resume kristalografi
TRANSCRIPT
KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
· Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.
· Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
· Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.
· Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
1. Sistem-sistem Kristalografi
1. Sistem Reguler
(Cubic = Isometric = Tesseral = Tessuler)
Ketentuan:
Sumbu : a = b = c
Sudut : a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
Cara Menggambar:
Ð a- / b+ = 300
a : b¯: c = 1 : 3 : 3
Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam Nama kristal Hexahedron.
Dengan contoh mineral Galena (PbS), Emas (Au), Pyrite (FeS2) dan Halite (NaCl).
2. Sistem Tetragonal
(Quadratic)
Ketentuan:
Sumbu : a = b ¹ c, Sudut : a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut
bentuk Columnar Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout.
Cara menggambar:
Ð a + / b-- = 30o
a : b : c = 1 : 3 : 6
Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS)
3. Sistem Hexagonal
Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
Sumbu a : = b = d ¹ c, Sudut : b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal /
lateral dan membentuk Ð 600.
Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.
Cara menggambar:
Ð a+ / b¯ = 170
Ð b+ / d¯ = 390
b : d : c : = 3 : 1 : 6
Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
4. Sistem Trigonal
(Rhombohedral)
Ketentuan
Sumbu : a = b = d ¹ c Sudut : b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200
Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal, perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan pada . contoh mineral Gypsum (CaSO4 2H2O)
5. Sistem Orthorombic
(Rhombic = Prismatic = Trimetric)
Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut a = b = g = 900
Cara menggambar: Ð a- / b+ = 300 a : b : c = 1 : 4 : 6
Gambar sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachi Makro Basal Pinacoid dengan contoh mineral Barite(BaSO4)
6. Sistem Monoklin
(Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik = Monoclinohedral)
Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut : a = g = 900 b ¹ 900
Cara menggambar
Ð a- / b + = 450 a : b : c = 1 : 4 : 6
Sb c adalah sumbu terpanjang, Sb a adalah sumbu terpendek
Gambar sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8)
7. Sistem Triklin
(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)
Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut : a ¹ b ¹ g ¹ 900
Cara menggambar:
Ð a+ / c¯ = 450 Ð b- / c + = 800 a : b : c = 1 : 4 : 6
Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramiddengan contoh mineral Kyanite (Al2O SiO4)
2. Kelas Simetri
Klas Simetri
Pengelompokkan dalam Klas Simetri didasarkan pada:
1. Sumbu Simetri
2. Bidang Simetri
3. Titik Simetri atau Pusat Simetri
1. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalu pusat kristal, dimana apabila kristal tersebut diputar sebesar 360 derajat . dengan garis tersebut sebagai poros putarannya,maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan seperti semula.
2. Bidang Simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain.
3. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)
Pusat Simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).
Pusat Simetri selalu berhimpit dengan pusat kistal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri.
4. Penentuan klas simetri
4.1. Menurut Herman Mauguin
SISTEM REGULER
Bagian I : Menerangkan nilai sb a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘m’ menunjukkan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
q Bagian II : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian II selalu ditulis: 3 atau 3
q Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
SISTEM TETRAGONAL
q Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simteri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini dinotasikan :
q Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
q Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
SISTEM HEXAGONAL DAN TRIGONAL
q Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin ) dan ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini dinotasikan :
q Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
q Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada
SISTEM ORTHOROMBIC
q Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebut .
Dinotasikan :
q Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini dinotasikan :
q Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simteri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Dinotasikan :
SISTEM MONOKLIN
q Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
SISTEM TRIKLIN
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
q Mempunyai titik simetri Klas Pinacoidal
q Tidak mempunyai unsur simetri Klas Assymetric 1
4.2 Menurut Schoenflish
SISTEM REGULER
q Bagian I: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
· kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan huruf O (Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron.
· kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron.
q Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut mempunyai:
SISTEM TETRAGONAL, HEXAGONAL, TRIGONAL, ORTHOROMBIC, MONOKLIN, dan TRIKLIN
q Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada 2 kemungkinan:
· Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.
· Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata Cyklich.
q Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
q Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
· Bidang simetri horisontal (h)
· Bidang simetri vertical (v) dinotasikan h
· Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
· Bidang simetri horisontal (h) dinotasikan h
· Bidang simetri vertical (v)
Kalau mempunyai:
· Bidang simetri vertical (v) dinotasikan v
· Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
· Bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d
Rock Forming Mineral
Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming Minerals )
Minerals adalah bahan atau senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, padat, mempunyai komposisi, dan mempunyai sturuktur dalam/kristal tertentu. Sedangkan bedanya dengan mineraloid ialah tidak mempunyai struktur dalam/kristal tertentu (amorf). Menurut W.T Huang (1962) komposisi mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu:
I. MINERAL UTAMA (Essensial Mineral)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat menentukkan dalam penamaan batuan. mineral utama dapat dilihat dari deret bowen series(1928).
Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk yang bersifat basa.
Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.
Continuous branch [deret kontinyu]
Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis
dipergunakan. Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya kalsium di alam bebas.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada plagioklas [plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].
Discontinuous branch [deret diskontinyu]
Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam deret diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma. Bowen menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa larutan magma, membentuk pyroxene. Jika pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite [sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah mengkristal, yang berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk mineral.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim [selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya. Tulisan ini saya ambil darihttp://apitnoparagon.wordpress.com/2010/01/21/deret-reaksi-bowen-bowens-reaction-series/.
Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu,
I.I Mineral Felsik ( mineral-mineral berwarna terang )
Kelompok Plagioklas ( Anortit, bitownit, Labradorit, Andesin, oligoklas, Albit)
kelompok Alkali Feldspar (ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)
Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit)
Kuarsa
Muskovit
Kelompok plagioklas dan kelompok alkali feldspar sering disebut kelompok feldspar. catatan : Tidak semua mineral felsik berwarna terang tetapi ada mineral felsik yang berwarna gelap yaitu, obsidian. Mineral yang berwarna terang disebabkan banyaknya kandungan SiO2 dan jarang mengandung Fe dan Mg
I.2 Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap)
Olivin (Forsterite dan Fayalite)
Piroksen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu Orto Piroksen (Piroksen tegak) dan klino piroksen (piroksen miring). Orto piroksen antara lain; Enstatite dan Hypersten. Klino piroksen antara lain; Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin, Spodemen, Jadeit.
Amfibol (Hornblande, Labprobolit, Riebeokit, Glukofan)
Biotit.
II. Mineral Tembahan ( Accessory Minerals)
Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara laian : ZIRKON, MAGNESIT, HEMATIT, PYRIT, RUTIL APATIT, GARNET,SPHEN.
III. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral utama. contoh dari mineral sekunder antara lain; SERPENTIN, KALSIT, SERISIT, KALKOPIRIT,
MINERALOGI FISIK
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai
pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai bahan
bukan ormanik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui
walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
L. G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam
dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Sifat-sifat fisik dari mineral :
Warna (Colour)
Perawakan kristal (Crystal habit)
Kilap (Luster)
Kekerasan (Hardness)
Gores (Streak)
Belahan (Cleavage)
Pecahan (Fracture)
Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
13
Berat jenis (Specific gravity)
Rasa dan bau (Tasteand odour)
Kemagnetan
Derajat ketransparanan
Nama mineral dan rumus kimia
II.1. Warna (colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan
(refleksi).
Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan
warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama
allochromatic.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
Chlorite - Hijau..............Cholor (greak)
Albite - Putih...............Albus (latin)
Melanite - Hitam.............Melas(greek)
Erythrite - Merah ...............Erythrite
(greek) (sel darah merah)
Rhodonite - Merah Jambu...Erythrite(greek)
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Intan – tak berwarna – hexagonal
Graphite – hitam – hexagonal
c. Pengotoran dari mineral
Mineral : Silica tak berwarna
Jasper – merah
Chalsedon – coklat hitam
Agate – asap/putih
II.2. Perawakan kristal (crystal habit)
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral
akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya
tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral
kedalam sistem kristalografi.
