referat karsinoma rekti acc+++

39
REFERAT KARSINOMA REKTUM Oleh : Fadhlur Rahman H1A 004 017 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF BEDAH 1

Upload: maman160486

Post on 27-Jun-2015

2.908 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

REFERAT

KARSINOMA REKTUM

Oleh :

Fadhlur Rahman

H1A 004 017

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF BEDAH

FK UNRAM/RSUP NTB

JULI 2009

1

Page 2: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

PENDAHULUAN

Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran

cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu pemicu kanker rektal

adalah masalah nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker rektal merupakan salah satu jenis

kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia. Kanker rektal

adalah kanker yang menyerang kolon dan rektum. Namun, penyakit ini bukannya tidak

dapat disembuhkan. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka kemungkinan untuk

sembuh bisa mencapai 50 persen.3

Setiap waktu, kanker ini bisa menyerang seseorang. Risikonya akan terus

meningkat seiring dengan penambahan usia. Data dari Amerika Serikat dan Inggris

memperlihatkan, orang yang berusia antara 60 sampai 80 tahun berisiko tiga kali lipat dari

kelompok usia lainnya. Mereka yang memiliki riwayat peradangan saluran cerna seperti

kolit usus kronis, tergolong berisiko tinggi untuk berkembang menjadi kanker kolorektal.

Demikian juga dengan mereka yang memiliki riwayat penyakit kanker tersebut, risiko

terkena penyakit ini bisa menyerang pada kelompok usia mana pun di bawah 60 tahun. 3

Umumnya penderita datang dalam stadium lanjut, seperti kebanyakan tumor ganas

lainnya; 90% diagnosis karsinoma rekti dapat ditegakkan dengan colok dubur. Sampai saat

ini pembedahan adalah terapi pilihan untuk karsinoma rekti. 1,2,3,10

 

2

Page 3: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI DAN ANATOMI

Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior

sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada

bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus

oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah

ektraperitoneral. Vaskularisasi rektum berasal dari cabang arteri mesenterika inferior dan

cabang dari arteri iliaka interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus

hemorriodalis internus dan berjalan ke kranial ke vena mesenterika inferior dan seterusnya

melalui vena lienalis ke vena porta. Ca Recti dapat menyebar sebagai embulus vena

kedalam hati. Pembuluh limfe dari rektum diatas garis anorektum berjalan seiring vena

hemorriodalos superior dan melanjut ke kelenjar limfa mesenterika inferior dan aorta.

Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rektum dan anus didasarkan pada anatomi

saluran limfa ini. Dinding rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang tersusun oleh

epitel kolumner, mukosa muskularis, submukosa, muscularis propria dan serosa. 1,2,5,11

II. ANGKA KEJADIAN

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering terjadi

dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Tahun 2005,

diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di

kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan dengan

kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600 kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11

% dari kejadian kematian dari semua jenis kanker. 1, 4

Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian pada

hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization, 2003). Menurut data di

RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan keenam dari

10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana. Kanker rektal tercatat sebagai penyakit

yang paling mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan

teknologi dan juga adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar

50 persen, bahkan bisa dicegah.1,3,4

Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5%

pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki – laki memiliki insidensi

3

Page 4: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

terbanyak mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5. 1,2

Gambar 2. 1 Ca rekti

III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

1. Polip

Kepentingan utama dari polip bahwa telah diketahui potensial untuk menjadi

kanker kolorektal. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap,

dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma formation, perkembangan

dari displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi

tumor supresi gen, dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi

adenoma, perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma.13

2. Idiopathic Inflammatory Bowel Disease

2.1 Ulseratif Kolitis

Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1%

dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Risiko perkembangan kanker

pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding lurus dengan

keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis. Risiko kumulatif adalah 2% pada 10 tahun,

8% pada 20 tahun, dan 18% pada 30 tahun. Pendekatan yang direkomendasikan untuk

seseorang dengan risiko tinggi dari kanker kolorektal pada ulseratif kolitis dengan

mengunakan kolonoskopi untuk menentukan kebutuhan akan total proktokolektomi pada

pasien dengan kolitis yang durasinya lebih dari 8 tahun. Strategi yang digunakan

berdasarkan asumsi bahwa lesi displasia bisa dideteksi sebelum terbentuknya invasif

kanker. Sebuah studi prospektif menyimpulkan bahwa kolektomi yang dilakukan dengan

segera sangat esensial untuk semua pasien yang didiagnosa dengan displasia yang

4

Page 5: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

berhubungan dengan massa atau lesi, yang paling penting dari analisa mendemonstrasikan

bahwa diagnosis displasia tidak menyingkirkan adanya invasif kanker. Diagnosis dari

displasia mempunyai masalah tersendiri pada pengumpulan sampling spesimen dan variasi

perbedaan pendapat antara para ahli patologi anatomi.13

2.2 Penyakit Crohn’s

Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk menderita

kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif kolitis.

Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar 20%. Pasien

dengan striktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari adenokarsinoma pada tempat

yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada tempat strikturoplasty menjadikan

sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty.

Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada

fistula kronik pasien dengan crohn’s disease.14

3. Faktor Genetik

3.1 Riwayat Keluarga

Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker

kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang mempunyai

kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker kolorektal dua kali

lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat kanker

kolorektal pada keluarganya.13

3.2 Herediter Kanker Kolorektal

Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari normal menuju

mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan adenokarsinoma

yang besar berhubungan dengan mutasi. Langkah yang paling penting dalam menegakkan

diagnosa dari sindrom kanker herediter yaitu riwayat kanker pada keluarga. Mutasi sangat

jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p

ditunjukkan pada ¾ dari seluruh kanker kolon, dan deletion dari 5q ditunjukkan lebih dari

1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar.2 Dua sindrom yang utama dan beberapa

varian yang utama dari sindrom ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali

karakternya. Dua sindrom ini, dimana mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal

memiliki mekanisme yang berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan

hereditary non polyposis colorectal cancer (HNPCC).13

5

Page 6: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

3.3 FAP (Familial Adenomatous Polyposis)

Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC, yang berlokasi pada

kromosom 5q21. Adanya defek pada APC tumor supresor gen dapat menggiring kepada

kemungkinan pembentukan kanker kolorektal pada umur 40 sampai 50 tahun. Pada FAP

yang telah berlangsung cukup lama, didapatkan polip yang sangat banyak untuk dapat

dilakukannya kolonoskopi polipektomi yang aman dan adekuat; ketika hal ini terjadi,

direkomendasikan untuk melakukan prophylactic subtotal colectomy diikuti dengan

endoskopi pada bagian yang tersisa. Idealnya prophylactic colectomy harus ditunda kecuali

terdapat terlalu banyak polip yang dapat ditangani dengan aman. Prosedur pembedahan

elektif harus sedapat mungkin dihindari ketika memungkinkan. Screening untuk polip

harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP yang diberi 400 mg celecoxib, dua

kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata jumlah polip sebesar 28%. Tumor lain

yang mungkin muncul pada sindrom FAP adalah karsinoma papillary thyroid, sarcoma,

hepatoblastomas, pancreatic carcinomas, dan medulloblastomas otak. Varian dari FAP

termasuk gardner’s syndrom dan turcot’s syndrom.13,15

3.4 HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer)

Pola autosomal dominan dari HNPCC termasuk lynch’s sindrom I dan II.2

Generasi multipel yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal muncul pada umur yang

muda (±45 tahun), dengan predominan lokasi kanker pada kolon kanan. Abnormalitas

genetik ini terdapat pada mekanisme mismatch repair yang bertanggung jawab pada defek

eksisi dari abnormal repeating sequences dari DNA, yang dikenal sebagai mikrosatellite

(mikrosatellite instability). Retensi dari squences ini mengakibatkan ekspresi dari

phenotype mutator, yang dikarakteristikkan oleh frekuensi DNA replikasi error (RER+

phenotype), dimana predisposisi tersebut mengakibatkan seseorang memiliki multitude

dari malignansi primer. Pasien dengan HNPCC mungkin juga memiliki adenoma

sebaceous, carcinoma sebaceous, dan multipel keratocanthoma, Termasuk kanker dari

endometrium, ovarium, kandung kemih, ureter, lambung dan traktus biliaris. Jika

dibandingkan dengan sporadic kanker kolorektal, tumor pada HNPCC seringkali poorly

differentiated, dengan gambaran mucoid dan signet-cell, reaksi yang mirip crohn’s (nodul

lymphoid, germinal centers, yang berlokasi pada perifer inflitrasi kanker kolorektal),

kehadiran infiltrasi lymphocytes diantara tumor. Karsinogenesis yang terakselerasi muncul

pada HNPCC, pada keadaan ini adenoma kolon yang berukuran kecil dapat menjadi

karsinoma dalam 2-3 tahun, bila dibandingkan dengan proses pada rata-rata kanker

kolorektal yang membutuhkan waktu 8-10 tahun.

