refrat mutiplesclerosis lengkap

Upload: yeyen-musaini

Post on 03-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    1/26

    REFERAT

    MULTIPLE SCLEROSIS

    Pembimbing

    dr. Hj. Mutia Sinta, Sp. S

    dr. Dwi Kusumaningsih, Sp. S

    Oleh:

    Maulan saputra J500080112

    Ayu Rahimah J500080094

    Ayu Wulan Sari J500080070

    Yeni Nur Ikwal M J500080093

    Titin Prihatini J500080037

    STASE ILMU PENYAKIT SARAF

    RSUD DR. HARJONOPONOROGO

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2012

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    2/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Multiple sclerosis (MS) pertama kali ditemukan pada tahun 1882

    oleh Sir Agustus Deste dari Inggris, akan tetapi Cruveilhier & Charcot

    memberi gambaran lebih terperinci tentang adanya plak dan sclerosis pada

    susunan saraf pusat. Secara global, diperkirakan prevalensi rata-rata

    multiple sclerosis adalah 30 per 100 000. Secara regional, prevalensi

    diperkirakan rata-rata multiple sclerosis adalah terbesar di Eropa (80 per

    100 000), diikuti oleh Mediterania Timur (14,9), Amerika (8.3), Pasifik

    Barat (5), Asia Tenggara (2,8), dan Afrika (0,3). 1, 2

    Multiple sklerosis merupakan salah satu gangguan neurologis yang

    paling sering menyerang orang pada usia muda. Gejala jarang muncul

    sebelum usia 15 tahun atau setelah usia 60 tahun. Multiple sklerosis ditandai

    dengan timbulnya destruksi bintik mielin yang meluas diikuti oleh gliosis

    pada susbtansia alba susunan saraf pusat. Ciri khas perjalanan multiple

    sklerosis adalah serangkaian serangan terbatas yang menyerang bagian

    susunan saraf pusat yang berlainan. Masing-masing serangan kemudian

    akan memperlihatkan beberapa derajat pengurangan, namun keseluruhan

    gambaran adalah suatu keadaan yang makin memburuk.1

    Penyakit ini lebih sering ditemukan pada area dengan suhu sedang

    dibandingkan daerah iklim tropis. Penyakit ini lebih sering terjadi pada

    perempuan daripada laki-laki (1,5:1). Penyakit dapat terjadi pada segala

    usia, walaupun onset pertama jarang terjadi pada anak-anak dan orang usia

    lanjut. Biasanya usia munculnya gejala antara 20-40 tahun. 3

    Multiple sklerosis termasuk penyakit-penyakit demielinisasi. Di

    dalam susunan saraf sentral terjadi daerah-daerah yang mengalami

    demielinisasi. Gejala-gejalanya hilang timbul dalam serangan-serangan dan

    tiap serangan meninggalkan cacat. Gejala-gejala neurologis tergantung dari

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    3/26

    bagian yang mengalami kerusakan. Karena keadaan alergi juga dapat

    menimbulkan demielinisasi dalam susunan saraf sentral (vaksinasi terhadap

    cacar, pengobatan anti-rabies), orang menduga bahwa multipel sklerosis

    juga merupakan penyakit auto-immune.4

    B. Tujuan

    Referat ini ditulis bertujuan untuk memahami definisi, etiologi,

    patogenesis, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding,

    penatalaksanaan dan prognosis dari multiple sclerosis.

    3

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    4/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Multiple sclerosis adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan

    sumsum tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan

    merupakan penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya

    dapat disebabkan oleh banyak faktor, terutama proses autoimun. Focal

    lymphocytic infiltration atau sel T bermigrasi keluar dari lymph node ke

    dalam sirkulasi menembus sawar darah otak (blood brain barrier) secara

    terus-menerus menuju lokasi dan melakukan penyerangan pada antigen

    myelin pada sistem saraf pusat seperti yang umum terjadi pada setiap

    infeksi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi, kerusakan pada

    myelin (demielinisasi), neuroaxonal injury, astrogliosis, dan proses

    degenerative. 1

    B. Epidemiologi

    Menurut National Multiple Sclerosis Society, kira-kira 400,000

    orang Amerika tercatat menderita MS, dan pada setiap minggunya sekitar

    200 orang didiagnosis MS. Di seluruh dunia, MS mungkin diderita 2.5 juta

    individu. Umumnya serangan terjadi dalam dekade ketiga dan keempat,

    walaupun penyakit ini bisa mulai dalam masa kanak-kanak dan juga di

    atas usia 60 tahun. Secara keseluruhan, MS terjadi lebih sering pada

    wanita dibandingkan laki-laki, dengan perbandingan adalah kira-kira 2:1. 5

    Multipel sklerosis lebih sering ditemukan pada daerah dengan suhu

    sedang dibandingkan dengan daerah iklim tropis. Perbedaan etnis pada

    insidensi penyakit merupakan argumen kerentanan genetik terhadap

    kondisi ini.Akan tetapi, variasi geografis juga memperlihatkan peran

    faktor lingkungan, misalnya virus. Hal ini terutama terlihat dari epidemi

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    5/26

    munculnya multipel sklerosis, misalnya pada Kepulauan Faroe dan

    Islandia. Terdapat juga bukti bahwa orangyang dilahirkan pada daerah

    yang berisiko tinggi untuk multipel sklerosis akan membawa risiko

    tersebut jika mereka pindah ke daerah dengan risiko rendah dan

    sebaliknya, tetapi hanya jika perpindahan terjadi pada usia remaja. Hal ini

    menunjukkan bahwa virusyang berdasarkan hipotesis bekerja pada dekade

    pertama atau kedua kehidupan.3

    Multipel sklerosis jarang terjadi pada khatulistiwa dan garis lintang

    3035 utara dan selatan. Pada umumnya multipel sklerosis meningkat

    secara proporsional dengan meningkatnya jarak dari garis katulistiwa.

