revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai...
TRANSCRIPT
i
REVITALISASI FUNGSI MASJID UNTUK PENGUATAN
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MASJID KAUMAN KOTA MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Oki Wariati
NIM. 23010150180
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
REVITALISASI FUNGSI MASJID UNTUK PENGUATAN
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MASJID KAUMAN KOTA MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Oki Wariati
NIM. 23010150180
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
يحب المحس وال تلقىا بأيديكم إلى التههلكة وأحسىىا إنه للاه ىيه وأوفقىا في سبيل للاه
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”
(Q.S Al- Baqarah ayat 195)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua saya, Wakiman dan Miliyati yang selalu membimbingku,
memberiku doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Saudara kandungku adek Sari Oktriana, yang selalu memberiku warna-warni
kehidupanku.
3. Kakakku Endang Wijayanti yang selalu memberiku semangat dan saran-saran
baik.
4. Sahabat dan teman dekatku Tri Wahyuni, Siti Fatimah, Dina Rahayu, Ida
Fadhilah, M Najmuzzaman, Wawan Indarko, Faizin dan Bayu Aji Pambudi
yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan
skripsi ini.
5. Keluarga besar kos H. Rokhim, terutama teman-teman seperjuangan yang
telah mengisi cerita kehidupan di tempat rantauan dalam keadaan senang
maupun susah mereka keluarga keduaku Yustita Amalia E.P, Afifah Nuri
Nudhar, Lina Widhiyati, Nabila Nurul Fauziah, Siti Rodhiatun Faizah, Nida
„Ilmi Amalia, Erika Khusnul Nurdiyanti, Erlina Rahmawati Dewi, dan Nain
Tina.
6. Sahabat tersayang di rumah Ariniawati B. L, Rika Rahmawati, Ratna
Deviyanti, Ika Susilawati, Tyas Ayu Saputri, Abdul Aziz, Ika Fitri, Nazola
Soares, Anisah, Tri Yulianti yang selalu menemaniku dalam keadaan susah
maupun senang.
ix
7. Teman dekatku Alfi Lutfiana dan Abdul Qohar yang selalu menyuportku
dalam mengerjakan skripsi.
8. Teman-teman seperjuangan PAI 2015 kelas E
9. Keluarga besar LPM DinamikA, terima kasih atas motivasi dan pengalaman
yang berharga.
10. Teman-teman perjuangan PPL dan KKN
11. Teman-teman seperjuanganku angakatan 2015 khususnya jurusan PAI
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulilahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Revitalisasi
Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam di Masjid
Kauman kota Magelang.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi
agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya
umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam. Penulisan
skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang
telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.
2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Prof. Dr. Mansur, M.Ag.
3. Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Asdiqoh, M.Si.
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya
untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
xi
xii
ABSTRAK
Wariati, Oki. 2019. Revitalisasi Fungsi Masjid Untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam di Masjid Kauman Kota Magelang. Skripsi,
Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :
Dra. Hj. Ulfah Susilawati, M.Si
Kata Kunci: revitalisasi, fungsi masjid, penguatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas dan kegiatan di masjid untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama
Islam, dan bagaimana revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam di masjid Kauman kota Magelang.
Jenis penelitian ini adala termasuk penelitian lapangan (field reserch) dan
bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber
primer yaitu hasil wawancara takmir masjid, pengurus bidang imaroh, dan
sumber sekunder yang dapat berupa foto kegiatan terkait revitalisasi fungsi
masjid serta profil masjid. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
mengadakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan cara triangulasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, aktivitas dan kegiatan
untuk penguatan nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah pendidikan agama Islam
adalah shalat lima waktu, Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ), Persatuan
Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM), pengajian tafsir jalalain, pengajian
Ahad Wage, pengajian akbar, Kegiatan Hari Besar Islam (KHBI) diantaranya
hari raya idul fitri, idul adha, bulan ramadhan, kemudian ngaji bersama.
Kedua, revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam melalui kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid Kauman kota
Magelang melalui pengelolaan yang baik. Pengelolaan atau manajemen di
masjid Kauman melalui tahapan, planning (perencanaan), organizing
(organisasi), actuating (penggerakan), controlling (pengontrolan).
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN BERLOGO ii
HALAMAN JUDUL iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR x
ABSTRAK xii
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 7
C. Tujuan Masalah 8
D. Manfaat Penelitian 8
E. Penegasan Istilah 9
F. Sistematika Penulisan 13
BAB. II KAJIAN PUSTAKA 15
A. Aktivitas dan Kegiatan untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam 15
1. Aktivitas dan Kegiatan 15
2. Penguatan 16
3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam 18
xiv
a. Pengertian Pendidikan 18
b. Pengertian Pendidikan Agama Islam 21
c. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam 24
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam 27
e. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam 31
B. Revitalisasi Fungsi Masjid 34
1. Eksistensi Masjid bagi Umat Islam 34
a. Masjid dan Ruang Lingkupnya 34
b. Fungsi Masjid 38
C. Kajian Pustaka 43
BAB III. METODE PENELITIAN 48
A. Jenis Penelitian 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 48
C. Sumber Data 49
D. Prosedur Pengumpulan Data 49
E. Analisis Data 50
F. Pengecekan Keabsahan Data 51
BAB IV. PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA 53
A. Paparan Data 53
1. Gambaran Umum Masjid Kauman kota Magelang 53
2. Sejarah Beridirinya Masjid Kauman kota Magelang 54
3. Struktur Organisasi Kepengurusan Masjid Kauman 55
4. Sarana dan Prasarana Masjid Kauman kota Magelang 59
5. Aktivitas dan kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam di Masjid Kauman kota Magelang 61
6. Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam di Masjid Kauman kota
Magelang 67
7. Temuan Penelitian 71
B. Analisis Data 82
1. Aktivitas dan Kegiatan untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam di Masjid Kauman kota
Magelang 82
2. Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam di Masjid Kauman kota
Magelang 87
xv
BAB V. PENUTUP 90
A. Kesimpulan 90
B. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Struktur Organisasi Pengurus Masjid 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Instrumen Pedoman Wawancara
B. Transkip Wawancara
C. Foto Kegiatan Penelitian
D. Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan
E. Surat Penunjukkan Pembimbing
F. Surat Permohonan Izin Penelitian
G. Surat Keterangan Bukti Penelitian
H. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid merupakan simbol bagi umat Islam dan sebagai tempat
melaksanakan ibadah. Baik untuk shalat lima waktu, shalat Jumat, dan
shalat hari besar lainnya. Di Indonesia tersebar banyak bangunan masjid,
bahkan hingga di setiap daerah memiliki tempat ibadah tersebut. Seperti
tempat ibadah agama lain, masjid memiliki ciri-ciri tertentu. Di mana ciri
yang paling khas dan tidak selalu berubah yaitu menghadap kiblat.
Namun, memiliki makna yang sangat fungsional.
Dari sekian banyak masjid yang dibangun tentu tidak jauh dari
sejarah yang ada. Ketika Nabi melakukan hijrah ke Madinah, di tengah
perjalanan beliau mendirikan masjid pertama yaitu masjid Quba, setelah
itu beliau juga mendirikan masjid yang sangat bergensi dengan nama
masjid Nabawi. Peristiwa pendirian masjid yang pertama memberikan
makna yang dalam sekali terhadap perkembangan Islam. Makna yang
dalam itu, masjid yang menjadikan percontohan sebagai pusat kegiatan
yang lebih menyeluruh adalah masjid Nabawi, masjid yang dibangun
Rasulullah sesampainya beliau di Madinah, dan pada akhirnya masjid ini
menjadi tonggak sejarah umat Islam (Yasin, 2008: 225).
Bangunan masjid Rasulullah saat itu sederhana sekali,
mencerminkan kesederhanaan dan keterbukaan Rasulullah bersama para
sahabat. Masjid pada waktu itu merupakan ruang lepas yang diberi dinding
2
terbuat dari tanah liat bertulangkan serabut kurma dan berpondasi batu.
Pada bagian utara terdapat beberapa pohon kurma yang kemudian
dijadikan sebagai mihrab, dengan pohon-pohon itu sebagai tiang,
diatasnya dibubuhi tanah liat, tempat ini dijadikan mihrab dan di sekitar
masjid dibangun tempat tinggal Rasulullah dan sahabat serta tempat
tinggal bagi orang miskin yang datang (Yasin, 2008: 226).
Dari sejarah yang ada, masjid memiliki berbagai macam fungsi.
Seperti yang diungkapkan oleh Yasin (2008: 226-227) bahwasannya
masjid bukan saja untuk melakukan sembahyang (shalat), akan tetapi
menyangkut segala persoalan kehidupan umat, dengan kata lain di zaman
Rasulullah, digunakan sebagai pusat kegiatan yang menyangkut politik,
ekonomi, budaya, keamanan, pendidikan, dan sebagainya. Dari pemaparan
tersebut dapat diketahui fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah
semata.
Salah satunya diungkapkan oleh Ahmad Sjalabi dalam bukunya
Qomar (2014: 177) menyatakan bahwa sejarah pendidikan Islam amat erat
pertaliannya dengan masjid. Pembicaraan mengenai masjid selalu
mengarah pada pembicaraan suatu tempat asasi untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam. Lingkaran-lingkaran pelajaran telah
diadakan di masjid semenjak masjid didirikan. Keadaan ini berjalan terus
sepanjang tahun masa yang tidak akan pernah terputus di negeri Islam.
Selain itu proses penyebaran dakwah dan ilmu agama juga dilakukan
di masjid, sehingga masjid menjadi suatu pusat tempat pendidikan bagi
3
umat muslim. Seperti yang dicontohkan pada masjid Quba, pertama
didirikan Rasulullah SAW sebagai institusi pendidikan guna menyalurkan
ilmu pengetahuan, terutama pendidikan agama.
Menurut Nawawi ( 1993: 185) Pendidikan itu sendiri terdapat tiga
macam, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan
formal dilaksanakan di sekolah, sedangkan pendidikan non formal
diadakan oleh lingkungan sekitar seperti proses pendidikan di masjid, dan
pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga. Pendidikan ini
akan mengarah kepada pembelajaran yang bersifat Islami. Diantaranya
pendidikan mengenai keimanan, ibadah, dan akhlak.
Masjid menjadi salah satu wadah pendidikan agama Islam non
formal. Maka masjid harus memiliki kegiatan-kegiatan yang dapat
menjadi magnet bagi masyarakat di sekitar. Sehingga dengan magnet
tersebut dapat meningkatkan taraf penguatan keagamaan melalui
pendidikan agama Islam dalam membimbing anak didik secara sistematis,
dan pendidikan Islam sebagaimana untuk mengembangkan potensi
fitrahnya dalam mencapai kepribadian Islam berdasarkan nilai-nilai ajaran
Islam.
Secara garis besar peranan masjid dalam dunia pendidikan memang
sangat berpengaruh sejak zaman Nabi hingga saat ini. Menurut Susanto
(2015: 1) menyatakan bahwa pendidikan dalam pengertian yang lebih luas
dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada peserta didik
(manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik
4
tersebut. Sedangkan menurut Achmadi (1987: 5) Pendidikan adalah proses
kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama
dengan perkembangan anak. Sedangkan agama Islam ialah wahyu Allah
yang diturunkan kepada para rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat
manusia agar selamat hidupnya di dunia dan di akhirat (Achmadi, 1987:
7).
Dari uraian di atas mengenai pendidikan dan agama Islam dapat
diketahui bahwa, pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman dan sumber daya
insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam (Achmadi, 1987: 10).
Adanya fungsi masjid yang beragam, menjadi pusat kegiatan positif
bagi umat muslim untuk memakmurkan masjid. Multifungsi masjid
memberikan peluang kegiatan-kegiatan yang dapat di adakan di masjid.
Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 18:
وال هي آهي ببلل كبة ولن يخش إوب يعور هسبجذ للا الة وآتى الز يىم اآلخر وأقبم الص
فعسى أولئك أى يكىىا هي الوهتذيي إال للا
Artinya: “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap)
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apapun)
kecuali kepada Allah maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat tersebut seharusnya kaum muslimin dapat merancang
masa depannya dengan baik dari segi manapun, sebagaimana Rasulullah
5
ajarkan kepada umatnya untuk memfungsikan masjid secara maksimal dan
firman Allah mengenai orang-orang yang memakmurkan masjid.
Namun, seringkali dalam memakmurkan masjid melalui fungsi-
fungsinya tidak berjalan dengan baik karena pengelolaan yang kurang
efektif. Fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan, sosial dan lain
sebagainya sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam di era sekarang
harus direvitalisasikan.
Menurut Madjid dalam bukunya Qomar (2014: 182) menyatakan
bahwa fungsi masjid yang ideal itu telah dimulai di Washington DC, yaitu
kota pertama kali membangun masjid di Amerika dengan mewujudkan
Islamic Center, yaitu gagasan tentang masjid sebagai pusat peradaban.
Namun, sayang di Indonesia kecenderungan belakangan ini malah
mengalami penurunan fungsi. Bahkan Ali dalam buku karangan Qomar
(2014: 182) juga menyatakan bahwa fungsi masjid tersebut belakangan ini
mengalami pergeseran. Bahkan ada kecenderungan bahwa masjid lebih
difungsikan untuk ritual seremonial. Sedangkan fungsi pendidikan dan
sosial kurang di prioritas.
Kejadian seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Masyarakat
perlu dibina dan mengajak untuk mengoptimalkan fungsi masjid dalam
meningkatkan penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam di
masyarakat. Untuk mencapai hasil optimal dalam pengembangan masjid
terutama dalam meningkatkan fungsi masjid sebagai fungsi ibadah, sosial,
6
pendidikan, musyawarah. Perlu didukung dengan Sumber Daya Manusia
(SDM) seperti: mubaligh, kaum intelektual, aktivis organisasi Islam, dan
masyarakat sekitar; kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Selain itu
perlunya manajemen pengelolaan masjid, guna memakmurkan masjid
melalui kegiatan-kegiatan.
Masjid Kauman kota Magelang merupakan masjid yang berada di
kota Magelang. Masjid Kauman berada ditengah kota, sebagaimana
tempat riuh pikuk masyarakat berlalu lalang karena berseberangan dengan
Alun-Alun kota Magelang. Letak yang strategis di tengah kota, menjadi
pusat tempat beribadah yang mudah di jangkau. Keberadaan masjid
sebagai tempat ibadah dan kegiatan masyarakat kota Magelang dan
masyarakat daerah lain yang menggunakan masjid tersebut, akan
membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar sebagai penguatan nilai-
nilai pendidikan agama Islam.
Mengutip pendapat Zayadi dalam bukunya Majid (2013, 93-98)
bahwa nilai-nilai pendidikan agama Islam terbagi menjadi dua, yaitu nilai
ilahiyah dan nilai insaniyah. Menumbuhkan nilai-nilai pendidikan agama
Islam dalam masyarakat sangat diperlukan sebagai pedoman hidup
keseharian. Tidak hanya beribadah namun kegiatan positif lainnya.
Melalui beberapa kegiatan yang diadakan di masjid meminimalisir
tindakan yang negatif di masyarakat, karena tingkat pemahaman
keagamaan atau religus sudah berkembang cukup kuat. Proses ini yang
7
menjadi perubahan bagi masjid itu sendiri. Proses ini dinamai sebagai
revitalisasi.
Sepanjang revitalisasi ini dapat terlaksana dengan baik, maka
masjid pun kembali memiliki signifikansi yang tinggi sebagai lembaga
pendidikan Islam. Revitalisasi fungsi edukatif masjid adalah suatu
keniscayaan jika saja setiap kaum muslim berkomitmen tinggi untuk
melaksanakannya. Kini tinggal bagaimana sikap kaum muslim
menanggapinya. Sudah waktunya pendidikan Islam tidak diserahkan
kepada lembaga sekolah semata, melainkan juga kepada semua lingkup,
termasuk di dalamnya masjid (Idi, dkk., 2006: 84).
Sehingga dari uraian permasalahan diatas dapat penulis pahami,
pentingnya revitalisasi fungsi masjid sebagai sarana penguatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam di masyarakat. Maka penulis tertarik mengadakan
penelitian tentang fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam bagi masyarakat yang berjudul “REVITALISASI FUNGSI
MASJID UNTUK PENGUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI MASJID KAUMAN KOTA MAGELANG.”
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menurut Kasiran (2010: 232) adalah dimana
masalah itu dijelaskan dimensi-dimensi apa yang akan menjadi fokus
perhatian serta kelak dibahas secara luas dan sistematis secara mendalam.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
8
1. Bagaimana aktivitas dan kegiatan untuk penguatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam di masjid Kauman kota Magelang?
2. Bagaimana revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
“Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam di Masjid Kauman Kota Magelang ”. Secara spesifik tujuan
masalah yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas dan kegiatan untuk penguatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam di masjid Kauman kota Magelang.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses revitalisasi fungsi masjid untuk
penguatan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di masjid Kauman kota
Magelang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi yang
jelas bagi pembaca. Maka dalam hal ini manfaat terbagi menjadi dua, yaitu
manfaat secara teoretis dan manfaat secara praksis.