6

Page 7: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Pasien dengan HNPCC mempunyai kecenderungan untuk menderita kanker

kolorektal pada umur yang sangat muda, dan screening harus dimulai pada umur 20 tahun

atau lebih dini 5 tahun dari umur anggota keluarga yang pertama kali terdiagnosa kanker

kolorektal yang berhubungan HNPCC. Angka rata-rata pasien dengan HNPCC yang

didiagnosa menderita kanker kolorektal pada umur 44 tahun, dibandingkan dengan pasien

kontrol yang menderita kanker kolorektal pada umur 68 tahun. Prognosis dari pasien

HNPCC terlihat lebih baik daripada pasien dengan sporadic kanker kolon. Dari penelitian

menunjukkan bahwa pasien dengan HNPCC kurang mendapat manfaat dari adjuvant

kemoterapi berdasarkan kombinasi fluorourasil daripada pasien tanpa kelainan ini. 13,15

4. Diet

Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat

berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian,

meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara serat

dan kanker kolorektal. Ada dua hipotesis yang menjelaskan mekanisme hubungan antara

diet dan resiko kanker kolorektal. Teori pertama adalah pengakumulasian bukti

epidemiologi untuk asosiasi antara resistensi insulin dengan adenoma dan kanker

kolorektal. Mekanismenya adalah menkonsumsi diet yang berenergi tinggi mengakibatkan

perkembangan resistensi insulin diikuti dengan peningkatan level insulin, trigliserida dan

asam lemak tak jenuh pada sirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel kolon

untuk menstimulus proliferasi dan juga memperlihatkan interaksi oksigen reaktif.

Pemaparan jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kanker

kolorektal. Hipotesis kedua adalah identifikasi berkelanjutan dari agen yang secara

signifikan menghambat karsinogenesis kolon secara experimental. Dari pengamatan

tersebut dapat disimpulkan mekanismenya, yaitu hilangnya fungsi pertahanan lokal epitel

disebabkan kegagalan diferensiasi dari daerah yang lemah akibat terpapar toksin yang tak

dapat dikenali dan adanya respon inflamasi fokal, karakteristik ini didapat dari bukti

teraktifasinya enzim COX-2 dan stres oksidatif dengan lepasnya mediator oksigen reaktif.

Hasil dari proliferasi fokal dan mutagenesis dapat meningkatkan resiko terjadinya adenoma

dan aberrant crypt foci. Proses ini dapat dihambat dengan (a) demulsi yang dapat

memperbaiki permukaan lumen kolon; (b) agen anti-inflamasi; atau (c) anti-oksidan.

Kedua mekanisme tersebut, misalnya resistensi insulin yang berperan melalui tubuh dan

7

Page 8: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

kegagalan pertahanan fokal epitel yang berperan secara lokal, dapat menjelaskan hubungan

antara diet dan resiko kanker kolorektal.13,16

5. Gaya Hidup

Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali

untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan

merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita

adenoma yang berukuran besar.

Diperkirakan 5000-7000 kematian karena kanker kolorektal di Amerika

dihubungkan dengan pemakaian rokok. Pemakaian alkohol juga menunjukkan hubungan

dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal.

Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas, obesitas dan

asupan energi dengan kanker kolorektal. Pada percobaan terhadap hewan, pembatasan

asupan energi telah menurunkan perkembangan dari kanker. Interaksi antara obesitas dan

aktifitas fisik menunjukkan penekanan pada aktifitas prostaglandin intestinal, yang

berhubungan dengan risiko kanker kolorektal. The Nurses Health Study telah

menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya

adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan meningkatkan risiko

terjadinya adenoma.

6. Usia

Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut (≥ 65 thn) pria dan wanita adalah

61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir 7 kali (2158 per 100.000

orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut sekitar 4 kali (1192 per 100.000 orang per

tahun) bila dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda (30-64 thn). Sekitar

setengah dari kanker yang terdiagnosa pada pria yang berusia lanjut adalah kanker prostat

(451 per 100.000), kanker paru-paru (118 per 100.000) dan kanker kolon (176 per

100.000). Sekitar 48% kanker yang terdiagnosa pada wanita yang berusia lanjut adalah

kanker payudara (248 per 100.000), kanker kolon (133 per 100.000), kanker paru paru

(118 per 100.000) dan kanker lambung (75 per 100.000).

