risiko usaha blenger burger
TRANSCRIPT
Nico Amaros
Sinulingga
No.22
Gilang Laksana Purnama
No.17
Baktiarman Ramadhan
No.7
Aditya Aji Prabowo
No.2
Devri Radistya
No.12
Septian Fachrizal
No.27
Blenger Burger :
Risiko Dan Klasifikasinya
tugas seminar manajemen risiko
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
PENDAHULUAN
Menurut teori kebutuhan Abraham Maslow, pangan merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia untuk dapat bertahan hidup.
Pada perkembangannya pangan tidak lagi hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan biologis saja tetapi berkembang menjadi bagian dari gaya hidup di
beberapa kalangan masyarakat. Perkembangan tersebut mengakibatkan semakin
menjamurnya pelaku usaha yang bergerak di bidang kuliner.
Salah satu dari pelaku usaha tersebut adalah Erik Kadarman Subarna yang
mendirikan Blenger Burger. Burger merupakan salah satu makanan cepat saji yang
cukup digemari masyarakat. Dengan beberapa kelebihannya, Blenger Burger saat ini
telah menjadi salah satu icon kuliner yang dapat menarik pelanggan baru dan
mengalahkan pesaingnya dalam usaha sejenis.
Perkembangan Blenger Burger tentunya tidak terlepas dari risiko-risiko yang
harus dihadapi. Untuk itu diperlukan adanya manajemen risiko yang baik dari pemilik
atau pengelola untuk dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik.
Pemahaman terkait manajemen risiko tersebut tentunya dimulai dari memahami
pengertian risiko dan mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat dihadapi oleh
usaha kuliner tersebut. Dengan pemahaman tersebut diharapkan pemilik dapat
menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menangani risiko akan
dihadapinya.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
LANDASAN TEORI
Untuk dapat mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi oleh Blenger Burger,
terlebih dahulu diperlukan pemahaman yang kuat mengenai pengertian dari risiko
itu sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan risiko sebagai kemungkinan
terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Sedangkan menurut
International Organization for Standardization (ISO) dalam ISO 31000:2009 Risk
Management — Principles and Guidelines, risiko merupakan efek ketidakpastian dari
suatu tujuan. Selain itu, dalam AS/NZS 4360:2004 risiko dinilai sebagai peluang
perubahan yang dapat berdampak pada tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa risiko merupakan peluang ketidakpastian yang dapat timbul
dan memiliki dampak pada tercapainya tujuan.
Penggolongan risiko dapat dilakukan berdasarkan beberapa kategori, di
antaranya menurut sifat, sumber, dampak, dan ruang lingkupnya. Menurut sifatnya,
risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni, risiko spekulatif, risiko fundamental,
risiko khusus, risiko dinamis, dan risiko statis. Sedangkan menurut sumbernya, risiko
terdiri dari risiko intern dan risiko ekstern.
PMBOK Guide (2004) membagi risiko menjadi dua berdasarkan dampaknya, yaitu
risiko positif dan risiko negatif. Selain itu, risiko juga dibagi dua menurut ruang
lingkupnya, antara lain (1) public risk, yang mencakup fiscal risk dan contingent
liabilities; serta (2) corporate risk, yang terdiri dari risiko keuangan, risiko operasional,
risiko strategis, dan risiko eksternalitas.
Berdasarkan beberapa jenis risiko tersebut, identifikasi risiko atas Blenger Burger
akan menggunakan penggolongan risiko berdasarkan sumbernya. diharapkan
melalui penggolongan tersebut dapat memudahkan dalam penyusunan hubungan
sebab-akibat yang ditimbulkan dari masing-masing risiko.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
PROFIL USAHA
Pendirian Blenger Burger
Blenger Burger didirikan oleh
Bapak Erik Kadarman Subarna, salah
seorang karyawan bagian IT yang tinggal
di bintaro dan bekerja di salah satu
perusahaan swasta di kuningan. Pria
kelahiran Jakarta 22 Januari 1973 ini
memilih bisnis makanan dan minuman
karena ia meyakini bahwa bisnis
makanan dan minuman adalah bisnis
yang prospektif dan tidak pernah mati.
