resume klmpok 5

Upload: irvan-putra

Post on 12-Jul-2015

353 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

OBLIGASI DAN PENILAIAN OBLIGASIA. OBLIGASI 1. Pengertian Obligasi Obligasi atau bond, adalah surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan kewajiban untuk membayar kepada bond holder (pemegang obligasi) sejumlah bunga tetap yang telah ditetapkan sebelumnya. Obligasi merupakan salah satu bentuk surat berharga yang saat ini sangat marak beredar dalam kegiatan pasar modal di Indonesia. Obligasi adalah kontrak keuangan atau suatu perikatan yang berisi janji. Obligasi merupakan surat yang berisi janji di mana salah satu pihaknya (principal atau penerbit) bisa berupa perusahaan maupun pemerintah. Janji dalam obligasi merupakan janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam obligasi memuat janji bahwa dalam utang tersebut akan diberikan bunga yang bentuknya tergantung pada kesepakatan, apakah bunga mengambang atau bunga tetap. Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada ytanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi. Dengan demikian, secara umum pada hakikatnya obligasi adalah surat tagihan utang atas beban tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan obligasi. Obligasi dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dimasukkan ke dalam penegrtian efek. Obligasi biasanya dijual di pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah setiap saat. Obligasi adalah satu sekuritas yang berdasarkan pada IOU dari penerbitnya. Obligasi ini tidak menawarkan hak istimewa kepada pemilik perusahaan.

1

Contohnya, 10 tahun obligasi AT & T memberikan hak untuk menerima pembayaran kupon atau bunga secara periodik dan pokok atau face value pada saat jatuh tempo. Pemegang obligasi tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan di perusahaan. Banyak obligasi adalah Fixed-Rate Bond atau sekuritas yang berpendapatan tetap karena perjanjian pembayarannya berbentuk kontraktual dan tetap sepanjang waktu. Bagaimana pun beberapa obligasi membayar dalam bentuk variabel income dan mengacu pada Floating-Rate Bond. Jangka waktu obligasi tidak terlalu lama dan tidak terdapat risiko kebangkrutan, secara umum risiko dari obligasi itu tergolong rendah dengan return yang rendah pula. Biasanya obligasi kurang liquid daripada saham dan umumnya relatif tinggi cashflow secara periodik (untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi). Perbedaan yang mendasar antara obligasi dan utang piutang biasa adalah utang piutang biasanya orang perorang, atau lembaga dengan orang perorangan secara individual, ataupun antara pemberi pinjaman berhadapan dengan satu peminjam perusahaan lainnya. Sementara itu, obligasi lebih bersifat antara satu peminjam dengan sekelompok pemberi pinjaman yang jumlahnya bisa ratusan, ribuan, atau puluh ribuan. Kerena sifatnya yang demikian maka unsur penawaran umum (public offering) menjadi ciri utama penerbitan dan pemasaran obligasi. Dengan demikian kreditur dalam obligasi berjumlah sangat abnyak dan tersebar luas. Ini bukan berarti penawaran obligasi harus dilakukan dengan penawaran umum, karena dapat saja suatu obligasi dilakukan melaui private placement, seperti halnya penawaran atas saham. 2. Karakteristik Obligasi Dalam dunia investasi portofolio, istilah obligasi bukanlah istilah asing. Ia merupakan surat berharga tanda bukti utang. Namun, untuk membedakan dengan surat utang yang berumur pendek atau menengah, yaitu surat utang dengan jangka waktu di bawah lima tahun, umumnya obligasi memiliki jangka waktu atau masa jatuh tempo yang panjang, yaitu minimal lima tahun. Pertama, ia memiliki klaim terhadap aset dan pendapatan perusahaan. Klaim terhadap aset berarti jika perusahaan yang menerbitkan obligasi itu diterpa musibah dan

2

bangkrut, maka pemegang obligasi mendapatkan hak pertama untuk didahulukan ketika terjadi penjualan aset. Sedangkan klaim terhadap pendapatan berarti pemegang obligasi memiliki hak terlebih dahulu daripada dividen pemegang saham umum maupun saham preference. Kedua, obligasi selalu memiliki nilai nominal atau nilai pari (par value). Nilai nominal ini selalu tertera dalam lembar obligasi. Ketiga, setiap penerbitan obligasi selalu disertai dengan adanya kupon dengan tingkat suku bunga tertentu. keempat adalah bahwa obligasi memiliki masa jatuh tempo, dengan masa jatuh tempo minimal lima tahun. Ada obligasi yang masa jatuh temponya 10 tahun, 15 tahun, bahkan 30 tahun. Kelima, obligasi memiliki indenture yakni kontrak antara pihak penerbit obligasi dengan wakil pemegang obligasi. Pihak yang menjadi wakil pemegang obligasi disebut wali amanat. Kontrak itu berisi hak dan kewajiban penerbit dan pemegang obligasi termasuk nilai nominal (par value), kupon (coupon), masa jatuh tempo, dan sebagainya. Selain itu, biasanya dalam kontrak juga berisi daftar ketentuan atau batas-batas ketentuan yang dirancang untuk melindungi pemegang obligasi, antara lain menyangkut: larangan penjualan piutang perusahaan; batasan pembayaran dividen; larangan pembelian atau penjualan aktiva tetap perusahaan; dan batasan penarikan pinjaman tambahan. Keenam, obligasi selalu memiliki current yield (tingkat penghasilan saat ini) yakni rasio pembayaran bunga tahunan (kupon) terhadap harga obligasi. Ketujuh, obligasi selalu memiliki peringkat obligasi, misalnya AAA, AA+, AA-, BBB+, dan sebagainya. Peringkat ini mencerminkan risiko yang terkandung dari obligasi tersebut. Peringkat AAA merupakan peringkat yang tertinggi. Peringkat AA+, AA-, BBB+, dan seterusnya menunjukkan peringkat yang semakin rendah. Semakin tinggi peringkat obligasi, biasanya semakin rendah tingkat bunga yang ditawarkan. Demikian pula sebaliknya. Proses pemeringkatan dilakukan oleh lembaga independen yang disebut lembaga pemeringkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat antara lain proporsi

3

modal terhadap utang, profitabilitas perusahaan, tingkat kepastian dalam meraih pendapatan, dan besar kecilnya perusahaan. Maka kesimpulannya, karakteristik utama obligasi ini terbagi atas beberapa, yaitu sebagai berikut: a) Nilai nominal (Nilai pari), adalah nilai nominal yang ditetapkan atas obligasi. b) Nilai Intrinsik, adalah merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi. Diperoleh dari hasil estimasi nilai saat ini (PV) dari semua aliran kas obligasi dimasa yang akan datang. c) Suku Bunga Kupon, merupakan suku bunga tahunan yang ditetapkan atas obligasi. d) Peringkat Obligasi, penilaian atas resiko obligasi yang mungkin terjadi kemudian e) Suku Bunga Mengambang, suku bunga ditentukan selama periode tertentu (enam bulan), setelah itu disesuaikan setiap 6 bulan berdasarkan suku bunga pasar. f) Suku Bunga Nol, merupakan obligasi yang tidak membayar bunga tahunan. g) Tanggal Jatuh Tempo, merupakan umur obligasi dimana nilai nominal obligasi harus dibayar. h) Provisi Penarikan, merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang memberikan hak kepada penerbit untuk menebus obligasi pada jangka waktu tertentu sebelum tanggal jatuh tempo normal. Besarnya provisi penarikan lebih tinggi dari nilai nominalnya, selisihnya disebut premi penarikan. Besarnya premi penarikan sama dengan bunga satu tahun jika obligasi ditarik selama tahun pertama. Besarnya premi akan menurun pada tingkat yang konstan sebesar INT/N setiap tahun sesudahnya. i) Dana Pelunasan, premi dana pelunasan merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang mengharuskan penerbit untuk menarik sebagian dari obligasi setiap tahun. j) Indenture, perjanjian legal antara perusahaan penerbit obligasi dengan dewan wali atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau pembeli obligasi. k) Tingkat penghasilan sekarang, rasio pembayaran tahunan terhadap harga obligasi di pasar.

4

Dengan mengetahui karakteristik obligasi, maka investor bisa mengetahui seberapa besar return yang akan dihasilkan serta memilih obligasi apa yang cocok dan sesuai dengan karakternya. 3. Jenis-jenis Obligasi Sekuritas pasar modal meliputi instrumen-instrumen yang lebih besar dari satu tahun dan isntrumen-instrumen yang tidak memiliki masa jatuh tempo. Secara umum, pasar ini terjadi karena adanya instrumen yang berisi sekumpulan aliran kas yang dijanjikan, atau menawarkan partisipasi untuk mendukung profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Dalam sekuritas pasar modal ini terdapat dua macam instrumen yaitu fixed income securities dan equity income securities. Fixed income securities terbagi dua kategori besar yaitu: Government Bond Seperti T-Bills, US Treasury Notes dan US Teasury Bond adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam utang pemerintah. Pembayaran kuponnya bersifat semi-annual. Ketika diterbitkan, US Treasury Notes memiliki masa jatuh tempo 2 (dua) sampai 10 (sepuluh) tahun dan US Treasury-Bond memiliki masa jatuh temponya lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Jenis-jenis obligasi pemerintah yaitu pertama, Callable Bond yang biasanya dibeli kembali oleh penerbitnya pada harga tertentu di masa yang akan datang. Kedua, Federal Agency Bond. Ketiga, Municipal Bond, yang diterbitkan oleh pemerintah lokal untuk mendanai highways, sistem perairan pendidikan dan capital project lainya. Ada 2 (dua) tipe Multicipal Bond yaitu General Obligation Bond dan Revenue Bond. (Levy 40-41). Corporate Bond Corporate Bond adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemlik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Perusahaan yang menerbitkan obligasi disebut

5

debitur, sedangkan investor yang membeli obligasi disebut kreditur. (Timothy and Joseph 408). Jenis-jenis Corporate Bond adalah: a. Secured Bonds Secured Bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh sejumlah asset. b. Mortgage Bonds Mortgage bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh asset riil (bukan dalam bentuk finansial). c. Unsecured Bonds (Debentures) Unsecured bonds adalah obligasi yang penerbitannya tidak memiliki jaminan. Pembayaran sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan dari perusahaan penerbit untuk memberikan bunga yang dijanjikan dan membayar pokok pinjaman sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Jika terjadi gagal bayar, maka pemegang obligasi akan menjadi unsecured creditors. Investor tidak memiliki hak atas harta perusahaan. d. Convertible Bonds Convertible bonds adalah salah satu jenis obligasi yang memiliki kekhususan. Obligasi ini dapat dikonversi ketika terdapat keputusan pemilik obligasi menjadi sejumlah sekuritas lain yang diterbitkan oleh perusahaan yang sama. Biasanya sekuritas lain tersebut adalah common stock. e. Variable-Rate Bonds Obligasi yang memberikan pembayaran kupon yang bervariasi mengikuti frekuensi bunga yang berlaku di pasar atau market rate index. f. Purtable Bonds Putable bonds adalah obligasi yang dapat dicairkan sebelum jatuh tempo sesuai dengankeputusan dari pemilik obligasi.

