referat sindroma cushing (fix)

29
STASE ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG SINDROMA CUSHING OLEH : AGENG BUDIANANTI (030.09.002) CHARISHA NADIA (030.09.051) DELLA PUTRI ARIYANI (030.09.061) IDA UDHIAH (030.09.118) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Upload: bakryhaikal

Post on 26-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Sindroma Cushing (Fix)

STASE ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

SINDROMA CUSHING

OLEH :

AGENG BUDIANANTI (030.09.002)

CHARISHA NADIA (030.09.051)

DELLA PUTRI ARIYANI (030.09.061)

IDA UDHIAH (030.09.118)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

8 JULI 2013

Page 2: Referat Sindroma Cushing (Fix)

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan……………………………………………………………………………..3

BAB II (Sindroma Cushing)

Definisi…………………………………………………………………………………..4

Etiologi…………………………………………………………………………………..4

Tanda dan Gejala………………………………………………………………………...4

Patofisiologi……………………………………………………………………………...5

Diagnosis…………………………………………………………………………………8

Diagnosis Banding……………………………………………………………………….9

Komplikasi………………………………………………………………………………10

Penatalaksanaan…………………………………………………………………………10

BAB III (Tinjauan Pustaka)

Kelenjar Hipofisis dan Hipotalamus…………………………………………………….12

Kelenjar Adrenal………………………………………………………………………...14

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...21

Page 3: Referat Sindroma Cushing (Fix)

BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma Cushing adalah suatu manifestasi yang terjadi akibat kortikosteroid yang

eksesif, biasanya dikarenakan oleh dosis suprafisiologis dari obat glukokortikoid dan jarang

disebabkan oleh produksi spontan dari kortikosteroid oleh korteks adrenal. Kasus sindroma

Cushing spontatn jarang ditemukan (2,6 kasus/ jutaan populasi tiap tahunnya) dan memiliki

beberapa kemungkinan penyebab.

Kira-kira 43% kasus disebabkan oleh penyakit Cushing dimana hal ini berarti

manifestasi dari hiperkortisolisme disebabkan oleh hipersekresi ACTH oleh kelenjar ptuitari.

10% dari kasus disebabkan oleh neoplasma nonptuitari yang memproduksi ACTH

ektopik dalam jumlah besar. Hipokalemia dan hiperpigmentasi sering ditemukan pada

kelompok ini.

15% dari kasus disebabkan oleh ACTH yang berasal dari sumber yang tidak dapat

dilokalisasi.

Kurang lebih 32% dari kasus disebabkan oleh sekresi autonom kortisol oleh kelenjar

adrenal, independen ACTH, dimana level serum ACTH biasanya rendah.

Page 4: Referat Sindroma Cushing (Fix)

BAB II

SINDROMA CUSHING

Definisi

Sindroma Cushing adalah suatu gangguan yang terjadi saat tubuh mengalami peningkatan

dari hormone kortisol. Hal ini juga dapat disebabkan apabila seseorang terlalu banyak

mengkonsumsi kortisol atau hormone steroid.1

Etiologi

Penyebab tersering dari Sindroma Cushing adalah iatrogenic, disebabkan karena penggunaan

dari glukokortikoid untuk alasan terapetik. Sindroma Cushing endogen merupakan hasil dari

produksi berlebihan dari kortisol (dan hormone steroid lainnya) oleh korteks adrenal.

Penyebab mayor adalah hyperplasia dari adrenal secara bilateral yang disebabkan karena

hipersekresi dari hormone adrenokortikotropik (ACTH) oleh kelenjar ptuitari (penyakit

Cushing) atau dari sumber ektopik seperti sel karsinoma dari paru-paru; karsinoid dari

bronkus, timus, usus, dan ovarium, karsinoma medular dari tiroid; atau feokromositoma.