1. Manfaat Teoretis
a. Peneliti mendapat wacana baru mengenai revitalisasi fungsi masjid
untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam di masjid
Kauman kota Magelang.
9
2. Manfaat Praksis
a. Bagi masyarakat, adanya revitalisasi fungsi masjid berjalan dengan
baik, maka masjid akan dirasakan kehadirannya oleh masyarakat.
b. Bagi pengelolaan masjid, melalui penelitian ini diharapkan seluruh
pengelola masjid untuk dikembangkan kembali fungsi dari masjid,
sehingga menghasilkan perubahan yang baik bagi masjid.
E. Penegasan Istilah
1. Revitalisasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, revitalisasi berarti proses,
cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya
kurang terbedaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu
atau prbuatan menjadi vital. Pengertian ini melalui bahasa lainnya
revitalisasi berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk
menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan
apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan
kembali vitalitas. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital
atau hidup kemudian mengalami kemunduran atau degradasi (Jannah,
2016: 55-56).
2. Masjid
Masjid adalah suatu bangunan yang mempunyai nilai kudus bagi
umat Islam sebagai tempat ibadah, terutama jamaah. Namun pada sisi
lain masjid juga sebagai tempat untuk menaburkan benih
10
pengembangan dan pembinaan umat Islam, baik menyangkut segi
peribadatan, pendidikan maupun segi sosial dan kebudayaan. Dari
pengertian tadi, relevan dengan sifat Islam yang universal, eksternal,
dan berkeseimbangan. Islam yang komplosit (sebagai rahmatan
lilalamin) meliputi berbagai dimensi hidup dan kehidupan manusia,
sedangkan masjid adalah pusat kegiatan keagamaan umat Islam
(Yasin, 2008: 222).
Secara umum, kata masjid dibedakan dengan mushalla dari segi
fungsinya. Di mana masjid difungsikan sebagai tempat untuk
menunaikan ibadah shalat jumat dan shalat rawatib, sedangkan
mushalla digunakan untuk shalat rawatib saja (Assegaf, 2014: 54).
Pada awalnya masjid difungsikan sebagai sarana beribadah,
namun selanjutnya dapat dikembangkan lebih luas, yakni sebagai pusat
peradaban umat Islam. Menurut Assegaf (2014: 53) menyatakan jika
kita mengenal tri pusat pendidikan yang meliputi sekolah (formal),
masyarakat (non-fromal), dan keluarga (informal), maka dalam
komunitas catur pusat pendidikan, yakni masjid sebagai pusat
terpenting bagi pemberdayaan umat dalam segala bidang.
Tidaklah heran jika berbagai ta’mir masjid, berupaya
memakmurkan masjid dengan kegiatan. Kegiatan tersebut diantaranya
adalah ibadah shalat lima waktu, tadarus, kajian Islam, dan lain
sebagainya. Walaupun begitu, masih saja sebagian masjid yang hanya
dipakai untuk menunaikan ibadah shalat saja, sementara tidak adanya
11
kegiatan dakwah dan sosial. Jika, semua itu terjadi maka masjid tidak
berfungsi secara optimal sebagaimana yang pernah dilakukan semasa
Nabi Muhammad SAW.
3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
a. Nilai-Nilai
Menurut Sidi Gazalba dikutip dalam buku karangan Thoha
(1996: 61) mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak,
ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,
melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
Pengertian tersebut dalam buku karangan Thoha (1996: 61)
juga dijelaskan bahwa pengertian tersebut menunjukkan hubungan
antar subjek penilaian dan objek, sehingga menghasilkan
perbedaan nilai antara garam dan emas. Tuhan itu tidak bernilai
bila tidak ada subjek yang memberi nilai, Tuhan menjadi berarti
setelah ada makhluk yang membutuhkan. Ketika Tuhan sendirian,
maka ia hanya berarti bagi diri-Nya sendiri. Garam menjadi berarti
seolah ada manusia yang membutuhkan rasa asin. Emas menjadi
berarti setelah ada manusia yang mencari perhiasan.
Namun, demikian nilai tidak semata fokus kepada subjek
pemberi nilai, melainkan nilai mengandung hal yang bersifat
esensial. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai adalah
12
suatu esensi dalam penghayatan dimana melekat pada sesuatu yang
berarti bagi kehidupan manusia.
b. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri
dari kata “pendidikan” dan “agama”. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan
“pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Sedangkan mendidik itu sendiri adalah memelihara
dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran (Syafaat, dkk., 2008: 11).
Sedangkan pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yaitu kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dan sebagainya)
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajibannya yang
bertalian dengan kepercayaan itu (Syafaat, dkk., 2008: 12).
Ada pula diungkapkan oleh Darajat, dkk (2011: 86)
pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Hal
lain juga diungkapkan bahwa pengertian lain dari pendidikan
agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
13
Membahas pendidikan agama Islam merupakan pembahasan
mengenai keagamaan dan ke-Tuhanan. Kewajiban dalam
mengimplikasikan nilai dalam semua jenis pendidikan konsekuensi
logis dari tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia baik. Maka
dalam hal ini nilai-nilai pendidikan agama Islam adalah esensi yang
terkandung dalam pendidikan agama Islam, yang mana sangat
diperlukan oleh kehidupan masyarakat sebagai pedoman dalam hidup.
Berdasarkan penjabaran istilah di atas, maka maksud judul
penelitian “Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam di Masjid Kauman kota Magelang” adalah
untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas di masjid dalam penguatan
nilai-nilai pendidikan agama Islam, serta untuk mengetahui bagaimana
revitalisasi fungsi masjid sebagai penguatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam di masjid Kauman kota Magelang.
F. Sistematika Penulisan
Guna memperoleh gambaran dan pemahaman yang menyeluruh
maka penulis menyusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bagian awal terdiri dari sampul luar, lembar berlogo IAIN,
halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar lampiran, abstrak.
14
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Meliputi landasan teori (dengan sub bab pertama: aktivitas dan
kegiatan, penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam, revitalisasi fungsi
masjid, sub bab ke dua: kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).
BAB III METODE PENELITIAN
Meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekkan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Meliputi paparan data, dan analisis data
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan, dan saran.
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, lampiran, dan daftar riwayat
hidup
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Aktivitas dan Kegiatan untuk Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam
1. Aktivitas dan Kegiatan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, aktivitas diartikan sebagai
segala bentuk keaktifan dan kegiatan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1997: 20). Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan,
kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau
lembaga (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 1).
Sedangkan menurut ilmu sosiologi aktivitas diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan yang diadakan di masyarakat seperti gotong
royong dan kerja sama disebut sebagai aktivitas sosial baik yang
berdasarkan hubungan tetangga atau kekerabatan (Sojogyo, dkk.,
1999: 28).
Banyak sekali aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh
manusia. Masing-masing individu memiliki perbedaan dan kesamaan
dalam beraktivitas atau berkegiatan. Seperti halnya menurut Soeitoe
(1999: 28) bahwa aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, aktivitas
dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.
16
Sehingga dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara individu atau
kelompok guna mencapai tujuan menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.
2. Penguatan
Menurut Moh. Uzer Usman dalam skripsi karangan Sundawi
(2018: 16) penguatan (reiforcement) adalah segala bentuk respon,
apakah bersifat verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback)
bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan maupun koreksi. Sedangkan enurut Baharuddin dalam
skripsi karangan Sundawi (2018: 16-17) penguatan (reinformcement)
sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku atau frekuensi
tingkah laku.
Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan, penguatan
merupakan suatu bentuk respon dari pemberi dan penerima respon
guna menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman. Adanya suatu
feedback antara guru dan peserta didik dengan tujuan agar tingkah laku
positif peserta didik meningkat.
Adapun prinsip-prinsip yang ada dalam penguatan. Prinsip ini
menjadi hal yang sangat penting dan pokok dalam setiap pembelajaran
untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Sundawi (2018: 19-
17
20) prinsip-prinsip penguatan (reiforcement) sebagai bentuk
penghargaan terhadap peserta didik meliputi:
a. Kehangatan
Kehangatan sikap guru dapat ditunjukkan dengan suasana,
mimik dan gerakan badan. Kehangatan sikap guru akan menjadi
penguatan yang diberikan lebih efektif. Jangan sampai siswa
mendapat kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan
penguatan.
b. Antusiasme
Sikap antusias dalam memberi penguatan dapat menstimulus
siswa untuk meningkatkan motivasinya. Antusiasme guru dalam
meberikan penguatan dapat membawa kesan pada siswa akan
kesungguhan atau ketulusan guru. Antusiasme dalam meberikan
penguatan akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya
diri pada siswa.
c. Bermakna
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku
dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia
patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna
baginya.
d. Menghindari respon negatif
Melalui cara teguran dan hukuman masih bisa digunakan,
respon negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda
18
menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan
mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan diri.
Adanya prinsip-prinsip yang terdapat dalam penguatan,
maka pendidikan dalam hal pengajaran dapat berjalan efektif dan
nyaman. Sebagaimana tujuan penciptaan pembelajaran yang
kondusif tanpa adanya suatu permasalahan yang tidak
mengenakkan antara guru dan siswa. Kondisi-kondisi inilah yang
akan mendorong masuknya ilmu secara baik dalam diri seseorang
atau siswa.
3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dikutip dari buku karangan Duryat (2016: 56)
Pendidikan berasal dari kata dasar didik dan diberi awalan men,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan
memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti
proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan.
Secara etimologi, menurut Hasan Langgulung dalam
bukunya Duryat (2016: 56), istilah pendidikan dalam bahasa
Inggris adalah “education”, yang akar katanya berasal dari bahasa
19
latin “educere” yang berarti memasukkan sesuatu. Barangkali yang
dimaksud adalah memasukkan ilmu ke kepala seseorang.
Menurut kamus bahasa Arab dikutip dari buku karangan
An-Nahlawi (1996: 31-32), lafal at-Tarbiyah berasal dari, pertama:
raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh; kedua, rabiya
yarba dengan wazn (bentuk) khafiyah yakhfa berarti menjadi
besar; ketiga, rabba yarubbu dengan wazn (bentuk) madda
yamuddu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun,
menjaga dan memelihara.
Pengertian lain menurut Ahmad D. Mariambada dikutip
dari buku Hasbullah (2015: 3) , pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.
Pendidikan bukan hal yang tabu lagi mata manusia.
Manusia sebagai kelompok sosial yang terus berubah dan
berkembang ke arah kemajuan. Banyak tuntutan dalam
perkembangan zaman. Tentu hal ini tidak dapat dibiarkan, sebagai
sifat manusia hendaknya saling tolong menolong dan mewujudkan
hakekat sosialnya. Upaya tolong menolong dilakukan dengan
mendirikan lembaga pendidikan.
20
Menurut Nawawi ( 1993: 185) lembaga pendidikan itu
sendiri terbagi menjadi tiga jalur pendidikan. Diantaranya
pendidikan informal (keluarga), nonformal (masyarakat), formal
(sekolah). Dari ketiga jalur pendidikan terdapat kesamaan dalam
mendalami dan mengamalkan ilmu, namun memiliki perbedaan
masing-masing pula.
Jalur pendidikan informal, jalur ini dilaksanakan melalui
pendidikan keluarga, dengan menempatkan ibu dan bapak sebagai
pendidikan kodrati. Di samping itu di dalam keluarga kerap kali
ikut serta juga kakek dan nenek, paman, dan tante, bahkan
mungkin kakak sebagai orang dewasa yang langsung dan tidak
langsung menjalankan peranan sebagai pendidik (Nawawi, 1993:
185).
Jalur pendidikan nonformal, jalur pendidikan ini disebut
juga jalur pendidikan di luar sekolah, yang berpengaruh langsung
atau tidak langsung pada perkembangan anak-anak. Di dalam jalur
pendidikan ini terdapat kegiatan pendidikan yang diprogramkan,
terutama berupa kegiatan-kegiatan kursus, baik dibidang khusus
maupun bidang keagamaan. Di bidang agama Islam terutama
sekali berbentuk kegiatan-kegiatan remaja di surau (langgar) dan
masjid- masjid, pesantren kilat, dan lain-lain (Nawawi, 1993: 204).
Jalur pendidikan formal, jalur ini disebut juga jalur sekolah,
dari jenjang terendah hingga tertinggi, termasuk juga madrasah dan
21
pesantren. Diselenggarakannya sekolah disebabkan oleh
perkembangan dan kemajuan masyarakat yang pesat, sehingga
menimbulkan deffrensiasi dan spesialisasi yang meluas (Nawawi,
1993: 194).
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan pendidikan
merupakan suatu usaha yang nyata dalam membimbing dan
mendidik manusia. Usaha sadar ini akan menuntun manusia
kepada jalannya dengan pola pikir masing-masing. Dalam
membina dan mendidik tidaklah terfokus satu cara banyak yang
bisa dilakukan, yaitu melalui beberapa jalur pendidikan yang sudah
diterapkan saat ini. Karena melihat perkembangan yang kian kuat
maju, maka tidak hanya sekedar yang kita ketahui yaitu pendidikan
formal. Ada pula pendidikan nonformal dalam masyarakat, dan
pendidikan informal dalam keluarga di mana sering tidak kita
sadari.
b. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara bahasa mengutip dari buku karangan Luthfiah dkk
(2011: 1), kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti
tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Sementara itu,
pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikutip
dari buku Syafaat, dkk (2008: 14-15) yaitu kepercayaan kepada
Tuhan (dewa, dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
22
Dari pengertian agama di atas konteks agama masih luas.
Terdapat berbagai agama yang ada, termasuk di Indonesia. Namun
yang ditekankan dalam hal ini adalah agama Islam. Maka agama
merupakan warisan yang diajarkan untuk mempercayai yang Maha
Agung diatas segalanya. Serta mengamalkan ajaran-ajaran yang
diwajibkan sesuai tuntunannya. Denga cara menyembah sesuai
aturannya.
Pengertian Islam itu sendiri adalah agama yang diajarkan
Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci al-Qur‟an,
yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat,
dkk., 2008: 15). Kemudian kata Islam berasal dari kata aslama,
yuslimu, Islam, mempunyai beberapa arti, (1) melepaskan diri dari
segala penyakit lahir dan batin, (2) kedamaian dan keamanan, (3)
ketaatan dan kepatuhan (Luthfiah, dkk., 2011: 6).
Dalam al-Qur‟an kata Islam disebut sebanyak delapan kali,
yaitu dalam surah Ali Imran ayat 19 dan 85, surah al-Maidah ayat
3, surah al-An‟am ayat 125, surah az-Zumar ayat 22, surah as-Shaff
ayat 7, surah al-Hujurat ayat 17, dan surah at-Taubah ayat 74
(Luthfiah, 2011: 7).
Islam itu sendiri merupakan agama samawi (langit) yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW.
Dimana semua ajarannya terdapat dalam kitab suci al-Qur‟an dan
sunnah yang berisikan larangan-larangan, perintah, dan petunjuk.
23
Dari pengertian pendidikan, agama, dan Islam menurut
para ahli dan dari segi bahasa, Salihun A. Nasir dikutip dari buku
karangan Syafaat, dkk (2008: 15) mengungkapkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam
dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu
benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam
dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar di pahami, diyakini
kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi
pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.
Kemudian menurut Zakiyah Daradjat dikutip dari buku
karangan Majid, dkk (2005: 130), pendidikan agama Islam adalah
sesuatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Sehingga dari uraian diatas dapat ditarik inti dari
pengertian pendidikan agama Islam menurut penulis, yaitu upaya
kegiatan secara sadar dan terencana guna mendidik dan
mengajarkan kepada peserta didik untuk memahami ajaran agama
Islam.
24
c. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar ideal pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran
Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber hukum yang sama,
yaitu al-Qur‟an, sunnah (hadist), dan ijtihad. Kemudian dasar tadi
dikembangkan dalam pemahaman para ulama sebagai berikut
(Syafaat, dkk., 2008: 17-24):
1) Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup manusia, bagi
yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapatkan
pahala. Pengertian al-Qur‟an dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan
diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia.
Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan
melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur‟an itu
terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan
masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan
dengan amal disebut dengan syari‟ah (Zakiyah, dkk., 2017: 19-
20).
25
2) Sunnah (Hadis)
Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasulullah SAW. dimaksud dengan pengakuan itu adalah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah
dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu
berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah al-
Qur‟an. Seperti al-Qur‟an, sunnah juga berisi petunjuk
pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya
atau muslim yang bertaqwa.
Menurut Syafaat, dkk (2008: 24) terdapat tiga fungsi
sunnah terhadap al-Qur‟an dalam pandangan ahli-ahli ushul,
sebagai berikut:
a. Sunnah berfungsi mendukung atau menegaskan suatu
ketentuan yang dibawa al-Qur‟an
b. Sunnah berfungsi memperjelas atau merinci (menafsirkan)
apa yang telah digariskan dalam al-Qur‟an.
c. Sunnah berfungsi menetapkan hukum yang tidak terdapat
di dalam al-Qur‟an.