6

g. Junk Bonds Junk bonds biasanya dikenal dengan sebutan high-yield bonds, adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi yang berkategori investment grade. h. International Bonds International bonds adalah obligasi yang dijual di negara lain. Obligasi dapat diperdagangkan dalam satuan mata uang negara lain atau obligasi diperdagangkan di negara lain dalam mata uang perusahaan penerbit biasanya disebut Eurobonds. i. Super Long-Term Bonds Obigasi yang memiliki masa jatuh tempo lebih besar atau sama dengan 100 tahun. Jika disimak dari tingkat suku bunga yang diberikan, maka bisa dibedakan antara lain: Obligasi yang berbunga tetap (fixed rate bond) Telah ditetapkan sejak semula presentase bunga yang wajib dibayar perusahaan. Karena bunganya tetap, maka pergerakan harga obligasi di pasar sekunder pada umumnya mempunyai arah yang berlawanan dengan pergerakan suku bunga yang berlaku umum. Jadi obligasi dengan tingkat suku bunga tetap memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang dibayar secara berkala sepanjang masa berlakunya obligasi. Obligasi berbunga mengambang (floating rate bond) Berbadai cara dapat dipakai dalam menetapkan tingkat bunga mengambang, misalnya dikaitkan dengan tingkat bunga yang berlaku bagi deposito bebrapa Bank Pemerintah, atau dengan LIBOR, atau SIBOR. Namun, adakalanya tingkat bunga ditetapkan tetap untuk tahun pertama, dan mengambang untuk tahun-tahun berikutnya. Jadi, obligasi suku bunga mengambang memiliki kupon yang penghitungan besaran bunganya

7

mengacu pada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR atau SIBOr atau Euribor. Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond). Surat utang yang ikeluarkan dengan sedikit atau tanpa pembayaran bunga tahunan. Jadi, obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menrima secara penuh pokok utang pada saat jatuh tempo obligasi. Jika berdasarkan penerbitannya, obligasi terbagi atas empat, yaitu: Treasury bond Treasury bond diterbitkan oleh pemerintah pusat, bisa departemen keuangan atau bank Indonesia, sehingga tidak memiliki risiko kegagalan dan harga obligasi akan menurun jika suku bunga naik. Corporate bond Corporate bond diterbitkan oleh perusahaan dan memiliki risiko kegagalan jika penerbit obligasi memiliki masalah. Risiko kegagalan berbeda-beda pada perusahaan yang berbeda, tergantung dari karakteristik penerbit dan jangka waktunya. Semakin tinggi tingkat risiko kegagalan, semakin tinggi tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh penerbit. Municipal bond Municipal bond diterbitkan oleh pemerintah negara bagian dan local dan memiliki risiko kegagalan. Jika pemegangnya adalah penduduk setempat, dibebaskan dari pajak federal dan pajak negara bagian tersebut, serta memiliki suku bunga yang lebih rendah dari obligasi perusahaan, dengan risiko yang sama. Foreign bond Foreign bond diterbitkan oleh pemerintah asing atau perusahaan asing. Foreign bond dihadapkan pada risiko kegagalan, serta ada tambahan risiko jika diterbitkan dalam mata uang asing.

8

4. Risiko-risiko dalam Obligasi Risiko obligasi merupakan wanprestasi dari pembayaran bunga obligasi atau dalam prakteknya sering disebut kupon obligasi. Risiko obligasi terdiri atas tiga jenis, yaitu: Risiko Likuiditas Risiko ini melekat pada semua obligasi, obligasi pemerintah dan obligasi corporate. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuinya suatu obligasi diperdagangkan atau tidak mudahnya menjual suatu obligasi di pasar sekunder. Pasar sekunder obligasi tidak seramai pasar sekunder saham. Suatu obligasi menjadi likuid di pasar sekunder jika permintaan beli untuk obligasi itu cukup banyak atau memang ada pihak yang berperan sebagai market maker yang salah satu fungsinya adalah sebagai pembeli dan penjual stand-by untuk obligasi itu. Risiko Maturitas Risiko ini juga ada pada semua obligasi, tetapi terutama pada obligasi corporate dan berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi. Secara umum, semakin lama jatuh tempo suatu obligasi, semakin besar tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar risiko maturitas. Karena adanya risiko maturitas ini, obligasi corporate berjangka waktu lebih dari lima tahun jarang diterbitkan di Indonesia karena kurang diminati. Risiko Default Risiko default hanya ada pada obligasi corporate. Berbeda dengan ORI dan SUN yang dijamin oleh pemerintah sebagai pengutang, obligasi corporate tidak dijamin oleh pemerintah. Investor yang membeli obligasi corporate harus menyadari bahwa investasinya bisa tidak kembali jika sebelum obligasi jatuh tempo, corporate itu bangkrut. Risiko corporate bangkrut, sehingga obligasi dan bunganya menjadi gagal dibayar inilah yang dimaksud dengan risik default.

9

Risiko berikutnya adalah apabila emiten mengalami likuidasi, bubar, atau bahkan mengalami pailit. Apabila dikatakan likuidasi maka belum tentu artinya adalah pailit. Harus dibedakan antara likuidasi dan pailit. Untuk kepentingan likuidasi, eksistensi badan hukum ini harus dianggap ada. Hal inilah yang pada akhirnya menimbulkan terminology bahwa suatu perusahaan masih dalam proses likuidasi. Maksudnya adalah untuk memberikan eksistensi kepada badan hukum tersebut agar masih diakui keberadaannya untuk kepentingan verifikasi. Begitu sudah selesai, pada akhirnya perusahaan tersebut dapat bubar, baik secara de jure maupun de facto. Seperti yang diulas di atas, di mana obligasi sebagai alternative instrument investasi menarik minat banyak investor, baik individual maupun institusi. Dengan tingkat kupon yang tetap, berinvestasi di obligasi lebih menjamin pendapatan yang stabil selama jangka waktu investasi (masa jatuh tempo). Setiap investor pasti ingin mendapatkan keseimbangan antara risiko dan potensi keuntungan yang didapat. Ada beberapa risiko dalam berinvestasi dalam obligasi, diantaranya: Interest-Rate Risk Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat bunga: Jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku bunga bermakna bahwa investor akan mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah harga beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi. Reinvestment Risk Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar dinamakan reinvestment risk.

10

Call Risk Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.

Default Risk Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan U.S Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.

Inflation Risk Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya jika investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan dikurangi.

Exchange-Rate Risk Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.

Liquidity Risk Liquidity atau marketable risk bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.

Volatility Risk Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk.

11

5. Peringkat Obligasi Pada tahun 1909 diperkenalkan peringkat obligasi oleh John Moody, pringkat obligasi mencakup penilaian atas resiko obligasi yang mungkin terjadi kemudian. Pialang pertama yang mengunakan peringkat obligasi adalah : Moodys standard and poors dan Fitch investor service. Peringkat Obligasi Dipengaruhi oleh: Proporsi modal terhadap utang Tingkat profitabilitas perusahaan Tingkat kepastian dalam menghasilkan pendapatan Besar kecilnya perusahaan Jumlah pinjaman subordinasi yang dikeluarkan perusahaan

Jika kita mengatakan bahwa semakin rendah peringkat suatu obligasi berarti semakin tinggi tingkat suka bunga yang dikenakan oleh para investor (pemegang obligasi), dan kita mendapati sebuah aplikasi dari Aksioma 1 : Imbal Balik Resiko dan Pengembalian - Jangan tambah resiko kecuali dengan kompensasi tambahan pendapatan. Peringkat obligasi (Standar and Poors), yaitu: AAA AA A Ranking tertinggi dari Standar and poors dan menunjukan kemampuan yang sangat kuat dalam membayar pokok dan bunga Obligasi yang dikualifikasikan sebagai obligasi berkualitas tinggi, dengan perbedaan sangat kecil dari AAA Obligasi yang memiliki kemampuan yang kuat untuk membayar pokok dan bunga walaupun mereka lebih rentan terhadap efek merugi dari perubahan situasi dan kondisi perekonomian BBB Obligasi yang dianggap memiliki kemampuan yang mencukupi untuk membayar pokok dan bunga, walaupun mereka biasanya menunjukan parameter perlindungan yang memadai, namun kondisi perekonomian yang merugi atau perubahan keadaan biasanya dapat melemahkan kemampuan membayar pokok dan bunga obligasi, dibandingkan kategori A.

12

BB B CCC CC C D

Obigasi pada peringkat BB, B, CCC, dan CC secara berturut-turut semakin rapuh kemampuannya, Obligasi yang masuk ke dalam peringkat ini mulai bersifat spekulatif dalam hal kemampuan perusahaan membayar bunga dan pokok pinjaman Peringkat C disediakan untuk obligasi pendapatan dengan tidak ada bunga dibayar Obligasi dengan peringkat D sudah dianggap gagal, dengan pembayaran bunga maupun pokok mengalami kemacetan

Plus (+) atau minus (-) untuk menyediakan indikasi yang lebih mengenai kualitas kredit, peringkat AA ke BB bisa dimodifikasikan dengan menambah tanda plus dan minus untuk menunjukan posisi relatif di antara kategori peringkat utama.

