sap apendisitis

23
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) APENDISITIS Disusun Oleh Kelompok IV: Nurul Jazilah (14201.06.14032) Susilowati (14201.06.14038) Syamsiah Chandrawati (14201.06.14040) Nur Kholidiyah (14201.06.14074) Risqi Laili R. (14201.06.14081) PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

Upload: haruhiko-yumi

Post on 15-Apr-2016

390 views

Category:

Documents


47 download

DESCRIPTION

Penyuluhan tentang apendisitis

TRANSCRIPT

Page 1: SAP Apendisitis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

APENDISITIS

Disusun Oleh Kelompok IV:

Nurul Jazilah (14201.06.14032)

Susilowati (14201.06.14038)

Syamsiah Chandrawati (14201.06.14040)

Nur Kholidiyah (14201.06.14074)

Risqi Laili R. (14201.06.14081)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2016

Page 2: SAP Apendisitis

LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

APENDISITIS

Mengetahui,

Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan

Page 3: SAP Apendisitis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

APENDISITIS

I. Latar BelakangApendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4

inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup

ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior.

Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis

yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak

berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari

apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah

dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara

berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara

bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.

Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang

berubah menjadi makanan kurang serat. menurut data epidemiologi apendisitis akut

jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat

remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden

apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan

pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi

ini menurun pada pria.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang

penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat.

Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis. Maka dari itu hendaknya lebih hati-

hati ketika mengkonsumsi makanan agar tubuh tetap terjaga sehingga tidak mengganggu

aktivitas sehari-hari.

Page 4: SAP Apendisitis

II. Tujuan

A.Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan

mampu memahami apendisitis dan cara menghindarinya.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu:

1. Menjelaskan kembali definisi apendisitis dengan benar

2. Menyebutkan sedikitnya 5 faktor yang menjadi penyebab apendisitis dengan

benar.

3. Menjelaskan komplikasi apendisitis terhadap organ tubuh lain dengan benar.

4. Menyebutkan sedikitnya 5 gejala umum apendisitis dengan benar.

5. Menyebutkan sedikitnya 5 upaya untuk menghindari apendisitis dengan benar.

III. Materi

1. Definisi dari apendisitis.

2. Faktor-faktor penyebab apendisitis.

3. Komplikasi apendisitis terhadap orgen tubuh lain.

4. Gejala-gejala umum apendisitis.

5. Upaya-upaya untuk menanggulangi dan mencegah apendisitis secara dini.

IV.Metode

1. Ceramah.

2. Tanya Jawab.

V.Media/Alat/Sumber

A. Media:

1. Poster

2. Leafleat

B. Alat :

Kertas dan alat tulis

C. Sumber:

1. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal.

Jakarta: Salemba Medika.

2. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 1.

Jogjakarta: Penerbit Mediaction.

Page 5: SAP Apendisitis

VI. Sasaran

Keluarga pasien di ruang Asoka RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo.

VII.Waktu

- Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2016

- Jam : 14.00-15.00 WIB

VIII.Tempat

Di ruang Asoka RSUD Waluyo jati Kraksaan, Probolinggo.

Denah:

Penyuluh dan Media

Sasaran

IX. Rencana Evaluasi

1. Struktur:

A. Persiapan Media dan Alat

Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah lengkap dan dapat

digunakan sesuai fungsinya.

- Poster

- Leaf Leat

B. Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam bentuk poster dan Leafleat digunakan untuk

mempermudah penyampaian materi kepada masyarakat.

Page 6: SAP Apendisitis

C. Undangan

Keluarga pasien di ruang Asoka RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo.

2. Proses Penyuluhan:

A. Penyuluhan kesehatan mengenai apendisitis berlangsung lancar dan masyarakat

mengerti tentang materi penyuluhan yang diberikan.

B. Selama penyuluhan dilaksanakan diharapkan terjadi interaksi yang positif antara

penyuluh dengan keluarga pasien, ditandai dengan keaktifan keluarga pasien

dalam bertanya dan adanya kemauan keluarga pasien untuk mendengarkan dengan

baik.

C. Kehadiran keluarga pasien diharapkan tidak kurang dari 80%, masyarakat hadir

tepat waktu dan tidak meninggalkan ruangan saat penyuluhan berlangsung.

3. Hasil:

A. Jangka Pendek

Peserta penyuluhan mengerti setidaknya 80% dari semua materi yang telah

disampaikan dengan kriteria:

1. Menjelaskan kembali definisi apendisitis dengan benar

2. Menyebutkan sedikitnya 5 faktor yang menjadi penyebab hipertensi dengan

benar.

3. Menjelaskan komplikasi apendisitis terhadap organ tubuh lain dengan benar.

4. Menyebutkan sedikitnya 5 gejala umum apendisitis dengan benar.

5. Menyebutkan sedikitnya 5 upaya untuk menanggulangi apendisitis dengan

benar.

B. Jangka Panjang

Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran

masyarakat/keluarga pasien akan bahaya apendisitis serta cara pengendaliannya

yang nantinya akan mengarah pada perubahan gaya hidup menuju ke arah yang

lebih baik sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat komplikasi

apendisitis.