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan
kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri
tetap mineral.
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).
Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu :
A. Elongated habits (meniang/berserabut)
Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Menjarum (acicular) :
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Menjaring (Reticulate) :
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring
Membenang (filliform) :
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Menjari (radiated) :
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
B. Flattened habits (lembaran tipis)
Membilah (bladed) :
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan
antara lebar dengan tebal sangat jauh
Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu
jauh.
Membata (blocky) :
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan
lebar hampir sarna.
C. Rounded habits (membutir)
Mendada (mamilary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like)
Membulat (colloform):
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
II.3. Kilap (luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral,
yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi).
Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks
bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga
dapat ditentukan dari kilapnya contohnya batubara.
Macam-macam kilap :
a. Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama
dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.
b. Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks bias
antara 2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)
c. Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang
dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari mineral ini biasanya tak
berwarna atau berwarna muda.
Macam-Macam Kilap bukan logam :
1. Kilap Kaca (Vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.
2. Kilap intan (adamantile luster)
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
3. Kilap Lemak (greasy luster)
4. Kilap Sutera (silky luster)5. Kilap Mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang berbentuk lembaran dan
menyerupai mutiara.
6. Kilap Tanah (earthy luster) Kilap buram (dull luster)
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak
dippntulkan kembali.
II.4. Kekerasan (hardness)
Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan
(straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan
permukaan mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs yang sudah diketahui
kekerasannya.
Misal :
kuku jari manusia H = 2,5
kawat tembaga H = 3
pecahan kaca H = 5,5
pisau baja H = 6
kikir baja H = 6,5
lempeng baja H = 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
II.5. Gores (streak)
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan penting untuk
membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keeping
porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara
menumbuk sampai halus menjadi tepung.
II.6. Belahan (cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastis dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan selalu sejajar
dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari
struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil, yang
setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari kualitas permukaan
bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
Sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya
yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain bidang belahannya.
Contoh : calcite
Baik (good) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata, tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang
belahannya.
Contoh : feldspar
Jelas (distinct) ialah apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas,
tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : staurolite
Tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat,
tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : beryl
Tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak terlihat arah
belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh : apatite
II.7. Pecahan (fracture)
Apabila suatu mineralmendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang.
Contoh : quartz
Hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi.
Contoh : copper
Even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan masih mendekati bidang dasar.
Contoh : muscovite
Uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahannya
kasar dan tidak teratur.
Contoh : calcite
Splintery ialah pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh : kaoline
I.8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkakan,
penghancuran dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
brittle ialah apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
Contoh : calcite
sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi
tepung.
Contoh : gypsum
malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : gold
ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila
dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula.
Contoh : silver
flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
Contoh : olivine
I.9. Berat jenis (Specific gravity)
Berat jenis merupakan berat dari suatu zat yang terkandung didalam suatu mineral
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara uji sample di laboraturium terhadap mineral
tertentu dengan cara mengukur kadar zat yang terkandung di dalam mineral tersebut.
I.10. Kemagnetan
Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui dalam
beberapa,jenis mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Paragmagnetik
Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan (tidak
menyeluruh).
Contoh : Limonit (FeO2).
2. Diagmagnetik
Apabila didalam tubuh suatu mineral sama sekali tidak terkandung sifat kemagnetan.
Contoh : Batubara (C).
3. Magnetik
Apabila seluruh bagian dari tubuh mineral mengandung sifat kemagnetan. Contoh :
Hematite (Fe2O3).
I.11. Derajat ketransparanan
Merupakan salah satu parameter atau acuan untuk menentukan apakah mineral-
mineral yang diamati memiliki unsur kristal didalamnya.
