rk 1 od atrofi bulbi os katarak imatur

27
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. WJ Umur : 80 tahun Jenis Kelamin : Laki - Laki Alamat : Kajoran, Magelang Pekerjaan : - Status Menikah : Menikah Tanggal Masuk Poli : 28 Januari 2013 Nomor RM : 07- 92 - 62 B. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RST Dr. Soedjono Magelang. Keluhan Utama Pasien mengeluh pandangan mata sebelah kiri kabur. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli mata untuk memeriksakan mata kirinya. Mata sebelah kiri dirasakan kabur sejak ± 9 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengeluh seperti melihat kabut dan makin lama dirasa makin kabur. Pasien juga mengeluh mata sebelah kiri berair dan terasa gatal. Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak satu bulan yang lalu. Mata 1

Upload: maia-rahmayani

Post on 13-Aug-2015

155 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

atrofi bulbi

TRANSCRIPT

Page 1: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. WJ

Umur : 80 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Kajoran, Magelang

Pekerjaan : -

Status Menikah : Menikah

Tanggal Masuk Poli : 28 Januari 2013

Nomor RM : 07- 92 - 62

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RST Dr. Soedjono Magelang.

Keluhan Utama

Pasien mengeluh pandangan mata sebelah kiri kabur.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata untuk memeriksakan mata kirinya.

Mata sebelah kiri dirasakan kabur sejak ± 9 bulan yang lalu. Awalnya

pasien mengeluh seperti melihat kabut dan makin lama dirasa makin

kabur. Pasien juga mengeluh mata sebelah kiri berair dan terasa gatal.

Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak satu bulan yang lalu. Mata

merah dan riwayat trauma pada mata disangkal. Nyeri pada mata, cekot-

cekot, mual/muntah, dan melihat pelangi (halo) di sekitar lampu juga

disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter

sebelumnya. Pasien hanya membeli obat tetes mata di warung, namun

keluhan tidak berkurang.

± 5 tahun yang lalu pasien mengeluh mata sebelah kanan terasa

sangat sakit dan cekot-cekot. Pasien juga mengaku melihat pelangi (halo)

di sekitar lampu, mual/muntah, mata merah dan nrocos. Riwayat trauma

1

Page 2: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

disangkal. Pada saat keluhan ini berlangsung, pasien tidak pernah

memeriksakan diri ke dokter dikarenakan tidak ada biaya.

Riwayat Penyakit Dahulu

o Riwayat hipertensi disangkal

o Riwayat diabetes mellitus disangkal

o Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena bahan-

bahan kimia, terbentur benda tumpul atau benda tajam disangkal

o Riwayat alergi disangkal

o Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

o Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa

o Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal

o Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas. Kesan ekonomi kurang.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Tanggal pemeriksaan : 28 Januari 2013

Kesadaran : Composmentis

Aktivitas : Normoaktif

Kooperatif : Kooperatif

Status gizi : Cukup

Vital Sign

TD : 140/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

2

Page 3: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Status Ophthalmicus

No. Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister

1. Visus 0

-

1/60

NC

2. Bulbus Okuli Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. Palpebra

Edema (-) (-)

Hematom (-) (-)

Hiperemi (-) (-)

Entropion / Ektropion (-) (-)

Blefarospasme (-) (-)

Nyeri tekan (-) (-)

4. Konjungtiva

Injeksi Konjungtiva (-) (-)

Injeksi Siliar (-) (-)

Sekret (-) (-)

Bangunan patologis (-) (-)

Perdarahan

subkonjungtiva(-) (-)

5. Kornea

Kejernihan Jernih Jernih

Infiltrat (-) (-)

Keratic precipitates (-) (-)

Ulkus (-) (-)

Sikatrik (-) (-)

3

Page 4: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Pannus (-) (-)

6. COA

Kejernihan Jernih Jernih

Kedalaman Dangkal Cukup

Isi (Hifema / Hipopion) (-) (-)

7. Iris

Kripte (+) (+)

Sinekia (-) (-)

8. Pupil

Diameter ± 5mm ± 2 mm

Reflek pupil (-) (+)

Bentuk Bulat Bulat

9. Lensa

Kejernihan Jernih Keruh

Iris Shadow (-) (+)

10. Corpus Vitreum

Kejernihan Jernih Jernih

11. Fundus Refleks (-) (+) sangat suram

12. TIO N (-) N

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 108 mm/dL

E. DIAGNOSIS BANDING

4

Page 5: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Oculus Dexter

1. OD Atrofi Bulbi

Dipertahankan karena dari hasil anamnesis tidak ada riwayat

trauma.

2. OD Ptisis Bulbi

Disingkirkan karena tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat operasi

sebelumnya, dan tidak ada riwayat infeksi.

Oculus Sinister

1. OS Katarak Imatur

Dipertahankan karena dari hasil anamnesis didapatkan penglihatan

kabur, mata merah (-), cekot-cekot (-), iris shadow (+), melihat

pelangi disekitar lampu (-), pusing (-) dan belum pernah diobati. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan lensa keruh, TIO normal, COA cukup

dan visus pasien 1/60.

