piano, gitar, masih ada di sekitar, hanya saja, untuk dapat dinikmati semudah sekarang, seolah hanya angan-angan. Maka kita patut berterima kasih, mengapresiasi penemuan phonograph – yang menyebarkan suara secara luas, tidak hanya kata-kata penting dalam momen sejarah, namun juga ekspresi pribadi.

Sejarah Perekaman Musik

Berikut adalah lini yang merangkum perkembangan alat perekam dari masa ke masa:

1807 - Thomas Young dari Inggris menggunakan "vibrograph" yang biasa dipakai untuk mengukur frekuensi bunyi (aka garpu tala) dan memodifikasi vibrasinya menjadi permukaan silinder bersulang. Temuannya ini dapat merekam vibrasi suara tak langsung, menjadi cikal bakal penemuan-penemuan selanjutnya.

1843 - Jean-Marie-Constant Duhamel secara independen mendesain "vibroscope" yang memindahkan silinder lateral menggunakan sekrup bergerak. Bisa disebut sebagai phonograph generasi pertama.

1857 - Leon Scott dari Perancis memperkenalkan pengembangan "vibrograph", "phonautograph", yang menangkap suara langsung dari udara. Meski demikian, Scott tidak menciptakannya untuk diproduksi.

1877 - Charles Cros, penyair dan peneliti dari Perancis mendesain voice-reproducing device. Namun karena kurangnya biaya, ia meninggalkan idenya dalam dua lembar dokumen yang sekarang masih tersimpan di Academie des Sciences, Paris. Di tahun yang sama, Thomas Edison merealisasikan sebuah voice-recording machine.

Trivia: Setahun sebelumnya, dua peneliti, Alexander Graham Bell dan Elisha Gray mendesain dan merealisasi voice-transmitting machine, kemudian dipatenkan di hari yang sama.

Edison yang tertarik untuk mempercepat transfer informasi pesan telegraf, mendapat ide merekam suara di saat ia mendengar suara tak biasa yang dihasilkan telegraf dalam kecepatan tinggi. Suatu hari ia menyadari putaran cakram telegraf dalam kecepatan tertentu terdengar seperti not musik. Ia pun bereksperimen dengan memasukkan selembar kertas dalam mesin dan dalam prosesnya ia berteriak "Whooo". Ketika ia mengirim kertas kembali, ia terkaget kaget mendengar suaranya sendiri.

8

Page 9: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

“I had built a toy which included a funnel (and a diaphragm)... A string... was connected to a little cardboard figure of a man sawing wood. When someone sang "Mary had a little lamb" into the funnel, the little man started sawing. I thus reached the conclusion that if I could find a way of recording the movements of the diaphragm I could make the recorder reproduce the original movements imparted to the diaphragm by the person singing, and thus reproduce the human voice.” — catatan Edison tentang apa yang terjadi kemudian

"Mary had a little lamb. It's fleece was white as snow." — adalah kata yang direkam untuk pertama kalinya.

Tiada yang Menyamai

Edison mengembangkan phonograph dan memberikan beberapa demonstrasi, tapi menyadari adanya beberapa keterbatasan komersial, ia memilih untuk fokus pada penemuan lain, tak lain dan tak bukan yakni lampu listrik. Barulah satu dekade kemudian, bersamaan dengan perkembangan hard wax-covered silinder, Edison kembali tertarik melanjutkan penemuan terdahulunya. Setelah mempelajari pasar, ia berpendapat bahwa talking machine bisa membantu proses pembelajaran, dengan merekam buku-buku yang ada.

Edison membayangkan banyak hal; talking doll, mainan-mainan sederhana seperti music box, ataupun phonograph yang menyimpan kata terakhir seseorang. Ia melihat phonograph sebagai obyek penyimpan rekaman, kata-kata penting, dan sumber musik. Ia tidak menduga publik akan begitu tertarik menggunakannya untuk merekam dan memproduksi musik.

Adalah Alexander Graham Bell, yang tertarik berpartisipasi mengembangkan phonograph. Pada 1880, Bell memenangkan $10000 dari pemerintah Perancis untuk penemuan besarnya, telepon. Bell menggunakan uang tersebut untuk membangun laboratorium di Washington DC dan selama enam tahun, ia bersama asosiasinya bereksperimen dengan banyak penemuan-penemuan, hingga akhirnya ia menemukan desain Edison dan memilih untuk mendukung pengembangannya.

Sayang proposal untuk bekerjasama dengan Edison secara langsung ditolak, entah karena alasan profit, legasi, atau murni kompetisi. Edison memulai lagi pengembangan phonograph dari awal, bersama Edison Phonograph Company yang dibentuknya tahun 1887.

9

Phonograph orisinal buatan Edison.Sumber: http://soundbeat.org/2013/01/28/phonograph-history-2/

Page 10: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Setahun berikutnya, Edison memperkenalkan "improved", "perfected" phonograph dengan bahan yang lebih dapat dijangkau. Alexander Graham Bell sendiri akhirnya juga memproduksi talking machine yang disebut Graphophone.

Pada perkembangan berikutnya, dua stenografer menyetujui phonograph dapat digunakan sebagai alat pengajaran secara resmi. Hal yang lebih besar juga menunggu phonograph di tengah pameran besar perayaan seratus tahun Revolusi Prancis. Edison rela menyebrangi samudra Atlantik bersama penemuan-penemuannya, dan membuka area khusus untuk menunjukannya pada dunia.

Parlor Phonograph

Cash reward secara signifikan datang dari ruang-ruang khusus phonograph yang sudah dibuka di beberapa negara, menyanggupi permintaan akan rekaman suara. Ruang khusus phonograph pertama, didekorasi cantik dengan palem palem dalam pot dan permadani, mengundang siapa saja yang berlalu lalang tanpa dikenakan biaya. Entah itu satu keluarga maupun pasangan kekasih, tak perlu malu untuk masuk dan berbagi.

Salah satu ruang khusus phonograph di Kolumbia, menjadi titik awal home-recording, dengan slogan "That Baby's Voice in a Columbia Record". Fitur yang ditawarkan saat itu begitu menarik, meskipun tidak sampai memberi kesempatan untuk merekam karya-karya musisi profesional seperti sekarang.

Mendapatkan tempat di hati masyarakat, perkembangan teknologi phonograph semakin melesat, mulai dari perbaikan kualitas suara, penambahan alat pengatur kecepatan, dan ratusan impruvisasi lainnya. Edison mematenkan tiap-tiap pengembangan, dan di sisi lain siap menghadapi resiko pelanggaran.

Emile Berliner, penemu mikrofon dan peneliti yang ikut berkontribusi dalam pengembangan telepon - menambahkan tiga penemuan baru untuk medium perekam yang lebih baik, salah satunya adalah mengganti silinder dengan piring cakram. Upayanya tak lain bertujuan agar phonograph semakin bisa dijangkau oleh semua kalangan. Keinginan bersama ini baru terwujud dengan jalan yang ditemukan Berliner, seorang imigran Jerman.

10

Parlor Phonograph kala itu.Sumber: http://soundbeat.org/2013/01/28/phonograph-history-2/

Page 11: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Berliner membawa phonograph ke sebuah toko mesin di New Jersey milik Eldridge Johnson, yang kemudian begitu antusias untuk membantu. Dalam catatannya, ia lebih banyak berpendapat soal desain yang mempengaruhi hasil suara. Pengembangan yang dilakukan Berliner dan Johnson melewati banyak masalah pelanggaran paten, hingga akhirnya pihak mereka menang dan benar saja, kualitas suara yang ditampilkan berkembang secara drastis. Bersama perusahaan yang dibentuk Johnson, Victor Talking Machine Company, mereka mendiskusikan pengemasan yang lebih baik, seperti ide menyusun alat perekam dalam satu kabinet keci.

Di London, seorang pelukis, Francis Barraud, tergerak menunjukkan karya-karyanya pada perusahaan gramophone sebagai media periklanan. Karya yang memuat Nipper, anjing keluarganya, kemudian menarik perhatian manajer perusahaan. Barraud menambahkan phonograph silinder Edison dalam karyanya, yang nanti terkenal dengan sebutan "His Master's Voice". Karya tersebut menjadi ikon produksi phonograph secara masal, barangkali juga menjadi gambar iklan yang paling banyak disebarluaskan saat itu.

Dansa dan Jazz

Di masa Perang Dunia I, perusahaan rekaman, terutama Victor dan Columbia, menggerakkan sebuah fenomena sosial baru, dance craze. Adalah saat di mana jenis dansa one-step, turkey trot, tango bersinar, dan awal mula music-musik baru seperti jazz. Sebagian orang merasa bahwa di masa ini banyak hal yang berubah terlalu cepat, seiring bergulirnya pergolakan nasional dan kebudayaan.