Adenoma atau karsinoma dari kelenjar adrenal merupakan 15-20% dari kasus sindroma

Cushing. Pada sindroma Cushing endogen, perempuan lebih banyak yang mengalami, kecuali

pada sindroma yang disebabkan oleh ACTH ektopik.2

Tanda dan Gejala

Kebanyakan orang dengan Sindroma Cushing memiliki:

- Obesitas pada tubuh bagian atas (diatas pinggang) dengan lengan dan tungkai yang

kurus

- Moon face (wajah dengan bentuk bulat, kemerahan pada seluruh wajah)

- Pertumbuhan yang terlambat atau perlahan pada anak-anak

Perubahan pada kulit yang sering didapatkan dan terlihat adalah:

- Jerawat atau infeksi pada kulit

- Tanda berwarna keunguan (1/2 inchi atau lebih lebar) yang disebut striae pada kulit di

abdomen, paha, dan dada

Page 5: Referat Sindroma Cushing (Fix)

- Kulit tipis yang dapat dengan mudah terluka

Perubahan pada otot dan tulang, diantaranya:

- Nyeri pada punggung, yang terjadi pada kegiatan rutin

- Nyeri pada tulang atau nyeri tekan

- Buffalo hump (penumpukan jaringan lemak pada bagian bahu)

- Fraktur dari tulang costae atau tulang vertebrae (yang disebabkan oleh penipisan pada

tulang)

- Kelemahan pada otot

Perempuan dengan Sindroma Cushing kebanyakan memiliki:

- Pertumbuhan rambut berlebih pada wajah, leher, dada, perut dan juga paha

- Siklus menstruasi yang menjadi irregular atau berhenti

Pada pria, dapat ditemukan:

- Berkurang atau hilangnya hormone seksual

- Impotensi

Gejala lain yang dapat terjadi pada penyakit ini adalah:

- Perubahan mental, seperti depresi, kecemasan atau perubahan perilaku

- Rasa lelah

- Nyeri kepala

- Berkurangnya rasa haus dan miksi

- Hipokalemia dan alkalosis metabolic juga dapat terjadi, biasanya disebabkan oleh

produksi ektopik dari ACTH

Patofisiologi Sindroma Cushing

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Sindroma Cushing dapat dibagi menjadi

Sindroma Cushing iatrogenic yang sering dijumpai pada penderita arthritis rheumatoid, asma,

limfoma, dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen

antiinflamasi. Pada sindrom Cushing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi sebagai

akibat dari rangsangan berlebihan oleh ACTH atau sebagai akibat dari patologi adrenal yang

mengakibatkan produksi abnormal kortisol.

Page 6: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

- Dependen ACTH

Hiperfungsi korteks adrenal nontumor

Disebut juga dengan Penyakit Cushing, dimana hiperfungsi korteks adrenal

mungkin disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan

berlebihan. Pada 80% penyakit ini ditemukan adenoma hipofisis yang

menyekresi ACTH, dan 20% ditemukan bukti histology hyperplasia hipofisis

kortikotrop. Hiperplasia dapat disebabkan oleh gangguan pelepasan CRH oleh

neurohipotalamus. Pada kasus ini dapat ditemukan kelebihan sekresi ACTH,

hilangnya irama sirkadian ACTH normal, dan berkurangnya sensitivitas

system control umpan balik ke tingkat kortisol dalam darah. Berikut

merupakan grafik dari irama sirkadian ACTH normal.

Sindrom ACTH ektopik

ACTH juga dapat disekresi berlebihan pada pasien dengan neoplasma yang

memiliki kapasitas untuk menyintesis dan melepaskan peptide mirip ACTH

baik secara kimia maupun fisiologik. ACTH berlebihan menyebabkan

rangsangan yang berlebihan pada sekresi kortisol oleh korteks adrenal, dan

disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH hipofisis. Kadar ACTH yang

tinggi disebabkan oleh neoplasma dan bukan dari kelenjar hipofisis. Sejumlah

besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH. Neoplasma-

neoplasma ini berkembang dari jaringan yang berasal dari lapisan

nauroektodermal selama perkembangan embrional. Karsinoma sel paru,

Page 7: Referat Sindroma Cushing (Fix)

karsinoid bronkus, timoma, dan tumor sel pulau di pancreas merupakan contoh

yang paling sering ditemukan. Beberapa tumor ini dapat menyekresi CRH

ektopik yang merangsang sekresi ACTH hipofisis. Jenis ini juga sering

disertai hiperpigmentasi yangsdisebabkan oleh sekresi peptide yang

berhubungan dengan ACTH dan kerusakan bagian ACTH yang memiliki

aktivitas melanotropik. Pigmentasi dapat terjadi pada kulit dan selaput lendir.

- Independen ACTH

Hiperplasia korteks adrenal autonom

Hiperplasia korteks adrenal nodular bilateral dengan kemampuan untuk

menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal.

