risiko deteksi dan rancangan uji substantif

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penakiran risiko pengendalian merupakan suatu proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur sturtur pengendalian intern entitas. Pentingnya konsep penaksiran risiko pengendalian yakni dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam laporan keuangan. Definisi Penakiran risiko pengendalian mengharuskan seorang auditor agar mengetahu dengan jelas tahap-tahap yang ditempuh oleh auditor dalam menaksir risiko dan desain pengujian yang bersangkutan. Oleh karena itu pentingnya Penakiran risiko dan Desain Pengujian, guna memeperlancar tugas seorang auditor akan dibahas pada makalah ini. B. Rumusan Masalah a. Apa definisi dari Penakiran risiko pengendalian ? b. Mengapa konsep Penakiran risiko pengendalian penting kaitannya terhadap material dalam laporan keuangan ? 1

Upload: an-umillah

Post on 31-Jan-2016

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TUGAS AUDIT

TRANSCRIPT

Page 1: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penakiran risiko pengendalian merupakan suatu proses evaluasi

efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur sturtur pengendalian

intern entitas. Pentingnya konsep penaksiran risiko pengendalian yakni

dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam

laporan keuangan.

Definisi Penakiran risiko pengendalian mengharuskan seorang

auditor agar mengetahu dengan jelas tahap-tahap yang ditempuh oleh

auditor dalam menaksir risiko dan desain pengujian yang bersangkutan.

Oleh karena itu pentingnya Penakiran risiko dan Desain Pengujian,

guna memeperlancar tugas seorang auditor akan dibahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari Penakiran risiko pengendalian ?

b. Mengapa konsep Penakiran risiko pengendalian penting kaitannya

terhadap material dalam laporan keuangan ?

c. Bagaimana hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang

direncanakan dan tingakat pengujian substantive ?

d. Apa saja kerangaka umum yang dapat dipakai untuk acuan dalam

pengujian substantive ?

C. Tujuan Perumusan Masalah

a. Untuk mengetahui definisi dari Penakiran risiko pengendalian

b. Untuk mengetahui konsep Penakiran risiko pengendalian penting

kaitannya terhadap material dalam laporan keuangan

c. Untuk mengetahui hubungan antara strategi audit awal, risiko

deteksi yang direncanakan dan tingakat pengujian substantif

d. Untuk mengetahui kerangaka umum yang dapat dipakai untuk

acuan dalam pengujian substantive

1

Page 2: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

BAB II

ISI

RISIKO DETEKSI DAN RANCANGAN UJI SUBSTANTIF

A.  PENENTUAN  RISIKO DETEKSI

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi

salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risiko

deteksi yang bisa diterima harus ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuangan

yang signifikan. Apapun tingkat risiko yang digunakan auditor ( cara kualitatif

atau cara non-kuantitatif ), rencana risiko deteksi ditentukan berdasarkan

hubungan yang dinyatakan dengan model sebagai berikut :

                                      

     RD  =             RA             

                                   RB x RP 

Keterangan :

RA = Risiko Audit

RB = Risiko Bawaan

RP = Risiko Pengendalian

RD = Risiko Deteksi

Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu

(RA) yang ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalik

dengan tingkat risiko bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan.

Apabila digunakan dalam tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risiko

deteksi, maka RP mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yang

ditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit awal.

Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat

pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhir

dalam penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.

1. Evaluasi Atas Rencana Tingkat Pengujian Substantif

            Setelah mendapat pemahaman tentang kebijakan dan prosedur struktur

pengendalian intern yang relevan dan menentukan risiko pengendalian untuk

asersi-asersi laporan keuangan, auditor harus membandingkan antara tingkat

2

Page 3: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

risiko pengendalian sesungguhnya dengan rencana tingkat risiko pengendalian

untuk asersi yang bersangkutan. Apabila tingkat risiko pengendalian akhir sama

dengan tingkat risiko pengendalian awal, auditor bisa melangkah ke tahap

perancangan pengujian substantif spesifik berdasarkan rencana tingkat pengujian

substantif yang telah ditetapkan sebagai komponen terakhir dari strategi audit

awal. Namun apabila tidak, tingkat pengujian substantif harus direvisi sebelum

merancang pengujian substantif spesifik untuk mengakomodasi tingkat risiko

deteksi yang bisa diterima setelah direvisi.      

