rencana strategis pusat analisis sosial ekonomi … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan...

68
RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN TAHUN 2010 - 2014 PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMIDAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009

Upload: trinhkien

Post on 24-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

RENCANA STRATEGIS

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

TAHUN 2010 - 2014

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMIDAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN 2009

Page 2: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

i

KATA PENGANTAR

Tugas utama Pusat sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian adalah untuk melakukan analisis dan pengkajian berbagai permasalahan sosial ekonomi dan kebijakan pertanian, yang akan digunakan dalam merumuskan kebijakan khususnya bagi pimpinan Kementerian Pertanian. Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu arahan kegiatan analisis dan pengkajian dalam rangka menengah dan jangka panjang berdasarkan pada isu-isu pokok yang berkembang di tingkat nasional, regional dan internasional. Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) ini merupakan bagian dari upaya tersebut dan diarahkan untuk memandu pelaksanaan kegiatan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2010-2014.

Kegiatan disusun berdasarkan perspektif pelaksanaan kegiatan analisis dan pengkajian yang menyeluruh berkelanjutan dan progresif. Menyeluruh berarti meliputi kegiatan analisis sosial ekonomi, kebijakan pertanian serta pelayanan dan pendayagunaan hasil analisis. Berkelanjutan bermakna adanya kebutuhan penyediaan fasilitas dan penyediaan sumberdaya manusia penunjang secara memadai. Progresif berarti peningkatan fasilitas dan sumberdaya yang semakin bertambah kualitas maupun kuantitasnya.

Sebagai acuan pokok, dalam tataran operasional masih dimungkinkan untuk dilakukan penyesuaian, terutama terkait dengan perkembangan isu serta kebutuhan stakeholder. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Renstra ini, saya ucapkan terima kasih dan semoga dokumen ini dapat dimanfaatkan secara optimal

Kepala Pusat, Dr. Handewi Purwati Saliem NIP. 19570604 198103 2 001

Page 3: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iDAFTAR ISI ................................................................................................................ iiDAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................... 2

II VISI DAN MISI .............................................................................................................. 4 2.1. Visi Pertanian dan Pedesaan Indonesia 2020 ..................................................... 4 2.2. Visi dan Misi Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian.............................. 4

III DINAMIKA LINGKUNGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN PERTANIAN 6 3.1. Internasional ......................................................................................................... 6 3.1.1. Liberalisasi Pasar Global dan Ketidakadilan PerdaganganInternasional 6

3.1.2. Perubahan Sistem dan Manajemen Produksi ........................................... 8

3.1.3. Perhatian pada Perwujudan Ketahanan Pangan dan PengentasanKemiskinan (MDGS) ................................................................................ 10

3.1.4. Kemajuan Pesat dalam Penemuan dan Pemanfaatan Teknologi Tinggi 11

3.1.5. Perubahan Iklim ...................................................................................... 12 3.2. Nasional ............................................................................................................... 14 3.2.1. Penduduk dan Pola Permintaan Pangan dan Bahan Baku ..................... 14 3.2.2. Kelangkaan dan Degradasi Kualitas SDA (Lahan, Air) ............................ 14 3.2.3. Karakteristik Pertanian dan Pedesaan Indonesia .................................... 16 3.2.4. Manajemen Pembangunan : Otonomi Daerah danPartisipasi Masyarakat 17 3.2.5. Perkembangan IPTEK Nasional ................................................................... 18 3.3. Masalah dan Tantangan ...................................................................................... 19 3.3.1. Meningkatkan laju pertumbuhan, stabilitas dan pemerataan spasial

produksi bahan pangan pokok guna mewujudkan kemandirian pangan nasional dan memantapkan ketahanan pangan .......................................... 20

3.3.2. Merumuskan dan melaksanakan upaya peningkatkan daya dukung usahatani skala kecil sebagai program khusus untuk mengurangi jumlah petani miskin dan rawan pangan .................................................................. 21

3.3.3. Meningkatkan nilai tambah agribisnis dengan menumbuh-kembangkan usaha pertanian komoditas bernilai tinggi dan spesial, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, serta rantai nilai terkelola guna meningkatkan laju dan kualitas pertumbuhan sektor pertanian ................... 23

Page 4: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

iii

3.3.4. Mendorong investasi swasta pada pembukaan lahan pertanian dan pengembangan usaha industri pengolahan guna meningkatkan kapasitas produksi dan sumber pertumbuhan baru sektor pertanian ............................ 22

3.3.5. Dalam kondisi ketersediaan dana yang terbatas, pemerintah perlu melaksanakan program nasional renovasi dan pembangunan infrastruktur pertanian secara besar-besaran, baik melalui investasi pemerintah maupun swasta, guna memfasilitasi pertumbuh-kembangan agribisnis ...... 23

3.3.6. Membangun sistem inovasi pertanian nasional yang progresif, dimotori oleh lembaga penelitian dan berorientasi pada preferensi pelaku agribisnis 23

IV KINERJA TAHUN 2004-2009 DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2010-

2014.................................................................................................................................... 25 4.1. Dukungan Kelembagaan, SDM ,dan Pembiayaan ................................................... 25 4.2. Kinerja Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian 2004-2009 ...... 34 4.2.1. Kinerja Program Penelitian ...................................................................... 34 4.2.2. Kinerja Program Komunikasi dan Diseminasi Hasil Penelitian ................ 45 4.3. Harapan Kinerja Tahun 2010 – 2014 ................................................................... 48

V TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI ...................................................................... 49 5.1. Tujuan .................................................................................................................. 49 5.2. Sasaran ................................................................................................................ 49 5.3. Strategi ................................................................................................................. 50

VI CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN FORMULASI PROGRAM ........................ 55 6.1. Kebijakan .................................................................................................................... 55 6.2. Program Utama .......................................................................................................... 56 6.2.1. Pengkajian Kebijakan Penguatan dan Perlindungan Usaha Pertanian ...... 56 6.2.2. Pengkajian Kebijakan Sumberdaya Alam, Infrastruktur dan Investasi

Pertanian ....................................................................................................... 57 6.2.3. Pengkajian Kebijakan Kelembagaan dan Regulasi Pertanian ..................... 57 6.2.4. Pengkajian Kebijakan Ekonomi Makro, Ketahanan Pangan, Pengentasan

Kemiskinan dan Pembangunan Pedesaan .................................................. 58 6.2.5. Penelitian Dinamika Ekonomi Pertanian dan Pedesaan .............................. 58 6.2.6. Evaluasi dan Tanggap Cepat Isu Kebijakan Aktual ..................................... 58 6.2.7. Diseminasi Hasil dan Peningkatan Kapasitas Lembaga .............................. 58 6.3. Keluaran Program ...................................................................................................... 59 6.4. Indikator Pencapaian Tujuan ............................................................................... 60 LAMPIRAN ………………………………………………........................................... 61

Page 5: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

iv

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1 Manajemen Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebjakan Pertanian ................................................................................................. 26

Tabel 2 Keragaan Staf Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Menurut Golongan dan Tingkat Pendidikan per April 2009 .................... 27

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Tenaga Fungsional Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2007-2009……………...................... 28

Tabel 4 Keadaan Staf Peneliti Menurut Disiplin Ilmu dan Jenjang Pendidikan pada Tahun 2009..................................................................................... 29

Tabel 5 Proyeksi Staf Peneliti PSE-KP Menurut Jenjang Pendidikan dan Bidang Keahlian tahun 2010 sampai Tahun 2014.................................. 31

Tabel 6 Sarana dan Prasarana Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian.................................................................................................. 32

Tabel 7 Perkembangan Anggaran Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA 2005-2009 dan Perkiraan Anggaran TA 2010......................................................................................................... 33

Tabel 8 Anggaran Belanja PSE-KP TA 2009 (per April 2009............................. 34

Tabel 9 Nama Data Base dan Jumlah Judul Koleksi Pustaka di Perpustakaan Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian Tahun 2003 -2008…………........................................................................................... 47

Tabel 10 Matriks Out put Renstra PSE-KP Tahun 2010 – 2014 ............................ 61

Tabel 11 Indikator Kinerja Utama (IKU) Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2010-2014 ......................................... 62

Page 6: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Strategis (Renstra) periode 2010-2014 menyajikan agenda utama

kegiatan analisis sosial ekonomi pertanian, analisis kebijakan pertanian dan

pengembangan kapasitas kelembagaan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian (PSE-KP) Renstra diharapkan mampu mengantisipasi perubahan lingkungan

strategis baik di tingkat nasional maupun internasional yang diperkirakan akan

mempengaruhi struktur perekonomian nasional dan pembangunan sektor pertanian.

Berbagai perubahan lingkungan strategis yang terjadi secara cepat akan berdampak

terhadap relevansi dan efektivitas program dengan akibat menurunnya efektivitas dan

efisiensi penggunaan sumberdaya dalam pencapaian tujuan organisasi. Rencana

Strategis PSEKP disusun dengan tujuan sebagai berikut :

(1) Mengidentifikasi masalah dan tantangan pembangunan pertanian, khususnya dalam

aspek sosial ekonomi;

(2) Merumuskan visi, misi dan strategi analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

yang tanggap atas dinamika lingkungan strategis pembangunan;

(3) Menyusun prioritas program analisis yang sesuai dengan sasaran dan tujuan

pembangunan pertanian;

(4) Mengidentifikasi kebutuhan sumberdaya unit kerja.

Kegunaan Renstra adalah:

(1) Menjamin konsistensi perumusan tujuan, program, dan kebutuhan sumberdaya

dalam melaksanakan analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

(2) Sebagai acuan dalam perumusan rencana operasional program analisis dan

mobilisasi sumberdaya;

(3) Sebagai media untuk mengkomunikasikan tujuan, visi, program, dan kebutuhan

sumberdaya dengan mitra kerja (stake holder).

Sebagai dokumen perencanaan formal suatu instansi pemerintah, Renstra PSE-

KP 2010-2014 mengacu kepada: (1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2014, dan Rencana Pembangunan Pertanian, 2010-2014; (2)

Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; (3) UU No. 17/2003 tentang

Keuangan Negara; (4) UU No. 32/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; (5) UU No. 18/2004

Page 7: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

2

tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK; (6) UU No.

25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan (7) Inpres No.

7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dirancang untuk

meningkatkan peran dan kemampuan institusi PSE-KP dalam merumuskan alternatif

dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian ke depan. Hal itu diwadahi dalam

Renstra yang memayungi program tersebut serta menetapkan strategi dan kebijakan

umum untuk merealisasikannya. Program analisis dan kebujakan disusun berlandaskan

visi dan misi yang futuristik sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan paradigma

pembangunan pertanian masa datang. Dengan demikian, Renstra PSE-KP 2010-2014

mengakomodasi prakiraan sosok pertanian dan pedesaan yang akan terjadi dalam

jangka lima tahun ke depan.

Memperhatikan perencanaan sebagai alat manajerial untuk memelihara

keberlanjutan dan perbaikan kinerja lembaga, Renstra PSE-KP 2010-2014 disusun

sebagai kelanjutan dari Renstra periode 2005-2009 dengan mempertimbangkan dan

menyesuaikan pada perubahan lingkungan startegis nasional maupun internasional.

Pencapaian hasil Litbang, pembinaan SDM, peningkatan sarana prasarana, pendanaan,

penyempurnaan manajemen selama periode 2005-2009 merupakan modal bagi

perencanaan program pada periode 2010-2014. Dalam kaitan dengan hirarki

organisasi, Renstra PSE-KP merupakan penjabaran Rentra Badan Litbang Pertanian

yang berkait dengan Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi,

Peningkatan Efisiensi, dan Nilai Tambah Pertanian, Sub Program Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi dan Analisis Kebijakan Pertanian.

1.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Mentan No. 299/Kpts/OT.140/7/2005, tugas utama PSE-KP

adalah melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

Secara terinci tugas pokok dan fungsi PSE-KP adalah: (a) Perumusan program analisis

sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; (b) Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial

ekonomi dan kebijakan di bidang pertanian; (c) Pelaksanaan telaah ulang program dan

kebijakan di bidang pertanian; (d) Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial

ekonomi dan kebijakan pertanian; (e) Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil

analisis, dan pengkajian serta konsultansi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan

pertanian; (f) Evaluasi dan pelaporan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan

Page 8: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

3

pertanian; dan (g) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.

Dalam arti luas, analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

mencakup penelitian kebijakan (policy research) dan analisis kebijakan (policy analysis)

pembangunan pertanian memiliki arti strategis, karena: (1) memberikan landasan, arah dan

prioritas penelitian bidang pertanian agar sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang

telah digariskan; (2) mengidentifikasi masalah dan unsur-unsur sosial ekonomi yang

mempengaruhi adopsi teknologi di tingkat petani; (3) mengevaluasi kelembagaan yang

efektif dalam mempromosikan pengembangan suatu teknologi atau sistem usahatani; (4)

merumuskan dan mengevaluasi serta menyempurnakan program dan kebijakan yang

diperlukan untuk mengembangkan agribisnis, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di atas, sesuai dengan Peraturan Mentan No.

328/Kpts/OT/2005, PSE-KP dibina oleh Badan Litbang Pertanian. Namun untuk

melaksanakan tugas-tugas khusus dari Menteri, Sekretaris Jenderal memiliki kewenangan

menugaskan dan memanfaatkan tenaga PSE-KP.

Page 9: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

4

II. VISI DAN MISI 2.1. Visi Pertanian dan Pedesaan Indonesia 2020

Perkiraan sosok pertanian dan pedesaan dalam jangka panjang merupakan

acuhan bagi penyusunan program kegiatan analisis sosial ekonomi dan kebijakan

pertanian. Dalam dukumen Rentra Badan Litbang Pertanian disebutkan visi

pembangunan pertanian dan pedesaaan 2020, yaitu mewujudkan:

Masyarakat pedesaan yang progresif dalam kegiatan agribisnis sehingga mampu

menciptakan dan mengisi kesempatan kerja produktif dan mampu meningkatkan

pertumbuhan pendapatan di tingkat wilayah dan nasional.

Realisasi dari visi pedesaan Indonesia 2020 memerlukan kemajuan yang nyata dari

enam prioritas strategi, yang harus diimplementasikan oleh Departemen Pertanian, bersama

dengan Departemen lainnya, pemerintahan dan aparat daerah, dunia usaha, dan organisasi

masyarakat. Keenam prioritas strategi tersebut terdiri dari: (1) percepatan pemberdayaan

sumberdaya manusia dan kewirausahaan; (2) pemberdayaan kelembagaan modal sosial

melalui pemantapan desentralisasi, kegotong-royongan, dan pemberdayaan kelembagaan

masyarakat; (3) revitalisasi peningkatan produktivitas pertanian berspektrum luas melalui

penelitian dan pengembangan pertanian serta diversifikasi; (4) mendukung agribisnis dan

sistem usahatani yang kompetitif dan efisien serta pengembangan kawasan industri terkait

yang menguntungkan; (5) pemberdayaan dan penguatan pertumbuhan dan produktivitas

sektor non-pertanian pedesaan; dan (6) memperkuat pengelolaan sumberdaya alam

berkelanjutan. Strategi prioritas tersebut harus didasari oleh kebijakan ekonomi makro yang

kokoh.

Prakiraan perkembangan pertanian dan pedesaan Indonesia sampai tahun 2020

dan keenam strategi prioritas tersebut di atas juga sebagai bahan pertimbangan dalam

penyusunan visi dan misi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian .

2.2. Visi dan Misi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Visi PSE-KP adalah “menjadi pusat pengkajian yang kritis dan terpercaya

bertaraf internasional dalam menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial

ekonomi pertanian, serta proaktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian”

Visi tersebut dirumuskan berdasarkan kesadaran bahwa PSE-KP adalah lembaga

pemerintah, sehingga harus berorientasi pada pelayanan masyarakat melalui partsipasi

secara aktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.

Page 10: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

5

Untuk mewujudkan visi di atas, misi yang akan dijadikan sebagai arahan kegiatan

PSE-KP adalah:

1. Melakukan analisis dan pengkajian guna menghasilkan informasi dan ilmu

pengetahuan sosial ekonomi pertanian.

2. Melakukan analisis kebijakan, pengkajian untuk mengolah informasi dan ilmu

pengetahuan hasil analisis menjadi rumusan alternatif kebijakan pembangunan

pertanian.

3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publik untuk

memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalam mendukung

pembangunan pertanian.

4. Mengembangkan kemampuan institusi PSE-KP sehingga mampu mewujudkan visi

dan misinya secara berkelanjutan.

Page 11: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

6

III. DINAMIKA LINGKUNGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN PERTANIAN

3.1. Internasional

3.1.1. Liberalisasi Pasar Global Dan Ketidakadilan Perdagangan Internasional

Sejak diberlakukannya Perjanjian Pertanian (PP) – Organisasi Pendapatan Dunia

(OPD) pada 1 Januari 1995, semua anggota OPD telah sepakat untuk mengubah

hambatan non-tariff menjadi tariff. Indonesia sebagai salah satu anggota negara

berkembang (NB) juga telah melakukan perubahan-perubahan kebijakan pertanian dan

perdagangan terkait dengan regulasi OPD.

Aturan-aturan OPD yang disepakati diharapkan dapat menempatkan setiap

anggotanya pada tataan yang sama (equal playing field) dan menciptakan pola

perdagangan dunia yang adil (fair trade). Namun, dalam prakteknya, harapan itu belum

berjalan dengan sempurna. Besarnya perbedaan tingkat pembangunan ekonomi,

teknologi dan infrastruktur serta sumber daya manusia telah menyebabkan

ketidakseimbangan antara negara maju dan negara berkembang di dalam perundingan-

perundingan OPD. Bagi negara berkembang nampaknya telah diberikan suatu

keluwesan dalam ke tiga pilar PP, yaitu dalam akses pasar/AP atau market acces/MA,

subsidi ekspor/SE atau export subsidy/ES dan bantuan domestik/BD atau domestic

support/DS. Keluwesan tersebut tertuang dalam suatu provisi perlakuan khusus dan

berbeda/PKB atau special and diffrential treatment/S&D.

Pemberian provisi PKB kepada NB seyogyanya dapat membantu NB terutama

dalam pengembangan pembangunan pedesaan, memperkuat ketahanan pangan, dan

pengentasan kemiskinan. Namun dalam pelaksanaannya, khususnya bagi Indonesia,

provisi PKB dirasakan belum memadai dan efektif.

Rintangan dan hambatan NB dalam penyusunan perjanjian dan pelaksanaannya

sesuai aturan OPD seringkali, dihadapkan pada keterbatasan keahlian teknis dan

sumber daya manusia. Disamping masalah bantuan teknis, bagi NB diperlukan

perbaikan perjanjian, yang mengarah pada pemanfaatan PKB yang lebih operasional.

Oleh karena itu diperlukan suatu panduan di dalam penerapan PKB yang diatur dalam

perjanjian OPD.

Special Product atau Strategic Product (Produk Khusus/PK) dan Special

Safeguard Mechanism/SSM atau Mekanisme Perlindungan Khusus/MPK sebagai salah

Page 12: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

7

satu bentuk dari PKB dalam pilar akses pasar yang diperjuangkan oleh NB, sampai saat

ini juga menjadi polemik di dalam perundingan antara negara maju dan negara

berkembang. Padahal kriteria dasar penentuan PK telah disepakati dengan mengacu

kepada 3 aspek, yaitu pengentasan kemiskinan, pembangunan perdesaan dan

ketahanan pangan. Indonesia sebagai pelopor dalam G-33 telah mencoba membuat

suatu kriteria beberapa komoditas yang termasuk dalam PK, tetapi sampai saat ini belum

ada satu pun metodologi yang tegas yang diakui oleh banyak negara (anggota OPD).

Saat ini sudah terlihat bahwa perundingan Agenda Pembangunan Doha

mengalami kebuntuan. Dalam rapat Dewan Umum (General Council) OPD di Jenewa

pada tanggal 27 – 28 Juli tahun 2007 yang lalu, Ketua Komisi Perundingan

Perdagangan menyarankan agar perundingan Doha dihentikan sementara dan rapat

Dewan telah menerima usul ini. Selanjutnya dinyatakan bahwa tidak akan diusulkan

tenggang waktu yang baru, jadwal baru untuk memulai perundingan lagi, atau

kemungkinan terjadinya perundingan saat ini [WTO 2006]. Sementara itu, kesepakatan

perdagangan bilateral dalam suatu kawasan (ASEAN, AFTA, ASEAN Plus FTA dan lain-

lain) semakin berkembang.

