refrat radiologi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refrat radiologiTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
Munculnya ikterus pada pasien merupakan suatu keadaan yang dapat
dinilai langsung secara visual. Ikterus selalu berhubungan dengan beberapa
penyakit penting, meskipun hasil akhir jangka panjangnya bergantung pada
penyebab yang mendasari ikterus tersebut. Kata ikterus (jaundice) berasal dari
kata Perancis jaune yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit,
sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena
pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Ikterus
merupakan gambaran fisik yang berhubungan dengan gangguan metabolisme
bilirubin. Kondisi ini biasanya disertai dengan beberapa gambaran serta kondisi
fisik abnormal lainnya dan biasanya berhubungan dengan gejala-gejala spesifik.
Penggunaan yang tepat dari pemeriksaan darah dan pencitraan, dapat memberikan
arah yang jelas pada diagnosa bandingnya. Ikterus non-obstruktif pada umumnya
tidak membutuhkan tindakan ataupun intervensi bedah, sementara ikterus
obstruktif biasanya membutuhkan intervensi bedah atau prosedur intervensi
lainnya untuk pengobatan.1
Ikterus merupakan manifestasi yang sering pada gangguan traktus biliaris,
dan evaluasi serta manajemen pasien ikterus merupakan permasalahan klinik yang
sering dihadapi. Data Riskesdas 2007 mencatat, persentase penderita kelainan
sistem bilier di beberapa rumah sakit di Indonesia sebanyak 17,4%.2
Bilirubin merupakan produk pemecahan hemoglobin normal yang
dihasilkan dari sel darah merah tua oleh sistem retikuloendotelial. Bilirubin tak
terkonjugasi yang tidak larut ditransportasikan ke hati terikat dengan albumin.
Bilirubin ditransportasikan melewati membran sinusoid hepatosit kedalam
sitoplasma. Enzim uridine diphosphate–glucuronyl transferase mengkonjugasikan
bilirubin tak-terkonjugasi yang tidak larut dengan asam glukoronat untuk diubah
menjadi bentuk terkonjugasi yang larut-air, bilirubin monoglucuronide dan
bilirubin diglucuronide. Bilirubin terkonjugasi kemudian secara aktif disekresikan
kedalam kanalikulus empedu. Pada ileum terminal dan kolon, bilirubin dirubah
1

menjadi urobilinogen, 10-20% direabsorbsi kedalam sirkulasi portal.
Urobilinogen ini diekskresikan kembali kedalam empedu atau diekskresikan oleh
ginjal didalam urin.3
Serum bilirubin normal berkisar antara 0,5 – 1,3 mg/dL, di mana ketika
levelnya meluas menjadi 2,0 mg/dL, pewarnaan jaringan bilirubin menjadi terlihat
secara klinis sebagai jaundice. Sebagai tambahan, adanya bilirubin terkonjugasi
pada urin merupakan satu dari perubahan awal yang terlihat pada tubuh pasien.3
Keluhan ikterus yang ringan dapat dilihat paling awal pada sklera mata,
dan bila hal ini terjadi, kadar bilirubin sudah berkisar antara 2 – 2,5 mg/dl (34
sampai 43 µmol/L). Jika ikterus sudah dapat dilihat dengan nyata maka bilirubin
mungkin sebenarnya sudah mencapai angka 7 mg%.1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Bilier4
Gambar 2.1 : Anatomi Sistem Bilier 5
Sistem bilier terdiri dari kandung empedu dan saluran yang berasal dari hepar dan vesicafellea. Fungsi primernya adalah sebagai organ yang memproduksi, menyimpan dan mengalirkan empedu duodenum melalui saluran-saluran empedu.Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah alpukat dengan ukuran ±5x7cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit keluar tepi hati, di bawah lengkun iga kanan, di tepi lateral musculus Rektus Abdominis. Sebagian besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati. Masing-masing sel hati juga terletak dekat dengan beberapa kanalikulus yang mengalir ke dalam duktus biliaris intralobules dan duktus-duktus ini bergabung melalui duktus biliaris antar lobules membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri. Diluar hati duktus ini bersatu dan membentuk duktus hepatikus komunis. Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm sedangkan panjang duktus hepatikus komunis sangatbervariasibergantungpadaletakmuaraduktussistikus.Duktussistikusberjalankeluardarikandungempedu. Panjangnya ±30-37mm dengan diameter 2-3 mm. Dindinglumennyamengandungkatupberbentuk spiral Heister, yang memudahkancairanempedumengalirmasukkedalamkandungempedutapimenahanalirankeluarnya. Duktushepatikuskomunisakanbersatudenganduktussistikusdanmembentukduktusk
3