Hiperfungsi korteks adrenal tumor

Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindroma Cushing dapat jinak

(adenoma) atau ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat

menyebabkan sindroma Cushing berat, namun biasanya berkembang secara

lambat, bertahun-tahun sebelom diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma

adrenokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis

serta kematian.

Patofisiologi Gejala dari Sindroma Cushing

Salah satu fungsi glukokortikoid adalah katabolisme protein, yang dapat menyebabkan

penurunan kemapuan sel-sel pembentuk protein untuk menyintesis protein. Sebagai

akibatnya, terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan

tulang. Secara klinis, kulit mengalami atrofi dan mudah rusak, luka sembuh dengan lambat.

Ruptur serabut elastic pada kulit menyebabkan tanda regang berwarna ungu atau striae. Otot

juga mengalami atrofi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan

melemahnya jaringan penyokong perivaskular menyebabkan mudah terjadinya hematoma,

menimbulkan prekiae atau ekimosis yang luas pada lengan atas bila diukur tekanan darahnya.

Matriks protein tulang menjadi hilang dan menyebabkan keadaan osteoporosis yang paling

sering terjadi pada tulang belakang dan menyebabkan kolaps vertebra deisertai nyeri

punggung dan pengurangan tinggi badan.

Metabolisme karbohidrat juga diperngaruhi oleh kadar glukokortikoid yang tinggi.

Glukokortikoid merangsang glukoneogenesis dan mengganggu kerja insulin pada sel perifer.

Penderita dapat mengalami hiperglikemia.

Page 8: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Kadar glukokortikoid yang berlebihan juga mempengaruhi distribusi jaringan adipose yang

terkumpul di darah sentral tubuh dan menyebabkan obesitas sentral, wajah bulan (moon

face), memadatnya fosa supraklavikularis (bull neck). Obesitas trunkus dengan ekstremitas

atas dan bawah yang kurus akibat atrofi otot member penampilan klasik berupa penampilan

cushingoid.

Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum dan dapat menyebabkan

retensi natriun dan pembuangan kalium sehungga terjadi edema, hipokalemia dan alkalosis

metabolik.

Glukokortikoid juga dapat menghambat respons kekebalan, yaitu menghambat pembentukan

antibody humoral oleh sel plasma dan limfosit B akibat rangsangan antigen; yang lainnya

bergantung pada reaksi yang diperantari oleh limfosit T yang tersensitisasi. Glukokortikoid

mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghambat proliferasi germinal limpa

dan jaringan limfoid pada respons primer terhadap antigen. Gangguan respons imunologi

dapat terjadi pada tiap tingkatan berikut; pemrosesan awal antigen oleh sel system monosit

makrofag, induksi dan proliferasi limfosit immunikompeten serta pelepasan sitokin, produksi

antibody, dan reaksi peradangan.

Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat pada indivisu tertentu yang mendapat

glukokortikoid. Faktor protektif mukosa diduga diubah oleh steroid dan dapat mempermudah

pembentukan ulkus.

Perubahan psikologik juga dapat terhadi yang ditandai dengan ketidakstabilan emosi,

euphoria, insomnia dan episode depresi singkat. Perubahan ini akan kembali normal bila

kadar kortisol diturunkan.3

Diagnosis

Diagnosis dari Sindroma Cushing membutuhkan pemeriksaan yang menunjukkana apakah

terdapat peningkatan dari produksi kortisol dan supresi dari kortisol yang abnormal yang

merupakan respon dari pemberian dexametason. Untuk initial screening, pengukuran dari

urin 24 jam bebas kortisol, tes pemberian 1 mg dexametason dalam semalam (pada pukul

08.00, kortisol plasma < 1,8 µg/dL), atau pengukuran kortisol pada saliva pada malam hari

adalah hal yang penting. Pengulangan dari tes tersebut juga dibutuhkan. Definitive diagnosis

Page 9: Referat Sindroma Cushing (Fix)

dapat ditegakkan pada kasus dengan ditemukannya supresi pada kortisol urin (<10 µg) atau

kortisol plasma (< 5µg) setelah pemberian 0,5 mg dexametason setiap 6 jam dalam 48 jam.

