ringkasan pernyataan standar akuntansi pemerintah
TRANSCRIPT
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 01 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
1. Tujuan PSAP No 1
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements) dalam
rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar
periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan
keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Ruang Lingkup
Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis akrual
Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan
suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah dan laporan keuangan konsolidasian, tidak
termasuk perusahaan negara/daerah
3. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan
keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah;
b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
1
d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal
yaitu, aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiayaan, saldo
anggaran lebih, pendapatan-LO, beban dan arus kas.
4. Komponen Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan pokok:
No Komponen Keterangan
1. Laporan Realisasi
Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-
kurangnya unsur-unsur yaitu, pendapatan- LRA, belanja,
transfer, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan
antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode
pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih
lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Laporan Perubahan
SAL
Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif
dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
2
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
3. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu. Neraca menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos yaitu, kas dan setara kas,
investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak,
persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban
jangka pendek, kewajiban jangka panjang, ekuitas.4. Laporan
Operasional
Laporan yang menyajikan pos-pos sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b) Beban dari kegiatan operasional ;
c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d) Pos luar biasa, bila ada;
e) Surplus/defisit-LO.
5. Laporan Arus Kas Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum . Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
6. Laporan Perubahan
Ekuitas
Laporan yang menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/ mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan mendasar, misalnya: koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi
aset tetap.
d) Ekuitas akhir.
Rincian dari unsur dalam LPE disajikan dalam CALK
7. Catatan Atas
Laporan Keuangan
Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus
3
mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan
Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE.
Informasi umum entitas pelaporan dan entitas akuntansi.
Informasi tentang kebijakan fisal / keuangan. Ikhtisar
pencapaian target keuangan. Dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi. Informasi yang
diharuskan PSAP yang belum disajikan. Informasi lainnya
untuk penyajian yang wajar
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1. Tujuan PSAP No 2
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian
Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Tujuan pelaporan realisasi
anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan.
Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-
target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Ruang Lingkup
PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun
dan disajikan dengan menggunakan anggaran berbasis kas. LRA menyediakan
informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya.
4
3. Definisi Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan
secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
Pencatatan LRA menggunakan “Basis Kas”:
a. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah
b. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah
c. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum
Negara/Kas Umum Daerah
d. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening Kas Umum
Negara/Kas Umum Daerah
Informasi yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran yaitu :
a. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan LRA.
Rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan;
b. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam LRA.
Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Realisasi Anggaran dalam Akuntansi Berbasis Akrual
a. LRA dihasilkan dari siklus anggaran yang sebaiknya tidak disatukan dengan siklus
akuntansi.
b. Untuk siklus anggaran, yang dicatat hanyalah transaksi anggaran dan harus sesuai
dengan pos anggarannya
c. LRA hanya berfokus pada transaksi dengan basis kas, sehingga untuk penerimaan dan
pengeluaran yang tidak terkait dengan kas tidak dicatat dalam LRA. Jika ditambahkan
boleh dimasukkan dalam informasi tambahan LRA.
5
4. Isi Laporan Realisasi Anggaran
6
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS
1. Tujuan PSAP No 3
Memberikan informasi berupa sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara selama
suatu periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
2. Ruang Lingkup
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini
untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan
keuangan pokok.
3. Penyajian Laporan Arus Kas (LAK)
a. Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas
b. Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud mempunyai masa
jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya
c. Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan
keuangan
d. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam LAK yang
jumlahnya sama dengan pos terkait di neraca
7
4. Pelaporan dan Pengungkapan dalam Laporan Arus Kas
Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan cara metode
langsung atau metode tidak langsung. Namun entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah
sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas
operasi. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldi kas dan setara kas yang signifikan
yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini dijelaskan dalam CaLK Contoh kas dan
setara kas yang tidak boleh digunakan oleh entitas adalah kas yang ditempatkan sebagai
jaminan dan kas yang dikhususkan penggunaannya untuk kegiatan tertentu
8
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
1. Tujuan
Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah mengatur penyajian
dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Tujuan penyajian
CALK adalah untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan
pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah.