3) Ijtihad
Zakiyah Daradjat (2017: 21) Ijtihad adalah istilah para
fuqoha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang
dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk menetapkan atau
26
menentukan suatu hukum syari‟at Islam dalam hal-hal yang
ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur‟an dan
sunnah.
Menurut Syafaat, dkk (2008: 31-32) Ijtihad terbagi menjadi
beberapa hal, yaitu:
a) Ijma, yaitu konsensus atau kesepakatan para alim ulama
untuk menetapkan suatu hukum, pada waktu tertentu,
setelah Rasulullah SAW, wafat.
b) Qiyas, yaitu menetapkan hukum suatu perkara dengan
jalan menyerupa atau menganalogikan suatu kejadian
yang tidak disebutkan secara jelas dalam nash dengan
suatu kejadian yang telah ada dan disebutkan dalam nash
al-Qur‟an atau hadis secara tegas, karena adanya
kesamaan illat hukumnya.
c) Istishab, yaitu menyakini dan menetapkan hukum
sesuatu yang telah ada pada suatu hukum sebelumnya,
karena tidak adanya sesuatu yang mengubah hukum
secara menyakinkan.
d) Maslahah Mursalah, yaitu mempertahankan sesuatu
yang telah diputuskan atas kehendak syara‟ dengan
maksud untuk menolak dan menghindar dari timbulnya
kerusakan.
27
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan oleh penulis bahwa
dasar pendidikan agama Islam itu terdapat empat macam.
Diantaranya yaitu al-Qur‟an, sunnah (hadis), pendapat para
sahabat, dan ijtihad. Dimana ijtihad terbagi lagi menjadi empat,
yaitu ijma, qiyas, istishab, maslahah mursalah. Masing-masing
tersebut digunakan secara runtut tidak bisa terbolak-balik.
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Sejalan dengan pengertian pendidikan agama Islam yang
diperoleh dari penjelasan di atas, maka pendidikan agama Islam
memiliki suatu tujuan yang harus dicapai. Tujuan ini akan
menghantarkan seorang pendidik dan peserta didik dalam
mencapai suatu keberhasilan pendidikan itu sendiri. Adapun tujuan
pendidikan agama Islam menurut al-Ghazali (Luthfiah, 2011: 220)
adalah sebagai berikut:
1) Dekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah
kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah
wajib dan sunnah.
2) Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
3) Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas
keduniaan dengan sebaik-baiknya.
4) Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari
kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
28
5) Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga
menjadi manusia yang manusiawi.
Terdapat pula tujuan lain pendidikan agama Islam, menurut
Nata (2010: 21-22) yaitu:
1) Pertama, melakukan pembuktian teori-teori kependidikan Islam
yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus
dikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
2) Kedua, memberikan bahan-bahan informasi tentang
pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi
pengembangan ilmu pendidikan Islam tersebut.
3) Ketiga, menjadi korektor terhadap kekurangan teori-teori yang
di pegangi oleh ilmu pendidikan Islam sehingga kemungkinan
pertemuan antara teori dan praktik semakin dekat dan
hubungan antar keduanya bersifat interaktif (saling
mempengaruhi).
Dari uraian beberapa argumen para tokoh di atas merupakan
tujuan pendidikan agama Islam secara global. Adapun tujuan
pendidikan Islam yang terbagi menjadi empat macam tujuan,
diantaranya (Duryat, 2016: 75-76):
1) Tujuan umum
Tujuan ini adalah tujuan yang dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik pada kegiatan pembelajaran maupun cara
29
lain. Menurut Hasan Langgulung dengan mengadaptasi
pandangan al-Jamali, menyimpulkan tujuan-tujuan pendidikan
yang direduksinya dari al-Qur‟an:
a) Memperkenalkan kepada manusia akan kedudukan dan
tanggung jawabnya.
b) Memperkenalkan kepada manusia dalam hubungannya
dengan masyarakat (sosialnya).
c) Memperkenalkan kepada manusia sebagai makhluk dan
mengambil hikmah atau faedah dari hakikat penciptaanya.
d) Memperkenalkan kepada manusia terhadap pencipta alam
maya pada ini.
2) Tujuan akhir
Pendidikan agama Islam berlangsung seumur hidup, maka
tujuan akhir yang dicapai waktu hidup berakhir pula.
3) Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanangkan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
4) Tujuan operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
30
Pada kurikulum pendidikan agama Islam menyebutkan
bahwa pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi (Majid, dkk.,
2005: 135).
Secara garis besar tujuan dari pendidikan agama Islam
adalah mengarah kepada ajaran Islam. Di mana ajaran agama Islam
itu dalam suatu pendidikan masuk ke mata pelajaran. Mata
pelajaran pendidikan agama Islam itu sendiri secara keseluruhan
mencangkup al-Qur‟an dan al-Hadist, keimanan, akhlak, fiqh atau
ibadah, dan sejarah. Kecakupan seluruh mata pelajaran tersebut
merupakan suatu keserasian, keselarasan dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan manusia,
manusia dengan alam.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan agama Islam adalah memberikan pengajaran,
mendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
ajaran Islam secara profesional dan selaras antara teori dan
praktiknya serta sesuai pada penanaman ajaran nilai-nilai Islam.
31
e. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Menurut Milton Rokeach dan James Bank dikutip dalam
bukunya Thoha (1996: 60), nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan di mana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau
mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa nilai adalah
sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang mana
berhubungan dengan subjek yang memberi arti. Akan tetapi nilai
semata-mata terletak kepada subjek pemberi nilai, yang mana hal
tersebut bersifat esensial yang membuat sesuatu itu bernilai.
Apabila sifat unsur esensial itu tidak ada, maka manusia tidak akan
memberikan harga kepada sesuatu itu.
Pada pengertian lain menurut Lauis D. Kattsof dikutip
dalam bukunya Thoha (1996: 61-62) nilai diartikan sebagai
berikut: nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi kita dapat memahami secara langsung kualitas
yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak
semata-mata subjektif, melainkan ada tolak ukur yang pasti yang
terletak pada esensi objek itu. Penulis sendiri menyimpulkan
bahwa nilai adalah sesuatu yang dapat dipercaya dan berharga
untuk menetukan suatu kualitas dari berbagai sudut pandang.
32
Menurut Zayadi dikutip dari Majid (2013, 93-98)
menyatakan bahwa sumber nilai yng berlaku dalam kehidupan
manusia dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
1) Nilai Ilahiyah
Kegiatan penanaman nilai-nilai sesungguhnya sangat penting
karena akan menjadi inti dari kegiatan pendidikan. Di antara
nilai-nilai itu yang sangat mendasar, ialah:
a) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
Allah.
b) Islam, yaitu sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah
kepada-Nya, dengan menyakini bahwa apapun yang
datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan,
yang tidak mungkin diketahui seluruh wujudnya oleh kita
yang dhaif.
c) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa
Allah senantiasa hadir atau berada bersama kita di
manapun kita berada.
d) Taqwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu
mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya
sesuatu yang diridhai Allah, dengan menjauhi atau
menjaga diri dari sesuatu yang tidak di ridhai-Nya.
e) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan
perbuatan, semata-mata demi memperoleh ridha atau
33
perkenan Allah, dan bebas dari pamrih lahir dan batin,
tertutup maupun terbuka.
f) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah,
dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan.
g) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan
penghargaan, dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia
yang tidak terbilang banyaknya, yang dianugerahkan
Allah kepada kita.
h) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan
hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis dan
psikologis., karena keyakinan yang tidak tergoyahkan
bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali
kepada-Nya.
2) Nilai Insaniyah
Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik tidak
semata-mata hanya tertuju kepada pengajaran dan bersifat
kognitif. Bagi umat Islam berdasarkan ajaran kitab suci dan
sunnah, yaitu pentingnya seberapa jauh penanaman nilai-nilai
kemanusiaan yang berwujud nyata dalam tingkah laku ataupun
budi pekerti.
Sebagai telah dikemukakan di atas, nilai Ilahiyah yang amat perlu
ditanamkan kepada anak. Adapun nilai-nilai budi luhur, sesungguhnya
kita dapat mengetahuinya secara akal sehat (common sense) mengikuti
34
hati nurani kita. Dalam hal agama Islam hati kita disebut nurani karena
baik menurut al-Qur‟an maupun sunnah Nabi, hati kita adalah modal
atau primodial (ada sebelum lahir) untuk menerangi jalan hidup kita
sehingga kita terbimbing kearah yang lebih baik dan benar (Abdul dan
Dian, 2013: 95). Sama halnya dengan nilai-nilai Ilahiyah yang
membentuk ketaqwaan, nilai-nilai insaniyah yang membentuk akhlak
mulia tentu masih dapat ditambah dengan deretan nilai yang lain.
B. Revitalisasi Fungsi Masjid
1. Eksistensi Masjid bagi Umat Islam
Eksistensi masjid dari zaman Rasulullah hingga sekarang ini masih
bisa dirasakan oleh semua umat muslim. Keberadaannya mampu
memberikan manfaat bagi umat muslim melalui fungsi-fungsi. Melalui
fungsi tersebut masjid akan dirasa kehadirannya oleh umat Islam.
Maka umat muslim tentu harus mengetahui sejarah masjid, fungsi
masjid dan bagaimana pengelolaan masjid yang baik agar masjid
menjadi makmur.
a. Masjid dan Ruang Lingkupnya
Pengertian masjid ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata
“masjid” yang merupakan kosakata dari bahasa Arab yaitu lafad
“sajada” yang memiliki akar kata s-j-d yang bermakna sujud atau
menundukkan kepala hingga dahi menyentuh tanah (Manzhur,
1976: 234). Sedangkan dalam bentuk ism makan, kata masjid
berarti mushalla al-jamaah. Secara umum, kata masjid dibedakan
35
dengan mushalla dari segi fungsinya. Masjid dipakai sebagai
tempat menunaikan ibadah shalat Jumat dan shalat rawatib,
sedangkan mushalla digunakan hanya untuk shalat rawatib
(Assegaf, 2014: 54).
Sedangkan secara terminologi, untuk mendapatkan makna
“masjid” yang integral, maka harus ditinjau dari berbagai segi,
historis dan filosofis. Hal ini sebagai mana dikatakan A. Mukti Ali
dikutip dari buku karangan Yasin (2008: 221), bahwa masjid
hendaknya dipahami sebagai bagian dari masyarakat sekitar.
Didirikannya masjid dengan fungsi utama tempat beribadah,
yakni shalat lima waktu dan shalat Jumat yang dilaksanakan secara
berjamaah. Pada umumnya jamaah shalat di masjid dapat
diklasifikasikan ke dalam dua macam: pertama, jamaah mobile,
yakni yang sekedar datang dan pergi untuk menunaikan ibadah
shalat, biasanya mereka tergolong pendatang dan bukan pemukim
disekitar masjid: dan kedua, jamaah yang tetap, mereka adalah
mereka para pemukim yang tinggal berdekatan dengan masjid
(Assegaf, 2014: 54).
Hal lain, masjid juga difungsikan sebagai sarana edukatif. Di
mana pembelajaran bisa dilaksanakan di dalam masjid. Seperti
halnya belajar membaca dan menulis al-Qur‟an, berdakwah dan
lain sebagainya. Tidaklah sulit seseorang untuk menemukan
sebuah masjid. Berbagai penjuru di Indonesia masjid banyak
36
berdiri kokoh dan terdapat pula yang sedang proses pembangunan.
Kebanyakan orang-orang mencari masjid untuk menunaikan
ibadah.
Dilihat dari perspektif sejarah, membuktikan bahwa masjid
merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sejarah
masjid bermula sesaat setelah Rasulullah SAW hijrah di Madinah.
Saat Rasulullah SAW tiba di Quba, pada hari Senin tanggal 8
Rabi‟ul Awwal tahun ke 14 nubuwwah atau tahun pertama hijrah,
bertepatan tanggal 23 September 662 M, beliau membangun
masjid yang pertama yang disebut masjid Quba. Lokasinya berada
di sebelah tenggara kota Madinah ( Kurniawan, 2014: 3). Menurut
Al-Mubarakfuri (2015: 198) mengatakan bahwa beliau berada di
Quba selama empat hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Di
sana beliau membangun masjid Quba dan shalat di dalamnya.
Inilah masjid pertama yang didirikan atas dasar taqwa setelah
nubuwah.
Berdirinya masjid Quba sebagai awal dan selanjutnya
berdirinya masjid-masjid lain yang sekarang sudah tersebar di
penjuru daerah, kota, bahkan desa salah satunya masjid Kauman di
kota Magelang. Berbagai model dan gaya bangunan menjadi ciri
khas masing-masing daerah tersebut. Akan tetapi yang tidak akan
berubah adalah posisi arah kiblat. Di manapun ke berada masjid
akan selalu menghadap kiblat. Keberadaan masjid tidak hanya
37
sekedar berbagai model bangunan, namun terdapat komponen
sebagai penunjang kemajuan dan pengembangan masjid.
Masjid dalam aktivitas pengembangan dakwah, memiliki
fungsi yang sangat vital. Masjid merupakan pusat kegiatan
dakwah. Seperti masjid-masjid yang ada di Indonesia saat ini,
terutama untuk masjid di Kauman kota Magelang. Masjid dengan
letak strategis memiliki kegiatan aktif yang masih tetap berjalan
sebagai upaya pengembangan dakwah.
Pengembangan dakwah alam rangka mengembangkan masjid,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Roqib (2009,
144-147) dalam rangka mengembangkan masjid untuk mencapai
tujuan tersebut, yang harus dikembangkan berikutnya yaitu:
a) Tata ruang
Tata ruang masjid harus disesuaikan dengan rencana program
sebagaimana pembagian ruang masjid di Makkah dan di Quba.
Untuk memungkinkan penataan tata ruang masjid yang tepat
maka sebelum mendirikan masjid terlebih dahulu harus
dipersiapkan tanah yang cukup luas dan strategis. Yang patut
dipertimbangkan adalah tata interior ruangan yang serasi dan
nyaman karena masjid merupakan tempat berkumpulnya
masyarakat muslim dalam jumlah besar.
38
b) Kualitas Ta’mir
Ta’mir masjid memiliki tanggung jawab dalam memimpin
suatu struktur organisasi di masjid. Oleh karena itu, pengurus
ta’mir masjid harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
serta skill yang memadai mengenai pembangunan dan
pengelolaan masjid.
Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masjid merupakan
tempat utama untuk melaksanakan sembahyang (shalat), selain itu
terdapat fungsi lain seperti tempat pengajaran dan pendidikan.
Masjid perlu dikembangkan melalui perbaikan kualitas tata ruang
dan takmir masjid. Agar eksistensi masjid dikalangan umat Islam
dirasakan keberadaannya dan berkembang menjadi tempat yang
bermanfaat untuk masyarakat dan lainnya.
b. Fungsi Masjid
Berdasarkan sejarah berdirinya masjid pertama kali yaitu
masjid Quba, masjid pada mulanya difungsikan sebagai sarana
beribadah, namun kemudian dapat dikembangkan lebih luas dari
itu, yakni sebagai pusat peradaban umat Islam. Maka terdapat tri
pusat pendidikan yang meliputi sekolah (formal), masyarakat
(nonformal), dan keluarga (informal), maka dalam komunitas umat
Islam, masih perlu ditambah satu pusat lagi sehingga menjadi catur
pusat pendidikan, yakni masjid sebagai pusat terpenting bagi
pemberdayaan umat dalam segala bidang (Assegaf, 2014: 53).
39
Fungsi masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah saja,
melainkan terdapat aktivitas dan kegiatan lain yang dapat
dilaksanakan di masjid. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Assegaf (2014: 56-57) bahwa fungsi masjid dalam perspektif Al-
Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad terdapat empat, diantaranya:
1) Berfungsi sebagai sarana ibadah dan berdzikir.
Sebagaimana umumnya masyarakat menggunakannya setiap
harinya. Dan sebagai fungsi utama masjid. Al-Qur‟an surat at-
Taubah ayat 108 disebutkan bahwa “...Masjid yang didirikan
atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah
lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya
ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah
SWT menyukai orang-orang bersih.”
2) Berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran.
Masjid sepatutnya difungsikan sebagai tempat kajian al-
Qur‟an. Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad SAW
memotivasi agar umat Islam datang ke masjid selain untuk
shalat juga untuk mengkaji al-Qur‟an. Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu masjid atau
baitullah untuk membaca al-Qur’an dan mengkajinya,
melainkan diturunkan bagi mereka itu rasa tenang, dinaungi
40
dengan rahmat dan dikelilingi oleh para malaikat dimana
mereka berzikir di sekitarnya”.
3) Berfungsi sebagai sarana pengadilan, hukum, musyawarah,
dan tempat pertemuan membahas unsur ke-Islam-an.
Di masa Nabi Muhammad SAW, masjid difungsikan sebagai
tempat pengadilan, dan lembaga pendidikan yang membina
generasi awal dari kalangan sahabat, dengan pembinaan iman,
akhlak dan kemasyarakatan, sehingga jiwa mereka terisi
dengan pengajaran Rasulullah SAW.