Kesepakatan perdagangan bilateral dalam suatu kawasan (ASEAN, AFTA,

ASEAN Plus) menunjukkan dinamika dan pertumbuhan yang semakin pesat dan seolah-

oleh bertolak belakang dengan semangat multilateralisme perdagangan yang telah

dicanangkan hampir sepuluh tahun lalu. Sementara itu penerapan perjanjian multilateral

melalui serangkaian perundingan dan kesepakatan penetapan modalitas terus berlanjut,

termasuk di bidang pertanian dengan mengacu pada Perjanjian Pertanian/PP atau

Agreement on Agriculture/AoA. Perundingan di bidang pertanian selama sepuluh tahun

ini diharapkan akan ditutup pada tahun 2005 untuk menyusun PP yang baru.

Dalam forum AFTA, skema CEPT(Common Effective Preferential Tariff) adalah

pedoman pengurangan tarif regional dan menghapus hambatan non-tarif selama

periode 15 tahun yang dimulai pada 1 Januari 1993. Produk CEPT meliputi seluruh

produk industri (termasuk barang modal, produk olahan hasil pertanian dan produk lain).

Sedangkan produk pertanian non-olahan dan jasa, yang tadinya tidak termasuk dalam

kesepakatan ini diatur dalam mekanisme tersendiri di dalam forum ASEAN.

Dalam perkembangan terakhir ini, banyak negara mencoba mencari alternatif ke

arah liberalisasi melalui Perdagangan Bebas Kawasan/PBK (Regional Free Trade/RFT),

melalui mekanisme Kesepakatan Integrasi Wilayah/KIW (Regional Integration

Agreement/RIA), Kesepakatan Perdagangan Preferensial/KPP atau Kesepakatan

Page 13: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

8

Perdagangan Terbatas/KPT (Preferential Trade Agreement/PTA), Kesepakatan

Perdagangan Wilayah/KPW (Regional Trade Agreement/RTA), Kawasan Perdagangan

Bebas/KPB (Free Trade Area/FTA) dan sebagainya dan sebut saja itu sebagai KPT.

Sampai bulan Oktober 2004, di markas OPD telah terdaftar sebanyak 300 kawasan

perdagangan terbatas/KPT atau preferential trade area/PTA dari seluruh dunia.

Sebanyak 176 buah diantaranya terbentuk setelah tahun 1995, saat OPD terbentuk

(Sutherland 2004). Dari sejumlah KPT itu, 150 di antaranya telah berlangsung ditambah

70 buah yang lain dan sedang berjalan meskipun belum didaftarkan ke markas OPD.

Menurut catatan OPD hampir setiap negara saat ini turut serta dalam satu kelompok

perdagangan bebas kawasan dan bahkan ada satu negara yang mengikuti 20 kelompok

perdagangan terbatas.

Dengan melihat sejarah perkembangan teori ekonomi, pandangan ahli-ahli

terhadap blok perdagangan telah berubah sejalan dengan perkembangan waktu.

Hampir enam puluh tahun lalu, pada saat GATT (General Agreement on Tariffs and

Trade) dibentuk tahun 1948, KPT dianggap sebagai suatu peralihan sementara menuju

perdagangan bebas global. Kalau KPT memang bermaksud menurunkan tarif di antara

sesama anggota dan tidak menaikkan tarif kepada negara-negara lain, tentu hal ini akan

menurunkan hambatan perdagangan secara keseluruhan. Namun, banyak ahli juga

yang berpandangan bahwa perdagangan yang diimbas oleh kawasan perdagangan

bebas atau kesatuan kepabeanan akan menimbulkan dua keadaan, yakni penciptaan

perdagangan atau trade creation effect dan peralihan perdagangan atau trade

diversion. Yang pertama adalah menunjukkan penggantian sumber pasokan yang lebih

mahal dengan sumber pasokan yang lebih murah dari anggota KPT bagi negara

pengimpor dan oleh sebab itu menguntungkan bagi negara anggota KPT dan dunia

secara keseluruhan. Sebaliknya, kasus kedua merupakan penggantian sumber pasokan

yang lebih murah dari sumber di luar anggota KPT dengan sumber pasokan yang lebih

mahal dari anggota KPT. Pada umumnya, kasus penciptaan perdagangan dan

peningkatan nilai tukar cenderung meningkatkan kesejahteraan dan kasus peralihan

perdagangan dan penurunan nilai tukar bersifat menurunkan kesejahteraan.

3.1.2. Perubahan Sistem Dan Manajemen Produksi Dengan berbagai mekanisme perundingannya, OPD bertujuan mewujudkan

perdagangan internasional yang hambatannya semakin berkurang dan pada akhirnya

hilang sama sekali. Secara pasti dampak ikutannya adalah globalisasi perdagangan, di

mana komoditas suatu negara akan memasuki teritorial negara lain dengan tanpa

Page 14: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

9

hambatan. Namun, permasalahannya adalah jenis komoditas apa yang mampu

mengglobal ini dan unit usaha seperti apa yang memproduksi komoditas ini. Apakah ini

semata-mata persaingan efisiensi atau ekonomi atau persaingan teknologi, atau bahkan

persaingan citra atau hambatan bukan tarif? Hal ini berkaitan dengan kelangsungan

struktur usahatani Indonesia, yang umumnya berskala kecil. Meskipun dalam teori

ekonomi, pengertian skala usaha sebenarnya tidak mempunyai implikasi apa-apa

terhadap keefisienan usaha, melainkan pada cara bagaimana usaha itu dikelola dan

lingkungan pasar serta kebijakan pendukung lain. Skala usaha yang kecil sama

efisiennya dengan skala usaha besar kalau dikelola secara baik. Dapatkah usaha kecil

pertanian Indonesia merespons gerakan ini baik untuk tujuan pasar internasional dan

bahkan di dalam negeri sendiri?

Keunggulan baik keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif pada

dasarnya tidak terletak pada tingkat nasional (atau agregat) tetapi justru pada tingkat

industri atau bagian (cluster) industri tertentu Porter, dalam Tarmidi dan Basri, 1997).

Sehingga yang menjadi perhatian dan fokus analisis ekonomi seharusnya berada pada

pertanyaan bagaimana meningkatkan keunggulan kompetitif industri atau kluster industri

(yang termasuk di dalamnya usahatani kecil) untuk menghadapi atau merespons upaya

dan keadaan liberalisasi perdagangan pertanian yang berjalan sekarang ini.

Konglomerasi dan atau industri besar dan menengah dengan penguasaan dan pemilikan

modal, sumberdaya manusia, penguasaan teknologi dan informasi, dan jaringan

hubungan dengan birokrasi yang kuat dapat dengan relatif mudah dan efektif

mengantisipasi, menyesuaikan diri, dan merespons dinamika liberalisasi perdagangan

pertanian yang mempengaruhi pasar mereka.

Sebaliknya dengan usaha mikro dan kecil (UMK) termasuk di dalamnya

usahatani kecil, dengan keterbatasan penguasaan dan pemilikan modal, sumberdaya

manusia, penguasaan teknologi dan informasi, dan jaringan hubungan dengan birokrasi

yang kuat, mereka cenderung hanya menjadi penerima perubahan/resiko (changes/risks

acceptor). Mereka relatif lambat dan sulit mengantisipasi, menyesuaikan diri, dan

merespons dinamika liberalisasi perdagangan pertanian, apalagi diharapkan mampu

meningkatkan keunggulan kompetitif usahataninya. Untuk itu maka perlu dianalisis

secara lebih mendalam dimensi dan dinamika respons usahatani kecil terhadap

liberalisasi perdagangan pertanian, dengan demikian dapat diharapkan memberikan

rekomendasi strategi dan kebijakan untuk melindungi dan memberdayakan usahatani

kecil dalam menjawab tantangan liberalisasi global.

Page 15: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

10

Perusahaan-perusahaan domestik dapat memperoleh keunggulan kompetitif,

karena keunggulan tidaklah terletak pada tingkat nasional tetapi pada tingkat industri

atau bagian industri tertentu (Porter dalam Tarmidi dan Basri 1997). Yang harus menjadi

perhatian lebih lanjut adalah bagaimana usahatani pertanian skala kecil menghadapi

upaya liberalisasi perdagangan pertanian yang berjalan sekarang ini. Apakah mereka

merespons dengan positif memadukan dirinya pada lingkungan yang ada, artinya

mampu bertahan dan melakukan penyesuaian terhadap tantangan atau sebaliknya

semakin tersisih dan tidak berdaya dan bangkrut?

3.1.3. Perhatian pada Perwujudan Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan (MDGS)

Deklarasi milinium yang diadopsi oleh 189 negara memiliki delapan tujuan dan

target utama yang akan dicapai pada tahun 2015. Salah satu target penting terkait

dengan ketahanan pangan adalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan (MDG-1),

menjadi separuhnya pada tahun 2015 dengan mengaju pada tahun dasar 1990. Krisis

pangan – energi – finansial sepanjang periode 2007 – 2009 berdampak negatif terhadap

percepatan pencapaian sasaran MDG–1. Dalam periode 2003/05 – 2007 penduduk

dunia yang mengalami malnutrisi meningkat dari 848 juta menjadi 923 juta, dan

diperkirakan lebih tinggi lagi pada tahun 2008/09. Saat ini diperkirakan satu miliar

penduduk dunia berada dibawah garis kemiskinan (US$ 1.0 /kapita/hari) dan sekitar 800

juta orang mengalami kelaparan (IFPRI, 2008).

Tantangan kedepan dalam pemantapan ketahanan pangan dan pengentasan

kemiskinan adalah krisis pangan – energi – finansial (krisis PEF). Krisis pangan dimulai

oleh krisis energi (kenaikan harga minyak dan pengembangan bioenergi) yang memicu

kelangkaan pangan dan krisis harga pangan. Penurunan harga minyak dan krisis

finansial memunculkan fenomena baru yaitu krisis harga pangan dan investasi sektor

pertanian. Penurunan harga pangan sejak kuartal terakhir 2008, ternyata tetap di

bawah kapasitas dan akses penduduk miskin. Krisis finansial berdampak negatif

terhadap ketersediaan dana investasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan

kapasitas pertanian di negara berkembang.

Antisipasi krisis PEF kedepan diperkirakan akan berlangsung cukup lama, dan

kenaikan harga pangan dan energi besar kemungkinan akan terjadi kembali.

Peningkatan harga pangan dimungkinkan karena adanya kelangkaan sumber daya

lahan dan air, perubahan iklim, dan peningkatan permintaan pangan global. Dampak

Page 16: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

11

instabilitas pasar komoditas pertanian dan ketidakpastian investasi sektor pertanian

global akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia dalam bentuk penurunan ekspor

pertanian, pengembangan infrastruktur pertanian, peningkatan pengangguran, rawan

pangan dan kemiskinan. Tingkat kemiskinan Indonesia tahun 2015 diperkirakan 14,22%,

jauh dari target MDG’s sebesar 7,54%, dengan mengacu tingkat kemiskinan pada tahun

dasar (1990) yang besarnya 15,08 persen. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan masih

relatif tinggi, yaitu 15,42 % (34,96 juta orang).

Krisis pangan dan finansial global secara simultan berdampak terhadap

ketahanan pangan, ketahanan politik, dan stabilitas ekonomi regional dan global.

Dibutuhkan sedikitnya tiga elemen program aksi yang bersifat komplemen, yaitu

pertumbuhan pertanian pro–kemiskinan, penurunan volatilitas harga pangan dan

program jaring pengaman sosial bagi keluarga miskin. Di negara berkembang (termasuk

Indonesia) fokus perlu diarahkan pada prioritas pembangunan pangan dan pertanian,

pengembangan revolusi hijau lestari, dan pemberdayaan petani kecil dengan jaminan

ketersediaan dan akses aset utama, pasar kredit, teknologi, dan manajemen resiko

usaha pertanian. Fokus tersebut sejalan dengan posisi Indonesia dalam KTT G-20 awal

April 2009 di London yaitu mitigasi dampak krisis PEF terhadap sektor riil dan rakyat

miskin, serta merestorasi aliran modal dan kredit internasional ke negara berkembang.

3.1.4. Kemajuan Pesat dalam Penemuan dan Pemanfaatan Teknologi Tinggi

Penataan kembali Indonesia melalui penguatan daya saing ekonomi tidak

terlepas dari peningkatan kualitas SDM serta penemuan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan pilar terakhir, perlu dipahami perspektif

regional dan global terkait dengan tiga aspek berikut : (a) Penemuan dan penguasaan

teknologi tinggi dan posisi status teknologi Indonesia; (b) Perspektif pengembangan

pangan dan pertanian dalam mengantisipasi krisis PEF; dan (c) Kebijakan strategis

kedepan dalam pengembangan teknologi dan pertanian dalam pengentasan kemiskinan

dan kelaparan.

Di tingkat global terdapat kemajuan yang relatif pesat di bidang bioteknologi

tanaman dan hewan yang didukung dengan kemajuan ilmu biologi molekular. Dalam

bidang alat dan mesin pertanian telah diaplikasi teknologi robot dalam budidaya

pertanian, penginderaan mutu produk di bidang pasca panen, dan pemanfaatan GIS

(Geographical Information System) dalam penelitian tataruang terkait dengan

pengembangan produksi dan distribusi komoditas pertanian, dan pengelolaan

sumberdaya alam. Posisi status teknologi Indonesia, kecuali untuk padi dan unggas,

Page 17: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

12

relatif masih tertinggal bahkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia relatif tertinggal dalam penguasaan teknologi perkebunan, produk olahan

pangan, dan adanya ambivalensi dalam pengembangan teknologi (genetically modified

organism/GMO), dikarenakan lemahnya pengetahuan konseptual dan empiris dalam

penelitian dan pengembangan GMO.

Dalam prespektif pengembangan pangan dan pertanian dalam mengantisipasi

krisis pangan – energi – finansial, perlu dilakukan reorientasi teknologi dan model

pengembangan terkait dengan pengembangan bioenergi, penanganan dampak

perubahan iklim, dan pengembangan revolusi hijau lestari. Pengembangan bioenergi

perlu mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan lokal, dikaitkan dengan

pembangunan pertanian dan pedesaan yang lebih luas. Prespektif pengembangannya

perlu mengakomodasi sasaran pemantapan ketahanan pangan dan kesejateraaan

rumah tangga petani. Pengembangan teknologi pertanian dalam arti luas terkait dengan

adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (pemanasan global) perlu mendapatkan prioritas

tinggi. Pengembangan revolusi hijau lestari dengan sasaran pemantapan keberlanjutan

usahatani ramah lingkungan dengan mengakomodasi kearifan lokal seperti

pengembangan pangan organik, integrasi tanaman – ternak, dan pengelolaan tanaman

terpadu lainnya perlu mendapatkan penanganan serius.

Dalam pengentasan kemiskinan dan kelaparan regional, kebijakan strategi

pengembang teknologi dan pertanian kedepan mencakup: (a). Peningkatan efektivitas

penggunaan teknologi baru dalam bidang pertanian dan komunikasi; (b).

Pengembangan inovasi kredit mikro dan asuransi bagi petani kecil; (c). Kemitraan

investasi publik – swasta dalam bioteknologi dan teknologi pangan yang memiliki

keuntungan sosial tinggi bagi keluarga miskin; (d). Perbaikan akses pasar, lahan, dan

kredit bagi penduduk miskin; (e). Pemantapan reformasi dan pasar lahan untuk

meningkatkan akses dan kapasitas pemilikan lahan bagi rumah tangga petani; (f).

Desentralisasi pelayanan penyuluhan dalam rangka mendorong arus informasi bottom-

up dikomplemen dengan penelitian adaptif spesifik lokasi.

3.1.5. Perubahan Iklim

Terkait dengan pemanasan global, perubahan iklim telah terjadi; semakin

menampakkan sosoknya dan diperkirakan akan berlangsung dalam horizon waktu yang

panjang. Dampaknya sangat luas; baik dalam konteks spatial maupun sektor. Meskipun

pada kasus-kasus tertentu ada yang diuntungkan namun secara keseluruhan

berdampak negatif.

Page 18: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

13

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap

dampak negatif perubahan iklim. Meningkatnya insiden dan besaran bencana

kekeringan, banjir, dan serangan organisme pengganggu tanaman mengakibatkan risiko

dan ketidak pastian usahatani di lingkup mikro maupun secara agregat meningkat. Oleh

karena itu merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap ketahanan

pangan dan kesejahteraan petani.

Dalam era perubahan iklim peranan sektor pertanian semakin strategis. Meskipun

di satu sisi merupakan sektor paling rentan tetapi di sisi yang lain juga merupakan salah

satu sektor andalan dalam program mitigasi. Hal ini berimplikasi bahwa mitigasi dan

adaptasi terhadap perubahan iklim harus merupakan bagian integral dari sistem

pembangunan pertanian.

Terdapat hubungan sinergis antara adaptasi dan mitigasi. Sukses adaptasi

adalah modal dasar mitigasi dan sebaliknya keberhasilan program mitigasi kondusif

untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program adaptasi. Dalam strategi

kebijakan jangka menengah yang perlu memperoleh prioritas yang lebih tinggi adalah

adaptasi. Karakteristik aplikasi teknologi adaptasi dan implikasinya terhadap korbanan

dan manfaat sosial tindakan adaptasi bersifat langsung, jangka pendek, dan rutin

sehingga berkaitan langsung dengan kehidupan keseharian petani khususnya dan

masyarakat pedesaan pada umumnya.

Prinsip dasar adaptasi terhadap perubahan iklim adalah akselerasi penerapan

sistem pertanian berkelanjutan yang diperluas. Terjemahannya dalam gatra pokok

pembangunan pertanian antara lain adalah: pengelolaan sumberdaya lahan dan air

berkelanjutan, aplikasi irigasi hemat air, pemanfaatan varietas genjah dan tahan

cekaman lingkungan, diversifikasi, dan penerapan prinsip-prinsip daur ulang dalam

proses pertanian terpadu.

Kewajiban pemerintah adalah menciptakan planned adaptation yang sinergis

dengan autonomous adaptation yang secara alamiah telah berkembang dalam

masyarakat petani secara simultan efektif untuk meminimalkan dampak negatif

perubahan iklim. Untuk itu yang diperlukan adalah adanya kebijakan mitigasi dan

adaptasi terhadap perubahan iklim pada sektor pertanian yang konsisten, holistik,

sistematis, dan harmonis. Dalam konteks ini selain ketepatan dalam perumusan tujuan

serta instrumen kebijakan adalah penyediaan infrastruktur karena peranannya yang

sangat menentukan dalam keberhasilan adaptasi dan mitigasi terutama di tingkat

implementasi.

Page 19: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

14

3.2. Nasional

3.2.1. Penduduk dan Pola Permintaan Pangan dan Bahan Baku

Dinamika penduduk Indonesia ditinjau dari kualitas, pasar tenga kerja, tingkat

pendidikan, mobilitas, dan aspek gender akan sangat berpengaruh terhadap keragaan

pembangunan pertanian di masa mendatang. Dalam kaitan ini paling tidak ada 3 (tiga)

aspek yang perlu mendapat perhatian yaitu: (a) meningkatnya permintaan terhadap produk-

produk pertanian, baik dalam jumlah, kualitas, dan keragamannya, (b) meningkatnya

ketersediaan tenaga kerja, dan (c) meningkatnya tekanan permintaan terhadap lahan untuk

penggunaan non-pertanian (pemukiman, industri, infrastruktur ekonomi). Meningkatnya

permintaan terhadap produk-produk pertanian dapat dipandang sebagai suatu peluang

sekaligus sebagai tantangan pembangunan pertanian. Peningkatan permintaan

mengandung arti tersedianya pasar bagi produk-produk pertanian. Di sisi lain, peningkatan

permintaan produk pertanian akan menimbulkan tekanan yang lebih besar untuk memacu

peningkatan produksi.