2. OS Katarak Insipien

Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan didapatkan kekeruhan telah

menutupi sebagian lensa (+), iris shadow (+) dan COA dangkal.

3. OS Katarak Matur

Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan didapatkan hanya sebagian

lensa yang mengalami kekeruhan, selain itu didapatkan pula iris shadow

(+) dan COA dangkal.

4. OS Katarak Hipermatur

Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan didapatkan lensa keruh (+)

namun tidak bersifat masif, iris shadow (+) dan COA dangkal.

5. OS Katarak Akibat Terinduksi Obat

Disingkirkan karena dari hasil anamnesis tidak ditemukan adanya

pengobatan tertentu yang dapat mengakibatkan kekeruhan lensa, seperti

penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

6. OS Katarak Akibat Trauma

5

Page 6: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Disingkirkan karena dari hasil anamnesis tidak ditemukan riwayat adanya

trauma pada mata.

7. OS Retinopati

Disingkirkan karena pada pemeriksaan funduskopi didapatkan hasil dalam

batas normal.

F. DIAGNOSIS

OD Atrofi Bulbi

OS Katarak Senilis Imatur

G. TERAPI

Tetes :

R/ Gentamysin ED BT I

S 3 dd gtt I ODS

Oral :

R/ Sohobion No. X

S 1 dd tab I

H. EDUKASI

Kontrol secara teratur

Meminum obat secara teratur sesuai resep dokter

Menjelaskan bahwa visusnya berkurang disebabkan karena adanya

kekeruhan pada lensa mata pasien

Memberi penjelasan bahwa kekeruhan yang ada pada lensa semakin lama

akan semakin berat seiring berjalannya waktu, sehingga penurunan visus

dapat terus terjadi

I. PROGNOSIS

6

Page 7: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister

Quo ad visam Malam Dubia ad Bonam

Quo ad sanam Malam Bonam

Quo ad functionam Malam Dubia ad Bonam

Quo ad vitam Malam Bonam

Quo ad kosmetikam Malam Bonam

J. GAMBAR

OD ATROFI BULBI

OS KATARAK SENILIS IMATUR

BAB II

7

Page 8: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK SENILIS IMATUR

1. DEFINISI

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak merupakan penyebab kebutaan

di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari

penderita katarak berada di negara berkembang seperti Indonesia, India

dan lainnya.Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di

Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan

penglihatan (Ilyas, 2010).

Gambar 1. Mata dengan katarak

Katarak imatur adalah kekeruhan pada sebagian lensa. Katarak ini

belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan

bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan

lensa yang degeneratif. Pada keadaan ini lensa akan mencembung

sehingga akan menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma

sekunder (Ilyas, 2010).

2. EPIDEMIOLOGI

8

Page 9: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak

merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan

penglihatan yang paling sering ditemukan (Khalilullah,2010).

Tabel 1. Persentase Penyakit Mata (Khalilullah, 2010).

Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan

dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degeneratif.

Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan adanya

10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50%

pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70%

pada usia 75 tahun. Katarak kongenital, katarak traumatik dan katarak

jenis-jenis lain lebih jarang ditemukan (Vaughan et al, 2010).

3. ETIOLOGI

Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, diduga multifaktorial, diantaranya antara lain (James et al, 2006) :

o Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik;

o Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuatmempunyai

efek buruk terhadap serabut-serabut lensa;

o Faktor imunologik

9

Page 10: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

o Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,

gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari,

miopia tinggi;

o Gangguan metabolisme umum, yaitu Diabetes Mellitus, Galaktosemia,

Hipokalsemia, Distrofi miotonik;

o Trauma;

o Pengobatan topikal jangka panjang, yaitu steroid dan klorpromazin.

4. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya

keseimbangan antara protein yang dapat larut dan protein yang tidak dapat

larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah

protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa

protein. Perubahan biokimiawi, fisik dan protein tersebut mengakibatkan

jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang

lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak.

Terjadinya penumpukan cairan / degenerasi dan desintegrasi pada serabut

tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan

gangguan penglihatan. Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka

nukleus lensa mata akan menjadi lebih padat dan berkurang kandungan airnya,

lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic zone) sehingga

kemampuan memfokuskan benda berkurang (Ilyas, 2010).

5. MANIFESTASI KLINIK

Berikut merupakan gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita

katarak (Faradila, 2009) :

1) Gejala Subyektif :

a. Bila kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya.

b. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.

10

Page 11: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

c. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang

disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda

yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.

d. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi

karena proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi

cembung dan refraksi power mata meningkat, akibatnya bayangan

jatuh di muka retina.

2) Gejala Obyektif :

a. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.

b. Jika mata diberi sinar dari samping: lensa tampak keruh keabu-

abuan atau keputihan dengan latar hitam.

c. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop : kekeruhan tersebut

tampak hitam dengan latar oranye. Dan pada stadium matur hanya

didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar oranye,

hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

d. Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut

kamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler

meningkat, akibatnya terjadi glaukoma sekunder.