Sementara itu, Edison tetap memproduksi dan menjual jutaan silinder hingga tahun 1930-an. Menyesuaikan dengan permintaan populer pasar, perusahaannya pun akhirnya menjadi jasa perekaman juga. Edison begitu mengabdikan diri pada penemuan-penemuannya, hingga ia meninggal di usia 84 tahun.

Modernisasi zaman yang membuat industri perekaman menjadi banyak menuai untung, menarik kompetitor-kompetitor di penjuru Eropa dan Ameika. Pathe bersaudara, Charles dan Emile, menguji peruntungan dalam manufaktur rekaman phonograph—meski nama mereka lebih dikenal karena kontribusi di dunia sinematorgrafi. Gianni Bettini dari Itali dan Henri Lioret dari Perancis juga bergerak dalam manufaktur mesin sekaligus rekaman. Lioret-lah yang kemudian merealisasi apa yang pernah terpikir oleh Edison, sebuah talking doll.

Sesuatu yang baru banyak terlahir dari imajinasi. Diawali dari boneka yang dapat berbicara, kemudian berkembang menjadi microchip, coin-operated phonograph, dan pelopor-pelopor jukebox. Phonograph pun tidak lagi terlihat eksklusif dengan inovasi yang menjadikannya mainan-mainan unik.

11

Page 12: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Rekaman Berkualitas Tinggi

Pada 1920 vacuum tubes menjadi alat pengeras hasil rekaman dan awal dari pencarian banyak aplikasi pendukung industri perekaman. Kemudian penggunaan elektronik pada sound system mentransformasi teknologi suara, dari garutan mekanikal menjadi suara berkualitas tinggi. Tekniksi elektrik dari AT&T Labs milik Bell memusatkan perhatian pada desain mikrofon dan loudspeaker, dan pergerakan jarum piringan phonograph. Stereo, yang juga dikembangkan sejak tahun 1933, didemonstrasikan ke publik pada tahun 1940 melalui soundtrack Fantasia dari Walt Disney.

Ruang-ruang khusus phonograph terlahir kembali dengan penemuan jukebox. Dalam waktu sepuluh tahun, seperempat juta jukebox berneon terlihat di berbagai bar dan restoran. Lagu-lagu yang diputar dalam jukebox menjadi teman minum yang menyenangkan, latar dari percakapan kala makan, dan ritme dansa dadakan.

Selama ratusan tahun, manusia mengimpikan bagaimana menangkap dan memutar ulang suara. Tidak ada realisasi secara teknis sebelum akhirnya mimpi itu terwujud di abad 19 dan hingga kini, mimpi tersebut berkembang secara tidak terbatas. Dengan membeli rekaman-rekaman yang dipoles sedemikian rupa, publik dapat memilih dan menentukan arah musik ke depannya.

Tanpa bantuan phonograph, musik-musik tidak akan tersebar luas ke seluruh penjuru dunia.

“The phonograph brought democracy to music. It's the real meaning of going gold or platinum.”

12

Page 13: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

VI

PEREKAM PORTABLE

Banyak orang menjadi pribadi yang kurang sadar dengan orang-orang disekitarnya. Mereka memaksa berbagi genre musik favorit mereka dengan orang lain dengan cara memutar lagu lewat kotak musik atau lewat speaker mobil dengan volume yang sangat kencang saat berada di jalan atau keramaian. Melihat hal ini, pemilik radio mengidentifikasi orang berdasarkan pilihan musik mereka. Untuk beberapa orang pecinta musik tertentu akan mengundang respon yang ramah kepada mereka yang berbagi selera musik yang ia suka.

Musik yang didengarkan orang lain lewat walkman mereka, juga dapat mengganggu kita jika kita ingin berkomunikasi dengan orang tersebut. Beberapa orang lebih memilih mendengarkan musik dari pada berkomunikasi dengan sesamanya. Kita semua pernah melihat saat orang sedang lari-lari kecil, berjalan, bermain skateboard sambil mendengarkan walkman, mereka seolah-seolah menutup diri dan mempunyai dunia sendiri dengan walkman-nya.

Ketika seseorang melewati jalan dengan mendengarkan musik lewat earphone, mereka sulit mendengarkan suara orang-orang disekitarnya. Hal ini menandakan bahwa keinginan mereka untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar sangat rendah selama ada tape recorder dan earphone di genggaman mereka.

Audiotape

Dua teknologi yang biasa digunakan untuk merekam suara antara lain phonograph dan audiotape. Keduanya mempunyai kesamaan yang mendasar dalam hal merekam dan meproduksi suara, yaitu masing-masing dikembangkan untuk digunakan konsumen. Namun ada perbedaan yang jelas apabila keduanya dibandingkan. Piringan hitam dan CD dipasarkan hanya sebagai alat pemutar suara. Sedangkan audiotape dapat digunakan untuk merekam suara. Portabilitas audiotape menjadikan alat tersebut jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan CD dan piringan hitam.

Teori mengenai rekaman di media magnetik dikembangkan pertama kali oleh Oberlin Smith di Inggris. Ia mempublikasikan teori informasi tentang rekaman magnetik di majalah Dunia Elektro pada tahun 1888. Pada artikel ini, Smith menjelaskan teori dasar dari rekaman suara magnetik.

Smith melakukan percobaan dengan menggunakan sebuah string yang diresapi dengan serbuk besi dan dilewatkan melalui kumparan kabel. Lalu sebuah sirkuit telepon mengubah suara menjadi arus listrik termodulasi saat string tersebut melewati kumparan. Ketika string memutar ulang dan melewati kumparan lagi, parikel besi magnetik akan menghasilkan sinyal listrik yang dapat mereproduksi suara asli. Namun, Smith tidak pernah membangun sebuah perangkat yang berhubungan dengan teori ini dan teorinya tetap belum teruji.

13

Page 14: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Dibutuhkan waktu hingga sepuluh tahun untuk melahirkan pita magnetik yang dapat digunakan untuk merekam. Pada tahun 1894, seorang teknisi telepon Denmark bernama Valdemar Poulsen menemukan prinsip-prinsip perekaman magnetik yang lebih baik dari Oberlin smith. Ia menyebut hasil karyanya dengan nama telegrafon. Telegrafon menggunakan kawat piano yang dilapisi magnet. Menurut Poulsen telegrafon bisa menjadi perangkat perekam suara yang dapat digunakan dalam mesin penjawab telepon atau untuk merekam dan memutar ulang musik di rumah.

Pada tahun 1900 Poulsen mengadakan pameran di Paris. Poulsen memperoleh penghargaan grand prix pada pameran tersebut berkat telegrafon buatannya. Telegrafon milik Poulsen menarik perhatian banyak orang, tapi tidak ada orang yang mau membiayai penelitiannya.

Pada tahun 1927 J.A. O'Neill dari amerika memperkenalkan sistem perekaman magnetik yang menggunakan pita berlapis besi oksida. Satu tahun kemudian, pada 1928, Fritz Pfleumer di Jerman membuat sistem kertas berbentuk pita berdasarkan ide J.A O'Neill di atas. Pfleumer menjual idenya pada perusahaan AEG Jerman, yang lalu menjualnya lagi pada perusahaan BASF. Oleh BASF, pita kertas itu diganti dengan pita selulosa asetat.

Pada tahun 1932 BASF memproduksi pita rekaman magnetik dengan bahan bakar plastik sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. BASF pula yang pertama kali melakukan perekaman musik secara komersial pada tahun 1936, yang lalu ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain, yang kemudian

14

Oberlin Smith dan desain recorder awalnya

Sumber:http://www.aes.org/aeshc/docs/r\ecording.technology.history/tape.html

Valdemar Poulsen dan desain telegrafon miliknyaSumber: http://cs-exhibitions.uni-klu.ac.at/index.php?id=220,

http://en.wikipedia.org/wiki/Wire_recording

Page 15: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

melahirkan industri rekaman kaset. Suara yang direkam dengan menggunakan pita kaset untuk tujuan komersial pertama di dunia adalah suara musik orkestra yang dimainkan London Philarmonic Orchestra, yang dibuat di studio BASF di Ludigshafen, Jerman. Rekaman itu dilakukan pada 19 November 1936.

Pada akhir Perang Dunia II, Magnetophon dapat merekam suara dengan kualitas yang lebih baik daripada kebanyakan phonograph. Magnetophon sendiri adalah merek atau nama perintis tape recorder yang dikembangkan oleh para insinyur dari perusahaan elektronik Jerman AEG pada 1930-an. Magnetophon dikembangkan berdasarkan pita magnetik penemuan Fritz Pfleumer. Magnetophon pertama kali ditunjukkan di Jerman pada tahun 1935 di Berlin Radio Show.