B. PENILAIAN OBLIGASI Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau negara. Jangka waktu obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek yaitu satu tahun, ada juga yang jangka panjang yaitu 10 tahun. Bahkan ada yang namanya obligasi consol, yakni obligasi yang jangka waktu jatuh temponya tidak terbatas. Obligasi mempunyai ciri pembayaran bunga yang bersifat tetap untuk setiap periodenya. Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah sebagai berikut: 1. Nilai nominal (Par Value) Nilai nominal adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo. Misalnya suatu obligasi mempunyai nilai nominal sebesar 1 juta rupiah, maka pada saat jatuh tempo pemegang obligasi akan menerima uang pengembalian sebesar 1 juta rupiah (diluar bunga) 2. Kupon tingkat bunga

13

Kupon tingkat bunga adalah tingkat bunga (dalam persentase berdasarkan nilai nominal) yang akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi. Misalnya suatu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kupon tingkat bunga sebesar 20% yang akan dibayarkan setiap tahun selama 10 tahun. Pemegang obligasi akan memperoleh pembayaran bunga sebesar 20% X Rp. 1 juta = Rp. 200.000,00 setiap tahun selama 10 tahun. Periode pembayaran akan ditentukan oleh pihak penerbit obligasi, misalnya setiap 1 tahun sekali atau 6 bulan. 3. Jatuh tempo Jangka waktu atau jatuh tempo suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam satuan tahun. Pada saat jatuh tempo penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi pemegang obligasi sebesar nominalnya. Penilaian Obligasi Berdasarkan Aliran Kas Nilai suatu obligasi biasa dihitung sebagai present value dari aliran kas yang akan diterima dimasa mendatang oleh pemegang obligasi. Present value atau nilai sekarang dari tingkat suku bunga yang akan diterima kemudian serta nilai pari atau nilai jatuh tempo obligasi. Dengan menyusun arus kas ini, dan menggunakan tingkat pengembalian yang diinginkan investor sebagai tingkat diskonto, kita dapat menentukan nilai obligasi. Bunga dalam tahun t Vb = (1 + tingkat pengembalian)n

+

Nilai pari obligasi (1 + tingkat pengembalian)

=

1 1 (1+k)n i=1 (1+k)n

= I x PVIFAk,n + M x PVIFk,n

= I x [1-(1+k)-n] + M x (1+k)-nk

14

keterangan: Vb = nilai obligasi M = Pokok atau nilai nominal I = bunga kupon n = jatuh tempo k = tingkat tingkat keuntungan yang disyaratkan Contoh: Suatu obligasi memiliki nominal sebesar Rp. 1 juta, dengan kupon bunga sebesar 20% dibayarkan setiap tahun, dengan jatuh tempo 10 tahun. Misalkan tingkat tingkat keuntungan yang disyaratkan dari obligasi sejenis diperkirakan 20% per tahun. Hitung nilai obligasinya? Jawab: I Vb = 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00 = Rp 200.000,00 x PVIFA20%,10 + 1.000.000,00 x PVIF20%,10 = (Rp 200.000,00 x 4,1924) +(1.000.000,00 x 0,1615) = 838.480 + 161.500 = 999.980 = Rp. 1. 000.000,00 (pembulatan)

Dalam contoh tersebut nilai pasar (harga) obligasi sama dengan nilai nominalnya. Biasanya perusahaan pada saat menerbitkan obligasi akan menetapkan nilai nominalnya sedemikian rupa sehingga harga pasar akan sama dengan nilai nominalnya. Harga pasar obligasi tidak akan konstan sepanjang usia obligasi tersebut. Tingkat keuntungan yang disyaratkan (k) bisa berubah. Tingkat keuntungan yang disyaratkan tersebut merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas risiko dan premi risiko. Tingkat keuntungan yang disyaratkan = tingkat keuntungan asset bebas risiko + premi risiko Tingkat keuntungan asset bebas risiko dan premi risiko tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut ini:

15

1. Premi maturity Jangka waktu (jatuh tempo) yang berbeda menyebabkan perbedaan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi jatuh tempo, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. 2. Premi kebangkrutan Perusahaan yang mempunyai risiko kebangkrutan yang lebih tinggi akan meningkatkan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sebagai contoh, missal perusahaan menerbitkan obligasi. Setelah menerbitkan obligasi, perusahaan melakukan pinjaman lagi dengan jumlah yang sangat besar, sehingga menaikan tingkatutangnya. Semakin tinggi utang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutannya, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat. 3. Premi likuiditas Semakin likuid suatu asset, semakin rendah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Misalnya setelah menerbitkan obligasi, tiba-tibaterjadi krisis moneter yang akan mengakibatkan kesulitan likuiditas. Dalam situasi ini tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat. 4. Premi inflasi Secara umum, jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga akan meningkat, termasuk tingkat bunga investasi bebas risiko. Tingkat bunga nominal bias dituliskan sebagai berikut: Tingkat bunga nominal = tingkat bunga riil + inflasi Misal, setelah perusahaan menerbitkan obligasi, tingkat inflasi meningkat. Dengan demikian tingkat bunga bebas risiko juga meningkat, dan mengakibatkan kenaikan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk obligasi tersebut. Kembali ke contoh diatas, misal tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk obligasi tersebut (k) pada tahun berikutnya (tahun kesatu) berubah menjadi 25%. Nilai obligasi tersebut pada tahun kesatu bisa dihitung sebagai berikut: Vb = + + + = Rp. 826.843,5

16

Nilai pasar yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan nilai nominalnya. Karena obligasi tersebut menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang diinginkan, maka nilai pasar obligasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai nominalnya. Obligasi tersebut dikatakan dijual dengan diskon (discount). Diskon yang terjadi adalah: Diskon = Rp. 1.000.000,00 Rp. 826.844,00 =Rp. 173.156,00 Nilai obligasi akan meningkat bertahap sampai menyatu (converge) menjadi sama dengan nilai nominal pada saat jatuh tempo. Misalkan tingkat keuntungan pada tahun berikutnya bukannya meningkat, melainkan turun menjadi 15% nilai obligasi tersebut pada tahun kesatu adalah: Vb = + + +

= Rp. 1.238. 579,00 Nilai pasar yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai nominalnya. Karena obligasi tersebut menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang diinginkan, maka nilai pasar obligasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai nominalnya. Obligasi tersebut dikatakan dijual dengan premi (premium). Premium yang terjadi adalah: Premium = Rp. 1.238.579,00 Rp. 1.000.000,00 = Rp. 238.579,00 Sama seperti sebelumnya, nilai obligasi pada akhirnya akan menyatu (converge) ke nilai nominal obligasi tersebut. Table berikut ini menggambarkan perjalanan nilai obligasi, yang pada akhirnya menyatu (converge) ke nilai nominal obligasi. Kolom pertasma menunjukan periode (akhir periode), kolom kedua menunjukan harga obligasi jika bunga turun menjadi 15%, dan tetap

17

bertahan sampai jatuh tempo, kolom ketiga meunjukan harga obligasi jika tingkat diskonto obligasi tetap 20%, dan kolom terakhir menunjukan harga obligasi jika tingkat diskonto obligasi meningkat menjadi 25% dan tetap bertahan sampai jatuh tempo. Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Harga (15%) 1.238.579 1.224.366 1.208.021 1.189.224 1.167.608 1.142.749 1.114.161 1.081.285 1.043.478 1.000.000 Harga (20%) 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Harga ( 25%) 826.843 833.554 841.943 852.429 865.536 881.920 902.400 928.000 960.000 1.000.000

Terlihat bahwa premi atau diskonto cenderung mengecil, sampai akhirnya menjadi nol pada saat obligasi jatuh tempo.

18

Gambar berikut ini menunjukan perkembangan harga yang menuju konvergen ke nilai nominal.

Perjalanan harga obligasi jika kd naik menjadi 25%

Perjalanan harga obligasi jika kd tetap 20%

Gambar tersebut menunjukan pesan yang sama dengan table sebelumnya, yaitu premi atau diskonto akan semakin berkurang dan menjadi nol pada saat obligasii jatuh tempo. Yield To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield YTM adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang obligasi, jika obligasi tersebut dipegang sampai jatuh tempo (mature). I + M Vb n 2Vb + M 3 Keterangan: YTM = Yield To Maturity Misalnya jika ditawari obligasi dengan karakteristik kupon bunga 20%, nilai nominal Rp. 1.000.000,00, jangka waktu 10 tahun. Harga penawaran adalah Rp. 900.000,00. Kemudian disimpan hingga jatuh tempo, maka berapa tingkat keuntungan atau YTM investasi pada obligasi tersebut? Aliran kas pada persoalan diatas bisa dilihat sebagai berikut:

YTM =

19

900 ribu =

+ . +

+

Jika menerima tawaran tersebut, maka akan keluar kas sebesar Rp. 900.000,00 di awal periode. Kemudian kita akan menerima kas masuk sebesar Rp. 200.000,00, setiap tahun selama 10 tahun. Pada tahun kesepuluh kita akan menerima pokok pinjaman (nilai nominal) sebesar Rp. 1.000.000,00. Yield to maturity merupakan tingkat bunga yang menyamakan sisi kiri denga sisi kanan dalam persamaa diatas. Dengan menggunakan excel (fungsi IRR), kita bias memperoleh YTM sebesar 22,6%. Dengan kata lain, meskipun kupon bunga adalah 20% tetapi tingkat keuntungan yang efektif adalah 22,6% (lebih besar). Hal ini terjadi karena kita membayar Rp. 990.000,00 lebih rendah dari nilai nominalnya. Jika kita ngin menghitung YTM secara manual, misalnya menggunakan table, kita harus melakukan coba-coba (trial and error). Kita akan memasang tingkat dikonto, sedemikian rupa sampai akhirnya ditemukan tingkatdiskonto yang menyamakan sisi kiri dan sisi kanan. Sebagai contoh,, kita mulai dengan tingkat diskonto 22%. Dengan tingkat diskonto 22%, PV aliran sisi kanan adalah: PV = [ 200.000/ (1+0,22)1] + + [200.000/ ((1+0,22)10] + [1.000.000/ ((1+0,22)10] = 921.536,3 Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan sisi kiri (900.000). karena itu pembaginya harus diperbesar, agar present value yang diperoleh menjadi semakin kecil. Misalnya tingkat diskonto dinaikan menjadi 23%, maka PV aliran sisi kanan menjadi: PV = [ 200.000/ (1+0,23)1] + + [200.000/ ((1+0,23)10] + [1.000.000/ ((1+0,23)10] = 886.021,9 Sekarang jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan sisi kiri (900.000). tetapi kita tahu bahwa tingkat diskonto yang menyamakan sisi kiri dengan sisi kanan berada diantara22% dan 23%. Kita bias menggunakan teknik interpolasi untuk menemukan angka yang lebih tepat. Dengan menggunakan interpolasi, YTM ditemukan sebesar 22,6%. Hasil tersebut tidak jauh beda dengan perhitungan excel.