Ketika diagnosis dari Sindroma Cushing sudah ditegakkan, maka selanjutnya yang perlu

dilakukan adalah untuk mengetahui letak dari sumbernya. Level dari ACTH pada plasma

yang rendah menunjukkan suatu adenoma atau karsinoma kelenjar adrenal; ACTH plasma

yang normal atau tinggi menunjukkan adanya sumber dari ptuitari ata sumber ektopik.

Pada 95% kasus dari mikroadenoma pada ptuitari yang memproduksi ACTH, produksi

kortisol dapat disupresi dengan pemberian dexametason dosis tinggi (2 mg setiap 6 jam

dalam 48 jam). MRI dari ptuitari seharusnya dilakukan, tetapi dapat tidak

menunjukkanadanya mikroadenoma karena ukurannya yang sangat kecil. Selanjutnya, karena

10% dari sumber ektopik ACTH juga dapat menurun setelah pemberian dexametason dosis

tinggi, sampling dari petrosal sinus inferior juga dibutuhkan untuk membedakan ptuitari dari

sumber perifer dari ACTH. Pemeriksaan dengan corticotrophin releasing hormone (CRH)

juga dapat membantu untuk mengetahui sumber dari ACTH. Pemeriksaan imaging dari dada

dan abdomen juga dibutuhkan untuk melokalisasi sumber dari produksi ACTH ektopik;

seperti karsinoid bronchial kecil dapat tidak ditemukan dengan pemeriksaan CT

konvensional. Pasien dengan alkoholisme kronik, depresi, atau obesitas dapat member hasil

false-positive pada pemeriksaan Sindroma Cushing- suatu kondisi yang disebut pseudo-

Sindroma Cushing. Pasien dengan penyakit akut juga dapat memiliki hasil laboratorium

abnormal, sejak stress juga dapat mengganggu regulasi dari sekresi ACTH normal.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari Sindroma Cushing adalah:

- Pasien dengan alkoholisme yang dapat memiliki hiperkortisolisme dan manifestasi

klinis yang sama.

- Pasien dengan depresi juga memiliki hiperkortisolisme yang secara biokimia sulit

dibedakan dengan sindroma Cushing tetapi tanpa tanda klinis dari SIndroma Cushing.

- Striae keunguan yang terdapat pada abdomen, punggung, dan dada; yang juga disebut

striae distensae.

- Anorexia nervosa karena adanya kehilangan massa otot dan tingginya kortisol bebas

pada urin.

Page 10: Referat Sindroma Cushing (Fix)

- Obesitas, dimana pada obesitas terdapat abnormalitas pada tes supresi dexametason

tetapi kortisol bebas pada urin biasanya normal.

- Resistensi kortisol familial juga memiliki hiperandrogenisme, hipertensi, dan

hiperkortisolisme tanpa adanya sindroma Cushing.

- Lipodistrofi partial familial tipe I terdapat obesitas dan moon facies, diikuti dengan

ekstremitas kurus karena adanya atrofi dari lemak subkutan, tetapi otot pada pasien

dengan kelainan ini ditemukan kuat, dan bahkan terjadi hipertrofi.

Komplikasi

Apabila tidak dilakukan terapi, maka dapat menyebabkan morbiditas yang serius bahkan

kematian. Pasien dapat mengalami komplikasi seperti hipertensi dan diabetes mellitus.

Kemungkinan terpapar infeksi pada pasien juga meningkat. Fraktur kompresi pada spinal

yang osteoporotic dan nekrosis aseptic pada caput femur juga dapat menyebabkan disabilitas.

Nefrolitiasis dan psikosis juga dapat terjadi. Adrenalektomi pada penyakit Cushing juga dapat

menyebabkan membesarnya adenoma ptuitari secara progresif dan menyebabkan destruksi

local seperti gangguan penglihatan dam hiperpigmentasi, komplikasi ini disebut sebagai

Nelson’s syndrome.4

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bergantung pada penyebab. Jika dijumpai tumor pada hipofisis, sebaiknya

diusahakan reseksi tumor transfenoidal. Tetapi juika terdapat hiperfungsi hiposis namun

tumor tidak dapat ditemukan, dapat dilakukan radiasi kobalt pada kelenjar hipofisis.