Pidato Adolf Hitler terekam pada audio tape dan didistribusikan stasiun radio di berbagai wilayah di Jerman lewat saluran telepon berkualitas tinggi. Hal ini membuat Sekutu di Jerman bingung bagaimana informasi dari Adolf Hitler bisa berpindah dengan sangat cepat. Kemudian ketika para sekutu mendengar musik dari Berlin Philharmonic dan orkestra lain di tengah-tengah malam, mereka menyadari bahwa Jerman telah bergerak jauh ke depan dalam industri perekaman suara.

Di sisi lain Sekutu perang membajak informasi menggunakan bahan yang ada seperti pita baja dan kawat baja sebagai media perekaman. Memperbaiki pita baja harus menggunakan obor solder. Kawat baja yang digunakan bisa diikat dengan simpul mati dan dipanaskan untuk menyatukan ujungnya. Pada tahun 1943, perekam kawat portabel berada di tangan wartawan radio, tapi kualitas audio mereka masih buruk, dan banyak yang harus diperbaiki.

GIS (Geographic Information System) yang berada di Jerman menemukan stasiun radio yang dilengkapi dengan sesuatu hal — dimana tampaknya tidak ada Sekutu yang sadar. Merekam menggunakan pita magnetik membuat kualitas audio jauh lebih baik dibandingkan menggunakan pita baja.

Setelah perang dunia II berakhir, seorang ilmuwan militer Amerika bernama John T. Mullin menemukan sisa-sisa magnetophone dan pita magnetik yang digunakan Jerman (NAZI). Dia meneliti proses pembuatan tape dan alat perekam tersebut, kemudian mengadaptasi proses pembuatannya dan menyebarkan teknologi tape plastik ke Amerika dan Inggris.

15

Magnetic tape recorder buatan Fritz PfleumerSumber: http://www.telegraph.co.uk/

AEG Magnetophon AEG K7 RRG modified stereo recorder

Page 16: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Penyanyi Bing Crosby, yang tidak suka melakukan siaran langsung, meminta Mullin untuk merekam pertunjukkan di Radio Crosby untuk nantinya bisa dilakukan pemutaran ulang. Mullin adalah salah satu insinyur yang nantinya akan menemukan videotape sebagai sarana penyimpanan dan waktu pergeseran program televisi. Baik audiotape (rekaman suara) dan videotape (rekaman video) nantinya akan merubah dunia penyiaran menjadi lebih canggih dan modern.

Alat untuk Wartawan

Para wartawan radio menyukai alat audiotape karena mereka perlu menangkap suara untuk sumber berita. Alat perekam suara dapat memperluas informasi untuk penulisan berita mereka. Menggunakan alat perekam merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa kutipan-kutipan yang dipakai adalah akurat.

Awalnya musik direkam dengan alat phonograph, tetapi akhirnya perekaman musik banyak menggunakan audio tape karena menghasilkan suara yang lebih baik. Audio tape yang awalnya hanya digunakan di stasiun radio lama kelamaan digunakan oleh banyak di rumahnya masing-masing. Orang-orang yang bisa membeli audio tape ingin pemutar musik milik mereka sendiri dimana ada daftar musik pada alat tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman kaset yang lebih sederhana dan memiliki daftar musik muncul dan mengambil alih pasar.

Pada tahun 1981 muncul Sony Walkman sebagai media pemutar kaset portable. Pita kaset dapat merekam lagu dengan durasi hingga 1 jam di setiap sisinya. Kualitasnya cukup baik namun kerap kali terjadi penurunan kualitas suara yang dihasilkan ketika pita kaset mengalami gangguan, kotor atau rusak. Produk ini bersifat ringan, portabel atau mudah dibawa, menggunakan baterai dan dapat dioperasikan dengan headphone.

Produk portabel lain juga dikembangkan pada masa itu tidak hanya pemutar kaset tapi juga radio, disc player, bahkan televisi. Dengan menciptakan ruang pribadi, pengguna seakan menutup diri dari lingkungan dan dari suara-suara di sekitar mereka. Pada saat itu 22 dari 100 juta stereo pribadi telah terjual. Sementara itu, audiotaped books telah tersedia selama bertahun-tahun dengan status pinjaman seperti di perpustakaan buku. Audiotaped books biasanya digunakan untuk orang buta.

Format Baru

DAT (Digital Audio Tape) merupakan rekaman digital yang menggunakan pita magnetik. Pada waktu kemunculannya dipasaran luas DAT didahului oleh rekaman digital pada kepingan CD, hal ini membuat DAT tidak banyak dikenal orang dan hanya dari kalangan tertentu saja yang memiliki. Pada waktu peralihan dari rekaman analog ke rekaman digital, pihak produsen DAT kurang berani melempar ke pasaran luas karena perekaman digital jika di-copy hasilnya akan persis sama dengan yang asli yaitu distorsi suara tidak terdeteksi. Sedang pihak dari rekaman CD berani spekulasi untuk memproduksi rekaman diatas kepingan CD dan dipasarkan secara luas.

16

Page 17: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

VII

PENYIARAN

Perang Dunia I berakhir. Angkatan Laut AS masih dikendalikan radio, yaitu alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Tapi radio sipil amatir telah tertarik pada sesuatu yang lain. Dari Angkatan Laut telah datang kata penyiaran. Para amatir menekan pemerintah untuk meninggalkan pembatasan radio dan memaksa Angkatan Laut untuk mengembalikan stasiun sebagai kepemilikan pribadi. Ribuan amatir telah menjawab panggilan negara untuk menggunakan keterampilan mereka sebagai operator radio untuk Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Sekarang, mereka ingin memulai stasiun baru, dan banyak yang ingin menggunakan teknologi gelombang kontinyu baru untuk menyiarkan suara dan musik. Di antara mereka bereksperimen dengan radio Frank Conrad, seorang Insinyur di perusahaan Westinghouse yang telah memproduksi peralatan portabel untuk Korps Sinyal.

Frank Conrad (1874-1941) adalah perintis siaran radio yang bekerja sebagai Chief Assistent Engineer untuk Westinghouse Electric Corporation di Pittsburgh , Pennsylvania. Dia mulai apa yang dianggap siaran radio reguler pertama darinya Wilkinsburg , Pennsylvania , garasi pada tahun 1916 , dan bertanggung jawab untuk pendirian pertama stasiun siaran berlisensi di dunia: KDKA . Di garasi rumahnya di Pittsburgh, ia berbicara dengan amatir lain dan broadcast musik dengan menempatkan mikrofon di sebelah Victrola. Conrad meminta kartu pos dari siapa saja yang mendengarnya. Yang mengejutkan, pendengar menulis dalam permintaan lagu. Begitu banyak ditulis, pada kenyataannya, bahwa Conrad mencoba mewajibkan dengan mengirimkan siaran sesuai dengan jadwal. Dia menambahkan skor olahraga dan beberapa penyanyi dan memainkan instrumen.

Sebuah surat kabar Pittsburgh dicetak dan berisi informasi tentang konser dan pendengarnya sangat banyak . Pemilik sebuah toko kaset setuju untuk meminjamkan beberapa piringan hitam rekamannya sebagai imbalan karena telah menyebutkan nama tokonya di siaran. Pemilik segera menemukan rekaman Conrad diputar berada di lebih banyak permintaan daripada lain. Di beberapa tempat lain, percobaan siaran akan keluar, tapi di Pittsburgh sesuatu yang unik terjadi. setelah Rumah itu Department Store diiklankan nirkabel set untuk dijual sehingga orang bisa mendengarkan Siaran Conrad, majikannya, Westinghouse, memutuskan untuk memproduksi murah penerima radio.

17

Frank Conrad dengan Broadcast Radio Set pertamanya.Sumber: http://explorepahistory.com/kora/files/1/2/1-2-7CB-25-ExplorePAHistory-a0h3c8-a_349.jpg

Page 18: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Sebuah korporasi besar akhirnya mengakui bahwa pasar berada di luar titik ke titik transmisi. Untuk memenangkan pelanggan, Westinghouse diikuti Conrad utama dengan memberikan jadwal program biasa. Disini juga didirikan pemancar di pabrik Westinghouse, yang kali ditayangkan dengan surat panggilan KDKA pada tanggal 2 November 1920. Tanggal tersebut dipilih sehingga siaran pertama bisa dari kembali dari Harding-Cox presiden pemilu. Beberapa ribu orang didengarkan. Pada tahun 1923, penyiaran memiliki audiens lebih dari dua juta orang dilayani oleh lebih dari 500 stasiun. Setengah juta set pada tahun 1923 diikuti oleh dua juta di 1925. Di tahun 1926, satu dari enam rumah mempunyai radio.

Mengisolasi Pendengar

Pendengar bersemangat untuk membeli ke pemisahan dari orang lain bahwa rumah dengan radio yang diberikan. Penulis menghargai surat stasiun radio dan artikel majalah yang berbicara tentang senang dan nyamannya duduk di rumah sendirian atau bersama anggota keluarga untuk mendengar konser atau siaran yang berisi percakapan. Ketika pengeras suara digantikan oleh earphone, informasi yang luas dan hiburan menyenangkan yang didengar melalui radio akan terasa sangat menyenangkan untuk dibahas di dalam percakapan anggota keluarga di meja makan.

