respon tanaman tomat pada frekuensi pemberian air

46
RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: bakti-priandi

Post on 26-Jul-2015

1.275 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI

DAN TARAF PEMBERIAN AIR

RISZKY DESMARINA

A24053423

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

RINGKASAN

RISZKY DESMARINA. Respon Tanaman Tomat terhadap Frekuensi dan

Taraf Pemberian Air. (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO D.

WIDODO).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat pemberian air

terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat. Penelitian dilaksanakan

di rumah kaca Faperta IPB, Cikabayan, Darmaga selama empat bulan dari

Desember 2008 hingga April 2009.

Penelitian menggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor yang

disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 3

ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air terdiri dari 2 hari sekali

(F1), 4 hari sekali (F2) dan 6 hari sekali (F3). Faktor kedua empat taraf pemberian

air ditambah dua kontrol yakni tanaman yang diberi jumlah air secara normal (K1)

dan tanaman yang tidak diberi air hingga stres air (K2), 25% kapasitas lapang

(P1), 50% kapasitas lapang (P2), 75% kapasitas lapang (P3), dan 100% kapasitas

lapang (P4).

Hasil penelitian menunjukkan semakin sering frekuensi penyiramannya,

tanaman tomat semakin baik pertumbuhan, perkembangan, hasil dan kualitas

buahnya. Semakin sedikit air yang diberikan pertumbuhan, perkembangan, hasil

dan kualitas semakin buruk. Frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan taraf

pemberian air 100% kapasitas lapang meningkatkan pertumbuhan, perkembangan,

hasil dan kualitas buah tomat. Frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan

hasil 78,7% pada frekuensi penyiraman 4 hari sekali dan meningkatkan 84,5%

pada frekuensi 6 hari sekali.

Page 3: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI

DAN TARAF PEMBERIAN AIR

Skripsi sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RISZKY DESMARINA

A24053423

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 4: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI

DAN TARAF PEMBERIAN AIR

Nama : RISZKY DESMARINA

NRP : A24053423

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS

NIP: 19620416 198703 1 001 NIP: 19620831 198703 1 001

Mengetahui,

Plh. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc

NIP: 19610202 198601 1 001

Tanggal Lulus :

Page 5: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 5 Desember 1987 di Bandar Lampung,

Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Patmardi Saleh dan Ibu

Yantina (Almh).

Tahun 1992 penulis mulai belajar di Taman Kanak-kanak (TK)

Darmawanita, Kedondong. Tahun 1993 penulis diterima di Sekolah Dasar (SD)

Negeri 4 Kotabumi selama 4 tahun, 2 tahun berikutnya penulis melanjutkan

sekolah di SD Teladan Metro. Penulis lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri I,

Kotabumi. Setelah lulus dari MTs pada tahun 2002, penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kotabumi dan lulus pada

tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswi di IPB pada Fakultas

Pertanian dengan program studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis pernah bergabung di UKM Gentra

Kaheman dan sempat aktif menjadi anggota Organisasi Mahasiswa Daerah

Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA). Selain itu, penulis juga aktif dalam

berbagai kepanitiaan.

Page 6: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon

Tanaman Tomat Terhadap Frekuensi dan Taraf Pemberian Air” ini dengan baik.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Patmardi Saleh, SE; Dra. Yantina (Almh) dan Marqodina, SE selaku orang

tua, adik tercinta Dian Ayu Marina, serta keluarga besar yang telah memberi

arahan, doa dan motivasi selama penelitian.

2. Dr. Ir. Adiwirman, MS sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Winarso D.

Widodo, MS sebagai dosen pembimbing II atas bimbingan, kesabaran,

motivasi dan waktunya.

3. Juang Gema Kartika, SP sebagai dosen penguji.

4. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi sebagai dosen pembimbing akademik.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini berguna bagi pembaca.

Bogor, September 2009

Penulis

Page 7: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

Latar Belakang ..................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................. 2

Hipotesis ............................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah dan Morfologi Tomat .............................................................. 3

Syarat Tumbuh Tomat.......................................................................... 3

Kebutuhan Air Tanaman....................................................................... 4

Cekaman Air........................................................................................ 5

Pengaruh Pemberian Air pada Tomat.................................................. 6

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu ............................................................................... 8

Bahan dan Alat .................................................................................... 8

Metode Penelitian................................................................................. 8

Pelaksanaan .......................................................................................... 9

Pengamatan .......................................................................................... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif .................................................. 11

Produksi dan Kualitas Buah Tomat ..................................................... 19

Brangkasan ........................................................................................... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

LAMPIRAN ..................................................................................................... 31

Page 8: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Persentase Kadar Air Tanah ............................................................. 11

Lampiran

1. Rekapitulasi Sidik Ragam .................................................................. 32

2. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi dan Taraf Pemberian Air

terhadap Bentuk Buah ...................................................................... 33

Page 9: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Perbandingan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman tiap Perlakuan ....... 12

2. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Tinggi Tanaman Tomat . 13

3. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Daun

Tanaman Tomat ............................................................................... 13

4. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Cabang

Tanaman Tomat ............................................................................. 14

5. Gejala Serangan Hama Kutu Putih ................................................. ... 15

6. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Tandan

Tanaman Tomat ............................................................................... 15

7. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Bunga

Tanaman Tomat ............................................................................. 16

8. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah

Tanaman Tomat ............................................................................... 17

9. Gejala Serangan Hama Nematode Bintil Akar ............................... 17

10. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Tandan Bunga

Tanaman Tomat ................................................................................ 18

11. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Bunga

Tanaman Tomat ................................................................................ 19

12. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Bobot Total Buah .......... 20

13. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah Tomat ..... 20

14. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Diameter Buah Tomat ... 21

15. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Rongga

Buah Tomat ...................................................................................... 21

16. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Bobot Buah Tomat ...... . 22

17. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Rongga

Buah Tomat ...................................................................................... 23

18. Pengaruh Frekuensi dan Taraf Pemberian Air terhadap Ukuran

Buah .................................................................................................. 24

19. Pengaruh Frekuensi terhadap Bobot Kering Akar

Tanaman Tomat .............................................................................. .... 25

Page 10: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Lampiran

1. Suhu Rumah Kaca Selama Penelitian ............................................. 34

2. Kelembaban Rumah Kaca Selama Penelitian ................................. 34

3. Perbedaan ukuran buah pada seluruh perlakuan ............................ 35

4. Bibit Umur 3 Minggu ...................................................................... 35

5. Pengambilan Sampel Tanah ............................................................ 35

6. Timbangan Analitik ........................................................................ 36

7. Pengovenan Sampel Tanah ............................................................. 36

8. Pengendalian Hama ......................................................................... 36

9. Penetrometer ................................................................................... 36

10. Hidrometer ...................................................................................... 36

Page 11: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas

bagi tanaman tomat. Kelebihan atau kekurangan air dapat menyebabkan tanaman

mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses

fisiologi dan fotosintesis yang akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas

buahnya. Perlakuan periode pemberian air, erat hubungannya dengan tingkat

ketersediaan air dalam tanah. Air yang tersedia dalam tanah akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan semakin baik dengan

pertambahan jumlah air namun, terdapat batasan maksimum dan minimum dalam

jumah air (Gould, 1974).