Melimpahnya ketersediaan tenaga kerja di pedesaan di satu sisi kondusif bagi

pertumbuhan sektor pertanian, namun di sisi lain merupakan beban bagi sektor pertanian

karena pendapatan buruh tani dan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian semakin sulit

ditingkatkan. Selain itu, melimpahnya tenaga kerja di sektor pertanian justru menciptakan

persoalan baru yaitu terjadinya fragmentasi lahan dan menurunnya luas penguasaan

lahan per rumah tangga yang akan melahirkan lebih banyak kemiskinan di sektor

pertanian untuk masa yang akan datang. Diperkirakan dalam jangka waktu 10 tahun ke

depan penduduk pedesaan mencapai 131 juta sedikit lebih rendah dibanding penduduk

perkotaan yang mencapai 133 juta. Kesenjangan perekonomian pedesaan dan

perkotaan masih tetap tinggi, sehingga penduduk miskin di pedesaan tetap lebih banyak

dibanding perkotaan. Perkiraan ini menunjukkan perlunya pergeseran nyata dalam hal

penanganan masalah kemiskinan, ketidaktahanan pangan dan malnutrisi di pedesaan.

Kondisi ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa penanganan masalah

kemiskinan dan ketahanan pangan dalam lima tahun ke depan tetap menjadi prioritas

utama.

3.2.2. Kelangkaan dan Degradasi Kualitas SDA (Lahan, Air)

Page 20: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

15

Kelangkaan dan degradasi kualitas sumberdaya alam merupakan salah satu

permasalahan mendasar dalam menjawab tantangan yang dihadapi sektor pertanian.

Dalam hal ini yang terpenting adalah sumberdaya lahan dan air.

Meningkatnya kelangkaan dan mutu lahan pertanian merupakan akibat dari: (i)

laju konversi lahan pertanian ke penggunaan lain yang sampai saat ini masih sulit

diminimalkan, (ii) tertinggalnya upaya untuk memacu percepatan perluasan lahan

pertanian, (iii) distribusi spatial yang timpang antara lahan pertanian di Pulau Jawa dan

Lua Pulau Jawa. Degradasi sumberdaya lahan merupakan akibat dari: (i) kurang

berkembangnya aplikasi teknologi usahatani ramah lingkungan, (ii) dampak pencemaran

yang diakibatkan oleh pengelolaan lingkungan oleh sektor lain yang terkait.

Konversi lahan pertanian bersifat progresif dan dampaknya tidak hanya

berkenaan dengan susutnya lahan pertanian tetapi juga kualitas sumberdaya lahan dan

air yang terkait. Kesulitan pengendalian konversi lahan pertanian ke penggunaan non

pertanian terkait dengan: (i) belum terbentuknya kebijakan komprehensif, sistematis, dan

konsisten, dan instrumen yang efektif serta infrastruktur kelembagaan yang memadai,

(ii) kendala sosial ekonomi yang terkait dengan implikasi dari sebaran penduduk yang

timpang, (iii) kombinasi dari (i) dan (ii). Kebijakan preservasi lahan pertanian juga masih

dalam tahap penyempurnaan disain kebijakan, perumusan strategi, dan penjabarannya

ke program-program pembangunan pertanian.

Kelangkaan dan degradasi kualitas sumberdaya air disebabkan oleh beberapa

faktor (i) sistem pengelolaan wilayah tangkapan air yang kurang tepat dalam

menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, (ii) pengelolaan irigasi yang kurang efisien

dan tidak ramah lingkungan, (iii) dampak pencemaran yang diakibatkan oleh sektor

perekonomian lain dan sektor domestik.

Laju kelangkaan dan degradasi kualitas SDA akan semakin cepat seiring dengan

perubahan iklim. Diprediksikan bahwa curah hujan sebagian besar wilayah di selatan

Khatulistiwa akan cenderung di bawah rata-rata curah hujan tahunan (cenderung

kering), sedangkan di sebelah utara Khatulistiwa cenderung di atas rata-rata (cenderung

basah).

Selain sumberdaya lahan dan air, sumberdaya hayati juga sangat penting dalam

pembangunan pertanian. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelestarian

dan pemanfaatan plasma nutfah perlu diidentifikasi secara cermat.

Kewajiban pemerintah adalah mengkondisikan agar prinsip-prinsip pelestarian

lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya alam diaplikasikan secara luas dan

Page 21: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

16

berkembang. Dalam konteks ini, mengingat bahwa pengelolaan sumberdaya alam

melibatkan berbagai sektor dan kepentingan maka harmonisasi tujuan dan instrumen

kebijakan antar sektor serta sistem koordinasi dalam strategi kebijakan, program, dan

infrastruktur pendukung yang diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan harus

dibuat secara sistematis, konsisten, dan tegas.

3.2.3. Karakteristik Pertanian dan Pedesaan Indonesia

Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga petani gurem

(kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar) meningkat dari 10,9 juta RT pada tahun 1993

menjadi 13,7 juta RT pada tahun 2003. Dengan pemilikan lahan rata-rata kurang dari 0,5

hektar dan tanpa adanya manajemen pengelolaan lahan yang memungkinkan tercapainya

skala usaha, akan mengakibatkan usahatani menjadi kurang menarik secara ekonomis,

karena tidak dapat memberikan jaminan sebagai sumber pendapatan yang mampu

memberikan penghidupan yang layak. Permasalahan sempitnya rata-rata penguasaan

lahan masih ditambah dengan tingginya laju konversi lahan, yaitu rata-rata sebesar 126,4

ribu ha/tahun selama periode 1993-2003, sementara konversi lahan untuk pulau Jawa sendiri

mencapai rata-rata 38,7 ribu ha/tahun. Konversi lahan pertanian di Jawa dengan

infrastruktur fisik yang baik sulit untuk dihindari. Fragmentasi lahan juga telah

mengakibatkan inefisiensi yang tinggi dalam usahatani dan kegiatan ekonomi terkait di sektor

hilirnya. Dalam hal ini, tantangan yang dihadapi adalah menciptakan sistem kelembagaan

pengelolaan lahan yang mampu menjamin petani memenuhi skala usaha yang efisien dalam

menghasilkan produk-produk unggulan guna meningkatkan pendapatan dan taraf hidup

mereka, pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi. padat teknologi dan

manajemen. dengan sasaran efisiensi dan daya saing yang tinggi. Dalam jangka

panjang tantangannya adalah bagaimana menciptakan situasi kondusif agar terjadi

konsolidasi penguasaan dan pengusahaan lahan oleh petani atau kelompok tani.

Prakiraan profil pedesaan Indonesia menjelang 2014 adalah adanya

pertumbuhan pendapatan dengan laju 6 persen per tahun di tingkat nasional dan

regional, peningkatan PDB pertanian (4,5% per tahun), penurunan separuhnya tingkat

kemiskinan, penurunan separuhnya anak balita kekurangan gizi, 90 persen masyarakat

pedesaan mendapat pelayanan air bersih, 80 persen masyarakat mendapat

penyempurnaan sanitasi lingkungan, semua anak-anak desa memperoleh pendidikan

dasar, 75 persen anak-anak desa memperoleh pendidikan menengah termasuk anak

perempuan, dan 90 persen angkatan kerja memperoleh kesempatan kerja produktif.

Pada tingkat masyarakat pedesaan, sebagian besar masyarakat aktif dan berpartisipasi

Page 22: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

17

aktif pada kegiatan produktif pertanian dan non-pertanian, masyarakat pedesaan

menyadari dan diberdayakan mengenai hak dan kewajiban secara bertanggung jawab,

dan memiliki kesadaran sosial yang diwujudkan dalam partisipasinya pada kelembagaan

sosial pedesaan dan pada kelembagaan pemerintahan pedesaan.

Realisasi dari prakiraan profil pedesaan di atas memerlukan kemajuan yang nyata

dari enam bidang prioritas strategi, yang harus diimplementasikan oleh Departemen

Pertanian, bersama dengan Departemen lainnya, pemerintahan dan aparat daerah,

dunia usaha, dan organisasi masyarakat. Keenam prioritas strategi tersebut terdiri dari :

(1) percepatan pemberdayaan sumberdaya manusia dan kewirausahaan; (2)

pemberdayaan kelembagaan modal sosial melalui pemantapan desentralisasi,

kegotong-royongan, dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat; (3) revitalisasi

peningkatan produktivitas pertanian berspektrum luas melalui penelitian dan

pengembangan pertanian serta diversifikasi; (4) mendukung agribisnis dan sistem

usahatani yang kompetitif dan efisien serta pengembangan kawasan industri terkait yang

menguntungkan; (5) pemberdayaan dan penguatan pertumbuhan dan produktivitas

sektor nonpertanian pedesaan; dan (6) memperkuat pengelolaan sumberdaya alam

berkelanjutan. Strategi prioritas tersebut harus didasari oleh kebijakan ekonomi makro

yang kokoh

3.2.4. Manajemen Pembangunan: Otonomi Daerah dan Partisipasi Masyarakat

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001, telah terjadi beberapa perubahan penting yang berkaitan dengan peran pemerintah pusat dan daerah. Peran pemerintah yang sebelumnya sangat dominan, saat ini berubah menjadi fasilitator, stimulator atau promotor pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah akan lebih mengandalkan kreativitas rakyat di setiap daerah. Selain itu, proses perumusan kebijakan juga akan berubah dari pola top down dan sentralistik menjadi pola bottom up dan desentralistik. Perencanaan

dan pelaksanaan program pembangunan akan lebih banyak dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya akan menangani aspek-aspek pembangunan pertanian yang tidak efektif dan efisien ditangani oleh pemerintah daerah atau menangani aspek-aspek pembangunan pertanian yang mencakup kepentingan beberapa daerah dan nasional. Dengan format lembaga pemerintah yang demikian maka pengelolaan ketahanan pangan (food security) akan semakin kompleks. Oleh karena berkaitan

dengan hajat hidup orang banyak, masalah ketahanan pangan nasional mestinya tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Pada akhir tahun 2025, manajemen ketahanan pangan nasional diharapkan semakin mantap dan mandiri.

Page 23: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

18

Dinamika dan perubahan lingkungan strategis menghendaki pergeseran peranan masyarakat yang lebih dominan daripada pemerintah. Dengan demikian, reformasi total menuntut perlunya segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga karakteristik utama, yaitu credibility, accountability, dan transparency. Kebijakan pembangunan dirancang secara transparan dan melalui debat publik, dilaksanakan secara transparan pula dan diawasi oleh publik, sedangkan pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh atas keberhasilan dari kebijakan tersebut. Kebijakan pembangunan diharapkan akan lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat banyak (demokratis) dan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) menjadi semakin sulit dilakukan. Demokratisasi kebijakan pembangunan dan pencegahan KKN melalui good governance sangat bermanfaat untuk meminimalkan biaya ekonomi tinggi (high-cost economy) dan distorsi pasar (monopoli dan monopsoni) akibat kesalahan kebijakan. Dengan demikian, perekonomian akan lebih efisien dan pertumbuhan kegiatan bisnis berdasarkan pada keunggulan kompetitif riilnya, bukan karena proteksi atau dukungan pemerintah.

3.2.5. Perkembangan IPTEK Nasional

Terdapat pergeseran paradigma dalam sistem Iptek Nasional dari pendekatan

bidang tertentu menjadi pendekatan Sistem Inovasi yang utuh, komprehensif dan

koheren. Fokus dari alur penekanan inovasi ini terletak pada masyarakat dan industri.

Dalam sistem inovasi ini, keterkaitan antara sistem permintaan (konsumen akhir maupun

produsen) dengan sistem litbang menjadi sangat penting terlebih lagi dengan sistem

industri yang sering mengalami hambatan karena kurang memadainya sistem politik dan

lingkungan supra dan infrastruktur khusus antara lain standar, HaKI dan permodalan.

Dengan demikian, visi Iptek 2025 bagi Indonesia bertujuan mendorong dan

mengikat semua pihak ke dalam kesatuan langkah pembangunan bidang Iptek,

membuat kebijakan dan memperjelas posisi penetrasi Iptek ke dalam pembangunan,

serta melakukan terobosan berbasis Iptek dalam mewujudkan kesejahteraan dan daya

saing bangsa. Pada jangka pendek, yaitu dalam lima tahun pertama, akan dicapai

kemandirian dan ketahanan pangan, perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan

pendidikan, serta pengelolaan lingkungan (termasuk pengelolaan sumber daya genetik

dan sumber daya lahan dari air). Selanjutnya, target jangka menengah yaitu 10 tahun

pertama adalah pencapaian kemandirian dan daya saing di bidang transportasi dan

logistik, energi, manufaktur, teknologi informasi dan komunikasi, bahan baru, serta

bioteknologi. Jangka panjang yaitu dalam kurun 20 tahun ke depan, dilakukan

Page 24: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

19

percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbasis dukungan Iptek untuk mendorong

tumbuh dan berkembangnya kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya berbasis Iptek.

Pencapaian visi Iptek 2025 diukur dari daya saing teknologi Indonesia harus masuk

dalam lima kelompok negara termaju di ASEAN, dan 25 negara termaju di dunia dalam

20 tahun mendatang.

3.3. Masalah dan Tantangan

Dilihat dari tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi

seluruh rakyat maka pada periode tahun 2010-2014 pembangunan pertanian sebagai

bagian integral dari pembangunan nasional dihadapkan pada empat masalah pokok.

Pertama, jumlah penduduk miskin masih amat tinggi dan sebagian besar

dari padanya berada di pedesaan dan menggantungkan hidup pada sektor

perftanian. Pada bulan Maret 2008, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih

mencapai 35 juta orang atau 15,42 persen dari jumlah penduduk, sekitar 22 juta orang

atau 63, 48 persen diantaranya hidup di pedesaan. Tingkat kemiskinan di pedesaan

mencapai 18,93 persen jauh melebihi di perkotaan yang mencapai 11,65 persen.

Mengingat sebagian besar desa di Indonesia perekonomiannya didominasi oleh sektor

pertanian maka menjadikan dan memacu pembangunan sektor pertanian sebagai mesin

penggerak pembangunan perekonomian desa menjadi masalah pokok dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan petani, penduduk pedesaan dan rakyat Indonesia secara

umum, serta sekaligus memperbaiki keadilan sosial dengan mengurangi senjang

kesejahteraan antara penduduk pedesaan dan perkotaan.

Kedua, kemantapan ketahanan pangan dan gizi belum merata antar

keluarga, antar kelompok umur dan antar wilayah. Tidak saja secara absolut masih

amat tinggi, prevalensi gizi kurang meningkat dari 24,7 persen pada tahun 2000 menjadi

28,0 persen pada tahun 2005 sementara gizi buruk meningkat dari 7.5 persen pada

tahun 2000 menjadi 8,8 persen pada tahun 2005. Kasus gizi buruk dan bahkan

ancaman kelaparan pada musim paceklik atau akibat gagal panen, lonjak harga dan

hambatan distribusi pangan yang tak jarang terjadi di beberapa daerah merupakan

pertanda masih tingginya ancaman rawan pangan temporer dan spasial di Indonesia.

Sementara itu, kergantungan terhadap pasokan impor atas bahan pangan pokok seperti

terigu dan gandum, gula, kedele, daging sapi, dalam situasi pasar dunia yang tidak

menentu merupakan ancaman serius tehadap ketahan pangan nasional. Termasuk

dalam hal ini adalah keberlanjutan swasembada beras, yang diumumkan pemerintah

Page 25: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

20

terwujud pada tahun 2008, akan tetap menjadi masalah yang perlu ditangani serius pada

periode tahun 2010-2014. Peningkatan laju dan stabilitas produksi bahan pangan untuk

pemantapan ketahanan pangan nasional merupakan masalah pokok pembangunan

pertanian pada tahun 2010-2014.

Ketiga, tingkat pengangguran, terbuka maupun setengah pengangguran,

masih amat tinggi. Pada bulan Agustus 2008, tingkat pengangguran terbuka mencapai

8,39 persen, semantara setengah penganguran mencapai 31,09 persen dan cenderung

meningkat. Kiranya dicatat bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi pekerjaan

utama bagi sebagian besar angkatan kerja yang menyerap 41,33 persen dari seluruh

pekerja pada tahu 2008. Tekanan serapan tenaga kerja pada sektor pertanian

merupakan penyebab utama sukarnya mengurangi tingkat kemiskinan petani dan di

pedesaan secara umum. Dengan demikian, peningkatan produktivitas pertanian

merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja pertanian. Selain itu,

industrialisasi pedesaan, khususnya agro industri, merupakan jalan keluar untuk

mengurangi tekan pekerja pada sektor pertanian.

Keempat, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan instabilitas ekonomi

makro sebagai akibat dari krisis finansial global masih akan berlanjut. Melambatnya

pertumbuhan ekonomi jelas akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk

miskin, ancaman akses pangan dan tingkat pengangguran. Melambatnya pertumbuhan

ekonomi akan menyebabkan penurunan permintaan tehadap produk pertanian,

penurunan investasi swasta dan penurunan penurunan kemampuan anggaran

pemerintah untuk mendukung pembangunan pertanian yang semua ini akan

memperlemah tenaga pendorong pertumbuhan sekor pertanian. Dalam kondisi dan

situasi demikian, percepatan diseminasi dan penerapan inovasi pertanian menjadi

sumber utama pertumbuhan sektor pertanian.

Berdasarkan karakteristik kondisi internal sektor pertanian dan situasi lingkungan

strategis eksternal yang diuraikan maka setidaknya ada enam tantangan yang harus

diatasi dalam mengatasi masalah pokok pembangunan pertanian tersebut, seperti

diuraikan berikut:

3.3.1. Meningkatkan laju pertumbuhan, stabilitas dan pemerataan spasial produksi bahan pangan pokok guna mewujudkan kemandirian pangan nasional dan memantapkan ketahanan pangan Dalam situasi pasar pangan dunia yang tidak menentu maka tidak ada pilihan

lain, Indonesia harus mampu mewujudkan kemandirian pangan nasional yang bertumpu

penuh pada kemampuan sendiri dalam memenuhi ketersediaan pangan dan akses

Page 26: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

21

pangan. Indonesia harus mampu menghasilkan sendiri kebutuhan pangan pokoknya.

Swasembada beras yang diakui pemerintah telah diraih kembali pada tahun 2008 mesti

dipertahankan terus. Pemerintah pun perlu merumuskan program komprehensif guna

mewujudkan dan pempertahankan swasembada jagung, gula, kedele dan daging sapi.

Ini merupakan tantangan besar karena produksi bahan pangan pokok tersebut saling

bersaing dalam penggunaan lahan sementara luas baku lahan cenderung menurun

akibat konversi ke penggunaan lain, membutuhkan dukungan sistem irigasi baik yang

kapasitasnya cenderung menurun, serta dihasilkan oleh petani rumah tangga yang

membutuhkan fasilitasi permodalan yang cukup besar.

Dalam pada itu, perpaduan antara perubahan iklim, menurunnya kapasitas

sistem irigasi dan penggunaan teknologi moderen telah menyebabkan meningkatnya

instabilitas produksi bahan pokok sehingga menimbulkan ancaman ketidaktahanan

pangan temporer. Kemampuan pemerintah dalam merumuskan program untuk

mengatasi resiko produksi bahan pangan pokok ini juga menjadi tantangan yang tidak

mudah pada periode tahun 2009-2014.

Mesti pula diakui bahwa sebaran sentra produksi bahan pangan pokok tersebut

tidak sebangun dengan sebaran penduduk. Bahkan, lokasi kawasan surplus produksi

(utamanya Jawa) bahan pangan amat berjauhan dari kawasan defisit bahan pangan

(utamanya Nusa Tenggara, Papua). Ironisnya lagi, Nusa Tenggara dan Papua memiliki

iklim ekstrim dan infrastruktur transportasinya terbelakang sehingga sangat rentan

terhadap ancaman gagal panen yang berarti pula menghadapi ancaman ketidaktahanan

pangan temporer endemik.