Seorang penulis pada tahun 1923 merasa senang, betapa mudahnya menutup mata dan membayangkan pendengar di setiap ruangan rumahnya seperti di dapur, ruang makan, ruang tamu, di loteng, di garasi, kantor, kabin, ruang mesin, bungalow, pondok, rumah-rumah mewah, hotel, apartemen; satu di sini, dua di sana, serta perusahaan-perusahaan. Perusahaan mulai memandang radio sebagai pemintal uang. General Electric, Westinghouse, RCA, dan American Telephone Company saling berjuang untuk menyiarkan informasi, untuk memproduksi perangkat radio, dan untuk memproduksi penyiaran dan perlengkapan sinyal. Akhirnya dilakukan perjanjian bagi setiap perusahaan untuk menggunakan paten masing-masing. Di sebagian besar negara di dunia, di mana radio dikontrol secara ketat dan satu-satunya Stasiun yang diizinkan adalah stasiun pemerintah. Ini merupakan pengembangan yang tertib dan masuk akal, namun masih kaku. Situasi ini tidak terjadi di Amerika Serikat, di mana stasiun radio muncul dan meluas.

Para siswa sekolah menengah klub radio membentuk di stasiun mereka sendiri. Universitas Jurusan Teknik membuat percobaan stasiun dengan para dosen mereka. Para pengkhotbah menyiapkan pemancar; pengabar Injil Aimee Semple McPherson memiliki setia, bahkan fanatik berikut. Seorang penerbit koran mampu untuk membuat stasiun untuk menarik pelanggan dengan

18

Iklan oleh salah satu dari ratusan produsen set radio selama 1920-an. Sumber: Koleksi Pavek Museum, dari e-book Six Revolutions karya Iring Fang

Page 19: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

membaca dengan suara keras cerita dari masing-masing terbitan hari itu. Seorang pemilik toserba berharap bahwa petani yang mendengar siaran akan membeli baju pada saat ia datang ke kota.

Sebagian besar stasiun adalah yang bertenaga rendah dengan sedikit jangkauan. Tidak ada yang bisa membayangkan bahwa keingintahuan nirkabel dan tabung vakum yang kurang dianggap, menguasai selama bertahun-tahun untuk saluran AM, FM, dan lisensi TV, suatu hari akan bernilai lebih dari Seluruh toserba atau koran.

Gerakan Radio 1927

Dalam beberapa tahun setelah Perang Dunia I, semua stasiun berbagi frekuensi yang sama, dengan frekuensi kedua adalah informasi untuk melaporan keadaan tanaman dan cuaca yang diterapkan untuk kapal, di mana pengirim dan penerima hanya melakukan percakapan singkat, mengatakan apa yang mereka katakan, dan kemudian terdiam. Sebuah stasiun siaran, bagaimanapun tidak pernah mungkin diam. Sebagai stasiun radio tenggelam satu sama lain di tahun 1922, itu terlihat nyata bahwa dibutuhkan sesuatu yang lebih baik. Pemerintah membuat frekuensi stasiun lain yang tersedia, tetapi stasiun yang baru itu menampilkan lebih cepat. Beberapa siaran menyiarkan ocehan menyebalkan, ini semakin memburuk karena beberapa penyiar meningkatkan daya output mereka, yang lain beralih ke frekuensi baru atau pemancar baru.

Pemerintah menanggapi permohonan dari pemilik stasiun radio untuk ketentuan dengan memanggil empat konferensi. Tapi ini adalah urusan besar, dengan pemilik stasiun yang ingin membatasi persaingan, stasiun kecil yang tidak percaya tentang stasiun perusahaan besar, pertentangan radio amatir tentang pembatas kebebasan, dan tidak semua orang sangat yakin bagaimana membiayai industri radio. Dengan berat hati, pemerintah dan industri beringsut menuju ketentuan, tetapi dengan tujuan memperluas penyiaran, tidak membatasi atau menyensor itu, sebagai salah satu harapkan ketika pemerintah berusaha untuk mengatur.

Akhirnya, Kongres meloloskan Undang-Undang Radio 1927, memperluas dalam Undang-Undang Komunikasi 1934, yang merupakan hukum dasar penyiaran sampai dimodifikasi dengan Telekomunikasi yang Undang-undang Reformasi 1996. Namun dengan dasar prinsip yang berlanjut. Pada intinya ini adalah keyakinan bahwa siaran radio adalah milik publik. Lisensi diberikan hanya untuk orang yang mempunyai keahlian yang setuju untuk mengoperasikan untuk kepentingan umum, dan pemerintah memiliki kekuatan untuk mengatur penyiaran, tetapi peran sensor dilarang, setidaknya dalam teori. Namun, kekuasaan untuk mengeluarkan lisensi-melalui Komisi Komunikasi Federal sejak 1934. Efeknya, kekuasaan untuk menentukan siapa yang mendapatkan suara tertinggi.

Iklan

Iklan di radio lahir. Iklan mulai berhati-hati. telepon pejabat perusahaan takut bahwa pemerintah mungkin marah tentang penggunaan sebuah stasiun radio, yang bergantung pada pemerintah lisensi, untuk menjual produk. mereka khawatir pada awalnya pasta gigi yang mungkin terlalu intim produk untuk beriklan. harga yang tidak disebutkan. Banyak pendengar yang tersinggung oleh seluruh ide menggunakan radio untuk menjual barang, dan ada pembicaraan tentang melewati hukum untuk melarang iklan. Tidak lain negara mengizinkan mereka. AT & T berpegang teguh. Segera pengiklan lain mendaftar. meskipun keberatan oleh AT & T bahwa itu eksklusif hak untuk menawarkan layanan ini, stasiun radio lainnya, mengendus dolar, melompat.

19

Page 20: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Radio sekarang memiliki jawaban untuk pertanyaan dari mana uang akan datang. Sebagai media bagi mereka yang berharap untuk mengontrol perilaku massa, radio menawarkan banyak keunggulan dibandingkan media cetak. seperti grafis tapi tidak seperti kata-kata yang dicetak, radio dapat membantu orang yang buta aksara (6 persen orang dewasa AS di 1920) dan anak-anak yang belum melek huruf. Tidak hanya bisa satu mendengarkan radio ketika terlibat dalam kegiatan lainnya, termasuk membaca, orang bisa terus mendengarkan ketika melakukan kegiatan lain-sehingga penyiaran yang menjanjikan (atau terancam) untuk mengisi setiap momen day yang Sementara AT & T melihat siaran radio sebagai jenis layanan telepon satu arah, RCA (Radio Corporation of America), Umum Listrik, dan Westinghouse melihat siaran sebagai layanan untuk menciptakan permintaan publik untuk radio set bahwa mereka diproduksi. menempatkan cara lain, AT & T dan Western Electric, dikenal sebagai kelompok telepon, terkonsentrasi pada pengirim pesan, yang kemudian disebut sponsor. Perusahaan lain, yang dikenal sebagai kelompok radio, berkonsentrasi pada penerima pesan, penonton yang akhirnya muncul kombinasi dari dua pendekatan, salah satu yang mengarah ke iklan, yang lain untuk pemrograman.

Penyiaran Kebijakan Negara lain

Penyiaran di Amerika diikuti prinsip-prinsip pasar kompetititf untuk menangkap kemungkinan terbesar penonton. Penyiaran pendidikan, muncul dari awal, kemudian menjadi penyiaran komersial yang relatif miskin, tergantung pada sumbangan untuk bertahan hidup. Pada tahun 1939, semua sudah diperas untuk kepentingan komersial. Inggris, pada sisi lain, mendirikan pemerintah untuk menjalankan British Broadcasting Corporation, yang diprogram oleh mereka yang bertanggung jawab dan yang dipercaya. Itu masih finansial didukung oleh biaya lisensi tahunan televisi.

Dimulai pada pertengahan 1950-an, BBC diizinkan sebuah komersial independen layanan, ITV, beroperasi di bawah regulasi ketat. Banyak negara mengikuti model Inggris. Selain iklan dan biaya lisensi, metode ketiga berevolusi untuk mendukung sistem penyiaran nasional: pendanaan pemerintah dilakukan secara langsung. Di negara-negara otoriter, stasiun radio dan televisi mendapat dana dari hibah langsung, yang terus melekat erat di tangan para pemimpin pemerintahan.