X. LAMPIRAN

1. Materi penyuluhan

2. Leaflet

3. Dokumentasi

Page 7: SAP Apendisitis

MATERI PENYULUHANMATERI PENYULUHAN

APENDISITIS

A. Anatomi Fisiologi

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4

inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup

ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior.

Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis

yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat. Lumennya

sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi,

apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.

Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti

arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis

berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula

disekitar umbilikus.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan

kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa

mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT

(Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk

apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan

terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem

Page 8: SAP Apendisitis

imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan

jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.

Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam

sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka

apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi

(Sjamsuhidayat, 2005).

B. DefinisiApendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing

(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini mengakibatkan

peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005)

Diagnosa klinis intra apendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi

beberapa tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan apendiks, yaitu:

1. Apendisitis Akut sederhana

Gejalanya diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati atau daerah pusat, mungkin

disertai dengan kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada

fase ini seharusnya didapatkan adanya leukositosis. Pada fase ini apendiks dapat

terlihat normal, hiperemi atau oedem, tak ada eksudet serosa.

2. Apendisitis Akut Supurativa

Ditandai dengan adanya rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas

di titik Mc Burney, adanya defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-

tanda periotnitis umum, seperti demam tinggi. Bila perforasi barn terjadi, leukosit

akan pergi ke jaringan-jaringan yang meradang tersebut, maka mungkin kadar leukosit

di dalam darah dapat turun, sebab belum sempatnya tubuh merespon kebutuhan

leukosit yang tiba-tiba meninggi. Namun setelah tubuh sempat merespon kebutuhan

ini maka jumlah leukosit akan meninggi didalam darah tepi. Apendisitis akut

supurativa ini kebanyakan terjadi karena adanya obstruksi. Apendiks dan meso

apendiks udem, hiperemi, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrino purulen.

3. Apendisitis Akut Gangrenosa

Tampak apendiks udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu, dinding

apendiks berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitamann. Pada apendiksitis

akut gangrenosa ini bisa terdapat mikroperforasi.

4. Apendisitis Akut Perforasi

Page 9: SAP Apendisitis

Pada dinding apendiks telah terjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi

oleh jaringan nekrotik.

5. Apendisitis Akut Abses

Abses akan timbul di fossa iliaka kanan lateral dekat cecum, retrocaecal dan pelvis.

Mengandung pus yang sangat banyak dan berbau.

C. Etiologi

Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan

lender 1-2 ml/hari yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir

ke sekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam

pathogenesis apendiks. (wim de jong)

Menurut klasifikasi:

1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan factor

pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia

jaringan limfe, fikalit (tinja atau batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat

menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E.histolytica).

2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang

mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis

akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk

aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.

3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2

minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis

menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya

jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan

keluhan menghilang setelah apendiktomi.

D. Manifestasi KlinisGejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar

(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini

biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu

makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan

bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya,

sehingga merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya

nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa

Page 10: SAP Apendisitis

memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah

terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah

sekitar 37,5-38,50C.

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari

apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.

Berikut gejala yang timbul tersebut:

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung

oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda

rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat

melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan timbul gejala dan

rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga peristaltic meningkat, pengosongan rectum

akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi

peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

E. Patofisiologi

Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh

apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalid (material garam kalsium,

debris fekal), atau parasit (Katz, 2009).

Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan

pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2005).

Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan bakteri.

Hal lain akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks

yang berlanjut pada nekrosis dan imflamasi apendiks (Attasi, 2002).

Pada fase ini, pasien akan mengalami nyeri pada area perium bilikan. Dengan

berlajutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan

serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka

intensitas nyeri yang khas akan terjadi (Santacroce, 2009).

Dengan berlanjutnya obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan meningkatkan

tekanan interluminal dan membentuk infiltrate pada mukosa dinding apendiks yang di

sebut dengan apendisitis mukosa, dengan manisfestasi ketidaknyamanan abdomen.

Adanya penurunan perfusi pada dinding akan menurunkan iskemia dan nekrosis di sertai

Page 11: SAP Apendisitis

peningkatan tekanan intraluminal yang di sebut apendisitis nekrosis, juga akan

meningkatkan risiko perforasi apendiks. Proses fagositosis respons perlawanan pada

bakteri memberikan manifestasi pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada

lumen apendiks yang di sebut dengan apendisitis supuratif.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan unuk membatasi proses

peradangan ini dengan cara menutup apendiks dengan omentum dan usus halus sehingga

terbentuk masa periapendikular yang secara salah dengan istilah infiltrate apendiks. Pada

bagian dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami

perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa

periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan risiko terjadinya perforasi dan

pembentukan massa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri

masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum

atau terjadi peritonitis. Apa bila perforasi apendiks disertai material abses, maka akan

memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan

memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah

nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes laboratorium

Uji laboratorium dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau

menemukan penyebab lain dari sakit perut.

