referat kaki diabetik.doc

21
REFERAT Manfaat Minyak Tamanu dalam Pengobatan Kaki Diabetik Disusun oleh : Orisma Agnes Pongtuluran 11-2014-160 Malvin Wiraldo 11-2014-219 Fransisca Magdalena Sutrisna 11-2014-083 Chelsea Vanessa 11-2014-171 Yosi Erlin Aprilina 11-2014-092 Christine Merlinda Timotius 11-2014-351 Pembimbing : dr. Paran Bagionoto, Sp.B

Upload: zerinatin

Post on 07-Jul-2016

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Kaki Diabetik.doc

REFERAT

Manfaat Minyak Tamanu dalam Pengobatan

Kaki Diabetik

Disusun oleh :

Orisma Agnes Pongtuluran 11-2014-160

Malvin Wiraldo 11-2014-219

Fransisca Magdalena Sutrisna 11-2014-083

Chelsea Vanessa 11-2014-171

Yosi Erlin Aprilina 11-2014-092

Christine Merlinda Timotius 11-2014-351

Pembimbing :

dr. Paran Bagionoto, Sp.B

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Mardi Waluyo – Metro

Periode 7 Maret 2016 – 14 Mei 2016

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Page 2: Referat Kaki Diabetik.doc

Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-

Nya sehingga referat yang berjudul “Manfaat Minyak Tamanu pada Pengobatan Kaki

Diabetik” ini dapat diselesaikan.

Referat ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian

Ilmu Bedah RS Mardi Waluyo Metro.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu

dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Paran Bagionoto, Sp.B sebagai

pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta dukungan dalam penyusunan

referat ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan

semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan referat ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi

kesempurnaan referat ini.

Demikianlah kata pengantar dari penyusun, semoga referat ini bermanfaat untuk

menambah wawasan kita semua. Sekian dan terima kasih.

Metro, 11 April 2016

Tim Penyusun

1

Page 3: Referat Kaki Diabetik.doc

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….……………………………………………....……………….……1

Daftar Isi ...………………………………………………………………………………… 2

BAB I Pendahuluan ……..……………………………………………………………….... 3

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Kaki Diabetik .......................……………………………………………….4

2.2 Proses Penyembuhan Luka ………………………………………………... 7

2.3 Minyak Tamanu ............................................................................................ 10

BAB III Pembahasan ............................................................................................................ 12

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….... 13

2

Page 4: Referat Kaki Diabetik.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Kaki diabetik adalah komplikasi penyakit diabetes melitus yang relatif sering ditemui

dalam praktek sehari – hari. Saat ini jumlah jumlah pasien kaki diabetik yang harus

diamputasi masih relatif tinggi walaupun sebenarnya sasaran penanganan kasus kaki diabetik

adalah menghindari amputasi dengan cara identifikasi kasus diabetes melitus dengan risiko

kaki diabetik, perawatan kaki diabetik yang tepat serta pencegahan komplikasi lebih lanjut.

Kaki diabetik umumnya bermula dari luka atau ulkus kecil, Pada penderita diabetes

melitus, adanya suatu neuropati khususnya neuropati perifer sensorik, mengakibatkan

perlindungan terhadap jaringan tubuh sekitarnya berkurang. Duri kecil yang menusuk telapak

kaki misalnya, akan terabaikan karena sensibilitas yang terganggu selanjutnya kemungkinan

besar luka tersebut akan terinfeksi dan menjadi ulkus.

Terjadinya ulkus diabetik pada kaki sebenarnya multifaktorial. Di antaranya adalah

gangguan sensibilitas, motorik dan otonom yang terkait dengan saraf tepi, gangguan sistem

vaskuler dan sistem imun, pengetahuan penderita dan keluarga mengenai penyakitnya, dan

faktor ekonomi.