Bila ketersediaan air pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman

tidak terpenuhi, maka terjadi stres (cekaman). Stress air merupakan kondisi yang

menggangu keseimbangan pertumbuhan tanaman, yang dapat terjadi karena

kekurangan atau kelebihan air di lingkungan tanaman. Stress air terjadi ketika

tanaman tidak mampu menyerap air untuk menggantikan kehilangan akibat

transpirasi sehingga terjadi kelayuan, ganguan pertumbuhan bahkan kematian

(FAO, 2007).

Doorenbos dan Kassam (1979) menyatakan bahwa untuk mempercepat

pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman perlu penyiraman sesuai kebutuhan

tanaman. Trisnawati dan Setiawan (2008) meyatakan bahwa penyiraman

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: mengganti air yang telah menguap, memberi

tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman, dan mengembalikan kekuatan

tanaman.

Pertumbuhan tanaman akan meningkat, apabila ketersediaan air tercukupi.

Air yang cukup perlu untuk pembentukan buah dan periode pembesaran buah.

Saat fase vegetatif tanaman membutuhkan air dalam jumlah besar (Chozim dalam

Lestari, 2003).

Wudiri dan Henderson (1985) menyatakan bahwa air yang cukup dapat

meningkatkan hasil buah tomat sebesar 55–87%. Lestari (2003) mengemukakan

bahwa tanaman famili Solanaceae sangat rentan terhadap kekurangan dan

Page 12: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

kelebihan air selama masa pertumbuhan. Oleh karena itu perlu diketahui batasan

taraf pemberian air dan frekuensi pemberian air yang sesuai untuk tanaman tomat

agar dapat mempercepat pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat. Bila

hama dan penyakit menyerang tanaman tomat maka pertumbuhan menjadi lambat

dan akan menurunkan produksi buah.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi dan taraf

pemberian air terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat.

Hipotesis

1. Semakin tinggi frekuensi penyiraman, maka pertumbuhan tanaman, hasil dan

kualitas buah tomat semakin baik.

2. Semakin banyak jumlah air yang diberikan, maka pertumbuhan tanaman,

hasil, dan kualitas buah tomat semakin baik.

3. Terdapat interaksi perlakuan frekensi penyiraman dan taraf pemberian air.

Page 13: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah dan Morfologi Tomat

Tomat berasal dari Amerika Latin dan merupakan tumbuhan asli Amerika

Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan

siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan

keluarga dekat dari kentang. Ciri morfologi tanaman tomat adalah akar tunggang,

batang lunak, sedikit berkayu hingga mudah patah, daun majemuk dan bercelah

menyirip. Tomat merupakan bentuk hasil buah segar. Sifat- sifat fisik buah tomat

merupakan salah satu aspek mutu yang sangat penting diperhatikan, karena hal

tersebut dapat mempengaruhi besarnya harga jual buah tomat (Balitsa, 1997).

Batang bulat, menebal pada buku-bukunya, berambut kasar warnanya hijau

keputihan. Daun majemuk menyirip, letak berseling, bentuknya bundar telur

sampai memanjang, ujung runcing, pangkal membulat, helaian daun yang besar

tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, dan warnanya hijau

muda. Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai,

mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning. Buahnya berdaging, kulitnya tipis

licin mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya, warnanya kuning

atau merah. Bijinya banyak, pipih, warnanya kuning kecokelatan.

Syarat Tumbuh Tomat

Tanaman tomat tumbuh baik pada iklim yang sejuk dan kering, serta pH

tanah 5 sampai 6. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta

menghendaki tanah yang gembur dan subur. Temperatur yang tinggi dan hujan

berlebih menyebabkan penurunan kualitas tomat dan hasilnya. Tanaman tomat

tidak sensitif terhadap panjang hari dan tandan buahnya mampu tahan terhadap

panjang hari selama 7 sampai 19 jam (Gould, 1974). Menurut Sunarjono (2007)

musim tanam terjadi pada musim kemarau. Tomat lebih memuaskan ditanam

didaerah kering dan sejuk di pegunungan dari pada di dataran rendah, sehingga

ukuran buah jadi lebih baik.

Page 14: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Kebutuhan Air Tanaman

Air berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan

fotosintesis (Fitter dan Hay, 1994). Kebutuhan air tanaman (crop water

requiment) adalah besarnya jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk

berproduksi atau secara umum menunjukkan total evaporasi dari bahan yang

digunakan oleh tanaman. Kebutuhan air tanaman biasa disebut evapotranspirasi.

Besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi iklim, tanah, irigasi dan teknik

budidaya. Air yang masuk kedalam tanah dapat kembali ke udara dengan

penguapan langsung dari permukaan tanah atau melalui transpirasi oleh tumbuhan

(Arsyad, 1989).

Air yang dibutuhkan oleh tanaman diambil dari air dalam tanah melalui

sistem perakaran. Oleh karena itu ukuran akar, kerapatan akar, dan aktivitas akar

sangat berpengaruh dalam penyerapan air. Umumnya pada fase vegetatif tanaman

memerlukan air dalam jumlah besar (Doorenbos dan Kassam, 1979). Hal ini

bertentangan dengan Rudich and Luchinsky (1986) bahwa pada tanaman tomat

yang masih muda kebutuhan air masih sedikit, meningkat sedikit waktu tanam

berbunga, kemudian bertambah banyak dan mencapai maksimum pada waktu

mulai kematangan buah, karena pada saat itu luas daunnya maksimum. Konsumsi

air stabil selama pematangan buah tomat dan sesudah itu menurun lagi.

Menurut Handoko (1995) keadaan air tanah terdapat dua istilah ETp

(evapotranspirasi potensial) dan ETa (evapotranspirasi aktual). ETp adalah

evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan kapasitas lapang dan ETa terjadi pada

keadaan sebenarnya. Kapasitas lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh tanah

setelah kelebihan air gravitasi meresap kebawah, sedangkan titik layu permanen

merupakan kandungan air tanah pada saat tanaman diatasnya mengalami layu

permanen, yaitu tidak dapat dipulihkan kembali meskipun telah diberikan air yang

cukup (Soepardi, 1983).