Sementara alasannya memilih burger
adalah karena bisnis burger bukan bisnis
musiman, selain karena adanya
kecenderungan orang-orang untuk
mengurangi makan nasi dan
menggantinya dengan roti.
Usaha burger blenger pertama
kali dirintis oleh bapak erik pada bulan
Juli 2004, dengan modal awal dari
kantong pribadi sebesar tujuh juta
rupiah. Bentuk usahanya adalah
perusahaan perorangan.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Logo atau merk
Nama blenger sendiri bermula karena Bapak Erik
ingin memberi nama merek yang berawalan B dan
berakhiran Er. Sampai akhirnya Bapak Eric memilih kata
“Blenger”. Kata blenger sendiri berasal dari bahasa Jawa
yang memiliki arti ‘makan sampai kenyang atau
kekenyangan. Nama yang berawalan B dan berakhiran Er ini diyakini dapat
memberikan efek homofon dengan nama ‘BurgEr’ itu sendiri. Slogan yang ditemukan
di setiap outlet dan kemasan produknya adalah “it’s worth the wait”.
Visi, Misi, dan Tujuan
Visi, misi, serta tujuan Blenger Burger sebagaimana dikutip dari thesis saudari
Kiki Indah Wulandari, melalui wawancaranya dengan Bapak Erik adalah sebagai
berikut:
Visi awal : Visi 2011 :
Misi:
Tujuan Jangka Pendek:
Memposisikan Blenger Burger suatu product icon untuk burger
”menciptakan burger
lokal yang taste-nya (rasanya) sesuai dengan lidah orang Indonesia
”
”menjadi merek lokal
dengan produk yang mengutamakan kualitas dan harga murah serta
terjangkau
”
“membuat suatu komunitas bagi para pencinta burger”
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Membidik konsumen untuk seluruh Jakarta
Tujuan jangka panjang:
Mempertahankan keorisinilan kualitas produk
Mempertahankan Blenger Burger agar tetap survive (bertahan) dan exist (ada)
Struktur Organisasi Blenger Burger
Keterangan:
Bagian Produksi Bagian ini bertugas di bagian dapur untuk membuat bahan baku produk. Bagian produksi ini membuat bahan baku produk yang terdiri dari roti, daging burger, sosis, mayonnaise, saus tomat dan saus sambal, kecuali sayuran dan keju yang dibeli langsung dari pasar.
Bagian penjualan Bagian ini adalah bagian yang selalu berada di outlet dan cabang, karena bertugas untuk menjual produk yang sudah jadi. Bahan baku yang sudah jadi oleh bagian produksi diserahkan ke bagian ini untuk kemudian disiapkan menjadi produk yang siap dijual kepada konsumen.
Bagian delivery service (jasa pelayanan antar langsung) Bagian delivery service bertugas mengantarkan produk, sesuai dengan permintaan konsumen ke tempat dimana konsumen tersebut berada. Untuk bisa menggunakan jasa layanan ini, konsumen harus memenuhi minimum order yang sudah ditentukan
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Outlet
Saat ini terdapat empat outlet Blenger Burger, yaitu: 1. Blenger Barito (Outlet 1), Griya Astika Complex, Jl. Lamandau 4 no. 16-18,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Tel. 9229 8033, 0888 161 1200; 2. Blenger Bintaro (Outlet 2), Jl. Taman Barat, Blok F1, Sektor 1 Bintaro Jaya, Jakarta
Selatan, Tel. 0856 830 8001; 3. Blenger BSD (Outlet 3), Ruko Versailles Blok FA no. 1, Bumi Serpong Damai-
Tangerang, Tel. 537 4040, 538 4141; 4. Blenger Pondok Labu (Outlet 4), Kios Taman Pondok Labu Blok B no. 1, Jl. R.S.
Fatmawati no. 72, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Tel. 7590 3444, 9229 8101.