Obat-obat kimia yang mampu menyekat (ketokonazol, aminoglutetimid) atau merusak sel-sel

korteks adrenal penghasil kortisol (mitotane) juga dapat mengontrol kelebihan kortisol yang

tidak dapat dilakukan reseksi. Mitotane diberikan untuk karsinoma yang tidak dapat direseksi

dan menimbulkan metastasis dengan dosis yang ditingkatkan secara bertahap tiap harinya

sampai mencapai 6 gram/hari dibagi menjadi 3-4 dosis. Ketokonazol diberikan dengan dosis

600-1200 mg/hari, Metyrapone dapat diberikan dengan dosis 2-3 gram/hari, dan mitotane

dengan dosis 2-3 mg/hari diberikan bila sumber ektopik ACTH tidak dapat direseksi, obat-

obatan tersebut dapat diberikan untuk mengurangi manifestasi klinis dari kelebihan kortisol.

Page 11: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Apabila hal-hal ini gagal memberi hasil yang baik, maka dapat dilakukan dengan

adrenolektomi total, dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik. Bila pengobatan sindrom

Cushing dapat berhasil dengan baik, remisi klinis akan terjadi dalam 6-12 bulan.

Pengobatan sindrom ACTH ektopik berdasarkan pada reseksi neoplasma yang menyekresi

ACTH atau adrenalektomi atau supresi kimia fungsi adrenal seperti yang dianjurkan pada

pasien dengan sindrom Cushing hipofisis jenis dependen ACTH.

Page 12: Referat Sindroma Cushing (Fix)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Kelenjar Hipofisis dan Hipotalamus

Kelenjar pituitari atau hipofisis adalah sebuah kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga

bertulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus.

Anatomi Kelenjar Pituitari

Available at : http://antranik.org/wp-content/uploads/2011/12/pituitary-gland-anterior-lobe-posterior-lobe-hypophysis.jpg

Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, hipofisis

posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis posterior dihubungkan ke hipotalamus melalui jalur

saraf, sementara hipofisis anterior dihubungkan ke hipotalamus melalui pembuluh darah.

Hipofisis posterior hanya menyimpan, dan setelah mendapat rangsangan yang sesuai,

mengeluarkan dua hormon peptida kecil yaitu vasopresin dan oksitosin yang disintesis oleh

badan sel neuron di hipotalamus, ke dalam darah.

Vasopresin atau hormon antidiuretik (ADH) memiliki dua efek utama yang sesuai dengan

namanya. Yaitu meningkatkan retensi H2O oleh ginjal (suatu efek antidiuretik), dan

menyebabkan kontraksi otot polos arteriol (efek presor pembuluh darah).

Page 13: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu pengeluaran bayi selama

proses persalinan, dan hormon ini mendorong pengeluaran susu dari kelenjar mamaria selama

menyusui.

Tidak seperti hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon yang disintesis di hipotalamus,

hipofisis anterior itu sendiri mensintesis hormon-hormon yang kemudian dikeluarkannya ke

dalam darah. Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon, diantaranya yaitu :

Hormon pertumbuhan (Growth hormone, somatotropin)

Hormon utama yang bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tubuh secara

keseluruhan dan juga penting dalam metabolisme perantara.

Thyroid-stimulating hormone (Tirotropin)

Merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid.

Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic hormone)

Merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan meningkatkan pertumbuhan

korteks adrenal.

Follicle-stimulating hormone (FSH)

Pada wanita hormon ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel

ovarium. Selain itu, FSH mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada

pria, FSH diperlukan untuk produksi sperma.

Luteinizing hormone (LH)

Pada wanita, LH bertanggung jawab untuk ovulasi, luteinisasi, dan pengaturan sekresi

hormon seks wanita, estrogen dan progesteron, oleh ovarium. Pada pria, hormon ini

merangsang sel interstitium Leydig di testis untuk mengeluarkan hormon seks pria,

testosteron, sehingga hormon ini juga diberi nama interstitial cell-stimulating

hormone.

Prolaktin

Meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan air susu pada wanita.

Semua hormon hipofisis anterior tidak disekresikan dengan kecepatan konstan. Walaupun

tiap-tiap hormon ini memiliki sistem kontrol khas, terdapat pola-pola regulasi umum. Dua

faktor terpenting yang mengatur sekresi hormon hipofisis anterior adalah hormon

hipotalamus dan umpan-balik oleh hormon organ sasaran.