Tatalaksana penyakit kaki diabetik utamanya ditujukan pada pencegahan amputasi

ekstremitas bawah. Sasaran ini diharapkan tercapai dengan 3 strategi utama yaitu :

identifikasi kaki diabetik dini, pengobatan penyakit akut pada kaki, dan pencegahan

komplikasi. Edukasi pasien dan keluarga memegang peranan penting untuk dapat mencapai

ketiga sasaran tersebut

Identifikasi kaki diabetik dini merupakan hal penting untuk menghindari amputasi pada

penderita diabetes. Untuk mampu mengidentifikasi, pemahaman mengenai faktor risiko

terjadinya kaki diabetik harus ditingkatkan. Salah satunya adalah gangguan fungsi saraf tepi.

3

Page 5: Referat Kaki Diabetik.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kaki Diabetik

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik

diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan

tanda sebagai berikut :1

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik.

Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan

suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.1

Beberapa faktor risiko yang diakibatkan polineuropati adalah:

Lesi sensorik yang menyebabkan telapak kaki tidak sensitif terhadap lingkungan atau

landasan yang dapat melukai atau traumatik sehingga memicu terjadinya ulkus.

Lesi proprioseptif menyebabkan posisi bertumpu tubuh tidak tepat. Dalam waktu lama

akan terjadi perubahan struktur kaki karena pergeseran ligamentum dan proses

degenerasi tulang tulang kaki (akibat pembebanan yang tidak benar). Selain itu

gangguan proprioseptif menimbulkan gangguan pada kedinamisan tubuh. Tubuh

menjadi kurang seimbang sehingga penderita mudah terjatuh yang meningkatkan

kemungkinan terjadinya luka.

Lesi otonom (gangguan saraf simpatis) menyebabkan oedem kaki dan venous pooling

yang abnormal. Aliran darah dengan kadar oksigen yang kurang akan mengurangi

efektivitas perfusi jaringan. Lesi otonom menyebabkan kulit menjadi kering dan pecah

– pecah. Pada penderita diabetes lesi saraf, khususnya otonom dan proprioseptif, akan

terjadi kelainan sendi yakni menjadi rapuh dan mudah fraktur karena reabsorbsi tulang,

serta terjadi deformitas berat (artropati Charcot).

Lesi motorik menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah distal. Kombinasi lesi

motorik gangguan proprioseptif dan sensorik semakin menyebabkan posisi tubuh tidak

stabil, mudah jatuh, dan terluka. Atrofi otot intrinsik bersama proses degenerasi yang

mengenai ligamentum dan tulang menyebabkan perubahan struktur kaki karena terjadi

pergeseran tulang - tulang kaki (deformitas kaki) seperti hammer toe, claw toe.3

4

Page 6: Referat Kaki Diabetik.doc

Patofisiologi terjadinya ulkus diabetik dapat dilihat pada gambar 1.4

Gambar 1. Patogenesis ulkus diabetik5

Untuk melakukan identifikasi faktor risiko kaki diabetik, maka dapat dimulai dengan 3

(tiga) pertanyaan dasar yaitu :5

1. Apakah penderita mempunyai riwayat amputasi sebelumnya, riwayat ulkus pada

kaki?

2. Apakah penderita mengeluh kehilangan sensibilitas kaki?

3. Apakah ditemukan deformitas atau keterbatasan gerak persendian?

Setelah menemukan jawabannya, sekarang klinisi mulai menentukan langkah untuk mencari

risiko terjadinya ulkus. Neuropati diabetik yang disertai deformitas mempunyai risiko ulkus

diabetik 12,1 kali dibandingkan neuropati tanpa deformitas. (tabel 1)

