referat histologi kulit

36
REFERAT DERMATO - VENEREOLOGI HISTOLOGI KULIT Arenta Mantasari H1A 008 009 Dante Yustisia H1A 008 035 PEMBIMBING : dr. Dedianto Hidajat, Sp. KK DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Upload: arrum-chyntia-yuliyanti

Post on 17-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

referat Histologi Kulit

TRANSCRIPT

REFERAT DERMATO - VENEREOLOGIHISTOLOGI KULIT

Arenta MantasariH1A 008 009Dante YustisiaH1A 008 035

PEMBIMBING : dr. Dedianto Hidajat, Sp. KK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINRUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis Panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas segala limpahan berkah dan pertolongan-Nya, sehingga Penulis bisa merampungkan referat ini tepat pada waktunya. Referat Dermato Venereologi yang berjudul Histologi Kulit ini Penulis susun dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP NTB.Penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada Penulis :1. dr. Yunita Hapsari, M.Sc, Sp.KK, selaku coordinator pendidikan Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP NTB/Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.2. dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK, selaku pembimbing penulisan referat ini.3. dr. Tjokorda Made Sugatha, Sp.KK, selaku supervisor.4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga Penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk menyempurnakan tulisan ini.Semoga referat ini dapat memberikan manfaat serta tambahan pengetahuan mengenai histologi kulit untuk aplikasi klinis sehari-hari bagi para pembaca, dan terutama sekali bagi Penulis sendiri. Terima kasih.

Mataram, Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar1Daftar Isi2Bab I Pendahuluan3Bab II Tinjauan Pustaka42.1 Fungsi Kulit42.2 Anatomi dan Histologi Kulit52.2.1 Epidermis .52.2.2 Sel-sel Tambahan Penyusun Epidermis82.2.3 Dermis...112.3 Pembuluh dan Reseptor Sensorik di Kulit...122.4 Struktur Asesorius Kulit...142.4.1 Rambut...142.4.2 Kuku172.4.3 Kelenjar-kelenjar di Kulit ...182.4.3.1 Kelenjar Sebasea ..182.4.3.2 Kelenjar Keringat 19Bab III Kesimpulan22Daftar Pustaka23

HISTOLOGI KULITReferat Dermatologi - VenereologiArenta Mantasari/Dante YustisiaBagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminRSUP NTB/Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