3.3.2. Merumuskan dan melaksanakan upaya peningkatkan daya dukung usahatani skala kecil sebagai program khusus untuk mengurangi jumlah petani miskin dan rawan pangan Petani miskin pada umumnya adalah mereka yang tidak memiliki lahan pertanian

yang memadai untuk menopang kehidupan dasar keluarga masing-masing, yaitu buruh

tani murni dan petani gurem (memiliki lahan kurang dari 0.5 ha). Data menunjukkan

bahwa jumlah buruh tani dan petani gurem cenderung meningkat. Dengan demikian,

salah satu cara yang efektif untuk mengurangi jumlah petani miskin ialah dengan

merumuskan dan melaksanakan program khusus meningkatkan kapasitas daya dukung

usahatani skala kecil sebagai tumpuan hidup (livelihood) bagi keluarga tani.

Peningkatkan kapasitas daya dukung usahatani skala kecil sebagai tumpuan

hidup (livelihood) bagi keluarga tani bukanlah tantangan yang ringan karena kelompok

usahatani ini mengandung berbagai kelemahan internal seperti keterbatasan modal,

Page 27: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

22

ketrampilan teknis, kemampuan menghadapi resiko dan akses pasar. Kelemahan-

kelemahan internal tersebut tidak kompatibel dengan upaya intensifikasi dan

pengusahaan komoditas bernilai tinggi, cara yang paling segera terlihat paling mungkin

dalam implementasi program ini. Untuk itulah fasilitasi dari pemerintah amat dibutuhkan.

3.3.3. Meningkatkan nilai tambah agribisnis dengan menumbuh-kembangkan

usaha pertanian komoditas bernilai tinggi dan spesial, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, serta rantai nilai terkelola guna meningkatkan laju dan kualitas pertumbuhan sektor pertanian

Dalam kondisi kapasitas produksi yang telah mencapai titik jenuhnya, maka

meningkatkan nilai tambah agribisnis dengan menumbuh-kembangkan usaha pertanian

komoditas bernilai tinggi dan spesial, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil

pertanian merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru yang dapat sangat berati

guna mewujudkan laju pertumbuhan sektor pertanian yang cukup tinggi. Inisiatif ini juga

berguna dalam upaya mengurangi jumlah petani miskin seperti yang diuraikan di atas.

Pelaksanaan program ini merupakan tantangan berat karena menyangkut

perubahan mendasar dalam tingkat usahatani, pasca panen dan pemasaran.

Pengalihan tanaman dari komoditas tradisional ke komoditas bernilai tinggi dan spesial

menuntut perubahan perilaku petani, teknologi yang diterapkan, penanganan pasca

panen dan ancaman resiko usaha. Pengembangan usaha pasca panen membutuhkan

wirausahawan yang sesuai dan modal yang cukup besar. Program ini juga menuntut

pengembangan sitem pemasaran baru yakni pola rantai nilai terkelola.

3.3.4. Mendorong investasi swasta pada pembukaan lahan pertanian dan pengembangan usaha industri pengolahan guna meningkatkan kapasitas produksi dan sumber pertumbuhan baru sektor pertanian

Pemacuan penanaman modal swasta, termasuk perusahaan besar, pada sektor

agribisnis khususnya pembukaan lahan pertanian baru dan usaha industri pengolahan

merupakan inisiatif yang harus digalakkan guna memacu pertumbuhan sektor pertanian.

Hal ini sangat penting mengingat keterbatasan anggaran dan ketidaksesuaian peran

pemerintah untuk terlibat langsung dalam usaha bisnis sementara usaha rumah tangga

mengidap berbagai kelemahan dalam berinvestasi besar-besaran di bidang usaha ini.

Salah satu masalah mendasar ialah investasi di bidang usaha agribisnis

bukanlah yang paling menarik bagi pengusaha swasta sehingga perlu diberikan insentif

khusus. Selain itu, pembukaan lahan pertanian baru harus pula dilakukan dengan

penuh kehati-hatian sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial dengan masyarakat

Page 28: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

23

setempat maupun ancaman kerusakan lingkungan alam. Pengembangan pola

perusahaan inti-plasma dengan melibatkan masyarakat setempat merupakan salah satu

pilihan guna meredam ketegangan sosial.

3.3.5. Dalam kondisi ketersediaan dana yang terbatas, pemerintah perlu melaksanakan program nasional renovasi dan pembangunan infrastruktur pertanian secara besar-besaran, baik melalui investasi pemerintah maupun swasta, guna memfasilitasi pertumbuh-kembangan agribisnis

Tidak dapat dipungkiri, krisis finansial global telah pula berdampak serius pada

perekonomian Indonesia sehingga pada periode tahun 2010-2014, khususnya pada

tahun-tahun awal, pemerintah akan mengalami keterbatasan anggaran pembangunan.

Sementara itu, renovasi dan pengembangan infrastruktur pertanian mutlak dilakukan

guna memfasilitasi pertumbuh-kembangan agribisnis guna mengatasi masalah-masalah

dasar pembangunan seperti yang diuraikan terdahulu.

Dalam kondisi demikian, tantangannya ialah bagaimana pemerintah mau

mengambil keputusan politik untuk memprioritaskan atau meningkatkan alokasi

anggaran pembangunan yang terbatas itu. Ini jelas tidak mudah karena alokasi

anggaran untuk pembangunan sektor pertanian secara historis belum menjadi prioritas

pemerintah. Namun secara politik popular, mayoritas penduduk Indonesia nampaknya

berpihak pada dukungan yang lebih besar bagi pembangunan pertanian. Dengan

demikian, salah satu tantangan ialah bagaimana memanfaatkan dukungan politik

popular tersebut dalam mengadvokasikan alokasi anggaran yang lebih besar pada

pembangunan infrastruktur pertanian yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Termasuk dalam hal ini adalah fasilitasi untuk merangsang investor swasta turut serta

dalam pembangunan infrastruktur pertanian.

3.3.6. Membangun sistem inovasi pertanian nasional yang progresif, dimotori oleh lembaga penelitian dan berorientasi pada preferensi pelaku agribisnis

Inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumber baru

pertumbuhan produksi dan nilai tambah, peningkatan daya saing dan pengendalian

dampak lingkungan usaha agribisnis. Keunggulan dalam penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi merupakan kunci dalam mengatasi berbagai masalah dalam

pembangunan pertanian. Penguasaan ilmu dan teknologi dan transformasinya menjadi

innovasi pertanian merupakan tugas dan fungsi dari lembaga penelitian dan akademik,

Page 29: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

24

sementara penerapannya dilakukan oleh praktisi agribisnis.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi tidak saja bagaimana menciptakan

inovasi baru, tetapi juga bagaimana menjamin agar inovasi yang dihasilkan oleh

lembaga penelitian dan akademik sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh segera oleh

para pelaku agribisnis. Masalahnya ialah lembaga penelitian dan akademik memiliki

karakteristik alami yang berbeda dari para pelaku agribisnis. Yang paling pokok ialah

bahwa lembaga penelitian dan akademik lebih berorientasi pada aspek ilmiah sementara

pelaku agribisnis pada penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Sementara itu, lembaga penelitian dan akademik tidak berada dalam satu lembaga yang

berhubungan langsung dengan pelaku agribisnis. Pengembangan kelembagaan yang

mampu memadukan Lembaga Penelitian/Akademik – BPTP - Dinas terkait di

daerah/Direktorat Jenderal – Penyuluh – Petani - Pedagang Perantara/Pengusaha

Agroindustri - Pengecer merupakan tantangan yang cukup berat dalam mengatasi

masalah pembangunan pertanian.

Page 30: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

25

IV. KINERJA TAHUN 2005-2009 DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN, TAHUN 2010-2014

4.1. Dukungan Kelembagaan, SDM, dan Pembiayaan

Kegiatan utama PSE-KP dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kategori

yaitu: Pertama, penelitian dan pengembangan meliputi bidang kajian: (1) Penelitian

Kebijakan Penguatan dan Perlindungan Usaha Pertanian, (2) Penelitian Kebijakan

Sumberdaya Alam, Infratruktur dan Investasi Pertanian, (3) Penelitian Kebijakan

Kelembagaan dan Regulasi Pertanian, (4) Penelitian Kebijakan Ekonomi Makro,

Ketahanan Pangan, Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Pedesaan, (5)

Penelitian Dinamika Ekonomi Pertanian dan Pedesaan , dan (6) Analisis dan Sintesis

Kebijakan Pembangunan Pertanian. Kedua, Program Peningkatan Kapasitas lembaga

pertanian lingkup PSE-KP, Ketiga, Program pengembangan sumberdaya informasi,

komunikasi, diseminasi, dan penjaringan umpan balik IPTEK.

Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah suatu kegiatan penelitian yang

menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat netral. Berbeda dengan penelitian dan

pengembangan, analisis dan advokasi kebijakan adalah kegiatan sintesis dari hasil

penelitian dan pengembangan dengan sasaran pengguna yang lebih spesifik dan telah

memasukkan unsur norma yang berlaku di masyarakat pengguna. Termasuk dalam

program ini adalah Analisis Kebijakan. Kegiatan analisis kebijakan lebih menekankan

kepada evaluasi kebijakan dan merumuskan alternatif kebijakan baru secara lengkap,

operasional dan spesifik stakeholder. Sumber data dan informasi bisa berasal dari hasil

penelitian dan pengembangan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka manajemen

penelitian dan pengembangan berbeda dengan analisis kebijakan (Tabel 1).

Manajemen penelitian dan pengembangan menggunakan pola lintas Kelti

(Kelompok Peneliti), sedangkan manajemen analisis kebijakan menggunakan pola lintas

Kelti dan lintas bidang kajian. Dari Tabel 1 jelas bahwa Kelti bukan penanggung jawab

program, tetapi Kelti sebagai pelaksana kegiatan suatu penelitian sesuai dengan disiplin

ilmunya. Dalam perspektif seperti ini, maka diharapkan Kelti menjadi wahana untuk

Page 31: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

26

pembinaan profesionalisme peneliti.

Manajemen penelitian dan pengembangan akan ditangani oleh seorang Ketua

Tim sebagai penanggung jawab kegiatan dan berkoordinasi dengan Ketua Kelti,

sedangkan untuk analisis kebijakan, karena bersifat lintas Kelti dan bidang kajian, maka

penanggung jawabnya adalah Kepala Pusat.

Tabel 1. Manajemen Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebjakan Pertanian

RPTP/Kegiatan

Kelti A

N

A

L

I

S

I

S

K

E

B

I

J

A

K

A

N

Makro Ekonomi dan Perda-gangan Internasional

Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis

Sosial Budaya Pedesa-

an 1. Penelitian Kebijakan Penguatan dan Perlindungan Usaha Pertanian

V V V

2. Penelitian Kebijakan Sumberdaya Alam, Infrastruktur dan Investasi Pertanian

V V V

3. Penelitian Kebijakan Kelembagaan dan Regulasi Pertanian

V V V

4. Penelitian Kebijakan Ekonomi Makro, Ketahanan Pangan, Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Pedesaan

V V V

5. Penelitian Dinamika Ekonomi Pertanian dan Pedesaan

V V V

A N A L I S I S K E B I J A K A N

Sumberdaya Manusia

Keberhasilan kegiatan penelitian sangat tergantung pada keragaan sumberdaya

manusia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) sebagai

lembaga penelitian sudah memperhatikan pengembangan sumberdaya manusia sejak

tahun 1978. Pengembangan sumberdaya manusia PSE-KP merupakan program yang

telah direncanakan dan didukung oleh dana dari pemerintah serta bantuan (pinjaman

atau hibah) dari luar negeri. Sebagai hasil pengembangan sumberdaya manusia

Page 32: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

27

tersebut, sampai dengan April 2009, PSE-KP memiliki 24 orang Doktor dan 41 orang

Master, baik lulusan dalam negeri maupun luar negeri.

Tenaga peneliti yang ada di PSE berjumlah 79 orang, terdiri dari tiga jenjang

pendidikan, dan dalam pelaksanaan penelitian dibantu oleh tenaga penunjang dalam

berbagai keahlian. Dari sejumlah Doktor pada saat ini, yang aktif melaksanakan

penelitian sejumlah 19 orang, sedangkan 5 orang Doktor lainnya menduduki jabatan

struktural di lingkungan Departemen Pertanian maupun di instansi lainnya. Keragaan

umum staf PSE-KP per April 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Sebagai lembaga penelitian yang selalu menghadapi berbagai perubahan

lingkungan strategis, PSE-KP dituntut untuk meningkatkan kualitas sumbedaya

manusianya sesuai dengan dinamika masalah sosial ekonomi pertanian. Oleh karena

itu, dalam rangka menjaga kualitas dan meningkatkan hasil karya staf, maka program

pengembangan staf yang telah ada terus dilanjutkan dan ditingkatkan termasuk program

tugas belajar atas biaya sendiri baik dalam negeri maupun di luar negeri untuk program

Doktor dan program Master.

Tabel 2. Keragaan Staf Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Menurut

Golongan dan Tingkat Pendidikan per April 2009

No. Pendidikan Golongan Jumlah

IV III II I total persen

1 S3 24 - - - 24 13,3

2 S2 19 22 - - 41 22,8

3 S1 3 28 - - 31 17,2

4 SO/SLTA - 47 22 - 69 38,3

5 SLTP/SD - - 12 3 15 8,4

Jumlah 46 97 34 3 180 100.0

Disamping itu, profesionalisme staf dilakukan melalui peningkatan jabatan

fungsional terus diupayakan, dilain pihak dalam lima tahun terakhir jumlah tenaga

fungsional peneliti berkurang secara alami karena memasuki usia pensiun, sedangkan

pengangkatan staf peneliti baru, hampir tidak ada (dari tahun 2005 sampai 2009 hanya

menambah satu orang calon peneliti, sedangkan peneliti yang pensiun dalam kurun

waktu yang sama berjumlah 10 orang), akibatnya jumlah fungsional peneliti menjadi

berkurang. Oleh karena itu pertambahan staf peneliti dimasa depan harus lebih

Page 33: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

28

diperhatikan, agar jumlah peneliti mendekati critical massnya. Perkembangan staf

peneliti yang menjabat jabatan fungsional peneliti dan non peneliti dari tahun 2007

sampai tahun 2009 disajikan pada Tabel 3.

Sebagai lembaga penelitian yang mempunyai mandat nasional, maka

perencanaan pengembangan staf PSE harus mencerminkan kemampuan analisis dalam

bidang kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan, aspek pengelolaan

sumberdaya, aspek pengembangan sistem usaha pertanian dan aspek sosial serta

kelembagaan. Pada Tabel 4 dapat dilihat keadaan staf PSE-KP menurut disiplin ilmu

dan jenjang pendidikan.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Tenaga Fungsional Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2007-2009

No. Jabatan fungsional 2007 2008 2009

A. Peneliti

1 Peneliti Utama 20 18 19

2 Peneliti Madya 15 18 19

3 Peneliti Muda 17 17 18

4 Peneliti Pertama 13 12 11

5 Peneliti Non Klas 14 12 12

B. Pranata Komputer 1 1 1

C. Litkayasa 2 2 2

D. Pustakawan 3 3 2

E. Arsiparis 1 1 1

Total 86 84 85

Sesuai dengan dinamika lingkungan strategis domestik maupun internasional,

maka dalam lima tahun ke depan aspek-aspek sosial ekonomi pertanian yang terkait

dengan masalah sumberdaya lingkungan, tataniaga dan pemasaran hasil pertanian,

perdagangan dan bisnis pertanian, ekonomi dan sosiologi kelembagaan, komunikasi dan

penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat memerlukan tantangan dalam

pembangunan pertanian. Menyikapi hal tersebut, dukungan sumberdaya manusia yang

kompeten dalam melakukan penelitian dan pengembangan pertanian dalam lingkup

PSE-KP perlu diselaraskan dengan tuntutan tersebut. Oleh karena itu dalam pengiriman

Page 34: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

29

tugas belajar jangka panjang maupun jangka pendek bagi staf peneliti perlu

memprioritaskan pada disiplin ilmu berikut: (1) Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan;

(2) Tataniaga dan Pemasaran; (3)Perdagangan dan Bisnis Pertanian; (4) Ekonomi

Kelembagaan; (5) Sosiologi Kelembagaan; (6) Ekonomi Manajemen; dan (7)

Komunikasi dan Penyuluhan.

Tabel 4. Keadaan Staf Peneliti Menurut Disiplin Ilmu dan Jenjang Pendidikan pada Tahun 2009

No. Disiplin Ilmu Pendidikan

S3 S2 S1

1 Ekonomi Pertanian 9 17 9

2 Ekonomi Sumberdaya 3 6 2

3 Ekonomi Pembangunan Wilayah 2 4 -

4 Sosiologi dan Kelembagaan 1 3 1

5 Kebijakan Pertanian 2 1 -

6 Sistem Usaha Pertanian - - 1

7 Sosiologi Pertanian 1 - 1

8 Penyuluhan dan Komunikasi - - -

9 Sosial Ekonomi Pertanian - - -

10 Teknologi Pertanian - - -

11 Agronomi - - 1

12 Perikanan - - -

13 Agribisnis - - 1

14 Statistika - - 1

15 Gizi Masyarakat - - 1

16 Ekonomi/Manajemen - 1 1

17 Ekonomi Lingkungan 1 1 -

18 Tataniaga dan Pemasaran - 1 -

19 Perdagangan dan Bisinis Pertanian 3 2 -

20 Ekonomi Kelembagaan 1 2 -

21 Antropologi Perdesaan - 1 -

22 Pemberdayaan Masyarakat - 1 -

Jumlah 23 40 19

Page 35: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

30

Adapun rencana pengembangan staf PSE-KP menurut jenjang pendidikan dan

bidang keahlian dalam kurun waktu lima tahun ke depan (tahun 2010 – 2014) dapat

disimak pada Tabel 5.

Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan kegiatan penelitian perlu didukung oleh ketersediaan sarana dan

prasarana yang memadai. Fasilitas kantor utama yang ada saat ini adalah tanah dan

bangunan. Tanah yang dimiliki saat ini seluas 5.403 m2, terletak di dua lokasi yaitu di

Ciapus (1.558 m2) dan di Jalan A. Yani No. 70 Bogor (3.845 m2). Menurut

penggunaannya, tanah di Ciapus dimanfaatkan untuk perumahan sedangkan di Jalan A.

Yani No. 70 untuk perkantoran.

Bangunan berupa gedung perkantoran yang dimiliki tercatat ada tiga unit

bangunan yang dikategorikan sebagai Gedung A, B dan C di Jalan A. Yani 70 Bogor.

Gedung A adalah bangunan lama, Gedung B dan C masing-masing relatif baru berlantai

4 dan 2. Gedung C merupakan hasil renovasi gedung lama yang dibiayai proyek P4N

yang memiliki luas sekitar 467 m2.Fasilitas penunjang kerja yang menonjol adalah

internet 95 line dan komputer 112 unit.