Tabel 1. Kategori risiko ulkus diabetik6

Derajat Faktor Risiko Rekomendasi Terapi

0 Tidak ada neuropati sensoris Evaluasi setiap tahun

1 Neuropati sensoris Evaluasi setiap 6 bulan

2 Neuropati sensoris atau penyakit

vaskuler perifer dan atau deformitas

kaki

Terapi sepatu khusus

Edukasi berkala kepada penderita dan keluarga

5

Page 7: Referat Kaki Diabetik.doc

3 Bekas ulkus atau bekas amputasi Evaluasi setiap 1- 2 bulan

Terapi sepatu khusus

Edukasi berkala kepada penderita dan keluarga

Bila didapatkan ulkus diabetik, tentukanlah apakah ulkus tersebut disebabkan oleh neuropati

diabetik atau vaskuler, perbeddaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan tanda klinik ulkus diabetik akibat neuropati dan vaskuler7

Neuropati Diabetik Vaskular

Tanpa nyeri Nyeri

Lokasi ulkus pada titik tumpu terberat Lokasi ulkus bukan pada titik tumpu

Ada gambaran punched out di sekitar kalus Tidak ada

Kaki teraba hangat Kaki teraba dingin

Nadi kaki masih kuat Nadi kaki hilang

Selanjutnya tentukan klasifikasi ulkus diabetik pada penderita Diabetes mellitus. Menurut

Wagner dikutip oleh Waspadji S (tabel 3).8

Tabel 3. Klasifikasi Ulkus Diabetik

Derajat Klinis

0 Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.

1 Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.

2 Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.

3 Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.

4 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,

bagian depan kaki atau tumit.

5 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki

Gangguan penyembuhan luka pada ulkus diabetik dan luka kulit yang akut memiliki

patofisiologi yang kompleks. Ulkus diabetik, stasis vena, dan luka kronis terkait tekanan yang

tidak kunjung sembuh selalu disertai oleh hipoksia. Pada awalnya, hipoksia dapat memicu

penyembuhan luka dengan meningkatkan respon inflamasi melalui pembentukan radikal

bebas. Hipoksia yang lama dapat menyebabkan perfusi dan angiogenesis yang inadekuat.

Hiperglikemia juga dapat meningkatkan stres oksidatif ketika produksi oksigen reaktif

6

Page 8: Referat Kaki Diabetik.doc

melebihi kapasitas antioksidan. Pada orang yang memiliki penyakit diabetes, gangguan saraf

menyebabkan kurangnya infiltrasi leukosit karena denervasi kulit.

2.2. Proses penyembuhan luka

Semua proses pembedahan akan meninggalkan luka. Luka adalah defek struktur

anatomis dan fungsional dari suatu jaringan. Derajat luka dapat bervariasi, mulai dari

hilangnya integritas epitelial di kulit hingga di bawah jaringan subkutan, mengenai struktur

seperti tendon, otot, pembuluh darah dan saraf, organ parenkim dan tulang.9

Pada umumnya, luka dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu, yakni luka akut dan

luka kronis. Luka akut adalah luka yang dapat sembuh sendiri dan penyembuhannya sesuai

dengan waktu dan proses penyembuhan yang seharusnya, serta diakhiri dengan kembalinya

fungsi anatomis dan fungsional dari kulit tempat luka. Waktu penyembuhan luka akut

bervariasi dari 5 – 10 hari, atau dalam 30 hari. Luka kronis adalah luka yang gagal melalui

proses penyembuhan luka normal, tidak dapat diperbaiki dengan proses penyembuhan luka

normal, dan tidak sembuh dalam waktu yang seharusnya. Pada luka kronis terjadi proses

penyembuhan inkomplet yang terganggu oleh berbagai penyebab. Proses ini mengarah pada

penyembuhan dengan proses tak terkoordinasi, sehingga hasil akhir secara anatomis dan

fungsi kurang baik, serta sering terjadi relaps.9,10 Selain luka akut dan kronis, ada juga yang

disebut luka komplikata. Luka komplikata adalah kombinasi antara defek jaringan dan

infeksi. Pada luka ini terdapat lima tanda radang, yakni kemerahan, panas, nyeri, edema, dan