    Tidak ada penjelasanyang memuaskan mengenai peristiwa ini, walaupun

    variabel tertentu telah diteliti. Hal ini karena meliputi faktor-faktor

    lingkungan, seperti iklim, kelembaban, resistensi pada virus tertentu,

    konsumsi susu sapi. 5

    Multiple sklerosis secara dominan menyerang orang kulit putih,

    informasi terakhir cenderung menunjukkan bahwa multiple sklerosis

    adalah suatu penyakit bawaan dan mungkin dapat ditularkan. Adanya

    bukti bahwa hubungan antara HLA system (Human Leukocyte Antigen)

    dan multiple sklerosis menunjukkan suatu kerentanan genetis terhadap

    penyakit itu.6

    5

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    6/26

    C. Etiologi

    Penyebab dari multiple sclerosis tetap tidak diketahui, walaupun

    kegiatan penelitian dibidang ini sudah banyak dilakukan. Hipotesis yang

    tidak terhitung banyaknya sudah diajukan. Sebagian besar multiple

    sclerosis di Eropa adalah tipe HLA-A3, B7, DW2 dan DR2. Selama

    serangan akut, jumlah sel-sel supresor dalam darah perifer berkurang.

    Penelitian eksperimental mendukung teori dari infeksi slow virus atau

    reaksi autoimun. Walaupun titer campak yang meningkat sering terdapat

    pada pasien multiple sclerosis, tetapi virus campak tidak dapat dianggap

    sebagai virus yang bertanggung jawab untuk penyakit ini.

    Patogenesis dari multiple sclerosis sebagian komplemen dan

    sebagian berlawanan dengan mekanisme autoimun, teori ini didukung oleh

    model percobaan ensefalomielitis alergika eksperimental pada binatang.

    Pada tahun-tahun terakhir ini, perjalanan penyakit yang berulang telah

    ditemukan pada binatang percobaan. Suatu sensitisasi yang terlambat

    terhadap protein sensefalitogenik dari SSP telah diperlihatkan terjadi

    melalui reaksi imun seluler. Limfosit yang tersensitisasi merupakan karier

    yang paling penting dari proses ini.7

    Peran mekanisme imun pada patogenesis multiple sclerosis

    didukung beberapa temuan, seperti adanya sel inflamasi kronik pada plak

    aktif dan hubungan kondisi ini dengan gen spesifik pada kompleks

    histokompatibilitas mayor (major histocompatibility, MHC). Banyak

    gangguan autoimun yang ternyata berhubungan dengan kelompok gen ini.1

    Hubungan dengan MHC merupakan salah satu bukti pengaruh

    komponen genetik dalam etiologi multiple sclerosis, begitu pula adanya

    kasus pada keluarga, dan temuan peningkatan kejadian pada kasus kembar

    identik (monozigot) dibandingkan kembar nonidentik (dizigot). Akan

    tetapi, belum ditemukan gen tunggal yang penting untuk terjadinya

    multiple sclerosis.8 Fokal area dari destruksi mielin di dalam multiple

    sclerosis terjadi dengan latar belakang suatu proses radang yang

    didominasi oleh penyusupan dari T-limfosit, hematogen makrofag,

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    7/26

    aktivasi dari lokal mikroglia, dan adanya sedikit B-limfosit atau sel-sel

    plasma. Proses peradangan ini berhubungan dengan peningkatan berbagai

    cytokines di dalam lesi multiple sclerosis, mencakup interleukin-

    1,2,4,6,10,12, gamma-interferon (c-IFN), tumor necrosis alfa factor (TNF-

    a), dan transforming growth beta faktor (TGF-b).3

    D. Patogenesis 1,2

    Penyebab multiple sclerosis belum diketahui, saat ini seluruh dunia

    masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit

    multiple sclerosis. Kerusakan myelin pada multiple sclerosis mungkin

    terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh terutama focal

    lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi menuju

    lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi pada setiap

    infeksi). Sitem kekebalan tubuh ini seharusnya melindungi tubuh dari

    serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus). Banyak jenis multiple

    sclerosis yang menampakkan gejala penyakit kekebalan tubuh, dimana

    tubuh menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus

    multiple sclerosis, yang diserang adalah Myelin).

    Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah

    menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam

    perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan

    atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh.

    Banyak penelitian yang sudah mencoba mengidentifikasi virus multiple

    sclerosis. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus multiple

    sclerosis, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak

    ( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit multiple

    sclerosis. Pada penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan

    serebrospinal mengandung berbagai antibodi campak serta ada bukti yang

    menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam otak.

    Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam

    aliran darah menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan

    7

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    8/26

    otak (yaitu substansi yang melindungi darah atau otak). Kemudian, di

    dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem

    kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya membuat sel-sel

    tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya, setiap

    peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan

    regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal multiple sclerosis

    masih berupa episode disfungsi neurologis yang berulang kali membaik.

    Walaupun demikian, dengan berselangnya waktu, sitokina yang disekresi

    oleh sel T akan mengaktivasi sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis

    fagosit yang bermukim pada jaringan otak dan sumsum tulang belakang,

    dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta degenerasi saraf kronis yang

    berkelanjutan.

    Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan

    kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak.

    Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area

    (parut/luka) yang mengeras: pada multiple sclerosis, parut-parut/luka-luka

    ini tampak pada otak dan tulang belakang.

    Penyebab lain multiple sclerosis belum diketahui, saat ini seluruh

    dunia masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit

    multiple sclerosis. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya kasus pada

    keluarga diakibatkan oleh predisposisi genetik (tidak terdapat pola

    herediter) atau disebabkan karena sering kontak dengan agen infeksi

    (mungkin virus) pads masa kanak-kanak yang entah dapat menyebabkan

    multipel sklerosis pads waktu mulai menginjak masa dewasa muda.