2. Struktur dan Isi
a. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional dan dan Laporan Arus Kas
harus dapat mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
b. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam seluruh komponen laporan keuangan
c. CaLK menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, mengenai:
a) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan, berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan
f) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
9
Berikut ini adalah Rincian Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang
penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disetujui
oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan
untuk diketahui pembaca laporan keuangan.
a. Ikhtisar pencapaian target keuangan perbandingan target sebagaimana yang
tertuang dalam APBN/APBD dengan realisasinya.
b. informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca,
misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode
mendatang
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian penting
selama tahun pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
c. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
d. Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
e. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.
10
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN
1. Definisi Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan merupakan aset yang berupa:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah;
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan.
Persediaan dapat terdiri dari barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan,
suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita Cukai dan leges,
bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat
2. Pengakuan dan Pengukuran Persediaan
Persediaan diakui saat :
a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya berpindah
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material
dan bermacam-macam jenis
c. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods)
d. Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan
Operasional
11
e. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai
per unit sesuai metode penilaian yang digunakan
f. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran persediaan
dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan
ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir
persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian persediaan.
3. Pengungkapan dan Pencatatan Persediaan
Laporan Keuangan mengungkapkan
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan
b. Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau perlengkapan
yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi
yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau using
Pencatatan Persediaan
a. Metode Perpetual. Mencatat setiap persediaan yang masuk dan keluar, sehingga
nilai/jumlah persediaan selalu terupdate dalam pembukuan. Memiliki internal
kontrol yang lebih baik namun mengharuskan disiplin dalam mencatat harus
dilengkapi sistem terkomputerisasi
b. Metode PeriodikPersediaan tidak di-update apabila ada persediaan yang masuk
atau keluar. Persediaan akhir diketahui dengan melakukan stock opname pada
akhir periode. Persediaan yang tidak ada pada saat perhitungan stock opname =
persediaan yang digunakan (persediaan yang hilang dianggap digunakan, karena
tidak ada kontrol pencatatan)
12
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 06 AKUNTANSI INVESTASI
1. Definisi Investasi
Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen
dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi dapat berupa Deposito, Sertifikat Bank
Indonesia, Surat utang dan obligasi BUMN/BUMD, Penyertaan pada BUMN/BUMD,
Penyertaan pada badan usaha lainnya.
2. Klasifikasi Investasi
A. Investasi Jangka Pendek
- Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun
atau kurang
- ditujukan dalam rangka manajemen kas
- Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga yang
signifikan. Contohnya deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan,
Pembelian obligasi pemerintah jangka pendek oleh pemerintah daerah, pembelian
sertifikat Bank Indonesia (SBI)
B. Investasi Jangka Panjang
a. Investasi Non Permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan. Contohnya
- Pinjaman yang diberikan kepada perusahaan negara/ daerah atau pihak
lainnya,
- Pinjaman luar negeri yang diterus pinjamkan.
- Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga ,
- Investasi non permanen lainnya.
b. Investasi Permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.
Contohnya:
- Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah,
- Penyertaan Pemerintah pada badan internasional dan badan hukum lainnya;
13
3. Pengakuan, Pengukuran dan Pengungkapan Investasi
Investasi diakui apabila memenuhi salah satu kriteria:
a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat lainnya atau jasa pontensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai.
Pengukuran Investasi Jangka Pendek
a. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga dicatat sebesar biaya perolehan.
b. Investasi jangka pendek yang tidak diketahui biaya perolehannya dinilai berdasar
nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya.