4) Berfungsi sebagai sarana sosial
Ketika bencana petaka menerpa kaum mukminin, masjid dapat
digunakan sebagai tempat berlindung. Di sana umat Islam
dapat menyusun kekuatan untuk mengibarkan panji-panji
Islam dan meninggikan kalimat Allah SWT. Sebagaimana
pernah terjadi dalam perang salib pertama atau dalam beberapa
gerakan pembebasan melawan tentara salib dan yahudi dalam
perang salib kedua.
Berbagai fungsi yang kemukakan oleh Assegaf (2014: 56-57)
memberikan pemahaman bahwa terdapat aktivitas dan kegiatan lain
yang dapat dilakukan di masjid. Maka untuk itu, macam-macam
fungsi tersebut dapat dilaksanakan dan dikembangkan secara
sistematis agar kegiatan yang dilakukan di masjid dapat berjalan
efektif dan lancar. Tanpa menganggu fungsi utama masjid yaitu
41
sebagai tempat beribadah. Dari beberapa fungsi tersebut sangat
berguna dan bermanfaat untuk umat beragama Islam.
Seperti yang disampaikan oleh Assegaf (2014: 56-57)
mengenai empat fungsi masjid berdasarkan al-Qur‟an dan sunnah,
memberikan pemahaman kepada khalayak umum untuk
menfungsikan masjid sebagaimana mestinya. Proses perkembangan
masjid yang begitu luas dan maju baik diberbagai aspek, tidak
luput dari fungsi-fungsi yang ada. Sehingga penulis dapat
menyimpulkan bahwa fungsi masjid itu tidak sekedar beribadah
shalat saja, akan tetapi terdapat keberfungsian lain, seperti fungsi
sosial, fungsi ekonomi, fungsi edukasi, dan fungsi sarana
musyawarah.
Merujuk pada fungsi masjid yang sudah dipaparkan
sebelumnya, mengenai fungsi terbagi menjadi empat bagian maka
dalam konteks revitalisasi fungsi masjid terdapat adanya
pengelolaan atau manajemen. Kemudian manajemen itu sendiri
memiliki proses atau fungsi untuk menuju tujuan-tujuan yang
diharapkan. Sebagaimana telah diungkapkan Terry, bahwa tahapan
manajemen terbagi menjadi planning, organizing, actuating,
controlling (Sulistyorini, 2016: 27). Maka 4 tahapan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
42
1) Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan mencangkup penetapan tujuan, standar,
penentuan aturan-prosedur, dan pembuatan serta ramalan
(prediksi) apa yang diperkirakan terjadi.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi pengorganisasian ini meliputi: pemberian tugas terpisah
kepada masing-masing pihak, membentuk bagian,
mendelegasikan, atau menetapkan jalur wewenang atau
tanggungjawab dan sistem komunikasi, serta mengkoordinir
kerja setiap bawahan dalam suatu tim kerja yang solid dan
terorganisir.
3) Penggerakan (Actuating)
Setelah kegiatan perencanaan atau pengoorganisasian,
pimpinan perlu dapat menggerakkan kelompok secara efisien
dan efektif ke arah pencapaian tujuan.
4) Pengawasan (Controlling)
Fungsi ini bisa juga disebut dengan pengendalian atau
evaluasi. Ketika organisasi telah bergerak dan berjalan,
pimpinan harus selalu mengadakan pengawasan atau
pengendalian agar gerakan atau jalannya organisasi benar-
benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, baik
mengenai arahnya maupun caranya.
43
Sehingga dalam hal ini, penulis dapat simpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu usaha perencanaan kegiatan yang
terorganisir dan terstruktur. Dimana dapat dilihat fungsi sebagai
proses terbentuknya manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan kontrol atau evaluasi.
C. Kajian Pustaka
1. Skripsi Nurul Jannah mahasiswa Ekonomi Islam UIN Sumatera Utara
tahun 2016, yang berjudul “Revitalisasi Peranan Masjid Di Era
Modern (Studi Kasus di Kota Medan)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
tranformasi peranan masjid serta menawarkan revitalisasi peranan
masjid di era modern. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah masjid yang ditinjau dari sisi lokasi masjid, yaitu masjid yang
terdiri dari masjid perumahan, perkotaan, dan pinggiran kota dengan
periode penelitian dari bulan Januari 2016-Juli 2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk
menemukan pemahaman mengenai fonomena dalam suatu latar yang
berkonteks khusus. Pada penelitian kualitatif peneliti diharuskan untuk
lebih fokus pada prinsip dasar fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sosial, yang nantinya akan dianaliss dengan menggunakan teori yang
sudah ada.
44
Hasil analis penelitian menunjukkan bahwa peranan dan fungsi
masjid telah terjadi perubahan dan pergeseran dari masa ke masa.
Masjid di era modern, masih belum dirasakan kehadirannya oleh
masyarakat muslim, dikarenakan pelaksanaan fungsi dan peranan
masjid belum maksimal. Maka temuan penelitian ini menawarkan
konsep revitalisasi fungsi dan peranan masjid yang utuh, seperti fungsi
dan peranan ibadah, pendidikan, dakwah ekonomi, sosial, politik,
kesehatan dan tekhnologi. Untuk mengimplemetasikan seluruh konsep
revitalisasi, diperlukan untuk mempersiapkan sosialisasi, pelatihan,
dan smeinar bagi seluruh pengelola masjid (ta‟mir). Pemahaman dari
seluruh pengelola masjid (ta‟mir) menjadi hal terpenting dalam
memakmurkan masjid.
2. Skripsi Septi Rusnita mahasiswa Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Raden Intan Lampung tahun 2017, yang berjudul “Fungsi Masjid
Dalam Penyiaran Islam Di Desa Bangun Jaya Kecamatan Tanjung
Raya Kabupaten Mesuji”.
Masjid merupakan tempat kegiatan ibadah umat Islam. Kegiatan
ibadah disini mempunyai arti luas, tidak semata-mata tempat shalat
dan mengaji, tetapi untuk segala kegiatan yang bisa membawa
kemslahatan dunia akhirat. Masjid juga merupakan wadah yang paling
strategis dalam membina dan menggerakkan potensi umat Islam untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas.
Sebagai sarana syiar agama Islam, masjid kini digunakan dan
45
dimanfaatkan melalui kegiatan sosial masyarakat mengajarkan kepada
yang ma‟ruf dan mencegah pada yang mungkar. Penulis meneliti
bagaimana Fungsi Masjid Baiturohman dalam Penyiaran Islam yang
ada di desa Bangun Jaya dan apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat.
Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian
lapangan (Field Reserch), dengan sifat penelitian deskriptif, guna
memberikan kejelasan terhadap masalah atau peristiwa yang diteliti
dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh komponen pengurus/takmir Masjid Baiturohman adapun
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non
random sampling yaitu dengan mengambil sampel keseluruhan
berjumlah 24 orang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi Masjid
Baiturohman di Desa Bangun Jaya Kecamatan Tanjung Jaya
Kabupaten Mesuji ialah; bergerak pada bidang ke-Islaman dan
pendidikan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan (menyantuni
fakir miskin dan yatim piatu). Seperti Majlis Ta‟lim, pengajian yasinan
dan dilangsungkan dengan siraman rohani, Mengelola TPA,
Mengelola Risma. Fungsi masjid yang ada di masjid Baiturohman
dapat dikatakan sudah berjalan, namun adanya faktor pendukung dan
penghambat dalam kegiatan Penyiaran Islam, dalam faktor pendukung
ialah, adanya bangunan masjid yang cukup bagus, adanya kerjasama
46
dengan jamaah, adanya jiwa kebersamaan yang tertanam, untuk faktor
penghambatnya, kurangnya fasilitas yang memadai, tidak adanya
donatur yang tepat untuk membiayai pelaksanaan kegiatan penyiaran
Islam dalam rangka pemakmuran Masjid agar optimal, adanya
pengurus/tak‟mir yang kurang menyadari akan tanggung jawab
sebagai takmir Masjid.
Persamaan dari kedua penelitian tersebut adalah sama-sama
meneliti tentang masalah masjid, subjek penelitian adalah masyarakat dan
jenis penelitian lapangan (field reserch). Penelitian Septi Rusnita dan
Nurul Jannah sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah tempat, dan tahun
penelitian. Tempat penelitian Septi Rusnita yaitu di Desa Bangun Jaya
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji pada tahun 2017, sedangkan
penelitian Nurul Jannah yaitu di Kota Medan pada tahun 2016.
Persamaan dari penelitian penulis dengan penelitian Septi Rustina
dan Nurul Jannah sama-sama meneliti tentang masjid, kemudian
menggunakan jenis penelitian kualitatif. Persamaan penelitian penulis
dengan Septi Rusnita adalah sama-sama meneliti fungsi masjid.
Persamaan penelitian penulis dengan Nurul Jannah adalah sama-sama
meneliti mengenai revitalisasi masjid.
47
Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu terdapat
pada tempat, informan, dan tahun penelitian. Penulis akan meneliti di
masjid Kauman kota Magelang, narasumbernya yaitu Drs. Hj.
Miftachussurrur, Mpd. I. selaku ketua kepengurusan masjid Kauman kota
Magelang. Serta tahun penelitian penulis pada tahun 2019. Jadi, peneliti
tertarik untuk meneliti kembali penelitian yang sejenis guna membuktikan
teori yang sudah ada, dengan dua variabel, yaitu: revitalisasi fungsi
masjid, dan penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut
Stratus dan Corbin dikutip dalam buku Sujarweni (2014: 19) penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
Penelitian kualitatif dapat dilaksanakan dengan penelitian deskriptif,
penelitian literatur, dan penelitian interaktif.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif terbagi menjadi lima kategori dikutip
dalam bukunya Muliawan (2014: 84) yaitu metode studi kasus, metode
komparatif atau perbandingan, metode korelasi, metode studi
fenomenologi atau perkembangan, dan metode studi tentang aliran.
Penelitian ini masuk dalam kategori penggunaan metode studi kasus. Guna
mendapatkan informasi dan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus
yang sedang diteliti, yaitu revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-
nilai pendidikan agama Islam.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di masjid Kauman kota
Magelang. Tempat ini peneliti ambil berdasarkan permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini berada di masjid Kauman kota Magelang.
49
Waktu penelitian akan direncanakan dari bulan Mei 2019 sampai selesai.
Waktu penelitian dihitung mulai dari observasi sampai tahap akhir
penelitian.
C. Sumber Data
Jenis sumber penelitian kualitatif ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Narasumber
Narasumber merupakan sumbr data yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif guna mendapatkan informasi yang akurat.
Narasumber penelitian ini adalah takmir masjid atau ketua dalam
kepengurusan masjid Kauman kota Magelang.
2. Informasi
Informasi untuk mendapatkan data diperoleh dengan pengamatan
terhadap aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian di
masjid Kauman kota Magelang.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penulis lakukan menggunakan teknik
yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari dua sumber:
a. Sumber Primer, adalah sumber langsung dari hasil wawancara dengan
takmir masjid dan pengurus bidang imaroh yang berkaitan dengan
permasalahan yang didapat.
50
b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan
dokumentasi di masjid Kauman kota Magelang.
E. Analisis Data
Analisis dalam pengertian umum adalah suatu kegiatan untuk
menyelidiki, menguraikan dan atau menelusuri akar persoalan suatu
masalah (Muliawan, 2014: 193). Menurut Mudjiarahardjo (dalam
Sujarweni, 2014: 34) Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, menggelompokkan, memberi kode atau tanda,
dan mengkategorikannnya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan
fokus atau masalah yang ingin dijawab. Kegiatan analisis selama penulis
mengumpulkan data meliputi:
1. Menetapan fokus penelitian.
2. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul.
3. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-
temuan pengumpulan data sebelumnya.
4. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka
pengumpulan data berikutnya.
5. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
51
Sebagai upaya pembuktian bahwa data yang di dapat benar-benar
valid, maka peneliti menggunakan triangulasi, yakni data atau informasi
diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannnya dengan cara memperoleh
data dari sumber lain, misal pihak kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya
dengan menggunakan metode yang berbeda. Hal ini berguna untuk
membandingkan informasi tentang hal yang sama agar terhindar dari data
yang bersifat subjektif.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Pada penelitian kualitatif ini terdapat beberapa tahapan yang harus
peneliti lakukan. Tahapan-tahapan peneliti yang digunakan oleh peneliti
diantaranya (Sujarweni, 2014: 30):
1. Pra-Lapangan
Meliputi menyusun rancangan, memilih lapangan, mengurus,
perijinan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
instrumen.
2. Lapangan
Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian untuk mencari
data melalui wawancara dengan takmir masjid. Melakukan
pengamatan dan pengumpulan dokumen.
3. Pengolahan Data
Meliputi analisis data yang dilakukan peneliti melalui wawancara
dengan narasumber, pengamatan, serta pengumpulan dokumen
penelitian.
52
4. Tahap peneliti laporan penelitian
a. Penulisan hasil penelitian
b. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
c. Perbaikan hasil konsultasi
d. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
e. Ujian munaqosah skripsi.
53
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Masjid Kauman kota Magelang
Kota Magelang merupakan salah satu kota yang berada di Jawa
Tengah. Dimana kota Magelang terletak 75 km sebelah selatan kota
Semarang, 43 km ke arah utara Yogyakarta, dan 43 km ke timur laut
kota Purworejo, serta 22 km dari Temanggung.
Ditengah-tengah kota terdapat bangunan masjid yang megah dan
berhadapan dengan alun-alun kota Magelang. Masjid ini bernama
Masjid Agung Kauman kota Magelang. Masjid merupakan tempat
sujud kepada Allah SWT bagi umat Islam dengan kata lain sebagai
tempat ibadah. Serta dapat digunakan sebagai tempat kegiatan-
kegiatan yang mengarah kepada keagamaan dan sosial.
Masjid Kauman sendiri berdekatan dengan alun-alun kota
Magelang, tempat perbelanjaan (trio plaza, gardena, matahari), telkom,
bank, kantor pendidikan, dan gereja. Letak Masjid Kauman dapat
dikatakan strategis karena berada ditengah kota (Observasi tanggal 23
Mei 2019, pukul 13.00 di Serambi Masjid).
Dalam sejarahnya Masjid Kauman pernah mendapatkan suatu
pernghargaan dan nominasi juara. Salah satunya juara 1 lomba masjid
se Jawa Tengah. Lomba ini dalam kategori sebagai masjid paripurna.
54
2. Sejarah Berdirinya Masjid Kauman kota Magelang
Sejarah berdirinya Masjid Kauman tidak lepas dari tangan para
pendiri dan orang-orang sekitar. Keoptimisan untuk pembinaan umat
Islam maka dari tahun-ke tahun terdapat perkembangan pada masjid
tersebut. Lebih jelasnya, peneliti mewawancarai Bapak
Miftachussurrur selaku takmir Masjid Kauman (pada hari Sabtu
tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.00-15.16 WIB di kediaman bapak
Miftach), sejarah berdirinya masjid Kauman, sebagai berikut:
“Pada awalnya Masjid Kauman didirikan pada tahun 1650
bukan masjid namun berbentuk mushola. Yang mendirikan
Mbah Kyai Mundakir (dimakamkan di belakang masjid).
Konon ceritanya dulu wudunya dulu di kali progo dan terdapat
batu besar. Kemudian pada tahun 1779 baru jadi masjid oleh
Bupati Magelang III. Kemudian direnovasi tahun 1950. Namun
dari dulu tidak ada perubahan secra fisik bagian atasnya,
tiangnya juga masih asli dari dulu. Tiangnya dari kayu jati.
Direnovasi kembali pada tahun 1978 sambil membuat menara
yang berada di depan masjid. Hingga sekarang belum ada
perubahan total secara fisik. Serambi juga masih sama. Ada
keunikan tersendiri di masjid ini, salah satunya di dalam masjid
ada pengimanan khusus, dulu tahun 1979 digunakan untuk
bupati sholat disitu. Itu dulu bukan kotamadya tapi kabupaten.
Masjid ini merupakan masjid yang sudah berumur 50 tahun ke
atas. Pada waktu Mbah Yai Mudzakir mendirikan langgar ini
sekitarnya belum ada rumah-rumah, karena sebelum merdeka
jamanya Pangeran Diponegoro.”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh bidang Imaroh Bapak
Shihabuddin, bahwa:
“Masjid ini pertama itu didirikan oleh Mbah Yai Mudzakir.
Awalnya bukan masjid, tapi mushola. Kira-kira didirikan
pertama pada tahun 1650. Kemudian di tahun selanjutnya
direnovasi oleh Bupati Magelang III. Dan dinamai masjid.
Kemudian tahun-tahun selanjutnya itu renovasi-renovasi yang
perlu untuk di renovasi. Hingga seperti saat ini.” (Wawancara
55
pada hari Minggu, 30 Juni 2019 pukul 10.08-10.18 WIB di
tempat berkeja tempatnya di Gang Manjukri nomer 12)
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masjid Kauman
dahulunya bukanlah masjid namun sebuah langgar yang didirikan
oleh Kyai Mundakir. Karena masjid Kauman ini merupakan masjid
tua, yang sudah berumuran 50 tahun ke atas, sebelum rumah-rumah
penduduk di sekitar ada masjid ini sudah berdiri. Maka di katakan
masjid Kauman karena berada di daerah yang bernama Kauman.