Jumlah outlet tersebut memang relative sedikit, terutama apabila melihat
outlet-outlet pesaingnya, misalnya Klenger Burger yang mencapai ratusan outlet. Hal
ini disebabkan karena Bapak Erik belum berkeinginan untuk menjual mereknya
(franchaise). Sehingga jumlah outlet yang ada disesuaikan dengan kemampuannya
dalam mengelola dan mengawasi outlet-outletnya. Seluruh outletnya beroperasi dari
pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Menu dan Harga Yang Tersedia
Saat ini Blenger Burger memiliki
empat menu utama yaitu Cheese
Burger, Beef Burger, Chilli Dog, Cheesy
Dog,dan Chilli Dog XL. Harga yang
ditawarkan cukup terjangkau yaitu
Rp16.000 untuk Cheese Burger,
Rp14.000 untuk Beef Burger, Rp18.000
untuk Chilli Dog, Rp16.000 untuk
Cheesy Dog, selain itu masih ada
menu sampingan yaitu french fries
seharga Rp11.000, serta beragam
minuman. Semua harga di atas sudah
termasuk pajak restoran (Pembangunan 1) sebesar sepuluh persen. Bahan yang
digunakan untuk menu-menunya dibuat sendiri oleh bagian produksi meliputi roti
(bun), daging (burger dan sosis), mayonnaise, saus tomat dan saus sambal, kecuali
sayuran dan kejunya yang dibeli jadi dari pasar.
Keunikan dari menu-menu Blenger Burger dibandingkan dengan produk-
produk sejenis dari para pesaingnya adalah:
mayonnaisenya yang meleber, karena jumlah mayonnaise yang dibubuhkan
sangat banyak;
penggunaan kyuri atau timun jepang segar, bukan timun yang diasinkan serta
penggunaan letuce dan bukan selada air atau selada keriting, sehingga jika
digigit terasa lebih crispy;
ukuran daging burger dan sosis yang lebih besar dan tebal. Bapak Erik setidaknya
membutuhkan 1,5 ton daging sapi impor dari Selandia Baru untuk diolah menjadi
burger dan sosis (data tahun 2008).
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Referensi:
(1) Wulandari, Kiki Indah. 2006. Strategi pemasaran Blenger Burger di Jl. Lamandu,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia.
Jakarta (diakses dari core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/12148225.pdf)
(2) http://peluangbisnis-usaha.blogspot.com/2008/10/bisnis-keblinger-burger-
blenger.html
(3) http://economy.okezone.com/read/2011/04/24/320/449280/mengintip-kisah-
sukses-burger-blenger
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
IDENTIFIKASI RISIKO
Risiko usaha pada Blenger Burger ini dapat diidentifikasi berdasarkan asal-usul risiko. Berbagai perstiwa baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari lingkungan eksternal sangat mempengaruhi fluktuasi perkembangan usaha Blenger Burger. Komponen yang termasuk dalam lingkungan internal perusahaan yang dapat berpotensi menimbulkan risiko dapat berupa Staf, Supplier, dan Aset. Sedangkan lingkungan eksternal yang berpengaruh dapat berupa Masyarakat dan Pelanggan, dan Lingkungan.
A. Intern-Perusahaan 1. Perubahan omzet; perubahan omzet dari perusahaan bisa bertambah
ataupun berkurang tergantung dari risiko yang dihadapi, baik positif atau negatif, dimana perubahan omzet ini akan dipengaruhi berbagai sebab yang akan ditunjukkan dalam analisis sebab-akibat
2. Perubahan biaya operasional; perubahan biaya operasional perusahaan dapat bertambah ataupun berkurang tergantung dari risiko yang dihadapi, baik positif atau negatif
3. Pemilik usaha meninggal dunia; risiko ini diidentifikasikan sebagai salah satu risiko negatif yang penting karena Blenger Burger merupakan perusahaan perseorangan yang bergantung pada pemilik usaha itu sendiri. Pemilik usaha merupakan figur penting dalam perusahaan perseorangan, kejadian yang tiba-tiba atas pemilik perusahaan dapat berdampak pada kelangsungan perusahaan secara keseluruhan
4. Perusahaan diakusisi oleh kompetitor; kompetitor yang makin menjamur dengan permodalan yang besar menjadi risiko tersendiri dimana
internal
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
kompetitor dapat menawarkan akuisisi kepada pemilik Burger Blenger. Nama Burger Blenger sendiri yang menjadi trademark burger murah tapi porsi besar menjadi daya tarik tersendiri bagi kompetitor untuk mengakuisisinya.