Page 36: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

31

Tabel 5. Proyeksi Staf Peneliti PSE-KP Menurut Jenjang Pendidikan dan Bidang Keahlian Tahun 2010 sampai Tahun 2014

No Bidang Keahlian Proyeksi Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1

1 Ekonomi Pertanian 10 15 11 10 17 11 12 16 13 12 15 14 12 15 14 2 Ekonomi Sumberdaya 3 6 2 3 6 2 3 6 2 2 6 2 3 5 2 3 Ekonomi Pemb. Wilayah 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 Sosiologi & Kelembagaan 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 2 1 3 2 5 Penyuluhan & Komunikasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 Sosial Ekonomi Pertanian 1 1 1 1 1 7 Teknologi Pertanian 8 Agronomi 1 1 1 1 1 9 Perikanan - - - - - 10 Agribisnis 2 2 2 3 3 11 Statistika 1 1 1 1 1 12 Gizi Masyarakat 1 1 1 1 1 13 Ekonomi/Manajemen 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Ekonomi Lingkungan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Tataniaga & Pemasaran 1 1 1 1 1 16 Perdagangan & Bisnis

Pert. 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 17 Ekonomi Kelembagaan 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 18 Antropologi Perdesaan 1 1 1 1 1

19 Pemberdayaan Masyarakat 1 1 1 1 1 1 1

Total 22 38 22 23 40 23 23 39 25 23 38 26 25 36 27

Page 37: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

32

Secara keseluruhan keragaan sarana dan prasarana dari tahun 2010 – 2014 tergambar

pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Pusat Analisis Sosial Ekonom i dan kebijakan Pertanian

No. Jenis Barang Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Tanah (M2) 5403 5403 5403 5403 5403 5403

2 Bangunan (M2) 3506 3506 3506 3506 3506 3506

3 Komputer (Unit) 112 117 122 127 132 137

4 Ac.(Unit) 70 72 74 76 78 80

5 Sice (Unit) 21 21 22 22 23 23

6 Filling Cabinet (Unit) 124 128 132 136 140 144

7 Rak Buku (Unit) 60 63 66 69 72 75

8 Kendaraan :

- Roda 4 12 12 13 13 14 14

- Roda 2 11 11 12 12 12 12

9 Sound Sistem (Unit) 10 10 10 10 10 10

10 Internet Line (Unit) 95 102 107 112 117 122

11 Sarana/ Alat Olah Raga 1 1 1 1 1 1

12 Taman (M2) 1647 1647 1647 1647 1647 1647 13 Lapangan Parkir (M2) 250 250 250 250 250 250

14 Printer (Unit) 63 66 69 72 75 78

15 Laboratorium 2 2 2 2 2 2

Anggaran

PSE-KP dalam melaksanakan mandat sebagai lembaga penelitian didukung oleh

dana yang bersumber dari anggaran APBN dan kerjasama penelitian. Anggaran APBN

pada periode 2005-2009 secara absolut mengalami kenaikan. Kenaikan anggaran tersebut

utamanya disebabkan oleh adanya kenaikan untuk belanja pegawai. Mulai tahun 2005

terjadi perubahan paradigma sistem penganggaran, dari sistem anggaran terpisah (Splited

Budget) menjadi anggaran yang bersatu (unified Budget) .

Page 38: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

33

Kegiatan kerja sama mencakup kerja sama dalam kegiatan penelitian, bantuan

teknis dan kegiatan lain. Kerja sama dilakukan baik dengan instansi dalam negeri maupun

dengan institusi luar negeri. Kegiatan kerja sama penelitian dalam negeri dilakukan baik

dengan instansi lingkup Departemen Pertanian, instansi dan lembaga luar Departemen

Pertanian, BUMN dan Swasta. Bentuk kerja sama tersebut berupa kerja sama keterpaduan

penelitian dengan memanfaatkan sumber dana masing-masing, kerja sama dengan

sumbangan dana dari pihak donor, kerja sama untuk menjawab isu-isu sosial ekonomi

tertentu dibiayai oleh pengguna.

Perkembangan anggaran pada periode 2005-2009 serta perkiraan anggaran pada

TA 2010 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan Anggaran Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA 2005-2009 dan Perkiraan Anggaran TA 2010

(Rp. 000) Tahun Kerjasama Total

Anggaran Dana APBN Dalam Luar Total Anggaran (RP) Negeri Negeri (RP) (RP) (RP)

2005 14,040,802,000 246,000,000 Rp 1,503,000,000 1,749,000,000

15,789,802,000

($ US 15.000)

2006 14,040,799,000 110,000,000 730,116,320 840,116,320 14,880,915,320 ($ US 74.807)

2007 14,485,847,000 624,008,460 Rp 867.876.554 1,974,795,574 16,460,642,574 (JPY 34.225.603)

Rp 482.910.560 ($ US 51.770)

2008 13,793,456,000 319,000,000 Rp 89,138,203 408,138,203 14,201,594,203 ($ US 9.522)

2009 15,378,766,000 978,665,436 Rp 2,654,031,361 3,632,696,797 19,011,462,797

2010 - - Rp 5,233,519,000 - 5,233,519,000

Anggaran belanja PSE-KP TA 2009 meliputi belanja pegawai, belanja barang,

belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan. Jumlah anggaran APBN PSE-KP TA 2009

adalah Rp 15,378 milyar. Realisasi anggaran per April 2009 adalah Rp 3,339 milyar

(21,72%) dari pagu DIPA. Dengan demikian per April 2009 terdapat sisa anggaran sebesar

Rp 12,09 milyar atau 78,28 persen (Tabel 8).

Page 39: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

34

Tabel 8. Anggaran Belanja PSE-KP TA 2009 (per April 2009)

No. Uraian Pagu Realisasi Sisa Dana 1 Belanja Pegawai 8.631.000.000 2.572.651.141 6.058.348.859

100,00 29,81

70,19

2 Belanja Barang

2.444.318.800

363.791.220

2.080.527.580

100,00

14,88

85,12

3 Belanja Pemeliharaan

992.417.000

120.636.152

871.780.848

100,00

12,16

87,84

4 Biaya Perjalanan

2.995.730.000

266.756.292

2.728.973.708

100,00

8,90

91,10

5 Belanja Modal

315.300.000

15.900.000

299.400.000

100,00

5,04

94,96

Total

15.378.766.200

3.339.734.871

12.039.031.329

100,00

21,72

78,28

4.2. KINERJA PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN TAHUN 2005-2009

4.2.1. Kinerja Program Penelitian

Sebagai institusi lingkup Departemen Pertanian yang diberi mandat melaksanakan

penelitian sosial ekonomi secara nasional, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian mempunyai visi menjadi lembaga yang mampu mengintegrasikan secara sinergis dan

berimbang prinsip dan pelayanan ganda, yaitu penelitian dan pengembangan sosial ekonomi

pertanian (sebagai lembaga ilmiah), analisis kebijakan pembangunan pertanian (sebagai

lembaga pemerintahan), penyuluhan (sebagai elemen penunjang sistem agribisnis), dan

advokasi pembangunan pertanian (sebagai lembaga kemasyarakatan) guna mewujudkan

tujuan pembangunan dengan pelayanan berkelanjutan.

Berbeda dengan penelitian yang bersifat teknis, output yang dihasilkan dari penelitian

sosial ekonomi bukanlah teknologi yang bersifat tangible (teknologi yang dapat dilihat secara

fisik), melainkan berupa pengetahuan rumusan kebijakan atau program dan rumusan rekayasa

kelembagaan yang bersifat intangible. Secara umum hasil-hasil penelitian sosial ekonomi

pertanian dan analisis kebijakan PSE-KP dikatagorikan menjadi 4 (empat) kelompok. Pertama,

Page 40: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

35

sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan dan program pembangunan pertanian. Hasil

analisis ini digunakan untuk memberikan opsi rumusan kebijakan dan program (sintesa),

pemikiran akademis mengenai evaluasi kebijakan dan program pembangunan pertanian

(pertimbangan) dan memperjuangkan suatu kebijakan yang dianggap layak dan patut atau

menolak kebijakan yang dianggap tidak layak dan tidak patut (advokasi). Sintesa kebijakan

disampaikan langsung kepada pimpinan Departemen Pertanian. Kedua, rekayasa model

inovatif kelembagaan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan faktor penting dalam

mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Ketiga,

analisis mengenai kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian yang

meliputi: (1) ekonomi makro dan mikro serta perdagangan internasional, (2) pengelolaan

sumberdaya dan agribisnis berkelanjutan, (3) sistem inovasi teknologi pertanian, (4) ketahanan

pangan dan kemiskinan, dan (5) dinamika sosial ekonomi pedesaan. Keempat, sarana dan

prasarana simulasi evaluasi kebijakan, kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan

pertanian. Hasil kegiatan ini berupa pangkalan data dan model simulasi dinamika ekonomi

makro dan mikro.

(1) Sintesa, Pertimbangan, dan Advokasi Kebijakan Pembangunan Pertanian

Beberapa sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian yang

telah dihasilkan dan digunakan oleh pimpinan Departemen Pertanian akan diuraikan berikut ini.

Fleksibilitas Penerapan Special Safeguard Mechanism (SSM) dan Kaji Ulang Kebijakan Domestic Support (DS) untuk Special Product (SP) Indonesia

Pada umumnya negara berkembang menggunakan price trigger SSG untuk

melindungi kejatuhan harga impor. Indonesia meskipun memperoleh hak untuk 13 pos tarif,

namun tidak pernah digunakan. Perhitungan untuk 9 komoditas utama ternyata tidak

satupun memenuhi syarat untuk menerapkan perlindungan via price SSG. Referensi harga

yang rendah pada periode 1986-88, ditambah nilai tukar rupiah terhadap $AS yang

semakin merosot, sehingga tidak ditemukan insiden kejatuhan harga produk impor.

Proposal G-33 dipakai untuk mengetes fenomena serbuan impor dan kejatuhan harga

untuk 9 komoditas pangan terpilih di Indonesia. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa

Indonesia mengalami serbuan impor dan kejatuhan harga dalam periode 1996-2005 untuk

semua komoditas pangan terpilih.

Lonjakan impor yang besar terjadi pada komoditas beras (84%), jagung (72%), gula

(50%), daging sapi (85%), pisang (161%), dan daging unggas (121%). Tindakan setelah itu

adalah menaikkan tingkat tarif atau tambahan tarif SSM sesuai dengan pengelompokkan

kejatuhan harganya. Tindakan atas lonjakan impor, baru bisa dilakukan setelah terbukti

Page 41: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

36

terjadinya impor tahun sebelumnya. Ini memang agak lambat untuk mengatasi serbuan

impor, sehingga harga pasti akan tertekan.

Berbeda dengan tindakan mengatasi serbuan impor, tindakan atas kejatuhan harga

dapat lebih segera dilakukan, karena yang dilihat data bulanan. Apabila kejatuhan harga

terjadi dalam bulan lalu, maka bulan selanjutnya segera dapat diterapkan SSM, tidak perlu

menunggu lengkap per tahun. Disamping itu, pemakaian data harga akan lebih realistis,

karena terhindar dari data yang underestimate, misalnya karena impor ilegal.

Analisa dan kajian yang selama ini pernah dilaksanakan menunjukkan bahwa

perhitungan pengeluaran untuk Green Box sebagai bagian penting dari Suport Domestik,

ternyata telah mengabaikan atau paling tidak underestimate terhadap peran General

Service. Padahal, GS itu secara teori seharusnya mampu membuat petani miskin dan

berlahan sempit dapat difasilitasi meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahataninya,

sehingga membuat daya saing komoditas yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan dengan

demikian diharapkan petani dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan dapat

lebih sejahtera.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dukungan domestik yang tercakup

dalam general services yang dialokasikan oleh pemerintah provinsi dalam proporsi dan

nominal relatif besar. Ke depan Indonesia dapat lebih berkonsentrasi untuk

mengembangkan dan meningkatkan kebijakan dukungan domestik ini dalam mendukung

peningkatan produktivitas dan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional

karena dukungan ini tidak termasuk subsidi yang harus diubah ke dalam tarif dan bukan

termasuk kotak yang akan dihapuskan.

Implikasinya, pada dasarnya penggunaan SSG lebih rumit, tidak saja dalam

penentuan price trigger tetapi juga volume trigger. Ditambah lagi, masalah remedy SSG

yang tidak realistik, telah membuat mekanisme perlindungan ini kurang efektif.

Apabila SSM hanya diperuntukkan pada sejumlah produk/komoditas saja, maka

Indonesia perlu memilih dari 36 (plus 1 untuk susu/olahannya) komoditas PSP. Prioritas

perlu diberikan pada komoditas dengan bound tariff yang rendah. Produk yang terendah

bound tariff nya 9%. Selanjutnya adalah soybean brokenor not yellow (HS1201.00.100),

soybean black (HS1201.00.20), soybean green (HS1201.00.500) masing-masing dengan

tingkat bound tarif 27%. Seterusnya, dipilih lagi yang tarif di atasnya yaitu 30%, 40% dan

seterusnya.

Dimasa mendatang besaran nominal dukungan domestik ini masih perlu diperbesar

dan makin dipertajam sesuai dengan spesifik lokasi dan spesifik komoditas yang

Page 42: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

37

dikembangkan. Dengan penajaman prioritas dan peningkatan nominal dananya, maka

diharapkan upaya peningkatan produktivitas dan daya saing komoditas petani dapat dicapai

dengan lebih efektif.

Analisis Notifikasi dan Kerangka Modalitas Perjanjian Perdagangan WTO Sampai saat ini perundingan di bidang pertanian masih tetap merupakan kunci atau

“lokomotif” perundingan di Organisasi Perdagangan Dunia/OPD. Perundingan di bidang

pertanian ini mencakup tiga pilar utama, yaitu bantuan domestik/BD (domestic support),

subsidi ekspor/SE (export subsidy), dan akses pasar/AP (market access). Ketiga aspek ini

secara intensif dibahas guna mencapai keseimbangan dalam mewujudkan aturan

Perlakuan Khusus dan Berbeda/PKB (special and differential treatment/SDT) yang menjadi

hak negara-negara berkembang/NB. Selama sepuluh tahun terakhir sejak Putaran

Uruguay, tidak banyak perubahan dalam Perjanjian Pertanian. Namun demikian, dalam pilar

SE, telah disepakati batas waktu penentuan modalitas penurunan sampai akhir tahun 2013.

Agar mampu menilai dan menjustifikasi jalannya perundingan, jenis keputusan dan

kesepakatan yang akan diambil dan bahkan diusulkan, Indonesia memerlukan adanya

kajian dan analisis secara komprehensif tentang ketiga pilar utama tersebut. Selain itu

diperlukan adanya pembentukan dan pematangan strategi perundingan agar modalitas

pertanian yang akan dirundingkan dan disepakati tidak mengarah pada posisi yang hanya

mengakomodasikan kepentingan negara maju/NM dan merugikan NB. Indonesia sebagai

koordinator KN-33 sangat berkepentingan pada terwujudnya modalitas-modalitas yang

ramah terhadap proses penyesuaian dinamika ekonomi NB, agar tujuan pembangunan

pertanian masing-masing anggota sesuai dengan harapan masyarakat.

Sejauh ini pemerintah daerah di Indonesia belum menyadari bahwa kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan bantuan dana dari pemerintah pusat dan daerah untuk

berbagai kegiatan seperti: peremajaan tanaman, pemasaran, penyuluhan, perbaikan

saluran irigasi, adalah merupakan bentuk-bentuk BD. Hasil pengamatan menunjukkan dari

tiga jenis BD, yakni Aggregate Measurement of Support/AMS, Kotak Hijau/KH (green box),

dan Kotak Biru/KB (blue box) yang dikenal dalam kesepakatan OPD, hanya BD jenis KHlah

yang banyak ditemukan. Dana BD yang dimanfaatkan di daerah sebagian besar bersumber

dari dana dekonsentrasi yang berasal dari pusat. Ketergantungan daerah akan dana ini

masih sangat tinggi mengingat sumber dana APBD I dan II sangat terbatas.

Pemotongan BD di NM menyebabkan: (1) Peningkatan harga seluruh komoditas di

Indonesia (terutama lahan dan biji-bijian mengandung minyak (Kedelai)); (2) Penurunan

volume seluruh jenis komoditas yang diimpor (terutama biji-bijian); (3) Penurunan

Page 43: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

38

permintaan rumahtangga masyarakat Indonesia terhadap komoditas pertanian dan

beralihnya permintaan rumahtangga masyarakat ke produksi domestik, seperti gandum,

jagung, kedelai, tanaman serat dan susu olahan. Sedangkan bagi komoditas hortikultura,

ayam/telur, dan pertanian lainnya terjadi peningkatan permintaan impor. Pada komoditas

lainnya, seperti padi, gula dan ternak besar (sapi) akan terjadi penurunan pada

penggunaan atau peruntukan lahannya; dan (4) Penurunan Produk Domestik Bruto/PDB

Indonesia dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pemotongan SE di NM berdampak pada: (1) Peningkatan harga-harga seluruh

komoditas pertanian Indonesia (lahan, gandum, padi, jagung, kedelai, tanaman serat dan

ternak besar; (2) Penurunan volume seluruh jenis komoditas impor, kecuali gandum,

serealia lainnya (jagung) dan pertanian lainnya; (3) Seiring dengan penurunan impor,

permintaan rumahtangga masyarakat Indonesia juga mengalami penurunan bagi seluruh

jenis komoditas. Hal ini mengakibatkan peralihan permintaan rumahtangga masyarakat

Indonesia dari impor ke produksi domestik untuk komoditas kedelai, gula, tanaman serat,

dan susu dan (4) PDB dan tingkat kesejahteraan di NM, seperti UE mengalami

peningkatan, sementara di Indonesia mengalami penurunan.

Pemotongan tarif secara bersamaan menyebabkan pendapatan rumahtangga di

Indonesia dan NM lain akan meningkat, sementara di wilayah yang lain, termasuk kelompok

KN-33 akan menurun. Laju peningkatan pendapatan rumahtangga di Indonesia lebih

rendah daripada di kelompok NM lain. Peningkatan pendapatan rumahtangga di Indonesia

dan NM lain ini juga diikuti oleh peningkatan PDB di Indonesia dan NM lain tersebut dan laju

persentase peningkatan pendapatan dan PDB hampir sama. Namun, analisis menunjukkan

bahwa pemotongan tarif secara bersamaan menyebabkan kesejahteraan di semua negara

atau wilayah yang dianalisis meningkat, kecuali bagi AS.

Skenario penghapusan BD dan SE pada umumnya tidak berdampak kepada

penurunan PDB yang cukup nyata. Dampak yang ditimbulkan hanya memicu kenaikan

harga komoditas pertanian yang mengalami penurunan BD atau SE, sedangkan dari sisi

pendapatan petani di NM masih tetap memperoleh pendapatan yang meningkat. Oleh

karena itu, Indonesia seyogyanya bahu membahu dengan NB untuk mendesak NM

menghapuskan BD, dan bila Indonesia masih menghendaki kebijakan BD, hendaknya

mulai sekarang harus dipikirkan persentase besaran yang akan diberikan maksimal hingga

tingkat de minimis (kurang lebih 10 persen dari nilai produksi komoditas).

Posisi Indonesia yang dapat diusulkan dalam menyikapi notifikasi BD yang berkaitan

dengan AMS dan KH adalah: (1) memanfaatkan indikator acuan de minimis yang telah

Page 44: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

39

disepakati, yakni sebesar 10 persen dari nilai produksi suatu komoditas, dan (2) tetap

meningkatkan BD yang termasuk dalam KH di dalam APBN yang diberikan ke daerah

melalui dana dekonsentrasi.

Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA Serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia

Perkembangan Kawasan Perdagangan Bebas (KPB) bersamaan dengan

berjalannya perundingan multilateral dalam wadah Organisasi Perdagangan Dunia (OPD)

setidaknya memunculkan dua macam Kesepakatan Perdagangan Terbatas (KPT), yakni

Bilateral dan Plurilateral. Indonesia melangkah ke arena persaingan bebas wilayah melalui

kesepakatan AFTA, ASEAN-China FTA dan Indonesia-China FTA. ACFTA merupakan

salah satu model kerjasama AFTAs dengan Negara Berkembang (NB) yang medannya

sangat berbeda dengan model kerjasama dengan Negara Maju (NM) sebagai akibat

perbedaan kepentingan NM terhadap Indonesia atau ASEAN. Indonesia sedang melangkah

ke arena persaingan bebas dan amat liberal di AFTA. Hal ini akan memberikan peluang

untuk merebut pasar sekaligus bisa menjadi ancaman tersendiri.

Pesatnya perkembangan perekonomian China mengisyaratkan dampak tersendiri

bagi negara-negara ASEAN. Kesepakatan regional menjadi peluang yang dapat

dimanfaatkan sepenuhnya oleh negara-negara anggota termasuk Indonesia. Keberadaan

kebijakan early harvest terbukti berdampak positif bagi kinerja ekspor komoditas pertanian

yang didominasi oleh komoditas perkebunan seperti minyak sawit (151110), karet alam

dalam bentuk SIR 20 (400122), karet lembaran (400121) serta karet campuran (400599).