Namun sampai sekarang belum ada catatan tertulis dari pihak
pengurus masjid mengenai sejarah awal berdirinya.
3. Struktur Organisasi Kepengurusan Masjid Kauman kota
Magelang
Dalam pelaksanaan kegiatan operasional suatu lembaga tentu
memiliki susunan kepengurusan dengan bermacam tugas dan
kewajiban sesuai dengan jabatan yang diperoleh. Masjid Kauman kota
Magelang memiliki susunan kepengurusan ta‟mir masjid diharapkan
mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
56
Adapun susunan kepengurusan masjid Kauman kota Magelang
sebagai berikut:
Susunan Kepengurusan Masjid Kauman Kota Magelang
Gambar 4.1
Keterangan:
SIE I : Seksi Peribadatan
SIE II : Seksi Perencanaan Perawatan Aset
SIE III : Seksi Perlengkapan dan Peralatan
SIE IV : Seksi Kebersihan dan Keindahan
SIE V : Seksi Keamanan
SIE VI : Seksi Pendidikan
SIE VII : Seksi Pengajian
57
SIE VIII : Seksi Amal Sholeh
SIE IX : Seksi Parkir
SIE X : Seksi Ambulanca/Mobil Jenazah
1. Penasehat
a. Walikota Magelang
b. Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Magelang
2. Ketua
Drs. H. Miftachussurrur, MPd.I
3. Sekretaris
a. Achmad Muzammil, Amd
b. Arief Edi Wibowo, SE.
4. Bendahara
a. Rochmad Budi Tri R, SE
b. Iwan Setiawan
5. Ketua Bidang Imaroh
H. Shihabudin
6. Ketua Bidang Idaroh
Drs. H. Latif Anggoro
7. Ketua Bidang Riayah
Puji Hartono, ST.
58
8. Seksi-Seksi
a. Seksi Peribadatan
H. Asnawi M Noor
b. Seksi Perencanaan Perawatan Aset
1) Ir. Yudhi Armanto
2) Gondo
3) Ir. Yunus Irman Syarif, MT.
c. Seksi Perlengkapan dan Peralatan
Edy Zamroni
d. Seksi Kebersihan dan Keindahan
1) Harun Djumar
2) Drs. Handoko D.N.
e. Seksi Keamanan
1) Helmi Noviandi
2) Wartijo
f. Seksi Pendidikan
Misbach Kelik Muharam
g. Seksi Pengajian
M. Yusuf
h. Seksi Amal Sholeh
1) Masdjuki
2) Arifien
59
i. Seksi Parkir
1) Hamzah
2) Yusron
j. Seksi Ambulance/Mobil Jenazah
Arifin
Sumber: Dokumen Pengurus Masjid Kauman Kota Magelang (hasil
observasi 25 Mei 2019 pukul 16.10 WIB dikantor Masjid Kauman
Kota Magelang).
Dari Gambar 4.1 peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa
takmir masjid Kauman selektif dalam memilih pengurus dari ketua
hingga masing-masing seksi. Hal ini digunakan untuk menjalankan
organisasi dengan baik dan sesuai dengan bidangnya. Terutama dalam
manajemen masjid haruslah orang yang bertanggungjawab dalam
menjalankan kegiatan, agar tujuan dan kesejahteraan masjid dapat
tercapai.
4. Sarana dan Prasarana Masjid Kauman kota Magelang
Kenyamanan dalam beribadah terutama di tempat masjid tentu
terdapat faktor yang mempengaruhinya. Faktornya yaitu sarana dan
prasarana yang ada. Adanya sarana dan prasarana yang memadai
mempengaruhi proses kelancaran kegiatan yang diadakan di masjid.
Seperti halnya Masjid Kauman mempunyai sarana dan prasarana
60
sebagaimana dalam data sekretaris (hasil observasi 25 Mei 2019 pukul
16.10 WIB dikantor Masjid Kauman Kota Magelang) sebagai berikut:
a. Bangunan dan peralatan
1) Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 3000 jamaah
2) Temoat wudhu dan WC pria dan wanita
3) Rak sepatu, sandal, dan sejenisnya
4) Ruang transit Tak‟mir Masjid Kauman kota Magelang dan
kantor kesekretariatan
5) Tempat alat-alat atau gudang
6) Tower bak mandi
7) Terdapat menara setinggi 24 meter dengan pengeras suara
b. Memiliki lahan tempat parkir yang luas
c. Alat-alat pendukung lainnya
1) Tikar
2) Lampu penerang setiap sudut ruangan
3) Pengeras suara dan tape recorder
4) Jam dinding
5) Almari
6) Mimbar
7) Al-Qur‟an dan tempat penyimpanan
8) Mukena dan rak penyimpanan
9) Kipas angin
61
10) Mobil ambulance atau mobil jenazah
11) Beduk
12) Perpustakaan
Seluruh sarana dan prasarana di Masjid Kauman masih dalam
kondisi baik dan dapat digunakan setiap hari. Kebersihan disetiap
ruangan terjaga dengan baik. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat
disimpulkan sarana prasarana di Masjid Kauman cukup memadai.
Fasilitas tersebut dapat menunjang kegiatan yang akan dilaksanakan
nantinya. Kedepannya melalui sarana dan prasarana yang memadai
diharapkan kegiatan berjalan lancar dan jamaah merasa nyaman dan
khusyuk dalam menjalankan kegiatan di Masjid Kauman.
5. Aktivitas dan Kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Agama
Islam di Masjid Kauman Kota Magelang
Mensejahterakan dan memberi kenyamanan masjid merupakan
tugas semua umat muslim. Untuk melaksanaka fungsi masjid yang
efektif diperlukan pengurus masjid yang dapat menghidupkan masjid
dan dapat memanajemen masjid. Maka diperlukan pengurus yang
bertanggungjawab dan berpengalaman. Termasuk takmir masjid dalam
menjalankan roda kepengurusan tentunya menjadi pedoman agar
terprogram semua kegiatan yang ada dan terlaksana dengan baik.
Kegiatan-kegiatan Masjid Kauman kota Magelang memiliki
berbagai macam program kegiatan yang sudah berjalan rutin. Kegiatan
yang diagendakan program mingguan, program bulanan, dan program
62
tahunan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Miftachussurrur selaku
takmir masjid Kauman kota Magelang (Wawancara pada hari Sabtu
tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.23- 15.23 WIB di kediaman bapak
Miftach) sebagai berikut:
“Beribadah shalat lima waktu, TPQ habis ashar, kuliah subuh
sampai pukul 06.00. Pengajian, pengajian ibu-ibu Persatuan
Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM) berupa pendidikan
berjenjang, setiap sabtu kliwon. Malam senin pengajian tafsir
jalalain, Ahad wage, Sabtu pagi acara selapan, Ahad pahing
pengajian akbar dari pagi sampai ashar, Kegiatan hari besar
Islam.“
Bapak Shihabuddin selaku pengurus bidang Imaroh juga
menegaskan (Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019
pukul 10.28-10.40 WIB di tempat berkeja tempatnya di Gang
Manjukri no 12) bahwa:
“Sementara ini dari seksi imaroh tiap hari ahad ada pengajian
mingguan walaupun dari orang luar dan lembaga yang mengisi,
ada juga dari biro biarpun yang mengisi bukan takmir kita
sendiri akan tetapi ada pemasukan untuk ikut andil dalam
mendengarkan, jadi secara tidak langsung dapat ilmu yang
masuk. Terkadang ada orang yang numpang mau mengaji di
situ. Tambah dari TPQ. Terus khusus bulan Ramadhan full
pengajian, dari mulai habis subuh kuliah sampai jam 7, habis itu
setelah dhuhur semaan al-Quran, kemudian sore sampai
menjelang berbuka ada kultum. Kalau hari biasa ada selapanan
setiap hari ahad pahing meneruskan sejak dahulu sejak mbah
Mad dari Watu Congol sekarang yang meneruskan cucunya.
Ada kegiatan remaja tiap hari jumat, malam jumat ngaji
bersama di belakang masjid, pengunjungnya banyak.”
Dari pemaparan Bapak Shihabuddin terdapat kegiatan remaja
setiap hari jumat yaitu mengaji bersama di belakang masjid. Belakang
masjid Kauman merupakan tempat makam dari Mbah Yai Mudzakir
63
seorang yang berperan dalam pendirian pertama langgar sebelum
menjadi masjid Kauman seperti yang saat ini.
Sesuai data yang diperoleh di lapangan, kegiatan yang diadakan
di masjid Kauman yaitu kegiatan shalat lima waktu, TPQ, dan
pengajian. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Shalat lima waktu
Setiap harinya Masjid Kauman kota Magelang dilakukan
shalat berjamaah lima waktu, yaitu Dzuhur, Ashar, Magrib, Isya‟,
dan Subuh. Selain itu juga pelaksanaan shalat sunnah lainnya.
Dalam pelaksanaannya sebelum adzan di kumandangkan, terlebih
dahulu membunyikan bedug yang terletak di serambi pertama
sebelah kanan. Kemudian barulah adzan di kumandangkan oleh
bilal. Untuk petugas imam dan bilal sudah ditentukan oleh
pengurus Masjid Kauman kota Magelang.
Masjid Kauman dapat menampung jamaah shalat sebesar
ribuah jamaah. Seperti ungkapan dari Bapak Miftach bahwa:
“Masjid ini muat 30.000 putra putri. Kalau saat ramadhan ada
bukber bersama yang ikut bisa sekitar 500 orang.”
(Wawancara pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul
15.16-15.20 WIB di kediaman Bapak Miftach)”.
Dari peneliti tarik kesimpulan dari adanya kegiatan rutin
tersebut yaitu agar para jamaah dan umat muslim selalu ingat
kewajiban dalam menjalankan shalat lima waktu. Selalu tepat
64
waktu dalam menjalankannya. Sehingga kesibukkan apa saja yang
dijalankan ditengah keramaian kota jangan terlupakan.
b. Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ)
Selain kegiatan rutin shalat lima waktu, yang dimana menjadi
fungsi utama dari adanya masjid terdapat kegiatan TPQ. TPQ
berguna untuk pendidikan al-Qur‟an kepada anak-anak terutama
anak-anak sekita kota Magelang. TPQ ini diadakan setiap habis
shalat ashar. Tempat untuk kegiatan tersebut berada di serambi
pertama masjid.
c. Persatuan Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM)
Kegiatan ini diadakan oleh ibu-ibu yang mana isi dari pada
materi tersebut adalah mengenai pendidikan berjenjang. Pengajian
ini diadakan setiap hari Sabtu Kliwon. Seperti yang disampaikan
oleh Bapak Miftach sebagai berikut:
“Pengajian ibu-ibu Persatuan Pengajian Ibu-Ibu kota
Magelang (PPIM) berupa pendidikan berjenjang, setiap sabtu
kliwon.” (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2019
pukul 15.23-15.25 WIB di kediaman rumah Bapak Miftach).”
d. Pengajian Tafsir Jalalain
Untuk memperkaya wawasan dalam mendapatkan ilmu
pendidikan agama, di masjid Kauman mengadakan pengajian tafsir
jalalain. Pengajian ini dilaksanakan setiap hari malam Senin.
Seperti yang diungkapkan bapak Miftach:
“Malam senin pengajian tafsir jalalain.” (Wawancara pada
hari Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.25-15.26 WIB di
kediaman Bapak Miftach).”
65
e. Ahad Wage
Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang diadakan oleh
pegurus ta‟mir Masjid Kauman, diselenggarakan setiap satu
minggu sekali pada hari Minggu (Ahad Wage) di waktu pagi pukul
06.00-07.00 WIB. Penceramah yang mengisi merupakan seorang
yang memang tugasnya sebagai da‟i, baik dari lingkungan
akademisi, maupun kyai dan ustad dari dalam kota maupun luar
kota.
f. Pengajian Akbar
Pengajian akbar ini pula merupakan kegiatan rutin yang
diselenggarakan setiap satu bulan sekali. Jamaahnya dari berbagai
daerah yang hadir. Kegiatan ini diselenggarakan tepatnya di Ahad
Pahing (Minggu Pahing), seperti halnya yang dituturkan oleh
Bapak Miftach, sebagai berikut:
“Ahad pahing pengajian akbar dari pagi sampai ashar.”
(Wawancara pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.-
26-15.16 WIB di rumah kediaman Bapak Miftach).
Dari penuturan beliau kegiatan tersebut dilaksanakan dari
pagi sampai sore atau ashar. Adapun pemceramah yang mengisi
merupakan seorang penceramah yang sudah melakukan tugasnya
sebagai da‟i. Serta dalam pemilihan seorang penceramah juga
selektif dari pengurus Ta‟mir Masjid Kauman. Baik dari dari
lingkungan akademisi, maupun non akademisi.
66
Kemudian ditambah dari hasil wawancara kepada Bapak
Shihabuddin selaku pengurus imaroh, sebagai berikut:
“Kalau hari biasa ada selapanan setiap hari ahad pahing
meneruskan sejak dahulu sejak mbh Mad dari Watu Congol
sekarang yang meneruskan cucunya.” (Wawancara pada hari
Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul 10.36-10.38 WIB di
tempat bekerja Bapak Shihabuddin Jalan Manjukri nomer
12).”
g. Kegiatan Hari Besar Islam
Kegiatan HBI ini termasuk agenda tahunan yang diadakan di
Masjid Kauman kota Magelang. Seperti memperingati hari-hari
besar Islam, diantaranya menyambut Bulan Ramadhan, tahun baru
hijriyah 1 Muharram, peringatan kelahiran Nabi Muhammad, Hari
Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha. Dalam memperingati
agenda tersebut pengurus masjid mengadakan kegiatan pengajian
yang dihadiri oleh bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja. Pemceramah
yang di datangkan dalam acara tersebut juga tidak sembarangan.
Pihak pengurus masjid selektif dalam menghadirkan
penceramahnya, baik dari akademisi maupun non akademisi.
h. Ngaji Bersama
Ngaji bersama juga termasuk dari agenda yang dirancang
oleh pengurus, termasuk dari pengurus imaroh. Menurut Bapak
Shihabuddin selaku pengurus imaroh, mengatakan:
“Ada kegiatan remaja tiap hari jumat, malam jumat ngaji
bersama di belakang masjid, pengunjungnya banyak.”
(Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul
10.38-10.40 WIB di tempat berkeja tempatnya di Gang
Manjukri nomer 12)”
67
Dari penuturan Bapak Shihabuddin, setiap malam Jumat
terdapat pengajian yang diselenggarakan di belakang masjid, di
belakang tersebut merupakan makam dari Mbah Mudzakir selaku
pendiri pertama masjid tersebut.
6. Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam di Masjid Kauman Kota Magelang
Terdapat empat point penting terkait dengan fungsi masjid
sebagaimana yang dipaparkan oleh Assegaf (2014, 56-57):
a. Berfungsi sebagai sarana ibadah dan berdzikir
b. Berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran
c. Berfungsi sebagai sarana pengadilan, hukum, musyawarah, dan
tempat pertemuan membahas unsur ke-Islam-an
d. Berfungsi sebagai sarana sosial
Istilah revitalisasi di sini mengandung makna proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali sesuatu hal yang sebelumnya
kurang terbedaya, istilah lainnya yaitu menggiatkan kembali program
kegiatan. Maka langkah-langkah yang dilakukan masjid untuk
merevitalisasi dengan cara lebih menggiatkan fungsi-fungsi di atas.
Salah satunya adalah dengan mengelola atau memanajemen masjid
sebaik mungkin.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Tery dalam bukunya
(Sulistyorini dkk, 2016: 27) bahwa tahapan manajemen dibagi
68
menjadi empat, yaitu perencanaan (planning), organisasi (organizing),
penggerakan (actuating), dan kontrol (controlling).
Berangkat dari teori tersebut, masjid Kauman kota Magelang
benar-benar di fungsikan dan di revitalisasi, dengan cara manajemen
yang baik sebagai upaya untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama
Islam. Diantaranya tahapan manajemen kegiatan di masjid Kauman,
yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Adanya perencanaan di masjid Kauman kota Magelang
adalah adanya jadwal kegiatan yang sudah di rapatkan terlebih
dahulu oleh pengurus masjid. Perencanaan tersebut dapat dilihat
dari adanya kegiatan harian, mingguan, dan tahunan. Seperti yang
dipaparkan pula oleh takmir masjid, bahwa:
“Sudah di planning. Planning-nya sudah di matangkan
terlebih dahulu. Sehingga terprogram secara runtut.
Contohnya seperti ramadhan. Kegiatan dari awal ramadhan
sampai akhir sudah di rancang terlebih dahulu. Sehingga
panitia melaksanakan dan merancang dengan arahan dari
takmir masjid.” (Wawancara pada hari Sabtu, 1 Juni 2019
pukul 15.35-15.40 WIB di rumah Bapak Miftachusurrur)
Hal tersebut juga diungkapkan pula oleh pengurus bidang
imaroh, Bapak Shihabuddin beliau mengungkapkan, bahwa:
“Ya, dirapatkan telebih dahulu oleh pengurus masjid.”