oledokus yang panjangnnya 7,5 cm dengan diameter 6 mm. Duktuskoledokusberjalan di belakang duodenum menembuspankreas, bergabungdenganduktuspankreatikus mayor wisungidanbersatupadabagian medial dinding duodenum desendenmembentukpapilavateri. Ujungdistalnyadikelilingiolehototsfingteroddi.Dindingduktusbiliarisekstrahepatik dankandungempedumengandungjaringanfibrosadanototpolos.Membranmukosamengandungkelenjar-kelenjarmukosadandilapisiolehselapisselkolumnar.
Sistem bilier esktrahepatik terdiri atas
a) Vesica Fellea = Gallbladder
Vesica fellea merupakan suatu kantong berbentuk memanjang, berjalan dari
caudo-anterior pada fossa vesica fellea ke cranio-posterior sampai porta hepatis.
Mempunyai dua facies, yaitu facies anterior yang berhubungan dengan dasar fossa
vesica fellea, dan facies posterior yang ditutupi oleh peritoneum.
Morfologi vesica fellea terdiri dari corpus, collum dan fundus. Fundus
vesica fellea terletak pada tepi costa 8 – 9 dextra, di sebelah lateral m.rectus
abdominis, yaitu pada arcus costarum dextra. Berbatasan di dorso-caudal dengan
colon transversum dan pars descendens duodenum. Mucosa vesica fellea berlipat-
lipat membentuk villi, disebut plica tunica mucosa. Kadang-kadang fundus vesica
fellea seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga seakan-akan mempunyai
mesenterium, dan kelihatan fundus tergantung pada hepar.
Vascularisasi : a.cystica, suatu cabang dari a.hepatica propria dexter;
vena cystica bermuara ke dalam ramus dexter yang portae.
Innervasi : cabang-cabang dari plexus coeliacus.
Lymphe drainage : menuju ke lymphonodi hepatica.
b) Ductus Cysticus
Merupakan lanjutan dari vesica fellea, terletak pada porta hepatis.
Panjangnya kira-kira 3 – 4 cm. Pada porta hepatis ductus cysticus mulai dari
collum vesica fellea, kemudian berjalan ke postero-caudal di sebelah kiri collum
vesicae felleae. Lalu bersatu dengan ductus hepaticus communis membentuk
ductus choledochus. Mucosa ductus ini berlipat-lipat terdiri dari 3 – 12 lipatan,
berbentuk spiral yang pada penampang longitudional terlihat sebagai valvula,
disebut valvula spiralis (Heister).
c) Ductus Hepaticus
4

Ductus hepaticus berasal dari lobus dextra dan lobus sinistra bersatu
membentuk ductus hepaticus communis pada porta hepatis dekat pada processus
papillaris lobus caudatus. Panjang ductus hepaticus communis kurang lebih 3 cm.
Terletak di sebelah ventral a.hepatica propria dextra dan ramus dextra vena porta.
Bersatu dengan ductus cysticus menjadi ductus choledochus.
d) Ductus Choledochus
Mempunyai panjang kira-kira 7 cm, dibentuk oleh persatuan ductus cysticus
dengan ductus hepaticus communis pada porta hepatis. Di dalam perjalanannya
dapat di bagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :
1. bagian yang terletak pada tepi bebas ligamentum hepatoduodenale, sedikit di
sebelah dextro-anterior a.hepatica communis dan vena portae;
2. bagian yang berada di sebelah dorsal pars superior duodeni, berada di luar
lig.hepatoduodenale, berjalan sejajar dengan vena portae, dan tetap di sebelah
dexter vena portae;
3. bagian caudal yang terletak di bagian dorsal caput pancreatis, di sebelah
ventral vena renalis sinister dan vena cava inferior.
Pada caput pancreatis ductus choledochus bersatu dengan ductus
pancreaticus Wirsungi membentuk ampulla, kemudian bermuara pada dinding
posterior pars descendens duodeni membentuk suatu tonjolan ke dalam lumen,
disebut papilla duodeni major.
2.2Patofisiologi Sistem Bilier
Empedu yang disekresikan terus menerus oleh hepar masuk
kedalam duktus biliaris yang kecil dalam hepar. Duktus biliaris
yang kecil bersatu dan membentuk dua saluran yang lebih besar
yang keluar dari permukaan bawah hepar sebagai duktus
hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu menjadi duktus
hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung
dengan duktus sistikus menjadi duktus kholedekus yang akan
bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri
yang bermuara di duodenum.6
Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan
warna kuning sampai kehijauan pada jaringan yang disebut
5