gangguan fungsi.9

Berjalannya proses penyembuhan luka pada umumnya, yakni melalui 4 fase yang

kontinyu, yakni: (1) koagulasi dan hemostasis, (2) inflamasi, (3) proliferasi, dan (4)

remodelling. Pengelompokkan berdasarkan fase dilakukan untuk memahami proses

penyembuhan luka. Proses ini adalah suatu proses yang kompleks dan melibatkan interaksi

yang terkoordinasi antara sistem imunologis dan biologis yang bermacam-macam. Termasuk

di dalam proses ini adalah serangkaian tahapan yang teregulasi dengan tepat sesuai dengan

kehadiran sel tertentu pada setiap tahap penyembuhan.9

Berikut ini adalah proses terjadinya penyembuhan luka.

Fase I: koagulasi dan hemostasis

Segera setelah terjadinya luka, maka proses koagulasi dan hemostasis akan dimulai di

tempat luka tersebut. Cedera mikrovaskular dan ekstravasasi darah akan menyebabkan

aktifnya mekanisme reflex neuronal sehingga terjadinya konstriksi cepat pembuluh darah

yang diakibatkan oleh kontraksi otot halus di otot sirkular dinding pembuluh darah.9

7

Page 9: Referat Kaki Diabetik.doc

Pada saat yang sama, proses koagulasi terjadi melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik

sehingga menyebabkan agregasi trombosit untuk mengurangi jumlah kehilangan darah dan

memicu pelepasan faktor pembekuan dari trombosit sehingga terbentuk bekuan darah, yang

terdiri dari fibronectin, fibrin, vitronectin, dan trombospondin, yang tidak hanya penting

untuk proses hemostasis, namun juga untuk fase inflamasi.9

Fase II: fase inflamasi

Setelah fase hemostasis dan koagulasi terjadi, selanjutnya terjadilah fase inflamasi

seluler dan humoral yang bertujuan untuk membangun pertahanan imun tubuh terhadap

invasi mikroorganisme. Fase inflamasi terbagi atas fase inflamasi awal dan fase inflamasi

akhir.9

- Fase inflamasi awal

Fase ini dimulai saat terjadinya akhir dari fase koagulasi hingga tak lama

setelahnya. Dalam fase ini terjadi aktivasi serangkaian komplemen dan inisiasi proses

molekuler yang menyebabkan terjadinya infiltrasi neutrofil pada tempat luka.

Neutrofil akan tertarik ke tempat luka dalam 24 – 36 jam setelah terjadinya luka

akibat adanya agen kemotaksis untuk melakukan fagositosis untuk menghancurkan

dan menyingkirkan bakteri, partikel asing, dan jaringan yang rusak.9

- Fase Inflamasi Akhir

Sel monosit darah akan berubah fenotipe di jaringan luka, dan menjadi makrofag

jaringan yang akan muncul pada tempat luka dan melanjutkan fagositosis 48 – 72 jam

setelah terjadinya luka. Sel monosit ini merupakan sel yang penting pada fase

inflamasi akhir. Setelah itu, limfosit akan tertarik ke tempat luka 72 jam setelah

terjadinya luka.9

Fase III: fase proliferasi

Ketika proses perlukaan sudah berhenti, hemostasis telah tercapai, dan respon imun

telah bekerja, luka akut akan memasuki proses reparasi jaringan. Fase ini dimulai tiga hari

setelah terjadinya luka dan bertahan selama kurang lebih dua minggu setelahnya. Pada level

makroskopis fase penyembuhan luka ini terlihat dalam pembentukan jaringan granulasi.