Menurut Doorenbos (1998) ada dua konsep yang melatarbelakangi analisis

ETa yakni:

a. Hubungan antara tanaman dan air yang merupakan fungsi linear pada

umumnya relevan digunakan untuk menduga penurunan hasil tanaman ketika

tanaman mengalami stress air yang diakibatkan oleh cekaman air.

Page 15: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

b. Kekurangan air (cekaman air) yang terjadi pada saat fase kritis tanaman akan

mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar.

Status air pada tanaman tergantung pada kombinasi pengaruh beberapa

faktor yaitu tanah, atmosfir dan tanaman. Kehilangan air dari tanaman

dipengaruhi kelembaban relatif udara, luas daun, aktivitas stomata, dan

kemampuan tanaman dalam menyerap air dari tanah. Kebutuhan air seama

pertumbuhan mengikuti pola kurva sigmoid.

Cekaman Air Pada Tanaman

Chozim et al. (1994) mendefinisikan bahwa cekaman air yang terjadi bisa

karena kekurangan dan kelebihan air dilingkungan tanaman. Cekaman air lebih

dikenal dengan istilah kekeringan. Cekaman air pada tanaman bergantung dari

evaporasi dan ketersediaan air dalam tanah. Menurut Lestari (2003) istilah

kekeringan ada dua yakni berdasarkan meteorologi dan pertanian. Berdasarkan

meteorologi kekeringan terjadi apabila curah hujan atau jumlah air yang jatuh ke

tanah tidak sesuai yang diharapkan pada suatu wilayah yang cukup luas dalam

jangka waktu yang lama. Sedangkan dalam pertanian kekeringan merupakan

kondisi dimana terjadinya kekurangan air tanah akibat sedikitnya jumlah air dan

penyebarannya tidak rata sehingga menurunkan produksi pertanian. Besset et al.

(2001) menyatakan bahwa penurunan kadar air tanah tersedia lebih dari 50%

dapat menyebabkan penurunan hasil. Cekaman air mempengaruhi pertumbuhan

dan pembungaan tanaman.

Cekaman terjadi karena kurang suplai air di daerah perakaran dan atau laju

transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman (Dornbos et al., 1987). Apabila

cekaman berkepanjangan maka tanaman akan mati. Cekaman kekeringan

mempengaruhi pembukaan stomata, makin tinggi tegangan air akan mengurangi

pembukaan stomata (Sutoro et al., 1989).

Cekaman air berpengaruh dalam ekologi dan sistem pertanian. Reaksi

tanaman berbeda sesuai dengan fase pertumbuhan dan spesies tanaman (Chaves et

al., 2003). Cekaman atau stres air adalah segala perubahan lingkungan yang

mengakibatkan tanggapan tumbuhan menjadi lebih rendah dari pada tanggapan

optimum (Salisbury dan Ross, 1995). Cekaman air merupakan kondisi yang

Page 16: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

mengganggu keseimbangan pertumbuhan tanaman apabila terjadi kondisi

kekurangan air atau kelebihan air dilingkungan tanaman (Levitt, 1980). Cekaman

air menyebabkan stres oksidasi karena menghambat fotosintesis sebab

membutuhkan keseimbangan penangkapan cahaya dan pemanfaatannya (Foyer

and Noctor, 2004). Menurut Bray (1997) meskipun didalam media tersedia air

yang cukup, tanaman dapat mengalami cekaman apabila kecepatan absorsi lebih

lambat atau tidak dapat mengimbangi kehilangan air dari tanaman pada saat

proses transpirasi terjadi.

Cekaman air mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta

menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman (Yoshida,

1975). Efek langsung dari stres air terhadap fisiologi tanaman adalah dehidrasi

(Levitt, 1980). Dehidrasi secara terus menerus menyebabkan terhentinya

pertumbuhan dan pada akhirnya akan mencapai suatu kondisi yang tidak dapat

balik yang mengakibatkan kematian (Harjadi, 1996).

Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa cekaman air pada tanaman

terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang

berlebihan atau kombinasi faktor tersebut. Jika kecepatan absorbsi lebih rendah

dari transpirasi, maka akan terjadi cekaman air. Jika mengalami cekaman air,

tanaman mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh normal.

Pengaruh Pemberian Air Pada Tomat

Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa air berguna bagi tanaman sebab air

sebagai pelarut unsur hara dan bagian dari sel-sel tanaman, karena air merupakan

bagian dari protoplasma. Air merupakan faktor pembatas yang sangat penting

untuk menghasilkan produksi sayuran. Kehilangan air dari tanaman dipengaruhi

oleh kelembaban relatif udara, luas daun, aktivitas stomata, dan kemampuan

tanaman menyerap air dan tanah. Taraf kecukupan air pada tanaman adalah kunci

utama dalam memperoleh ukuran buah, bobot buah, dan tekstur kulit buah.

Menurut Lestari (2003) tanaman kentang sangat rentan terhadap kekurangan

atau kelebihan air selama masa pertumbuhan. Jumlah air yang tersedia pada

penanaman hingga panen cukup banyak akan mengakibatkan terjadinya

Page 17: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

penurunan hasil. Penurunan hasil dapat disebabkan juga oleh pupuk yang tercuci

akibat taraf pemberian air berlebih sehingga tanaman tidak bisa memanfaatkan

unsur hara yang ada dan umbi kentang mengalami pembasahan sehingga

menyebabkan umbi menjadi busuk. Sama halnya dengan tomat yang termasuk

satu keluarga dengan kentang sangat rentan terhadap taraf dan frekuensi air,

karena dapat mempengaruhi kualitas sifat-sifat fisik buah yang dihasilkan.

Pertumbuhan tanaman tomat akan menjadi baik jika ditanam di tanah yang

memiliki tata air baik. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen,

oleh karena itu air tidak boleh tergenang. Aerasi yang baik akan meningkatkan

kadar oksigen disekitar akar. Oksigen disekitar akar akan meningkatkan

penyerapan unsur hara fosfat, kalium dan besi oleh tanaman tomat (Adams dalam

Ridho, 2007).

Gould (1974) mengemukakan bahwa perlu pemberian air yang cukup

untuk kebutuhan selama tanaman tumbuh, pembentukan buah dan periode

pembesaran buah tomat. Jika kebutuhan air tersebut hanya cukup memenuhi salah

satu periode saja maka pembuahan optimum tidak tercapai.

Semakin sering frekuensi pemberian semakin baik pula sifat- sifat fisik

buah tomat yang dihasilkan. Menurut Warsito (1979) waktu menyiram jangan

sampai air jatuh terlalu dekat dengan batang tanaman, karena tanah yang terkena

air akan gugur dan akar akan terlihat. Jumlah air yang diberikan tergantung pada

iklim, derajat penguapan tanah, penyebaran akar dan jumlah air yang dapat

digunakan oleh tanah yang bersangkutan.