(Wawancara pada hari Minggu, 30 Juni 2019 pukul 10.41-
10.44 WIB di tempat kerjanya Gang Manjukri no. 12 Jalan
Kauman)
69
b. Organisasi (Organizing)
Mengenai organisasi dalam masjid Kauman kota Magelang,
sudah jelas adanya struktur organisasi kepengurusan. Dimana dapat
dibuktikan pada dokumen tertulis yang dibuat oleh pengurus
masjid Kauman kota Magelang. Sebagaimana wawancara kepada
takmir masjid, bahwa:
“Ada susunan organisasi, ada juga penanggungjawabnya.
Penangungjawabnya disesuaikan perbidang.” (Wawancara
pada hari Sabtu, 1 Juni 2019 pukul 15.42-15.44 WIB di
rumah Bapak Miftachusurrur)
Sehingga jelas, bahwa pengorganisasian di masjid Kauman
sudah terbentuk kepengurusan, bahwa kepengurusan tersebut
penanggungjawabnya disesuaikan perbidang.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan dalam hal ini, di masjid Kauman adanya
kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana. Kegiatan tersebut
terjadwal harian, mingguan, dan tahunan. Pada wawancaranya
dengan takmir masjid, beliau mepaparkan kegiatan-kegiatan
tersebut berserta jadwalnya, sebagaimana beliau mengungkapkan,
bahwa:
“Beribadah shalat lima waktu, TPQ habis ashar, kuliah subuh
sampai pukul 06.00. Pengajian, pengajian ibu-ibu Persatuan
Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM) berupa pendidikan
berjenjang, setiap sabtu kliwon. Malam senin pengajian tafsir
jalalain., Ahad Wage, Sabtu pagi acra selapanan, Ahad
Pahing pengajian akbar dari pagi sampai ashar, kegiatan hasi
besar Islam.” (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 1 Junia
2019 pukul 15.23-15.33 WIB dikediaman Bapak
Miftachusurrur)
70
Hal serupa diungkapkan oleh Bapak Shihabuddin selaku
pengurus bidang imaroh, beliau menegaskan adanya kegiatan-
kegiatan selapanan setiap Ahad Pahing, dan kegiatan remaja setiap
malam Jumat mengaji. Berikut adalah penuturan beliau saat di
wawancarai:
“Kalau hari biasa ada selapanan setiap hari ahad pahing
meneruskan sejak dahulu sejak mbh Mad dari Watu Congol
sekarang yang meneruskan cucunya. (Wawancara pada hari
Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul 10.36-10.38 WIB di
tempat kerjanya di Gang Manjukri no. 12 Jalan Kauman)
Beliau juga menambahkan, pula:
“Ada kegiatan remaja tiap hari jumat, malam jumat ngaji
bersama di belakang masjid, pengunjungnya banyak.
(Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul
10.38-10.40 WIB di tempat kerjanya di Gang Manjukri no.
12 Jalan Kauman)
d. Kontrol (Kontrol)
Pengontrolan di masjid Kauman kota Magelang dapat dilihat
dari adanya musyawarah yang diadakan secara esidental oleh
takmir masjid. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak
Miftachusurrur selaku takmir masjid:
“Ya, biasanya yang controlling ketua takmir. Pengkontrolan
tidak tentu langsung terjun ke lapangan. Ketika sudah
berjalan baik, maka tinggal mengamati saja.” (Wawancara
pada hari Minggu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.44-16.00
WIB di rumah Bapak Miftachusurrur)
71
7. Temuan Penelitian
Sesuai hasil wawancara dan dokumentasi di lokasi penelitian
yaitu tempatnya di Masjid Kauman, peneliti mendapatkan beberapa
informasi diantaranya sebagai berikut:
a. Aktivitas dan Kegiatan untuk Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam
Aktivitas merupakan suatu bentuk kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
yang lebih baik. Aktivitas tersebut bergama jenisnya, seperti yang
terjadi di lingkup masjid. Aktivitas dan kegiatan di masjid
mengandur unsur keagamaan yang diselenggarakan.
Oleh karena itu masjid Kauman mengadakan kegiatan
sebagai upaya untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Kegiatan keagamaan ini adalah cara dalam mewujudkan
penguatan, seperti yang diungkapkan oleh takmir masjid, bahwa:
“Dari kegiatan-kegiatan yang diadakan. Pengurus yang
mengadakannya.” (Wawancara pada hari Sabtu 1 Juni 2019
pukul 16.00-16.03 WIB di rumah Bapak Miftachusurrur)
Kemudian pengurus bidang Imaroh, juga memaparkan
mengenai kegiatan selapanan dan pengajian sebagai salah satu cara
untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam. Di mana
beliau mengatakan bahwa:
“Melalui diadakannya selapanan atau pengajian mingguan.”
(Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul
10.52-10.54 WIB di tempat kerjanya Gang Manjukri no. 12
Jalan Kauman)
72
Dari aktivitas dan kegiatan yang terselenggara di masjid
Kauman yaitu terdapat kegiatan harian, mingguan, dan tahunan.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Miftachussurrur selaku
takmir masjid Kauman kota Magelang (Wawancara pada hari
Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.23- 15.23 WIB dikediaman
bapak Miftach) sebagai berikut:
“Beribadah shalat lima waktu, TPQ habis ashar, kuliah subuh
sampai pukul 06.00. Pengajian, pengajian ibu-ibu Persatuan
Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM) berupa pendidikan
berjenjang, setiap sabtu kliwon. Malam senin pengajian tafsir
jalalain, Ahad wage, Sabtu pagi acara selapan, Ahad pahing
pengajian akbar dari pagi sampai ashar, Kegiatan hari besar
Islam. “
Bapak Shihabuddin selaku pengurus bidang Imaroh juga
menegaskan (Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019
pukul 10.28-10.40 WIB di tempat berkeja tempatnya di Gang
Manjukri no 12) bahwa:
“Sementara ini dari seksi imaroh tipa hari ahad ada pengajian
mingguan walaupun dari orang luar dan lembaga yang
mengisi, ada juga dari biro biarpun yang mengisi bukan
takmir kita sendiri akan tetapi ada pemasukan untuk ikut
andil dalam mendengarkan, jadi secara tidak langsung dapat
ilmu yang masuk. Terkadang ada orang yang numpang mau
mengaji di situ. Tambah dari TPQ. Terus khusus bulan
Ramadhan full pengajian, dari mulai habis subuh kuliah
sampai jam 7, habis itu setelah dhuhur semaan al-Quran,
kemudian sore sampai menjelang berbuka ada kultum. Kalau
hari biasa ada selapanan setiap hari ahad pahing meneruskan
sejak dahulu sejak mbah Mad dari Watu Congol sekarang
yang meneruskan cucunya. Ada kegiatan remaja tiap hari
jumat, malam jumat ngaji bersama di belakang masjid,
pengunjungnya banyak.”
73
Dari pemaparan Bapak Shihabuddin terdapat kegiatan remaja
setiap hari jumat yaitu mengaji bersama di belakang masjid.
Belakang masjid Kauman merupakan tempat makam dari Mbah
Yai Mudzakir seorang yang berperan dalam pendirian pertama
langgar sebelum menjadi masjid Kauman seperti yang saat ini.
Di bawah ini akan dijelaskan lebih langjut mengenai
kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Shalat lima waktu
Setiap harinya Masjid Kauman kota Magelang dilakukan
shalat berjamaah lima waktu, yaitu Dzuhur, Ashar, Magrib,
Isya‟, dan Subuh. Selain itu juga pelaksanaan shalat sunnah
lainnya. Dalam pelaksanaannya sebelum adzan di
kumandangkan, terlebih dahulu membunyikan bedug yang
terletak di serambi pertama sebelah kanan. Kemudian barulah
adzan di kumandangkan oleh bilal. Untuk petugas imam dan
bilal sudah ditentukan oleh pengurus Masjid Kauman kota
Magelang.
Masjid Kauman dapat menampung jamaah shalat sebesar
ribuah jamaah. Seperti ungkapan dari Bapak Miftach bahwa:
“Masjid ini muat 30.000 putra putri. Kalau saat
ramadhan ada bukber bersama yang ikut bisa sekitar 500
orang.” (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2019
pukul 15.16-15.20 WIB di kediaman Bapak Miftach)”.
Dari peneliti tarik kesimpulan dari adanya kegiatan rutin
tersebut yaitu agar para jamaah dan umat muslim selalu ingat
74
kewajiban dalam menjalankan shalat lima waktu. Selalu tepat
waktu dalam menjalankannya. Sehingga kesibukkan apa saja
yang dijalankan ditengah keramaian kota jangan terlupakan.
2) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ)
Selain kegiatan rutin shalat lima waktu, yang dimana
menjadi fungsi utama dari adanya masjid terdapat kegiatan
TPQ. TPQ berguna untuk pendidikan al-Qur‟an kepada anak-
anak terutama anak-anak sekita kota Magelang. TPQ ini
diadakan setiap habis shalat ashar. Tempat untuk kegiatan
tersebut berada di serambi pertama masjid.
3) Persatuan Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM)
Kegiatan ini diadakan oleh ibu-ibu yang mana isi dari
pada materi tersebut adalah mengenai pendidikan berjenjang.
Pengajian ini diadakan setiap hari Sabtu Kliwon. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Miftach sebagai berikut:
“Pengajian ibu-ibu Persatuan Pengajian Ibu-Ibu kota
Magelang (PPIM) berupa pendidikan berjenjang, setiap
sabtu kliwon.” (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 1
Juni 2019 pukul 15.23-15.25 WIB di kediaman rumah
Bapak Miftach).”
4) Pengajian Tafsir Jalalain
Untuk memperkaya wawasan dalam mendapatkan ilmu
pendidikan agama, di masjid Kauman mengadakan pengajian
tafsir jalalain. Pengajian ini dilaksanakan setiap hari malam
Senin. Seperti yang diungkapkan bapak Miftach:
75
“Malam senin pengajian tafsir jalalain.” (Wawancara
pada Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.25-15.26 WIB
di kediaman Bapak Miftach).”
5) Ahad Wage
Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang diadakan oleh
pegurus ta‟mir Masjid Kauman, diselenggarakan setiap satu
minggu sekali pada hari Minggu (Ahad Wage) di waktu pagi
pukul 06.00-07.00 WIB. Penceramah yang mengisi merupakan
seorang yang memang tugasnya sebagai da‟i, baik dari
lingkungan akademisi, maupun kyai dan ustad dari dalam kota
maupun luar kota.
6) Pengajian Akbar
Pengajian akbar ini pula merupakan kegiatan rutin yang
diselenggarakan setiap satu bulan sekali. Jamaahnya dari
berbagai daerah yang hadir. Kegiatan ini diselenggarakan
tepatnya di Ahad Pahing (Minggu Pahing), seperti halnya yang
dituturkan oleh Bapak Miftach, sebagai berikut:
“Ahad pahing pengajian akbar dari pagi sampai ashar.”
(Wawancara pada Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.-
26-15.16 WIB di rumah kediaman Bapak Miftach).
Dari penuturan beliau kegiatan tersebut dilaksanakan
dari pagi sampai sore atau ashar. Adapun pemceramah yang
mengisi merupakan seorang penceramah yang sudah
melakukan tugasnya sebagai da‟i. Serta dalam pemilihan
seorang penceramah juga selektif dari pengurus Ta‟mir Masjid
76
Kauman. Baik dari dari lingkungan akademisi, maupun non
akademisi.
Kemudian ditambah dari hasil wawancara kepada Bapak
Shihabuddin selaku pengurus imaroh, sebagai berikut:
“Kalau hari biasa ada selapanan setiap hari ahad pahing
meneruskan sejak dahulu sejak mbh Mad dari Watu
Congol sekarang yang meneruskan cucunya.”
(Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019
pukul 10.36-10.38 WIB di tempat bekerja Bapak
Shihabuddin Jalan Manjukri nomer 12).”
7) Kegiatan Hari Besar Islam
Kegiatan HBI ini termasuk agenda tahunan yang
diadakan di Masjid Kauman kota Magelang. Seperti
memperingati hari-hari besar Islam, diantaranya menyambut
Bulan Ramadhan, tahun baru hijriyah 1 Muharram, peringatan
kelahiran Nabi Muhammad, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari
Raya Idul Adha. Dalam memperingati agenda tersebut
pengurus masjid mengadakan kegiatan pengajian yang dihadiri
oleh bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja. Pemceramah yang di
datangkan dalam acara tersebut juga tidak sembarangan. Pihak
pengurus masjid selektif dalam menghadirkan penceramahnya,
baik dari akademisi maupun non akademisi.
8) Ngaji Bersama
Ngaji bersama juga termasuk dari agenda yang dirancang
oleh pengurus, termasuk dari pengurus imaroh. Menurut Bapak
Shihabuddin selaku pengurus imaroh, mengatakan:
77
“Ada kegiatan remaja tiap hari jumat, malam jumat
ngaji bersama di belakang masjid, pengunjungnya
banyak.” (Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni
2019 pukul 10.38-10.40 WIB di tempat berkeja
tempatnya di Gang Manjukri nomer 12)”
Dari penuturan Bapak Shihabuddin, setiap malam Jumat
terdapat pengajian yang diselenggarakan di belakang masjid, di
belakang tersebut merupakan makam dari Mbah Mudzakir
selaku pendiri pertama masjid tersebut.
Dari hasil wawancara tersebut, paparan mengenai aktivitas
dan kegiatan di masjid Kauman sebagai bentuk untuk penguatan
nilai-nilai pendidikan agama Islam di masjid Kauman kota
Magelang.
b. Tujuan Kegiatan Masjid
Sesuai tujuan takmir Masjid Kauman yaitu berdakwah
agama, untuk mendidik masyarakat agar tidak salah jalan biar
benar Islamnya dan memberikan wawasan ilmu. Ungkap Bapak
Miftach dalam wawancara yang peneliti lakukan, yaitu:
“Wong Islam ben bener Islame, nek Islam ben do ngaji, nek
ra ngaji payah (Orang Islam biar benar Islamnya, kalau Islam
biar pada mengaji, kalau tidak mengaji payah. Biar tahu
Islam itu apa).” (Wawancara pada Sabtu tanggal 1 Juni 2019
pukul 15.33-15.35 di kediaman Bapak Miftach)
Dalam wawancara lain, tujuan kegiatan masjid juga
ditambahi keterangannya oleh Bapak Shihabuddin selaku bidang
imaroh (Wawancara pada Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul
78
10.40-10.41 di tempat bekerja di Gang Manjukri nomer 12 jalan
Kauman), beliau mengatakan:
“Pertama untuk syiar, kedua menambah ilmu dan wawasan.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa tujuan mengadakan kegiatan di Masjid Kauman
yaitu untuk berdakwah atau syiar. Serta memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada seluruh umat agar tidak salah jalan dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Memberikan pemahaman agar
umat Islam tahu makna Islam.
c. Revitalisasi Fungsi Masjid Kauman untuk Penguatan Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam
Masjid memiliki peran yang sangat vital bagi masyarakat
baik para orang tua, remaja, dan anak-anak. Terutama untuk
penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam. Eksistensi masjid
bagi umat sebagai tempat beribadah merupakan hal yang sudah
umum diketahui oleh semua orang. Dalam penelitian ini mengacu
kepada fungsi masjid.
Bedasarkan apa yang disampaikan oleh Assegaf (2014: 56-
57), fungsi masjid terdiri dari empat fungsi. Diantaranya fungsi
sebagai sarana beribadah dan berdzikir, sarana pendidikan dan
pengajaran, sarana pengadilan, hukum, musyawarah, dan tempat
pertemuan membahas unsur ke-Islam-an, dan sebagai sarana sosial,
maka pelaksanaan revitalisasi fungsi masjid di Kauman yang
79
terkait dengan nilai-nilai pendidikan adalah melalui tahapan
pengelolaan yang dilakukan secara baik.
Di mana pengelolaan tersebut melewati beberapa tahapan
yang dikemukakan oleh Terry, bahwa pengelolaan atau manajemen
sebuah organisasi melalui tahapan planning (perencanaan),
organizing (organisasi), actuating (penggerakan), dan controlling
(kontrol).
Untuk merevitalisasi fungsi masjid yang terkait dengan
empat hal itu, maka masjid Kauman kota Magelang itu
melakukannya dengan planning (perencanaan). Segala sesuatu
kegiatan yang dilakukan direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Sebagai salah satu buktinya sebagaimana paparan takmir masjid
ketika penulis mewawancarai bahwa kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan penguatan direncanakan dengan sebaik-baiknya, sebagai
berikut:
“Sudah di planning. Planning-nya sudah di matangkan
terlebih dahulu. Sehingga terprogram secara runtut.