20

Dalam beberapa situasi, perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai hak untuk melunasi obligasi sebelum jatuh tempo. Jika tingkat bunga pasar turun, maka insentif untuk melunasi akan semakin besar. Sebagai contoh, jika obligasi diatas dengan tingkat bunga 20% per tahun. Kemudian pada tahun keenam tingkat bunga menurun menjadi 10%. Bagi perusahaan akan menguntungkan jika obligasi lama dilunasi, kemudian menerbitkan kembali obligasi yang baru. Obligasi yang baru membayar bunga sebesar 10% lebih kecil dibandingkan dengan bunga obligasi yang lama. Tingkat keuntungan yang diperoleh investor jika investor tersebut memegang obligasi sampai dilunasi, disebut sebagai Yield to call (YTC). Misalnya pada akhir tahun keenam perusahaan memutuskan untuk melunasi obligasi, dengan harga pelunasan sebesar 150% daqri nilai nominal. Kita membeli obligasi tersebut dengan harag Rp. 900.000,00 berapa yield to call yang akan diperoleh? 900 ribu = + . + +

Pada akhir tahun keenam investor akan menerima pelunaasan sebesar 150% dikalikan nilai nominal. Harga pelunasan biasanya ditetapkan lebih tinggi dibandingkan dengan harga nominal. Dengan menggunakan program spread sheet, YTC ditemukan sebesar 26,07% Dalam beberapa publikasi keuangan, seringkali ditemui istilah yield obligasi atau sering disingkat dengan yield saja atau current yield. Current yield dihitung sebagai berikut: Current Yield = bunga kupon harga pasar obligasi

Current yield bukan merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor obligasi. Tetapi current yield sering dipakai sebagai indicator tingkat keuntungan, misalnya untuk menghitung tingkat keuntungan yang disyaratkan atau dikaitkan dengan rating obligasi. Obligasi dengan Tingkat Bunga Setiap Semester

21

Beberapa atau kebanyakan obligasi membayar bunga tidak setiap tahun, tetapi beberapa kali dalam setahun. Biasanya obligasi membayar bunga setiap semester (setengah tahun). Perhitungan harga obligasi dengan bunga setiap semester pada dasarnya sama, tetapi ada beberapa penyesuaian: 1. Kupon bunga dibagi dua ( karena bunga dibayar setiap semester) 2. Jangka waktu obligasi dikalikan dua 3. Tingkat diskonto juga dibagi dua Berikut ini formula yang dipakai untuk menghitung obligasi dengan karakteristik seperti yang disebutkan diatas: Vb = x [1-(1+k/2)-nx2] + M x (1 x k/2)-nx2 k/2 Kembali pada contoh diatas, yaitu obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000 jagka waktu 10 tahun, kupon bunga 20% dan dibayar setiap semester. Berapa harga obligasi tersebut? Kupon bunga yang dibayarkan adalah Rp. 200.000,00 per tahun atau Rp. 1.000.000,00 per semester. Jangka waktu obligasi menjadi 2 X 10 = 20. Misalkan tingkat diskonto (kd) adalah 20%, maka nilai obligasi adalah PV = [100.000/ (1+0,1)1] + . + [ 100.000/ (1+0,1)20] + [ 1.000.000/ (1+0,1)20] = 1.000.000 Jika tingkat diskonto menjadi 25% pada tahub berikutnya, nilai obligasi adalah: PV = [100.000/ (1+0,125)1] + . + [ 100.000/ (1+0,125)18] + [ 1.000.000/ (1+0,125)18] = 824.004,1 Perhatikan nilai tersebut lebih kecil sedikit dibandingkan dengan nilai obligasi yang memakai bunga tahunan (826.843). hal tersebut te4rjadi karena proses pendiskontoan yang lebih sering. Risiko Tingkat Bunga

22

Tingkat bunga bisa berubah-ubah tergantung banyak factor. Sebagai contoh, jika inflasi meningkat maka tingkat bunga juga cenderung akan meningkat. Jika seorang investor membeli obligasi dengan tingkat bunga tetap (missal 20%) selam sepuluh tahun, maka ia akan menerima 20% pertahun selama sepuluh tahun. Jika tingkat bunga meningkat menjadi 30% pertahun, investor tersebut akan mengalami kerugian (karena hanya memperoleh 20%) dan sebaliknya. Hal yang sebaliknya akan terjadi dengan perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut (perusahaan tersebut mengalami keuntungan). Dengan kata lain investor tersebut mengalami risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk). Jangka Waktu Obligasi Eksposur terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa factor. Salah satu factor adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih panjang, ceteris paribus, mempunyai eksposur tingkat bung yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Sebagai contoh, missal ada dua obligasi yang sama-sama mempunyai kupon bunga sebesar 20% dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,00. Obligasi yang pertama (A) mempunyai jangka waktu lima tahun, sedangkan obligasi yang kedua (B) mempunyai jangka waktu 20 tahun. Misalkan tahun berikutnya tingkat bunga berubah menjadi 25%, 23%, 20% (tetap), 18% dan 15%. Table berikut ini menyajikan nilai kedua obligasii untuk tingkat diskonto yang berubah. Tingkat Diskonto 25% 23% 20% 18% 15% Obligasi A 881.920 926.552 1.000.000 1.053.801 1.142.749 Berbeda Obligasi B 802.306 871.642 1.000.000 1.107. 055 1.312.967

Harga Obligasi Jangka Panjang Dan Jangka Pendek Untuk Tingkat Bunga Yang

23

Interpretasi ekonomis yang mungkin adalah risiko obligasi B lebih besar dibandingkan risiko obligasi A. Sebagai contoh jika tingkat bunga meningkat menjadi 25% maka pemegang obligasi B akan mengalami kerugian sebesar 5% per tahun selama dua puluh tahun. Sementara pemegang obligasi A mengalami kerugian 5% pertahunnya hanya selama lima tahun. Sebaliknya jika tingkat bunga mengalami penurunan menjadi 15% maka yang terjadi sebaliknya. Karena itu harga berubah lebih drastic untuk obligasi B dibandingkan dengan untuk obligasi A. Obligasi Tanpa Bunga dan Obligasi dengan Kupon Bunga Obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh te,po. Obligasi tersebut dinamakan juga sebagai zero coupon bond atau zeroes. Obligasi tersebut berbeda dengan obligasi biasa yang dengan bunga, karena obligasi biasa membayarkan bunga setiap periode tertentu, sampai jatuh tempo. Formula untuk menghitung harga obligasi tanpa kupon adalah sebagai beikut: Vb = nilai nominal / (1 + r)n

Dimana r = tingkat bunga n = periode Sebagai contoh , PT A mengeluarkan obligasi tanpa bunga dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,00, jangka waktu 5 tahun. Jika tingkat diskonto yang relevan (kd) adalah 20% maka harga obligasi tersebut dihitung sebagai berikut PV = 1.000.000/ (1 + 0,2) 5 = Rp. 401.878,00 Obligasi tersebut mempunyai harga Rp. 401.878,00. Tingkat bunga yang akan diperoleh oleh pemegang obligasi jika obligasi tanpa bunga tersebut dipegang saat jatuh tempo adalah 20%. Dibandingkan dengan obligasi dengan bunga, apakah obligasi tanpa bunga lebih berisiko atau kurang berisiko? Kita bisa membandingkan obligasi tanpa bunga tersebut

24

deng obligasi yang membayarkan bunga 20% setiap tahun, dengan jangka waktu lima tahun. Misalnya ada dua jenis obligasi, yaitu (A): obligasi tanpa kupon bunga dengan nilai nominal Rp. 2.488.320,00, tingkat bunga 20%, kemudian (B): obligasi dengan bunga 20% pertahun nilai nominal Rp. 1.000.000,00. Keduanya mempunyai jangka waktu lima tahun. Harga pasar saat ini untuk keduanya sama yaitu Rp. 1.000.000,00. Misalnya suatu hari berikutnya, tingkat bunga pasar berubahmenjadi 25%, 23%, 20% (tetap), 18% dan 15%. Jangka waktu keduanya masih lima tahun (hanya berubah 1hari). Berapa harga obligasi tanpa bunga dan obligasi dengan bunga? Berikut table yang menunjukan harga obligasi: Tingkat Diskonto 25% 23% 20% 18% 15% Obligasi Tanpa Bunga 815.373 883.854 1.000.000 1.087.668 1.237.135 Obligasi dengan Bunga 865.536 915.896 1.000.000 1.062.543 1.167.608

Catatan: Harga obligasi tanpa bunga untuk 25% : 2.488.320 / (1+0,25)5 = 815.373 Dari tabel diatas nampak bahwa obligasi tanpa bunga lebih sensitive terhadap perubahan tingkat bunga. Perubahan harga obligasi tanpa bunga cenderung lebih drastic dibandingkan dengan perubahan harga obligasi dengan bunga. Obligasi tanpa bunga mempunyai risiko yang lebih tinggi, karena selama jangka waktu obligasi, obligasi tersebut tidak membayar dividen. Hal tersebut berbedadengan obligasi dengan bunga . pad obligasi dengan bunga, pemegang obligasi menerima bunga sebelum jatuh tempo, sehingga bisa mengurangi risiko yang ditanggung pemegang saham. Hubungan antara I, k, M, dan Vb

25

Hubungan antara bunga kupon (I), tingkat keuntungan yang disyaratkan (k), nilai nominal atau nilai jatuh tempo (M), dan nilai obligasi (Vb) dapat dirumuskan sebagai berikut: Jika I < k. maka Vb < M Jika I = k. maka Vb = M Jika I > k. maka Vb > M Pada waktu suatu obligasi memberikan bunga kupon dibawah tingkat keuntungan yang disyaratkan, obligasi akan banyak dilepaskna ke pasar sehingga nilainya cenderung turun. Sebaliknya, pada saat suatu obligasi memberikan bunga kupon di atas tingkat keuntungan yang disyaratkan, obligasi akan cenderung banyak diminati sehingga nilainya cenderung naik.

26

REKSA DANA DAN OPSIA. REKSA DANA 1. Pengertian Reksa Dana Seringkali untuk memperkecil risiko, pemilik modal perlu melakukan investasi yang menyebar pada berbagai alat investasi. Untuk investasi yang berhubungan dengan kegiatan pasar modal, alat yang diperdagangkan bisa berupa saham bias, obligasi pemerintah, obligasi swasta, dan lain-lain. Tentu akan sangat sulit jika harus memilih atau mengurus sendiri alat-alat investasi mana yang perlu diambil, oleh karena itu ada satu bentuk perusahaan investasi yang akan membantu investor dalam melakukan penyebaran invastasi tersebut. Perusahaan ini sering disebut dengan reksa dana atau mutual fund. Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dari definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksadana yaitu: a) Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi b) Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi; dan c) Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor.