Page 18: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca kebun percobaan University

Farm, Cikabayan, Darmaga dengan elevasi 250 m di atas permukaan laut.

Penelitian berlangsung selama empat bulan dari Desember 2008 hingga April

2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Ratna, pupuk kandang,

urea, SP-18, dan KCl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan

analitik (Gambar Lampiran 4), meteran, ajir, penetrometer (Gambar Lampiran 7),

jangka sorong, hidrometer (Gambar Lampiran 8), polibag, ember, pipa paralon,

dan gelas ukur.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor

yang disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 3

ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air terdiri dari 2 hari sekali

(F1), 4 hari sekali (F2) dan 6 hari sekali (F3). Faktor kedua empat taraf pemberian

air ditambah dua kontrol yakni tanaman yang diberi jumlah air secara normal (K1)

dan tanaman yang tidak diberi air hingga stres air (K2), 25% kapasitas lapang

(P1), 50% kapasitas lapang (P2), 75% kapasitas lapang (P3), dan 100% kapasitas

lapang (P4). Kombinasi tersebut menghasilkan 60 satuan percobaan. Setiap satuan

percobaan terdapat 5 tanaman, maka total keseluruhan 300 tanaman.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan

Frekuensi Taraf

25 % Kapasitas

lapang (P1)

50 % Kapasitas

lapang (P2)

75 % Kapasitas

lapang (P3)

100 % Kapasitas

lapang (P4)

K1 (Kontrol 1) K1 K1 K1 K1

K2 (Kontrol 2) K2 K2 K2 K2

2 hari sekali (F1) F1P1 F1P2 F1P3 F1P4

4 hari sekali (F2) F2P1 F2P2 F2P3 F2P4

6 hari sekali (F3) F3P1 F3P2 F3P3 F3P4

Page 19: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Model statistika yang digunakan adalah:

Yijk = µ + αi + Fj + Tk + (FT)jk + εijk

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan dari ulangan ke- i pada faktor

frekuensi pemberian air ke- j dan taraf pemberian air ke- k serta interaksi

faktor frekuensi pemberian air dan taraf pemberian air

µ = nilai rata- rata umum

αi = pengaruh ulangan ke-i

Fj = pengaruh dari faktor frekuensi pemberian air ke- j; dimana j= 2,4, dan 6

hari sekali

Tk = pengaruh dari faktor taraf pemberian air ke- k; dimana k= kontrol 1,

kontrol 2, (25%, 50%, 75%, dan 100%) kapasitas lapang

(FT)jk = pengaruh interaksi dari frekuensi dan pemberian air ke- j dan taraf

pemberian air ke- k

εijk = pengaruh galat dari ulangan ke-i pada faktor frekuensi pemberian air

dengan taraf pemberian air ke- k

Pengaruh perlakuan di uji dengan analisis ragam dan jika hasilnya

menunjukkan pengaruh yang nyata, maka diuji lanjut dengan menggunakan uji

BNJ pada taraf 5%.

Pelaksanaan

Benih tomat disemai dalam tray sedalam ± 0,5 cm dengan media tanam

casting dimana setiap lubangnya diisi dua benih. Bibit tomat yang telah berumur ±

3 minggu dan 2 daun telah membuka sempurna, dipindahkan ke polibag

berukuran 40 cm x 40 cm. Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan

perbandingan 2:1.

Pupuk yang digunakan adalah urea 7 g/tanaman, SP-18 7.5 g/tanaman dan

KCl 5 g/ tanaman. Urea diberikan 2 kali yakni saat tanam dan 4 minggu setelah

tanam (MST) dengan dosis yang sama, sedangkan pupuk SP-18 dan KCl hanya

diberikan pada saat tanam. Penyiraman dilakukan sesuai frekuensi dan taraf air

Page 20: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

pada perlakuan. Volume air diukur berdasarkan selisih dari volume awal dengan

volume akhir. Pemanenan buah mulai 9 MST.

Kadar air tanah merupakan ukuran untuk menentukan kandungan air di

dalam tanah, yang dapat dinyatakan dalam persen. Kadar air diukur dengan

metode gravimetri.

Pengamatan

1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh.

2. Jumlah daun, dihitung dari jumlah daun yang membuka sempurna.

3. Jumlah cabang, dihitung dari jumlah total cabang tanaman.

4. Jumlah tandan bunga, dihitung dari tandan bunga yang terbentuk.

5. Jumlah bunga, dihitung dari bunga yang sudah tampak mahkotanya.

6. Waktu berbunga pertama, dengan melihat bunga yang lebih dahulu muncul

dari perlakuan.

7. Jumlah buah, dihitung dari jumlah keseluruhan total bunga pada tiap tanaman.

8. Bobot buah, dihitung dari jumlah bobot total buah pada tiap tanaman.

9. Bobot tiap buah, diukur dengan menimbang buah satu persatu.

10. Diameter buah, diukur menggunakan jangka sorong.

11. Kekerasan buah, menggunakan penetrometer pada bagian tengah buah.

12. Jumlah rongga, dihitung manual dengan cara melihatnya.

13. Volume air, yang dibutuhkan diukur dengan gelas ukur.

Volume air = volume awal – volume akhir

14. Kadar air tanah, perlu pengovenan untuk mengetahui bobot kering.

KA = Bobot basah – Bobot kering X 100% Bobot kering

Page 21: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tanaman tomat mengalami titik layu permanen

hingga tanaman mati pada kadar air kurang dari 14,85%. Daya tahan hidup tomat

apabila tidak dilakukan penyiraman adalah empat minggu. Pasarakli (1999)

menyatakan bahwa pengaruh stres air yang dapat diketahui secara fisik adalah

tanaman mengalami layu sementara yang dapat menyebabkan kematian. Menurut

Yanuar (2005) bila evapotranspirasi berlangsung terus menerus tanpa adanya

penambahan air, maka kadar air tanah akan berkurang. Rata-rata kadar air tanah

25%, 50%, 75%, dan 100% kapasitas lapang berturut-turut pada tanaman ini yang

diukur secara gravimetri adalah 29,84%; 31,10%; 31,92% dan 32,58% (Tabel 1).

Menurut Soepardi (1983), kadar air tanah merupakan ukuran untuk

menentukan kandungan air di dalam tanah, yang dapat dinyatakan dalam persen.

Kadar air media dukur dengan cara gravimetri. Cara gravimetri merupakan cara

yang umum dipakai. Dengan cara ini sejumlah tanah basah (Gambar Lampiran 3)

dikeringkan dalam oven pada 100 atau 110oC (Gambar Lampiran 5) untuk waktu

tertentu. Air yang hilang karena pemanasan merupakan air yang terdapat dalam

tanah.