    Penyelidikan migrasi menunjukkan bahwa jika orang dewasa

    pindah dari tempat dengan risiko tinggi ke tempat dengan risiko rendah,

    mereka tetap mempunyai risiko tinggi untuk menderita multipel sklerosis.

    Tetapi jika migrasi terjadi sebelum mencapai usia 15 tahun, maka individu

    tersebut mempunyai risiko yang rendah sesuai dengan tempat tinggalnya

    yang baru. Data-data Ini sesuai dengan teori yang menyatakan virus

    mungkin merupakan penyebabnya dengan periode laten yang panjang

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    9/26

    antara paparan awal dengan awitan (onset penyakit). Mekanisme kerjanya

    mungkin merupakan reaksi autoimun yang menyerang mielin.

    Penyelidikan lain mengajukan kemungkinan adanya faktor-faktor

    genetik sehingga ada orang-orang yang lebih rentan terhadap serangan

    berbagai virus yang bereaksi lambat pada Sistem saraf pusat. Virus lambat

    ini mempunyai masa inkubasi yang lama dan mungkin hanya berkembang

    dalam kaitannya dengan status imun yang abnormal atau terganggu

    Sklerosis ditandai dengan adanya bercak kerusakan mielin yang

    tersebar diikuti dengan gliosis dan substansia alba sistem persarafan.

    Bercak-bercak berwarna kekuning-kuningan dan keras yang ditemukan

    pada otopsi dipakai sebagai sumber nama penyakit ini. Sifat perjalanan

    penyakit merupakan serangkaian serangan pada berbagai bagian sistem

    saraf pusat. Setiap serangan memperlihatkan derajat remisi tertentu tetapi

    secara menyeluruh gambarannya adalah ke arah yang buruk.

    E. Manifestasi klinis

    Gambaran klinis yang khas:

    - Serangan yang berulang terjadi pada interval yang tidak teratur,

    dengan penyembuhan sempurna atau parsial dari tanda dan gejalanya

    di antara setiap serangan pada kira-kira 60% kasus.

    - Lokasi serangan tersebar di seluruh SSP, sehingga menimbulkan

    gambaran klinis yang sangat bervariasi.

    - Pada saat yang sama, tanda-tanda penyakit dapat ditemukan, yang

    menunjukan fokus-fokus demielinisasi pada berbagai lokasi misalnya

    atrofi optik disertai paraplegia.

    - Serangan yang berturut-turut dari penyakit ini dapat menyebabkan

    kelainan berbagai sistem misalnya kelumpuhan okuler yang diikuti

    satu tahun kemudian dengan gangguan miksi.9

    9

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    10/26

    Manifestasi yang sering terjadi pada multipel sklerosis adalah :

    1. Gangguan visual 5,9,10

    Neuritis optik ( retrobulbar ) merupakan gangguan visual khas

    yang merupakan tanda onset multipel sklerosis. Patologi dasarnya

    adalah demielinisasi inflamasi pada satu atau kedua nervus optik.

    Gejala neuritis optik unilateral meliputi :

    a. Nyeri disekitar salah satu mata terutama saat mata bergerak

    b. Penglihatan kabur dan dapat berlanjut menjadi kebutaan total

    monookular

    c. Hilangnya penglihatan warna

    Selain gangguan ketajaman penglihatan dan warna,

    pemeriksaan dapat menunjukan :

    a. Diskus optikus membengkak, dan kemerahan pada funduskopi jika

    area demielinisasi inflamasi terletak langsung dibelakang papil

    nervus optikus

    b. Defek lapang pandang umumnya berupa skotoma sentral pada

    mata yang terkena

    c. Defek pupil aferen relative

    Neuritis optik biasanya akan membaik setelah beberapa

    minggu atau bulan, walaupun pasien tetap memiliki ganggguan

    penglihatan pada mata yang terkena, dan funduskopi umumnya

    menunjukkan diskus optikus yang pucat karena atrofi nervus optikus.

    Pembengkakan diskus optikus pada fase akut, jika bilateral, harus

    dibedakan dari edema papil yang disebabkan oleh peningkatan

    tekanan intrakranial walaupun kadang tampak serupa. Pada edema

    papil, biasanya ketajaman penglihatan lebih baik, dan defek lapang

    pandang pada awal edema papil adalah berupa pembesaran bintik buta

    fisiologis. Episode neuritis optik tidak selalu menunjukkan bahwa

    pasien selanjutnya akan mengalami multipel sklerosis mungkin saja

    hanya merupakan penyakit monofasik, terutama pada anak dan jika

    bilateral.

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    11/26

    Gangguan visual lainnya saat onset multipel sklerosis

    meliputi diplopia yang sering disertai vertigo dan mual, sehingga

    merupakan indikasi adanya plak batang otak. Pemeriksaan pada

    keadaan ini dapat menunjukkan oftalmoplegia internuklear. Dapat

    juga terjadi ataksia serebelar.

    2. Gejala dari gangguan batang otak5,10

    Trigeminal neuralgia terjadi pada 1.5% pasien MS dan 300

    kali lebih banyak terjadi dalam kelompok ini dibandingkan di dalam

    populasi umum. Trigeminal neuralgia, dua kali lipat terjadi bilateral

    dalam pasien multipel sklerosis dibandingkan di poplulasi pada

    umumnya. Seringkali, nyeri muncul di antara serangan paroksismal,

    dan bisa saja nyeri terjadi diluar dari distribusi syaraf trigeminal,

    kelumpuhan nerfus fasialis, atau gejala lain yang menyertai tanda

    gejala pada lesi pontine. MS-related trigeminal neuralgia memberikan

    respon terhadap pengobatan dengan prostaglandin E analog. Ketulian

    Mendadak atau serangan akut vertigo dapat menyerupai suatu krisis

    vestibular akut, bisa juga merupakan tanda dari multipel sklerosis

    yang kurang sering terjadi.

