refkas infark pada radiologi
DESCRIPTION
Gambaran Radiologi pada InfarkTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
INFARK Pada STROKE HEMORAGIK
DISUSUN OLEH:
Aulia Arief Rachman Hakim D 01.207.5359
Asbi Mus'abiat 01.207.5448
Febrita Putri Perdani 01.208.5656
PEMBIMBING :
dr. H. Bambang Satoto Sp. Rad
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama dan NIM: Aulia Arief Rachman Hakim D 01.207.5359
Asbi Mus'abiat 01.207.5448
Febrita Putri Perdani 01.208.5656
Judul Refarat : INFARK Pada STROKE HEMORAGIK
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
Semarang, Mei 2013
Penulis
Pembimbing,
(dr. H. Bambang Satoto , Sp.Rad )
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Definisi Stroke Hemoragik .................................................................. 3
2.2 Klasifikasi stroke .................................................................................. 3
2.3 Faktor Resiko Stroke ............................................................................ 4
2.4 Patofisiologi Stroke Hemoragik ........................................................... 4
2.5 Gambaran klinis stroke hemoragik ...................................................... 7
2.6 Gambaran radiologis stroke hemoragik ............................................... 8
III. LAPORAN KASUS ............................................................................... 10
3.1 Identitas Pasien .................................................................................... 10
3.2 Kasus .................................................................................................... 10
3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 11
3.4 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 12
IV. PEMBAHASAN .................................................................................... 14
V. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15
iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker, stroke juga merupakan penyebab
kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia. Angka kejadian stroke sendiri
dalam dekade terakhir cenderung meningkat. Sebagian besar stroke ±80%
merupakan stroke iskemik, sedangkan stroke hemoragik ±20% dan rata-rata
sekitar 10-30 kasus per 100.000 penduduk. Angka mortalitas pada penderita
stroke mencapai ± 20% pada 3 hari pertama dan ± 50% pada tahun pertama.
Selain menurunkan produktivitas kerja, stroke juga membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi. Stroke dapat mengenai semua kelompok umur dengan
kecenderungan pada kelompok usia lanjut. Definisi stroke hemoragik adalah
adanya perdarahan spontan di dalam otak. Penyebab utamanya adalah hipertensi
kronik dan adanya degenerasi pembuluh darah cerebral. Perdarahan dapat terjadi
di dalam otak dan ruang subarachnoid karena ruptur dari arteri atau ruptur dari
aneurisma.
Perdarahan intraserebral primer disebabkan oleh hipertensi kronik yang
menyebabkan vaskulopati cerebral dengan akibat pecahnya pembuluh darah otak.
Perdarahan sekunder (bukan hipertensi) terjadi antara lain akibat anomali
vaskuler kongenital, koagulopati, tumor otak, vaskulopati non hipertensi,
vaskulitis, moyamoya, pasca stroke iskemik, obat anti koagulan. Diperkirakan
hampir 50% penyebab perdarahan intracerebral adalah hipertensi kronik, 25 %
karena anomali kongenital dan sisanya penyebab lain.
Perdarahan ada yang masif, moderate, kecil, petechie. Untuk yang masif
diameternya beberapa sentimeter, yang kecil diameternya 1-2 cm dengan volume
kurang dari 20 cc, petechie berasal dari hipertensi yang sudah lama atau
perdarahan karena traumatik kortek. Perdarahan intraserebral dan edema bisa
mengganggu dan menekan jaringan otak sekitarnya, mengakibatkan gangguan
neurologis. Absorpsi dapat terjadi dalam waktu 3-4 minggu.
1
2
Lokasi perdarahan stroke hemoragik yang paling sering: putamen dan
kapsula interna ( ± 50% dari semua kasus stroke hemoragik), daerah lobus (lobus
temporal, parietal, frontal), talamus, pons, serebelum. Lokasi perdarahan bisa
sebagai prediktor keluaran stroke hemoragik.
Vaskularisasi otak dibagi dua yaitu 2/3 (dua pertiga) depan kedua belahan
otak dan subkortikal mendapat darah dari sepasang arteri karotis interna,
sedangkan 1/3 (sepertiga) belakang meliputi serebelum, kortek oksipital bagian
posterior dan batang otak mendapat darah dari arteri vertebralis (arteri basilaris).