Tabel 1. Persentase Kadar Air Tanah

Perlakuan

(% Kapasitas Lapang)

Kadar Air (%)

Maret April Rata- rata

25 29,98 29,71 29,84

50 30,86 31,34 31,10

75 31,78 32,08 31,93

100 32,35 32,81 32,58

1. Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif

Pengaruh Frekuensi Penyiraman

Frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,

jumlah cabang, jumlah tandan, jumlah bunga dan jumlah buah pada umur 10 MST

(Gambar 1). Semakin tinggi frekuensi penyiraman maka tinggi tanaman semakin

tinggi (Gambar 2), jumlah daun semakin banyak (Gambar 3) dan jumlah cabang

semakin banyak (Gambar 4). Menurut Hidayati (1996) cekaman kekeringan pada

Visia faba mengakibatkan menurunnya jumlah daun. Sedangkan menurut Hartati

Page 22: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

(2000) kurang tersedianya air akan mengakibatkan jumlah cabang tanaman tomat

menjadi sedikit.

Gambar 1. Perbandingan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman tiap Perlakuan

Page 23: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

10

20

30

40

50

60

70

80

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Tin

ggi (c

m)

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali

Frekuensi penyiraman 4 hari sekali

Frekuensi penyiraman 6 hari sekali

a1

b

c

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 2. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Tinggi Tanaman

Tomat

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h D

au

n (

Hel

ai)

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali

Frekuensi penyiraman 4 hari sekali

Frekuensi penyiraman 6 hari sekali

a1

b

c

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 3. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Daun Tanaman

Tomat

Page 24: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

1

2

3

4

5

6

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h C

ab

an

g

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali

Frekuensi penyiraman 4 hari sekali

Frekuensi penyiraman 6 hari sekali

a1

b

c

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 4. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Cabang

Tanaman Tomat

Ketersediaan air dalam jumlah yang cukup merupakan hal penting bagi

produksi pertanian. Harjadi dalam Hartati (2000) menyatakan bahwa

terhambatnya pertumbuhan akan mengakibatkan tanaman tumbuh rendah.

Sehingga dengan kurang tersedianya air jumlah cabang tanaman tomat akan

menjadi sedikit. Selain itu, tanaman kekurangan air dalam jangka waktu lama

dapat mengakibatkan penurunan laju translokasi fotosintesa ke bagian organ

penumpukan, misalnya pembentukan buah, sehingga buah lama terbentuk .

Frekuensi pemberian air sangat berpengaruh pada kelembaban tanah baik

untuk setiap jenis tanaman maupun fase pertumbuhannya. Apabila terjadi

cekaman air menyebabkan terganggunya zat pengatur tumbuh, sehingga tanaman

tumbuh kerdil dan daun yang baru terbentuk tidak berkembang sempurna

(Kozlowski dalam Islami dan Utomo, 1995). Hartati (2000) menambahkan bahwa

tanpa adanya pengairan yang memadai akan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan tanaman menjadi dewasa.

Penyakit layu cendawan dan gejala serangan hama kutu putih (Gambar 5)

sedikit mempengaruhi lambatnya pertumbuhan tanaman. Namun penyakit tersebut

tidak dilakukan pengendalian karena jumlahnya kecil sebesar 6%. Jumlah

Page 25: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

tanaman terserang kutu putih sekitar 17% maka dikendalikan dengan Deltametrin

25 g/l (Gambar Lampiran 6).

Gambar 5. Gejala Serangan Hama Kutu Putih (Planococcus sp.)

Pertumbuhan vegetatif yang baik diduga mempengaruhi pertumbuhan

generatifnya, sehingga jumlah tandan semakin banyak (Gambar 6), jumlah bunga

semakin banyak (Gambar 7), dan jumlah buah semakin banyak (Gambar 8).

Menurut Hartati (2000) pembungaan, pembuahan, dan pengisian biji dipengaruhi

oleh keadaan air. Semakin sering disiram maka pertumbuhan generatif seperti

jumlah bunga dan buah semakin banyak.

Tanaman varietas Ratna dapat tumbuh normal walaupun suhu rata-rata di

dalam rumah kaca pada pagi hari mencapai 46,66 oC (Tabel Lampiran 3) dan

kelembabannya mencapai 50,33 % (Tabel Lampiran 4). Menurut Trisnawati dan

Setiawan (2008) varietas Ratna merupakan introduksi dari Taiwan dan berumur

genjah. Tanaman pendek, bersifat determinit, tumbuh baik di daerah dataran

rendah, tahan terhadap layu bakteri dan peka terhadap busuk daun. Buah

berukuran sedang dengan bobot mencapai 40 g dan potensi hasil buah sekitar 5-20

ton/ha. Hasil buah yang kurang maksimal diduga disebabkan oleh tanaman

mengalami gejala akibat terserang nematode bintil akar (Gambar 9).

Page 26: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

2

4

6

8

10

12

14

16

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h T

an

dan

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali

Frekuensi penyiraman 4 hari sekali

Frekuensi penyiraman 6 hari sekali

a1

b

c

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 6. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Tandan

Tanaman Tomat

0

5

10

15

20

25

30

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h B

un

ga

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali Frekuensi penyiraman 4 hari sekali Frekuensi penyiraman 6 hari sekali

a1

b

c

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 7. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Bunga

Tanaman Tomat

Page 27: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

1

2

3

4

5

6

7

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h B

uah

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali

Frekuensi penyiraman 4 hari sekali

Frekuensi penyiraman 6 hari sekali

a1

b

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 8. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah Tanaman

Tomat

Gambar 9. Gejala Serangan Hama Nematode Bintil Akar pada Tanaman

Tomat

Gejala

nematode

bintil

akar

Page 28: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Pengaruh Taraf Pemberian Air

Taraf pemberian air pada pertumbuhan vegetatif dan generatif hanya

berpengaruh pada jumlah tandan (Gambar 10) dan jumlah bunga (Gambar 11),

sedangkan pada variabel lainnya tidak berpengaruh. Semakin sedikit taraf

pemberian air maka jumlah tandan dan jumlah buah semakin sedikit.

Taraf pemberian air yang rendah dalam jangka waktu yang lama

menyebabkan jumlah bunga rendah. Menurut Pudjiatmoko (2008) kekurangan air

yang berkepanjangan pada tanaman tomat dapat mengganggu pertumbuhan stadia

awal. Pecah- pecah pada buah terjadi apabila kekurangan air terjadi pada stadia

pembentukan hasil dan menyebabkan kerontokan bunga apabila kekurangan air

terjadi selama periode pembungaan.