    3. Gejala gangguan serebelar 5,10

    Tanda dan gejala serebelar terdapat pada kasus. Gerakan

    ataksia sering kali merupakan tanda yang menonjol yang terutama

    mengenai gaya berjalan pasien, yang tidak hanya spesifik tetapi juga

    ataksik. Yang terutama berkesan dan sangat karakteristik pada

    multipel sklerosis adalah tremor intensi yang menyertai gerakan

    volunter misalnya tes jari-hidung. Tremor menunjukan suatu lesi dari

    nukleus dentatus yang mengenai serabut-serabut eferennya.

    Disdiadokokinesia dan dismetria pada gerakan dapat ditemukan,

    biasanya disertai oleh tanda-tanda spastisitas dan refleks di tendon

    yang meningkat. Gangguan bicara dideskripsikan sebagai irama yang

    tidak beraturan dan eksplosif.

    11

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    12/26

    4. Gejala ekstrapiramidal 9,10

    Lebih dari 80% dari pasien multipel sklerosis menderita

    gejala kejang paraparesis dengan gejala bilateral traktus piramidal dan

    hiperrefleksi. Jika gejala kejang paraparesis muncul dalam waktu yang

    lama, diagnosis dari multipel sklerosis harus dipertanyakan.

    Paraparesis progresif mungkin saja hanya satu-satunya gejala multipel

    sklerosis, terutama sekali didalam onset akhir penyakit, dan cenderung

    menjadi progresif dalam beberapa kasus. Tidak adanya refleks kulit

    abdominal dapat menjadi tanda dari kejang paraparesis. Hal ini tidak

    memiliki nilai informatif sebagai satu temuan terisolasi, refleks ini

    tidak dimiliki oleh 20% orang dewasa normal, tetapi menjadi

    signifikan jika muncul bersama dengan refleks dinding abdominal

    yang berlebihan.

    5. Fenomena mirip bangkitan 5, 10

    Timbulnya serangan epileptik pada multipel sklerosis sudah

    berulang-ulang diajukan dan diabaikan. Pengarang menemukan pada

    kelompok pasien multipel sklerosis yang diteliti ternyata epilepsi 4

    kali lebih sering dibandingkan populasi umum. Serangan batang otak

    paroksismal harus membangkitkan kecurigaan adanya multipel

    sklerosis terutama pada pasien muda. Kelainan ini dapat terjadi

    sebagai tanda penyakit yang timbul, dengan cara yang sama seperti

    serangan berupa kehilangan tonus otot yang menyebabkan pasien

    jatuh atau seperti distonia paroksismal. Sebagian serangan berulang

    yang berlangsung selama 15-45 detik, disertai oleh disartria

    paroksismal dan ataksia.

    6. Gangguan mental 5, 10

    Pasien dengan mutipel sklerosis tidak jarang memperlihatkan

    euforia yang tidak sesuai kurangnya menyadari penyakitnya. Makin

    lama perjalanan penyakitnya, makin mungkin timbul perubahan

    psikoorganik yang terutama pada kasus-kasus dengan perjalanan

    penyakit yang panjang, dapat menimbulkan demensia pada pasien.

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    13/26

    Gangguan mental dapat merupakan gejala dari MS, biasanya berkaitan

    dengan kelainan batang otak; tentu saja, gambaran psikotik dapat

    merupakan tanda dini dari penyakit ini. Pada stadium yang lebih dini,

    tanda kelainan mental dapat ditemukan pada kira-kira 3% kasus.

    7. Gangguan miksi 5, 10

    Pada saat pertama kali masuk rumah sakit, sekitar 20%

    pasien memperlihatkan gangguan ini. Yang paling sering adalah

    dorongan yang tidak terkontrol untuk miksi, yang dapat menimbulkan

    ngompol. Bentuk lain dari inkontinensia kurang sering ditemukan.

    8. Gangguan Sensorimotorik.

    Manifestasi sensorik dan motorik umumnya menunjukkan

    lesi pada medula spinalis atau hemisfer serebri. Contohnya, pasien

    mengalami paraparesis spastik asimetris dan atau parestesia, anestesia

    suhu, dan disestesia pada anggota gerak. Lesi pada kolumna posterior

    medula spinalis servikal dapat menyebabkan gejala yang hampir

    patognomonik yaitu sensasi kesemutan yang menjalar ke lengan atau

    tungkai saat fleksi leher (Fenomena Lhermitte). Pada beberapa pasien,

    gejala motorik, sensorik, atau visual terkadang lebih buruk setelah

    mandi air panas ( Fenomena Uhthoff ). 5, 10, 11

    Gangguan sensorik terdapat kira-kira pada 50% pasien-pasien

    dengan penyakit yang dini. Kadang-kadang gejala yang timbul berupa

    sensasi yang spontan abnormal (parestesia) atau sebagai perasaan

    abnormal setelah menggores kulit dari ekstremitas (disestesia).

    Tangan kadang-kadang dapat memperlihatkan astereognosia yang

    berat. 5, 10

    F. Subtipe-subtipe dari multipel sklerosis 12, 13

    1. Relapsing remitting multiple sclerosa.

    Ini adalah tipe multipel sklerosis klasik dengan gejala klinis

    ditandai oleh eksaserbasi, dengan peningkatan jumlah variasi antar

    serangan. Relapsing-remitting menggambarkan keadaan awal 85%

    13

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    14/26

    sampai 90% dari pasien dengan multipel sklerosis. Ini adalah subtipe

    yang ditandai oleh serangan yang tidak dapat diramalkan ( relaps )

    diikuti oleh periode remisi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun

    dengan atau tanpa gejala baru dari aktivitas penyakit. Gejala

    neurologis selama serangan mungkin dapat menghilang atau mungkin

    saja menjadi permanen. Jika gejala neurologis selalu menghilang antar

    serangan, hal inilah yang disebut sebagai benign multipel sklerosis.