Arteri karotis interna mempercabangkan arteri serebri media, arteri serebri
media mempercabangkan arteri lentikulostriata, arteri ini mensuplai daerah
nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus dan kapsula interna. Daerah-daerah
tersebut di atas merupakan lokasi tersering terjadinya perdarahan intraserebral,
area-area tersebut merupakan area motorik kontralateral pada otak. Besarnya
volume perdarahan merupakan prediktor kuat keluaran pada penderita stroke
hemoragik, hal ini tidak tergantung dari lokasi perdarahannya. Banyak penelitian
menunjukkan rehabilitasi pada stroke efektif dan dapat memperbaiki fungsi.
Fakta dari percobaan-percobaan klinik merupakan dasar pemikiran awal untuk
fisioterapi yang dapat mempengaruhi outcome, jika awal dari fisioterapi terlambat
pasien
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara mendiagnosa terutama secara radiologis
berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik pada pasien
infark hemoragik.
1.3 Manfaat
Dapat dijadikan sebagai media belajar bagi mahasiswa klinik sehingga
dapat mendiagnosis terutama secara radiologis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke Hemoragik
Menurut Chandra B. tahun 1986 stroke adalah gangguan fungsi
saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang
terganggu.
Menurut WHO stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda-tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa stroke
adalah :
1. Timbulnya kelainan saraf yang sifatnya mendadak.
2. Kelainan saraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian
dari otak yang terganggu.
2.2 Klasifikasi stroke
Berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistim
pembuluh darah dan stadiumnya, dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke.
Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke
mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosis yang berbeda, walaupun
patogenesisnya serupa.
Klasifikasi modifikasi Marshall.3
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
a Stroke Iskemik
a.1 Transient iskemik attack (TIA)
a.2 Trombosis serebri
a.3 Emboli serebri
b Stroke Hemoragik
b.1 Perdarahan intraserebral
3
4
b.2 Perdarahan subarachnoid
2. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
a. Transient iskemik attack
b. Stroke in evolution
c. Completed stroke
3. Berdasarkan sistim pembuluh darah
a. Sistim karotis
b. Sistim vertebrobasiler
2.3 Faktor Resiko Stroke
Ada beberapa yang memudahkan timbulnya stroke. Secara garis besar
dikelompokkan menjadi 2 :
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Herediter
d. Ras/etnik
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Riwayat stroke
b. Hipertensi
c. Penyakit jantung
d. Diabetes mellitus
e. Transient ischemic attack
f. Hiperkolesterol
g. Penggunaan kontrasepsi oral
h. Obesitas
i. Merokok
2.4 Patofisiologi Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral biasanya timbul pada ganglia basalis,
talamus, lobus serebri, batang otak dan serebelum. Kerusakan jaringan primer dan
distorsi terjadi saat pembentukan hematom pada waktu darah menyebar diantara
celah substansia alba. Perdarahan umumnya timbul akibat rupturnya arteri kecil
5
oleh efek degeneratif dan hipertensi kronik Vaskulopati pada hipertensi kronik
mengenai arteri perforantes yang berdiameter 100 – 400 μm, kemudian
mengakibatkan terjadinya lipohialinosis atau nekrosis fokal. Hal ini dapat
menjelaskan distribusi perdarahan hipertensif pada teritori yang mendapat suplai
dari arteri lentikulostriata (ganglia basalis), arteri talamo perforantes (talamus),
rami perforantes dari arteri basilaris (pons) dan arteri serebelaris anterior inferior
dan anterior superior (serebelum). Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka
perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan
merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik.
Menurut Cushing bahwa brain injury oleh karena perdarahan
spontan intraserebri diakibatkan oleh tekanan lokal yang menekan mikrosirkulasi
dan menyebabkan iskemia di sekeliling hematom. Produk darah dan plasma
merupakan mediator dari berbagai proses sekunder yang terjadi setelah
perdarahan spontan intraserebri. Setelah perdarahan spontan intraserebri,
mediator inflamasi dari darah dapat menginduksi reaksi inflamasi pada hematom
dan daerah sekitarnya, dapat ditemukan neutrofil, makrofag, leukosit, dan
mikroglia aktif. Pelepasan enzim sitotoksik, radikal bebas, nitrid oksida dan
produk kaskade fosfolipid diduga berperan pada secondary neural injury dan
kematian sel. Disebutkan pula mengenai peranan nekrosis dan apoptosis pada
kematian neuron. Proses pembentukan edema perihematom berawal segera
setelah onset PIS, umumnya dalam 3 jam, dan meningkat secara bertahap dalam
sekurangnya 72 jam.