Bila jumlah air yang diberikan semakin banyak, kelebihan air menjadi tidak

bermanfaat atau tidak efisien (Kurnia et al., 2002). Penurunan aktifitas fotosintesis

berarti berkurangnya fotosintat yang cenderung mengakibatkan menurunnya

jumlah bunga (Islami dan Utomo, 1995). Hal ini menyebabkan volume dan

frekuensi penyiraman sangat perlu diperhatikan untuk menghasilkan cara

penyiraman yang optimal (Sugiyanto, 2008), dimana fase kritis pertumbuhan

tanaman ini adalah fase pembungaan (Kurnia, 2004).

0

2

4

6

8

10

12

14

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h T

an

da

n B

un

ga

25% Kapasitas Lapang 50% Kapasitas Lapang

75% Kapasitas Lapang 100% Kapasitas Lapang

a1

b

b

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 10. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Tandan Bunga

Tanaman Tomat

Page 29: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

5

10

15

20

25

6 7 8 9 10

Minggu Setelah Tanam

Ju

mla

h B

un

ga

25% Kapasitas Lapang 50% Kapasitas Lapang

75% Kapasitas Lapang 100% Kapasitas Lapang

a1

abab

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 11. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Bunga

Tanaman Tomat

Taraf pemberian air tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan

generatif seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan jumlah buah.

Hasil penelitian menunjukkan taraf pemberian air 100% kapasitas lapang

memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih baik.

2. Produksi dan Kualitas Buah Tomat

Pengaruh Frekuensi Pemberian Air

Frekuensi berpengaruh terhadap hasil dan kualitas buah. Semakin tinggi

frekuensi penyiraman maka bobot total buah semakin besar (Gambar 12) dan

jumlah buah semakin banyak (Gambar 13). Penurunan aktifitas fotosintesis akibat

cekaman air menyebabkan jumlah buah dan bobot buah rendah (Islami dan Wani,

1995). Produksi meningkat dan kualitas buah yang baik meningkatkan mutu buah

tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 2 hari sekali

meningkatkan produksi dan kualitas buah menjadi lebih baik. Frekuensi

penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil 78,7% pada frekuensi penyiraman 4

hari sekali dan meningkatkan 84,5% pada frekuensi 6 hari sekali.

Page 30: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

100

200

300

400

500

600

2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali

Frekuensi Penyiraman

Bob

ot

Tota

l B

uah

(g)

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

a1

b

Gambar 12. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Bobot Total Buah

Tomat

0

5

10

15

20

25

30

35

2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali

Frekuensi Penyiraman

Ju

mla

h B

uah

Tom

at

a1

b

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 13. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Buah Tomat

Semakin tinggi frekuensi penyiraman maka kualitas buah semakin baik.

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan diameter buah (Gambar 14) dan

jumlah rongga buah sedikit (Gambar 15).

Page 31: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali

Frekuensi Penyiraman

Dia

met

er B

uah

(cm

)

a1

ab

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 14. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Diameter Buah Tomat

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

4

4.1

4.2

2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali

Frekuensi Penyiraman

Ju

mla

h R

on

gga B

uah

a1

b

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 15. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Jumlah Rongga

Buah Tomat

Page 32: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Pengaruh Taraf Pemberian Air

Taraf pemberian air pada produksi dan kualitas buah, hanya berpengaruh

terhadap bobot buah dan jumlah rongga buah. Semakin tinggi taraf pemberian air

maka bobot buah semakin besar (Gambar 16) dan jumlah rongga buah semakin

sedikit (Gambar 17). Hal ini menunjukkan bahwa taraf pemberian air yang tinggi

dapat meningkatkan produksi buah dan kualitas buah menjadi baik. Hasil

menunjukkan bahwa taraf 100% kapasitas lapang pengaruhnya lebih baik

terhadap produksi dan kualitas buah.

Kebutuhan air selama pertumbuhan mengikuti pola kurva sigmoid. Pada

tanaman tomat yang masih muda kebutuhan air masih sedikit, meningkat sedikit

waktu tanam berbunga, kemudian bertambah banyak dan mencapai maksimum

pada waktu mulai kematangan buah, karena pada saat itu luas daunnya

maksimum. Konsumsi air stabil selama pematangan buah tomat dan sesudah itu

menurun lagi (Rudich and Luchinsky, 1986).

0

5

10

15

20

25

25 50 75 100

Persentase Kapasitas Lapang

Bob

ot

Bu

ah

Tom

at

(g)

ab1

b

ab

a

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 16. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Bobot Buah Tomat

Page 33: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

4.0

4.1

25 50 75 100

Persentase Kapasitas Lapang

Ju

mla

h R

on

gg

a B

ua

h

a1

b

b

b

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 17. Pengaruh Taraf Pemberian Air terhadap Jumlah Rongga Buah

Tomat

Pengaruh Interaksi Frekuensi Penyiraman dan Taraf Pemberian Air

Interaksi penyiraman 2 hari sekali dengan taraf pemberian air 100% dapat

mempercepat pertumbuhan dan perkembangan vegetatif dan generatif. Munculnya

bunga pertama pada kombinasi perlakuan ini. Selain itu, kondisi ini dapat

meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas buah. Interaksi frekuensi dan

taraf pemberian air hanya berpengaruh terhadap kekerasan buah. Kekerasan buah

yang tinggi pada kematangan yang sama mengindikasikan bahwa buah tersebut

memiliki kualitas yang baik (Ridho, 2007). Kekerasan buah yang tinggi

menyebabkan daya simpan buah semakin lama.

Interaksi frekuensi penyiraman dan taraf pemberian air menghasilkan

ukuran buah yang berbeda. Frekuensi penyiraman, taraf pemberian air serta

interaksi frekuensi dan taraf tidak berpengaruh terhadap bentuk buah (Tabel

Lampiran. 2). Boland et al. (1993) menyatakan jumlah air yang tepat

mempercepat pertumbuhan sampai pembentukan ukuran buah (Gambar 18).

Perbedaan ukuran buah pada pemberian air normal dengan stres air dapat terlihat

pada Gambar 19.

Page 34: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Gambar 18. Pengaruh Frekuensi terhadap Ukuran Buah

Keterangan: A: Stres Air, B: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang

C: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang

D: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang

E: Frekuensi Penyiraman pada Taraf 100% Kapasitas Lapang

K2P4

Page 35: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

3. Brangkasan

Frekuensi hanya berpengaruh terhadap bobot kering akar. Semakin rendah

frekuensi penyiraman menyebabkan bobot kering akar menurun (Gambar 20).

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali memiliki bobot kering lebih tinggi. Bobot

kering akar yang menurun akibat stres air diduga karena menurunnya serapan

beberapa hara. Berkurangnya serapan hara Mn, Zn dan K menyebabkan

berkurangnya produksi bahan kering tanaman (Beyrouty, 1994).