ikterus dan ini merupakan tanda penting dari penyakit hati,
saluran empedu dan penyakit darah. Mekanisme terjadinya
ikterus adalah menyangkut pengertian pembentukan, transpor,
metabolisme dan ekresi bilirubin.
Terdapat 4 mekanisme dimana hiperbilirubinemia dan ikterus
dapat terjadi :6
1. Pembentukan bilirubin berlebihan
2. Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonyugasi oleh hati
3. Gangguan konyugasi bilirubin
4. Pengurangan eksresi bilirubin terkonyugasi dalam empedu
akibat faktor intrahepatik dan ekstra hepatik yang bersifat
obstruksi fungsional/mekanik.
Penyebab ikterus kholestatik bisa intra hepatik atau
ekstrahepatik. Penyebab intra hepatik adalah inflamasi, batu,
tumor, kelainan kongenital duktus biliaris. Kerusakan dari sel
parenkim hati menyebabkan gangguan aliran dari garam
bilirubin dalam hati akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan kedalam duktus hepatikus karena terjadinya retensi
dan regurgitasi. Jadi akan terlihat peninggian bilirubin
terkonyugasi dan bilirubin tidak terkonyugasi dalam serum.6
Gambar 2.2 Lokasi Obstruksi Biliaris.9
Penyumbatan duktus biliaris yang kecil intrahepatal sudah
cukup menyebabkan ikterus. Kadang-kadang kholestasis intra
6

hepatal disertai dengan obstruksi mekanis didaerah ekstra
hepatal. Obstruksi mekanik dari aliran empedu intra hepatal
yang disebabkan oleh batu biasanya menyebabkan fokal
kholestasis, keadaan ini biasanya tidak terjadi hiperbilirubinemia
karena dikompensasi oleh hepar yang masih baik. Kholangitis
supuratif yang biasanya disertai pembentukan abses dan ini
biasanya yang menyebabkan ikterus. Infeksi sistemik dapat
mengenai vena porta akan menyebabkan invasi kedinding
kandung empedu dan traktus biliaris.6
Pada intra hepatik kholestasis biasanya terjadi kombinasi
antara kerusakan sel hepar dan gangguan metabolisme
(kholestasis dan hepatitis).
Ekstra hepatik kholestatik disebabkan gangguan aliran
empedu kedalam usus halus sehingga akibatnya terjadi
peninggian bilirubin terkonyugasi dalam darah. Penyebab yang
paling sering dari ekstra hepatik kholestatik adalah batu diduktus
kholedekhus dan duktus sistikus, tumor duktus kholedukus, kista
duktus kholedukus, tumor kaput pankreas, sklerosing
kholangitis.6
2.3 Gambaran Radiologi Obstruksi Sistem Bilier
2.3.1 Foto polos abdomen.
Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat batu opak dikandung
empedu atau di duktus kholedekus. Kadang-kadang pemeriksaan ini dipakai untuk
skrening, melihat keadaan secara keseluruhan dalam rongga abdomen.6
Gambaran posteroanterior abdomen akan menunjukkan batu empedu
dalam 10-15% dari kasusdimana batu radioopak. Empedu sendiri kadang
mengandung kalsium yang dapat terlihat. Pembesaran kandung empedu dalam
keadaan tertentu dapat diidentifikasikan sebagai massa jaringan halus di kuadran
kanan atas melekuknya “air filled hepatic flexure”.
7