Jaringan

Pada awalnya, setiap stasiun radio AS ditransmisikan hanya program sendiri, tapi keuntungan penyiaran program yang sama selama beberapa Stasiun yang jelas dengan 1922. Jaringan akan memberikan operasi biaya lebih murah untuk penyiaran, memberikan pengiklan audiens yang lebih besar, menawarkan program-program yang lebih baik untuk pendengar yang tinggal jauh dari kota-kota besar, dan membatasi persaingan yang efektif. Sebuah siaran pidato presiden Amerika Serikat menuntut penonton terbesar mungkin. di 1922, insinyur perusahaan telepon bereksperimen dengan stasiun untuk mengirimkan program yang sama. Hal ini menyebabkan pada awalnya ke jaringan informal sementara, namun dalam 1926 RCA menciptakan dua jaringan permanen, Merah, yang saat ini radio NBC, dan Blue, yang akhirnya menjadi ABC. Setahun kemudian, jaringan CBS dimasukkan bersama-sama. Reksa Broadcasting System, dimulai pada tahun 1934, menjadi jaringan nasional, dan jaringan regional yang dibentuk di New England, Midwest, dan Far West.

20

Page 21: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Keuntungan terbesar dari jaringan adalah kualitas yang lebih tinggi dari program daripada setiap stasiun bisa mengelola. Uang dari iklan siaran nasional dibayar untuk penulis, aktor, musisi, penyiar, jurnalis, produser, insinyur, dan lain-lain yang mengumpulkan drama, komedi, variety show, acara anak-anak, dan berita program yang dibuat radio di ruang tamu tempat favorit bagi keluarga untuk mengumpulkan di malam hari. Pada tahun 1920, pengiklan diidentifikasi produk mereka atas nama program itu sendiri, mengumpulkan tambahan publisitas ketika log koran tercantum seperti program periklanan "The Eveready Hour" iklan baterai, dan "The A & P Gypsies" rantai kelontong. Di rumah, set radio yang didukung oleh baterai sampai 1926. Tidak bisa dihindari bahwa radio juga akan masuk ke mobil. Sebuah baterai eliminator untuk mobil dikembangkan pada tahun 1930. Mobil dan radio telah bersama-sama pernah sejak. Pemilik mobil yang mampu itu custom-made AC bertenaga set radio diinstal.

21

Page 22: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

VIII

KAMERA

Kamera, sudah bukan lagi barang baru bagi semua orang di seluruh dunia. Dengan semakin berkembangnya teknologi, kamera menjadi lebih canggih dengan hasil foto yang lebih berkualitas. Seiring dengan berjalannya waktu, fotografi tidak hanya menjadi sumber informasi sejarah, namun juga menjadi kesenangan pribadi. Masyarakat pun mulai menyadari bahwa kamera dapat menjadi media berekspresi. Melalui berbagai pameran fotografi, kamera dikenal tidak hanya sebagai alat mengabadikan momen, namun juga sebagai salah satu cabang seni. Hingga akhirnya fotografi mulai merebak ke berbagai media -seperti majalah- pada awal masanya.

Perkembangan kamera dari masa ke masa menjadikan fungsinya pun bergeser seiring dengan kemajuan teknologi. Semakin lama, kamera muncul dengan berbagai kemudahan serta penawaran kerja yang cepat, praktis, dan mudah digunakan.

Kamera sendiri berawal dari sebuah alat serupa yang dikenal dengan Kamera Obscura yang merupakan kotak kamera yang belum dilengkapi dengan film untuk menangkap gambar atau bayangan. Pada abad ke 16 Girolamo Cardano melengkapi kamera obscura dengan lensa pada bagian depan kamera obscura tersebut. Meski demikian, bayangan yang dihasilkan ternyata tidak tahan lama, sehingga penemuan Girolamo belum dianggap sebagai dunia fotografi. Pada tahun 1727 Johann Scultze dalam penelitiannya menemukan bahwa garam perak sangat peka terhadap cahaya namun beliau belum menemukan konsep bagaimana langkah untuk meneruskan gagasannya.

Pada tahun 1826, Joseph Nicepore Niepce mempublikasikan gambar dari bayangan yang dihasilkan kameranya, yang berupa gambaran kabur atap-atap rumah pada sebuah lempengan campuran timah yang dipekakan yang kemudian dikenal sebagai foto pertama. Kemudian, pada tahun 1839, Louis Daguerre mempublikasikan temuannya berupa gambar yang dihasilkan dari bayangan sebuah jalan di Paris pada sebuah pelat tembaga berlapis perak. Daguerre yang mengadakan kongsi pada tahun 1829 dengan Niepce meneruskan program pengembangan kamera, meski Niepce meninggal dunia pada 1833, mengembangkan kamera yang dikenal sebagai kamera daguerreotype yang dianggap praktis dalam dunia fotografi.

Kamera pertama muncul dengan menggunakan mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera televisi, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng yang peka cahaya. Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena cahaya. Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secara elektronik. Dikenal banyak jenis kamera potret.

Kemudian George Eastmen mengembangkan kamera yang dinamai Kodak. Nama Kodak sendiri tidak bermakna, pertimbangan dipilihnya nama ini hanya berdasarkan kesederhanaan dan mudah untuk diaplikasikan dan mudah diingat. Hingga akhir sembilan puluhan, 50 tiper kamera berbeda telah ditemukan. Kodak menawarkan kemudahan melalui kamera buatannya dengan hanya melakukan 3 step sederhana yang berbeda dari kamera pendahulunya yang berat, tidak mudah dibawa, dan perlu perlakuan ekstra untuk menggunakannya.

22

Page 23: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Kamera Kodak pertama menawarkan hal menarik pada masyarakat. Selain mudah digunakan, kamera Kodak pertama memiliki fitur yang cepat dalam mengambil gambar tanpa perlu menunggu lama, dan memiliki lensa fokus. Pada awal masanya, mencetak foto dikerjakan oleh perusahaan. Sehingga pengguna kamera hanya membeli kamera dan menggunakannya saja tanpa bisa mencetak secara mandiri. Karena pada masa itu mencetak foto merupakan hal rumit yang hanya dapat dilakukan sebagian orang, sehingga meski harga kamera lebih murah, namun keseluruhan biaya untuk mencetak foto menjadikannya barang yang masih tetap mahal.

Kemudian kamera mulai dikembangkan kembali menjadi kamera berwarna. Kodak kodachrome color film diedarkan pada tahun 1935. Pada tahun 1947 Kodak kembali berinovasi dengan menghadirkan kamera yang dapat mencetak foto sekejap setelah kamera menangkap gambar, yang lebih dikenal dengan kamera polaroid. Kamera ini jauh lebih murah disbanding kamera sebelumnya. Sehingga pada masanya kamera menjadi sebuah barang yang dapat dimiliki semua orang karena murah, mudah didapat, dan praktis. Kamera polaroid berwarna pertama diedarkan pada tahun 1963, dan pada 1972 hadir kembali dengan teknologi Jepang yakni efek zoom dan kamera-serba-otomatis, dengan fokus yang menyesuaikan secara otomatis pula.

Teknologi kamera berkembag dengan pesat dan bertambah rumit seiring dengan inovasi-inovasi yang muncul guna memudahkan dan menyederhanakan penggunaannya. Kamera kemudian tidak hanya menjadi alat untuk mengambil gambar, namun juga menjadi alat yang lebih kompleks dengan user manual yang membutuhkan ketrampilan dan latihan.

Kemudian teknologi Jepang menghadirkan kamera yang lebih sederhana dari pengembangan kamera sebelumnya dengan hanya menekan satu tombol untuk menggunakannya. Kamera ini diusung tanpa menggunakan film dan sudah mengarah ke era digital. Pada awal tahun 1980an, Sony Mavica CCD hadir dengan penyimpanan gambar yang menggunakan teknologi digital yang disimpan dalam memori tanpa proses kimiawi appaun dan dapat ditransfer dengan mudah ke media lain. Dengan adanya compact disc sebagai media penyimpanan, fotografer dapat lebih mudah mentransfer foto ke komputer dan televisi serta mengedit foto tersebut dengan menambahkan efek zoom, efek music atau narasi, teks, dan gambar lain. Kodak bergabung dengan teknologi kamera dari Jepang untuk membuat dan mengenalkan Advanced Photo System pada tahun 1996. Kamera ini memiliki teknologi jauh lebih lengkap dengan menawarkan kemudahan pada penggunanya untuk memilih jenis lensa yang diinginkan dengan penambahan keterangan tanggal, lokasi, dan judul (subject).

Pada awal masanya, foto dikenal sebagai objek yang tidak dapat berbohong. Namun dalam perkembangannya, masyarakat mulai kreatif dalam menggunakan kamera. Berbagai kreatifitas dituangkan melalui foto yang diedit, ditambahi, atau dikurangi dengan menghadirkan kesan yang baru. Kini, semua orang bisa berada dimana pun dan kapan pun dengan mengedit foto miliknya dan menggabungkannya dengan foto tempat atau waktu di jaman yang berbeda sekalipun. Hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 1920an oleh beberapa editor majalah yang menggabungkan beberapa foto untuk dijadikan cover. Namun pada tahun 1950an, masyarakat mulai menggunakannya untuk kepentingan politik yang tidak baik dengan memanipulasi foto yang merugikan pihak tertentu.