Cekaman air juga akan menyebabkan transport unsur hara dalam tanaman

terganggu yang berakibat pada proses biokimia (Nonami et al., 1997), hal ini

dicerminkan bobot kering tanaman yang rendah. Menurut Hidayati (1996)

Wuryaningsih et al. (1997)cekaman kekeringan pada Visia faba mengakibatkan

menurunnya bobot kering akar. Pada tanaman jagung, cekaman kekeringan dapat

mengurangi tinggi tanaman, luas daun dan bobot akar (Sutoro et al., 1989).

Menurut Sugiyanto (2008) penyerapan air dan hara diserap oleh ujung-

ujung akar. Serapan air dan hara yang besar menyebabkan perkembangan akar

sehingga terjadi keseimbangan volume akar dengan pertumbuhan tanaman.

Rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar,

sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Santoso, 1995).

Tanaman yang cenderung toleran terhadap stres air diduga tetap mampu

melakukan fungsi metabolisme salah satunya penyerapan nutrisi, walaupun

potensial air di jaringan rendah (Fischer dan Fukai, 2003).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2 hari sekali 4 hari sekali 6 hari sekali

Frekuensi Penyiraman

Bob

ot

Ker

ing A

kar

Tom

at

(g)

a1

abb

1uji beda nilai tengah pada BNJ-5%

Gambar 20. Pengaruh Frekuensi terhadap Bobot Kering Akar Tanaman

Tomat

Page 36: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Tomat memiliki pertumbuhan vegetatif, generatif dan produksi hasil lebih

baik pada frekuensi penyiraman 2 hari. Hal ini didukung oleh penelitian Kurnia et

al. (2002) pada tanaman cabai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut secara umum

dapat dinyatakan bahwa frekuensi pemberian 2 hari sekali memberikan hasil

paling baik. Semakin sering air diberikan, semakin cepat pertumbuhan dan

perkembangan tanaman serta hasil dan kualitas buahnya semakin baik.

Page 37: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Frekuensi berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, generatif, kualitas

dan hasil tomat. Taraf pemberian air hanya berpengaruh terhadap jumlah tandan,

jumlah bunga, bobot buah dan jumlah rongga buah. Semakin sering frekuensi

penyiramannya, tanaman tomat semakin baik pertumbuhan, perkembangan, hasil

dan kualitas buahnya. Semakin sedikit air yang diberikan pertumbuhan,

perkembangan, hasil dan kualitas semakin buruk. Frekuensi penyiraman 2 hari

sekali dengan taraf pemberian air 100% kapasitas lapang meningkatkan

pertumbuhan, perkembangan, hasil dan kualitas buah tomat. Frekuensi

penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil 78,7% pada frekuensi penyiraman 4

hari sekali dan meningkatkan 84,5% pada frekuensi 6 hari sekali.

Saran

Frekuensi penyiraman pada tanaman tomat sebaiknya 2 hari sekali dengan

taraf 100% kapasitas lapang. Frekuensi dan taraf penyiraman air yang tidak tepat

sebaiknya dihindari saat pembungaan karena menyebabkan penurunan produksi

buah tomat.

Page 38: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S., Bahrin S., dan Husainy A. 1992. Ilmu Iklim dan Pengairan. CV

Yasaguna. Jakarta. 224 hal.

Balitsa. 1997. Teknologi Produksi Tomat. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 145

hal.

Besset, J., M. Genard, T. Girard, V. Serra, and C. Bussi. 2001. Effect of water

stress applied during the final stage of rapid growth on peach tress (c. Big-

Top). Jour. Scientia Horticulturae 91 (2001): 289-303.

Beyrouty, C. A, B. C. Grigg, R. J. Norman, and B. R. Wells. 1994. Nutrient

uptake by rice in response to water management. Journal of plant nutrition.

17 (1): 39-55.

Boland, A.M., Mitchell P.D Jerie, P.H., Goodwin, I. 1993. The effects of

regulated deficit irrigation on tree water use and growth of peach. Journal

hort. Science 68 (2): 261- 274.

Chaves, M.M., Maroco, J.P., Pereira, J.S., 2003. Understanding plant responses to

drought—from genes to the whole plant. Funct. Plant Biol. 30: 239–264.

Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation

and Drainage Paper 33. FAO, Rome.

Dornbos Jr. D. L., R.E. Mullen and R.M Shibles. 1987. Drought stress effect

during seed filling on soy-bean: seed germination and vigor. Crop Science

29(2): 467-480.

Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1998. Crop evapotranspiration: Guidelines for

computing crop water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No

56. FAO, Rome.

FAO (Food and Agriculture Organization). 2007. Glosarry. Fao.org. Available

from http://www.fao.org/docrep/003/x3910E26.htm.[11 Juli 2009].

Fischer, K. S. and Fukai. 2003. How Rice Responds to Drought, p. 32-36. In: K.

S. Fischer, R Lafitte, S. Fukai, G. Altin and B. Hardy (Eds.). Breeding Rice

For Drought- Prone Environments. International Rice Research Institute.

Manila. 360 p.

Fitter A.H. dan R.K.M Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemahan:

Andani S dan E.D Purbayanti. Gajah Mada University Press. Indonesian Ed.

Yogyakarta.

Foyer, C.H., Noctor, G. 2004. Oxygen processing in photosynthesis: regulation

and signaling. New Phytol. 146, 359–388.

Page 39: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Gould W. A. 1974. Tomato Production, Processing and Quality Evaluation. The

Avi Publ. Co., Inc. Amerika. 445p.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT Melton Putra. Jakarta. 233 hal.

Hartati. 2000. Penampilan genotip tanaman tomat (Lycopersicum esculentum

mill.) hasil mutasi buatan pada kondisi stress air dan kondisi optimal.

Agrosains 2 (2):35-42.

Islami, T. dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.

Semarang. IKIP Semarang Press.

Kurnia U., M.S. Junaedi dan G. Irianto. 2002. Irigasi hemat air pada lahan kering

di daerah perbukitan iritis Imogiri, DI. Yogyakarta. Makalah disampaikan

dalam seminar Nasional Sumberdaya Lahan, Cisarua- Bogor 6-7 Agustus

2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Kurnia, U. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering.

Jurnal Litbang Pertanian 23(4):130- 138.

Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. Springer. Berlin. 506p.

Lestari, E. 2003. Simulasi Potensi Hasil dan Pengaruh Cekaman Air pada

Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung. Skripsi. IPB. Bogor. 26 hal.

Levitt, J. 1980. Responses of plants to environmental stresses, water, radiation,

salt and other stresses, p. 25-229. In: T.T. Kozlowski (Eds.). Physiological

Ecology. Academic Press. London.