    2. Secondary progressive multiple sclerosa.

    Sekitar 80 persen kasus relapsing remitting multipel sklerosis

    berkembang menjadi satu pola penyakit secondary progresif, secara

    perlahan-lahan dan progresif meningkatkan serangan tanpa adanya

    suatu episode remisi kurang lebih 20 tahun setelah serangan pertama.

    Hal ini menggambarkan suatu bentuk dari relapsing remitting multipel

    sklerosis pada satu varian terpisah, walaupun tidak semua relapsing

    remitting multiple sclerosa berlanjut menjadi secondary progressive

    multiple sclerosa.

    3. Primary progressive multiple sclerosa.

    Penyakit ini mempunyai pola serangan yang lambat, biasanya

    terjadi setelah umur 40 tahun, dan dimulai dengan suatu kelainan yang

    samar dan progresive terutama pada medula spinalis tanpa eksaserbasi

    ataupun remisi. Tidak seperti penyakit eksaserbasi-remitting, dimana

    dua per tiga dari kasus adalah wanita, primary progressive multiple

    sclerosis hanyalah sedikit lebih umum terjadi pada para wanita dengan

    perbandingan sekitar 1.3:1. MRI otak dalam kasus ini kadang-kadang

    normal, dan MRI medula spinalis dapat hanya memperlihatkan suatu

    penghentian pertumbuhan medula spinalis. Secondary progressive

    adalah jenis paling umum dari multiple sklerosis dan menyebabkan

    jumlah kecacatan terbesar.

    4. Progressive relapsing multiple sclerosa.

    Progresif relapsing menggambarkan pasien dari serangan

    multipel sklerosis, yang mempunyai suatu kemunduran neurologis

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    15/26

    yang menetap tetapi juga menderita serangan yang bertingkat-tingkat

    dan subtipe yang paling sedikit terjadi dari semua subtipe.

    5. Devic syndrome (Neuromyelitis optica).

    Devic Syndrome adalah suatu kelainan akut dimana neuritis

    optik dan radang saraf tulang belakang yang terjadi dalam waktu yang

    singkat, dengan sedikit atau tidak ada keterlibatan dari bagian-bagian

    lain sistem syaraf pusat. Hal ini secara umum diperkirakan sebagai

    suatu penyakit monofasik tanpa kekambuhan setelah serangan;

    bagaimanapun, banyak kasus yang dimulai dengan neuritis optik dan

    radang saraf tulang belakang berkembang menjadi suatu bentuk

    relapsing-remitting serupa dengan bentuk relapsing-remitting multiple

    sclerosis, tetapi dengan gejala sisa yang lebih berat dari serangan.

    MRI didalam kasus ini menunjukan tidak ada lesi di dalam otak tetapi

    secara umum memperlihatkan bukti adanya peradangan dari saraf

    tulang belakang biasanya tiga atau lebih segmen. Apakah hal ini

    adalah suatu varian dari multipel sklerosis atau satu penyakit yang

    berbeda masih menjadi suatu kontroversi. Mungkin saja suatu bentuk

    penyakit yang berbeda, atau tingkat dan perbedaan intensitas yang

    dapat dihubungkan lebih kepada bentuk genetik dari pasien

    dibandingkan pada etiologi.

    6. Marburg disease (Acute multiple sclerosis)

    Adalah suatu kelainan akut dan fulminan demielinisasi yang

    pertama kali digambarkan oleh Otto Marburg pada tahun 1906.

    Adalah suatu bentuk yang berat dari suatu penyakit progresif

    demielinisasi yang secara tipikal dapat menyebabkan kematian dalam

    beberapa bulan atau dalam satu tahun.

    7. Balo concentric sclerosis.

    Kemungkinan ini adalah suatu varian agresif yang biasanya

    berlanjut ke arah kematian dalam beberapa minggu sampai beberapa

    bulan. Bentuk ini ditandai oleh plak besar dari demielinisasi dengan

    bentuk lapisan konsentris dari regenerasi mielin. Plak ini kadang-

    15

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    16/26

    kadang bisa terlihat di dalam MRI. Bukti-bukti yang ada saat ini, dari

    beberapa kasus dengan Balo-like lesion pada gambaran MRI

    mempunyai satu bentuk tipikal dari relapsing-remitting multiple

    sclerosis. Mungkin saja bahwa like Balo-lesion adalah satu macam

    bentuk dari beberapa multipel sklerosis dini yang dengan sangat aktif

    mengalami remielinisasi, bentuk lesi yang menghilang ketika

    perkembangan penyakit berjalan sedemikian rupa sehingga lesi

    konsentris hanya dapat diamati secara patologis dalam individu yang

    meninggal segera setelah serangan dari penyakit.

    8. Diffuse Sclerosis (Schilders Disease).

    Anak-anak dengan penyakit ini menderita suatu kemunduran

    mental yang cepat dan kemunduran neurologis oleh karena ekstensif,

    simetris demielinisasi terutama mempengaruhi pusat semiovale.

    Penyakit diperkirakan suatu jenis dari leukodistrofi.

    9. Disseminated Acut Encephalomyelitis (ADEM).

    Penyakit ini diperkirakan menjadi suatu varian yang akut

    progresif dari multipel sklerosis. Seperti di multipel sklerosis, ada

    fokus dari demielinisasi dalam otak dan saraf tulang belakang dengan

    destruksi aksonal dan infiltrasi perivaskular limfositik . Gejala mulai

    dengan akut, sering dengan gejala demam, leukositosis, dan CSF

    pleositosis sampai 300 sel-sel setiap milimeter kubik, dan mungkin

    dapat secara simultan mencakup sistem saraf perifer juga.