Contohnya seperti ramadhan. Kegiatan dari awal ramadhan
sampai akhir sudah di rancang terlebih dahulu. Sehingga
panitia melaksanakan dan merancang dengan arahan dari
takmir masjid.” (Wawancara pada hari Sabtu, 1 Juni 2019
pukul 15.35-15.40 WIB di rumah Bapak Miftachussurrur)
Hal serupa juga diungkapkan oleh pengurus bidang Imaroh
Bapak Shihabuddin, beliau mengatakan:
“Prosesnya ya direncanakan terlebih dahulu. ” (Wawancara
pada hari Minggu, 30 Juni 2019 pukul 10.41-10.44 WIB di
tempat kerjanya Gang Manjukri no. 12 Jalan Kauman)
80
Dari perencanaan yang sudah matang, di masjid Kauman
proses selanjutnya yaitu pembentukan penanggungjawab dalam
bentuk kepanitiaan atau struktur organisasi. Pembentukan struktur
organisasi bertujuan agar pelaksanaan kegiatan terorganisir dengan
baik. Sebagai mana dipaparkan oleh takmir masjid, bahwa:
“Ada susunan organiasasi, ada juga penanggungjawabnya.
Penanggungjawabnya disesuaikan perbidang.” (Wawancara
pada hari Sabtu, 1 Juni 2019 pukul 15.42-15.44 WIB di
rumah Bapak Miftachusurrur)
Pengoranisasian yang dilaksanakan di masjid Kauman
berguna untuk pelaksanaan kegiatan yang sudah di rencanakan.
Bahwa setiap hari ada kegiatan beribadah, Taman Pendidikan al-
Qur‟an (TPQ), dan kuliah subuh. Setiap minggu ada beragam jenis
pengajian yang terselenggara. Serta tahunan terdapat kegiatan hari
besar Islam. Hal tersebut yang telah diungkapkan oleh takmir
masjid, bahwa:
“Beribadah shalat lima waktu, TPQ habis ashar, kuliah
subuh sampai pukul 06.00. Pengajian, pengajian ibu-ibu
Persatuan Pengajian Ibu-Ibu kota Magelang (PPIM) berupa
pendidikan berjenjang, setiap sabtu kliwon. Malam senin
pengajian tafsir jalalain, Ahad wage, Sabtu pagi acara
selapan, Ahad pahing pengajian akbar dari pagi sampai
ashar, Kegiatan hari besar Islam.” (Wawancara pada hari
Sabtu tanggal 1 Juni 2019 pukul 15.23- 15.33 WIB
dikediaman bapak Miftachusurrur)
Mengenai kegiatan-kegiatan yang terselenggara,
disampaikan pula dari Bapak Shihabuddin selaku devisi imaroh
81
masjid Kauman kota Magelang mengnai kegiatan yang diadakan
dari bdang imaroh setiap minggu, beliau mengungkapkan bahwa:
“Kalau hari biasa ada selapanan setiap hari ahad pahing
meneruskan sejak dahulu sejak mbh Mad dari Watu Congol
sekarang yang meneruskan cucunya.” (Wawancara pada
hari Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul 10.36-10.38 WIB
di tempat bekerja Bapak Shihabuddin Jalan Manjukri
nomer 12)
Beliau juga menambahkan, pula:
“Ada kegiatan remaja tiap hari jumat, malam jumat ngaji
bersama di belakang masjid, pengunjungnya banyak.”
(Wawancara pada hari Minggu tanggal 30 Juni 2019 pukul
10.38-10.40 WIB di tempat berkeja tempatnya di Gang
Manjukri nomer 12)”
Kemudian dari kegiatan-kegiatan harian, mingguan, dan
tahunan, menjadi bukti actuating (penggerakan) yang baik dengan
dibuktikan kegiatan-kegiatan yang terorganisir oleh pengurus
masjid Kauman kota Magelang.
Setiap bulan takmir masjid pada setiap kegiatan kegiatan-
kegiatan dan melaksanakan fungsi masjid mengadakan
musyawarah. Hal ini sebagai controlling (kontrol). Sebagaimana
disampaikan oleg takmir masjid, bahwa:
“Ya, biasanya yang controlling itu ketua takmir.
Pengontrolan itu tidak tentu langsung terjun ke lapangan.
Ketika sudah berjalan dengan baik, maka tinggal
mengamati saja. Lalu ada rapat evaluasi. Disetiap akhir
kegiatan.” (Wawancara pada hari Minggu, 1 Juni 2019
pukul 15.44-16.00 WIB di rumah Bapak Miftachusurrur)
Hal serupa diungkapkan oleh Bapak Shihabuddin selaku
pengurus bidang Imaroh bahwa pengawasan dan pengamatan
82
adalah kontrol yang dilakukan dan setelah kontrol terdapat evaluasi
dalam rapat musyawarah setiap selesai kegiatan, beliau
menyatakan bahwa:
“Melalui pengawasan dan pengamatan. Dengan rapat
musyawarah di setiap selesai kegiatan oleh panitia dan
pengurus masjid.” (Wawancara pada hari Minggu tanggal
30 Juni 2019 di tempat kerjanya Gang Manjukri no. 12
Jalan Kauman)
Dengan demikian, maka revitalisasi fungsi masjid untuk
penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam di masjid Kauman
kota Magelang dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya
pengelolaan atau manajemen yang baik. Dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan kotrol.
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan melalui metode
wawancara, metode observasi dan pada informan yaitu pengurus masjid
Kauman kota Magelang, maka penulis dapat menulis hal-hal yang terkait
dengan revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam di masjid Kauman kota Magelang. Kemudian setelah
melakukan wawancara langsung dengan pengurus masjid Kauman, maka
penulis dapat menemukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
1. Aktivitas dan kegiatan untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama
Islam di masjid Kauman kota Magelang
Aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan di masjid Kauman
kota Magelang terlaksana dengan jawal berbeda-beda. Terdapat
83
kegiatan harian, mingguan, dan tahunan. Serta sudah terorganisir oleh
pengurus masjid. Kegiatan-kegiatan di masjid Kauman tersebut
berguna untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Aktivitas atau kegiatan harian yang terlaksana di masjid
Kauman seperti ibadah shalat, Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPQ),
kuliah subuh. Kemudian mingguan terdapat kegiatan pengajian,
dimana ada pengajian ibu-ibu Persatuan Pengajian Ibu-Ibu kota
Magelang (PPIM) berupa pendidikan berjenjang, pengajian tafsir
jalalain, selapanan, dan pengajian akbar. Serta kegiatan tahunan seperti
peringatan hari besar Islam, yaitu bulan ramadhan, idul fitri, dan idul
adha.
Dalam penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam, maka
takmir masjid mengadakan kegiatan kegamaan secara rutin, yaitu
sebagai berikut:
a. Shalat lima waktu
Shalat lima waktu merupakan kewajiban seorang umat
beragama Islam. Karena bersifat wajib, maka bagi yang
menjalankan akan mendapat pahala dan bagi yang meninggalkan
shalat lima waktu maka akan mendapat dosa. Sebagai seorang yang
beriman tentu tidaklah lupa akan kewajiban tersebut. Apalagi hal
ini sudah jelas tertuang dalam ayat al-Qur‟an. Seperti firman Allah
pada Surat an-Nisa ayat 103 yang berbunyi:
تن قيبهب وقعىدا وعلى جىبكن فئرا اطوأ الة فبركروا للا فئرا قضيتن الص
الة كبت على الوؤهيي كتببب هىقىتبفأقيوىا الة إى الص الص
84
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di
waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa
aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Maka menjalankan shalat lima waktu penting bagi orang-
orang yang beriman. Selain itu, terdapat manfaat lain selain
mendapatkan pahal yaitu kesehatan disetiap gerakan shalatnya.
Shalat menuntut sebuah gerakan sempurna, namun tidak dapat
dipungkiri bagi mereka-mereka yang memiliki kendala. Seperti
mereka orang sakit, sehingga dapat dilakukan dengan terbaring,
duduk, dan sebagainya.
Takmir masjid Kauman mengajak para umat menjalankan
shalat lima waktu melalui berjamaah. Serta imam yang sudah
ditunjuk dan dijadwal. Shalat subuh, dhuhur, ashar, magrib, dan
isya‟ dilakukan tepat waktu. Dengan adanya shalat jamaah yang
diadakan, diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT,
dan selalu mengingat untuk selalu menyembah Allah SWT.
b. Macam-macam pengajian
Pengajian merupakan salah satu bentuk syiar Islam atau
dakawah dalam menyebarkan Islam. Kegiatan ini bermacam-
macam diantaranya pengajian pengajian ibu-ibu PPIM setiap hari
Sabtu kliwon, pengajian tafsir jalalain setiap malam Senin,
85
selapanan setiap Sabtu pagi, pengajian akbar setiap Ahad Pahing,
ngaji bersama setiap malam jumat di belakang masjid Kauman.
Pengajian memberikan hikmah bagi umat Islam. Dimana
kegiatan ini berisi menyampaikan risalah Nabi, akhlak, dan materi
keagamaan lainnya. Di setiap masing-masing kegiatan memiliki
manfaat masing-masing, terutama untuk berdakwah di jalan Allah
SWT. Apalagi sebuah kewajiban bagi umatnya yang sudah berilmu
tinggi untuk menyampaikan ke yang lainnya melalui pengajian ini.
Seperti dalam firman Allah SWT dalam Surat Ali Imron ayat
110 yang berbunyi:
هىى عي ة أخرجت للبس تأهروى ببلوعروف وت تن خير أه كر ك الو
وتؤهىى ببلل
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Tidah hanya sekedar menyampaian dakwah Islam, melainkan
dari segi lain adanya kegiatan ini sebagai sarana berkumpulnya
untuk saling bersilaturohim satu sama lain, karena kegiatan yang
bisa diikuti oleh orang luar maka menambah kekeluargaan
kembali. Melalui penyampaian ini juga salah satu bentuk
penguatan pendidikan keagamaan.
c. Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ)
Taman pendidikan al-Qur‟an merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di luar pendidikan formal. Bisa dikatakan sebagai
86
pendidikan nonformal. Kegiatan ini berada dikalangan masyarakat
dan begitupula pengurusnya juga kalangan masyarakat. TPQ
diadakan dengan sasaran anak-anak dan remaja yang belajar
mendapatkan ilmu keagamaan yang lebih selain didapatkan dari
sekolahan.
Pengajaran yang lebih mengutamakan pendidikan keagamaan
seperti akhlak, al-Qur‟an, fiqh, dan lainnya. Pendidikan TPQ dapat
menunjang pendidikan agama Islam sebagai bentuk penguatan
nilai-nilai keagamaan yang diterima di lingkungan luar sekolah.
Serta TPQ juga memiliki landasan perundang-undangan dari
pemerintah yaitu salah satunya Undang-Undang Dasar (UUD)
pasal 24 ayat 2 yang berbunyi: “Pendidikan al-Qur’an terdiri dari
Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), Taman Pendidikan Al-
Qur’an (TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA) dan bentuk lain
yang sejenis.”
d. Kegiatan Hari Besar Agama Islam (KHBAI)
Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali dan diwaktu
tertentu yang sudah ditetapkan. Kegiatan ini adalah hari raya idul
fitri, dan hari raya idul adha. Kegiatan yang dapat dikatakan besar,
karena hari yang ditunggu-tunggu oleh para pemeluk agama Islam.
Seperti firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 5, yang
berbunyi:
87
رهن بأيبم للا ورك
Artinya: “Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.”
Di dalam al-Qur‟an diatas sudah dijelaskan bahwa
mengingatkan sesama untuk memperingati hari-hari besar Allah SWT
sangat dianjurkan. Karena kita menyembah Allah maka perlu untuk
memuliakan hari Allah SWT. Baik dimanapun keberadaan umat,
sebagai bentuk kecintaan kepada Allah SWT.
Kegiatan yang dilaksanakan di masjid Kauman, jamaah yang
mengikuti kegiatan tidak hanya dari masyarakat sekitar Kauman,
namun ada yang dari berbagai daerah untuk datang mengikuti
pengajian.
2. Revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam di masjid Kauman kota Magelang
Revitalisasi memiliki peran yang sangat vital atau penting dalam
kehidupan beragama terutama di masjid. Revitalisasi fungsi masjid di
masjid kauman kota Magelang teroganisir dengan baik. Melihat dari
empat fungsi masjid yaitu sebagai sarana ibadah, pendidikan,
musyawarah, dan kegiatan sosial. Terdapat manajemen pengelolaan
yang baik dari pengurus masjid. Pengelolaan tersebut berkaitan dengan
penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Sebagaimana penguatan merupakan sebuah respon, dan
konsekuen yang menguatkan tingkah laku agar mereka memiliki
konsekuen terhadap tingkah laku yang baik, melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan. Sehingga tingkah lakunya sesuai dengan ajaran agama.
88
Untuk mewujudkan itu semua, masjid Kauman kota Magelang
melaksanakan program atau kegiatan-kegiatan keagamaan. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan tidaklah berjalan dengan sendirinya, terdapat
pengurus dan orang-orang yang berperan dalam hal ini.
Tentu aktivitas dan kegiatan ini dapat berjalan baik karena
terdapat proses manajemen atau pengelolaan yang baik. Dari adanya
pengelolaan yang baik maka masjid Kauman kota Magelang secara
rutin mengadakan kegiatan bahkan harian, mingguan, dan tahunan.
Diantaranya pengelolaan atau manajemen yang dilakukan di masjid
Kauman kota Magelang yaitu perencanaan, perngorganisasian,
penggerakan, dan kontrol. Empat proses tersebut dilakukan oleh pihak
pengurus masjid
Pertama yang dilakukan pengurus masjid adanya sebuah
planning (perencanaan), perencanaan melalui rapat-rapat pengurus
yang di adakan secara ensidental. Di dalam pembahasannya persiapan-
persiapan untuk menjalankan suatu kegiatan. Kegiatan tersebut sudah
terjadwal. Agar dapat berjalan dengan baik, dan terkonsep secara
matang.
Kemudian organizing (pengoranisasian), pengelolaan di masjid
Kauman di organisir dengan baik. Terdapat pengurus yang aktif dalam
mengelola kegiatan. Membentuk suatu organisasi menjadi kemudahan
dalam actuating (penggerakan) nantinya di lapangan seperti adanya
kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga dalam controlling (kontrol)
89
dapat terpantau secara baik. Sehingga kegiatan di masjid Kauman
berjalan dengan lancar dan dapat di pertanggungjawabkan. Kemudian
dapat disimpulkan bahwa revitalisasi fungsi masjid untuk penguatan
nilai-nilai pendidikan agama Islam di masjid Kauman kota Magelang
sudah benar dilaksanakan dengan baik.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aktivitas dan Kegiatan untuk Penguatan Nilai-Nilai Pedidikan Agama
Islam
Aktivitas dan kegiatan di masjid Kauman kota Magelang untuk
penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam, diantaranya adalah:
a. Shalat berjamaah lima waktu
b. Pengajian, diantaranya pengajian ibu-ibu setiap Sabtu Kliwon
c. Pengajian tafsir jalalain setiap malam Senin
d. Selapanan setiap Sabtu pagi
e. Pengajian akbar setiap Ahad Pahing
f. Ngaji remaja bersama setiap malam Jumat
g. Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ) setiap habis ashar
h. Kegiatan Hari Besar Islam (KHBI), diantaranya hari idul fitri,
bulan ramadhan, dan idul adha.
2. Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam di Masjid Kauman kota Magelang
Bahwa cara untuk menggembalikan fungsi masjid dalam
penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam, yaitu melalui:
a. Planning, perencanaan kegiatan dengan jadwal. Semua kegiatan
disusun dan direncanakan dengan baik
91
b. Pengelolaan diorganisir dengan baik. Terdapat pengurus masjid
turut aktif mengelola kegiatan yang sudah direncanakan.
c. Proses pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal rencana.
Diantaranya adanya kegiatan-kegiatan keagamaan.
d. Pelaksanaan dalam kegiatan-kegiatan terkontrol dengan baik
melalui musyawarah.
B. Saran
Setelah peneliti menganalisis tentang revitalisasi fungsi masjid
untuk penguatan nilai-nilai pendidikan agama Islam di masjid Kauman
kota Magelang, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran demi
perbaikan dan kemajuan:
1. Untuk Masjid
Melihat dari fungsi masjid yang terbagi menjadi empat, makaperlu
adanya pengembangan kegiatan yang lebih baik lagi dan maju agar
dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, khususnya
masyarakat Kauman kota Magelang.
2. Untuk Takmir Masjid
Menjalankan fungsi masjid merupakan salah satu bentuk
memakmurkan masjid dengan cara manajemen yang baik. Maka
diharapkan pengoranisiran di masjid selalu ditingkatkan setiap tahun.
Guna kemajuan masjid kedepannya.
92
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam 1. Salatiga:...............
Manzhur, Ibn. 1976. Lisan Al-Arab. Baerut: Dar al Fikr
Al-Mubakarakfuri, Shafiyyurahman. 2015. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar
Amin, Samsul Munir. 2014. Sejarah Dakwah. Jakarta: Amzah
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1996. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam.