5. Perubahan kepemilikan dan manajemen; perubahan kepemilikan, manajemen ataupun betuk dari perusahaan itu sendiri yang dari awalnya perusahaan perseorangan berubah menjadi CV atau PT dapat merubah arah usaha dan kegiatan bisnis dari Blenger
B. Intern-Staf 1. Pencurian aset perusahaan oleh staf 2. Tindakan staf yang tidak sesuai dengan prosedur dan kebijakan
perusahaan; tindakan dan perilaku pegawai yang melanggar dari aturan dan prosedur yang ditetapkan dapat berakibat pada perusahaan dan ketidaknyamanan konsumen bila tindakan staf tersebut merugikan konsumen
3. Perusakan aset perusahaan oleh staf
C. Intern-supplier 1. Distribusi bahan baku yang tidak tepat waktu; keterlambatan waktu
distribusi bahan baku dari supplier pada outlet burger blenger 2. Mekanisme pengiriman bahan baku yang tidak sesuai standar; bahan baku
yang dikirimkan terdapat cacat baik karena pada awal pengiriman bahan baku ataupun karena gangguan pada saat pengiriman
3. Bahan baku yang dikirimkan memiliki kualitas dibawah normal; risiko yang terjadi ketika bahan baku dari supplier tidak memiliki kualitas yang sama dengan standar yang dipakai karena walaupun supplier merupakan bagian dari perusahaan Blenger Burger tetap terdapat risiko terjadinya hal ini
4. Harga bahan baku meningkat tajam; harga bahan baku yang meningkat baik seperti inflasi ataupun kelangkaan bahan baku
D. Intern-aset 1. Properti dan lokasi usaha rusak karena kebakaran, usia, bencana,
kecelakaan, dan hal lainnya 2. Barang-barang rusak karena pencurian/penjarahan 3. Pemilik lokasi usaha tidak mau memperpanjang kontrak sewa; outlet dari
Burger Blenger didirikan dengan menyewa dari pihak lain, terdapat risiko
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
dimana pihak penyewa tidak menyewakan kembali kepada pihak Blenger Burger sehingga pemindahan outlet bisa berdampak pada perusahaan
4. Pemilik lokasi usaha menaikkan harga sewa yang tidak wajar; risiko ini perlu diperhitungkan karena dengan keberadaan outlet Blenger Burger di lokasi tersebut dalam jangka waktu lama membuat lokasi tersebut identik dengan Blenger di mata para penggemarnya, sehingga dengan ketenarannya ini bisa terjadi penyewa mengenakan harga sewa yang mahal kepada Blenger Burger
5. Kapasitas outlet yang tidak mampu menampung jumlah pelanggan; outlet Blenger Burger terbilang cukup kecil untuk usaha dengan omzet cukup besar, walaupun Blenger Burger ditujukan agar penggemarnya membawa pulang Blenger, namun bukan berarti kapasitas outlet diabaikan. Risiko ini dapat berdampak pada pelanggan yang ingin makan di tempat. Situasi yang panas dan kurang nyaman dapat berdampak pada keluhan dan ketidaknyamanan pelanggan.
6. Perubahan kualitas produk
E. Ekstern-Masyarakat & Pelanggan 1. Preman/pemalak di sekitar tempat usaha; preman/pemalak termasuk
risiko yang tidak bisa dipungkiri dalam usaha. Uang keamanan yang dijadikan dalih preman untuk memalak Burger Blenger dapat berpengaruh pada omzet.
2. Penjarahan bila terjadi situasi luar biasa/krisis; hal ini bercermin pada situasi 1998 dimana terjadi penjarahan dimana-mana.