Komoditas hortikultura dalam bentuk produk olahan seperti minyak dan lemak sayur serta

manggis menjadi primadona yang siap tumbuh untuk dipacu ekspornya. Oleh sebab itu

minyak sawit dan produk turunannya sangat potensial untuk dimasukkan ke dalam daftar

early harvest package dengan mempertimbangkan nilai ekspor yang cenderung meningkat,

sementara kemajuan teknologi biofuel menjadikan peluang untuk mengekspor gaplek

(71410) terbuka luas dan cukup menantang.

Dalam rangka keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas baik secara

bilateral maupun secara kawasan diperlukan sikap kehati-hatian dalam negosiasi untuk

memasukkan komoditas yang terdaftar dalam program pengurangan tarif bea masuk

terutama produk yang banyak dihasilkan berupa produk primer. Mengantisipasi impor buah

dan sayur dari China dan ASEAN, pemerintah perlu membuat kebijakan yang konsisten dan

terintegrasi antar departemen teknis. Peningkatan mutu sangat mendesak sehingga

mampu bersaing dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN tahun 2015.

Page 45: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

40

Implikasi Kebijakan meliputi: (1) Diperlukan ketersediaan infrastruktur dan kebijakan

pemerintah daerah maupun pusat dalam memfasilitasi kegiatan perdagangan luar negeri,

terutama dalam aspek kepabean, perpajakan dan penciptaan iklim yang merangsang

investasi, memajukan industri dalam negeri sekaligus menciptakan lapangan kerja; dan (2)

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dampak penurunan tariff terhadap produksi, ekspor

bersih, PDB dan kesejahteraan sangat positif. Dampak dari penurunan tarif mencapai 100

persen (komoditas yang terkait dengan modalitas). Indonesia akan mengalami perubahan

PDB sebesar 0,0027 persen akibat AFTA dan 0,2623 persen dari EHP Indonesia-China.

Begitu pula dengan negara-negara mitra seperti China dan ASEAN. Pencapaian

kesejahteraan Indonesia akibat EHP Indonesia–China mencapai US$ 452 juta atau sekitar

Rp 4,1 trilyun sedangkan pada AFTA hanya mencapai US$ 5,34 juta atau sekitar Rp 48

milyar. Begitu pula dengan negara-negara mitra China dan total negara ASEAN lainnya,

besarnya kesejahteraan masyarakat meningkat masing-masing sebesar US$ 381,90 juta

atau sekitar Rp 3,4 trilyun dan US$ 229,96 juta atau sekitar Rp 2,1 trilyun. Jika prasarana

dan sarana yang mendukung terciptanya kondisi liberalisasi perdagangan di Indonesia

dapat bersifat lebih kondusif, tidak perlu ada kekhawatiran terjadinya dampak negatif akibat

liberalisasi perdagangan.

Kaji Ulang Kebijakan Subsidi dan Distribusi Pupuk

Konstruksi dasar kebijakan subsidi pupuk yang berlaku saat ini antara lain adalah

(1) Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang lebih

rendah daripada harga pasar dan pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan untuk usahatani

rakyat; (2) Subsidi pupuk yang merupakan selisih antara harga pasar dengan HET

dibayarkan langsung oleh pemerintah kepada produsen (pabrik) pupuk atau modus subsidi

yang diterapkan oleh pemerintah adalah subsidi langsung kepada produsen (pabrik

pupuk); dan (3) Sistem distribusi pupuk bersubsidi bersifat terbuka, yaitu sistem distribusi

yang hanya memiliki delivery system (sistem distribusi dari produsen/pabrik ke pengecer),

tetapi tidak memiliki receiving system (sistem penerimaan oleh petani). Sistem distribusi

pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka juga telah memperbesar kesempatan untuk

melakukan penjualan pupuk bersubsidi kepada perusahaan skala besar (perkebunan). Hal

ini karena dalam sistem distribusi pupuk yang bersifat terbuka tidak ada sistem penerimaan

oleh petani (receiving system) sehingga pengecer/kios resmi dapat menjual pupuk

bersubsidi kepada siapa saja termasuk kepada mereka yang tidak berhak. Disamping itu

sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka juga telah memungkinkan petani

membeli/menggunakan pupuk diatas dosis anjuran sehingga mendorong terjadinya langka

Page 46: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

41

pasok.

Kelangkaan pupuk bersubsidi yang disebabkan oleh kelemahan yang terdapat

dalam konstruksi dasar kebijakan subsidi pupuk yang berlaku saat ini seringkali memicu

terjadinya lonjak harga, sehingga HET yang berlaku menjadi tidak efektif. Kondisi ini

membuat pemerintah, DPR maupun masyarakat tidak puas terhadap kebijakan subsidi

pupuk yang berlaku saat ini sehingga ada wacana untuk mengganti modus subsidi dari

subsidi yang dibayarkan langsung kepada produsen menjadi subsidi yang dibayarkan

langsung kepada petani dalam bentuk kupon. Disamping itu ada wacana juga untuk

mengganti sistem distribusi pupuk bersubsidi dari bersifat terbuka menjadi bersifat tertutup.

Wacana ini cukup beralasan, namun demikian harus disadari bahwa subsidi yang

dibayarkan langsung kepada produsen maupun subsidi yang dibayarkan langsung kepada

petani dalam bentuk kupon sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian pula

sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka maupun yang bersifat tertutup juga

sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dalam rangka merespon wacana tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan

evaluasi terhadap modus subsidi dan sistem distribusi pupuk bersubsidi yang berlaku saat

ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah wacana tersebut perlu segera

ditindaklanjuti menjadi kebijakan atau tidak, sehingga dapat diketahui langkah-langkah

yang perlu diambil. Hasil evaluasi terhadap distribusi pupuk bersubsidi di tingkat produsen

dan pelaku distribusi (distributor dan pengecer) di propinsi-propinsi lokasi penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan sejumlah pertimbangan maka modus subsidi dan sistem

distribusi pupuk bersubsidi sebagaimana yang berlaku saat ini masih perlu dipertahankan.

Hal ini didasarkan atas tiga pertimbangan utama: (1) Hasil evaluasi terhadap prinsip enam

tepat (tepat jenis, kualitas, tempat, waktu, harga, dan jumlah), yang tidak terpenuhi

hanyalah prinsip tepat jumlah, khususnya terkait dengan realisasi penyaluran per bulan,

sedangkan total realisasi penyaluran selama setahun relatif sama dengan total rencana

kebutuhan; (2) Hasil evaluasi terhadap distribusi pupuk bersubsidi di tingkat petani di

propinsi-propinsi lokasi penelitian menunjukkan bahwa prinsip enam tepat umumnya

terpenuhi; (3) Sebagian besar responden petani di propinsi-propinsi lokasi penelitian

menyatakan puas terhadap sistem distribusi pupuk bersubsidi yang berlaku dengan alasan

utama pupuk bersubsidi mudah diperoleh pada waktu dibutuhkan.

Sementara itu agar langka pasok dan lonjak harga pupuk bersubsidi dapat lebih

dikendalikan maka langkah-langkah berikut perlu mendapat perhatian, yaitu (1) Peranan

Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida baik di tingkat propinsi maupun di tingkat

Page 47: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

42

kabupaten perlu lebih didayagunakan dengan cara antara lain menambah anggaran

operasional lembaga tersebut; (2) Penegakan Peraturan Presiden Republik Indonesia No.

77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan

perlu lebih diintensifkan; (3) Penyaluran pupuk per bulannya oleh produsen pupuk harus

memperhatikan pola tanam yang dilakukan oleh petani sehingga realisasi penyaluran pupuk

dengan rencana kebutuhan/kebutuhan riilnya dapat sinkron.

Kaji Ulang Program Pembangunan Pertanian Dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah pembangunan pertanian telah

dirancang sekitar 28 kegiatan. Oleh karena itu, dinilai perlu mengkaji ulang kegiatan

analisis dan sintesis terhadap konsep, implementasi dan dampak program pembangunan

pertanian secara selektif. Tahun 2007 Departemen Pertanian mengeluarkan anggaran

sekitar Rp 8 triliun dengan kegiatan berfokus pada program Lembaga Usaha Ekonomi

Pedesaan (LUEP). Sementara untuk tahun 2008 difokuskan pada Kaji Ulang Program

Subsidi Benih Jagung dan Swasembada Daging 2010.

Program DPM LUEP yang memberi dana talangan dalam bentuk pinjaman tanpa

bunga untuk membeli gabah petani dengan harga yang ditetapkan pemerintah hanya

efektif jika harga gabah lebih rendah dari HPP. Kriteria yang digunakan dalam

mengalokasikan dana talangan ke kabupaten di seluruh propinsi tidak jelas. Akhirnya

operasional LUEP hanya merupakan usaha dagang dan penggilingan gabah yang bersifat

komersial, mengutamakan profit. Bagi petani sendiri, dampak DPM terhadap harga gabah

yang diterima petani hanya berlaku sesaat pada saat panen karena petani cenderung

menjual dicicil sehingga harga yang diterima petani berada di bawah HPP.

Meningkatkan keberhasilan DPM LUEP sebaiknya dilakukan identifikasi yang

intensif tentang perkembangan harga gabah sepanjang tahun pada setiap wilayah

(kabupaten) sentra produksi sehingga penyerahannya pada lokasi dan waktu yang tepat.

Menerapkan pembukuan khusus penggunaan DPM sebagai syarat menjadi LUEP.

Menerapkan pendisribusian DPM LUEP dengan berbagai pola dan dengan berbagai

bentuk kelembagaan. Disarankan LUEP dalam satu kabupaten dengan harga tertentu

bebas membentuk jaringan kerjasama saling menguntungkan antar lokasi.

Pada program subsidi benih jagung terdapat kebijakan daerah yang bertentangan

dengan kebijakan pusat yakni mewajibkan petani membayar kembali besaran subsidi yang

diterima Kelompok Tani. Kebijakan ini menyebabkan subsidi hanya berlaku pada tingkat

kelompok tani (koptan). Pemda juga menilai subsidi kurang mendidik karena tidak

Page 48: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

43

mengarahkan ekonomi petani menjadi kuat secara mandiri, terutama tatkala subsidi

dihentikan.

Dampak subsidi benih terhadap produksi, produktivitas dan pendapatan petani

sangat bervariasi ditentukan oleh penerimaan subsidi benih yang tepat waktu, mutu dan

jumlahnya, perubahan cuaca, praktek budidaya yang stagnan, dan pembatasan subsidi

hanya untuk satu hektar membuat petani kesulitan memperluas usaha penanaman. Oleh

karena itu, target swasembada terlalu ambisius dibandingkan usaha pemerintah untuk

merealisasikannya.

Merubah swasembada daging sapi menjadi swasembada sapi bakalan dinilai lebih

bermanfaat dalam jangka panjang. Pemerintah harus mengarahkan program dari peternak

tradisional kepada peternak skala kecil dan menengah secara tradisional maupun maju.

Setiap daerah yang diunggulkan sebagai gudang ternak nasional melakukan pendataan

tentang keberadaan dan kinerja usaha skala kecil dan menengah yang ada di wilayahnya.

Program-program yang dibuat pemerintah bersifat nasional dan berskala kecil

dibandingkan dengan sasaran yang ingin dicapai. Strategi implementasi program disama

ratakan, tidak memperlakukan wilayah unggulan, tetapi berorientasi pada komoditas

unggulan. Implementasi program tidak dilaksanakan dengan suatu metoda yang

memungkinkan evaluasi dampak program.

(2) Rekayasa Model Inovatif Kelembagaan Pembangunan Pertanian

Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antar manusia

untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Keberlanjutan sistem produksi dimungkinkan

apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Mengingat pentingnya

faktor kelembagaan dalam pembangunan pertanian, maka PSE-KP memberikan perhatian yang

cukup besar terhadap aspek kelembagaan ini.

Kajian Kebutuhan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi.

Mengingat besarnya resiko kegiatan pertanian, maka muncul wacana untuk

memberikan perlindungan kepada petani dalam bentuk pemberian asuransi pertanian.

Menanggapi wacana tersebut, PSE-KP telah melakukan kajian terhadap kemungkinan

diadakannya asuransi pertanian, khususnya kepada pertanian rakyat. Hasil kajian

menunjukkan ada tiga prinsip asuransi yang harus dipertimbangkan, yaitu (a) Risk

spreading dan risk pooling, dimana risk spreading berarti bahwa individu-individu petani

berbagai risiko yang sama dengan lembaga penyedia asuransi dan risk pooling berati

Page 49: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

44

bahwa individu-individu petani yang mempunyai risiko berbeda menggabungkan risikonya

ke dalam satu wadah bersama (common pool) ; (b) insurable risks, artinya risiko harus layak

secara ekonomi untuk diasuransikan; dan (c) rational for buying insurance, artinya membeli

asuransi harus rasional secara ekonomi.

Prakondisi yang diperlukan untuk dapat membangun sebuah sistem asuransi

tanaman padi sawah yang rasional bagi petani dan fisibel secara ekonomi bagi lembaga

penyedia asuransi adalah : (a) Jumlah petani yang menjadi peserta asuransi harus cukup

besar, yang dapat dicapai dengan mewajibkan petani penerima kredit usahatani (sekarang

Kredit Ketahanan Pangan = KKP dan terus berkembang menjadi KKPE = Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi) membeli polis asuransi pertanian; (b) Para petani harus setuju untuk

melaksanakan teknologi yang dianjurkan; (c) Ada jasa bank penyalur kredit yang sekaligus

bertindak sebagai agen penjual polis/sertifikat asuransi dan distribusi dokumen klaim dan

pembayaran klaim yang telah disetujui oleh lembaga penyedia asuransi (d) Ada dukungan

secara total dari Departemen Pertanian, khususnya dalam pelaksanaan inspeksi risiko dan

penilaian kerugian; (e) Pengaturan asuransi tanaman padi sawah lebih baik dilakukan

secara terpusat; (f) Tersedianya tenaga ahli yang berpengalaman khusus mengenai

asuransi pertanian yang harus dimiliki oleh lembaga penyedia asuransi pertanian, seperti

tenaga underwriter, tim inspeksi risiko, tim agronomi dan tim penilai kerugian.

Prakondisi lainnya yang ditimbulkan adalah : (a) Tersedianya database yang

obyektif dan memadai bagi lembaga penyedia asuransi pertanian; (b) Tersedianya

sumberdaya keuangan yang memadai untuk mendukung pelaksanaan asuransi tanaman

padi sawah; (c) Perlu adanya persamaan persepsi pada tingkat pengambilan keputusan

tentang pentingnya asuransi tanaman padi sawah; (d) Perlu diketahui dan dipahaminya

ruang lingkup asuransi tanaman padi sawah; (e) Perlu diadakan ujicoba (pilot project)

terlebih dahulu sebelum pelaksanaan asuransi secara masal agar dapat dirumuskan model

asuransi yang sesuai dengan kondisi lapangan; (f) Ada baiknya dilakukan studi banding

dengan beberapa negara yang sudah berpengalaman dan berhasil dalam

menyelenggarakan asuransi pertanian, baik dengan menggunakan fasilitas internet atau

langsung ke negara-negara tersebut

(4) Simulasi Evaluasi Kebijakan dan Kinerja/ Dinamika Lingkungan Strategis Pembangunan Pertanian Hasil kegiatan ini berupa pangkalan data dan model simulasi dinamika ekonomi

makro dan mikro. Data merupakan prasarana untuk membuat analisis, deskripsi dan

membangun model. Model digunakan untuk mensimulasikan dan mengevaluasi skenario-

Page 50: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

45

skenario kebijakan pembangunan pertanian. Saat ini PSE-KP sudah mempunyai data base,

model proyeksi harga yang dapat digunakan untuk memproyeksikan perkembangan harga

beberapa bulan ke depan, dan model proyeksi permintaan dan penawaran komoditas

pangan yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi dan konsumsi beberapa

tahun ke depan. Selain itu, PSE-KP juga mempunyai pangkalan data dinamika ekonomi

pedesaan yang diperoleh dari kegiatan penelitian Panel Petani Nasional (PATANAS).

Panel Petani Nasional (PATANAS).

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan menganalisis secara kontinyu

perubahan dinamika sosial ekonomi pedesaan. Penelitian Patanas, mulai dilaksanakan

pada tahun 1983/1984 dan setelah sempat terhenti pada tahun 1987/1988, kemudian

dilanjutkan kembali secara kontinyu mulai tahun 1993/1994 hingga saat ini. Lokasi

penelitian Patanas ada di lima propinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Lampung dan Nusa Tenggara Barat. Banyak sekali manfaat yang diambil dari hasil

penelitian Patanas, seperti perumusan kebijakan pembangunan pertanian dalam penetapan

harga dasar gabah, program penanggulangan kemiskinan, kajian dampak krisis ekonomi

tahun 1997/1998 terhadap sektor pertanian, dan lain-lain. Data PATANAS selain telah

dimanfaatkan oleh banyak institusi di dalam negeri, juga dimanfaatkan oleh institusi luar

negeri seperti World Bank, IFPRI, ACIAR dan lain-lain.

4.2.2. Kinerja Program Komunikasi dan Diseminasi Hasil Penelitian

Komunikasi

Komunikasi memegang peranan penting dalam upaya penyebarluasan atau diseminasi

hasil penelitian. Pada tahun 2005 – 2009 kegiatan penyampaian hasil penelitian dilakukan

melalui seminar, round-table, workshop atau lokakarya, pembinaan maupun pelatihan,

ekspose/pameran, dokumentasi maupun layanan informasi. Hasil penelitian PSE-KP yang

terutama adalah bahan untuk rumusan kebijakan, dimana pengguna utamanya adalah para

perumus kebijakan di lingkup Departemen Pertanian atau instansi lain yang terkait. Pengguna

lain adalah peneliti, pakar dari perguran tinggi, praktisi agribisnis, dan stakeholder lainnya.

Penyampaian hasil penelitian yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk

seminar. Kegiatan seminar dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk mengkomunikasikan

hasil penelitian, hasil suatu kunjungan, maupun pengembangan metode penelitian.

Pembicara dalam seminar, selain peneliti PSE-KP, juga pembicara tamu baik dari dalam

maupun dari luar negeri. Secara garis besar, jenis seminar yang telah dilaksanakan di PSE-

KP dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) seminar rutin yang dilakukan bagi peneliti

Page 51: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

46

yang akan mengajukan jabatan fungsional maupun yang akan naik pangkat; (2) seminar

yang dilakukan dengan tujuan menyampaikan hasil disertasi maupun pengalaman setelah

berkunjung ke luar negeri; (3) seminar kerja sama dengan stakeholder; (4) seminar hasil

penelitian yang dilaksanakan pada setiap akhir tahun anggaran.

Selain seminar, kegiatan komunikasi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu

penyelenggaraan maupun keikutsertaan dalam kegiatan ekspose/pameran. Melalui kegiatan ini

hasil penelitian maupun pengkajian teknologi yang telah dilakukan dapat lebih tersebar luas di

kalangan pengguna.

Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kaitannya dengan pengembangan sumberdaya

informasi dan dokumentasi meliputi pembuatan serta pengolahan internet dan website,

pembuatan panel untuk keperluan ekspose, pembuatan audio visual seperti powerpoint untuk

seminar maupun lokakarya, dan mendokumentasikan hasil penelitian baik dalam bentuk CD

maupun di internet.

Pembuatan situs website PSE-KP dilakukan sejak tahun 2002, kemudian pada tahun

2003 website PSE-KP telah memiliki web address sendiri yaitu www.pse.litbang.deptan.go.id.

Selain itu layanan informasi juga dilakukan dengan pemasangan instalasi Local Area Network

(LAN). Instalasi ini memiliki 2 unit switch yang masing-masing memiliki 24 port sehingga

maksimal CPU yang dapat dijadikan jaringan adalah 48 unit terminal yang tersebar di seluruh

gedung, mulai dari Gedung A di depan dan Gedung B di belakang.

Publikasi

Sebagai lembaga penelitian, PSE-KP berkewajiban untuk menyebarluaskan hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan. Dalam rangka mewujudkan kewajiban tersebut, PSE-KP telah

menerbitkan beberapa jenis publikasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam.

Kegiatan publikasi ini juga dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu lembaga penelitian,

karena seringkali eksistensi suatu lembaga penelitian dinilai berdasarkan publikasi yang

diterbitkannya.