23

Page 24: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Pada mulanya, fotografi hanyalah media yang mengandung informasi sejarah, hiburan, dan seni. Sebagai seorang jurnalis, foto mengandung informasi yang tidak dapat disampaikan kata-kata melalui rekam jejak gambar saat sebuah peristiwa terjadi. Foto berfungsi juga di bidang medis dengan adanya foto x-ray. Di bidang ilmu pengetahuan foto menjadi sebuah hal yang dapat mengabadikan sesuatu yang tidak terlihat menjadi terlihat. Melalui fotografi semua orang dapat membagikan kenangan pada kerabat dan sahabatnya melalui album foto yang menangkap memori bahagia maupun sedih.

24

Page 25: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

XI

FILM YANG BERCERITA

Pada awalnya, motion picture atau film hanya menampilkan potongan kejadian nyata di kehidupan sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, penonton film beralih ke film yang memiliki cerita atau film fiksi. Hal itu diprakarsai oleh George Mellis, penyelenggara pertunjukan sulap yang kemudian membuat film fiksi pertama berjudul A Trip To The Moon. Sejak saat itu, permintaan konsumen film pun bergeser ke arah film fiksi.

Nickelodeon

Nickelodeon ialah teater film kecil yang populer di era Victorian. Nama Nickelodeon diambil dari kata nickel, yakni nama koin berharga lima sen dan juga kata odeion, yang dalam bahasa Yunani berarti teater beratap. Nickelodeon pertama didirikan di Pittsburgh tahun 1904. Pada tahun 1907 popularitas Nickelodeon telah memuncak. Setidaknya 2500 Nickelodeon telah dibuka. Tak tanggung-tanggung, Nickelodeon pun mampu menjual 200 ribu tiket per harinya.

Bagi kaum era Victorian, terutama yang berasal dari kelas menengah, Nickelodeon memiliki kemenarikan tersendiri. Kala itu, dunia hiburan dibatasi bagi kaum wanita. Dengan hadirnya Nickelodeon, maka kaum wanita pun memiliki akses mudah untuk menonton film setelah berbelanja atau menyelesaikan urusan rumah tangga.

Nickelodeon membawa hiburan yang terjangkau bagi kaum miskin, baik yang memiliki kesulitan ekonomi maupun keterbatasan waktu untuk hiburan berbayar yang lain. Namun, Nickelodeon hanya terbatas pada kaum berkulit putih di Amerika Serikat. Sebab, masyarakat berkulit hitam masih dalam era rasisme sehingga mereka belum diperbolehkan memasuki Nickelodeon.

25

Salah satu Nickelodeon di California, Amerika Serikat pada tahun 1955.

Sumber: hollywoodhistoricphotos.ipower.com

Page 26: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Ketakutan Pada Ide Revolusi

Kaum berekonomi menengah ke atas di Amerika tidak sering mengunjungi Nickelodeon. Namun, muncul ketakutan pada berbagai ide revolusioner yang ditanamkan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan mereka yang datang ke Nickelodeon biasanya berasal dari kaum tidak berpendidikan yang tentunya akan lebih mudah dihasut.

Berbagai regulasi pun bermunculan. Regulasi baru ini mengakibatkan konten yang ditayangkan di Nickelodeon dibatasi, disensor atau bahkan tidak diperlihatkan sama sekali. Peraturan ini banyak digagas oleh para pemilik salon yang kehilangan pelanggannya, pemilik penginapan hingga menteri yang kehilangan pendukungnya dalam kongres.

Meski begitu, keadaan berubah satu dekade kemudian. Seiring berjalannya waktu, nickelodeon tidak hanya dinikmati oleh kaum miskin saja, namun juga oleh kaum menengah di Amerika Serikat. Di saat yang sama, penikmat film pun lebih menyukai film feature yang berdurasi lebih panjang daripada film pendek biasanya.

Solusinya ialah membangun teater yang lebih besar yang mampu menampung ratusan, bahkan ribuan penonton. Istana film pertama yang dibangun adalah The Strand Theater di Broadway, New York. Penyangan perdana film di teater ini tahun 1914 meraup sukses yang luar biasa. Teater ini mampu menampung hingga tiga ribu penonton dalam satu putaran film. Tiga tahun kemudian, setidaknya 21 ribu teater baru telah selesai didirikan di Amerika Serikat.

Seiring berjalannya waktu, siklus film pun berubah. Tidak hanya menjual film kepada teater, kini produsen film juga menyewakannya. Teater pun mulai bekerja sama dengan studio film sebagai produsen. Hal itu memicu kelahiran Warner Bros, yang lahir di teater Warner Bros. Juga Paramount dan MGM yang masing-masing lahir di teater Paramount dan teater Loew’s.

Pasar Untuk Cerita Sederhana

Para pencinta film memiliki masalah tersendiri. Mereka lebih gemar kabur dalam dunia fantasi. Realitas yang ditampilkan dalam film bukanlah hal yang ingin mereka tonton. Penonton lebih memilih film fiksi yang bersifat menghibur.

Pada tahun 1903 direktur fotografi Edwin Porter membuat film The Great Train Robbery. Film berdurasi delapan menit ini menceritakan seorang bandit yang kejar-kejaran dengan polisi. Untuk pertama kalinya, kamera ikut bergerak seiring dengan aksi aktor, baik dalam ruangan maupun di luar ruangan. Penonton yang sangat tertarik, pun kemudian meminta lebih. Movie maker mendengarkan.

26

Page 27: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Kebanyakan pembeli tiket datang dari kaum miskin dan tidak terdidik. Diantara mereka juga ada kaum imigran yang bahkan tidak bisa berbahasa inggris. Tradisi burlesque yang sebagian merupakan komodi laku laris di pasaran. Begitu pula dengan kisah petualangan dan romansa yang bisa dinikmati oleh semua orang. Orang-orang ini dengan suka rela menjajakan uang hasil jerih payah mereka demi komedi visual dan cerita.

Namun, genre yang paling populer tetaplah genre komedi. Karakter Keystone Kops dan The Tramp yang diperankan Charlie Chaplin pun mendapatkan banyak cinta dari penikmat film. Bagi penonton, film merupakan sarana untuk kabur sejenak dari rutinitas dan kepenatan dunia mereka.

Sang Aktor

Seiring dengan kepopuleran film di masyarakat, pemirsa pun memiliki keterikatan kepada aktor yang memainkan film yang mereka tonton. Pada awalnya, dalam film tidak ada pemeran utama maupun bintang film. Aktor dalam film hanyalah orang yang datang dan pergi setelah memerankan sebuah karakter.

Produser film pun tidak pernah memberikan publikasi kepada aktor. Hal ini dikarenakan adanya ketakutan permintaan tambahan gaji dari para aktor. Namun, situasi ini segera berubah. Para pemilik teater melaporkan banyak penonton yang ingin melihat wajah familier dari sang aktor. Berita pun tersebar bahwa penonton akan melihat aktor kesayangan mereka kembali. Hal itu berarti tiket lain untuk dipasarkan.

Memasuki tahun 1915, gaji dan status para aktor pun melonjak tinggi. Charlie Chaplin misalnya. Pemeran The Tramp in hanya digaji 125 dolar per minggunya pada tahun 1914. Memasuki tahun 1915, gajinya telah melambung hingga $10000 per minggu ditambah $150000 untuk penandatangan kontrak kerja.

27

Salah satu adegan Film The Great Train Robbery tahun 1903, Disutradarai oleh Edward S. Porter

Sumber:http://www.britannica.com/

Page 28: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Assembly Line Production

Tren melodrama dalam perindustrian film berkembang menjadi film romantis sejak lahirnya film The Birth of a Nation tahun 1915. Film berdurasi 3 jam ini merupakan manipulasi dari potongan adegan panjangm pendek dan medium. Serta adegan close up yang menimbulkan kontroversi.

D.W. Griffith, sang direktor bersikeras dengan adegan close up meskipun eksekutif studio menentangnya. Saat itu, cara pengambilan gambar dengan teknik close up belum menjadi hal yang lazim dalam industri film. Namun, terobosan ini ternyata bisa sukses besar. Bahkan, The Birth of a Nation menjadi standar baru dalam pengambilan gambar film di kemudian hari.

Namun, meski berhasil meraih kepopuleran tinggi, film ini juga dianggap film yang rasis. Hal ini karena kaum kulit hitam digambarkan sebagai karakter yang kejam dan inferior. Berbagai protes pun berdatangan dari masyarakat Amerika Serikat. Namu ternyata hal ini hanya meningkatkan kepopularitasan film ini. Masyarakat kulit hitam sendiri tidak terlalu memusingkan problema ini. Hal ini karena pada zaman itu masyarakat kulit hitam masih belum diperbolehkan memasuki teater film.