Usia merupakan faktor paling relevan yang mempengaruhi risiko kanker kolorektal

pada sebagian besar populasi. Risiko dari kanker kolorektal meningkat bersamaan dengan

usia, terutama pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih, dan hanya 3% dari kanker

kolorektal muncul pada orang dengan usia dibawah 40 tahun. Lima puluh lima persen

8

Page 9: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

kanker terdapat pada usia ≥ 65 tahun, angka insiden 19 per 100.000 populasi yang berumur

kurang dari 65 tahun, dan 337 per 100.000 pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun.13

Di Amerika seseorang mempunyai risiko untuk terkena kanker kolorektal sebesar

5%. Sedangkan kelompok terbesar dengan peningkatan risiko kanker kolorektal adalah

pada usia diatas 40 tahun. Seseorang dengan usia dibawah empat puluh tahun hanya

memiliki kemungkinan menderita kanker kolorektal kurang dari 10%. Dari tahun 2000-

2003, rata-rata usia saat terdiagnosa menderita kanker kolorektal pada usia 71 tahun.

Insidensi berdasarkan usia dibawah 20 tahun sebesar 0,0%, 20-34 tahun sebesar 0,9%, 35-

44 tahun sebesar 3,5%, 45-54 tahun sebesar 10,9%, 55-64 tahun sebesar 17,6%, 65-74

tahun sebesar 25,9%, 75-84 tahun sebesar 28,8%, dan > 85 sebesar 12,3%.17

IV. MANIFESTASI KLINIK

1. Histologi

Histologi merupakan suatu faktor penting dalam hal etiologi, penanganan dan

prognosis dari kanker. Secara mikroskopis kanker kolorektal mempunyai derajat

differensiasi yang berbeda-beda, tidak hanya dari tumor yang satu dengan tumor yang lain

tetapi juga dari area ke area pada tumor yang sama, mereka cenderung mempunyai

morfologi yang heterogen. Gambaran histopatologis yang paling sering dijumpai adalah

tipe adenocarcinoma (90-95%), adenocarcinoma mucinous (17%), signet ring cell

carcinoma (2-4%), dan sarcoma (0,1-3%).

Pada penelitian mengenai gambaran histologi kanker kolorektal dari tahun 1998-

2001 di Amerika Serikat yang melibatkan 522.630 kasus kanker kolorektal. Didapatkan

gambaran histopatologis dari kanker kolorektal sebesar 96% berupa adenocarcinoma, 2%

karsinoma lainnya (termasuk karsinoid tumor), 0,4% epidermoid carcinoma, dan 0,08%

berupa sarcoma. Proporsi dari epidermoid carcinoma, mucinous carcinoma dan carcinoid

tumor banyak diketemukan pada wanita. Secara keseluruhan, didapatkan suatu pola

hubungan antara tipe histopatologis, derajat differensiasi dan stadium dari kanker

kolorektal. Adenocarcinoma sering ditemukan dengan derajat differensiasi sedang dan

belum bermetastase pada saat terdiagnosa, signet ring cell carcinoma banyak ditemukan

dengan derajat differensiasi buruk dan telah bermetastase jauh pada saat terdiagnosa, lain

pula pada carcinoid tumor dan sarcoma yang sering dengan derajat differensiasi buruk dan

belum bermetastase pada saat terdiagnosa, sedangkan small cell carcinoma tidak memiliki

derajat differensiasi dan sering sudah bermetastase jauh pada saat terdiagnosa.

9

Page 10: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Dari 201 kasus kanker kolorektal periode 1994-2003 di RS Kanker Dharmais

(RSKD) didapatkan bahwa tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah

adenocarcinoma [diferensiasi baik 48 (23,88%), sedang 78 (38,80%), buruk 45 (22,39%)],

dan yang jarang adalah musinosum 19 (9,45%) dan signet ring cell carcinoma 11 (5,47%).

Jika dari hasil penelitian di RSKD didapatkan bahwa frekuensi terbanyak adalah

adenocarcinoma dengan derajat differensiasi sedang (38,80%), maka lain halnya dengan

penelitian yang dilakukan oleh Soeripto et al di Jogjakarta pada tahun 2001 yang

mendapati frekuensi derajat differensiasi kanker kolorektal banyak didominasi oleh derajat

differensiasi baik. Perbedaan pola demografik dan klinis yang berhubungan dengan tipe

histopatologis akan sangat membantu untuk studi epidemiologi, laboratorium dan klinis di

masa yang akan datang. 13,16

2. Gejala Klinis

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah : 1,2,5,7,8,12

Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar

maupun yang berwarna hitam.

Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB

Feses yang lebih kecil dari biasanya

Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut

atau nyeri

Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya

Mual dan muntah,

Rasa letih dan lesu

Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah

gluteus.

3. Metastase

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat

direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase

sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan

tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum

menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum lebih sering muncul pertama

kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena menuju vena

porta, maka metastase kanker kolon pertama kali paling sering di hepar.11

10

Page 11: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

V. DIAGNOSIS DAN STAGING

1. Diagnosis

Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,

diantaranya ialah : 1,2,5,7,8,9,12

1) Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan

Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan

2) Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining

awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,

pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,

tumor akan teraba keras dan menggaung.