Tabel 2. Perbedaan Klinis Stadium Katarak Senilis (Ilyas, 2010)

11

Page 12: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

6. KLASIFIKASI

Katarak senilis secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu

insipien, imatur, matur dan hipermatur.

1) Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-

bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah

jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior

dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil

dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang

disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian

lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama (Ilyas, 2010).

2) Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum

mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian

yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik  bahan lensa yang degeneratif. Pada

keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal

sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan

iris atau shadow test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa,

sehingga hasil uji shadow test (+) (Ilyas, 2010).

3) Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses

degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air

bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke

ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal

kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji

bayangan iris negative (Ilyas, 2010).

12

Page 13: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

4) Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa

yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul

lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses

katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di

korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji

bayangan iris memberikan gambaran pseudo positif. Cairan / protein

lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi

dalam bola mata karena dianggap sebagai benda asing. Akibatnya

dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui

COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan /

protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata

(Ilyas, 2010).

7. DIAGNOSIS

Diagnosis dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-

kelainan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang

berefek terhadap mata dan perkembangan katarak (Setiohadi, 2006).

Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai

dengan ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat.

Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa di kamar dengan cahaya

terang (James et al,2006).

Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat

memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis

penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan

sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent

relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus

macula.

13

Page 14: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi

opasitas lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain (konjungtiva, kornea,

iris, bilik mata depan) (James et al, 2006).

Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus

diperiksa hati-hati (James et al, 2006).

Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah

pemberian dilator pupil (James et al, 2006).

Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa

sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata

sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur (Ilyas, 2010).

Kepentingan ophthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari

integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan

retina dapat menilai gangguan penglihatan. (Ilyas, 2010).

Tabel 3. Gambaran Bentuk Katarak Senilis (Khalilullah, 2010).

14

Page 15: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

8. PENATALAKSANAAN

Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk

menyembuhkan katarak senilis. Penggunaan obat-obatan selama ini

bertujuan untuk memperlambat penebalan katarak. Katarak hanya dapat

diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak

mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup

dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,

makanan, atau kegiatan olahraga yang dapat menghindari atau

menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Akan tetapi melindungi

mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memperlambat

terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata reguler yang

dapat menghalangi sinar ultraviolet (UV) sebaiknya digunakan ketika

berada di ruangan terbuka pada siang hari (Setiohadi, 2006).

Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah aldose

reductase inhibitor, obat ini diketahui dapat menghambat konversi glukosa

menjadi sorbitol, pengobatan sudah memperlihatkan hasil yang

menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang

menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan

antioksidan vitamin C dan E (Vaughan et al, 2010).

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi

lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah

berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini

phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang

digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.

Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa

yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract

ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang

tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu

ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi (Vaughan et al, 2010).

15

Page 16: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

1) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake

dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar.

Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa

subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak

sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama

populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien

berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen

hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini

astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan

(Khalilullah, 2010).

2) Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui

robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa

intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra

ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan

prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah

mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi

retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk

mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti

prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini

yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Khalilullah, 2010).

3) Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan

memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang

sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan

digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO

16

Page 17: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah

lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan

tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan

pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan

cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat

pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan

incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa

intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra

okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu

(James et al, 2006).

9. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi tindakan operatif katarak (Ilyas, 2010) :

1) Hilangnya vitreous.

2) Prolaps iris.

3) Endoftalmitis.

4) Astigmatisma pasca operasi.

5) Edema makular sistoid.

6) Ablasio retina.

7) Opasifikasi kapsul posterior.

8) Glaukoma

10. PROGNOSIS

Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit

menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.

Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa

komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi

menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart (Khalilullah, 2010).

17

Page 18: RK 1 OD Atrofi Bulbi OS Katarak Imatur

DAFTAR PUSTAKA

Faradila, N. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Pekanbaru : Faculty of

Medicine University of Riau. Available at http://www.Files-of-

DrsMed.tk

Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. 205-216

James, B., Chris C., Bron A. 2006. Lecture Notes : Oftamologi Edisi Kesembilan.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Khalilullah, S. A. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan Pada Katarak Senilis.

available at www.emedicine.com/ last update 22 November 2010

Miranti, A., Arjo SM., 2002. Deteksi dini glaukoma, Medisinal, Vol. III, Jakarta.

Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk

dokter umum dan mahasiswa kedokteran: edisi ke-2, Sagung Seto,

Jakarta.

Setiohadji, B., 2006. Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept

of Ophthalmology Medical Faculty of Padjadjaran University.

Suhardjo et. Al. 2007. Ilmu Kesehatan Mata, Bagian Ilmu Penyakit Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Vaughan, D, Riordan-Eva P. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14.Alih

Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology. Jakarta: Widya

Medika; 2010. 220-232.

18