27

Dengan adanya reksa dana, investor cukup dengan memiliki surat berharga yang diterbitkan oleh reksadana dan tidak perlu melakukan investasi pada berbagai macam surat berharga dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan khusus, yang tentunya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Reksa dana akan menerbitkan saham yang akan dijual kepada investor. Setelah dana dari investor ini terkumpul, kemudian dana tersebut akan diinvestasikan ke surat-surat berharga yang dianggap menguntungkan. Keuntungan yang nantinya diperoleh akan dibagikan kembali ke investor. Pada reksa dana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam. net asset value (NAV) reksa dana tersebut. Net asset value (NAV) yang merupakan nilai pada saat transaksi dilakukan (current value). Perhitungan NAV dilakukan setiap hari, sehingga selalu berubah disesuaikan dengan harga saham yang menjadi portofolio perusahaan reksa dana. Kekayaan reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administratur. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, dilihat dari sifatnaya, ada dua jenis reksa dana, yaitu a) Reksa dana terbuka (open-ended mutual fund); dan b) Reksa dana tertutup (close-ended mutual fund). Untuk reksa dana terbuka, saham yang sudah diterbitkan oleh reksa dana bisa ditarik/dibeli kembali. Besarnya nilai transaksi akan didasari pada net asset value (NAV). Sedangkan untuk reksa dana tertutup, jumlah surat berharga yang diterbitkan terbatas, dan surat berharga ini tidak bisa ditarik kembali oleh

28

perusahaan reksa dana. Bentuk transaksinya seperti saham biasa, jadi setelah transaksi di pasar primer, surat berharga ini akan diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham selain ditentukan oleh NAV juga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Di sini ada istilah premium dan diskon. Premium terjadi jika saham terjual di atas harga NAV, sedangkan untuk diskon adalah sebaliknya, yaitu saham terjual di bawah harga NAV. Selain kedua reksa dana tersebut di atas, ada reksa dana yang tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan apa yang disebut dengan unit penyertaan. Reksa dana ini berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Disebut Kontrak Investasi Kolektif (KIK) karena ada kontrak antara manajer investasi dan bank custodian yang mengikat unit penyertaan. Manajer investasi bertugas mengelola portofolio investasi sedangkan bank custodian bertugas melakukan penitipan kolektif. Kegiatan pokok yang dilakukan sama seperti reksa dana pada umumnya, yaitu mengumplkan dana dari masyarakat untuk kemudian diinvestasikan kembali dalam instrument pasar modal. Manajer investasi dan bank custodian harus mendapatkan izin usaha dari Bapepam. Tugas pokok dari manajer investasi adalah mengelola dana dari investor dengan menginvestasikannya dalam berbagai instrument yang ada di pasar modal, yang tentu saja kputusan investasi ini menggunakan analisis yang cukup. Sedangkan tugas pokok dari abnk custodian meliputi lembaga yang berfungsi sebagai lembaga penitipan dan pengamanan, melakukan perhitungan NAV dari jenis reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) dan mengumumkannya kepada masyarakat, serta melakukan pencatatan pembelian ataupun penebusan dan memberikan konfirmasi sebagai tanda bukti pembelian unit penyertaan. 2. Jenis-jenis Reksa Dana a) Berdasarkan karakteristiknya maka reksa dana dapat digolongkan sebagai berikut: Reksa Dana Terbuka adalah reksa dana yang dapat dijual kembali kepada Perusahaan Manajemen Investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme perdagangan di

29

Bursa efek. Harga jualnya biasanya sama dengan Nilai Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksa dana yang ada saat ini adalah merupakan reksadana terbuka. Reksa Dana Tertutup adalah reksa dana yang tidak dapat dijual kembali kepada perusahaan manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lain melalui mekanisme perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau dibawah Nilai Aktiva Bersihnya. b) Berdasarkan kebijakan investasi maka reksa dana dapat digolongkan sebagai berikut: Reksa Dana Pendapatan Tetap atau Reksa Dana Obligasi Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat utang. Banyak reksa dana yang mengkhususkan pada jatuh tempo sekuritasnya, mulai jangka pendek, menengah, sampai jangka panjang, atau mengkhususkan pada risiko kredit dari penerbitnya, mulai dari yang sangat aman sampai yang imbal hasilnya tinggi atau obligasi sampah (junk bonds). Reksa Dana Saham. Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas. Reksa Dana Campuran (Commingled Funds) Reksa dana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya. Reksa dana jenis ini hampir sama dengan reksa dana terbuka hanya saja bedanya, sebagai pengganti unit penyertaan, dana ini menawarkan unit-unit yang dibeli dan dijial pada nilai aktiva bersih. Reksa Dana Pasar Uang. Reksa dana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Biasanya reksa dana ini

30

menawarkan fitur penulisan cek, dan nilai aktiva bersih tetapi tetap pada $ 1 per saham, sehingga tidak terdapat implikasi pajak seperti keuntungan atau kerugian modal yang berkaitan dengan penebusan unit penyertaan. 3. Net Asset Value (NAV) Net Asset Value (NAV) atau NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa dana. NAB per saham/unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. 4. Manfaat Reksa Dana Reksa dana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu alternatif investasi yang menarik antara lain: a) Dikelola oleh manajemen profesional Pengelolaan portofolio suatu Reksa dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal. b) Diversifikasi investasi Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena dana atau kekayaan Reksa dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individu.

31

c) Transparansi informasi Reksa dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat. Pengelola Reksa dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin. d) Likuiditas yang tinggi Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksa dana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid. e) Biaya Rendah Karena Reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa. 5. Risiko Investasi Reksa Dana Untuk melakukan investasi Reksa Dana, Investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksa dana. 1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan

32

Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. 2. Risiko Likuiditas Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut. 3. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus

33

bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri. 4. Risiko Default Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat. B. OPSI 1. Pengertian Opsi Opsi adalah suatu hak bukan kewajiban untuk menjual atau membeli suatuasset dengan harga tertentu selama jangka waktu tertentu. Suatu opsi dapat dieksekusi atau tidak dan ini sangat tergantung atas pemegang opsi. Karakteristik utama suatu opsi adalah bahwa tidak mungkin memiliki nilai negatif, karena jika nilai opsi tersebut negatif, maka pemegang opsi tidak perlu mengeksekusi opsinya. Meskipun perdagangan opsi di Amerika telah berkembang sejak tahun 1800-an, namun satu model penilaian opsi secara formal belum muncul hingga tahun 1973. Baru pada tahun 1973, Fischer Black and Myron Scholes mempublikasikan karyanya yang selanjutnya dikenal sebagai Black-Scholes Option Pricing Model (OPM). Setiap atau transaksi opsi pasti merupakan salah satu dari opsi-beli (calloption) atau opsi-jual (put option). Opsi beli adalah hak untuk membeli barang tertentu dengan harga yang telah ditentukan, dan untuk jangka waktu tertentu. Sedang opsi jual memberikan hak kepada pemiliknya untuk menjual barang tertentu dengan harga tertentu selama jangka waktu yang telah ditentukan. Opsi terbentuk hanya melalui transaksi jual-beli; dengan demikian untuk setiap pemilik opsi pasti ada penjualnya. Penjual opsi menerima pembayaran premi atas opsi dari pembeli, sementara itu penjual harus menyerahkan hak kepada

34

pembeli opsi. Penjual opsi-beli menerima pembayaran premi dan sebagai gantinya, penjual memberikan hak kepada pembeli opsi-beli hak untuk membeli barang yang disepakati dengan harga tertentu dan hak tersebut akan berakhir untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan penjual opsi-jual menerima pembayaran premi dari pembeli dan menerima janji dari pembeli untuk membeli barang yang disepakati dengan harga tertentu dan hak tersebut akan berakhir untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian ada empat pihak dalam transaksi opsi, yaitu: a. Pembeli opsi-beli; memiliki hak untuk membeli barang tertentu, dengan harga dan jangka waktu tertentu. b. Penjual opsi-beli; menerima pembayaran dan berjanji akan menyerahkan barang tertentu, dengan harga dan jangka waktu yang telah ditentukan. c. Pembeli opsi-jual; memiliki hak untuk menjual barang tertentu, dengan harga dan jangka waktu yang telah ditentukan. d. Penjual opsi-jual; menerima pembayaran dan berjanji untuk membeli barang tertentu, dengan harga dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 2. Manfaat Opsi Perdagangan opsi akhir-akhir ini menjadi begitu populer karena opsi memberikan beberapa keuntungan. Pertama, beberapa investor melakukan perdagangan opsi untuk tujuan spekulasi terhadap perubahan harga saham atau sekuritas. Pada umumnya harga opi-beli maupun opsi-jual adalah lebih rendah daripada harga saham itu sendiri, dengan demikian hanya diperlukan sejumlah uang yang lebih sedikit untuk melakukan perdagangan opsi-beli maupun opsi-jual. Selain itu, harga opsi relatif lebih berfluktuasi jika dibandingkan dengan harga saham itu sendiri; dengan demikian memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan lebih besar melalui ivestasi pada opsi. Kedua, lembaga investasi seperti halnya reksa dana dana pensiun yang merupakan pelaku utama dalam pasar opsi, menggunakan opsi sebagai alat

35

untuk mempertahankan portofolio investasi mereka. Dengan perdagangan opsi memungkinkan mereka untuk menyesuaikan risiko dan tingkat keuntungan untuk keseluruhan investasi. Keuntungan lain perdagangan opsi adalah dapat menghemat komisi broker, karena komisi broker untuk opsi relatif lebih rendah daripada komisi broker untuk transaksi saham itu sendiri. Manfaat ketiga dari perdangan opsi adalah untuk menghemat biaya tranaksi dan menghindari pembatasan pasar sekuritas. Selain itu karena opsi menawarkan kontrak yang terstandar, memungkinkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara cepat dengan harga yang wajar. Opsi juga memberikan instant profit dan mengurangi risiko atas hilangnya keseluruhan investasi. 3. Prosedur Perdagangan Opsi Terdapat tiga pelaku utama di bursa opsi: pembentuk pasar market makers, broker utama dan petugas pembukuan. Pedagang yang melakukan transaksi untuk dirinya sendiri disebut juga dengan pembentuk pasar. Mereka cenderung hanya memfokuskan pada beberapa saham sehingga memiliki pengetahuan yang baik terhadap perilaku saham tersebut, dan menggunakan berbagai strategi perdagangan yang berbeda. Dari namanya sebagai pembentuk pasar, maka mereka mempunyai kewajiban melakukan transaksi untuk umum dengan selalu siap untuk membeli dan menjual opsi. Beberapa pedagang opsi berada jauh dari bursa opsi. Dalam perdagangan opsi, pedagang opsi diluar lantai bursa meminta broker utama yang berada di lantai bursa opsi untuk melakukan transaksi. Broker utama biasanya mewakili lembaga investasi. Mereka mendapat emisi atau gaji, dan tugas broker utama adalah untuk memperoleh harga terbaik dan melakukan transaksi secara cepat. Broker utama merupakan individu yang terlatih untuk bertindak dengan efisien. Perlu diingat bahwa pelaku bursa tidak dapat bertindak sebagai broker utama dan pembentuk pasar pada hari yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi pertentangan kepentingan antara kepentingan dirinya sendiri sebagai pembentuk pasar dan kepentingan investor yang diwakilinya.