1. Gambar 3. Pemeriksaan colok dubur pada Ca Rekti

Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu

penonjolan tepi, dapat berupa :

a. suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu

plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.

b. suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi umumnya

mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi

c. suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol

dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)

d. suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk cincin

Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:

a. Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah

terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung

os coccygis. Pada penderita perempuan sebaiknya juga dilakukan palpasi

11

Page 12: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

melalui vagina untuk mengetahui apakah mukosa vagina di atas tumor tersebut

licin dan dapat digerakkan atau apakah ada perlekatan dan ulserasi, juga untuk

menilai batas atas dari lesi anular. Penilaian batas atas ini tidak dapat dilakukan

dengan pemeriksaan colok dubur.

b. Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi

pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada

lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi lebih

dalam umumnya terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau perlekatan

ke struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior

vagina atau dinding anterior uterus.

c. Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik

pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau fiksasi lesi.

3) Dapat pula dengan Barium Enema,. yaitu Cairan yang mengandung barium

dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays pada traktus

gastrointestinal bawah.

4) Sigmoidoscopy , yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan

sigmoid apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope

dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat

diambil untuk biopsi.

5) Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid

apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan

melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil

untuk biopsi.

6) Biopsi. Jika ditemuka tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus

dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling

sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah

karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan

undifferentiated tumors.1,2

12

Page 13: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

2. Staging

The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging

system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV). 1,2,5

1. Stadium 0

Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada

mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.

2. Stadium I

Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan

melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar dinding

rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

3. Stadium II

Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak

menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.

4. Stadium III

Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar

kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.

5. Stadium IV

Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau

ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer

Gambar 7. Stadium Ca Recti I-IV

13

Page 14: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Tabel 1. CT Staging System for Rectal Cancer*

Stadium Deskripsi

T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding

rectum

T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal

T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang

berdekatan.

T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding

abdominal

T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal

 *Modified from Thoeni (Radiology, 1981)

Tabel 2. TNM/Modified Dukes Classification System*

TNM

Stadium

Modified Dukes

StadiumDeskripsi

T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa

T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria

T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural

T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric

T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric

T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan

Any T, M1 D Metastasis jauh

*Modified from the American Joint Committee on Cancer (1997)

14

Page 15: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

VI. PENTATALAKSANAAN

Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa adalah terapi

standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar untuk

kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk

stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga

dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan

stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan

radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai

neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan

terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan,

meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien

masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel

kanker yang tertinggal. 2,7

Tipe pembedahan yang dipakai antara lain : 1,2,9

Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat dihilangkan

tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker ditemukan dalam bentuk

polip, operasinya dinamakan polypectomy.

Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan anastomosis.

Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum lalu diidentifikasi apakah

limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.

Gambar 8. Reseksi dan Anastomosis Gambar 9. Reseksi dan Kolostomi

15

Page 16: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Pengangkatan kanker rektum biasanya dilakukan dengan reseksi abdominoperianal,

termasuk pengangkatan seluruh rectum, mesorektum dan bagian dari otot levator ani dan

dubur. Prosedur ini merupakan pengobatan yang efektif namun mengharuskan pembuatan

kolostomi permanen.

 Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah. Kanker yang

berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari garis dentate ) dapat dilakukan ”

restorative anterior resection” kanker 1/3 distal rectum merupakan masalah pelik. Jarak

antara pinggir bawah tumor dan garis dentate merupakan faktor yang sangat penting untuk

menentukan jenis operasi.

Goligher dkk berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa kegagalan operasi

”Low anterior resection ” akan terjadi pada kanker rectum dengan jarak bawah rectum

normal 2 cm. Angka 5 cm telah diterima sebagai jarak keberhasilan terapi. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh venara dkk pada 243 kasus menyimpulkan bahwa jarak lebih dari 3

cm dari garis dentate aman untuk dilakukan operasi ” Restorative resection”. ”Colonal

anastomosis” diilhami oleh hasil operasi Ravitch dan Sabiston yang dilakukan pada kasus

kolitis ulseratif. Operasi ini dapat diterapkan pada kanker rectum letak bawah, dimana

teknik stapler tidak dapat dipergunakan. Local excision dapat diterapkan untuk mengobati

kanker rectum dini yang terbukti belum memperlihatkan tanda-tanda metastasis ke kelenjar

getah bening. Operasi ini dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu transanal,

transpinchteric atau transsacral. Pendekatan transpinshter dan transacral memungkinkan

untuk dapat mengamati kelenjar mesorectal untuk mendeteksi kemungkinan telah terjadi

metastasis. Sedang pendekatan transanal memiliki kekurangan untuk mengamati

keterlibatan kelenjar pararektal.