Pengukuran Investasi Permanen dan Non Permanen
a. Investasi jangka panjang bersifat permanen dicatat sebesar biaya perolehannya
b. Investasi jangka panjang dari pertukaran aset pemerintah dicatat sebesar biaya
perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada.
c. Investasi non permanen (misal RPD dan RDI) dinilai sebesar nilai nominal pinjaman
yang diberikan.
d. Investasi non permanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek
pembangunan pemerintah dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang
dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka
penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
Pengungkapan
a. Kebijakan akuntansi penentuan nilai investasi
b. Jenis-jenis investasi
c. Perubahan harga pasar investasi
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebabnya
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya
f. Perubahan pos investasi
14
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 07 AKUNTANSI ASET TETAP
1. Klasifikasi, Pengakuan, dan Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap meliputi :
a. Tanah
b. Peralatan dan Mesin
c. Gedung dan Bangunan
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
e. Aset Tetap Lainnya
f. Konstruksi dalam Pengerjaan
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur dengan handal. Kriteria suatu aset diakui sebagai aset tetap :
a. Berwujud;
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
c. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
Pengukuran aset tetap dapat dinilai dengan :
a. aset tetap dinilai dengan biaya perolehan
b. Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar
pada saat perolehan
Kompoen Biaya yaitu biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan. Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang
diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. Aset tetap
yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat
perolehan.Perolehan suatu aset tetap yang memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka
perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan operasional
15
2. Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai
penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap
dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Selain tanah dan konstruksi
dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik
aset tersebut. Penetapan Masa Manfaat Aset Tetap
a. PSAP 07 Par 57 : Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,
penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian
b. Bultek SAP No. 05 : Untuk obyektifitas dalam penetapan masa manfaat aset tetap
(sebagai dasar menentukan metode penyusutan) disarankan agar penetapannya
diusulkan oleh instansi teknis terkait dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 08 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
1. Definisi
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses
pembangunan. Kontrak Konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk
konstruksi suatu asset, misalnya kontrak untuk jasa perencanaan; Kontrak untuk
perolehan/konstruksi aset; Kontrak untuk jasa pengawasan; Kontrak untuk membongkar atau
restorasi aset dan restorasi lingkungan.
Jika kontrak konstruksi mencakup beberapa aset, setiap aset diperlakukan sebagai
suatu kontrak yang terpisah jika:
a. Proposal diajukan terpisah;
b. Setiap aset dinegosiasikan terpisah;
c. Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasi
Suatu benda berwujud diakui sebagai Konstruksi dalam pengerjaan jika:
a. Manfaat ekonomi masa yad besar kemungkinan diperoleh;
b. Biaya perolehan dapat diukur secara andal;
c. Masih dalam proses pengerjaan;
16
2. Pengkuran, Penjyajian
Pengukuran Aset tetap yaitu :
a. Secara Swakelola, misal:
- biaya langsung;
- biaya tidak langsung;
- biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi ybs.
b. Secara Kontrak, misal:
- Termin yang telah dibayarkan;
- Kewajiban yang msh harus dibayar;
- Pembayaran klaim kepada kontraktor/pihak ketiga, misalnya klaim karena
keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi kerja
Penyajian Aset tetap yaitu :
- Konstruksi dalam Pengerjaan disajikan dalam Neraca masuk dalam kelompok
Aset Tetap
- KDP dikelompokkan sebagai Aset Tetap karena dimaksudkan untuk operasional
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang
Pengungkapan Aset tetap yaitu :
- Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaian
- Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya
- Jumlah biaya yang telah dikeluarkan
- Uang muka kerja yang diberikan
- Retensi
17
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 09 AKUNTANSI KEWAJIBAN
1. Definisi Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari lembaga keuangan, pemerintah
lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi,
ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi
jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari pihak
ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran
2. Klasifikasi Kewajiban
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban jangka
pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu
bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban
jangka pendek lainnya. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak
ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka
panjang. Berikut ini penjelasannya
- Utang Kepada Pihak Ketiga yaitu, Pada saat pemerintah menerima hak atas
barang, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah
harus mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang
tersebut
- Utang Transfer yaitu , kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan
pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan
- Utang Bunga yaitu, Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya
bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari
utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri.
18
- Utang Perhitungan Fihak Ketiga yaitu, pada akhir periode pelaporan, saldo
pungutan/potongan untuk PFK yang belum disetorkan kepada yang berhak harus
disajikan sebagai utang di neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.
Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus diserahkan
kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12
bulan. Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah mempunyai utang jangka
panjang, maka pemerintah harus melakukan reklasifikasi kewajiban tersebut ke
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Misalnya utang luar negeri,
utang dalam negeri sektor perbankan, utang obligasi.