36

Petugas pembukuan adalah individu yang menjembatani atau membantu broker utama melakukan pembukuan transaksi dan mempertahankan buku pesanan. Buku pesanan adalah merupakan daftar pesanan opsi yang siap untuk dieksekusi pada harga tertentu. Perlu diingat bahwa petugas pembukuan tidak boleh melakukan transaksi untuk dirinya sendiri, mereka yang membantu lancarnya arus transaksi. Selain ketiga pelaku utama tersebut, masih ada petugas bursa yang terdiri dari pelapor harga dan pengawas bursa opsi. Setiap kali terjadi transaksi, pelapor harga segera memasukkan invormasi ke dalam sistem pelaporan harga. Selanjutnya informasi ini muncul dalam sistem laporan keuangan sehingga pedagang diseluruh dunia dapat memperoleh informasi yang mencerminkan transaksi tersebut. Proses pencatatan dan pelaporan ini hanya memakan waktu beberapa detik saja. Dengan demikian pedagang di seluruh dunia akan mengetahui tingkat harga dan kuantitas dari opsi tertentu yang baru saja diperjualbelikan. Sementara itu pengawas bursa berfungsi untuk menjamin terjadinya proses transaksi secara sehat, mempertahankan kelancaran transaksi dan meyakinkan bahwa pelaku bursa opsi mengikuti peraturan bursa. Seorang pembeli opsi dapat meminta bantuan broker utama atau lembaga broker untuk melakukan transaksi. Kemudian lembaga broker menghubungi reprsentatif mereka di pasar opsi dan pembantu pembukuan menyampaikan pesanan kepada broker utama di lantai bursa opsi. Setelah menerima pesanan tersebut broker utama mengeksekusi pesanan dengan broker utama lainnya di lantai bursa opsi. Proses ini dapat berlangsung sangat singkat melalui telepon dan mungkin hanya memakan waktu dua sampai lima menit. Hal ini dimungkinkan karena adanya pembentuk pasar atau market makers yang selalu siap untuk melakukan transaksi. Di samping itu terdapat lembaga kliring yang tugas utamanya adalah menyelesaikan transaksi pembayaran dan menjamin terciptanya pasar yang efisien menjadi pembeli untuk setiap penjual dan penjual untuk setiap pembeli. 4. Faktor-faktor yang Menentukan Harga Opsi

37

Sekali lagi perlu diingat bahwa pembicaraan opsi ini hanya dititikberatkan pada saham atau sekuritas. Pada prinsipnya harga opsi di tentukan oleh saham yang di perjualbelikan dan persyaratan transaksi. Adapun faktor-faktor yang menentukan harga opsi adalah: a. Harga saham yang diperjualbelikan; b. Harga penyerahan atau striking price atas opsi yang bersangkutan; c. Waktu yang tersisa hingga jatuh tempo; d. Volatilitas harga saham yang bersangkutan; e. Tingkat bunga bebas risiko saat ini; dan f. Tingkat dividen atas saham yang bersangkutan. Empat faktor pertama sangat besar peranannya terhadap penentuan harga opsi sedangkan dua faktor terakhir kurang begitu penting. Dari keenam faktor tersebut, harga saham merupakan penentu harga opsi yang paling penting. Hal ini disebabkan karena jika harga saham adalah jauh di atas atau jauh di bawah harga penyerahan, maka faktor lain menjadi tidak begitu penting. Pengaruh ini akan tampak semakin jelas pada saat opsi itu berakhir atau pada tanggal jatuh tempo; pada saat itu hanya harga saham dan harga penyerahan saja yang menentukan nilai opsi sedangkan faktor lainnya tidak berarti sama sekali. Pada saat jatuh tempo, suatu opsi bernilai sebesar nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik opsi adalah selisih positif antara harga saham dan harga penyerahan atau striking price. Faktor ketiga yang menentukan nilai opsi adalah waktu yang tersisa hingga jatuh tempo. Semakin lama waktu yang tersisa, semakin besar nilai opsi baik opsi-jual maupun opsi-beli. Hal ini mudah dipahami karena bagi pemilik opsibeli mempunyai waktu tunggu yang cukup untuk mengeksekusi opsi-belinya dan berharap harga saham akan meningkat terus melebihi harga penyerahan. Begitu juga dengan pemilik opsi-jual, semakin lama waktu yang tersisa hingga jatuh tempo, berarti memberikan keleluasaan yang cukup untuk mengeksekusi opsi-jualnya dan berharap harga saham akan turun terus. Sebaliknya semakin pendek waktu yang tersisa hingga jatuh tempo, maka semakin rendah nilai opsi.

38

Volatilitas harga saham juga sangat menentukan nilai opsi, karena jika harga saham semakin berfluktuasi, maka semakin tinggi nilai opsi. Sebaliknya apabila harga saham relatif stabil, maka nilai opsi cenderung rendah. Volatilitas harga saham biasanya diukur dengan standar deviasi harga saham tersebut. Selain itu semakin tinggi tingkat keuntungan bebas risiko maka semakin rendah nilai opsi. Hal ini mudah dipahami karena apabila harga saham perfluktuasi sangat besar, maka pembeli opsi-beli bersedia membeli opsi dengan harga yang lebih tinggi. Pembeli berharap bahwa harga saham akan meningkat lebih tinggi lagi. Sementara itu nilai opsi akan semakin tinggi apabila tingkat bunga bebas risiko semakin rendah. Untuk mengingat kembali hubungan antara tingkat keuntungan bebas risiko dengan harga saham, lihat kembali konsep penilaian surat berharga pada bagian sebelumnya. Faktor terakhir yang menentukan nilai opsi adalah tingkat dividen dari saham yang bersangkutan. Jika saham yang bersangkutan tidak membagikan dividen, maka nilai opsi hanya ditentukan oleh kelima faktor tersebut. Namun demikian apabila saham yang bersangkutan membagikan dividen, maka cenderung akan menurunkan premium opsi-beli. Secara umum, semakin besar dividen atas saham yang bersangkutan maka akan semakin rendah harga opsibeli. 5. Opsi Beli (Call Option) Opsi beli adalah kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli (menjual) suatu aset tertentu pada tanggal tertentu (expiration/exercise date) dan pada harga tertentu (exercise/strike price). Hak akan digunakan oleh pemegang opsi jika posisinya menguntungkan dan tidak akan digunakan jika posisinya merugikan. Call option terjadi apabila pembeli (option buyer) di berikan untuk

membeli sejumlah saham tertentu dari perusahaan pada harga tertentu dalm periode dan tanggal tertentu. Suatu kontrak opsi biasanya meliputi empat hal yang dinyaatakan secara jelas, yaitu:

39

1. Sejumlah saham yang dapat di beli. 2. Nama perusahaan 3. Harga saham yang di berikan kepada pembeli hak dalam kontrak opsi disebut exercise price. 4. Tanggal jatuh tempo, yaitu jangka waktu hak pada suatu kontrak yang menyangkut kapan dimulainya suatu hak dan kapan berakhirnya. Perlu diperhatikan bahwa nilai suatu asset adalah sama dengan nilai pasar asset itu sendiri dan tidak tergantung dari harga belinya. Sementara itu laba atau rugi dari pembelian atau penjualan asset sangat tergantung atas harga belinya.

Pembayaran dan keuntungan dari pembelian opsi beli (long call).

6. Opsi Jual (Put Option) Opsi-jual adalah hak untuk menjual suatu barang pada harga yang telah ditentukan hingga jangka waktu tertentu. Seperti halnya opsi-beli, pembeli atau pemilik opsi-jual memiliki dua pilihan pada saat jatuh tempo yaitu mengeksekusi atau membiarkan opsi-jualnya kedaluwarsa. Jika pemegang atau pemilik opsi-jual mengeksekusi opsi-jualnya, maka mereka menyerahkan saham tersebut dan menerima pembayaran sebesar harga penyerahan. Dengan

40

demikian nilai opsi-jual pada saat jatuh tempo adalah sebesar nol, atau sebesar selisih antara harga penyerahan dan harga saham. Empat hal berikut biasanya dinyatakan secara jelas dalam tipe kontrak tersebut, yaitu: 1. 2. 3. Sejumlah saham yang dapat dibeli. Nama perusahaan saham dibeli. Harga pembayaran, umumnya harga yang ditetapkan (exercise price) , yaitu harga suatu instrument keuangan atau aset dapat dijual atau dibeli hak pada suatu kontrak. 4. Tanggal jatuh tempo, yaitu tanggal dimana hak kontrak dipertimbangkan habis masa berlakunya.

Pembayaran dan keuntungan dari pembelian opsi jual (long put).

7. Nilai Kontrak Opsi Kontrak opsi adalah mempertemukan antara suatu perkiraan harga dari pihak penjual ( penerbit opsi) dan pihak pembeli (pemegang opsi). a. Pada opsi beli (call option) In-the-money = harga kesepakatan (strike price) kurang dari harga saham pada saat transaksi.

41

At-the-money = harga kesepakatan sama dengan harga saham pada saat transaksi. Out-of-the-money = harga kesepakatan lebih besar dari harga saham pada saat transaksi. b. Pada opsi jual (put option) In-the-money = harga kesepakatan lebih besar dari harga saham pada saat transaksi. At-the-money = harga kesepakatan sama dengan harga saham pada saat transaksi. Out-of-the-money = harga kesepakatan (strike price) kurang dari harga saham pada saat transaksi. Near-the-money yaitu istilah yang digunakan baik pada opsi beli maupun opsi jual, untuk suatu harga kesepakatan yang mendekati harga nyata (harga aset acuan). 8. Strategi Kombinasi Opsi Pada bagian ini akan dibahas beberapa strategi kombinasi opsi yang memungkinkan memperkecil risiko dan memperbesar tingkat keuntungan. Ditampilkan pula bagaimana menggunakan kombinasi opsi untuk memperoleh keuntungan saat harga saham berfluktuasi. Terdapat tiga strategi utama yang biasa di tempuh oleh pelaku pasar opsi untuk memperbesar keuntungan dan memperkecil resiko. Pertama adalah dengan mempertahankan kombinasi opsi yang terdiri atas satu opsi dan satu opsi jual dengan haraga penyerahan yang sama dan jatuh tempo yang bersamaan. Strategi kedua adalah dengan cara membeli kombinasi opsi yang terdiri atas opsi beli dan opsi jual yang memilki jatuh tempo yang sama tetapi harga penyerahan opsi beli lebih tinggi dari pada harga saham sedangkan haraga opsi jual lebih rendah dari pada haraga sasham.