Motion Picture di Negara Lainnya

Selain di Amerika serikat, berbagai negara kecil maupun besar di belahan dunia mana saja mulai menciptakan tren sinema mereka. Bersamaan dengan industri penerbangan nasional yang berkembang, industri perfilman juga menjadi poin dari kebanggan nasional negara.

Di era Perang Dunia I, Hollywood yang menjadi pusat perfilman Amerika meraup keuntungan yang sangat besar. Hal ini dikarenakan hampir semua studio film di Eropa ditutup karena perang. Sehingga cinema di Eropa pun mulai mengimpor film Amerika demi memenuhi kebutuhan konsumen film. Setelah masa tersebut, barulah muncul kembali bibit perkembangan era film baru di berbagai negara.

28

Charlie Chaplin dalam perannya, The Tramp.Sumber:Allstar Collection/Cinetext//Sportsphoto Ltd

Page 29: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Motion Picture di Prancis

Prancis, sebagai negara yang mengawali dunia motion picture tertinggal jauh semasa perang. Namun, Prancis menawarkan pengalaman menikmati bentuk tidak biasa dari ekspresi film, begitu juga dalam puisi dan musik.

Selepas Perang Dunia II, sebuah tradisi baru menyapu industri perfilman Prancis. Disebut sebagai New Wave, konsep film ini memberontak dari moralitas dan kode etik yang berlaku. Dengan itu, muncul tradisi ateur, yakni film yang dibuat hanya berdasarkan satu ide, yakni ide dari produser film. Bukan gabungan dari pemusik, penulis skenario dan sebagainya.

Motion Picture di RusiaSemenjak Revolusi Bolshevik tahun 1917, dunia perfilman Rusia digunakan sebagai

media propaganda ideologi Marxisme. Digawangi oleh Lenin, media massa merupakan media yang sangat efektif dalam menyebarkan propaganda. Berbagai film yang digarap sineas brilian seperti Sergei Eisenstein pun gencar tayang dan menyebarkan komunisme.

Motion Picture di Jerman

Di Jerman, industri perfilman tumbuh dengan pesat selepas Perang Dunia I. Kekalahan Jerman dalam PD I membuat film Jerman lebih psikologikal daripada film Amerika yang bertema ringan. Sineas Jerman mengeksplorasi sisi lebih gelap dari jiwa, mencerminkan keputusasaan dan rasa pahit dari kekalahan Jerman di perang. Bahkan, banyak orang menyebut perindustrian film Jerman mencapai titik tertingginya pada titik terendah keadaan negara Jerman.

Namun sayang, semua berubah ketika Nazi mengambil alih pemerintahan Jerman. Layaknya Rusia, film – film Jerman juga mulai diisi dengan propaganda. Hanya saja kali ini propagandanya ialah propagada Nazi.

Motion Picture di Britania Raya

Di dataran Inggris, tema film sosial dokumentary film tetap populer di era PD II dan era Depresi. Namun, tema komedi Inggris juga populer di masyarakat. Bahkan film Passport to Pimlico dan Tight Little Island mendapat apresiasi yang tinggi di USA.

29

Page 30: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Masuknya Suara dalam Film

Hingga tahun 1926, industri perfilman masih menggunakan film bisu tanpa suara dialog aktornya. Terobosan film bersuara digagas oleh pemilik Warner Bross, Henry M. Warner. Pada masa itu, Warner Bross hampir bangkrut dan putus asa. Saat itu Henry bertanya apakah publik ingin mendengar aktor bersuara. Dan publik mengiyakan pertanyaan itu.

Warner pun membuat terbosan dalam dunia perfilman. Tahun 1926, Warner menghadirkan efek denting pedang saat berduel di film Don Juan. Namun Warner tidak mencoba lyp-sync aktor. Setahun kemudian, Warner menghadirkan lyp-sinc pada dialog film The Jazz Singer yang menjadi lyp-sync pertama dunia perfilman.

Terobosan baru ini pun mendapat protes yang kuat dari produser film. Hal ini karena para produser beranggapan Warner telah menggoncangkan perahu. Namun, hadirnya inovasi ini menaikkan penjualan tiket dengan signifikan. Bahkan tahun 1929, film Broadway Mellodyi mendapatkan Academy Awards untu best picture.

Kedatangan Warna Dalam Film

Pada awalnya, beberapa film dilukis secara manual setiap framenya. Namun kemudian cara itu diketahui tidak efektif. Pada proses lainnya, adegan film diwarnai, setiap segmen film dicelupkan ke dalam tinta warna sesuai dengan adegan yang ditampilkan.

Awal lahirnya teknik warna dalam film muncul pada tahun 1897 ketika film pertama kali muncul. Namun, hanya technicolor temuan Herber Kalmus yang sukses membuat proses film dua warna. Kemudian technicolor ini dikembangkan menjadi 3 warna di kemudian hari.

Technicolor ini kemudian mengambilalih pasar Hollywood. Publik selalu peduli dan mempengaruhi pasar. Antrian panjang film Gone With the Wind tentunya membuktikan bahwa publik lebih suka cerita romantis yang diwarnai technicolor.

Pada tahun 1980, saat film hitam putih mulai diwarnai untuk siaran televisi, muncul protes karena pewarnaan film hitam putih dengan komputer dianggap merusak keorisinilan karya sang sutradara. Namun tetap saja, publik lebih menyukai film berwarna. Dan opini publik selalu menang. Maka dari itu pewarnaan film hitam putih terus dilaksanakan tanpa peduli versi original filmnya.

30

Salah satu adegan dalam film Passport to Pimlico.

Sumber: http://www.thesaint-online.com/

Page 31: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Sang Bintang dan Filmnya

Majalah untuk fans film, Photoplay muncul untuk pertama kalinya pada tahun 1910. Saat Motion picture Story setahun kemudian menanyakan penonton tentang film favorit mereka, ternyata banyak penggemar film yang menanyakan tentang aktor dan aktris dalam film yang mereka tonton.

Sistem bintang film adalah salah satu cara bagi publik untuk menentukan ke arah mana industri perfilman akan berjalan. Mereka menyukai affair antara fans dan objek fantasi mereka dalam layar perak. Dalam dekade ke depan, aktor dan aktris bermetamorfase menjadi ahli pemicu publikasi sebuah garapan film.

Sistem bintang film mencapai titik puncaknya pada tahun 1930, 1940 dan 1950 an. Dekade demi dekade artis dan aktor top menjadi nama dalam rumah tangga. Musikal tahun 1930 an merupakan titik terterang Hollywood. Beberapa studio memproduksi musikal, namun tidak ada yang sesukses MGM, yang memiliki penampilan yang stabil dibawah kontrak.

Plot yang seringkali absurd dan mudah ditebak menambah pesona tersendiri pada musikal garapan MGM. Selain itu, musikal MGM juga laku keras karena MGM menuruti keinginan masyarakat. Yakni keinginan untuk kabur sejenak dalam nyanyian, tarian dan dunia fantasi technicolor yang MGM tawarkan.

Sensor

Sejarah tentang munculnya film tidak hanya terjadi di Amerika namun juga hampir di seluruh dunia. Ditengah kebebasan membuat film yang semakin meluas, perlu dibuat sebuah peraturan untuk mengkontrol isi dalam film-film tersebut.

Sensor yang terdapat dalam film dimulai pada tahun 1909 yang ditegakkan di New York oleh Badan Sensor Film Nasional. Badan Sensor Film Nasional atau National board of Censorship of Motion Pictures dibuat oleh para anggota perfilman itu sendiri. Pada tahun 1992, industri film membangun Hays Office. Diberi nama demikian berdasarkan nama ketua yang pertama yaitu Will Hays. Hays Office didirikan untuk melindungi penonton dari adegan kekerasan dan tidak senonoh.

31

Show MGM sepanjang masa: An American in Paris karya Vincente Minelli, 1940.

Sumber: http://www.cinemas-online.co.uk

Page 32: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Pemimpin protestan dan katolik berpendapat bahwa peraturan sensor pada film waktu itu terlalu lemah, sehingga bisa dilanggar. Hal ini berlangsung selama beberapa dekade. Sensor yang awalnya berfokus pada adegan seks dan kekerasan mulai bertambah pada hal-hal politik. Hal-hal yang dilarang seperti perselisihan antara pekerja dan pimpinannya, pemerintah dan police corruption, serta ketidakadilan.