    Pembentukan yang tidak sempurna dari protein dasar mielin

    tampaknya berperan penting dalam patogenesis ADEM. Penyakit ini

    kemajuannya sering terjadi dengan cepat, mendorong ke arah

    kematian di dalam beberapa minggu, tetapi juga bisa terjadi

    pemulihan sempurna.

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    17/26

    G. Diagnosis 14, 15

    Multipel sklerosis diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan

    pemeriksaan neurologis yang ditemukan. Seringkali ahli saraf - harus

    lebih teliti dalam meninjau semua gejala yang dialami oleh individu yang

    dicurigai multipel sklerosis sehingga dibutuhkan tes laboratorium yang

    berbeda. Adapun diagnosis multipel sklerosis dapat ditegakkan, bila ada

    ditemukan:

    1. Suatu penyakit yang memperlihatkan suatu gambaran yang

    menunjukkan adanya remisi dan eksaserbasi dalam perjalanannya yang

    senantiasa mundur secara progresif.

    2. Gamma-globulin dalam liquor serebrospinalis adalah meningkat.

    3. CT scan polos dapat memperlihatkan daerah-daerah dengan attenuasi

    rendah di periventrikulus terutama didaerah trigonum. CT Scan dengan

    xenon enhancement sewaktu-waktu dapat membantu. Xenon ini diserap

    oleh jaringan yang banyak lemaknya seperti mielin. Attenuasi mielin itu

    dengan demikian akan meningkat sebanyak 20 Hounsfield. Daerah-

    daerah dengan demielinisasi tentu tidak dapat menyerap xenon dan oleh

    karena itu, plak-plak sklerotik akan tampak sebagai bercak-bercak

    hipodens

    4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) otak telah digunakan untuk

    membantu dalam diagnosis multipel sklerosis selama lebih dari 20

    tahun. digunakan untuk menunjukkan ukuran dan lokasi aktif lesi dan

    plak. Kadang-kadang pewarna diberikan kepada orang dengan multipel

    sklerosis untuk lebih menerangi daerah peradangan. Hal ini disebabkan

    MRI scan lebih senstif, memperlihatkan lebih banyak plak dari pada CT

    scan, begitu juga lesi-lesi sampai sekecil 4 x 3 mm. Dengan MRI dan

    enhancement gadolinium, plak-plak yang segar dapat diidentifikasi

    yang akan menghilang setelah eksaserbasi mereda. Pemeriksaan yang

    mahal ini dipertimbangkan hanya pada sekelompok kecil kasus yang

    mana pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang tersebut gagal

    dalam menegakkan diagnosis.

    17

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    18/26

    5. Cerebrospinal fluid (CSF) analisis ini kadang-kadang dianjurkan

    untuk menentukan aktivitas penyakit atau untuk memberikan bukti

    lebih lanjut untuk diagnosis. CSF adalah cairan yang mengelilingi

    sumsum tulang belakang dan otak. Ketika seseorang memiliki multipel

    sklerosis, prosedur ini sering menunjukkan bukti produksi antibodi

    yang abnormal. Sejak diperkenalkannya analisis MRI, CSF digunakan

    lebih jarang.

    H. Diagnosis Banding 14, 15, 16

    Adapun diagnosis banding dari multiple sclerosis antara lain :

    1. Ensefalomielitis diseminata akuta. Perjalanan penyakit ini adalah

    akut dan monofasik, dan tidak seperti pada multiple sklerosis kronis

    progresif dengan remisi eksaserbasi.

    2. Tumor medulla spinalis dan tumor serebri.

    a. Tumor medula spinalis Etiologi dan patogenesis dari neoplasmamedula spinalis belum diketahui, sama halnya dengan multipel

    sklerosis. Namun ada kecurigaan pada multipel skerosis bisa terjadi

    akibat infeksi virus yang lambat dengan masa inkubasi yang

    melebihi 15 tahun. Selain itu, juga bisa terjadi akibat kehamilan,

    stress emosional dan cedera. Sedangkan pada tumor medula

    spinalis kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik (kelainan

    pada kromosom 22), sama halnya dengan Peran mekanisme imun

    pada patogenesis multipel sklerosis adanya sel inflamasi kronik

    pada plak aktif dan hubungan kondisi dengan gen spesifik pada

    kompleks histokompatibilitas mayor ( major histocompatibility,

    MHC ), dimana MHC merupakan salah satu bukti pengaruh

    komponen genetik dalam etiologi multipel sklerosis. .

    b. Tumor serebri

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    19/26

    Manifestasi dini tumor serebri berkisar antara pusing, sakit kepala,

    perubahan watak/perilaku, aminore dan impotensi. Sedangkan

    penunjang seperti pemeriksaan funduskopi dapat terlihat edema

    papil. Sedangkan EEG pada penderita tumor serebri 70%

    memperlihatkan abnormalitas fokal. Sedangkan pada multipel

    sklerosis sering didapatkan manifestasi klinis berupa gangguan

    visual (nyeri disekitar salah satu mata, penglihatan kabur, dan

    hilangnya penglihatan warna, diskus optikus membengkak). Pada

    funduskopi jika area demielinisasi inflamasi terletak langsung

    dibelakang papil nervus optikus, Defek lapang pandang umumnya

    berupa skotoma sentral, dan Defek lapang pandang umumnya

    berupa skotoma sentral, defek pupil aferen relative.

    3. Lues serebrospinal dapat menyebabkan Parese nervus okulomotorius

    yang merupakan gangguan fungsi motorik akibat adanya lesi jaringan

    saraf pada nervus okulomotorius. Salah satu manifestasi klinisnya yang

    sama dengan multipel sklerosis adalah gangguan visual. Pada luesserebrospinal dapat ditemukan Ptosis karena kelupuhan musculus

    levator palpebra (sinistra atau dekstra); bila melihat ke bawah, bola

    mata itu akan agak memutar, karena adanya kontraksi dari musculus

    obligus superior; pupil midriasis dengan refleks cahaya dan

    konvergensi yang negatif; tidak dapat melakukan akomodasi;

    strabismus divergens. Sedangkan pada multipel sklerosis ditemukan

    papila edema.