Dalam beberapa tipe penyakit saluran empedu, diagnosis dapat ditegakkan
dengan terlihatnya udara dalam saluran empedu dengan foto polos.
Biasanyaterdapat fistula biliaris-intestinal, kolesistitis, dan ascariasis biliaris.
Gambar 2.2 Foto Polos Abdomen pada Kolelitiasis.8
2.3.2 Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris
intra/ekstra hepatal sehingga dengan mudah dapat mendiagnosis apakah ada
ikterus onstruksi atau ikterus non obstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah
duktus billiaris yang paling sering adalah bagian distal maka akan terlihat duktus
biliaris komunis melebar dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran bagian
proximal. Untuk membedakan obstruksi letak tinggi atau letak rendah dengan
mudah dapat dibedakan karena pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal tidak
tampak pelebaran dari duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus
biliaris intra dan ekstra hepatal maka ini dapat dikategorikan obstruksi letak
rendah (distal). Pada dilatasi ringan dari duktus biliaris maka kita akan melihat
duktus biliaris kanan berdilatasi dan duktus biliaris daerah perifer belum jelas
terlihat berdilatasi.6
Kista duktus kholedukhus adalah pelebaran kistik dari duktus biliaris yang
biasanya didapat secara kengenital. Kelainan ini bisa disertai oleh pelebaran
duktus biliaris intra hepatal. Pada USG akan terlihat banyangan masa kistik yang
8

berhubungan dengan duktus biliaris dan kenmungkinan akan terlihat bayangan
batu atau infeksi kandung empedu.7
Pada dilatasi ringan dari duktus biliaris maka kita akan
melihat duktus biliaris kanan berdilatasi dan duktus biliaris
daerah perifer belum jelas terlihat berdilatasi. Gambaran duktus
biliaris yang berdilatasi bersama-sama dengan vena porta
terlihat sebagai gambaran double vessel, dan imajing ini disebut
“double barrel gun sign” atau sebagai “paralel channel
sign”.Pada potongan melintang pembuluh ganda tampak
sebagai gambaran cincin ganda membentuk “shot gun sign”.
Gambar 2.3 Gambaran USG “Shot Gun Sign” pada obstruksi
biliaris Intrahepatik.10
9

Gambar 2.4 Gambaran USG pada Kolelitiasis.9
Gambar 2.5 common biliar ductus (kepala panah merah) terletak di anterior Vena
Porta (PV) dan gallbladder (anak panah merah ).10
2.3.3 Compute Tomography-Scan (CT-Scan)
Pemeriksaan CT Scan mengenai tractus biliaris banyak dilakukan
untukmelengkapi data suatu pemeriksaan sonografi yang telah dilakukan
sebelumnya.Secara khusus CT Scan dilakukan guna menegaskan tingkat atau
penyebab yangtepat adanya obstruksi/kelainan pada saluran empedu. Dalam hal
ini CT Scan dinilaiuntuk membedakan antara ikterus obstuktif, apakah intra atau
ekstra hepatik denganmemperhatikan adanya dilatasi dari duktus biliaris. Kunci
untuk menetapkan tingkat atau penyebab dilatasi duktus biliaris adalah evaluasi
yang cermat mengenai zona transisi pada tingkat dimana terjadi duktus
yang melebar/dilatasi kemudian terjadi penyempitan-penyempitan duktus biliaris
dan kemudian duktus yang tidak terlihat.11
10

Gambar 2.5 CT scan yang menunjukkan dilatasi duktus biliaris
(panah hitam) dandilatasi duktus pankreatikus (panah putih),
dimana keduanya terisi oleh musin.11
2.3.4 ERCP (Endoscope Retrograde Cholangiopancreotography)
ERCP merupakan suatu perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan
radiologi untuk mendapatkan anatomi dari sistim traktus biliaris (kolangiogram)
dan sekaligus duktus pancreas (pankreatogram). Metode ini memerlukan alat
radiologi dengankemampuan tinggi, monitor televisi serta ketrampilan khusus
dari ahli endoskopi. Prinsip teknik ERCP adalah mula-mula memasukkan
endoskop "optik samping" sampai duodenum dan mencari papila Vateri yang
merupakan muara bersama dari duktus koledokus dan dari duktus pankreatikus.
Kemudian dilakukan kanulasi dari muara papila dengan kateter yang dimasuk-
kan melalui kanal skop. Selanjutnya media kontras disuntikkan melalui kateter
tersebut sehingga didapatkan kolangiogram atau pankreatogram yang akan terlihat
pada monitor televisi. Untuk penilaian dan dokumentasi lalu dibuat beberapa foto
dalam beberapa posisi.12
Endoskopik merupakan selang kecil yang mudah digerakkan yang
menggunakan lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus gastro intestinal.
Endoscope Retrograde Cholangiopancreotography (ERCP) dapat lebih akurat
menentukan penyebab dan letak sumbatan serta keuntungannya juga dapat
11