Pada tumor rektum sepertiga tengah dilakukan reseksi dengan mempertahankan

sfingter anus, sedangkan pada tumor sepertiga distal dilakukan amputasi rektum melalui

reseksi abdominoperineal Quenu-Miles. Pada operasi ini anus turut dikeluarkan.

Pada pembedahan abdominoperineal menurut Quenu-Miles, rektum dan sigmoid

dengan mesosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limf pararektum dan retroperitoneal

sampai kelenjar limf retroperitoneal. Kemudian melalui insisi perineal anus dieksisi dan

dikeluarkan seluruhnya dengan rektum melalui abdomen.

Reseksi anterior rendah pada rektum dilakukan melalui laparotomi dengan

menggunakan alat stapler untuk membuat anastomosis kolorektal atau koloanal rendah.

Eksisi lokal melalui rektoskop dapat dilakukan pada karsinoma terbatas. Seleksi

penderita harus dilakukan dengan teliti, antara lain dengan menggunakan endoskopi

16

Page 17: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

ultrasonografik untuk menentukan tingkat penyebaran di dalam dinding rektum clan

adanya kelenjar ganas pararektal.

Indikasi dan kontra indikasi eksisi lokal kanker rectum

1. Indikasi

Tumor bebas, berada 8 cm dari garis dentate

T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound

Termasuk well-diffrentiated atau moderately well diffrentiated secara histologi

Ukuran kurang dari 3-4 cm

2. Kontraindikasi

Tumor tidak jelas

Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound

Termasuk Poorly diffrentiated secara histologi

2. Radiasi

Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut,

radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain

radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor

lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis

jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi

yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan

lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis

jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada

otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki

tumor lokal yang unresectable. 1,2,9

3. Kemoterapi

Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit

residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien

dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II

lanjut dan Stadium III). Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU)

dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-

FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya,

levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi leucovorin.

17

Page 18: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira – kira 15% dan menurunkan angka

kematian kira – kira sebesar 10%. 1,2,9

VII. PROGNOSIS

Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai berikut :

a. Stadium I - 72%

b. Stadium II - 54%

c. Stadium III - 39%

d. Stadium IV - 7%

Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa

kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi pada.

Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahu pertama setelah operasi. Faktor

– faktor yang mempengaruhi terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah,

stadium tumor, lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor. 2

18

Page 19: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.S

Umur : 24 tahun

Alamat : Kuripan Lobar

Nomor RM : 088336

MRS : 25/5/09

Pemeriksaan : 15 Juni 2009

II. KELUHAN UTAMA

Benjolan pada anus dan nyeri pada anus

III. ANAMNESA

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh terdapat benjolan pada anus, nyeri dan setiap BAB selalu

bercampur darah. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yll. Pada awalnya tidak

terdapat benjolan pada anus pasien. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien merasakan

adanya benjolan di anus yang mirip dengan daging tumbuh. Awalnya benjolan

sebesar biji kacang tanah, dan terus membesar hingga sekarang yang kira-kira

sebesar telur ayam. Benjolan ini tidak bisa dimasukkan walau pasien sudah

berusaha untuk memasukkan ke anus menggunakan jari. Benjolan ini tetap keluar

saat BAB atau tidak, benjolan ini juga sering berdarah terutama ketika BAB. Setiap

kali ke toilet untuk BAB, pasien mengaku harus mengedan dan membutuhkan

waktu yang lama untuk mengeluarkan feses. Feses yang keluar sedikit-sedikit dan

bentuknya lebih kecil, feses keluar selalu bercampur darah dan lendir. Darah yang

keluar berwarna merah segar dan terkadang merah kehitaman, darah tetap menetes

setelah feses keluar dan beberapa saat setelah selesai BAB, darah berhenti keluar.

Pasien merasa selalu tidak tuntas saat BAB. Nyeri dirasakan hilang timbul pada

daerah anus yang menjalar ke atas, nyeri terutama dirasakan ketika BAB dan flatus.

Selain itu juga, pasien mengeluh terdapat feses yang keluar dari lubang

penis. Keluhan ini dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu. Feses yang keluar

bentuknya encer dan berwarna kuning tidak bercampur darah. Feses keluar

19

Page 20: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

bersama-sama dengan keluarnya urin. Pasien juga mengaku terkadang keluar udara

dari lubang penis yang mirip dengan flatus. Keluhan ini dirasakan hingga sekarang.