 

2. Merevisi Rencana Risiko Deteksi

            Apabila memungkinkan, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima setelah

direvisi ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti rencana

risiko deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko pengendalian

sesungguhnya bukan pada rencana tingkat risiko  pengendalian untuk asersi yang

bersangkutan.

B.   PENETAPAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN    SUBSTANTIF

YANG BERBEDA ATAS ASERSI YANG SAMA

Dalam merancang pengujian substantif, auditor kadang – kadang

menginginkan untuk menetapkan tingkat risiko deteksi berbeda yang akan

digunakan dalam pengujian substantif yang berbeda pula mengenai asersi yang

sama.

1.      Perancangan Pengujian Substantif

            Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang

kewajaran setiap asersi lapoaran keuangan yang signifikan, dan di sisi lain

pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya

kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi

dan saldo – saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan sifat, saat

dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang

dapat diterima untuk setiap asersi.  

3

Page 4: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

2.      Sifat Pengujian Substantif

            Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan efektivitas

prosedur pengauditan yang akan dilakukan. Apabila tingkat risiko deteksi yang

dapat diterima rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif

yang biasanya lebih mahal. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima

tinggi, auditor dapat menggunakan prosedur yang kurang efektif yang lebih

murah. Pengujian substantif terdiri dari tiga jenis yaitu :

a.       Prosedur Analitis

Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan

dengan pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini

justru dipandang lebih efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah

seluruh pembayaran kepada seorang pemasok dengan barang yang sesungguhnya

diterima, bisa memberi petunjuk tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini

mungkin tidak terdeteksi pada waktu dilakukan pengujian atas masing – masing

transaksi pembayaran kepada pemasok.

PSA No.22, Prosedur Analitis ( SA 329.11 ), menyatakan bahwa

efektivitas dan efisiensi prosedur analitis tergantung pada :

Sifat asersi

Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan

Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran

Ketepatan taksiran

Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko

deteksi yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan

pengujian detil. Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya

pelaksanaannya. Oleh karena itu, auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh

prosedur ini dapat digunakan untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat

diterima sebelum auditor memutuskan untuk melakukan pengujian detil.  

b.      Pengujian Detil Transaksi

Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran ( Tracing ) dan

pencocokan ke dokumen pendukung ( vouching ). Sebagai contoh, detil transaksi

4

Page 5: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

bisa ditelusur dari dokumen pendukung. Misalnya faktur penjualan dan voucher

ke dalam catatan akuntansi seperti jurnal penjualan dan dan register voucher.

Dalam pengujian ini auditor memeriksa sebagian ( dengan sampel ) atau

seluruh pendebetan dan pengkreditan atas suatu rekening. Hasil pengujian tersebut

digunakan untuk menarik kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan.

Pengujian ini biasanya dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang

terdapat dalam arsip klien. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur dan

dokumen yang digunakan.

Pengujian detil transaksi biasanya lebih banyak menyita waktu dan

biayanya juga lebih mahal. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor

melaksanakan pengujian berbarengan dengan pengujian pengendalian yang

disebut pengujian bertujuan ganda.    

c.       Pengujian Detil Saldo – Saldo

Pengujian detil atas saldo – saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti

secara langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing – masing

pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.

Efektifitas pengujian ini juga tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe

bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh bagaimana efektifitas pengujian atas

saldo – saldo dapat direncanakan untuk memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi

untuk asersi penilaian atau pengalokasian rekening kas di bank.

Risiko Deteksi Pengujian Detil atas Saldo-Saldo

Tinggi Periksa sekilas (scan) rekonsiliasi bank

yang dibuat klien dan verifikasi

ketelitian perhitungan dalam

rekonsiliasi

Moderat Review rekonsiliasi bank yang dibuat

klien dan verifikasi bagian-bagian

penting rekonsiliasi serta ketelitian

perhitungan dalam rekonsiliasi

Rendah Buatlah rekonsiliasi bank dengan

5

Page 6: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

menggunakan laporan bank yang

diperoleh dari klien dan periksa bagian-

bagian penting rekonsiliasi serta

ketelitian perhitungan

Sangat Rendah Dapatkan laporan bank langsung dari

bank, buatlah rekonsiliasi bank, dan

verifikasi semua hal yang direkonsiliasi

serta ketelitian perhitungan

Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila risiko deteksi

tinggi, maka auditor cukup menggunakan dokumen intern dan melakukan hanya

sedikit prosedur audit. Apabila risiko deteksi sangat rendah, auditor akan

menggunakan dokumen yang diperoleh langsung dari bank dan melaksanakan

prosedur audit yang ekstensif.