    4. Penyakit degeneratif seperti ataksia Friedreich

    Penyakit ataksia Friedreich merupakan Penyakit degeneratif

    yang menurun menyebabkan kerusakan progresif pada sistem saraf dan

    dapat disebabkan oleh kemunduran urat saraf pada spinal cord dan

    saraf yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki sehingga

    menghasilkan kurangnya keseimbangan dan koordinasi. Sedangkan

    19

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    20/26

    pada multipel sklerosis ditemukan tremor intensi yang menyertai

    gerakan volunter misalnya tes jari-hidung. Tremor menunjukan suatu

    lesi dari nukleus dentatus yang mengenai serabut-serabut eferennya hal

    ini berkaitan dengan masalh keseimbangan dan koordinasi.

    I. Penatalaksanaan

    Multiple sclerosis sampai saat ini masih belum dapat disembuhkan,

    tetapi tidak mematikan. Ada pengobatan yang memungkinkan untuk

    menunda perkembangan penyakit ini dan mengurangi sebaran, intensitas

    dan durasi gejala.17

    1. Relaps akut:

    Metyl prednisolon per infus 1 gram/hari selama 7-10 hari,

    kemudian po (per oral) prednison 80 mg selama 4 hari kemudian

    tapering off 40, 20, 10 mg masing-masing 4 hari.15 Tujuan

    pemberiannya adalah

    a) Mengurangi keparahan dan durasi relaps dengan menurunkan

    inflamasib) Untuk mengurangi kerusakan akibat serangan.

    Penggunaan steroid jangka panjang tidak dianjurkan. Karena

    dapat menyebabkan beberapa efek samping pada pemberian jangka

    panjang serta mungkin tidak lagi berefek jika diberikan jangka

    panjang.18

    2. Pencegahan relaps

    Interferon diproduksi oleh sel-sel untuk merespons berbagai

    virus. Sel-sel ini diberi nama sesuai kemampuan mereka untuk

    menghambat replikasi virus, mengurangi respons peradangan, termasuk

    mencegah kerusakan pada neuron. Ada tiga jenis interferon, yaitu alfa,

    beta, dan gamma.18 Inferon B: efektif untuk mencegah relaps pada MS,

    cara pemberian injeksi subkutan, obat ini untuk penderita 2 atau lebih

    serangan pada 2 tahun pertama.17

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    21/26

    Untuk pengobatan jangka panjang dapat diberikan interferon, seperti tabel

    dibawah berikut ini :

    21

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    22/26

    Five Approved Long-Term Treatment of MS 15

    DRUG TYPE SIDE EFFECTS HOWADMINISTERED NOTES

    Betaseron Interferon beta-1b

    (immunesystem

    modulator withantiviral

    properties)

    Flu-like

    symptoms,injection-site skin

    reaction, bloodcount and liver

    test abnormalities

    250 micrograms

    taken viasubcutaneous

    injections everyother day

    Side effects may be prevented and/or

    managedeffectively through various treatment

    strategies; side effect problems areusually temporary.

    Avonex Interferon beta-

    1a(immune

    system

    modulator withantiviral

    properties)

    Flu-like

    symptoms and

    headache

    30 micrograms

    taken via weekly

    intermuscularinjections

    Side effects may be prevented and/ormanaged

    effectively through various treatment

    strategies; side effect problems areusually temporary.

    Rebif Interferon beta-1a

    (immune

    systemmodulator with

    antiviral

    properties)

    Flu-like

    symptoms,

    injection-site skin

    reaction, bloodcount and liver

    test abnormalities

    44 micrograms

    taken via

    subcutaneousinjections three

    times weekly

    Side effects may be prevented and/or

    managed

    effectively through various treatmentstrategies; side effect problems are

    usually temporary.

    Copaxone Synthetic chainof

    four amino

    acidsfound in myelin

    (immunesystem

    modulator thatblocks attacks

    onmyelin)

    Injection-site skin

    reaction as well

    as an occasionalsystemic reaction

    occurring atleast once in

    approximately 10percent of those

    tested

    20 milligrams

    taken via dailysubcutaneous

    injections

    Systemic reactions occur about five to 15

    minutes following an injection and mayinclude anxiety, flushing, chest tightness,

    dizziness, palpitations, and/or shortnessof breath. Usually lasting for only a few

    minutes, these symptoms typically donot require specific treatment and have

    no long-term negative effects.

    Novantrone

    Antineoplastic

    agent(immunesystem

    modulator andsuppressor)

    Usually welltolerated; side

    effects includenausea, thinning

    hair, loss of

    menstrualperiods, bladder

    infections, and

    mouth sores;additionally,

    urine and whitesof the eyes may

    turn a bluishcolor temporarily

    IV infusion onceevery 3 months(for two to three

    years maximum)

    Novantrone carries the risk ofcardiotoxicity (heart damage) and may

    not be given beyond two or three years.

    People undergoing treatment must haveregular testing for cardiotoxicity, whiteblood cell counts, and liver function.

    Novantrone was studied in combinationwith large IV doses of steroids.

    Concurrently, many physicians often useit in combination with one of the

    interferons or Copaxone.