Derajat ketransparanan terdiri dari beberapa macam,diantaranya :
1. Opaque
Suatu mineral dikatakan opaque apabila mineral tersebut tidak memiliki system
kristal,sehingga nampak gelap (tidak tembus pandang),
2. Gelas
Suatu mineral dikatakan gelas apabila mineral tersebut mempunyai system kristal,
Sehingga bagian belakang dari mineral nampak jelas terlihat apabila dipandang dari
bagian depan mineral (trasparan).
Mineralogi Kimiawi
MINERALOGI OPTIK
Mineralogi Optik: Cara Deskripsi Mineral pada Nikol Sejajar
Cara deskripsi mineral pada Nikol Sejajar
Secara umum sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan menggunakan Nikol Sejajar terbagi menjadi dua, yaitu:
Sifat-sifat optis yang berhubungan dengan sumbu-sumbu kristalografi, seperti bentuk, belahan, pecahan, dan retakan.
Sifat-sifat optis yang berhubungan dengan sumbu-sumbu sinar pada kristal, seperti warna, relief, pleokroisme, dan relief.
Selain sifat-sifat optis diatas, ada pula sifat-sifat optis lain yang dapat dideskripsi, seperti bentuk mineral, ukuran mineral, inklusi, dan ketembusan cahaya.
Ketembusan Cahaya
Berdasarkan sifatnya terhadap cahaya, mineral-mineral terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
Mineral yang tembus cahaya (transparent)
Mineral yang tidak tembus cahaya (opaque)
Apabila dilihat di bawah mikroskop, mineral transparent akan berwarna bening dan cerah, sedangkan mineral opaque kenampakannya di bawah mikroskop berupa butiran berwarna hitam, dimana cahaya tidak menembus mineral.
Ukuran Mineral
Ukuran mineral dapat ditentukan dengan cara melihat besar medan pandang yang terlihat, kemudian memperkirakan besar mineral yang terlihat. Besarnya medan pandang dapat diukur dengan menggunakan mistar dan meletakkannya di bawah lensa, kemudian lihat garis-garis satuan millimeter pada penggaris yang terlihat di bawah lensa okuler. Apabila besar medan pandang adalah 4 mm, dan ukuran mineral hingga setengah dari medan pandang, maka dapat diperkirakan ukuran mineral adalah 2 mm. Hal ini lebih mudah dilakukan apabila telah difasilitasi oleh lensa okuler berskala. Ukuran mineral dapat ditulis dalam mm atau cm
Bentuk Mineral
Pengamatan bentuk mineral dilakkan dengan melihat atau mengamati bidang batas / garis batas pada mineral. Bentuk dari mineral terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
Euhedral, apabila suatu kristal dibatasi oleh bidang kristal itu sendiri. Biasanya terdapat pada mineral yang sifatnya monomineral. Untuk jenis euhedral terbagi menjadi dua, yaitu tabular atau prismatic.
Subhedral, apabila suatu kristal dibatasi oleh sebagian dari bidang-bidang kristalnya sendiri.
Anhedral, apabila suatu kristal tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri.
Gambar : (Atas) Bentuk Kristal Subhedral pada Piroksen dan Anhedral pada Hornblende. (Bawah) Bentuk Kristal Euhedral, Subhedral dan Anhedral pada Piroksen
Belahan
Belahan merupakan kecenderungan suatu kristal untuk membelah dalam arah tertentu. Belahan pada mineral dapat dilihat kenampakannya berupa garis-garis seperti sayatan yang teratur dan menerus pada arah tertentu pada bidang belahannya. Suatu mineral tertentu dapat terdiri dari satu belahan, dua belahan, tiga belahan, empat belahan, enam belahan, atau tidak ada belahan sama sekali. Untuk mineral muskovit umumnya memiliki belahan satu arah, mineral kuarsa tidak memiliki belahan, hornblende dan biotit umumnya memiliki dua belahan, dan kalsit memiliki tiga belahan. Namun karena pengamatan di bawah mikroskop sedikit sulit diamati untuk mineral yang memiliki tiga belahan karena kenampakannya yang dua dimensi, maka umumnya mineral kalsit hanya dideskripsi memiliki dua belahan.