3.      Saat Pengujian Substantif

            Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima bisa berpengaruh pula pada saat

pengujian substantif. Apabila risiko deteksi tinggi, pengujian bisa dilakukan

beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya apabila risiko deteksi untuk suatu

deteksi rendah, maka pengujian substantif biasanya akan dilakukan pada tanggal

akhir tahun atau mendekati  akhir tahun.

            Auditor bisa melakukan pengujian substantif atas detil suatu rekening pada

tanggal interim. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca

harus didasarkan pada pertimbangan apakah auditor dapat :

·        Mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang ada pada

saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor.

·        Mengurangi biaya untuk melaksanakan pengujian substantif pada akhir tahun

guna memenuhi tujuan audit yang direncanakan, sehingga pengujian sebelum

tanggal neraca bisa menjadi lebih murah.

            Tambahan risiko audit potensial akan dapat dikendalikan apabila

pengujian substantif pada periode yang tersisa akan dapat memberi dasar yang

layak untuk perluasan kesimpulan audit dari pengujian yang dilakukan pada

6

Page 7: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

tanggal interim ke tanggal neraca. Kondisi- kondisi yang bisa berpengaruh pada

pengendalian risiko ini adalah :

1.   Struktur pengendalian interen selama periode tersisa cukup efektif.

2.   Tidak terdapat keadaan atau kondisi yang mempengaruhi manajemen untuk

membuat salah saji dalam laporan keuangan selama periode tersisa

3.   Saldo rekening akhir tahun yang diperiksa pada tanggal interimbisa diprekdisi

secara masuk akal, baik mengenai jumlah , hubungan signifikan ,maupun

komposisinya

4.   Sistem akuntansi klien akan memberi informasi mengenai transaksi tak biasa yang

signifikan dan fluktuasi signifikan yang mungkin terjadi pada periode tersisa.

       Pengujian subtantif sebelum tanggal neraca tidak menghilangkan kebutuhan

akan pengujian subtantif pada tanggal neraca. Pengujian untuk periode tersiksa

harus mencakup:

·        Perbandingan saldo rekening rekening pada dua tanggal untuk mengidentifikasi

jumlah jumlah yang nampak tidak biasa dan penyelidikan atas jumlah tersebut.

·        Prosedur analitis lain atau pengujian substantive detil lainnya untuk

mendapatkan dasar yang layak untuk memperluas kesimpulan audit interim ke

tanggal neraca.

            Apabila direncanakan dan dilaksanakan dengan tepat, gabungan pengujian

substantif sebelum tanggal neraca dan pengujian substantif untuk periode tersisa

akan menghasilkan bukti kompeten yang cukup bagi auditor sebagai dasar yang

layak untuk memberikan pendapat mengenai laporan keuangan klien.

4.      Luas Pengujian Substantif

            Diperlukan bukti yang lebih banyak untuk  mencapai tingkat resiko deteksi

rendah yang bisa diterima dibandingkan dengan risiko deteksi tinggi. Auditor bisa

menentukan berbagai jumlah bukti yang harus diperoleh dengan mengubah luas

pengujian substantive yang dilakukan. Luas dalam pratik mengandung arti

banyaknya hal ( items) atau besarnya sampel yang terhadapnya dilakukan

pengujian atau diterapkan prosedur tertentu. Besarnya yang akan diuji

7

Page 8: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

membutuhkan pertimbangan professional. Penentuan sample secara statistik

dalam pengujian substantif dapat dilakukan untuk membantu auditor dalam

menentukan ukuran sampel yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko

deteksi yang telah ditetapkan.    

C.  PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN

SUBSTANTIF

Tujuan audit suatu laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk

menyatakan pendapat apakah laporan klien telah disajikan secara wajar dalam

segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Auditor

juga menetapkan berbagai tujuan audit khusus untuk setiap rekening berdasarkan

lima kategori asersi laporan keuangan. Dalam merancang pengujian substantif,

auditor harus menentukan bahwa pengujian yang tepat telah diidentifikasi untuk

mencapai setiap tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan setiap asersi. Apabila

hal ini dilakukan untuk setiap rekening, maka tujuan keseluruhan akan tercapai.    