Sekresi setiap hormon hipofisis anterior dirangsang atau dihambat oleh satu atau lebih dari

tujuh hormon hipofisiotropik. Peptida-peptida kecil ini disebut sebagai hormon pelepas

Page 14: Referat Sindroma Cushing (Fix)

(releasing hormone) dan hormon penghambat (inhibiting hormone) bergantung pada kerja

mereka. Hormon-hormon tersebut yaitu :

Thyrotropin-releasing hormone (TRH)

Merangsang pengeluaran TSH dan prolaktin

Corticotropin-releasing hormone (CRH)

Merangsang pengeluaran ACTH

Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)

Merangsang pengeluaran FSH dan LH

Growth hormone-releasing hormone (GHRH)

Merangsang pengeluaran hormon pertumbuhan

Growth hormone-inhibiting hormone (GHIH)

Menghambat pengeluaran hormon pertumbuhan

Prolactin-releasing hormone (PRH)

Merangsang pengeluaran prolaktin

Prolactin-inhibiting hormone (PIH)

Menghambat pengeluaran prolaktin

Hormon-hormon pengatur hipotalamus mencapai hipofisis anterior melalui jalur vaskuler

khusus. Berbeda dengan hubungan saraf langsung antara hipotalamus dan hipofisis posterior,

hubungan anatomis dan fungsional antara hipotalamus dan hipofisis anterior merupakan

hubungan kapiler-ke-kapiler yang tidak lazim, yang disebut sistem porta hipotalamus-

hipofisis.

Kelenjar Adrenal

Terdapat dua kelenjar adrenal, masing-masing terbenam di atas ginjal dalam suatu kapsul

lemak. Tiap-tiap adrenal sebenarnya terdiri dari dua organ endokrin, yang satu mengelilingi

yang lain. Bagian dalam medula adrenal mengeluarkan katekolamin; lapisan luar yang

menyusun korteks adrenal mengeluarkan berbagai hormon steroid.

Page 15: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Anatomi Kelenjar Adrenal

Available at : http://images.yourdictionary.com/images/main/A4adregl.jpg

Sekitar 80% kelenjar adrenal terdiri dari korteks yang tersusun dari tiga lapisan atau zona

yang berlainan; zona glomerulosa, lapisan paling luar; zona fasikulata, bagian tengah dan

terbesar; zona retikularis, bagian paling dalam. Korteks adrenal menghasilkan berbagai

macam hormon adrenokorteks, yang semuanya adalah steroid dan berasal dari molekul

prekursor yang sama, kolesterol. Untuk hormon-hormon adrenokorteks, variasi kecil pada

struktur menyebabkan timbulnya perbedaan fungsional. Berdasarkan efek primernya, steroid

adrenal dapat dibagi menjadi tiga kategori :

Mineralokortikoid

Terutama aldosteron, yang mempengaruhi keseimbangan mineral (elektrolit).

Diproduksi secara eksklusif di zona glomerulosa.

Secara singkat, aktivitas aldosteron terutama adalah di tubulus distal ginjal, tempat

hormon ini meningkatkan retensi Na+ dan meningkatkan eleminasi K+ selama proses

pembentukan urin. Peningkatan retensi Na+ oleh aldosteron secara sekunder memicu

retensi osmotik H2O sehingga volume cairan ekstraseluler bertambah, yang penting

dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah. Sekresi aldosteron ditingkatkan oleh

pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron oleh faktor-faktor yang berkaitan

dengan penurunan Na+ dan tekanan darah, serta stimulasi langsung ke korteks adrenal

oleh peningkatan K+ plasma.

Page 16: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Glukokortikoid

Terutama kortisol, yang berperan penting dalam metabolisme glukosa serta

metabolisme protein dan lemak. Sintesis kortisol terbatas di dua lapisan dalam

korteks, dengan zona fasikulata merupakan sumber utama glukokortikoid ini.

Hormon seks

Identik atau serupa dengan yang dihasilkan oleh gonad (testis pada pria dan ovarium

pada wanita). Dihasilkan oleh zona korteks bagian dalam, zona fasikulata dan zona

retikularis. Menghasilkan androgen atau hormon seks pria dan estrogen atau hormon

seks wanita, dalam jumlah yang sangat kecil.

