refreshing telinga

46
PENDAHULUAN Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Embriologi, anatomi dan fisiologi adalah modal untuk memahami fungsi, dan tentunya patologi dan pengobatan telinga. Mengaitkan ilmu-ilmu dasar dengan disiplin ini pada akhirnya adalah untuk lebih memahami penatalaksanaan penyakit telinga dan keseimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting daripada fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tetapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu secara filogenetik, mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organisme terhadap lingkungan berkembang terlebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung bagian vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. Jadi telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. EMBRIOLOGI Telinga terdiri atas tiga bagian yang berbeda asal-usulnya, tetapi berfungsi sebagai satu kesatuan. Daun telinga

Upload: ainun-zamira-habie

Post on 20-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

koas

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan

keseimbangan anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada

partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk

perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan

orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Embriologi, anatomi dan

fisiologi adalah modal untuk memahami fungsi, dan tentunya patologi dan pengobatan

telinga. Mengaitkan ilmu-ilmu dasar dengan disiplin ini pada akhirnya adalah untuk lebih

memahami penatalaksanaan penyakit telinga dan keseimbangan. Fungsi keseimbangan kita

adalah lebih mendasar dan lebih penting daripada fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat

bertahan tanpa pendengaran, tetapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan

lingkungannya. Karena itu secara filogenetik, mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari

orientasi organisme terhadap lingkungan berkembang terlebih dahulu dari pendengaran.

Telinga mengandung bagian vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap

lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. Jadi

telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.

EMBRIOLOGI

Telinga terdiri atas tiga bagian yang berbeda asal-usulnya, tetapi berfungsi sebagai satu

kesatuan. Daun telinga berkembang dari enam buah tonjol mesenkim yang terletak

disepanjang lengkung faring pertama dan kedua. Daun telinga dipersarafi oleh cabang

aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor

yang merupakan cabang pleksus servikalis. Cacat daun telinga sering berkaitan dengan

malformasi bawaan lain. Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm.

Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium

perkembangnnya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan

telinga tapi kemudian terbuka kembali. Gendang telinga terdiri atas (a) selapis epitel

ectoderm (b) selapis tengan mesenkim (c) selapis epitel endoderm yang berasal dari kantong

faring pertama.

Telinga tengah terdiri atas cavum tympani dan tuba auditiva, dilapisi epitel yang berasal dari

endoderm dan berasal dari kantong faring pertama. Tuba auditiva memhubungkan cavum

tympani dan nasofaring. Tulang-tulang pendengaran, yang menghantarkan getaran-getaran

suara dari membrane tympani ke fenestra ovalis, berasal dari lengkung faring pertama

(malleus) dan lengkung faring ke-2 (incus dan stapes). Saraf korda timpani berasal dari arkus

ke-dua menuju saraf pada arkus pertama. Saraf timpanikus berasal dari arkus brankialis ke

tiga menuju saraf fasialis. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot

tensor timpani yang melekat pada maleus, bersal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf

mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua, dipersarafi oleh suatu cabang saraf ke

tujuh.

Telinga dalam berasal dari gelembung telinga, yang dalam perkembangan minggu ke-4

melepaskan diri dari ectoderm permukaan. Gelembung telinga ini terbagi menjadi satu unsure

ventral yang membentuk sacculus dan ductus cochlearis, dan satu unsur dorsal yang

membentuk utriculus, canalis semicircularis, dan ductus endolymphaticus. Struktur epitel

yang terbentuk secara demikian dikenal sebagai labirin membranosa. Kecuali ductus

cochlearis yang akan membentuk organ corti, semua struktur yang berasal dari labirin

membranosa termasuk dalam alat keseimbangan.

ANATOMI

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana

timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.

Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali

lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan

gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan

meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat

dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan

menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga

lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga

medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir

pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula

seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme

pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.

Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Gambar 1. Anatomi telinga luar

Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan peuncaknya, umbo,

mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa

bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan

inkus, meluas melampaui batas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipo

timpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timfani. Membrana timpani

tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana

tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa bagian dalam lapisan fibrosa tidak terdapat

diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timfani yang disebut

membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).

Gambar 2. Membran timpani

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul

otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani

terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran

ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga

tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)

dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi

udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil

(osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian,

otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan

dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.

Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.

Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana

sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk

cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,

cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula

perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan

telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat

kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.

Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga

tengah dengan tekanan atmosfer.

Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran

(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis)

dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.

Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi

posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan

mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini

distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah

lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di

dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam

dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan

serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas

utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin

membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang

sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga

dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan

dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin

membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular

nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-

sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak

oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),

yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis

semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang

bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis

(nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan

darah ke batang otak

Gambar telinga dalam yang terdiri dari koklea dan vestibulum

Innervasi Telinga

Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke delapan yaitu nervus vestibulokoklearis. Nervus

vestibulokoklearis terdiri dari dua bagian : salah satu daripadanya pengumpulan sensibilitas

dari bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan dengan

keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada

pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, lantas kemudian bergerak terus

menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf pendengar

yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus

khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lantas dari sana dipancarkan lagi menuju pusat

penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.

Vaskularisasi telinga

Telinga diperdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah ramus cochleae

a. Labyrinthi yang memperdarahi bagian koklea, ramus vestibulares a.labyrinthi yang

memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V. Laminae spiralis, Vv.

Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.

FISIOLOGI

FISIOLOGI PENDENGARAN

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran

udara yang merambat dan terdiri dari daerah – daerah bertekanan tinggi karena kompresi

(pemadatan) molekul – molekul udara yang berselang seling dengan daerah – daerah

bertekanan rendah karena penjarangan (rarefaction) molekul tersebut.Suara ditandai oleh

nada, intensitas, dantim br e. Nada, suatu suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin

tinggi frekuensi maka semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang

suara dengan frekuensi dari 20 – 20000 siklus per detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi

antara 1000 – 4000 siklus per detik. Intensitas atau kepekakan suatu suara bergantung pada

amplitude gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah pemampatan yang

bertekanan tinggi dan daerah penjaranganyang bertekanan rendah.Kepekakan dinyatakan

dalam desibel(dB). Timbre atau kualitas suara bergantung pada nada tambahan yaitu

frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar.

Proses pendengaran dimulai dari masuknya gelombang suara melalui pinna lalu dibawa ke

dalam meatus auditus eksterna hingga mencapai membran timpani. Gelombang suara yang

mencapai membrane timpani akan menggetarkan membran timpani. Telinga tengah akan

memindahkan gerakan bergetar membrane timpani ke cairan telinga dalam. Perpindahan ini

dipermudah dengan adanya rantai yang terdiri dari tulang – tulang pendengaran ( maleus,

inkus, stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Ketika membran timpani bergetar maka

rantai tulang tersebut akan melanjutkan gerakan dengan frekuensi yang sama ke jendela

oval.Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan getaran

seperti gelombang pada cairan telinga dalam frekuensi yang sama dengan frekuensi

gelombang suara semula. Namun, karena dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk

menggerakkan cairan terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan system tulang

pendengaran untuk memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk menggetarkan

cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar

dibandingkan luas permukaan dari jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang

bekerja di membrane timpani disalurkan ke jendela oval.(tekanan = gaya / luas permukaan).

Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan mekanis

tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya yang timbul pada jendela

oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang langsung mengenai jendela oval.

Stapes yang bergetar oleh karena gelombang suara akan menggetarkan jendela oval lalu

cairan perilimfe akan bergerak menuju jendela bundar melewati helikotrema dan pada saat

stapes tertarik dari jendela oval maka cairan akan kembali menuju jendela oval dari jendela

bundar. Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil

jalan pintas. Gelombang tekanan di skala vestibule akan menembus membrane Reissner

masuk ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui membrane basiliaris ke skala

timpani, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar masuk

bergantian. Perbedaan utama jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui

membran basiliaris menyebabkan membrane ini bergerak naik turun. Pada saat membran

basiliaris bergerak naik, maka akan membuka saluran – saluran ion gerbang mekanis di sel-

sel rambut terbuka sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke dalam sel sehingga

terjadi depolarisasi sedangkan pada saat membran basiliaris bergerak turun, maka akan

menutup saluran – saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut tertutup sehingga akan

menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi

hiperpolarisasi.Adanya gerakan naik turun dari membran basiliaris akan menyebabkan

depolarisasi hiperpolarisasi secara bergantian sehingga timbullah aksi potensial berjenjang

pada sel – sel reseptor yang akan menghasilkan neourotansmitter yang bersinaps pada ujung-

ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf koklearis. Saraf koklearis akan bergabung

dengan saraf vestibularis menjadi saraf vestibulokoklearis( N.VII), dari sini aksi potensial

akan disalurkan sebagian ke inferior kollikulus dan sebagian lagi diteruskan ke medulla

oblongata lalu ke lemniskus lateralis selanjutnya ke mesensefalon dan terakhir ke korteks

pendengaran pada lobus temporalis area broadman 41. Di lobus temporalis, informasi dari

saraf akan diterjemahkan menjadi persepsi suara.

FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis

dekat koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit ( sakulus dan utrikulus). Fungsi dari

apparatus vestibularis adalah untuk memberikan informasi yang penting untuk sensasi

keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan kepala dengan gerakan mata dan

postur tubuh.

Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan

endolimfe sehingga kupula ikut bergerak. Selain itu, adanya Akselerasi atau deselerasi juga

akan menimbulkan endolimfe mengalami kelembaman dan tertinggal bergerak ketika kepala

mulai berotasi sehingga endolimfe yang sebidang dengan gerakan kepala akan bergeser ke

arah berlawanan dengan arah gerakan kepala ( contoh seperti efek membelok dalam mobil).

Hal ini juga menyebabkan kupula menjadi condong ke arah berlawanan dengan arah gerakan

kepala dan sel – sel rambut di dalam kupula ikut bergerak bersamaan dengan kupula. Apabila

gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama maka endolimfe yang awalnya

diam tidak ikut bergerak (lembam) akan menyusul gerakan kepala dan sel rambut – rambut

akan kembali ke posisi tegak. Ketika kepala melambat dan berhenti akan terjadi hal

sebaliknya.

Sel rambut pada aparatus vestibularis terdiri dari satu kinosilium dan 20 50 streosilia. Pada

saat streosilia bergerak searah dengan kinosilium akan meregangkan tip link , yang

menghubungkan streosilia dengan kinosilium. Tip link yang teregang akan membuka saluran-

saluran ion gerbang mekanis di sel – sel rambut sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+

masuk ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi sedangkan pada saat streosilia bergerak

berlawanan arah dengan kinosilium makatip link tidak teregang dan saluran – saluran ion

gerbang mekanis di sel-sel rambut akan tertutup sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+

tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Sel rambut akan bersinaps

pada ujung saraf aferen dan akan masuk ke dalam saraf vestibular. Saraf ini akan bersatu

dengan saraf koklearis menjadi saraf vestibulokoklearis dan akan dibawa ke nukleus

vestibularis di batang otak. Dari nukleus vestibularis akan ke serebellum untuk pengolahan

koordinasi, ke neuron motorik otot – otot ekstremitas dan badan untuk pemeliharaan

keseimbangan dan postur yang diinginkan, ke neuron motorik otot – otot mata untuk control

gerakan mata, dan ke SSP untuk persepsi gerakan dan orientasi.

Pada sakulus dan utrikulus, sel – sel rambut di organ otolit ini juga menonjol ke dalam satu

lembar gelatinosa diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta

menimbulkan perubahan potensial di sel tersebut. Proses ini sama dengan paa kanalis

semisirkularis hanya saja pada sakulus dan utrikulus terdapat otolith yang mengakibatkan

gerakan akan menjadi lebih lembam.Utrikulus berfungsi dalam posisi vertikal dan horizontal

sedangkan sakulus berfungsi dalam kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal.

PEMERIKSAAN TELINGA

Alat yang diperlukan untuk pemeriksaaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga,

otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan garputala. Telinga luar diperiksa

dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga

tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic.

Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit kedepan dan kepala lebih tinggi sedikit

dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani.

Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-

aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik

daun telinga keatas dan kebelakang, liang telinga akan menjadi lebih lurus dan akan lebih

mempermudah melihat keadaan liang telinga dan membran timpani. Pakailah otoskop untuk

melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani. Otoskop dipegang dengan tangan kanan

untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri.

Supaya otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan

pada pipi pasien.

Bila terdapat serumen didalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus

dikeluarkan. Jika kondisinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya

padat atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat di

pegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menyumbat seluruh

liang telinga maka lebih baik dilunakan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah

lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.

Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaannya dapat

diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif (sensorineural).

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.

Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya

deformitas, lesi,

cairan begitu pula ukuran,

simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus

dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat

menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista

sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau

di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat

pula di kulit kepala dan struktur wajah.

Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit

dijauhkan dari pemeriksa. Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus

dipegang

dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar

Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa

melihat lebih jelas membrana timpani. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke

kanalis telinga,

dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana

timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang

dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal

kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-

benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus

dicatat.

Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan pada dasar kanalis. Penanda harus

dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.

Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh

pada Hpatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak

biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga

tengah harus dicatat. Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani

yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not

nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan

otoskop. Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak

serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

Ketajaman Auditorius.

Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji

kemampuan pasien mendengarkan

bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang

sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh.

. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,

pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.

Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan,

pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila

yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari

telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan

kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam

tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka

kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji

ketajaman auditorius.

Penggunaan uji Weber dan Rinne

memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan

sensorineural

Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan

hantaran udara pada satu telinga pasien.

Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak

lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah

pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan

meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat

mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara

tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan

meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi

garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang

meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien

mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne

negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah

atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih

lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi

I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula

timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun

pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai

garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa

karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak

mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien.

Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala

kedepan meatus akustukus eksternus.

Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua

telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu

tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana

yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar

lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-

sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar

diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis

media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini

akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai

ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih

hebat.

3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di

dengar sebelah kanan.

4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada

sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

Test Swabach

Tujuan :

Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan

probandus.

Dasar :

Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :

Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,

khususnya osteo temporale

Cara Kerja :

Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala

probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin

melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak

mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke

puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya

(pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar

suara, atau tidak mendengar suara.

Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen

diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada dua macam: (1) audiometri nada-murni, di

mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien

bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya), dan (2) audiometri

wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar

dan membedakan suara. Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan

sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus

kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada

tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf.

Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons

yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

Frekwensi

merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus

perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran

frekwensi dari 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk

memahami percakapan sehari-hari yang dikenal sebagai kisaran wicara.

Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan frekwensi 100 Hz

dianggap sebagai nada rendah, dan nada 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi.

. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang

ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan

fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.

Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB.

Beberapa contoh internsitas suara yang biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan

yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh

kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat

keras. Suara ya terdengar tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau

audiometri impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan

membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Gbr.

Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup).

Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris

yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang

otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur

pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada

audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya

dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan

dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada

kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi

(ECoG) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai

respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam

mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Mniere dan fistula

perilimfe.

Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik

di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda

transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat.

Untuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam

sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.

Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan

potensial elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan

secara spontan, posisional atau kaloris. Digu¬nakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan

vestibular dan interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini,

udara atau air panas dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius

eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga

kanalis semisirkularis lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda

dipasang pada dahi dan dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler

seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti

kafein, selama 24 jam sebelum pengujian. ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti

penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior. Posturografi

platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji integrasi antara

bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran respons

motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi

layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seper¬ti panggung bergerak dengan layar bergerak.

Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat

membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan

kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat

desibel di mana suara masih terdengar. pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur

dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.

Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal har¬monic acceleration), atau kursi berputar,

mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai

respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat

mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk

mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien

sama dengan yang diperlukan pada EN

Pemeriksaan audiometri

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-

nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas

ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini

menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada

yang paling terpengaruh.

Definisi

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji

pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran,

tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang

menimbulkan gangguan pendengaran.

Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran

seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat

ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang

yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu

bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien

yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :

Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan

bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat

diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon

kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing

untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada

tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran

udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang

pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran

normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk

nada muri.

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz.

Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran

Kehilangan dalam

Desibel

Klasifikasi

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada

murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa

pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara

dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction).

Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang

pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

Audiometri tutur

Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang

telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur

beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan

audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata

terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh

pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian

disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata

rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali

dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas

setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena

intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata

presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil

ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata

yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan

benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :

Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan

pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT,

dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).

Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem)

dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.

Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan

benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri

nada murni pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat

nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.

Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas artinya pada

intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan

tepat.

Kriteria orang tuli :

Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB

Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB

Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki

sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara

yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes

pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena

kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara

pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan

vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan

audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila

mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan

audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam

telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk

menentukan penyabab kurang pendengaran.

Manfaat audiometri

1. Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

2. Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

3. Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak

Tujuan

Ada empat tujuan (Davis, 1978) :

1. Mediagnostik penyakit telinga

2. Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-hari, atau

dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah

butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam

bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).

3. Skrinig anak balita dan SD

4. Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

PENYAKIT TELINGA

OTITIS MEDIA AKUT

Definisi

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau

seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

Epidemiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan

tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke

dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor

penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti

Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%),

Streptococcus pneumoniae (38%), Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering terserang

ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Anak lebih mudah

terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal:

- sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

- saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga

ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

- adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi

adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar

dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat

terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat

saluran Eustachius.