Proses-proses yang terjadi pada fase ini adalah sebagai berikut.9

- Migrasi fibroblas

Fibroblas pertama kali muncul di luka pada hari ketiga setelah terjadinya luka,

berproliferasi menjadi banyak, dan memproduksi matriks protein hyaluronan,

8

Page 10: Referat Kaki Diabetik.doc

fibronectin, proteoglikan, dan prokolagen tipe 1 dan 3, yang akan dideposit di

lingkungan tersebut.9

Di akhir minggu pertama, terjadi akumulasi matriks ekstraseluler yang akan

mendukung migrasi sel untuk proses penyembuhan. Pada saat ini, fibroblas akan

menjadi fenotipe miofibroblas, yang dapat berkontraksi dan menyebabkan

mendekatnya tepi-tepi luka. Setelah itu, fibroblas akan dieliminasi dengan melalui

mekanisme apoptosis.9

- Sintesis kolagen

Kolagen adalah komponen yang memegang peranan penting dalam semua fase

penyembuhan luka, terutama pada fase proliferasi dan remodelling, serta merupakan

pembentuk matriks intraseluler pada luka. Kolagen disintesis oleh fibroblas dan

berperan dalam integritas dan kekuatan jaringan.

- Angiogenesis dan pembentukan jaringan granulasi

Angiogenesis merupakan proses penting dalam penyembuhan luka dan terjadi

selama seluruh fase penyembuhan berlangsung. Sel endotel amatlah responsif

terhadap faktor angiogenik, terutama FGF, VEGF. Pada saat terjadi luka, maka akan

terjadi cedera mikrovaskuler yang menyebabkan kondisi hipoksia, sehingga jaringan

sekitar akan melepaskan molekul-molekul yang menstimulasi proliferasi dan faktor

pertumbuhan sel endotel. Awalnya, bagian tengah luka tidak memiliki suplai vaskular,

sehingga hanya jaringan yang berada di tepi luka saja yang akan mendapatkan suplai

darah dari pembuluh darah yang tidak terluka dan difusi dari interstitium. Kemudian,

kapiler dari sekitar luka kemudian akan menginvasi luka, dan dalam beberapa hari

akan membentuk jaringan mikrovaskular baru.9

- Epitelisasi

Migrasi sel epitel dimulai dari tepi luka dalam beberapa jam setelah perlukaan

terjadi. Awalnya, selapis sel akan terbentuk di atas luka, pada saat yang bersamaan

aktivitasi mitosis sel epitel juga akan meningkat di sekitar tepi luka. Sel-sel yang

bermigrasi kemudian akan menempel pada matriks di bawahnya, dan ketika sel epitel

yang tersebut saling bertemu, migrasi berhenti, dan membran basalis akan mulai

terbentuk.9

Fase IV: fase remodelling

Fase terakhir dalam proses penyembuhan luka adalah fase remodeling, dimana terjadi

pembentukan epitelium baru dan jaringan sikatriks. Sintesis matriks ekstraseluler pada fase

9

Page 11: Referat Kaki Diabetik.doc

proliferatif dan remodelling diawali dengan pembentukan jaringan granulasi. Fase ini dapat

bertahan hingga 1 – 2 tahun atau lebih. Proses remodelling luka akut diatur dengan ketat oleh

mekanisme regulasi dengan tujuan menjaga keseimbangan degradasi dan sintesis, sehingga

penyembuhan normal dapat tercapai. Serat kolagen dapat memperoleh kembali kekuatannya

hingga 80% dari kekuatan aslinya, tergantung lokalisasi reparasi dan lama penyembuhannya.9

Selama proses penyembuhan luka, ketebalan fibroblas dan makrofag akan berkurang

karena terjadinya apoptosis. Kemudian, pertumbuhan kapiler akan berhenti, sehingga aliran

darah ke area luka akan berkurang dan aktivitas metabolik juga akan menurun. Akhirnya

terbentuklah jaringan sikatriks matur dengan jumlah sel dan pembuluh darah yang sedikit.9