mengobati penyebab obstruksi dengan mengeluarkan batu dan melebarkan
peyempitan.11
Dengan ERCP kita akan mendapatkan kolangiogram yang lengkap dari
saluran empedu intra-hepatik, ekstra hepatik, duktus sistikus dan kandung
empedu, sehingga letak dan derajat obstruksi dapat diketahui. Data
pankreatogram iuga dapat diperoleh dan hal ini sangat penting sebab kelainan
pankreas seperti keganasan merupakan salah satu kausa tersering dari ikterus
bedah.12
Indikasi ERCP diagnostik pada ikterus bedah meliputi:12
- Kolestasis ekstrahepatik
- Keluhan pasca operasi bilier
- Keluhan pacsa kolisistektomi
- Kolangitis akut
- Pankreatitis bilier akut
Di samping itu kelainan di daerah papila Vateri (tumor, impacted stone) yang
juga sering merupakan penyebab ikterus bedah dapat terlihat jelas dengan teknik
endoskopi ini.12
12

Gambar 2.6 menunjukkan duktus biliaris yang berdilatasi
pada bagian tengah dan distal (dengan gambaran feeling defect).8
2.3.5 Magnetic Resonance Cholangiopancreaotography (MRCP)
MRCP adalah pemeriksaan duktus biliaris dan duktus pankreatikus dengan
memakai pesawat MRI. Dengan memakai heavily T2W acquisition untuk
memaksimalkan signal dari cairan yang menetap pada duktus biliaris dan duktus
pankreatikus.
Gambar 2.7 MRCP
Perbandingan MRCP dengan ERCP : 6
Kelainan duktus pankreatikus utama dapat dilihat dengan MRCP
Sensitivitas untuk dilatasi cukup tinggi, tapi harus hati-hati dalam menilai
adanya striktur dengan kaliber duktus yang normal
Sensitivitas dalam mendeteksi filling defek juga tinggi
Perubahan dari percabangan duktus pankreatikus kurang baik dengan
MRCP.
Kelebihan MRCP dibandingkan dengan ERCP :6
13

MRCP non invasif, tanpa radiasi, dilakukan pada pasien rawat jalan tanpa
analgesik atau premedikasi dan tidak menyebabkan resiko terjadinya akut
pankreatitis.
Resolusi MRCP untuk duktus utama mendekati ERCP
MRCP dapat dilakukan pada pasien yang endoskopi tidak berhasil seperti
dengan operasi gaster/pankreas sebelumnya, obstruksi jalan keluar gaster
atau transplantasi pankreas.
MRCP dapat dikombinasikan dengan konvensional MRI abdomen atas
untuk penelitian yang menyeluruh dari hati, pankreas dan struktur vaskular
yang berdekatan.
Pasien dengan oklusi total duktus pankreatikus utama, MRCP
menunjukkan proksimal anatominya.
MRCP dapat menunjukkan kista atau koleksi cairan yang berdekatan
dengan pankreas yang tidak berhubungan dengan duktus pankreatikus dan
tidak tampak sebagai bayangan opak pada ERCP.
ERCP mempunyai kelebihan dibandingkan MRCP : 6
Untuk melihat anatomi duktus dan dengan ERCP dapat melihat perubahan
dini percabangan duktus.
ERCP dapat melihat secara langsung dari papilla dan struktur anatomi
berdekatan .
Sampel diagnostik cairan pankreas atau pengerokan untuk sitologi dapat
diperoleh selama ERCP .
ERCP dapat digunakan untuk tindakan terapi seperti insersi stenting atau
papiloomi.
2.3.6 Percutaneus Transhepatik Cholangiography (PTC)
PTC merupakan sarana diagnosis invasif untuk membedakan ikterus
obstruktif ekstra dan intra hepatik serta menentukan lokasi sumbatan dan juga
pada kebanyakan kasus etiologi daripada obstruksi lainnya.
14