3. Pelanggan merasa kurang puas dengan layanan yang diberikan 4. Pelanggan menderita sakit yang kemungkinan disebabkan oleh produk 5. Pelanggan beralih ke kompetitor; kencangnya promosi kompetitor dan
menyediakan produk atau layanan yang lebih baik dari Blenger dapat berdampak besar bagi Blenger
6. Pelanggan dan masyarakat sekitar melakukan tuntutan hukum; risiko tuntutan hukum akibat dari hal-hal yang tidak nyaman yang dirasakan oleh pelanggan, analisis sebab-akibat yang dibuat akan menjelaskan mengenai hal ini
7. Pelanggan menyebarkan pengalaman buruk yang mungkin terjadi; promosi Burger Blenger yang hanya melalui mulut ke mulut (walaupun sering juga media mengulas Blenger, tetapi inisiatif bukan dari perusahaan) dan kurang ekspansif membuat pelanggan menjadi salah satu media yang paling berpengaruh dalam bisnis Blenger, sehingga
eksternal
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
pengalaman buruk dapat dengan cepat menyebar dan berdampak buruk bagi perusahaan
8. Pelanggan bosan dengan menu yang monoton; perkembangan menu Blenger Burger sejak tahun 2005 tidak pesat dan menu masih tidak jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan sejak Blenger berdiri
F. Ekstern-lingkungan 1. Banjir di lingkungan sekitar yg menyebabkan akses ke outlet menjadi sulit
(walaupun ini bisa juga positif, sebagai contoh adalah outlet Blenger Burger di Bintaro Sektor 1, karena pada saat banjir jalan menuju bintaro lewat sektor 1 tertutup banjir, sehingga masyarakat bisa berhenti dulu di Blenger menunggu banjir surut sehingga menimbulkan peluang baru)
2. Lokasi outlet sulit diakses 3. Lokasi outlet yang berada di tempat yang tidak lagi memungkinkan
perusahaan untuk memperluas outlet (untuk parkir, tempat makan, dan sebagainya).
4. Kebersihan tempat usaha yang kurang terjaga
5. Munculnya kompetitor sejenis yang menawarkan produk dan harga yang bersaing
6. Kampanye yang mendiskreditkan makanan cepat saji; kampanye makanan sehat yang ramai di beberapa tahun terakhir ini dapat juga menekan usaha Blenger mengingat apa yang dijual yakni burger masuk dalam kategori junk food.
7. Perubahan pengaturan lalu lintas di sekitar tempat usaha
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
8. Perubahan rute sarana transportasi umum di sekitar tempat usaha; perubahan rute yang signifikan sehingga akses transportasi umum ke Blenger menjadi sulit dicapai akan secara signifikan mengubah orientasi pelanggan
9. Perubahan situasi lingkungan di sekitar tempat usaha 10. Perubahan kebijakan pemerintah atau ditetapkannya keputusan
pemerintah; perubahan aturan seperti aturan perpajakan dapat berdampak pada usaha menengah semacam Blenger ini
11. Terjadi bencana alam lainnya
kondisi antrian
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Analisis Hubungan Sebab-Akibat
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Keterangan:
1. Tindakan staf yang tidak sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat menimbulkan ketidakpuasan pelanggan dalam hal layanan. Bahkan jika pelangan merasa dirugikan, akan muncul risiko bahwa pelanggan, dan masyarakat, akan mengajukan tuntutan hukum.
2. Lokasi outlet kemungkinan sulit diakses, terutama bagi pelanggan yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Sulitnya akses ini juga muncul akibat adanya perubahan pengaturan lalu lintas di sekitar tempat usaha dan perubahan rute transportasi di sekitar tempat usaha.
3. Ketidakpuasan pelanggan, kebersihan tempat usaha yang kurang terjaga, dan lokasi outlet yang sulit diakses akan berisiko memunculkan kondisi di mana pelanggan menyebarkan cerita mengenail pengalamannya membeli produk yang tidak menyenangkan (buruk).