- Utang Pemerintah yang tidak diperjualbelikan yaitu, Nilai nominal atas utang
pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban
entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur
dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan.
- Utang Pemerintah yang diperjualbelikan yaitu, misalnya obligasi atau Surat Utang
Negara seharusnya dapat mengidentifikasi jumlah sisa kewajiban dari pemerintah
pada suatu waktu tertentu beserta bunganya untuk suatu periode akuntansi. Untuk
penilaian surat utang ini perlu data hasil penjualan, dan nilai pada saat jatuh tempo
atas jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegangnya.
- Bagian:ancar Utang Jangka Panjang yaitu, Nilai yang dicantumkan dalam laporan
keuangan untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan
jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
c. Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam
kategori utang jangka pendek di atas. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya
tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun.
Pengukuran untuk masing-masing item disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing pos tersebut, misalnya utang gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah
gaji yang masih harus dibayar atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut.
3. Pengakuan, Pengukuran Kewajiban
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat ini, dan kewajiban
19
tersebut dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima
dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
a. transaksi pertukaran (exchange transactions);
b. transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), dimana pemerintah belum
melaksanakan kewajibannya sampai akhir periode akuntansi;
c. kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events); dan
d. kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal atas kewajiban
mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung
seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya,
seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing,
dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan
nilai tercatat kewajiban tersebut.
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang
Informasi yang harus disajikan dalam CaLK :
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
(b) Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas dan
jatuh temponya
(c) Bunga pinjaman periode berjalan & tingkat bunga
(d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
(e) Perjanjian restrukturisasi utang (pengurangan pinjaman, modifikasi
persyaratan utang, pengurangan tingkat bunga pinjaman, pengunduran jatuh
tempo pinjaman, pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman, pengurangan
jumlah bunga terutang)
(f) Jumlah tunggakan pinjaman daftar umur utang
(g) Biaya pinjaman (perlakuan,jumlah,tingkat kapitalisasi)
20
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG
TIDAK DILANJUTKAN
1. Definisi
PSAP No 10 ini Mengatur mengenai perlakuan terhadap Koreksi Kesalahan,
Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa.
Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji dalam
laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Koreksi bisa dilakukan
terhadap kesalahan atas pendapatan dan belanja baik berulang maupun yang tidak berulang
pada tahun berjalan atau periode-periode sebelumnya
Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya yaitu , Kesalahan yang berulang dan
sistemik dan Kesalahan yang tidak berulang. Kesalahan bisa terjadi dan ditemukan pada:
a. Periode waktu sebelum laporan keuangan diterbitkan atau periode tahun berjalan
b. Periode waktu setelah laporan keuangan sudah diterbitkan tetapi belum diaudit oleh
BPK
c. Periode waktu setelah laporan diaudit BPK dan telah disahkan DPR/DPRD dengan
UU atau Perda.
2. Persyaratan untuk melakukan koreksi
a. Harus memahami sistem akuntansi pemerintahan
b. Harus memahami sistem penganggaran pemerintah
c. Harus memahami sistem akuntansi anggaran, sistem akuntansi pendapatan, belanja,
transfer, transaksi pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas
d. Harus memahami ketentuan perundangan tentang SILPA
3. Koreksi Kesalahan atas Pendapatan dan Belanja
Koreksi Kesalahan atas Pendapatan yaitu :
a. Tidak berulang
b. Terjadi pada periode sebelumnya
c. Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang saldo kas)
d. Laporan keuangan sudah terbit.
21
Pembetulan untum kesalahan tersebut pada akun ekuitas dana lancar
Koreksi Kesalahan atas Belanja yaitu :
a. Tidak berulang
b. Terjadi pada periode sebelumnya
c. Mempengaruhi posisi kas (menambah/mengurang saldo kas)
d. Laporan keuangan sudah terbit
Jika kesalahan Tidak mempengaruhi secara material posisi aset selain kas maka Pembetulan
pada akun pendapatan lain-lain. Namun jika Mempengaruhi secara material posisi aset selain
kas maka pembetulan pada akun pendapatan lain-lain, akun aset, serta akun ekuitas dana
yang terkait
4. Perubahan Kebijakkan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-
aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan
hanya apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundangan/ SAP yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang
lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas
Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas normal entitas dan karenanya tidak diharapkan terjadi dan berada di luar kendali
atau pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran
atau posisi aset/kewajiban.