42

Strategi ketiga, yang biasa digunakan oleh para pelaku pasar opsi adalah dengan membeli satu opsi beli dengan haraga penyerahan yang rendah dan satu opsi beli dengan harga penyerahan yang tinggi, kemuadian menjual kedua opsi beli tersebut dengan harga penyerahan diantara harga penyerahan opsi beli tersebut. Tingkat strategi ketiga ini relative lebih rendah jika dibandingkan dengan strategi pertama sebgai konsekuensinya tingkat keuntungan potensial yang dapat diperoleh melalui strategi ketiga ini juga relative lebih rendah daripada timgkat keuntungan potensial strategi pertama. PENILAIAN OPSI DENGAN MODEL BlACK-SCHOLES Kembali perlu diingat bahwa harga opsi adalah merupakan fungsi dari harga saham, harga penyerahan, volatilitas harga saham, tingkat bunga bebas risiko, jangka waktu jatuh tempo, dan tingkat dividen. Oleh karena itu sangat penting untuk memformulasikan harga opsi secara matematis. Model matematis ini sangat memungkinkan investor untuk mengevaluasi berbagai strategi dengan mempertimbangkan faktor penentu harga opsi. Pada bagian sebelumnya hanya memfokuskan penilaian opsi pada saat jatuh tempo sedangkan harga opsi telah diketahui. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana menentukan harga opsi tersebut dengan mempertimbangkan berbagai faktor penentu. Berbagai model telah dikembangkan sejak dimulainnya transaksi opsi pada tahun 1973. Black-Scholes memperkenalkan model penilaian opsi untuk pertama kali dan hampir bersamaan dengan dimulainnya transaksi opsi. Adapun formula penilaian opsi yang dikenalkam oleh Black-Scholes tampak sangat sederhana. Harga opsi-beli (call option) secara teoritis dapat dinyatakan sebagai berikut: C = SN(d1) Xe-rtN(d2) di mana: d = + (3.1)

43

d2 = Adapun faktor-faktor tersebut adalah: S X e r t = harga saham = harga penyerahan (exercise price = striking price) = bilangan antilog e=2,7183 = tingkat bunga bebas risiko saat ini = waktu yang tersisa hingga jatuh tempo biasanya dinyatakan dalam satuan tahun. = volatilitas harga saham yang diukur dengan standar deviasi harga saham

N(dx) = fungsi kumulatif distribusi normal. Memang pada awalnya Black-Scholes hanya memperkenalkan model penilaian opsibeli. Namun demikian dapat juga model ini diterapkan untuk menentukan harga opsi-jual. Secara teoritis harga opsi-jual adalah: P = C S + Xe-rt (3.2)

Apabila harga opsi-beli (C) disubstitusikan kedalam persamaan tersebut maka akan diperoleh: P = SN(d1) Xe-rt N(d2) S+Xe-rt P = S [N(d1) 1] + Xe-rt[1 N(d2)] Jika kita memperhitungkan distribusi kumulatif untuk semua nilai dari minus tak terhingga sampai dengan plus tak terhingga maka nilai maksimumnya adalah sebesar satu. Dengan demikian misalkan d1 = 0,65, maka N(d1) adalah sebesar 0,7422 dan yang selebihnya (1-0,7422) = 0,2578 dari total area dalam kurva normal harus terletak pada nilai lebih besar dari 0,65. Sekarang terapkan prinsip distribusi normal kedalam persamaan. Karena distribusi normal adalah merupakan bentuk simetris, maka persentase

44

daerah kurva normal di atas nilai d1 harus terletak dibawah -d1. Sehingga secara total N(d1) + N(-d1) harus sama dengan satu. N(d1) + N(d2) = 1 N(d1) = 1 N(d2) [N(d1) 1] = N(d2) P = Xe-rt N(-d2) SN(-d1) (3.3)

Dari model Black-Scholes tesebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, model tersebut tidak memasukan pembayaran dividen atas saham biasa. Tentunya pembayaran dividen ini akan mengurangi harga opsi. Salah satu cara untuk menyesuaikan harga opsi apabila terdapat pembayaran dividen adalah cara mengurangi harga opsi dengan nilai sekarang atas pembayaran yang diharapkan hingga jatuh tempo. Kedua, model tersebut menggunakan satu bentuk lognormal untuk harga saham dan bukan menggunakan asumsi distribusi normal. Hal ini disebabkan karena apabila menggunakan distribusi normal, harga saham mungkin akan negatif sedangkan dalam kenyataan tidak mungkin terjadi. Dengan menggunakan distribusi lognormal, maka harga saham akan berkisar antara nol dan tak terbatas. Transaksi opsi ini berkembang sangat pesat tidak hanya opsi saham, tetapi mencakup opsi valuta asing, opsi indeks saham, futures option dan opsi swap yang dikenal dengan swaption. Bahkan opsi valuta asing kini perkembangannya mendominasi opsi lainnya. Manfaat opsi itu sendiri tidak hanya sebagai sarana untuk berspekulasi tetapi juga untuk melindungi nilai atau hedging. Investor dapat berspekulasi terhadap kenaikan harga aset: atau pasar akan bergairah dengan membeli opsi-beli, atau mengambil strategi bull spread. Tetapi jika diperkirakan terjadi penurunan harga aset atau pasar akan lesu maka investor dapat membeli opsi jual atau mengambil strategi bear spread. Selain itu masih banyak lagi kombinasi antara opsi-beli dengan opsi-jual seperti strip dan stap. Untuk memberikan gambaran misalkan harga saham saat ini adalah Rp. 72,- per lembar saham. Sementara itu opsi-beli yang akan jatuh tempo enam bulan kemudian dijual

45

dengan harga penyerahan Rp. 70,-. Anggaplah bahwa tingkat bunga bebas risiko tahunan adalah 7%. Standar deviasi tingkat keuntungan saham adalah 10% ( = 0.10). dengan data tersebut maka harga opsi-beli dapat ditentukan sebagai berikut: d = d = d = 0,8934 + 0,0353 d = 0,9287 d2 = d2 = d2 = 8580 Langkah berikutnya kita mencari nilai kumulatif distribusi normal berkaitan dengan d dan d2. Ini tidak lain adalah nilai distribusi normal dengan rata-rata nol standar deviasi sebesar satu yang akan memiliki nilai kecil atau sama dengan d dan d2. Dengn menggunakan tabel kumulatif distribusi normal, maka N(d ) atau N(0,9287) = 0,8231 dan N(d2) atau N(0,8580) = 0,8042 tentunya dengan pembulatan. Akhirnya kita menentukan harga opsi-beli adalah: C = SN(d1) Xe-rtN(d2) = 72(0,8231) 70(2,7183)-(0,07)(0,50) (0,8042) = 59,26 54,36 = Rp. 4,90. Bagaimana apabila harga saham turun menjadi Rp.71,- per lembar? Sedangkan faktor-faktor yang lain sama. Maka harga opsi-beli adalah sebesar: d = + + +

46

d = d = 0,6955 + 0,0353 d = 0,7308 d2 = d2 = d2 = 6600

+

Dengan menggunakan tabel kumulatif distribusi normal, maka N(d ) atau N(0,7308) = 0,7673 dan N(d2) atau N(0,6600) = 0, 7454 tentunya dengan pembulatan. Akhirnya kita menentukan harga opsi-beli adalah: C = SN(d1) Xe-rtN(d2) = 71(0,7673) 70(2,7183)-(0,07)(0,50) (0,7454) = 54,48 50,38 = Rp. 4,10. Dari kedua contoh tersebut tampak bahwa harga opsi-beli turun sebesar Rp. 0,80. Meskipun tidak persis sama namun apabila diperhatikan penurunan ini mendekati nilai delta satu atau N(d1). Dengan kata lain N(d1) menunjukkan besarnya perubahan harga opsi-beli sebagai akibat perubahan harga saham.

47

SEKURITAS DERIFATIV LANJUTAN, WARAN DAN RIGHTA. DERIVATIF 1. PENGERTIAN DERIVATIF Derivatif merupakan bentuk turunan dari sekuritas utama yang ada. Dalam dunia keuangan (finance), derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok atau juga disebut produk turunan (underlying product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok. Derivatif adalah sebuah istilah portofolio yang mengaitkan suatu kenaikan jumlah produk dan jenis-jenis produk dengan seperangkat penggunaan yang semakin membingungkan. Kelompok-kelompok orisinil dari produk yang dianggap sebagai derivatif telah diperluas untuk mencakup: jenis produk baru, klasifikasi produk baru, pasar-pasar baru, para pengguna baru, dan bentuk risiko baru. Dua klasifikasi terbesar dari derivatif adalah derivatif berbasis forward (forward-based derivatives) dan derivatif berbasis option (options-based derivatives). Sebenarnya masih banyak klasifikasi lainnya, yang mencakup strip dan mortgage-backed securities, tetapi yang terkenal adalah dua klasifikasi utama tersebut di atas. 2. PENGERTIAN TRANSAKSI DERIVATIF Suatu transaksi derivatif merupakan sebuah perjanjian antara dua pihak yang dikenal sebagai counterparties (pihak-pihak yang saling berhubungan). Dalam istilah umum, transaksi derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya tergantung pada diturunkan dari nilai aset, tingkat referensi atau indeks. Saat ini, transaksi derivatif terdiri dari sejumlah acuan pokok (underlying) yaitu suku bunga (interest rate), kurs tukar (currency), komoditas (commodity), ekuitas (equity) dan indeks (index) lainnya. Mayoritas

48

transaksi derivatif adalah produk-produk Over the Counter (OTC) yaitu kontrakkontrak yang dapat dinegosiasikan secara pribadi dan ditawarkan langsung kepada pengguna akhir, sebagai lawan dari kontrak-kontrak yang telah distandarisasi (futures) dan diperjualbelikan di bursa. Menurut para dealer dan pengguna akhir (end user) fungsi dari suatu transaksi derivatif adalah untuk melindungi nilai (hedging) beberapa jenis risiko tertentu.