Gambar 2.8 stenosis dan dilatasi CBD
Gambaran saluran empedu yang diperoleh PTC tidak hanya memberikan
informasi mengenai saluran empedu tetapi juga mempermudah menduga
penyebabnya, sehingga dapat menjadi pedoman bagi ahli bedah dalam
perencanaan operasinya.
Jadi indikasi pemeriksaan PTC yaitu :
Untuk membedakan ikterus obstruktif intra hepatik atau ekstra hepatic.
Untuk menentukan letak dan penyebab sumbatan (batu, karsinoma,
striktur, dsb) .
Untuk menentukan penyebab sindroma postkholeksistektomi misalnya
batu yang berulang, hepatolitiasis, striktur pasca bedah pada saluran
empedu.
Gambaran yang didapat pada PTC yaitu :
Batu biasanya memperlihatkan filling defect serta obstruksi dengan
berbentuk cembung .
Penyempitan yang halus dengan segmen yang pendek mengindikasikan
adanya struktur .
Duktus yang kaku (rigid) dan ireguler mengindikasikan suatu karsinoma.
Gambaran duktus yang berbelit-belit berkelok-kelok dan berdilatasi serta
adanya obstruksi bagian distas mengindikasikan karsinoma pancreas.
Gambaran duktus yang melengkung dan menebal mengindikasikan
sclerosing cholangitis
15

2.3.7 Percutaneus Transhepatic Billiary Drainage (PTBD)
Tehnik sama dengan PTC hanya disini kateter masuk sampai melampaui
obstruksi dan bisa sampai duodenum Lebih ke arah terapi, karena flow dan cairan
empedu masuk kedalam “side hole” dari kateter. 6
Gambar 2.9 Prosedur Percutaneus Transhepatic Billiary Drainage (PTBD).14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulaiman A. 2007. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus p: 422-425.In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Supari SF. 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. http://www .depkes.go.id [diakses pada 24 Maret 2010].
3. Guyton, Arthur C, Hall JE. 1997. Fisiologi Gastrointestinal p: 1108-1109.In: Setiawan Irawati, editors. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed. Jakarta: EGC.
4. Datu, AR. Viscera abdominis. Dalam: Diktat Anatomi Abdomen. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.h.29-30
16

5. Anonim. Gall blader picture. [online]. 2011. Available from URL: http://medicalimages.allrefer.com/large/biliary-obstruction-series.jpg. Cited on February 2011.
6. Soektino DR. 2007. Imaging PadaIkterusObstruksi.Bagian/UPF RadiologiFakultasKedokteranUniversitasPadjajaran /RSUP Dr. HasanSadikin Bandung.
7. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/04/ imaging_pada_ikterus_obstruksi.pdf
8. Yekeler E, Akyol Y. Cholelithiasis. Dalam : New England Journal ofMedicine.Availablefrom: http://content.nejm.org/cgi/content/full/351/22/2318. Last update 25 November 2005 (diaksespadatanggal06Maret 2012).
9. http://medlinux.blogspot.com/2008/12/kolelitiasis.html10. http://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/edus/index7.html 11. SKYDRUGZ: Refarat
Kolangitis http://skydrugz.blogspot.com/2012/01/refarat-kolangitis.html#ixzz1oLlc62QA .
12. Lesmana.1992. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (E R C P) diagnostic dan terapeutik pada Obstruksi Biller. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
13. Kitamura N, Satoshi M, Hajime A. 2002. Obstructive Jaundice in a Metastatic Tumor of the Pancreas from Breast Cancer. Japanese Journal of Clinical Onchology. Oxford Journal. Vol 33, pp 93-97.
14. Anonimus. 2012. Incidence of Cholangitis and Sepsis Associated With Percutaneous Transhepatic Biliary Drain Cholangiography and Exchange: A Comparison Between Liver Transplant and Native Liver Patients . American Journal of Roentgenology.
17