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    23/26

    Sekarang digunakan intravenous IgG dengan dosis 0,4

    gr/koagulan/hari selama 5 hari, kemudian dibooster 0,4 gr/koagulan/hari

    setiap 2 bulan dalam 2 tahun.15

    3. Kronik progresif Dapat diberikan immunosupresan misalnya

    azahioprin, methotrexate, cyclophosphamide tetapi sayang hasilnya

    tidak memuaskan.15

    4. Terapi simtomatis:

    a) Bangkitan dapat diberi carbamazepin

    b) Nyeri karena neuralgia trigeminal diberikan carbamazepin, fenitoin,

    gabapentin, baclofen + amitriptilin

    c) Spastisitas diberi baclofen

    d) Kelemahan umum dapat diberikan anti kolinergik misal ditropan,

    propantelin 2-3 x/hari

    e) Gangguan emosi dan pseudobulber dapat diberikan amitriptilin 25

    mg pada waktu malam.15

    J. Prognosis

    Perjalanan penyakit MS terdiri dari 4:

    1. Relaps dan remiting sekitar 25 %

    2. Chronic/progresif (sekunder progresif) sekitar 40%

    3. Chronic/progresif dari onset sekitar 15%

    4. Benign MS 20%.

    Pada MRI type kronik progresif: ada 18 lesi baru/tahun

    (mungkin tanpa gejala klinis) sedangkan type jinak ditemukan 8 lesi

    baru/tahun, rata-rata serangan MS sekitar 1-1,5/tahun.15

    23

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    24/26

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Multiple sclerosis adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan

    sumsum tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan

    merupakan penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya

    dapat disebabkan oleh banyak faktor, Penelitian eksperimental

    mendukung teori dari infeksi slow virus atau reaksi autoimun.

    Peran mekanisme imun pada patogenesis multiple sclerosis

    didukung beberapa temuan, seperti adanya sel inflamasi kronik

    pada plak aktif dan hubungan kondisi ini dengan gen spesifik pada

    kompleks histokompatibilitas mayor (major histocompatibility,

    MHC).

    Gambaran klinis yang khas dari multipe sclerosis yaitu Serangan

    yang berulang terjadi pada interval yang tidak teratur, Lokasiserangan tersebar di seluruh SSP, Pada saat yang sama tanda-

    tanda penyakit dapat ditemukan, yang menunjukan fokus-fokus

    demielinisasi pada berbagai lokasi misalnya atrofi optik disertai

    paraplegia dan serangan yang berturut-turut dari penyakit ini

    dapat menyebabkan kelainan berbagai sistem.

    Multipel sklerosis diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan

    pemeriksaan neurologis yang ditemukan serta dengan menggunakan

    beberapa pemeriksaan penunjang. Diagnosis banding dari multiple sclerosis

    antara lain Ensefalomielitis diseminata akuta, Tumor medulla spinalis dan

    tumor serebri, Lues serebrospinal , dan Penyakit degeneratif seperti ataksia

    Friedreich.

    Multiple sclerosis sampai saat ini masih belum dapat disembuhkan,

    tetapi tidak mematikan. Ada pengobatan yang memungkinkan untuk menunda

    perkembangan penyakit ini dan mengurangi sebaran, intensitas dan durasi

    gejala.

  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    25/26

    Daftar Pustaka

    1. Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. 2005. Multipel Sklerosis. Patofisiologi :

    konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. Hal.

    1145-1147

    2. Atlas of Multiple Sclerosis. In http://www.who.int

    3. Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes Neurologi edisi ke-8. Jakarta:

    Erlangga Medical Series.

    4. Harsono. 2009. Multiple Sclerosis, pada Kapita Selekta Neurologi.

    Yogyakarta : Gadjah Mada Universitay Press

    5. Chamberlin, Stacey L. Narins, Bringham. 2005. The Gale Encyclopedia of

    Neurological Disorders vol.2. Detroit: Thompson Gale..

    6. Chusid J.G. 2000. Multiple Sclerosis, pada Neuroanatomi Korelatif dan

    Neurologi Fungsional. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

    7. Suzanne c.smeltzer & brenda G.bare. 2003. Buku ajar keperawatan medikal

    bedah Brunner & suddarth edisi 8 . Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

    8. Multiple Sclerosis : What is Multiple Sclerosis, available from :

    http/www.Multiple Sclerosis.org

    9. Ali, Wendra. 1995. Neurologi. jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

    10. Mumenthaler, Mark. Mattle, Heinrich. Taub, Elsan. Neurology fourth edition.

    Switzerland: Thieme.2004

    11. Adams RD, Victor M. 2007. Principles of neurology, vol.2. 6th ed. New

    York:McGraw Hill,; 902-21

    12. M. Herdon, M.D, Robert. 2002. Multiple Sclerosis Immunology, Pathology,

    and Pathophysiology. New York: Demos.

    13. Snell Richard S.M.D. Ph.D,. 2006. Multiple Sclerosis, pada Neuroanatomi

    Klinik, Edisi 2, Jakarta : EGC,

    14. Mardjono, M dan Priguna S. 2000. Multiple sclerosis, pada Neurologis Klinis

    Dasar, Jakarta ; Dian Rakyat

    25

    http://www.who.int/http://www.multiple/http://www.who.int/http://www.multiple/
  • 7/27/2019 refrat Mutiplesclerosis lengkap

    26/26

    15. Courtney, S. W. 2006. All About Multiple Sclerosis. Booklet. Multiple

    Sclerosis Association of America. pp 1-16.

    16. Anonim. 2012. Multiple Sclerosis: Penyakit yang Aneh. Artikel.

    www.majalahkesehatan.com diakses 5 Desember 2012.

    17. Japardi Iskandar. 2002. Multiple Sclerosis. Artikel. Fakultas Kedokteran:

    Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.

    18. Anonim. 2008. Pengobatan Multiple Sclerosis, Tindakan Segera Cegah

    Kecacatan. Artikel. Informasi Kesehatan Indonesia. www.infodokter.com

    diakses 5 Desember 2012.

    http://www.majalahkesehatan.com/http://www.infodokter.com/http://www.infodokter.com/http://www.majalahkesehatan.com/http://www.infodokter.com/