B. RIGHT (BUKTI RIGHT) 1. DEFINISI RIGHT Sesuai dengan undang-undang Pasar Modal, Bukti Right didefinisikan sebagai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right juga dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder selama periode tertentu Apabila pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut maka akan terjadi dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan perusahaan. Bagi perusahaan publik (public company), akses untuk mendapatkan dana segar relatif lebih luas dibanding perusahaan tertutup (private company). Dikarenakan pemegang sahamnya adalah publik. Salah satu akses dana itu adalah berupa setoran modal baru dari pemegang saham. DIkarenakan pemegang sahamnya publik, maka akses dana itu tidak terbatas pada pemegang saham utama atau pendiri, tetapi juga pada pemegang saham publik, baik di dalam negeri maupun luar negeri, baik individu maupun institusi. Oleh karena itu, semakin besar jumlah pemegang saham, maka semakin luas pula akses dana yang dimiliki perusahaan. Bagi perusahaan publik yang sahamnya sudah tercatat dan diperdagangkan di bursa efek, teknik untuk mendapatkan setoran baru dari pemegang saham adalah dengan cara menawarkan saham baru secara terbatas kepada pemegang saham.

49

Cara ini lebih dikenal dengan nama penawaran umum (saham) terbatas (right issue). Artinya, perusahaan menerbitkan dan menawarkan saham baru hanya kepada pemegang saham yang tercatat. Soal apakah pemegang saham lama akan membeli atau tidak terhadap saham baru itu sepenuhnya adalah hak pemegang saham lama Setiap pemegang saham lama memiliki Hak untuk Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam right issue yang akan dilakukan. Hanya saja, tidak setiap investor memiliki minat yang sama untuk membeli saham tersebut. Ada investor yang berminat dan ada investor yang tidak berminat untuk membeli saham baru yang ditawarkan. Alasannya tentu bermacam-macam. Ada yang beralasan karena tidak memiliki uang cukup untuk membeli dan ada juga yang beralasan karena saham baru yang ditawarkan tidak menjanjikan keuntungan. Bagi yang tidak berminat harus disadari bahwa hal itu akan menyebabkan terjadinya efek dilusi yakni berkurangnya komposisi kepemilikan investor tersebut di perusahaan. Seperti disebutkan di atas, bahwa pemegang saham lama memiliki hak (right) untuk memesan efek terlebih dahulu. Namun, jika pemegang saham lama tidak membeli saham baru yang ditawarkan melalui right issue maka haknya bisa atau dapat dialihkan kepada orang atau pihak lain. Dalam praktik sehari-hari, hak investor itu berbentuk bukti right. Bukti right ini bisa dijual ke pasar. Pemegang saham lama bisa mendapatkan dana segar dari penjualan bukti right tersebut. Ini merupakan kompensasi terhadap dilusi yang dialami pemegang saham lama yang tidak menggunakan haknya. Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Right merupakan produk derivatif atau turunan dari saham. Kebijakan untuk melakukan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Sebab dengan pengeluaran saham baru itu, berarti pemodal harus mengeluarkan uang untuk membeli right. Kemudian uang ini akan masuk ke modal perusahaan. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat harus membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang

50

saham. Karena membeli right berarti membeli hak untuk membeli saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah melakukan pembelian saham. Dengan demikian, maka imbalan yang akan didapat oleh pembeli right adalah sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain. Ada risiko yang harus diterima oleh pemodal, baik mereka yang merealisasikan haknya atau tidak dalam right issue, yaitu risiko turunnya harga saham dan dividen per saham. Right atau Hak Memesan Efek Efek Terlebih Dahulu (HMETD) merupakan surat berharga yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarkan (exercise) menjadi saham biasa. HMETD diberikan kepada para pemegang saham sehubungan dengan proses pengeluaran saham baru atau dikenal dengan istilah right issue. Ketika right issue, maka pemegang saham lama (existing shareholder) memiliki hak untuk lebih utama (preemptive rights) atas saham baru yang dikeluarkan perusahaan. Skema ini bertujuan untuk menjaga agar pemegang saham alam tidak mengalami dilusi sehubungan dengan penerbitan saham baru. RIGHT ISSUE Harga saham yang ditentukan dalam bukti right untuk membeli saham baru dengan proporsi sesuai ketentuan, harganya ditentukan sama dengan atau di atas nilai nominal saham tetap di bawah harga pasar. Harga penebusan saham baru ini disebut exercise price atau subscription price. Dalam kaitannya dengan bukti right ada istilah Right Issue, yang dapat didefinisikan sebagai kegiatan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu.untuk penerbitan HMETD dibutuhkan persetujuan dari pemegang sahan mayoritas. Right Issue itu pun harus mendapatkan persetujuan efektif dari Bapepam.

ISTILAH PENTING YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIGHT: Beberapa hal penting yang berkaitan dengan right issue antara lain: 1. Cum date : adalah tanggal terakhir seorang investor dapat meregistrasikan sahamnya untuk mendapatkan hak corporate action. Membeli saham pada saat

51

periode cum-right maka akan diperoleh saham yang masih memiliki hak atas bukti right yang akan segera didistribusikan. 2. Ex-date : adalah tanggal dimana investor sudah tidak mempunyai hak lagi akan suatu corporate action. Saham yang diperoleh tidak lagi berhak atas right 3. DPS date : adalah tanggal dimana daftar pemegang saham yang berhak atas suatu corporate action diumumkan. 4. Tanggal pelaksanaan dan akhir rights : adalah tanggal periode right tersebut dicatatkan di bursa dan kapan berakhirnya. 5. Allotment date: adalah tanggal menentukan jatah investor yang mendapatkan rights dan berapa besar tambahan saham baru akibat right issue. 6. Listing date: adalah tanggal dimana penambahan saham akibat right tersebut didaftarkan di Bursa Efek. 7. Harga pelaksanaan: adalah harga pelaksanaan yang harus dibayar investor untuk mengkonversikan haknya ke dalam bentuk saham. Umumnya harga pelaksanaan right di bawah harga saham yang berlaku. Hal ini dimungkinkan sebagai suatu tarikan agar investor mau membelinya.

MANFAAT DARI BUKTI RIGHT: (a) Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang telah ditetapkan dengan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya. Hal ini memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan dengan membeli saham baru dengan harga yang lebih murah. Contoh: Jika seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200, dengan harga pelaksanaan (exercise price) Rp 1.500. Pada tanggal pelaksanaan harga saham perusahaan X diasumsikan melonjak hingga Rp 2.000 per lembar. Ia dapat membeli saham PT. X hanya dengan membayar Rp 1.700, yaitu Rp 1.500 (harga pelaksanaan) + Rp 200 (harga Right). Kemudian investor tersebut akan memperoleh keuntungan Rp 300 yang berasal dari Rp 2.000 Rp 1.700.

52

b) Bukti Right dapat diperdagangkan pada Pasar Sekunder, sehingga investor dapat menikmati Capital Gain, ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih besar dari harga belinya. f) RISIKO MEMILIKI BUKTI RIGHT: a) Jika harga saham pada periode pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaan, maka investor tidak akan mengkonversikan Bukti Right tersebut, sementara itu investor akan mengalami kerugian atas harga beli Right. Contoh: Seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200 dengan harga pelaksanaan Rp 1.500. Kemudian pada periode pelaksanaan, harga saham turun menjadi Rp. 1,200 per saham. Investor tersebut tentunya tidak akan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, karena jika ia melakukannya, maka ia harus membayar Rp 1.700 (Rp 1.500 harga pelaksanaan + Rp 200 harga right). Sementara itu jika ia tidak menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, maka ia mengalami kerugian Rp 200 atas harga Right tersebut. b) Bukti Right dapat diperdagangkan pada pasar sekunder, sehingga investor dapat mengalami kerugian (Capital Loss), ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih rendah dari harga belinya. C. DEFINISI WARAN Menurut Undang- undang waran adalah efek yang diterbitkan oleh sautu perusahaan, yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu dengan jangka waktu enam bulan atau lebih.

53

Waran adalah sekuritas yang memberi pemegang sekuritas hak, bukan kewajiban, untuk membeli saham langsung dari perusahaan dengan harga tertentu selama periode tertentu. Waran akan menyebutkan jumlah saham yang bisa dibeli, harga eksekusi, dan tanggal jatuh tempo. Waran biasanya diterbitkan bersama dengan obligasi. Biasanya waran bisa langsung dipisahkan dari obligasi itu sendiri dan bisa diperjualbelikan terpisah dari obligasi tersebut (menjadi sekuritas sendiri). Warran adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant tersebut. Warrant juga merupakan surat berharga yang memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli saham/surat berharga dari penerbit waran tersebut dengan harga tertentu. Waran biasanya merupakan instrumen jangka panjang, karena tanggal jatuh temponya umumnya lebih dari setahun. Waran mirip dengan opsi call/beli. Namun masa berlakunya waran biasanya tahunan, sedangkan masa berlakunya opsi call/beli biasanya bulanan. Lebih jauh lagi, waran biasanya diterbitkan dan dijamin oleh perusahaan, sedangkan opsi adalah instrumen pertukaran dan tidak diterbitkan oleh perusahaan. Waran adalah hak (bukan kewajiban) kepada pemiliknya untuk membeli saham biasa pada harga pelaksanaan (exercise price) tertentu dan jangka waktu tertentu. Biasanya waran diberikan secara cuma-cuma kepada pembeli saham yang baru diterbitkan tersebut. Waran ini dapat diperjualbelikan layaknya saham. Akan tetapi bila harga saham kedepan justru berada pada level dibawah harga IPO misal Rp 1500. Maka jangan wujudkan hak waran tersebut. Karena bila diwujudkan lalu ketika dijual akan membuat anda menjadi Rugi. Waran seperti halnya right adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya, obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun, setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.

54

Waran biasanya melekat pada saham sebagai daya tarik (sweetener) pada penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan lebih rendah dari pada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah. Periode perdagangan waran lebih lama dari pada bukti right, yaitu 3 tahun sampai 5 tahun. Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana pemilik waran mepunyai pilihan untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan. Contoh, PT MANCE menerbitkan obligasi dengan jatuh tempo 5 tahun. Setiap pemegang obligasi akan mendapatkan 2 waran. Selanjutnya, untuk setiap waran berhak membeli satu lembar saham sejak akhir tahun ke-3. Waran diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli obligasi atau saham yang diterbitkan emiten. Pada keadaan tertentu, misalnya pada saat suku bunga bank tinggi, tentu pemodal lebih suka menginvestasikan dananya ke bank. Kalau emiten menerbitkan obligasi yang memberikan bunga lebih tinggi dari