Patomekanisme

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan

atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui

saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih

untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan

diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu

pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-

sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah

banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil

penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat

bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan

halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga

45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang

paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga

karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila

gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain

higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang

kurang baik. OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:

1. Stadium oklusi tuba eustachius

a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.

b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.

c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

2. Stadium hiperemis

a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.

b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga

sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

a. Membran timpani menonjol ke arah luar.

b. Sel epitel superfisila hancur.

c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.

d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah

hebat.

4. Stadium perforasi

a. Membran timpani ruptur.

b. Keluar nanah dari telinga tengah.

c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

5. Stadium resolusi

a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.

b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.

c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh

baik.

Gejala Klinis

1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di

telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

a. menggembungnya gendang telinga

b. terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

c. adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

d. cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah

satu di antara tanda berikut:

a. kemerahan pada gendang telinga

b. nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga

pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan,

mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga)

tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat

semata.

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang

telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak

kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan

telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara

kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan

gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan

ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis

OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap

gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi

perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu

dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh,

anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala

sangat berat dan komplikasi.

Penatalaksanaan

Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan

untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%

dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik

untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati

dengan memberikan antibiotik.

Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila

membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang

diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi

dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar

konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada

anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau

eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan

miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar

nyeri dapat berkurang. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama

3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.

Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat

dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah terjadi

mastoiditis.

Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses subperiosteal sampai

komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Otitis media yang tidak diatasi juga

dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Dahulu penyakit ini disebut sebagai otitis media perforata (OMP) atau dalam sehari-hari

disebut : congek. Yang disebut otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga

tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-

menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental , bening atau nanah.

Perjalanan penyakit

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronik

apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Apabila kurang dari 2 bulan disebut otitis media

supuratif subakut.

Letak perforasi

Perforasi bisa di sntral, marginal, atau atik.

O.M.supuratif kronis dibagi menjadi dua tipe, yaitu :

1. OMSK tipe benigna --> tipe tidak berbahaya (tidak terdapat kolesteatoma )

2. OMSK tipe maligna --> tipe berbahaya (disertai kolesteatoma )

OMSK tipe benigna

Proses peradangan pada tipe benigna terbatas pada mukosa sajadan biasanya tidak mengenai

tulang, dan pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.

Gejala : Otore mukoid / mukopurulent, Gangguan pendengaran. Perforasi sentral ( kecil --

luas/total ). Mukosa cav.Timpani : hiperemi, tebal. Dapat terjadi infeksi akut eksaserbasi

Koleateatoma

Suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel ( keratin) deskuamasi terbentuk terus lalu

tertumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.

Klasifikasi:

a. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk masa embrionik dan ditemukan pada telinga

dengan membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi.

b. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, dibagi menjadi yang primer

dan yang sekunder.

OMSK tipe maligna

Perforasi biasanya di daerah marginal atau atik, pada kasusu yang sudah lanjut biasanya di

temukan abses dan fistel retroaurikuler, polip/ jaringan granulasi pada liang telinga luar yang

berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatom pada telinga tengah.

Terapi OMSK

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang.

Prinsip terapi OMSK tipe benigna:

Konservatif / medikamentosa

Larutan H2O2 untuk mengurangi secret

Obat tetes telinga tidak lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah

tenang

Antibiotik oral

Miringoplasti / timpanoplasti bila masih ada perforasi setelah di observasi 2 bulan.

Obati sumber infeksi bila ada.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna:

Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti

Konservatif dengan medikamentosa

DAFTAR PUSTAKA

Djaafar, ZA. 2006. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung Tenggorokan,

cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Liston stephen L, at all. 2007. Boies ; Embriologi Anatomi dan Fisiologi Telinga. EGC

jakarta.

Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com

Soepardi Efiaty A, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher edisi ketujuh, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

REFRESHING

EMBRIOLOGI, ANATOMI, FISIOLOGI,

DAN CARA PEMERIKSAAN TELINGA

Pembimbing :

Dr. H. Denny P Machmud, Sp.THT

Disusun oleh :

A. Ainun Zamira M.M

2010730170

STASE TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

KEPANITERAAN KLINIK RSIJ PONDOK KOPI

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015