Nonami, H.Y. Wu, and J.S. Boyer. 1997. Decreased growth induced water

potential. Plant Physiol. 114: 501- 509.

Pasarakli, M. 1999. Handbook of Plant and Crop Stress. University of Arizona.

Marcel Dekker Inc; New York. 1254 p.

Pudjiatmoko. 2008. Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.).

http://www.nusaku.com. Forum.xml.[11 Juli 2009].

Ridho, H. 2007. Pengaruh Aplikasi CaCl2 Prapanen terhadap Kualitas Buah

Tomat. Skirpsi. Program Studi Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

42hal.

Rudich, J. And U. Luchinsky. 1986. The Tomato Crop. In: Atherton, J. G. and J.

Rudich (Eds.). Water economy. New York. Chapman and Hall.

Page 40: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan : Jilid III

Perkembangan tumbuhan dan fisiologi lingkungan. ITB. Bandung. 343 hal.

Santoso, B. 1995. Pengaruh Kandungan Air Tanah dan Pemupukan terhadap

Penyerapan Nitrogen Tanaman Tebu Lahan Kering Vairetas F 154. Fakultas

Pertanian Unibraw. Malang.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,

IPB. Bogor. 519 hal.

Sunarjono, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 181 hal.

Sutoro, Iskandar Somadiredja dan SusantoTirtoutomo. 1989. Pengaruh cekaman

air dan reaksi pemulihan tanaman jagung dan sorghum pada fase

pertumbuhan vegetatif. Penelitian pertanian 9(4):148-151.

Trisnawati, Y. dan Setiawan, A. I. 2008. Tomat Pembudidayaan Secara

Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.

Warsito, D. P. 1979. Produksi Tanaman Sayuran. Soeroengan Djakarta.

Jakarta.154 hal.

Wudiri, B. B and Henderson. 1985. Effects of water stress on flowering and fruit

set in processing-tomatoes. Scientia Horticulturae 27:189-198.

Wuryaningsih, S. T. Sutater, dan Sutono. 1997. Peran pupuk K dan cekaman air

bagi pertumbuhan dan produksi melati. J. Hort. 6(5): 453-459.

Yanuar, S. 2005.Pengaruh Frekuensi Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Skripsi. Departemen Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Yoshida, Shouchi. 1975. Factor that limit the growth and yields of upland rice.

Major Research in Upland Rice. Manila ; Internatonal Rice Research

Institute. p. 44-71.

Page 41: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

LAMPIRAN

Page 42: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Sidik Ragam

Variabel Frekuensi Taraf Frekuensi*Taraf KK(%)

Tinggi Tanaman 6 MST tn tn tn 14.03

Tinggi Tanaman 7 MST * tn tn 10.27

Tinggi Tanaman 8 MST ** tn tn 8.39

Tinggi Tanaman 9 MST ** tn tn 7.25

Tinggi Tanaman 10 MST ** tn tn 6.91

Jumlah Daun 6 MST tn tn tn 19.45

Jumlah Daun 7 MST tn tn tn 17.06

Jumlah Daun 8 MST ** tn tn 12.54

Jumlah Daun 9 MST ** tn tn 10.49

Jumlah Daun 10 MST ** tn tn 12.73

Jumlah Cabang 6 MST tn tn tn 53.10

Jumlah Cabang 7 MST ** tn tn 21.19

Jumlah Cabang 8 MST * tn tn 23.49

Jumlah Cabang 9 MST ** tn tn 19.23

Jumlah Cabang 10 MST ** tn tn 16.38

Jumlah Tandan 6 MST . . . .

Jumlah Tandan 7 MST * tn tn 24.45

Jumlah Tandan 8 MST ** ** ** 29.66

Jumlah Tandan 9 MST ** * tn 33.26

Jumlah Tandan 10 MST ** ** tn 20.44

Jumlah Bunga 6 MST . . . .

Jumlah Bunga 7 MST * tn tn 26.19

Jumlah Bunga 8 MST ** ** * 33.09

Jumlah Bunga 9 MST ** tn tn 25.14

Jumlah Bunga 10 MST ** ** tn 22.28

Jumlah Buah 6 MST . . . .

Jumlah Buah 7 MST . . . .

Jumlah Buah 8 MST ** tn tn 67.60

Jumlah Buah 9 MST ** tn tn 58.83

Jumlah Buah 10 MST ** tn tn 45.65

Bobot Basah Tajuk tn tn tn 36.98

Bobot Basah Akar tn tn tn 43.24

Bobot Kering Tajuk tn tn tn 44.36

Bobot Kering Akar * tn tn 40.95

Bobot Total Buah ** tn tn 57.82

Jumlah Buah ** tn tn 52.45

Bobot Buah tn * tn 53.69

Kekerasan Buah tn tn ** 17.47

Diameter Buah * tn tn 25.95

Jumlah Rongga Buah ** * tn 10.26 Keterangan: tn: tidak berbeda nyata taraf 5%; cn: cenderung nyata taraf 10%; *: berbeda nyata taraf 5%;

**: sangat berbeda nyata taraf 1%, kk: koefisien keragaman

Page 43: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi dan Taraf Pemberian

Air terhadap Bentuk Buah

Sumber Keragaman db JK KT Pr>F Uji-F

Ulangan 2 0.00331 0.00165 0.8643 tn

Frekuensi 2 0.01312 0.00656 0.5669 tn

Taraf 3 0.06384 0.02128 0.1609 tn

Frekuensi×Taraf 6 0.11271 0.01878 0.1762 tn

Galat 22 0.24781 0.01126

Total Terkoreksi 35 0.44079

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata taraf 5%

db: derajat bebas, JK: Jumlah Kuadrat, KT: Kuadrat Tengah

Page 44: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

25

43

43.5

44

44.5

45

45.5

46

46.5

47

47.5

48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Minggu ke-

Su

hu

(oC

)

Gambar 1. Suhu Rumah Kaca Selama Penelitian

47

47.5

48

48.5

49

49.5

50

50.5

51

51.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Minggu ke-

Kel

emb

ab

an

(%

)

Gambar 2. Kelembaban Rumah Kaca Selama Penelitian

Page 45: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

26

Gambar Lampiran 1. Perbedaan ukuran buah pada seluruh perlakuan

Gambar Lampiran 2. Bibit Tanaman Gambar Lampiran 3. Pengambilan

Umur 3 minggu Sampel Tanah

Page 46: Respon Tanaman Tomat Pada Frekuensi Pemberian Air

27

Gambar Lampiran 4. Timbangan Gambar Lampiran 5. Pengovenan

Analitik Sampel Tanah

Gambar Lampiran 6. Pengendalian Hama Gambar Lampiran 7. Penetrometer

Gambar Lampiran 8. Hidrometer