refreshing mola

17
REFRESHING MOLA HIDATIDOSA Disusun oleh: DHANU ROHYANA 2006730018 Dokter Pembimbing: Dr. ELFAHMI A. NOOR Sp.OG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN RSIJ SUKAPURA 2010

Upload: dhanurohyana

Post on 03-Jul-2015

167 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refreshing Mola

REFRESHING

MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh:

DHANU ROHYANA

2006730018

Dokter Pembimbing:

Dr. ELFAHMI A. NOOR Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

RSIJ SUKAPURA

2010

Page 2: Refreshing Mola

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada kita semua. Tak lupa salawat serta salam kepada junjungan besar

Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan refreshing

”mola hidatidosa”.

Refresing ini di susun untuk mengulang kembali materi mengenai mola hidatidosa

berdasarkan tinjauan pustaka dan dari berbagai buku ajar ilmu kebidanan dan ilmu kandungan.

Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing :

1. Dr. Bambang Widjanarko Sp.OG

2. Dr. Elfahmi A Noor. Sp.OG

3. Dr. Baharuddin Hafied Sp.OG

4. Dr. Bobbin Amirul Sp.OG

5. Dr. Dewi R. Sp.OG

Beserta dokter pendamping dan bidan yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang

telah banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan refreshing ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak yang membaca ini,agar saya dapat mengkoreksi diri dan dapat membuat

laporan ini yang lebih sempurna dilain kesempatan. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 7 mei 2010

Penulis

Page 3: Refreshing Mola

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

B. epidemiologi

C. Etiologi

D. Patogenesis dan Klasifikasi

E. Tanda dan Gejala

F. Diagnosa

G. Pengobatan

H. Komplikasi

I. Pencegahan

J. prognosis

BAB II : PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 4: Refreshing Mola

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa

kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang

kenjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di Negara-negara asia,

Afrika dan Amerika latin daripada di Negara-negara barat. Penyebab Mola tidak

diketahui, faktor-faktor yang dapat menyebabkan antar lain : keadaan sosioekonomi yang

rendah dan parietas tinggi. Keluhan dari penderita seperti gejala-gejala hamil muda yang

kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya.

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana

tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa

degenerasi hidrofobik, secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa

gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran

bervariasi dari bererapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. (buku kebidanan Sarwono

Prawirohardjo).

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya

mengalami perubahan hidrofobik. (mansoer, Dkk. EGC)

B. Epidemiologi

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin

dibandingkan dengan negara – negara barat. Dinegara-negara barat dilaporkan 1:200 atau

2000 kehamilan. Sedangkan dinegara negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan.

Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo

Page 5: Refreshing Mola

Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A siregar (Medan) tahun 1982 : 11 – 16

per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata

(Bandung) : 9- 21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur

reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas

kemungkinan menderita mola lebih besar.

C. Etiologi

Sejauh ini penyebab pasti mola hidatidosa belum diketahui, tetapi diperkiranakn

faktor – faktor yang dapat menyebabkan antara lain:

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari Tropoblast

3. keadaan sosioekonomi yang rendah

4. paritas tinggi

5. kekurangan protein, asam folat, karoten dan vit.A.

6. infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

7. Wanita dibawah 20 tahun dan diatas 40 tahun termasuk resiko tinggi.

8. Riwayat abortus spontan

D. Patogenesis dan Klasifikasi

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih

merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara

histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi

normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan yang satu

lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil

sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.

Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit

trofoblas. Pertama, missed abortion yaitu mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu,

karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam

Page 6: Refreshing Mola

jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut

Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folat pada

kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini yang menyebabkan gangguan angiogenesis. Kedua,

teori neoplasma dari Park yang menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel

trofoblas yang mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan

yang berlebihan kedalam vili, sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan

gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Ada juga teori sitogenetika, yaitu mola

hidatidosa komplit berasal dari genom paternal (genotype 46 XX sering, 46 XY jarang,

namun 46 XX-nya bersal dari reproduksi haploid sperma dan tanpa kromoson dari

ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromoson terdiri dari kromoson 2 haploid paternal

dan 1 haploid maternal (triploid, 69 XXX atau 69 XXY dari 1 haploid ovum dan lainnya

reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia.