Beberapa mekanisme dalam sekuens yang berperan dalam
pembentukan edema antara lain: fase pertama ditandai dengan retraksi clot dan
ekstrusi serum; fase kedua (dalam 2 hari pertama) terjadi aktivasi kaskade
koagulasi dan produksi trombin; serta fase terakhir (3 hari setelah onset) terjadi
suatu lisis sel darah merah dan kerusakan neuron yang diinduksi oleh
hemoglobin. Peran sentral trombin dalam meningkatkan edema perihematom
telah dilaporkan dalam sejumlah penelitian baik dalam percobaan maupun pada
PIS manusia, dan didapat data adanya penurunan pembentukan edema setelah
pemberian trombin inhibitor. Efek merusak dari trombin pada jaringan
perihematom diperantarai oleh inflamasi, sitotoksisitas dan kerusakan sawar
darah otak. Petanda molekular yang berhubungan dengan peningkatan edema
perihematom meliputi peningkatan glutamat, tumor necrosis factor-α,
6
interleukin-1, dan intercellular adhesion molecule-1, tetapi hanya kadar tumor
necrosis factor-α yang tidak tergantung dengan volume edema perihematom.
Kadar glutamat serum yang tinggi berhubungan dengan outcome neurologis yang
buruk setelah PIS. Pemecahan hematom meliputi invasi makrofag, progresi
edema sekitar, pembentukan microvessel pada tepi klot dan kadangkala gliosis.
Hasil akhir adalah jaringan parut yang ditandai dengan hemosiderin atau kavitas
yang mengandung darah lama yang dikelilingi jaringan ikat. Gejala neurologis
yang timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak sehingga menyebabkan
nekrosis. Pada saat awal mungkin darah hanya akan mendesak jaringan otak
tanpa merusaknya, karena saat itu difusi darah ke jaringan belum terjadi.
Perdarahan intraserebral dan edema bisa mengganggu dan menekan jaringan otak
sekitarnya, mengakibatkan gangguan neurologis. Absorpsi dapat terjadi dalam
waktu 3-4 minggu. Proses kematian sel otak akibat iskemia melalui 2 proses yaitu
nekrosis dan apoptosis. Kematian akibat nekrosis ditandai dengan adanya edema
sitoplasma dan pembengkakan sel, kerusakan sitoskeleton dan ruptur membran
sel dan organela. Tanda-tanda inflamasi nyata didapatkan pada nekrosis sel.
Kematian sel pada proses apoptosis bersifat aktif dan didapatkan ekspresi protein
baru. Energi sel normal sampai tahap final kematian sel, penurunan energi sel
terjadi lambat akibat sekunder dari apoptosis. Aktifasi endonuklease
menyebabkan pemecahan ikatan ganda DNA, terbentuk fragmentasi DNA, dan
kondensasi kromatin. Sel menjadi mengkerut dan terbentuk tonjolan-tonjolan
membran. Tonjolan membran bertambah besar dan terpisah dari sel membentuk
apoptotic bodies, yang kemudian mengalami lisis dan mengalami proses
fagositosis. Proses apoptosis ini terjadi dalam beberapa hari. Pada apoptosis tidak
didapatkan inflamasi atau hanya terdapat inflamasi ringan.
7
2.5 Gambaran klinis stroke hemoragik
Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non HemoragikPIS PSA
1. Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan
2. SIS sebelumnya Amat jarang - +/ biasa
3. Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
4. Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/ tak ada
5. Muntah pada
awalnya
Sering Sering Tidak, kecuali lesi di
batang otak
6. Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
7. Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar Dapat hilang
8. Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada
permulaan
Tidak ada
9. Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal
10. Deviasi mata Bisa ada Tidak ada mungkin ada
11. Gangguan bicara Sering Jarang Sering
12. Likuor Sering berdarah Selalu berdarah Jernih
13. Perdarahan
Subhialoid
Tak ada Bisa ada Tak ada
14. Paresis/gangguan N
III
- Mungkin (+) -
Sumber :
Priguna, Sidharta. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat : jakarta.
8
2.6 Gambaran radiologis stroke hemoragik
Keterangan : Perdarahan Thalamik kanan (panah) yang dalam sampai nukleus caudatus
Keterangan : Gambaran Aksial CT scan 2 jam setelah stroke menunjukkan hematoma
lateral inti lentiform dengan hypodensity sekitar yang minimal (panah). Inti caudate
yang terhindar.
9
Keterangan : Gambaran CT scan potongan axial menunjukkan infark lama bagian
frontalis kiri saja.
Keterangan : Gambaran CT scan potongan axial 24 jam setelah stroke
memperlihatkan adanya hematom yang luas pada parenkimal sebelah kiri sampai
dengan striatocapsular.
III. LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 67 tahun
Alamat : Sidokumpul RT 02/02 Guntur Demak
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
No. CM : 1149244
3.2 Kasus
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan kesadaran sebelum masuk Rumah Sakit, Saat
beraktivitas tiba-tiba pasien pingsan Kemudian pasien di bawa
ke UGD RSISA dan pasien dirawat secara intensif di ICU.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat sakit sebelumnya pernah
Riwayat trauma disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga disangkal
Keluarga tidak ada yang mengalami sakit yang sama
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai PNS
10
11
3.3 Pemeriksaan Fisik
KU : sedang
GCS : E1M4V3
VS :
T : 36,8 celcius
TD : 149/67 mmHg
N : 81 x / menit
RR : 21 x /menit
PF ...................................................................................................................: tidak
dapat dilakukan pemeriksaan fisik secara lebih mendetail dikarenakan pasien tidak
kooperatif.
3.4 Pemeriksaan Penunjang
12
1. Pemeriksaan Radiologi
CT-SCAN
Gambar 3.
Pembacaan :
CT-SCAN
Kesan :
Perdarahan intrapons volume sekitar 7,66 cc dengan perdarahan
intraventrikuler.
Gambaran hidrocefalus noncomunican.
Infark di kapsula eksterna dan interna kanan kiri
2. Pemeriksaan Laboratorium
No. Lab : 130404399
13
Tanggal Periksa : 28/04/2013
Waktu sampling : 06.55 WIB
Darah Lengkap
o HB : 11,4 g/dl (10,3 – 17,9 g/dl)
o Ht : 35,4 % (31-59 %)
o Leukosit : 7,5 ribu/UL (5,0-19,5 ribu/UL)
o Trombosit : 186 ribu/UL (217-497 ribu/UL)
Kimia Darah
o Total Protein : 5,53 g/dl ( 6-8 g/dl )
o Albumin : 2,61 g/dl ( 3,4-4,8 g/dl)
o Globulin : 2,92 g/dl
o SGOT : 36
o SGPT : 28
o Natrium : 140,3 mmol/L ( 132-147 mmol/L )
o K : 3,78 mmol/L ( 3,5-5 mmol/L)
o Calcium : 8,6 mg/dl ( 8,8-10,8 mg/dl)
o Cl : 107,4 mmol/L ( 95-105 mmol/L)
o Magnesium : 2,1 mg/dl (1,6-2,4 mg/dl )
3. Terapi umum :
1. Breathing : perlu pasang 02
2. Blood : TD tidak diturunkan
3. Brain : elevasi kepala dan badan 30
4. Bladder : perlu pasang kateter
5. Bowel : infuse RL 20 tpm, diet rendah lemak jenuh
6. Bone and Skin : posisi Nyaman
Terapi spesifik :
Infuse RL 20 tpm
Piracetam 4x3 gr
Kalnex 4x1 gr
Brainact 2x500
Ceftriaxon 2x1gr
IV. PEMBAHASAN
Pasien dengan keluhan penurunan kesadaran. Ada riwayat hipertensi, sebelumnya
pernah mengalami stroke. Nilai GCS E1M4V3. Pemeriksaan fisik tidak dapat
dilakukan karena pasien tidak kooperatif ( dirawat secara intensif di ICU ). Dari hasil
pemeriksaan CT-SCAN didapatkan :
1. Perdarahan intrapons volume sekitar 7,66 cc dengan perdarahan
intraventrikuler.
2. Gambaran hidrocefalus noncomunican.
3. Infark di kapsula eksterna dan interna kanan kiri
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi di atas maka diagnosis pada pasien ini
adalah Stroke hemoragik dengan gambaran infark di kapsula eksterna dan interna
kanan kiri. .
14
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Neuroimaging, Harvard Medical School
Neuroanatomy, dikutip tgl 26-04-2013
http://www.med.harvard.edu/aanlib/home.html.
Choi, P. M. C., Srikanth, V., Ma, H., Chong, W., Holt, M., Phan, T. G.,
2012, Differentiating between Hemorrhagic Infarct and
Parenchymal Intracerebral Hemorrhage, Hindawi
Publishing Corporation, Australia.
Iskandar, J., 2006, Pencegahan dan pengobatan stroke, Buana ilmu
populer, Jakarta, 24.
Myrtha, R., Hanifah, S., 2012, Gambaran CT Scan Non-Kontras pada
Stroke Iskemik, CDK, Jakarta, (39)10:777-779.
Ott, B. R., Kleefield, J., Funkenstein, H. H., 1986, The clinical spectrum
of hemorrhagic infarction, Journal of the American Heart
Association, Dallas, 17:630-637.
15