Awalnya sekitar satu tahun yang lalu, pasien mengaku sering merasa ingin

BAB namun susah dikeluarkan. Pasien merasa selalu tidak tuntas saat BAB. Pasien

selalu mengedan dan membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkan feses,

kadang-kadang disertai dengan sedikit darah yang menetes. Pasien mengaku,

pasien jarang memakan makanan berserat. Selain itu, pasien juga mengaku berat

badannya berkurang hingga sekarang (badannya lebih kurus).

Riwayat Penyakit Dahulu: -

Riwayat Penyakit Keluarga: -

Riwayat Alergi: -

IV. PEMERIKSAAN FISIK (15 Juni 2009)

1. Tanda vital

Tensi : 120/70 Suhu : 36,7’C

Nadi : 78x/mnt Resp : 22x/mnt

2. Pemeriksaan fisik umum

a. Kepala-leher

Anemis (+/+) ikterus (-/-) pembesaran KGB (-)

b. Thorax-cardiovaskular

Cor : S1S2 tunggal-regular, murmur (-) gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)

c. Abdomen-pelvic-inguinal

Inspeksi : distensi (-)

Auskultas : BU (+) Normal

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen

20

Page 21: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

d. Uro-genital

Dalam batas normal

e. Anal-perianal

Inspeksi : Benjolan (+) 3x2x2 cm, permukaan tidak rata (berbenjol-benjol),

perdarahan (±)

Palpasi : Permukaan tidak rata (berbenjol-benjol), immobile, rapuh, nyeri

(±), perdarahan (±)

Rectal touché : tidak dilakukan karena pasien menolak

f. Extremitas atas-axilla

Dalam batas normal

g. Extremitas bawah

Dalam batas normal

h. Pemeriksaan fisik lokal (status lokalis)

Inspeksi : Benjolan (+) 3x2x2 cm, permukaan tidak rata (berbenjol-benjol),

perdarahan (±)

Palpasi : Permukaan tidak rata (berbenjol-benjol), immobile, rapuh, nyeri

(±), perdarahan (±)

Rectal touché : tidak dilakukan karena pasien menolak

V. RESUME

1. Anamnesis

Pasien berusia 24 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan pada anus

dan nyeri pada anus. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pada awalnya,

benjolan sebesar kacang tanah, terus membesar hingga sebesar telur ayam. Setiap

kali ke toilet untuk BAB, pasien mengaku harus mengedan dan membutuhkan

waktu yang lama untuk mengeluarkan feses. Feses yang keluar sedikit-sedikit dan

bentuknya lebih kecil, feses keluar selalu bercampur darah dan lendir. Darah yang

keluar berwarna merah segar dan terkadang merah kehitaman, darah tetap menetes

setelah feses keluar dan beberapa saat setelah selesai BAB, darah berhenti keluar.

21

Page 22: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Pasien merasa selalu tidak tuntas saat BAB. Nyeri dirasakan hilang timbul pada

daerah anus yang menjalar ke atas, nyeri terutama dirasakan ketika BAB dan flatus.

Selain itu juga, pasien mengeluh terdapat feses yang keluar dari lubang

penis. Keluhan ini dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu. Feses yang keluar

bentuknya encer dan berwarna kuning tidak bercampur darah. Feses keluar

bersama-sama dengan keluarnya urin. Pasien juga mengaku terkadang keluar udara

dari lubang penis yang mirip dengan flatus. Keluhan ini dirasakan hingga sekarang.

2. Pemeriksaan fisik (status lokalis)

Anal-perianal

Inspeksi : Benjolan (+) 3x2x2 cm, permukaan tidak rata (berbenjol-benjol),

perdarahan (±)

Palpasi : Permukaan tidak rata (berbenjol-benjol), immobile, rapuh, nyeri

(±), perdarahan (±)

Rectal touché : tidak dilakukan karena pasien menolak

VI. DIAGNOSIS

Tumor rektum ec. susp. karsinoma rektum + Fistula rektovesika

VII. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Hemorrhoid.

Prolaps recti.

VIII. USULAN PEMERIKSAAN

Diagnosis : Barium Enema, Sigmoidoscopy, Colonoscopy, Biopsi

Terapi : DL, BT, CT, BUN, SC, LFT

IX. RENCANA TERAPI

1. Operasi : Teknik Operasi Miles

2. Radioterapi dan Kemoterapi

X. PROGNOSIS

Dubius ad malam

22

Page 23: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien 24 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di anus dan

nyeri pada anus. Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosa menderita

tumor rectum yang diduga merupakan karsinoma rectum. Selain itu, pada pasien ini

terdapat fistula rektovesika

Pada anamnesis, pasien mengeluh terdapat benjolan pada anus dan nyeri pada anus.

Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pada awalnya, benjolan sebesar kacang

tanah, terus membesar hingga sebesar telur ayam. Setiap kali ke toilet untuk BAB, pasien

mengaku harus mengedan dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan feses.

Feses yang keluar sedikit-sedikit dan bentuknya lebih kecil, feses keluar selalu bercampur

darah dan lendir. Darah yang keluar berwarna merah segar dan terkadang merah

kehitaman, darah tetap menetes setelah feses keluar dan beberapa saat setelah selesai BAB,

darah berhenti keluar. Pasien merasa selalu tidak tuntas saat BAB. Nyeri dirasakan hilang

timbul pada daerah anus yang menjalar ke atas, nyeri terutama dirasakan ketika BAB dan

flatus.

Selain itu juga, pasien mengeluh terdapat feses yang keluar dari lubang penis. Keluhan

ini dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu. Feses yang keluar bentuknya encer dan

berwarna kuning tidak bercampur darah. Feses keluar bersama-sama dengan keluarnya

urin. Pasien juga mengaku terkadang keluar udara dari lubang penis yang mirip dengan

flatus. Keluhan ini dirasakan hingga sekarang.

Pada pemeriksaan fisik di daerah anal-perianal, pada inspeksi didapatkan Benjolan (+)

3x2x2 cm, permukaan tidak rata (berbenjol-benjol), perdarahan (±). Dari pemeriksaan

palpasi didapatlkan benjolan dengan permukaan tidak rata (berbenjol-benjol), immobile,

rapuh, nyeri tekan (±).

Pemeriksaan colok dubur pada pasien ini tidak dilakukan oleh karena pasien menolak.

Pemeriksaan colok dubur sangat penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan ini,

dapat diketahui beberapa hal penting yaitu keadaan tumor, mobilitas tumor dan ekstensi

penjalaran. Pada pasien dengan karsinoma rektum, ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan

colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu penonjolan tepi.

Selain itu, pada pasien ini terdapat fistula rektovesika. Fistula ini dapat terbentuk yang

dapat disebabkan oleh BAB yang terhambat sehingga dapat terjadi mikroperforasi,

kemudian muncul fistula yang berawal dari rektum menuju kandung kemih.

23

Page 24: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

Usulan pemeriksaan pada pasien ini yaitu pemeriksaan barium enema, sigmoidoscopy,

colonoskopy dan biopsi untuk memastikan letak tumor dan tipe tumor. Sedangkan

penatalaksanaan pada pasien ini adalah operative, radioterapi dan kemoterapi.

24

Page 25: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan, Isaac., 2006. Rectal carcinoma. Available from www.emedicine.com.

(Download : 18 Juni 2009)

2. Cirincione, Elizabeth., 2005. Rectal Cancer. Available from www.emedicine.com.

(Download : 18 Juni 2009).

3. Anonim, 2006. Mengatasi Kanker Rektal. Republika online. Available from

www.republika.co.id. (Download : 18 Juni 2009)

4. American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer

Society Inc. Atlanta

5. Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center,

University of Texas.

6. Azamris, Nawawir Bustani, Misbach Jalins., 1997. Karsinoma Rekti di RSUP Dr.

Jamil Padang, Cermin dunia Kedokteran No.120. Available from

http://www.kalbe.co.id (Download : 18 Juni 2009)

7. Anonim, 2006. Rectal Cancer Facts : What’s You Need To Know. Available from

Available from www.healthABC.info. (Download : 18 Juni 2009)

8. Anonim, 2006. Rectal Cancer - Overview, Screening, Diagnosis & Staging.

Available from www.OncologyChannel.com. (Download : 18 Juni 2009)

9. Anonim, 2005. Rectal Cancer Treatment. Available from

www.nationalcancerinstitute.htm. (Download : 18 Juni 2009)

10. Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM.

11. De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

12. Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku

Media Aesculapius. Jakarta.

13. Casciato DA, (ed). 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott Willi ams

& Wilkins: USA.p 201

14. Schwartz SI, 2005. Schwartz’s Principles of Surgery 8th Ed. United States of

America: The McGraw-Hill Companies.

15. Lynch HT, Chapelle ADL. Hereditary Colorectal Cancer. the New England Journal

of Medicine. Available from www.pubmed.com. p.348:919-932, (Download : 24

Juni 2009)

25

Page 26: Referat Karsinoma Rekti Acc+++

16. Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of

Cancer Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from

http://www.apocp.org/ cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,. (Download : 24

Juni 2009)

17. National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003,

Available from http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html. (Download : 24

Juni 2009)

26