2. Tes darah

Sebuah tes darah melibatkan menggambar darah seseorang di kantor penyedia

layanan kesehatan atau fasilitas komersial dan mengirim sampel ke laboratorium

untuk analisis. Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti jumlah sel

darah putih yang tinggi. Tes darah juga dapat menunjukkan dehidrasi atau cairan dan

ketidakseimbangan elektrolit. Elektrolit adalah bahan kimia dalam cairan tubuh,

termasuk natrium, kalium, magnesium, dan klorida.

3. Urinalisis

Urinalisis adalah pengujian sampel urin. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah

khusus di kantor penyedia perawatan kesehatan, sebuah fasilitas komersial, atau

rumah sakit dan dapat diuji di lokasi yang sama atau dikirim ke laboratorium untuk

analisis. Urinalisis digunakan untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih atau batu

ginjal.

Page 12: SAP Apendisitis

4. Tes kehamilan

Penyedia layanan kesehatan juga dapat memerintahkan tes kehamilan bagi wanita,

yang dapat dilakukan melalui darah atau urin tes.

Tes pencitraan dapat mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau menemukan penyebab lain dari sakit perut.

1. USG abdomen

USG menggunakan perangkat, yang disebut transducer, yang memantul aman,

gelombang suara menyakitkan off organ untuk membuat gambar struktur mereka.

Transduser dapat dipindahkan ke sudut yang berbeda untuk membuatnya mungkin

untuk memeriksa yang berbeda organ. Di USG perut, penyedia perawatan kesehatan

berlaku gel ke perut pasien dan bergerak tangan memegang transduser atas kulit. Gel

memungkinkan transduser untuk meluncur dengan mudah, dan itu meningkatkan

transmisi sinyal. Prosedur ini dilakukan di kantor penyedia perawatan kesehatan,

pusat rawat jalan, atau rumah sakit oleh teknisi terlatih khusus, dan gambar yang

ditafsirkan oleh dokter ahli radiologi yang mengkhususkan diri dalam pencitraan

medis. Anestesi tidak diperlukan. USG perut menciptakan gambar dari usus buntu

dan dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, usus buntu pecah, penyumbatan

dalam lumen apendiks, dan sumber-sumber lain dari sakit perut. USG adalah tes

pencitraan pertama dilakukan untuk tersangka usus buntu pada bayi, anak-anak,

orang dewasa muda, dan wanita hamil.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Mesin MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan detil

gambar organ tubuh dan jaringan lunak tanpa menggunakan sinar x. Prosedur ini

dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh khusus dilatih teknisi, dan

gambar yang ditafsirkan oleh ahli radiologi. Anestesi tidak diperlukan, meskipun

anak-anak dan orang-orang yang takut ruang terbatas dapat menerima sedasi ringan,

diambil melalui mulut. MRI mungkin termasuk suntikan pewarna khusus, yang

disebut media kontras. Dengan sebagian besar mesin MRI, orang terletak di atas

meja yang slide menjadi perangkat terowongan berbentuk yang mungkin terbuka

atau tertutup berakhir di salah satu ujung; beberapa mesin yang dirancang untuk

memungkinkan orang untuk berbaring di tempat yang lebih terbuka. MRI dapat

menunjukkan tanda-tanda peradangan, usus buntu pecah, penyumbatan dalam lumen

apendiks, dan sumber-sumber lain dari sakit perut. MRI digunakan untuk

Page 13: SAP Apendisitis

mendiagnosis usus buntu dan sumber-sumber lain dari sakit perut yang aman,

alternatif yang handal untuk computerized tomography (CT) scan.

3. CT scan. CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk

membuat tiga-dimensi (3-D) gambar. Untuk CT scan, orang tersebut dapat diberikan

solusi untuk minum dan suntikan media kontras. CT scan membutuhkan orang untuk

berbaring di meja yang slide ke perangkat terowongan berbentuk di mana sinar x

diambil. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi x-

ray.

G. KomplikasiKomplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang

menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens

lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah

awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,0C atau lebih tinggi, penampilan

toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).

H. Penatalaksanaan

Tata laksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan

dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik,

apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih

sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah.

Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu

operasi. Laparoskopi itu di kerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut

abdomen, terutama pada wanita. (Birnbaum BA).

I. Pencegahan

Apendisitis atau peradangan usu buntu merupakan penyakit yang tidak bisa dicegah.

Hanya saja bagi orang yang mengkonsumsi serat yang cukup akan membantu mengurangi

penyumbatan pada usus buntu. Oleh karenanya penting bagi kita untuk selalu menyediakan

makanan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar agar kita memperolah cukup

serat. Tindakan pencegahan sebenarnya lebih menekankan pada kehati-hatian dalam

melihat gejala, bila sudah timbul berbagai gejala maka segera memeriksakan keadaan

tubuh.

Page 14: SAP Apendisitis

EVALUASI (POST TEST)

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar dan tepat!

1) Apakah yang dimaksud apendisitis?

2) Sebutkan faktor-faktor penyebab apendisitis!

3) Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis?

4) Sebutkan gejala-gejala yang biasanya dirasakan para penderita apendisitis!

5) Sebutkan minimal 5 upaya untuk mencegah dan menanggulangi apendisitis secara

dini!

Page 15: SAP Apendisitis

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta: Penerbit Mediaction.