Bandung: CV. Diponegoro Bandung
Alwi, Muhammad Muhib. 2015. Optimalisasi Fungsi Masjid Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Al-Tatwir. 2 (1): 139
Assegaf, Abd. Rachman. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Daradjat, Zakiah, dkk. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Duryat, Masduki. 2016. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta
Hasbullah. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Idi, Abdullah, Toto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Tiasa Wacana
Jannah, Nurul. 2016. Revitalisasi Peranan Masjid Di Era Modern. Thesis tidak
diterbitkan. Sumatera: Jurusan Ekonomi Islam. Pascasarjana Reguler
Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Kristiawan, Muhammad, dkk. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish
Kurniawan, Syamsul. 2014. Masjid Dalam Lintas Sejarah Umat Islam. Journal of
Islamic Studies. 1 (2): 3-4
Luthfiah, Zeni, Muh. Farhan Mujaihidin, dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam.
Surakarta: Yuma Pressindo
93
Majid, Abdul, Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mufron, Ali. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aura Pustaka
Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Gava Media
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner.
Jakarta: Rajawali Pers
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Qomar, Mujamil. 2014. Menggagas Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta
Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi Pendidikan II. Jakarta: FEUI
Sojogyo, Purwanti Sojogyo. 1999. Sosiologi Pedesaan dan Kumpulan Bacaan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Sulistyorini, Muhammad Fathurrohman. 2016. Esensi Manajemen Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Kalimedia
Syafaat, H. TB. Aat, Sohari Sabrani. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Rajawali Pers
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Sundawi, Sri Ajeng. 2018. Pengaruh Pemberian Penguatan Verbal Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi tidak diterbitkan.
Bandung: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Pasudan Bandung
Syarif F. S, Nawa. 2018. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam pada
Sanggar Budaya Posdaya di masjid Nurul Khasanah Pujon Kebupaten
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Thoha, HM. Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang
Press
94
INSTRUMEN PEDOMAN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi
Penelitian yang dilakukan ini akan mengamati Revitalisasi Fungsi
Masjid Untuk Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam di Masjid
Kauman Kota Magelang.
B. Pedoman Wawancara
1. Pengurus Masjid
a. Identitas
1) Ketua Takmir Masjid
a) Nama : Drs. H. Miftachussurrur, MPd. I.
b) Tempat/Tanggal lahir : Magelang, 15 Mei 1955
c) Jabatan : Takmir Masjid
d) Waktu dan Tempat : Sabtu, 1 Juni 2019 pukul 15.00-
16.03 WIB di rumah kediaman bapak Miftachussurrur
Jalan Yos Sudarso Kecamatan Magelang Tengah
2) Seksi Imarah (Kegiatan dan Kepemudaan) Takmir Masjid
a) Nama : H. Shihabuddin
b) Tempat/Tanggal lahir : Banjarnegara, 2 April 1964
c) Jabatan : Seksi Imarah
d) Waktu dan Tempat : Minggu, 30 Juni 2019 pukul 10.08-
10-55 WIB, di Gang Manjukri No. 12 Jalan Kauman
95
Variabel Indikator Subjek Pertanyaan
Revitalisasi fungsi
masjid
Menjelaskan
sejarah berdirinya
masjid
Takmir, Bidang
Imaroh
1. Bagaimana
sejarah
berdirinya
masjid
Kauman?
2. Memuat berapa
jamaah masjid
Kauman ini?
Menjelaskan
fungsi masjid
Takmir, Bidang
Imaroh
1. Apa saja fungsi
masjid di
masjid Kauman
ini?
Menjelaskan
macam-macam
kegiatan di masjid
Takmir, Bidang
Imaroh
1. Apa saja
kegiatan yang
dilakukan di
masjid untuk
penguatan
nilai-nilai
pendidikan
agama Islam?
Menjelaskan
tujuan kegiatan di
masjid
Takmir, Bidang
Imaroh
1. Apa tujuan
diadakannya
kegiatan di
masjid
Kauman?
Menjelaskan
proses manajemen
pengelolaan
kegiatan masjid
Takmir, Bidang
Imaroh
1. Bagaimana
proses
manajemen
kegiatan di
masjid
Kauman?
2. Planning dari
kegiatan
tersebut seperti
apa?
3. Apakah
terdapat
susunan
keorganisasian
dari kegiatan
itu?
4. Kontrol
kegiatan di
masjid Kauman
96
itu bagaimana?
5. Evaluasi untuk
kegiatan
tersebut seperti
apa?
Penguatan Nilai-
Nilai Pendidikan
Agama Islam
Menjelaskan
bagaimana
penguatan nilai-
nilai pendidikan
agama Islam
Takmir, Bidang
Imaroh
1. Bagaimana cara
penguatan
nilai-nilai
pendidikan
agama Islam di
masjid Kauman
ini?
97
HASIL WAWANCARA
PENGURUS MASJID KAUMAN KOTA MAGELANG
No. Waktu
Wawancara
Narasumber Pertanyaan Jawaban
1. Sabtu,
1 Juni 2019
Pukul
15.00-16.03
WIB
Drs. H.
Miftachussurr
ur, MPd. I.
1. Bagaimana
sejarah
berdirinya
Masjid
Kauman?
Pada awalnya Masjid
Kauman didirikan pada
tahun 1650 bukan masjid
namun berbentuk mushola.
Yang mendirikan Mbah
Kyai Mundakir
(dimakamkan di belakang
masjid). Konon ceritanya
dulu wudunya dulu di kali
progo dan terdapat batu
besar. Kemudian pada tahun
1779 baru jadi masjid oleh
Bupati Magelang III.
Kemudian direnovasi tahun
1950. Namun dari dulu
tidak ada perubahan secara
fisik bagian atasnya,
tiangnya juga masih asli
dari dulu. Tiangnya dari
kayu jati. Direnovasi
kembali pada tahun 1978
sambil membuat menara
yang berada di depan
masjid. Hingga sekarang
belum ada perubahan total
secara fisik. Serambi juga
masih sama. Ada keunikan
tersendiri di masjid ini,
salah satunya di dalam
masjid ada pengimanan
khusus, dulu tahun 1979
digunakan untuk bupati
sholat di situ. Itu dulu bukan
kotamadya tapi kabupaten.
Masjid ini merupakan
masjid yang sudah berumur
50 tahun ke atas. Pada
waktu Mbah Yai Mudzakir
mendirikan langgar ini
98
sekitarnya belum ada
rumah-rumah, karena
sebelum merdeka jamanya
Pangeran Diponegoro.
2. Memuat berapa
jamaah masjid
Kauman ini?
Masjid ini muat 30.000
putra putri. Kalau saat
ramadhan ada bukber
bersama yang ikut bisa
sekitar 500 orang.
3. Apa saja fungsi
masjid di masjid
Kauman ini?
Untuk shalat dan pembinaan
umat
4. Apa saja
kegiatan yang
dilakukan di
masjid untuk
penguatan nilai-
nilai pendidikan
agama Islam?
1. Beribadah shalat
lima waktu
2. TPQ, habis ashar
3. Kuliah subuh sampai
pukul 06.00.
4. Pengajian
a. Pengajian ibu-
ibu Persatuan
Pengajian Ibu-
Ibu kota
Magelang
(PPIM) berupa
pendidikan
berjenjang,
setiap sabtu
kliwon.
b. Malam senin
pengajian tafsir
jalalain
c. Malam rabu
d. Ahad wage
e. Sabtu pagi acara
selapan
f. Ahad pahing
pengajian akbar
dari pagi sampai
ashar.
Kegiatan hari besar Islam
5. Apa tujuan
diadakannya
kegiatan di
masjid tersebut?
Wong Islam ben bener
Islame, nek Islam ben do
ngaji, nek ra ngaji payah
(Orang Islam biar benar
Islamnya, kalau Islam biar
pada mengaji, kalau tidak
99
mengaji payah).
Biar tahu Islam itu apa.
6. Bagaimana
proses
manajemen
kegiatan di
masjid Kauman?
Sudah di planning.
Planningnya sudah di
matangkan terlebih dahulu.
Sehingga terprogram secara
runtut. Contohnya seperti
ramadhan. Kegiatan dari
awal ramadhan sampai
akhir sudah di rancang
terlebih dahulu. Sehingga
panitia melaksanakan dan
merancang dengan arahan
dari takmir masjid.
7. Planning dari
kegiatan-
kegiatan tersebut
seperti apa?
Sebelumnya diadakan rapat
takmir. Diadakan
konsidental. Kalau ada
kegiatan apa, maka
diadakan rapat dan dibentuk
panitianya.
8. Susunan
organisasi dari
kegiatan apakah
ada?
Ada susunan organisasi, ada
juga penanggungjawabnya.
Penangungjawabnya
disesuaikan perbidang.
9. Kontrol kegiatan
di masjid
Kauman itu
bagaimana?
Ya, biasanya yang
controlling ketua takmir.
Pengkontrolan tidak tentu
langsung terjun ke
lapangan. Ketika sudah
berjalan baik, maka tinggal
mengamati saja.
10. Evaluasi untuk
kegiatan tersebut
seperti apa?
Ya, nanti ada rapat evaluasi.
Disetiap akhir kegiatan.
Terdapat pula kendala yang
sering terjadi yaitu di
waktu, karena pengurus
semuanya pada sibuk
semua. Sehingga harus
mencari waktu yang sama.
Karena rapat ada macam-
macam, terdapat rapat
evaluasi dan rapat
perencanaan.
11. Bagaimana cara
penguatan nilai-
nilai pendidikan
Dari kegiatan-kegiatan yang
diadakan. Pengurus yang
mengadakannya.
100
agama Islam di
masjid Kauman
ini?
2. Minggu, 30
Juni 2019
Pukul
10.08-10.54
WIB
H.
Shihabuddin
12. Bagaimana
sejarah
berdirinya
masjid Kauman
ini?
Masjid ini pertama itu
didirikan oleh Mbah Yai
Mudzakir. Awalnya bukan
masjid, tapi mushola. Kira-
kira didirikan pertama pada
tahun 1650. Kemudian di
tahun selanjutnya direnovasi
oleh Bupati Magelang III.
Dan dinamai masjid.
Kemudian tahun-tahun
selanjutnya itu renovasi-
renovasi yang perlu untuk di
renovasi. Hingga seperti
saat ini.
13. Memuat berapa
jamaah masjid
kauman ini?
Sampai serambi itu memuat
kira-kira 3000 an jamaah.
14. Apa saja fungsi
masjid di masjid
Kauman ini?
Untuk beribadah dan
kegiatan-kegiatan
keagamaan.
101
15. Apa saja
kegiatan yang
dilakukan untuk
penguatan nilai-
nilai pendidikan
agama Islam?
Sementara ini dari seksi
imaroh setiap hari ahad ada
pengajian mingguan
walaupun dari orang luar
dan lembaga yang mengisi,
ada juga dari biro biarpun
yang mengisi bukan takmir
kita sendiri akan tetapi ada
pemasukan untuk ikut andil
dalam mendengarkan, jadi
secara tidak langsung dapat
ilmu yang masuk.
Terkadang ada orang yang
numpang mau mengaji di
situ. Tambah dari TPQ.
Terus khusus bulan
Ramadhan full pengajian,
dari mulai habis subuh
kuliah sampai jam 7, habis
itu setelah dhuhur semaan
al-Quran, kemudian sore
sampai menjelang berbuka
ada kultum. Kalau hari
biasa ada selapanan setiap
hari ahad pahing
meneruskan sejak dahulu
sejak mbh Mad dari Watu
Congol sekarang yang
meneruskan cucunya. Ada
kegiatan remaja tiap hari
jumat, malam jumat ngaji
bersama di belakang masjid,
pengunjungnya banyak.
16. Apa tujuan dari
adanya kegiatan
tersebut?
Pertama untuk syiar, kedua
menambah ilmu dan
wawasan.
17. Bagaimana
proses
manajemen
kegiatan di
masjid Kauman?
Prosesnya ya
direncakanakan terlebih
dahulu.
18. Planning dari
kegiatan tersebut
seperti apa?
Ya, dirapatkan telebih
dahulu oleh pengurus
masjid.
19. Apakah terdapat
susunan
Ada.
102
keorganisasian
dari kegiatan
itu?
20. Kontrol kegiatan
di masjid
Kauman itu
bagaimana?
Melalui pengawasan dan
pengamatan.
21. Evaluasi untuk
kegiatan tersebut
seperti apa?
Dengan rapat musyawarah
di setiap selesai kegiatan
oleh panitia dan pengurus
masjid
22. Bagaimana cara
penguatan nilai-
nilai pendidikan
agama Islam di
masjid Kauman
ini?
Melalui diadakannya
selapanan atau pengajian
mingguan.
103
FOTO DOKUMENTASI
Wawancara dengan Bapak Miftachussurrur selaku takmie masjid
Wawancara dengan Bapak Shihabuddin selaku pengurus bidang imaroh
104
Gambar masjid Kauman kota Magelang
Kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ)
105
Kegiatan di bulan Ramadhan membagi takjil gratis
Kegiatan mengaji semaan al-Qur’an di masjid Kauman diikuti oleh bapak-
bapak
106
Kantor Pengurus Masjid Kauman kota Magelang
107
SATUAN KREDIT KEGIATAN (SKK)
Nama : Oki Wariati Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Nim : 23010150180 Dosen PA : Badrus Zaman, M. Pd. I.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1. Seminar Nasional dengan tema
“Pemuda, Peradaban Islam, dan
Kemandirian”
2 September
2015
Peserta
8
2. Seminar Nasional dengan tema
“Jenderal Sudirman Inspirasi
Anak Bangsa”
11 November
2015
Peserta
8
3. Seminar Nasional dengan tema
“Muslimah Sejati Bertabur
Inspirasi”
29 November
2015
Peserta
8
4. Seminar Nasional dengan tema
“Nasionalosme sebagai Benteng
dalam Menghadapi Proxy War
di Indonesia”
16 Mei 2016 Peserta
8
5. Seminar Nasional Administrasi
Negara dengan tema “Harmoni
Keberagaman Indonesia”
4 November
2017
Peserta
8
6. Seminar Nasional dengan tema
“Tantangan Lembaga Dakwah
Kampus dalam Mencetak
Generasi Mahasiswa Muslim
yang Moderat dan Cinta NKRI
di Perguruan Tinggi”
7 Mei 2018 Peserta
8
7. Seminar Nasional dengan tema
“Peran Media dalam
Menghadapi Tahun Politik”
29 September
2018
Peserta 8
8. SIBA atau Pengayaan Bahasa
Arab
3 Juni 2016 Peserta
6
9. SIBI atau Pengayaan Bahasa
Inggris
30 Juni 2016 Peserta
6
108
10. Pendidikan Pers Mahasiswa
Tingkat Dasar LPM DinamikA
28 – 30
Oktober 2016
Panitia
6
11. SK Penyelenggara Journalism
Festival Nomor: B-
3020/In.21/KM.03.01/09/2017
9 September
2017
Panitia
6
12. SK Pengangkatan Pengurus
LPM DinamikA masa bakti
2017
27 Februari
2017
Pengurus
6
13. Seminar Nasional dengan tema
“Hedonisme”
1 Maret 2017 Panitia
6
14. Pelatihan Jurnalistik Tingkat
Lanjut LPM DinamikA dengan
tema “Peran Pers Mahasiswa
dan Pertarungan Wacana”
21 – 25 April
2017
Panitia
6
15. SK Pengangkatan Pengurus
LPM DinamikA masa bakti
2018
29 Januari 2018 Pengurus
6
16. Pelatihan Jurnalistik Tingkat
Lanjut LPM DinamikA dengan
tema “Aktualisasi Militansi
Pers Mahasiswa”
28 April- 01
Mei 2016
Peserta
5
17. Pendidikan Pers Mahasiswa
Tingkat Dasar LPM DinamikA
dengan tema “Revolusi Persma
Tonggak Kritis Progresif”
30 Oktober
2015
Peserta
4
109
18 IBTIDA‟ LDK Fathir Ar-
Rasyid
29 Oktober
2016
Peserta
4
19 Pelatihan Kepramukaan
19-21 Juli 2018 Peserta 4
20. OPAK Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan dengan tema
“Integrasi Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus
Edukatif Humanis dan
Religius”
13 Agustus
2015
Peserta
3
21. Sertifikat OPAK FTIK tahun
2015
13 Agustus
2015
Peserta
3
22. Library User Education
21 Agustus
2015
Peserta
3
23. Diskusi Terbuka dengan tema
“Indonesia Kaya, Kok Miskin?”
26 September
2015
Peserta
3
24 Seminar Pendidikan dengan
tema “Menciptakan Metode
Pendidikan Agama Islam yang
Ideal dalam Proses
Membebaskan dan
Memerdekakan Manusia”
12 November
2015
Peserta
3
25. Seminar dan Bedah Film
dengan tema “Menggugah Jiwa
Nasionalisme Pemuda di Era
Moderenitas”
14 November
2015
Peserta
3
26. Diskusi dan Bedah Buku Fiqih
Toleransi dengan tema “Fiqih
Abad Pertengahan dan
Relevansi Kebhinekaan”
15 Februari
2017
Peserta
3
110
111
112
113
114