Melalui program pengelolaan publikasi hasil penelitian ini, pada tahun 2005-2009 PSE-KP

telah menerbitkan publikasi: (1) Jurnal Agro Ekonomi, terbit 2 kali per tahun; (2) Forum Penelitian

Agro Ekonomi, terbit 2 kali per tahun ;(3) Buletin Agro Ekonomi, terbit 4 kali per tahun; (4)

Analisis Kebijakan Pertanian, terbit 4 kali per tahun; (5) Monograph berseri; (6) Prosiding, (7)

Laporan Tahunan; (8) Buku-buku Tematik ; (9) Booklet dan Leaflet.

Perpustakaan

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak yang besar

Page 52: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

47

terhadap perkembangan perpustakaan dimana perpustakaan harus mampu menyediakan

informasi secara tepat, cepat, dan terbaru. Untuk itu, perlu mengubah sistem pengelolaan

yang semula menggunakan sistem konvensional menjadi sistem pengelolaan yang berbasis

teknologi informasi.

Keberadaan perpustakaan digital menjadi kebutuhan yang mendesak dalam

program perpustakaan PSEKP. Sehubungan dengan hal tersebut mulai tahun 2008

perpustakaan PSEKP telah mulai membangun perpustakaan digital yang berpedoman

kepada Pedoman Perpustakaan Model Deptan.

Untuk anggaran tahun 2008 telah dibangun perpustakaan digital yang mempunyai

satu unit komputer untuk server, satu unit komputer untuk penelusuran, satu unit komputer

untuk buku tamu dan dua unit komputer untuk pengolahan bahan pustaka. Sampai tahun

2008 koleksi dan jumlah data yang telah masuk server dapat dilihat pada Tabel 9. Dari

server tersebut peneliti bisa mengakses data buku-buku yang ada di perpustakaan melalui

komputer diruangannya masing-masing (secara intranet).

Pelayanan kepada pengguna Perpustakaan di berikan dengan dua cara, yaitu open

access untuk peneliti PSE-KP dan closed access untuk pengguna di luar PSE-KP. Jumlah

pengunjung Perpustakaan PSE-KP pada tahun 2008 sebanyak 417 orang yang terdiri dari

304 orang mahasiswa dan 103 orang dari berbagai instansi. Sedangkan pengunjung dari

PSE-KP ada 189 orang dengan jumlah buku yang dipinjam sebanyak 387 buah. Tabel 9. Nama Data Base dan Jumlah Judul Koleksi Pustaka di Perpustakaan PSEKP

2003-2008

NO DATA BASE JENIS KOLEKSI 2008 1. BUKU Buku teks dan laporan 5892 (9484) 2. BPS Statistik terbitan BPS 435 (3119) 3. STAT Statistik terbitan non-BPS 236 4. MAJA Artikel Majalah 3641 5. DALAK Dalam Angka 235*) 6. BROSUR Brosur 369 7. KORAN Kliping Koran 12931 8. ACIAR Publikasi ACIAR 48 9. IFPRI Publikasi IFPRI 91 10. PROS Artikel Prosiding 2947 11. P/SE Laporan Penelitian PSEKP 652**) 12. THESIS Skripsi/Thesis/ Disertasi 312 13. CGPRT Publikasi CGPRT 47 14. SDP Laporan SDP 72 15. SAE Laporan SAE 180 16. WIN Judul Majalah 584 17. SEMI Seminar 899 18. TAHUN Laporan Tahunan 56

Page 53: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

48

Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan jumlah eksemplar.*) Data Sebagian hilang karena pemindahan data. **) Laporan tahun 2008 belum masuk

4.3. Harapan Kinerja Tahun 2010 – 2014 Kegiatan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dalam lima

tahun ke depan diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi, pertimbangan dan advokasi

kebijakan dan program pembangunan pertanian bagi pengambil kebijakan lingkup

Departemen Pertanian dan instansi lain, pelaku agribisnis dan petani yang lebih akurat,

dengan didukung data kuantitatif ditingkat petani yang paling mutakhir.

Page 54: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

49

V. TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI

5.1. Tujuan

Tujuan analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertani selama tahun 2010 – 2014

adalah untuk;

1. Menghasilkan pengetahuan, data dan informasi serta analisis yang berkaitan

dengan; (a) kebijakan ekonomi makro dan perdagangan multilateral, regional, dan

bilateral; (b) pengelolaan sosial ekonomi sumberdaya pertanian, ketahanan pangan,

dan pengentasan kemiskinan.

2. Merekayasa model kelembagaan penerapan teknologi dan agribisnis.

3. Menghasilkan proyeksi permintaan dan penawaran komoditas pertanian utama dan

indikator pembangunan pertanian dan pedesaan.

4. Menghasilkan alternatif rekomendasi kebijakan dan program pembangunan

pertanian yang bersifat responsif dan antisipatif.

5. Mengembangkan jaringan kerjasama penelitian dengan lembaga penelitian (dalam

dan luar negeri) dan stakeholder dalam rangka pemantapan efektivitas dan

percepatan diseminasi hasil analisis.

6. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme sumberdaya manusia, kualitas dan

ketersediaan sarana/prasarana serta budaya kerja inovatif dan berorientasi bisnis.

7. Menyebarluaskan hasil-hasil analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian kepada

pengguna.

5.2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran akhir rencana

strategis yaitu:

1. Terwujudnya sistem pengetahuan, data dan informasi serta analisis yang berkaitan

dengan: (a) kebijakan ekonomi makro dan perdagangan multilateral, regional, dan

bilateral; (b) pengelolaan sosial ekonomi sumberdaya pertanian, ketahanan pangan, dan

pengentasan kemiskinan.

2. Terciptanya beberapa model kelembagaan penerapan teknologi dan agribisnis.

3. Terwujudnya proyeksi permintaan dan penawaran komoditas pertanian utama dan

indikator pembangunan pertanian dan pedesaan, 2010-2014.

Page 55: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

50

4. Terciptanya beberapa paket alternatif rekomendasi kebijakan dan program pertanian

dan pedesaan.

5. Terwujudnya jaringan kerjasama penelitian yang saling menguntungkan dan saling

menghormati.

6. Terwujudnya kapasitas dan profesionalisme sumberdaya manusia, kualitas dan

ketersediaan sarana/prasarana serta budaya kerja inovatif dan berorientasi bisnis.

7. Termanfaatkannya hasil analisis dan kebijakan dalam mendukung program

pembangunan pertanian dan tersebarnya publikasi analisis sosial ekonomi dan

kebijakan pertanian kepada pengguna.

5.3. Strategi

Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran analisis sosial ekonomi dan kebijakan

pertanian disusun strategi yang mengacu pada faktor kekuatan dan kelemahan internal

serta faktor peluang dan ancaman eksternal. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor

internal, teridentifikasi beberapa kekuatan, antara lain: (a) Organisasi sudah mapan, SDM

peneliti secara kuantitas memadai; (b) telah terbangunnya jejaring kerja dengan lembaga

penelitian dalam dan luar negeri; (c) lembaga sudah dikenal secara nasional dan

internasional; dan (d) akses terhadap policy maker dan lembaga penelitian daerah cukup

besar; (e) cakupan tupoksi yang luas lintas masalah, dan cakupan wilayah dari pusat ke

daerah bahkan bisa melakukan analisis cakupan dunia; (f) fasilitas yang ada

memungkinkan untuk melakukan kajian dan analisis standar; anggaran yang dikelola cukup

memadai untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang akurat dan mutahir.

Namun demikian, masih dijumpai berbagai kelemahan internal seperti: (a) belum

melembaganya tradisi riset dengan standar negara maju; (b) brand image produk penelitian

PSE-KP belum dikenal masyarakat secara luas, akibat rendahnya proses desiminasi hasil-

hasil penelitian; (c) perubahan nama lembaga PSE-KP; (d) ketidakseimbangan SDM

peneliti dan penunjang/administratif; (e) tidak tersedianya SDM peneliti dalam bidang kajian

dan kualifikasi tertentu; (f) belum berkembangnya budaya kerja keras, kritis, dan inovatif; (g)

kelemahan dalam mengemas, menyalurkan, dan memasarkan hasil-hasil penelitian; (h)

belum memadainya sistem imbalan (remunerasi); (i) penguasaan bahasa asing peneliti

masih rendah; (j) format kerjasama penelitian terutama kerjasama internasional belum

kondusif bagi peneliti PSE-KP; (k) topik penelitian belum terfokus pada kepentingan

pengguna pengambil kebijakan; (l) sistem data base penelitian sosial ekonomi pertanian

belum terbangun secara baik dalam hal mudah diakses dan mudah dimutahirkan.

Page 56: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

51

Di sisi lain, hasil analisis terhadap faktor eksternal menemukan berbagai peluang

yang perlu dimanfaatkan dalam meningkatkan kinerja penelitian sosil ekonomi pertanian

antara lain adalah: (a) terbukanya peluang meningkatkan peran lebih besar dari PSE-KP

untuk memberikan kontribusi dalam perumusan kebijakan pembangunan pertanian

nasional; (b) banyaknya permintaan rekayasa model kelembagaan usaha pertanian skala

kecil yang efisien; (c) kesadaran masyarakat yang makin tinggi tentang masalah lingkungan

mendorong kebutuhan tentang data dan informasi yang berkait dengan masalah perlunya

kalkulasi lingkungan dalam analisis pembangunan pertanian; (d) berkembangnya teknologi

IT yang memudahkan jejaring kerja dan komunikasi; (e) terbukanya peluang kerjasama

dengan mitra kerja dalam dan luar negeri; (f) tersedianya sumber-sumber dana baik

multilateral, regional, dan bilateral; (h) peran staf PSE-KP yang bekerja di luar PSE-KP

dapat meningkatkan jejaring kerja.

Selain peluang di atas, PSE-KP juga menghadapi beberapa ancaman antara lain:

(a) sistem lingkungan kerja yang tidak kondusif bagi tumbuh berkembangnya kapasitas

individu dan lembaga; (b) menurunnya kemampuan negara dalam pendanaan penelitian;

(c) menurunnya kemampuan negara dalam pengembangan SDM penelitian; (d)

menurunnnya jumlah peneliti senior yang berkualitas karena berbagai alasan; (e)

meningkatnya persaingan dengan peneliti lain baik di dalam dan diluar negeri; (f)

meningkatnya persaingan dengan lembaga lain dalam menghasilkan inovasi kebijakan

pembangunan pertanian; (g) terbatasnya jumlah SDM peneliti pada bidang perdagangan

internasional, sosiologi dan ekonomi kelembagaan.

Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan SWOT (strengths,

weaknesses, opportunities, threats). Dari hasil analisis SWOT kemudian disusun strategi analisis

sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dalam lima tahun ke depan (2010-2014) sebagai

berikut:

a. Meningkatkan Efektifitas, Efisiensi, dan Mutu (SO). Inovasi kebijakan yang dihasilkan

oleh PSE-KP harus berkualitas, cepat dan akurat sehingga dapat dijadikan acuhan bagi

perumusan kebijakan Departemen Pertanian dan difokuskan pada masalah-masalah

aktual pembangunan sektor pertanian yang berkaitan: (i) perdagangan multilateral

perjanjian regional dan bilateral; (ii) informasi dan data yang berkaitan dengan dinamika

sosial ekonomi pedesaan secara berkala, (iii) informasi dan data mengenai penyebab

penurunan produktivitas produk pertanian (supply constraint); (iv)peningkatan daya

saing, nilai tambah, dan pengembangan produk pertanian (Agroindustri), (v) ketahanan

pangan dan kemiskinan terkait dengan MDG dan (vi) penurunan kualitas infrastruktur

Page 57: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

52

dan sumberdaya pertanian.

Penjabaran strategi tersebut secara rinci sebagai berikut: (1) memanfaatkan sumber

daya PSE-KP dan dukungan pemerintah secara optimal; (2) membangun sistem data

base sosial ekonomi pertanian yang mudah diakses, efisien dan efektif dengan

menggunakan teknologi informasi; (3) mengggali sumber pendanaan dari non APBN;

(4) meningkatkan penyebaran dan diskusi dialektik dengan para pakar dan pengambil

kebijakan mengenai inovasi kebijakan yang telah dihasilkan PSE-KP sehingga menjadi

lebih baik dan akurat; dan (5) meningkatkan jejaring kerja dengan stakeholder dan

pelaku agribisnis dengan sasaran akselerasi diseminasi dan pemanfaatan hasil analisis

dan kajian.

b. Membaca Isyarat Jaman (ST). Setiap inovasi kebijakan yang dihasilkan PSE-KP harus

bersifat antisipatif dan responsif. Strategi ini dapat diterapkan dengan efektif bila PSE-

KP melakukan identifikasi dan karakterisasi pengguna hasil-hasil analisis. Lebih lanjut

strategi ini dijabarkan sebagai berikut: (1) menajamkan skala prioritas serta

memperkuat keterkaitan dan keselarasan program analisis dengan program

Departemen Pertanian; (2) meningkatkan penelitian kolaboratif dalam rangka

meningkatkan kapasitas PSE-KP; (3) meningkatkan dan akselerasi diseminasi hasil

hasil analisis PSE-KP yang sesuai dengan kebutuhan pengguna; dan (4) menjaga

keberimbangan yang proporsional antara program dan kegiatan analisis terbaik

dengan permasalahan responsif dan antiispatif.

c. Memperkuat Pijakan (WO). PSE-KP harus memiliki basis yang kuat baik di tingkat

nasional maupun internasional dan mampu menciptakan entry barrier dan sebagai

garda terdepan bagi inovasi kebijakan pembangunan pertanian. Strategi ini dijabarkan

lebih lanjut sebagai berikut: (1) memperluas jejaring dan kerjasama penelitian tingkat

internasional, dan nasional; (2) meningkatkan kualitas inovasi kebijakan; (3)

membangun system data base yang mudah diakses dan efektif; dan (4) membangun

sistem insentif yang kondusif melalui pembenahan manajemen institusi dan manajemen

pelaksanaan analisis dan diseminasi hasil analisis.

d. Mengembangkan Budaya Hemat dan Cermat (WT). PSE-KP perlu melakukan investasi

dan alokasi sumber daya yang lebih besar untuk inovasi kebijakan yang memiliki

keunggulan tinggi secara nasional maupun internasional. Strategi ini dapat dijabarkan

menjadi: (1)rasionalisasi program analisis PSE-KP; (2) menfokuskan pengembangan

sumberdaya peneliti pada bidang kajian perdagangan internasional, sosiologi dan

ekonomi kelembagaan. dan (3) memfokuskan alokasi sumberdaya PSE-KP hanya pada

Page 58: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

53

kegiatan unggulan.

Guna mengetahui prioritas strategi yang akan ditempuh dalam upaya mencapai

tujuan dan sasaran maka dilakukan tapisan atas dasar tiga indikator yaitu: (1) biaya strategi

yang akan ditempuh; (2) kontribusinya terhadap pencapaian sasaran dan tujuan; dan (3)

kelayakan finansial dan ekonomi. Pilihan strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kondisi

dominan faktor internal dan eksternal PSE-KP akan mengikuti kecenderungan sekarang.

Hasil analisis tapisan menghasilkan 6 prioritas sebagai strategi utama PSE-KP

periode 2010-2014 adalah:

1. Membangun sistem data base sosial ekonomi pertanian yang cepat diakses, efisien

dan efektif dengan menggunakan teknologi informasi.

2. Memperluas jejaring dan kerjasama penelitian tingkat internasional dan nasional.

3. Meningkatkan akselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi kebijakan

dan hasil-hasil analisis lainnya serta melakukan kajian lapang (action research)

mengenai rekayasa model kelembagaan usaha pertanian.

4. Menajamkan skala prioritas serta memperkuat keterkaitan dan keselarasan program

analisis dengan program strategis Departemen Pertanian.

5. Menfokuskan pengembangan sumberdaya peneliti pada bidang kajian perdagangan

internasional, sosiologi dan ekonomi kelembagaan.

6. Memfokuskan alokasi sumberdaya PSE-KP kepada kegiatan unggulan berupa

pengembangan laboratorium kajian “kerjasama dan perdagangan internasional” dan

kajian “dinamika sosial ekonomi pedesaan”.

Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian untuk menjadi Lembaga Penelitian dan

Pengembangan Pertanian dengan citra proaktif dan partisipatif, maka dalam penyusunan

program analisis PSE-KP akan selalu mendasarkan pada berbagai tahapan perencanaan yang

dibuat Badan Litbang Pertanian (Rencana Strategis), serta secara proaktif menginventarisir apa

yang dibutuhkan pengguna. Pada tingkat Badan Litbang Pertanian, kegiatan penelitian sosial

ekonomi dan kebijakan diharapkan dapat memberikan landasan, arah dan prioritas penelitian

yang mendukung pengembangan agribisnis.

Penyusunan program analisis PSE-KP didasarkan pada tujuh program utama Badan

Litbang Pertanian, terutama yang terkait dengan program penelitian sosial, ekonomi, dan

analisis kebijakan. Selain itu, penyusunan program analisis mengacu pada Renstra PSE-KP

serta kebutuhan stakeholder, dalam hal ini Unit Kerja Eselon I lingkup Departemen Pertanian

atau lembaga terkait lainnya.

Berkaitan dengan sinkronisasi program analisis dengan program Unit Kerja lain lingkup

Page 59: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

54

Departemen Pertanian dan lembaga terkait, maka secara berkala PSE-KP melakukan

pertemuan umpan balik. Dalam pertemuan ini PSE-KP memaparkan rencana kegiatan analisis

yang akan dilakukan, sementara itu Unit Kerja lingkup Departemen Pertanian dan lembaga

terkait mengutarakan kebutuhannya tentang aspek-aspek yang perlu dikaji. Dari pertemuan ini

dicari titik temu yang memungkinkan PSE-KP melakukan analisis dan kajian sesuai kebutuhan

pengguna.

Berdasarkan tahapan di atas, dirumuskan kegiatan analisis dan kajian tahun 2010-2014

yang akan dibiayai dari berbagai sumber. Pengelompokan kegiatan analisis dan kajian,

dilakukan secara terencana dengan melihat kemampuan pendanaan yang ada dan sumberdaya

manusia.

Dalam upaya peningkatan kinerja di atas, PSE-KP telah membentuk Tim Teknis

Penelitian yang terdiri dari peneliti senior, akademisi dan unsur perencana. Diharapkan

melalui pembentukan Tim ini, perencanaan kegiatan analisis dan kajian dapat lebih terarah,

dengan mengacu pada tugas pokok dan fungsi PSE-KP serta tuntutan lingkungan strategis

domestik dan internasional. Berdasarkan tugas dan fungsinya, jelas kiranya bahwa cakupan

bidang analisis dan kajian PSE-KP sangat luas, meliputi aspek sosial, kelembagaan dan

ekonomi yang berdimensi nasional, lintas wilayah provinsi, lintas sektoral dan lintas komoditas.

Penelitian mikro tentang sosial-ekonomi teknologi dan perusahaan agribisnis spesifik lokal tidak

termasuk dalam cakupan tugas PSE-KP, namun dilaksanakan oleh BPTP.

Dengan memperhatikan stakeholders dan cakupan bidang kajiannya, maka

penelitian/analisis yang dilakukan PSE-KP hanya mencakup dua jenis:

1. Penelitian/analisis bidang masalah (subject-matter research).

Penelitian/analisis bidang masalah ialah penelitian tentang suatu isu yang relevan bagi

sejumlah stakeholders dalam menghadapi sejumlah masalah praktis yang sama.

2. Penelitian/analisis pemecahan masalah spesifik (problem solving research).

Penelitian/analisis pemecahan masalah spesifik ialah penelitian/analisis yang dirancang

untuk mengatasi suatu masalah spesifik untuk stakeholders spesifik.

Dengan demikian, jenis penelitian/analisis disiplin ilmu (disciplinary research) yang

dirancang untuk mengembangkan dan memperbaiki teori ilmu-ilmu sosial ekonomi pertanian

tidak termasuk dalam cakupan penelitian PSE-KP secara institusional. Jenis penelitian/analisis

ini tidak diprioritaskan untuk dimasukkan dalam program penelitian/analisis PSE-KP secara

institusional.