Akibat koreksi kesalahan tersebut selanjutnya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh
peristiwa luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
22
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 11 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
1. Penyajian Laporan Kondolidasi
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk
periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi
jumlah komparatif dengan periode sebelumnya. Proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi
akun-akun timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian, apabila eliminasi dimaksud
belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan dalam CaLK.
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh
suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, entitas akuntansi dengan entitas
akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai
satu entitas pelaporan konsolidasian.
Prosedur Konsolidasi Meliputi :
a. Menggabungkan dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas
pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya atau entitas akuntansi dengan entitas
akuntansi lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi akun timbal balik.
b. Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan menggabungkan laporan
keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara organisatoris berada di bawahnya.
c. Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi akun-akun yang timbal-balik,
maka nama-nama akun yang timbal balik dan estimasi besaran jumlah dalam akun
yang timbal balik dicantumkan dalam CaLK.
2. Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Ciri Entitas Pelaporan yaitu :
a. Dibiayai oleh APBN/APBD atau mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran;
23
b. Dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
c. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat
negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat; dan
d. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung
kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
Entitas Pelaporan terdiri dari :
a. Pemerintah Pusat.
b. Pemerintah Daerah.
c. Kementerian negara/lembaga (KL).
d. Bendahara Umum Negara (BUN).
3. Konsolidasi di tingkat Pemerintah Daerah
Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola anggaran adalah
entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset,
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam
tanggung jawabnya guna menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan kepada
entitas pelaporan.
Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan gabungan dari
satuan kerja yang berada dilingkup SKPD dan menyampaikannya kepada
gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas
pelaporan untuk dilakukan proses konsolidasian.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun laporan keuangan
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang selanjutnya akan
digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari SKPD.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan melakukan proses
konsolidasian dan menyusun laporan keuangan PEMDA berdasarkan laporan keuangan
SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan
disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota untuk selanjutnya disampaikan ke BPK dan
DPRD.
24
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALPERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL
1. Definisi Laporan Operasional
Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkandalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi
pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan,
sehingga Laporan Operasional menyediakan informasi:
a. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
b. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
c. yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laporan secara komparatif;
d. mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan
ekuitas (bila surplus operasional).
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi
tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Operasional tahunan
disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus
mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan
c. catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
25
Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan pelaporan.
Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan laporan kinerja.
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan laporan kinerja
keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya dapat
digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
2. Struktur dan Isi Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,
surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan nonoperasional, surplus/defisit
sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam
Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas
keuangan selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang
merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
26
Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan, jika dianggap
perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:
a. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
b. cakupan entitas pelaporan;
c. periode yang dicakup;
d. mata uang pelaporan; dan
e. satuan angka yang digunakan.
Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO
b. Beban
c. Surplus/Defisit dari operasi
d. Kegiatan non operasional
e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
f. Pos Luar Biasa
g. Surplus/Defisit-LO
Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan. Akuntansi pendapatan-
LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal
besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap
pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum
selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.Dalam hal badan layanan umum, pendapatan
diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara pendapatan
dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan
Operasional.
Surplus dari kegiatan no operasional yaitu Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak
rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional. Selisih lebih/kurang
antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa. Surplus/Defisit-LO adalah
27
penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non
operasional, dan kejadian luar biasa.
Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan
dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan
dan beban.
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah lainnya apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar.
Informasi yang disajikan dalam Laporan Operasional atau dalam CALK sabagai berikut :
a. Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
b. Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis
beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang
dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
c. Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan maupun klasifikasi beban
menurut ekonomi, pada prinsipnya merupakan klasifikasi yang menggunakan dasar
klasifikasi yang sama yaitu berdasarkan jenis.
28