Gambar : Fase-fase penyembuhan luka pada kulit

2.3. Minyak Tamanu (Calophyllum inophyllum L.)

Calophyllum inophyllum L. (Calophyllaceae) adalah sejenis pohon cemara yang tumbuh

di sepanjang pantai dan pulau-pulau di Samudra Hindia dan Pasifik, terutama di Polinesia.11

Minyak yang diekstrak dari daun digunakan secara topikal untuk mengobati dermatosis,

urtikaria, dan eksim, selain itu, getah kulit pohonnya memiliki efek laksatif. Minyak yang

diolah secara cold-pressed (pemerasan dingin) digunakan untuk mempercepat penyembuhan

luka, mengurangi rasa nyeri akibat neuropati pada penyakit lepra. Minyak ini dapat

digunakan juga pada berbagai jenis luka bakar, luka pasca operasi dan luka bernanah, serta

dermatosis, akne, psoriasis, herpes, reumatik, dan gonorea.12 Minyak Calophyllum

inophyllum atau disebut juga minyak tamanu dalam berbagai penelitian dilaporkan juga

memiliki efek antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, dan meningkatkan kecepatan

reepitelialisasi pada luka.

Komponen yang terdapat dalam minyak Tamanu adalah:

1. Resin

10

Page 12: Referat Kaki Diabetik.doc

2. Asam lemak esensial (asam linolenat dan asam linoleat)

3. Sterol

4. Triterpene (friedeline, canophyllal, canophyllol, dan canophyllic acid)

5. Xanthone dan steroid (calophylline B, mesuaxanthone, jacareubine, desoxy-6

jacareubine, dimethyllallytetrahydroxy xanthone)

6. Coumarin:

a. Calophyllolide (memiliki efek antibakterial dan antiinfflamasi)

b. Inophyllolide (memiliki efek antiviral)

c. Calophyllic acid (memiliki efek anti parasit dan mempercepat

penyembuhan luka)

d. Tomentolide A

e. Desoxo-12-hydroxy-12 inophyllolide

f. Apetalolide

g. Calaustraline

h. Calafloride

7. Komponen aktif lainnya:

a. Inophyllic acid

b. Calophenic acid

c. Inophenic acid

d. Inophylloidic acid

Minyak tamanu dimanfaatkan dalam pengobatan luka dan penyakit kulit karena memiliki

efek antibakterial, antiparasitik, antiviral, antiinflamasi, antioksidan, dan mempercepat

penyembuhan luka.13 Efek antibakterial diduga ada pada minyak tamanu karena terdapat

komponen asam lemak yang menyebabkan sifat zat menjadi asam. Sifat antiinflamasi berasal

dari kandungan triterpene, xanthone, dan steroid, yang memiliki peran dalam menekan proses

peradangan. Sifat antioksidan berasal dari neo-flavonoid pada coumarin dan juga xanthone,

kedua komponen ini dapat mencegah terjadinya peroksidasi lipid, sehingga melindungi kulit

dari radikal bebas.

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam 20 tahun terakhir, minyak tamanu mulai banyak diteliti dalam bidang kesehatan

dan kecantikan. Penggunaan minyak tamanu dalam pengobatan luka sudah diterapkan di

daerah Pasifik dan Asia Tenggara secara tradisional sebelum adanya zaman pengobatan

11

Page 13: Referat Kaki Diabetik.doc

modern. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini membuktikan bahwa

minyak tamanu memiliki berbagai zat-zat aktif yang berfungsi untuk proses penyembuhan

luka.

Proses penyembuhan luka selalu melalui 4 fase yang kontinyu, yakni: (1) koagulasi dan

hemostasis, (2) inflamasi, (3) proliferasi, dan (4) remodelling. Komponen dalam minyak

tamanu dapat mempercepat fase-fase penyembuhan luka menjadi lebih cepat.

Setelah fase koagulasi dan hemostasis berakhir, maka segera dimulai fase inflamasi.

Pada fase inflamasi akan terjadi proses fagositosis untuk menghentikan invasi patogen.