4. Cerita buruk mengenai tempat usaha, kebersihan yang kurang terjaga, munculnya kompetitor, kebosanan pelanggan akan menu, lokasi outlet yang berada di tempat sempit, dan kapasitas outlet yang tidak mampu menampung pelanggan akan memberi risiko bahwa pelanggan akan beralih ke kompetitor lain.
5. Selain cerita buruk mengenai pengalaman membeli produk, pelanggan beralih ke kompetitor lain, kampanye anti makanan cepat saji, perubahan kebijakan pemerintah, perubahan situasi lingkungan sekitar, distribusi bahan baku tidak tepat waktu, perubahan kualitas produk, banjir, serta terjadi bencana alam lainnya, akan berdampak pada risiko perubahan omzet, bisa menurun atau meningkat, tergantung penyebabnya.
6. Kapasitas outlet yang tidak mampu menampung pelanggan, distribusi bahan baku yang tidak tepat waktu, mekanisme pengiriman bahan baku tidak sesuai standar (terlalu lama di gudang atau tidak adanya antisipasi pembusukan bahan ketika di perjalanan), dan kualitas bahan baku yang diterima di bawah normal, akan memunculkan risiko perubahan kualitas produk.
7. Tuntutan hukum yang diajukan pelanggan dan masyarakat, pemilik lokasi menaikkan harga sewa dengan tidak wajar atau tidak mau meneruskan kontrak sewa, harga bahan baku yang meningkat tajam, adanya barang-barang persediaan yang rusak atau hilang, adanya properti atau lokasi usaha yang rusak, serta adanya preman atau pemalak, akan menyebabkan perubahan biaya / beban. Perubahan ini dapat berbentuk peningkatan atau penurunan. Misalnya, dengan adanya properti yang rusak, perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk memperbaiki atau mengganti properti tersebut.
8. Barang-barang persediaan yang rusak atau hilang dapat disebabkan oleh pencurian dan perusakan aset oleh staf, dan penjarahan /perampokan.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
9. Adanya risiko akuisisi perusahaan oleh kompetitor dan risiko pemilik usaha meninggal dunia (Blenger adalah perusahaan perseorangan), akan muncul risiko perubahan kepemilikan dan manajemen.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
PENUTUP
Perkembangan bisnis suatu usaha tentunya tidak lepas dari risiko yang selalu
melekat dalam proses bisnisnya. Risiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, staf,
keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi. Suatu risiko yang terjadi dapat
berasal dari risiko lainnya, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Risiko terakhir
disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan
operasional seperti risiko yang melekat pada aset. Risiko yang terjadi akan
berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari suatu usaha tersebut, dan
timbulnya ketidakpercayaan dari pelanggan. Risiko diyakini tidak dapat dihindarit.
Oleh karenanya, pemahaman terhadap risiko sangatlah penting untuk dapat
menentukan prioritas strategi dan program dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Pada bisnis kuliner seperti Blenger Burger, risiko dapat diidentifikasi
berdasarkan sumber dari risiko. Kemunculan risiko diidentifikasi terlebih dahulu asal-
usulnya dan kemudian dapat dianalisis hubungan sebab akibat dari masing-masing
risiko tersebut. Risiko pada Blenger Burger dapat berasal dari intern perusahaan
dimana komponen yang berpengaruh adalah Intern Perusahaan, Staf, Aset, dan
Suplier. Sedangkan risiko yang berasal dari eksternal perusahaan dapat berasal dari
Pelanggan, Masyarakat, maupun kondisi Lingkungan sekitar. Masing-masing risiko
baik dari internal maupun eksternal tersebut saling terkait satu sama lain dalam
hubungan sebab akibat. Risiko internal dapat mengakibatkan munculnya risiko
eksternal, dan sebaliknya. Hubungan sebab akibat pada risiko dapat memunculkan
risiko yang lebih kompleks bagi suatu usaha.
[SEMINAR MANAJEMEN RISIKO] BLENGER BURGER : RISIKO DAN KLASIFIKASINYA
Anggota Kelompok
Aditya Aji Prabowo
Baktiarman Ramadhan
Devri Radistya
Gilang Laksana Purnama
Nico Amaros Sinulingga
Septian Fachrizal