Page 60: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

55

VI. CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN FORMULASI PROGRAM

6.1. Kebijakan Dasar

Sebagai lembaga penelitian milik Negara dan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya maka PSE-KP akan senantiasa berusaha untuk berperan serta dalam

mewujudkan terbuatnya dan terlaksananya program fasilitasi, kebijakan dan peraturan

pemerintah yang berfungsi efektif sebagai elemen esensial untuk terciptanya lingkungan

pemberdaya agribisnis. Antisipasinya adalah ayam sektor agribisnis dapat tumbuh dan

berkembang dengan cepat, merata, berkeadilan, berdayasaing dan berkelanjutan guna

mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi petani dan rakyat Indonesia.

Penyediaan fasilitasi, kebijakan dan peraturan yang memberdayakan para pelaku agribisnis

adalah esensi dari fungsi dan tugas pokok Departemen Pertanian dalam pembangunan

pertanian.Tugas pokok dan fungsi PSE-KP sebagai bagian dari institusi Departemen

Pertanian ialah memberikan opsi, pertimbangan dan informasi bagi pimpinan Departemen

Pertanian agar dapat membuat dan melaksanakan program fasilitasi, kebijakan dan

peraturan terbaik untuk sebesar-besarnya kesejahteraan petani.

Dengan demikian, tugas dan fungsi PSE-KP pertama-tama ialah melayani pimpinan

Departemen Pertanian dengan memberikan opsi dan pertimbangan perihal perumusan,

pelaksanaan dan penegakan program fasilitasi, kebijakan dan peraturan pembangunan

pertanian. Pimpinan Departemen Pertanian menjadi pemangku kepentingan terdekat yang

mesti dilayani PSE-KP. Untuk itu pimpinan PSE-KP akan senantiasa berupaya

membangun komunikasi yang erat dengan pimpinan Departemen Pertanian guna

memahami preferensi mereka akan karakteristik fasilitasi, kebijakan dan peraturan

pendukung pembangunan pertanian.

Namun dalam pelaksanaanya, PSE-KP haruslah senantiasa mendahulukan

kepentingan terbesar bagi petani, pelaku agribisnis dan rakyat Indonesia. Petani dan

rakyat Indonesia menjadi prioritas pemangku kepentingan yang mesti didahulukan oleh

PSE-KP. Untuk itu, penyusunan opsi dan pertimbangan yang diberikan kepada pimpinan

Departemen Pertanian akan senantiasa didasarkan pada upaya mewujudkan kepentingan

petani dan masyarakat umum. PSE-KP juga melakukan advokasi kebijakan, yaitu

keberpihakan dan upaya aktif dalam memperjuangkan penerapan dan penegakan

kebijakan yang diyakini paling sesuai untuk sebesar-besarnya kesejahteraan petani dan

Page 61: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

56

masyarakat umum atau kepentingan negara.

Sebagai bagian dari upaya advokasi perumusan, pelaksanaan dan penegakan

kebijakan yang baik, PSE-KP akan pula melakukan penyuluhan kebijakan, yakni upaya

untuk memberikan penerangan kepada masyarkat umum perihal suatu fasilitasi, kebijakan

dan peraturan pembangunan pertanian. PSE-KP akan pula membangun jejaring kerjasama

seluas-luasnya dengan lembaga-lembaga terkait , baik dengan sesama lembaga penelitian,

dengan lembaga negara terkait maupun dengan organisasi mayarakat, sepanjang

dipandang bermanfaat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi (institusi).

Sesuai dengan statusnya sebagai lembaga penelitian, PSE-KP akan melaksanakan

tugas dan kewajibannya berdasarkan kaidah ilmiah. Penelitian dan analisis kebijakan akan

senantiasa dilakukan berdasarkan data empiris, diolah dengan metode obyektif, dan

dengan cakupan yang memadai untuk mengambil kesimpulan dengan kesalahan dan bias

seminimum mungkin. Oleh karena itu, penegakan integritas ilmiah dalam pelaksanaan

program akan menjadi kebijakan dasar pimpinan PSE-KP, dan semua pihak mestilah

dapat memahami dan menghormatinya yang pada hakekatnya merupakan etika ilmiah

universal.

6.2. Program Utama

Untuk melaksanakan misi, dengan mempertimbangkan lingkungan strategis dan

implikasinya terhadap tantangan pembangunan pertanian, program utama PSE-KP untuk

lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:

1. Program Pengkajian Kebijakan Penguatan dan Perlindungan Usaha Pertanian

2. Program Pengkajian Kebijakan Sumberdaya Alam, Infratruktur dan Investasi

Pertanian

3. Program Pengkajian Kebijakan Kelembagaan dan Regulasi Pertanian

4. Program Pengkajian Kebijakan Ekonomi Makro, Ketahanan Pangan, Pengentasan

Kemiskinan dan Pembangunan Pedesaan

5. Program Penelitian Dinamika Ekonomi Pertanian dan Pedesaan

6. Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu Kebijakan Aktual

7. Program Diseminasi Hasil dan Peningkatan Kapasitas Lembaga

6.2.1. Pengkajian Kebijakan Penguatan dan Perlindungan Usaha Pertanian

Program ini mencakup kajian terhadap kebijakan dukungan atau subsidi input-output

pertanian dan modal usaha pertanian serta perdagangan domestik dan internasional

produk pertanian, baik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, pusat dan daerah,

maupun yang dilakukan oleh pemerintah asing secara unilateral. Dengan lebih konkrit,

Page 62: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

57

program ini mencakup antara lain kajian terhadap kebijakan subsidi pupuk, benih, dan

pembiayaam usahatani, harga dasar hasil pertanian (misalnya gabah), pajak atau retribusi

atas prasarana dan layanan jasa pemerintah, sarana usaha, produk dan usaha pertanian,

tarif impor dan pungutan ekspor. Kajian terhadap kesepakatan dan atau kerjasama

perdagangan, investasi dan pembangunan ekonomi bilateral (seperti Indonesia-Jepang,

Indonesia-China), regional (seperti ASEAN, APEC), multilateral (seperti WTO, G-33) dan

atau kombinasi daripada itu termasuk pula dalam program ini. Tujuan utama program ini

ialah memberikan opsi dan pertimbangan kepada pemerintah serta bahan penyuluhan

kepada masyarakat umum dan advokasi kebijakan penguatan daya saing dan perlindungan

usaha pertanian sehingga mampu bertahan dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan.

6.2.2. Pengkajian Kebijakan Sumberdaya Alam, Infratruktur dan Investasi Pertanian

Program ini mencakup kajian kebijakan pengelolaan dan eksploitasi sumberdaya

pertanian (genetik, lahan, air, agroklimat, jalan usahatani, kelistrikan, tempat pemasaran)

dan interaksinya dengan kualitas lingkungan. Penetapan pembagian jurisdiksi kewenangan

pemerintah pusat dan daerah baik secara fungsional maupun spasial merupakan obyek

kajian yang amat penting dari program ini. Kebijakan pengaturan dan pemberian insentif

partisipasi perusahaan swasta dalam pembangunan infrastruktur maupun jasa pengelolaan

sumberdaya pertanian juga bagian dari program ini. Tujuan utama program ini ialah

memberikan opsi dan pertimbangan kepada pemerintah serta bahan penyuluhan kepada

masyarakat umum dan advokasi kebijakan pengelolaan sumberdaya pertanian dan

pembangunan infrastruktur guna memfasilitasi pertumbuh-kembangan usaha pertanian

yang berdaya saing, progresif, berkeadilan dan berkelanjutan.

6.2.3. Pengkajian Kebijakan Kelembagaan dan Regulasi Pertanian

Program ini mencakup kajian kebijakan penumbuhan, pemberdayaan dan

pengaturan pola-pola usaha kemitraan koordinasi horizontal (seperti kelompok tani) atau

vertikal (antara petani dengan pedagang, eksportir atau pegolah hasil usahatani),

organisasi para pengusaha pertanian (asosiasi petani komoditas sejenis, seperti asosiasi

petani tebu rakyat, asosiasi pedagang, asosiasi pengusaha industri pertanian) atau

masyarakat pemangku kepentingan (masyarakat agribisnis), nilai-nilai kemasyarakatan,

tata-kelola pemerintahan dalam pembangunan pertanian, serta pembuatan undang-undang

dan peraturan di bidang pertanian. Tujuan utama program ini ialah memberikan opsi dan

pertimbangan kepada pemerintah serta bahan penyuluhan kepada masyarakat umum dan

advokasi kebijakan pembangunan kelembagaan dan peraturan guna menciptakan iklim

Page 63: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

58

usaha yang baik bagi pertumbuh-kembangan agribisnis.

6.2.4. Pengkajian Kebijakan Ekonomi Makro, Ketahanan Pangan, Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Pedesaan

Program ini mencakup kajian kebijakan yang tidak langsung berkaitan dengan

sektor pertanian atau sesungguhnya di luar jurisdiksi Depertemen Pertanian namun

berpengaruh nyata terhadap kinerja sektor pertanian. Sebagai contoh nyata antara lain

kajian dampak kebijakan energi, kebijakan moneter dan pengeluaaran pemerintah,

pemberian beras untuk keluarga miskin, pemberian bantuan langsung tunai untuk keluarga

miskin. Kajian dampak kebijakan dan kinerja sektor pertanian terhadap indikator ekonomi

makro juga termasuk dalam program ini. Tujuan utama program ini ialah memberikan opsi

dan pertimbangan kepada pemerintah serta bahan penyuluhan kepada masyarakat umum

dan advokasi kebijakan ekonomi makro yang kondusif bagi pertumbuh kembangan sektor

pertanian serta kebijakan pertanian yang efektif untuk pemantapan ketahan pangan,

pengentasan rakyat dari kemiskinan dan pembangunan desa.

6.2.5. Penelitian Dinamika Ekonomi Pertanian dan Pedesaan

Program ini mencakup penelitian untuk mendapatkan parameter-parameter dan

indikator-indikator yang diperlukan sebagai bahan dalam pengkajian kebijakan. Program ini

tidak terkait langsung dalam suatu kebijakan tertentu. Penelitian integrasi pasar, nilai tukar

petani, elastisitas dan proyeksi permintaan dan penawaran, evaluasi dinamika

perekonomian desa dan pertumbuhan sektor pertanian termasuk dalam program ini.

6.2.6. Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu Kebijakan Aktual

Program ini mencakup pengkajian segera dan cepat atas isu kebijakan yang muncul

tanpa diantisipasi sebelumnya namun perlu segera ditanggapi oleh pemerintah atau

keberadaannya perlu dijelaskan kepada masyarakat. Kegiatan spesifik dalam program

tidak diketahui pada awal perencanaan program tahunan, namun tergantung pada

perkembangan sepanjang kontinum waktu perencanaan. Kajian dilaksanakan terutama

dengan menggunakan hasil-hasil penelitian terdahulu.

6.2.7. Diseminasi Hasil dan Peningkatan Kapasitas Lembaga

Program ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan lembaga PSE-KP dalam

melaksasanakan tugasnya baik dalam melaksanakan penelitian dan pengkajian kebijakan

maupun dalam mendiseminasikan hasil-hasil penelitian dan kebijakan tersebut. Program ini

mencakup kegiatan untuk meningkatkan pendidikan dan ketrampilan peneliti dan staf

Page 64: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

59

penunjang (sumberdaya manusia), prasarana dan sarana penelitian, dan jejaring kerja

antar lembaga. Kiranya dicatat bahwa kegiatan diseminasi hasil berkaitan erat dan saling

mempengaruhi dengan peningkatan kapasitas lembaga. Pembangunan sarana publikasi,

misalnya, merupakan upaya peningkatan kapasitas disseminasi hasil. Sementara,

keberhasilan dalam melakukan diseminasi hasil bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas

lembaga. Bila kegiatan diseminasi hasil berhasil meningkatkan publikasi karya para peneliti

maka kemampuan dan reputasi peneliti akan meningkat dan kapasitas lembaga akan

meningkat pula.

6.3. Keluaran Program

Dari pelaksanaan program pengkajian/analisis selama tahun 2010-2014 diharapkan

dapat dihasilkan beberapa keluaran sebagai berikut:

1. Hasil analisis yang konprehensif tentang berbagai isu pembangunan pertanian terutama

yang terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

2. Berbagai hasil estimasi parameter dan indikator sosial ekonomi, yang dibutuhkan dalam

perencanaan pembangunan pertanian.

3. Hasil evaluasi dan rumusan berbagai alternatif kebijakan dan program pembangunan

pertanian, terutama yang terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

4. Perencanaan pengembangan capacity building unit kerja lingkup PSE.

Dari keluaran di atas diharapkan akan diperoleh manfaat perkiraan sebagai berikut:

1. Hasil analisis yang konprehensif tentang berbagai aspek sosial ekonomi dan kebijakan

pertanian, akan banyak membantu berbagai pihak, terutama jajaran instansi teknis

Lingkup Departemen Pertanian, untuk dapat memahami berbagai masalah yang ada.

Hasil analisis tersebut bisa berupa kajian terhadap komoditi, atau tinjauan kritis terhadap

berbagai aspek agroindustri dan kelembagaan.

2. Hasil estimasi parameter dan indikator sosial ekonomi sangat diperlukan dalam

penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan pertanian, karena itu hasilnya perlu

diperbaharui secara berkala. Selain pengambil kebijakan, hasil estimasi ini diperlukan

juga oleh para pelaku bisnis pertanian dan akademisi.

3. Hasil evaluasi terhadap berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian dapat

dijadikan salah satu alat bantu oleh pengambil kebijakan, dalam mengevaluasi kebijakan

dan program yang sudah dilakukan atau akan dilakukan. Selain itu tinjauan kritis

terhadap aspek ini dapat membantu masyarakat dalam menilai kinerja pelaksanaan

pembangunan pertanian.

4. Model perencanaan pengembangan capacity building dapat digunakan bagi para

Page 65: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

60

perencana Badan Litbang Pertanian dan Departemen Pertanian dalam meningkatkan

capacity building Litbang Pertanian.

6.4. Indikator Pencapaian Tujuan

Beberapa indikator pencapaian tujuan diuraikan sebagai berikut:

Masukan (Input) adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

berjalan untuk menghasilkan keluaran (output). Input penelitian meliputi antara lain

sumberdaya manusia, dana, dan fasilitas. Keluaran (output) adalah sesuatu yang

diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa produk/jasa fisik dan

atau non-fisik, misalnya digunakannya draft usulan alternatif kebijakan pembangunan

pertanian oleh Departemen Pertanian atau Departemen lainnya. Hasil (outcome) adalah

sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan. Misalnya dimasukkannya

beberapa usulan alternatif kebijakan dalam keputusan pembuat kebijakan pembangunan

pertanian.

Manfaat (benefit) adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsung oleh

pengguna dan masyarakat tani. Misalnya kebijakan subsidi pupuk mampu meningkatkan

produksi padi 5 %. Dampak (impact) adalah ukuran tingkat pengaruh yang ditimbulkan baik

positif maupun negatif. Misalnya, kebijakan subsidi pupuk pengaruhnya terhadap

peningkatan ekonomi pedesaaan 5 %. Namun dalam pengukuran manfaat dan dampak

PSE-KP tidak berdiri sendiri karena kontribusi lembaga lain dalam pengukuran kedua

indikator ini juga tidak kecil. Oleh karena itu, tidak mudah untuk mengukur manfaat dan

dampak analisis dan pengkajian secara kuantitatif. Kedua indikator tersebut dapat diukur

atas dasar ex-ante analisis atau secara potensial.

Secara umum indikator pencapaian kinerja yang ingin diterapkan oleh PSE-KP

dalam periode lima tahun yang akan datang adalah penekanan kepada indikator keluaran

(output) dari program dan kegiatan analisis. Indikator output dalam Renstra merupakan

dasar penentuan keberhasilan pelaksanaan program yang bersangkutan. Berdasarkan

deskripsi terhadap isu pembangunan pertanian dan kebutuhan stakeholder, maka disusun

program unggulan strategis selama periode 2010-2014 yang direncanakan secara

bertahap. Tabel 10 menyajikan program unggulan strategis berikut indikator outputnya dan

perkiraan tahun pencapaian.

Page 66: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

Tabel 10. Matrik Output Renstra Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2010-2014

Program/Kegiatan Indikator Output

Bidang Terkait

Ekonomi Makro & Perdagangan Internasional

Ekonomi Pertanian dan

Manajemen Agribisnis

Sosial Budaya Pedesaan

1. Program Pengkajian Kebijakan Penguatan dan Perlindungan Usaha Pertanian

Rekomendasi kebijakan terkait kebijakan penguatan daya saing dan perlindungan usaha pertanian sehingga mampu bertahan dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan.

R R R

2. Program Pengkajian Kebijakan Sumberdaya Alam, Infratruktur dan Investasi Pertanian

Rekomendasi kebijakan terkait kebijakan pengelolaan sumberdaya pertanian dan pembangunan infrastruktur guna memfasilitasi pertumbuh-kembangan usaha pertanian yang berdaya saing, progresif, berkeadilan dan berkelanjutan

R R R

3. Program Pengkajian Kebijakan Kelembagaan dan Regulasi Pertanian

Rekomendasi terkait kebijakan pembangunan kelembagaan dan peraturan guna menciptakan iklim usaha yang baik bagi pertumbuh-kembangan agribisnis.

R R R

4. Program Pengkajian Kebijakan Ekonomi Makro, Ketahanan Pangan, Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Pedesaan

Rekomendasi kebijakn terkait kebijakan ekonomi makro yang kondusif bagi pertumbuh-kembangan sektor pertanian serta kebijakan pertanian yang efektif untuk pemantapan ketahan pangan, pengentasan rakyat dari kemiskinan dan pembangunan desa.

R R R

Page 67: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

62

Program/Kegiatan Indikator Output

Bidang Terkait

Ekonomi Makro & Perdagangan Internasional

Ekonomi Pertanian dan

Manajemen Agribisnis

Sosial Budaya Pedesaan

5. Program Penelitian Dinamika Ekonomi Pertanian dan Pedesaan

Hasil estimasi parameter-parameter dan indikator-indikator yang diperlukan sebagai bahan dalam pengkajian kebijakan serta evaluasi dinamika perekonomian desa dan pertumbuhan sektor pertanian.

R

R

R

6. Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu Kebijakan Aktual

Hasil kajian segera dan cepat atas isu kebijakan yang muncul tanpa diantisipasi sebelumnya namun perlu segera ditanggapi oleh pemerintah atau keberadaannya perlu dijelaskan kepada masyarakat.

R R R

7. Program Diseminasi Hasil dan Peningkatan Kapasitas Lembaga

Pelatihan jangka pendek dan panjang, Seminar, ekspose, Prosiding, Website, Internet, LAN, dan terbentuknya Data base yang mudah diakses pengguna.

R R R

Page 68: RENCANA STRATEGIS PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI … filepusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian tahun 2010 ... iii dinamika lingkungan strategis pembangunan ... perubahan

63

Tabel 11. Indikator Kinerja Utama (IKU) Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2010-2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Tahun (Rekomendasi)

2010 2011 2012 2013 2014

Tersedianya rekomendasi kebijakan Pertanian bagi Stakeholder dalam rangka pembangunan pertanian

1. Jumlah rekomendasi kebijakan terkait dengan penguatan daya saing dan perlindungan usaha pertanian

2 2 4 4 4

2. Jumlah rekomendasi kebijakan terkait dengan pengelolaan sumberdaya pertanian dan pembangunan infrastruktur pertanian

2 3 3 3 3

3. Jumlah rekomendasi kebijakan terkait dengan pengembangan kelembagaan dan peraturan mendorong iklim usaha yang kondusif

1 1 7 7 7

4. Jumlah rekomendasi kebijakan terkait dengan makro ekonomi yang mendorong pertumbuhan sektor pertanian

2 2 4 4 4

5. Jumlah rekomendasi kebijakan terkait dengan dinamika pembangunan ekonomi pertanian dan perdesaan

1 1 1 1 1

6. Jumlah rekomendasi kebijakan terkait dengan isu-isu kebijakan responsive dan aktual

4 3 2 3 3

Jumlah 12 12 21 22 22