Film-film yang gagal memenuhi standar akan di-blacklist dan diboikot. Beberapa kota dan wilayah membangun peraturan tentang sensor unteuk mengevaluasi film, tapi standar sensor yang diterapkan oleh masing-masing daerah berbeda. Salah satu contohnya adalah peraturan di Kansas, scene film yang disensor adalah adegan merokok atau minum-minuman keras dan mereka membatasi adegan ciuman hanya untuk beberapa detik.

Film-film impor dan perkembangan televisi juga mempengaruhi peraturan sensor pada akhirnya. Industri perfilman memutuskan standar tunggal manual yang dapat dilihat atau didengar di dalam film, yaitu kontrol penonton berdasarkan usia. Pada tahun 1968 diterapkan kode sensor seperti yang kita ketahui sampai sekarang yaitu G, PG, R dan X.

Isu-Isu Politik

Selama masa-masa ekonomi yang menurun, masyarakat lebih menyukai film komedi dan petualangan, karena film dengan genre tersebut bisa menghibur masyarakat dan membantu mereka melupakan masalah sehari-hari. Pada waktu itu masyarakat sangat menghindari jenis film yang sedih atau film-film serius, sehingga Industri perfilman Hollywood tidak memproduksi genre film ini. Pada tahun 1939 rata-rata delapan puluh lima juta tiket film terjual setiap minggu.

Selama perang dunia ke 2, Hollywood memproduksi film dengan tema perang dengan semangat patriotik. Setelah perang, beberapa produser mengumpulkan usaha mereka, dan untuk pertama kalinya industri film memproduksi film dengan isu-isu sosial seperti racism dan anti-Semitsm seperti Home of the Brave (1949), Pinky (1949), and Gentleman's Agreement (1947). The Lost Weekend (1945) tentang kecanduan alkohol, Brute Force (1947) dengan kekerasan di penjara dan The Snake Pit (1948) dengan cerita orang gila.

Setelah Perang Dingin yang akhirnya dilanjutkan oleh Perang Dunia II, terjadi perpecahan politik di Hollywood. Aktor-aktor, penulis naskah, dan sutradara yang dicurigai menganut ajaran komunis di-blacklist dan dilarang bekerja. Studio perfilman mulai menghentikan film yang bertema perubahan sosial. Film-film yang bertema hiburan lebih populer dimasa itu karena dianggap tidak bermasalah dengan kehidupan sosial.

Hal ini berlangsung selama beberapa tahun, tapi untungnya kesakitan dan kesedihan yang dirasakan masyarakat telah hilang, meskipun lukanya masih tersisa sampai sekarang. Problem-problem sosial mulai diangkat kembali dalam film dengan lebih jujur dan terus terang. Pada waktu tertentu, tema seperti sebagai hubungan ras yang bermusuhan, homoseksualitas, kebrutalan polisi, dan korupsi politik beredar luas dipasaran. Tidak lama kemudian, Spike Lee dipuji oleh para kritikus melalui fimnya Do The Right Thing (1988), yang meneliti hubungan ras kulit hitam dan putih.

Film-film bioskop bersaing secara nasional dan internasional untuk meraih dolar penonton. Dimana adegan seks yang jelas dan kekerasan yang cukup terdapat dalam film-film tersebut. Penonton jelas bersedia membayar untuk melihat semua hal itu. Pada akhirnya penonton berhasil mendapatkan apa yang mereka ingin lihat dalam film.

32

Page 33: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

Drive-In

Tempat pemutaran film serta tempat teater segera gulung tikar ketika televisi telah merambah semua kalangan, khususnya kalangan menengah keatas. Hanya beberapa tempat pertunjukan saja yang masih bertahan diantara persaingan. Dan muncullah drive-in (di Indonesia disebut juga dengan layar tancap). Drive-in merupakan solusi orang-orang telah penat melihat televisi seharian. Bersantai sore hingga menjelang malam dengan menonton pertunjukan di layar besar bersama keluarga merupakan hal yang ditawarkan oleh Drive-in. berbeda dengan teater yang merupakan tempat hiburan eksklusif yang gemerlap dan mewah, Drive-in menjadi tempat favorit untuk mendapat hiburan bagi semua kalangan tanpa perlu berpakaian resmi dan kelengkapan serba resmi dan mewah lainnya.

Era Pertelevisian

Produser studio televisi di era tahun 1940an hingga 1950an menganggap televisi sebagai fad, mode yang sedang hit. Lama-kelamaan, pertelevisian menjadi semakin murah dan penghasilan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan banyaknya pengeluaran. Tidak ada studio yang bertahan dengan tingginya angka defisit yang semakin naik. Sehingga banyak diantaranya yang memutus hubungan kerja dengan karyawan serta aktor-aktor dengan bayaran mahal. Kemudian, beberapa mulai berinovasi untuk mengembangkan tempat pemutaran film yang nyaman dan dengan layar yang besar, yakni bioskop. Dengan adanya bioskop, masyarakat kemudia tergiur dengan fasilitas yang ditawarkan. Dekat dengan pusat perbelanjaan dan dihadirkan dengan kursi yang nyaman, dan fasilitas parkir yang besar membuat banyak orang beralih untuk menonton film di bioskop daripada drive-in.

Jadwal Distribusi

Kemudian industri hiburan mulai berkembang dengan sangat pesat. Media film menjadi bervariasi. Setelah hadir televisi, drive-in, dan bioskop, menyusul kemudia video-tape yang menyimpan film dalam sebuah benda ringan praktis. Untuk menontonnya tidak perlu jauh-jauh ke bioskop. Inovasi-inovasi kemudian bermunculan. Media perfilman tak hanya melulu dalam gedung bisokop dan televisi, namun juga merambah pada persewaan film, dan menonton film menjadi lebih murah dari hari ke hari. Hingga akhirnya muncullah channel televisi khusus yang memutar film seperti HBO dan Cinemax. Dengan semakin canggihnya teknologi, televisi pun mampu menghadirkan sensasi yang hampir sama dengan teater sesungguhnya, yakni dengan ditemukannya home-teather yang memiliki fasilitas dengan kualitas gambar dan suara bak bioskop.

Membuat Film dengan Murah

Dengan ditemukannya kamera Kodak, film menjadi sesuatu hal yang dekat dengan masyarakat. Semua orang dapat dengan mudah membuat film mereka sendiri dengan kamera pribadi. Dan majunya teknologi membawa era baru bagi industri perfilman dengan meningkatkan kualitas film serta menghadirkan film dengan sentuhan baru yang modern.

33

Page 34: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan media massa secara keseluruhan tidak bisa lepas dari perkembangan dunia hiburan. Masyarakat sendiri tidak bisa dikatakan menerima seratus persen informasi yang berisi perpolitikan, ekonomi, atau kasus-kasus yang tersebar di penjuru dunia, melainkan butuh sesuatu dengan bobot yang lebih ringan sebagai pengiring kehidupan.

Hiburan yang diperuntukkan bagi masyarakat, tidak hanya diluncurkan melalui koran, majalah, novel, dan media tertulis lain, entah dalam bentuk komik, cerita, atau kuis-kuis penyegar suasana. Hiburan, seiring dengan ditemukannya media-media baru yang masing-masing memiliki cerita panjang hingga akhirnya bisa diproduksi secara luas dan dijangkau oleh masyarakat dari berbagai golongan. Runtutan kisah yang melewati banyak suka duka tersebut akhirnya yang membuat kita saat ini bisa menikmati hiburan dalam bentuk musik, rekaman, foto, hingga film.

Saran

Perkembangan, perubahan zaman, hal-hal demikian tidak bisa kita hindari atau abaikan. Perputaran masa dan penemuan hal-hal baru akan semakin gencar, apalagi setelah datangnya era modern. Yang bisa kita lakukan kini, tidak hanya menikmati romantisme sejarah, melainkan menjadikan sejarah sebagai pelajaran dalam menghadapi permasalahan yang akan datang.

Menyadari sejarah panjang dunia hiburan tersebut, penyusun menyadari masih banyak hal yang belum dibahas dalam makalah ini, terutama perkembangannya di negara sendiri, Indonesia. Makalah juga belum memuat poin-poin global secara terperinci, karenanya kritik dan saran yang bermanfaat bagi penyusunan makalah berikutnya sangat diharapkan.

34

Page 35: Sejarah Media Massa: Revolusi Keempat

DAFTAR PUSTAKA

E-Book:

A History of Mass Communication - Six Information Revolutions by Irving Fang

Websites:

http://en.wikipedia.org/wiki/Phonograph

http://soundbeat.org/2013/01/28/phonograph-history-2/

http://amoztolakis.blogspot.com/2010_10_01_archive.html

http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2012/06/kapan-rekaman-kaset-pertama-dilakukan.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Magnetophon

http://id.wikipedia.org/wiki/Audio_digital

http://obenkz.blogspot.com/2013/09/magnetic-recording-tape-perekam-sejarah.html

http://www.theregister.co.uk/Print/2013/09/09/history_of_magnetic_tape_part_one/

35