D.    CONTOH PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF

Keputusan auditor sehubungan dengan rancangan pengujian substantif

harus didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit tertulis

(SA 311.09). Program audit adalah daftar prosedur – prosedur audit yang harus

dilakukan. Prosedur – prosedur biasanya tidak didaftar menurut asersi atau tujuan

khusus audit dengan maksud untuk menghindari pengulangan prosedur yang

diterapkan pada lebih dari satu asersi atau tujuan.

Sebagai tambahan dalam daftar prosedur audit, setiap program audit harus

memiliki kolom – kolom untuk suatu referensi silang ke kertas kerja lain yang

berisi bukti yang diperoleh dari setiap prosedur (bila memungkinkan); paraf

auditor yang melaksanakan masing – masing prosedur; dan tanggal pelaksanaan

prosedur diselesaikan.

Dalam praktik, auditor kadang – kadang membuat rincian yang berbeda

untuk hal–hal tertentu dalam program auditnya. Sebagai contoh ditunjukkan

secara lebih rinci tentang rencana sampel, termasuk besarnya sampel untuk

8

Page 9: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

berbagai pengujian dalam program audit itu sendiri. Namun dalam keadaan

bagaimanapun program audit hendaknya cukup detil agar dapat memberikan :

·        Garis – garis besar pekerjaan yang akan dilakukan

·        Dasar untuk koordinasi, supervisi, dan pengawasan audit

·        Catatan mengenai pekerjaan yang dilakukan

E.   KERANGKA UMUM PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK

PENGUJIAN SUBSTANTIF

Perencanaan Awal

(1)  Identifikasi asersi-asersi laporan keuangan yang harus dicakup oleh program audit

misalkan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan hak dan

kewajiban, penilaian atas pengalokasian, dan penyajian atau pengungkapan yang

berkaitan dengan saldo akhir persediaan.

(2)  Kembangkan tujuan-tujuan audit spesifik untuk setiap kategori asersi

(3)  Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan tentukan pula tingkat risiko

deteksi akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan

dan tingkat materialitas yang dapat diterima.

(4)  Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk

mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern

yang relevan, catatan akuntansi, dokumen pendukung dan proses akuntansi

(termasuk alur audit) dan proses pelaporan keuangan yang berhubungan dengan

asersi-asersi.

(5)  Pertimbangkan pilihan – pilihan yang berhubungan dengan perancangan

pengujian substantif.

Program Audit dalam Penugasan Pertama

Dalam suatu penugasan pertama, spesifikasi pengujian substantif yang

detil dalam program audit biasanya belum akan disusun secara lengkap hingga

selesainya kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern dan

ditentukannya tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi

signifikan. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang

9

Page 10: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

program audit untuk audit sebagai penugasan pertama adalah penentuan ketepatan

saldo-saldo awal rekening pada periode yang diaudit; dan penentuan prinsip-

prinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar untuk

menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada periode berjalan.

Program Audit Dalam Penugasan Ulangan

Dalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua

program yang digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan

dengan program tersebut. Dalam situasi demikian, startegi awal audit biasanya

ditetapkan auditor berdasarkan asumsi bahwqa tingkat risiko dan program audit

untuk pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan tepat

digunakan pada periode berjalan. Oleh karena itu, program audit untuk penugasan

tahun berjalan seringkali disusun sebelum auditor menyelesaikan kegiatan

mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern.      

F.   PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM PERANCANGAN PENGUJIAN

SUBSTANTIF

(1)    REKENING-REKENING LABA RUGI

Secara tradisional pengujian detil saldo rekening lebih difokuskan pada

rekening-rekening laporan keuangan yang disajikan dalam neraca (rekening riil)

dibandingkan dengan rekening-rekening laba rugi (rekening nominal). Pendekatan

ini efisien dan logis karena setiap rekening laba rugi pasti akan terkait dengan satu

atau lebih rekening neraca. Semua kategori asersi berlaku pula pada rekening-

rekening laba-rugi, kecuali asersi hak dan kewajiban. Sehubungan dengan adanya

keterkaitan ini, maka apabila dibandingkan dengan pengujian substantif untuk

rekening-rekening neraca, pengujian atas rekening-rekening laba rugi lebih

ditekankan pada prosedur analitis dan kurang pada pengujian detil.

Prosedur Analitis untuk Rekening-Rekening Laba Rugi

Prosedur analitis bisa menjadi alat audit yang sangat ampuh dalam

mendapatkan bukti tentang saldo-saldo rekening laba rugi. Jenis pengujian

substantif ini bisa digunakan secara langsung atau tidak langsung. Pengujian

10

Page 11: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

langsung terjadi apabila sebuah rekening pendapatan atau rekening biaya

dibandingkan dengan data yang relevan untuk menentukan kewajaran saldonya.