Pada keadaan normal, androgen dan estrogen adrenal tidak cukup banyak atau kuat

untuk masing-masing menimbulkan efek maskulinisasi atau feminisasi. Satu-satunya

hormon seks adrenal yang memiliki makna biologis adalah androgen

dehidroepiandrosteron (DHEA). Produk androgen primer testis adalah testosteron,

tapi androgen adrenal yang paling banyak adalah DHEA yang kekuatannya jauh lebih

rendah. Pada pria, DHEA adrenal dikalahkan oleh testosteron testis tetapi pada

wanita, karena kurang memiliki androgen, hormon ini memiliki makna fisiologis.

Androgen adrenal yang merupakan penyebab timbulnya proses-proses yang

tergantung androgen pada wanita, misalnya pertumbuhan rambut pubis dan ketiak,

peningkatan lonjakan pertumbuhan pubertas, serta perkembangan dan pemeliharaan

dorongan seks wanita.

Lapisan Korteks Adrenal

Available at : http://academic.kellogg.edu/herbrandsonc/bio201_McKinley/f20-12c-d_adrenal_gland_c.jpg

Page 17: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Glukokortikoid

Kortisol, glukokortikoid utama, berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein,

dan lemak; memperlihatkan efek permisif yang bermakna pada aktivitas hormon lain; dan

membantu kita mengatasi stress.

1. Efek metabolik

Efek keseluruhan dari pengaruh metabolik kortisol adalah meningkatkan konsentrasi glukosa

darah dengan mengorbankan simpanan protein dan lemak. Secara spesifik, kortisol

melaksanakan fungsi-fungsi berikut :

Hormon ini merangsang glukoneogenesis hati, yang mengacu pada perubahan

sumber-sumber nonkarbohidrat (yaitu asam amino) menjadi karbohidrat di hati.

Hormon ini menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan,

kecuali otak, sehingga glukosa dapat digunakan oleh otak yang mutlak

memerlukannya sebagai bahan bakar metabolik.

Hormon ini merangsang penguraian protein di banyak jaringan terutama di otot.

Dengan menguraikan sebagian protein otot menjadi asam-asam amino konstituennya,

kortisol meningkatkan konsentrasi asam amino darah. Asam amino yang dimobilisasi

ini siap digunakan untuk glukoneogenesis atau dipakai di tempat lain yang

memerlukannya, misalnya untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau sintesis

struktur sel yang baru.

Hormon ini meningkatkan lipolisis, penguraian simpanan lemak di jaringan adiposa,

sehingga terjadi pembebasan asam-asam lemak ke dalam darah. Asam-asam lemak

yang dimobilisasi ini dapat digunakan sebagai bahan bakar metabolik alternatif bagi

jaringan yang dapat memanfaatkan sumber energi ini sebagai pengganti glukosa,

sehingga glukosa dapat dihemat untuk otak.

2. Efek permisif

Kortisol harus ada dalam jumlah yang adekuat agar katekolamin dapat memicu

vasokonstriksi. Seseorang yang tidak memilki kortisol, jika tidak diobati, dapat mengalami

syok sirkulasi pada situasi-situasi stres yang memerlukan vasokonstriksi.

3. Peran dalam adaptasi stress

Page 18: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Kortisol berperan penting dalam adaptasi stres. Stres mengacu pada respons umum

nonspesifik tubuh terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau akan mengalahkan,

kemampuan kompensatorik tubuh dalam mempertahankan homeostasis. Jenis-jenis

rangsangan pengganggu berikut ini menggambarkan beragamnya faktor yang dapat

menimbulkan respons stres : fisik (trauma, pembedahan, panas, atau dingin hebat); kimia

(penurunan pasokan O2, ketidakseimbangan asam basa); psikologis atau emosi (rasa cemas,

ketakutan, kesedihan); sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup). Semua jenis stress

adalah perangsang kuat untuk sekresi kortisol.

Efek kortisol yang menyebabkan perubahan dari simpanan protein dan lemak menjadi

penambahan simpanan karbohidrat dan peningkatan ketersediaan glukosa darah akan

membantu melindungi otak dari malnutrisi selama fase stres. Disamping itu asam-asam

amino yang dibebaskan oleh penguraian protein akan dapat digunakan untuk memperbaiki

jaringan yang rusak apabila terjadi stes fisik. Dengan demikian, terjadi peningkatan

ketersediaan glukosa, asam amino, dan asam lemak untuk digunakan apabila diperlukan.