Mola hidatidosa terbagi menjadi :

1. Mola Hidatidosa Sempurna

Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel

bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering

berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik

ditandai oleh:

Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus.

Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak.

Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi.

Tidak adanya janin dan amnion.

2. Mola Hidatidosa Parsial

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin

tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung

lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh

lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.

Page 7: Refreshing Mola

Tabel. Perbedaan mola sempurna dan parsial

Perbedaaan Mola sempurna Mola parsial

Embrio atau jaringn fetus Tidak ada Ada

Gelembung villi Difus Fokal

Hiperplasia trofoblastik Difus Fokal

Kariotif Paternal 46XX (96%) atau

46XY (4%) “diploid”

Paternal dan maternal 69

XXY atau 69 XYY

“triploid”

Malignant change 5-10% Jarang

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan

biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan

biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah

darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala

Amenore dan tanda-tanda kehamilan :

1. Tidak dirasakan tanda-tanda gerakan janin atau ballotement

2. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

3. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)

4. Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB

yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab

5. Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,

peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

6. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnose pasti.

Page 8: Refreshing Mola

F. Diagnosis

1. Klinis

a. Berdasarkan anamnesis

b. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut

muka mola (mola face).

2) Palpasi :

a. Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.

b. Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

3) Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

4) Pemeriksaan dalam :

a. Memastikan besarnya uterus

b. Uterus terasa lembek

c. Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

2. Laboratorium

Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji

biologik dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi

(pengeceran) :

Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek mola hidatidosa.

3. Radiologik

Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin.

USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

4. Uji Sonde (cara Acosta-sison)

Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal kuretase.

5. Histopatologik

Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab. Patologi Anatomi.

Page 9: Refreshing Mola

G. Diagnosis Banding

1. Kehamilan ganda

2. Abortus iminens

3. Hidroamnion

4. Kario karsinoma

H. Pengobatan

1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

b. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap.

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam

kemudian dilakukan kuret.

c. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum

penderita.

d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk

membersihkan sisa-sisa jaringan.

e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 35 tahun,

Paritas 3 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

2. Pengawasan Lanjutan

a. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil

atau kondom.

b. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

Setiap minggu pada Triwulan pertama

Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

c. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

1. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

2. Pemeriksaan dalam :

Keadaan Serviks

Uterus bertambah kecil atau tidak

Page 10: Refreshing Mola

3. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

1x seminggu sampai hasil negative

1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

1x3 bulan selama tahun berikutnya

Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya

keganasan

3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari.

I. Komplikasi

1. Perdarahan yang hebat sampai syok

2. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

3. Infeksi sekunder

4. Perforasi karena tindakan atau keganasan

J. Pencegahan

Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui secara pasti

maka kejadian mola hidatidosa sulit untuk dicegah. Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang

baik dapat menurunkan risiko terjadinya mola.

K. Prognosis

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau

tiroksiskosi. Dinegara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi,

dinegara masih cukup tinggi yaitu sekitar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien

mola akan sehat kembali setelah jaringan dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan

yang kemudia menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Presentase

keganasan yang dilaporkan berbeda-beda, berkisar antara 5,56%. Bila terjadi keganasan,

maka pengelolaan secara khusus pada divisi onkologi Ginekologi.

Page 11: Refreshing Mola

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi Korialisnya

mengalami perubahan hidrofobik.

2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin

3. Mola hidatidosa terbagi menjadi :

a. Mola hidatidosa sempurna

b. Mola hidatidosa parsial

4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan gejala utama

dari mola hidatidosa.

5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam,

laboratorium, radiologik dan histopatologik.

6. Penatalaksanaan :

a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap

b. Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-3 tahun

c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX)

7. Komplikasi

Syok

Anemia

Infeksi Sekunder

Page 12: Refreshing Mola

DAFTAR PUSTAKA

ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO.

Jakarta.2002 Hal 341-348.

Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI LAB/UPF.

KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER SOETOMO

SURABAYA. 1994. Hal 25-28.

Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri

Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin.

ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO.

Jakarta.2002 Hal 341-348.

Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku

Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H.

Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO

PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. OBSETETRI PATOLOGIK. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung.

1981. Hal38-42.

Molar Pregnancy. Available at : http//www.american pregnancy.org.htm.