Pengujian tak langsung terjadi apabila bukti mengenai saldo laba rugi berasal dari

hasil prosedur analitis yang diterapkan pada pengujian saldo neraca yang

berkaitan. Dalam keadaan tertentu auditor bisa memilih untuk menggunakan

prosedur analitis hanya sebagai pengujian langsung atas beberapa saldo rekening

laba rugi.

Pengujian Detil untuk Rekening-rekening Laba Rugi

Apabila bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan dari pengujian

detil atas rekening neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi pada

tingkat rendah yang dapat diterima, maka diperlukan pengujian detil langsung atas

asersi-asersi yang berhubungan dengan rekening laba rugi. Hal ini terjadi apabila :

Risiko bawaan tinggi

Risiko pengendalian tinggi

Prosedur analitis menunjukkan adanya hubungan tidak biasa dan fluktuasi tak

diharapkan

Rekening memerlukan analisis.

(2)     REKENING-REKENING YANG BERKAITAN DENGAN ESTIMASI

AKUNTANSI

Estimasi akuntansi adalah perkiraan mengenai suatu elemen laporan

keuangan, pos, atau rekening yang terjadi bila tidak bisa diukur secara pasti.

Estimasi akuntansi mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan

perusahaan. PSA No. 37, Audit atas Estimasi Akuntansi (SA 342.07) menyatakan

bahwa tujuan auditor dalam mengevaluasi estimasi akuntansi adalah untuk

memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk memberikan keyakinan

memadai bahwa semua estimasi akuntansi yang material bagi laporan keuangan

telah ditetapkan; estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang

bersangkutan; estimasi akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku dan diungkapkan secara memadai.

11

Page 12: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

Struktur pengendalian intern perusahaan bisa mengurangi kemungkinan

terjadinya salah saji material yang berasal dari estimasi akuntansi dan oleh

karenanya mengurangi luasnya pengujian substantif.

(3)     REKENING-REKENING BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI DENGAN

PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA

Auditor harus mengidentifikasi transaksi dengan pihak yang memiliki

hubungan istimewa, dalam rangka membuat perencaaan audit. Tujuan auditor

dalam pengauditan atas transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak

yang memiliki hubungan istimewa adalah untuk mendapatkan bukti mengenai

tujuan, sifat dan luasnya transaksi iniserta dampaknya terhadap laporan keuangan.

Dalam melakukan audit atas transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki

hubungan istimewa, auditor tidak diharapkan untuk menentukan apakah suatu

transaksi tertentu akan terjadi, seandainya pihak-pihak yang bersangkutan tidak

memiliki hubugan yang istimewa, dan berapa harga pertukaran dan termin yang

seajarnya digunakan. Tujuan auditor dalam hal ini adalah menentukan substansi

transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan pengaruhnya

terhadap laporan keuangan.

BAB III

PENUTUP

12

Page 13: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

A. KESIMPULAN

Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain

dan operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern. Berbagai

pengujian pengendalian yang dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan

auditnya antara lain:

1. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control) yang terdiri

dari prosedur pemerolehan pemahaman atas struktur pengendalian intern

2. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan. yang tujuannya yakni untuk

menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai

dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.

3. Pengujian Pengendalian Tambahan, yang merupakan pengujian yang

dilaksanakan oleh auditor jika berdasarkan hasil pengujian pengendalian

bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif.

4. Pengujian dengan tujuan ganda yang merupakan pengujian yang didesain

sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang

efektivitas struktur pengendalan intern.

Adapun Kerangka umum pengembangan program audit untk pengujian

substantive adalah sebagai berikut: Tentukan Prosedur Awal Audit, Tentukan

prosedur analitik yang perlu dilaksanakan, Tentukan pengujian terhadap transaksi

rinci dan Tentukan pengujian terhadap akun rinci.

B. SARAN

Setelah mengetahui Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan

dapat mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi untuk itu

disarankan untuk setiap perusahaan agar selalu mempertimbangkan resiko deteksi

ini dalam setiap pengambilan keputusan penting perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Risiko Deteksi Dan Rancangan Uji Substantif

Puradireja, Kanaka dan Mulyadi. Auditing, Edisi 5, Cetakan ke 1. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat, 1997.

Halim, Abdul MBA. Akuntansi, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001.

14