4. Efek anti-inflamasi dan imunosupresif

Pemberian sejumlah besar glukokortikoid akan menghambat hampir semua langkah respons

peradangan, sehingga steroid menjadi obat yang manjur untuk mengatasi berbagai kelainan

yang pada keadaan tersebut respons peradangan itu sendiri yang menjadi proses destruktif.

Karena glukokortikoid juga memiliki banyak efek inhibitorik pada proses imun keseluruhan,

misalnya “memecat” sel darah putih yang bertanggung jawab menghasilkan antibodi dan

menghancurkan sel-sel asing.

Pengaturan Sekresi Kortisol

Sekresi kortisol oleh korteks adrenal diatur oleh sistem umpan balik negatif lengkung panjang

yang melibatkan hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon adrenokortikotropik (ACTH)

dari hipofisis anterior merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Sel

penghasil ACTH hanya mensekresi atas perintah corticotropin-releasing hormone (CRH) dari

hipotalamus. Kontrol umpan balik dilaksanakan oleh efek penghambat kortisol pada sekresi

CRH dam ACTH, masing-masing oleh hipotalamus dan hipofisis anterior.

Page 19: Referat Sindroma Cushing (Fix)

Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal

Available at :

http://www.montana.edu/wwwai/imsd/alcohol/Vanessa/vwhpa_files/image003.jpg

Selain untuk mengontrol sekresi kortisol, ACTH mengontol sekresi adrenal androgen. Secara

umum pengeluaran kortisol dan DHEA oleh korteks adrenal paralel satu sama lain. Namun

androgen adrenal memberi umpan balik di luar lengkung hipotalamus-hipofisis anterior-

korteks adrenal. DHEA tidak menghambat CRH tetapi gonadotropin-releasing hormone

(GnRH), seperti yang dilakukan testosteron testis.

Di atas sistem kontrol umpan balik negatif dasar ini terdapat dua faktor tambahan yang

mempengaruhi konsentrasi kortisol plasma dengan mengubah-ubah frekuensi letupan

sekretorik : irama diurnal dan stres. Terdapat irama diurnal khas pada konsentrasi kortisol

plasma, dengan kadar tertinggi terjadi pada pagi hari dan terendah pada malam hari. Irama

diurnal yang bersifat intrinsik bagi sistem kontrol hipotalamus-hipofisis ini, terutama

berkaitan dengan siklus tidur-bangun. Variasi sekresi yang tergantung-waktu seperti ini

memiliki makna yang melebihi kepentingan akademik karena adanya beberapa alasan.

Pertama, secara klinis kita perlu mengetahui kapan sampel darah diambil jika menilai kadar

kortisol. Kedua, karena kortisol membantu individu menahan stres, penentuan waktu kapan

tindakan bedah akan dilakukan semakin diperhatikan.

Faktor utama lain yang independen terhadap, dan pada kenyataannya dapat mengalahkan

kontrol umpan balik negatif adalah stres. Sebagai respon terhadap segala jenis situasi stres,

terjadi peningkatan drastis sekresi kortisol, yang diperantarai oleh susunan saraf pusat melalui

Page 20: Referat Sindroma Cushing (Fix)

peningkatan aktivitas sistem CRH-ACTH. Secara umum, besarnya peningkatan konsentrasi

kortisol plasma sebanding dengan intensitas rangsangan stres; pengeluaran kortisol lebih

banyak dibangkitkan pada respons terhadap stres yang lebih besar dengan stres ringan.

Page 21: Referat Sindroma Cushing (Fix)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cushing Syndrome. Medline Plus. Available at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000410.htm. Accessed on July 6th,

2013.

2. Longo., Fauci., Kasper., Hauser., Jameson., Loscalzo. Harrison’s Manual of

Medicine. 18th Edition. McGraw Hill; New York; 2013. P 1026-28.

3. Price S. A., Wilson L.M. Patofisiologi; Konsel Klinis Proses-Proses Penyakit. Jil 2.

Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta:2006. P 1238-42.

4. Tierney L.M., McPhee S. J., Papadakis M. A. 2006 Current Medical Diagnosis and

Treatment. 45th ed. McGraw Hill: New York: 2006. P 1167-9.

5. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Ed 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta: 2001.

P. 609-57.

6. Longo. Fauci. Kasper. Hauser. Jameson. Loscalzo. Harrison’s : Principle of Internal

Medicine. 17th Edition. McGraw Hill; New York; 2008. P. 2254-9.