Komponen asam lemak dan coumarin yang terkandung dalam minyak tamanu memiliki efek

antibakterial, antiviral, dan antifungal, sehingga mempercepat fagositosis dan penyembuhan.

Antioksidan yang terdapat pada coumarin dan xanthone dapat mengurangi efek radikal bebas

yang dapat merusak jaringan tubuh. Efek antiinflamasi yang ada pada tripertene, xanthone,

dan steroid akan mempercepat fase inflamasi, sehingga dapat segera memasuki fase

proliferasi.

Pada fase proliferasi, terjadi migrasi fibroblas, sintesis kolagen, angiogenesis dan

pembentukan jaringan granulasi, serta epitelialisasi. Kandungan coumarin pada minyak

tamanu dapat mempercepat epitelialisasi karena merupakan zat angiogeneik yang dapat

merangsang vascular endothelial growth factor (VEGF) pada sel endotel sehingga

mempercepat proses vaskularisasi jaringan dan pembentukan jaringan baru.

Pada tahap akhir, fase remodelling dimana terjadi proses apoptosis sehingga

pertumbuhan kapiler akan berhenti dan aktivitas metabolik jaringan terhenti, akhirnya terjadi

jaringan sikatriks matur. Minyak tamanu memiliki komponen xanthone yang dapat

membantu mempercepat pembentukan jaringan granulasi lalu menginduksi apoptosis,

sehingga proses remodelling menjadi lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boulton AJM, Kirsner RS, Vileikyte L. Neuropathic Diabetic Ulcers . N Engl J Med

2004; 351 :. 48 - 55.

2. Said G, Lacroix C, Lazeron P, Ropert A, Plante V, Adams D. inflammatory Vasculopathy

in Multifocal Diabetic Neuropathy. Brain 2003; 126 : 376 – 385.

12

Page 14: Referat Kaki Diabetik.doc

3. Boulton AJM, Malik RA, Arezzo JC, Sosenko JM. Diabetic Somatic Neuropathies.

Diabetes Care 2004 : 27(6). 1458 -78.

4. Boulton AJ. The Diabetic Foot. Blackweel Publising, 2002.

5. Meijer JWG, Smit AJ, Lefrandt JD, Van der Hoeven JH, Hoogenberg K, Links TP. Back

to Basics in diagnosing diabetic polyneuropathy with the tuning fork. Diabetes Care

2005; 28: 2201 – 2205.

6. Donnely R, Emsie – Smith AM, Gardner LG, Morris AD. ABC of arterial and venous

disease: vascular complications of diabetes. BMJ 2000; 320 : 1062 – 1066.

7. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III,

Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta 2006.

8. Misnadiarly. Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Penerbit Populer Obor,

Jakarta, 2006.

9. Velnar T, Bailey T, Smrkolj V. The Wound Healing Process: An Overview of the

Cellular and Molecular Mechanisms. J Int Med Res. 2009; 37(5): 1528-42.

10. Guo S, DiPietro L. Factors Affecting Wound Healing. J Dent Res. 2010; 89(3): 219-29.

11. Prabakaran K, Britto SJ. Biology, argoforestry and medicinal value of calophyllum

inophyllum L. (clusiacea): a review. International Journal of Natural Products Research

2012; 1(2): 24-33

12. Léguillier T, Lecsö-Bornet M, Lémus C, Rousseau-Ralliard D, Lebouvier N, Hnawia E,

et al. The wound healing and antibacterial activity of five ethnomedical calophyllum

inophyllum oils: an alternative therapeutic strategy to treat infected wounds. PLoS ONE

10(9): e0138602. doi:10.1371/journal.pone.0138602

13. Sundur S, Shrivastava B, Sharma P, Raj SS, Jayasekhar VL. A review article of

pharmacological activities and biological importance of calophyllum inophyllum. IJAR

2014; 2(12): 599-603.

13