Pecahan
Pecahan merupakan kecenderungan suatu mineral untuk pecah. Pecahan pada mineral terbagi menjadi dua, yaitu even dan uneven. Kenampakan pecahan pada mineral di bawah mikroskop polarisasi dapat dilihat berupakan retakan dengan warna yang tidak tembus cahaya. Pecahan dapat memotong arah belahan ataupun sejajar dengan arah belahan suatu mineral.
Warna
Kenampakan warna yang terlihat pada suatu mineral atau batuan pada hand specimenhasilnya akan berbeda dengan kenampakan yang terlihat di bawah mikroskop polarisasi. Suatu mineral atau batuan pada hand specimen yang berwarna bening atau pucat, apabila dilihat di bawah mikroskop maka kemungkinan mineral atau sayatan dari batuan tersebut akan terlihat berwarna. Umumnya pengamatan yang dilakukan pada Nikol Sejajar menunjukkan warna yang homogen pada seluruh bagian mineral.
Pleokroisme
Pleokroisme merupakan perubahan warna pada mineral apabila meja objek pada mikroskop diputar. Untuk mineral-mineral yang memiliki sistem kristal isometrik, apabila dilihat di bawah mikroskop dan meja objek diputar, maka kenampakannya akan sama dan warna tidak berubah. Berbeda dengan sistem kristal selain isometrik, apabila meja objek diputar maka warna akan berubah. Perubahan warna tersebut akan terlihat dua atau tiga warna yang berbeda tergantung pada sayatan mana yang akan diamati. Pleokroisme dapat ditentukan nilainya, yaitu rendah, sedang, atau tinggi.
Relief
Relief menunjukkan tinggi rendahnya bidang batas kristal. Relief kristal akan tinggi apabila bidang batas kristal terlihat tegas dan di bawah mikroskop, serta permukaannya yang kasar. Untuk relief sedang kenampakannya terlihat dari bidang-bidang batas yang tipis dan permukaannya yang cukup halus, dan relief rendah kenampakan bidangnya tidak terlihat jelas.
Inklusi
Inklusi merupakan mineral pengotor atau material asing yang terkumpul pada permukaan mineral yang tertangkap di dalam kristal. Inklusi dapat berupa mineral-mineral berukuran kecil yang berbeda jenis, atau dapat berupa mineral impurities dari magma. Inklusi dapat diamati di bawah mikroskop Nikol Sejajar apabila terdapat perbedaan antara mineral utama dengan inklusinya, seperti perbedaan warna, perbedaan batas kristal, dan perbedaan relief.
Indeks Bias
Harga indeks bias tergantung dari sistem kristal yang terdapat pada suatu mineral. Untuk mineral dengan sistem isometric, hanya terdapat satu harga indeks bias (zat isotropik), sedangkan untuk sistem kristal selain isometric terdapat lebih dari satu harga indeks (zat anisotropik).
Indeks bias pada pengamatan mikroskop dengan Nikol Sejajar ditentukan dengan perbandingan nilai indeks bias mineral yang diamati dengan indeks bias balsam Kanada yang merekatkan mineral pada kaca preparat. Caranya adalah dengan mendekatkan meja mikroskop ke arah lensa. Apabila ketika meja mikroskop didekatkan dan mineral tampak membesar dari sebelumnya, maka indeks bias mineral < indeks bias balsam. Sebaliknya, apabila tampak mengecil, maka indeks bias mineral > indeks bias balsam.
Nama Mineral
Setelah mendeskripsi semua sifat-sifat optis yang penting dalam deskripsi mineral optik secara Nikol Bersilang, haruslah menulis nama mineralnya, agar dapat mengetahui sifat-sifat optis dari mineral-mineral tertentu.