BAB 1PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi manusia sebagai host dari lingkungan sekitarnya, dan pada saat bersamaan juga memungkinkan terjadinya interaksi antara manusia dengan dunia luar. Kulit merupakan struktur yang dinamis, kompleks dan tersusun dari sel-sel, jaringan dan matriks yang terintegrasi satu sama lain untuk menjalankan fungsi kulit 1. Fungsi utama dari kulit adalah sebagai protektor, baik itu dari infeksi, trauma, ataupun pajanan sinar ultraviolet, dan fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi sensasi, termoregulator, ekskresi dan metabolik. Seluruh fungsi tersebut dapat berjalan karena susunan lapisan kulit beserta struktur-struktur di dalamnya yang khas, dengan fungsinya masing-masing 1,2,3. Kulit adalah organ terberat di tubuh, yang biasanya membentuk 15-20% berat badan total dan pada dewasa, memiliki luas permukaan sebesar 1,5-2m2 yang terpapar pada dunia luar. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan yang berasal dari ektoderm dan dermis, suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Taut dermis dan epidermis tidak teratur dan tonjolan dermis yang disebut papilla saling mengunci dengan evaginasi epidermis yang disebut epidermal ridges (rigi epidermis). Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Dibawah dermis terdapat hypodermis atau jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan adiposa 4.Selain sebagai protector terhadap berbagai pajanan lingkungan, secara tidak langsung kulit juga merupakan barrier antara organ interna dengan dunia luar. Jadi secara unik kulit juga dapat menimbulkan manifestasi akibat bahan-bahan berbahaya dari luar, maupun refleksi akibat penyakit-penyakit interna. Pemahaman yang baik mengenai kausa dan efek dari tiap penyakit dapat dikaitkan dengan kelainan pada struktur kulit yang mungkin terjadi, sehingga akan memudahkan dalam aplikasi klinis sehari-hari 5.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi KulitFungsi spesifik kulit terbagi menjadi kategori secara umum 2,3,4 :1. ProtektifKulit menyediakan sawar fisis terhadap rangsang termal dan mekanis seperti gaya gesekan dan kebanyakan pathogen potensial dan materi lain. Mikroorganisme mempenetrasi kulit memberi sinyal limfosit dan sel penyaji antigen (APC) di kulit dan respon imun meningkat. pigmen melanin gelap di epidermis melindungi sel dari radiasi ultraviolet. Permeabilitas kulit selektif memungkinkan sejumlah obat lipofilik seperti hormone steroid tertentu dan obat-obatan yang diberikan melalui koyo.2. SensorikFungsi ini memungkinkan kulit memantau lingkungan dengan mekanoreseptor di berbagai lokasi spesifik di kulit, yang penting untuk interaksi tubuh dengan objek fisis.3. TermoregulasiTemperatur tubuh yang konstan normalnya lebih mudah dipertahankan berkat komponen insulator kulit (misalnya, lapisan lemak dan rambut di kepala) dan mekanismenya untuk mempercepat pengeluaran panas (produksi keringat dan peran mikrovaskuler superficial).4. MetabolikSel kulit mensintesis vitamin D3, yang diperlukan pada metabolisme kalsium dan pembentukan tulang secara tepat melalui kerja system sinar UV setempat pada precursor vitamin ini. kelebihan elektrolit dapat dihilangkan melalui keringat dan lapisan subkutan menyimpan sejumlah energy dalam bentuk lemak.5. Sinyal seksualBanyak gambaran kulit seperti pigmentasi dan rambut adalah indicator visual kesehatan yang terlibat dalam ketertarikan antara jenis kelamin pada semua spesies vertebra, termasuk manusia. Efek feromon seks yang dihasilkan kelenjar keringat apokrin dan kelenjar lain dikulit juga penting untuk ketertarikan tersebut.6. EkskresiSebagian kecil metabolit tubuh dibuang melalui kulit dan beberapa kelenjar di dalamnya.7. IdentitasIntegritas dermal-epidermal memiliki variasi pasak dan lubang (peg and socket) pada sebagian besar kulit, tetapi dijumpai berupa alur (groove) dan rabung (ridge) yang terbentuk baik dikulit telapak tangan dan kaki yang tebal yang lebih tahan terhadap gesekan. Kombinasi dari gelungan, lekuk dan uliran disebut sebagai dermatoglyph yang juga dikenal sebagai sidik jari dan jejak kaki.

2.2 Anatomi dan Histologi Kulit2.2.1 Epidermis

Gambar 1. Dermis dan epidermis. (a) Tampakan mikrograf dari epidermis yang terletak diatas dermis (b) Tampakan mikrograf dari epidermis dan dermis dengan magnifikasi yang lebih kuat 3

Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng berkeratin yang disebut keratinosit. Tiga jenis sel epidermis yang jumlahnya lebih sedikit juga ditemukan yaitu melanosit, sel langerhans sel penyaji antigen (APC) dan sel merkel atau sel taktil epithelial. Epidermis memiliki perbedaan utama antara kulit tebal dan tipis. Kulit tipis dengan ketebalan lapisan antara 75 m sampai 150 m dan kulit tebal antara 400 sampai 1400 m (1,4 mm). Ketebalan kulit total (epidermis ditambah dermis) juga bervariasi menurut tempatnya. Misalnya pada punggung memiliki tebal 4 mm sedangkan kulit kepala 1,5mm 3,3,7,8.

Gambar 2. Variasi Anatomis Ketebalan Epidermis (A) Kulit akral (B) Kulit kelopak mata. Perbedaan nyata nampak pada ketebalan stratum korneum 1Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan keratinosit, yaitu 3,4: Stratum BasaleLapisan ini terdiri dari selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik. Hemidesmosom, yang terdapat di plasmalema basal membantu mengikat sel-sel ini pada lamina basal dan desmosom mengikat sel-sel di lapisan ini bersama-sama di permukaan atas dan lateralnya. Lapisan ini ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan bertanggung jawab atas produksi sel-sel epidermis diatasnya secara berkesinambungan. Meskipun sel punca untuk keratinosit di temukan di lapisan basal, lokus untuk sel tersebut juga ditemukan ditonjolan khusus selubung folikel rambut yang bersambung dengan epidermis. Epidermis manusia diperbaharui setiap 15-30 hari, bergantung pada usia, bagian tubuh dan faktor lain. Semua keratinosit dalam stratum basale mengandung filament keratin intermediate berdiameter 10 nm. Saat sel berpindah keatas, jumlah dan tipe filament keratin juga bertambah hingga mencapai setengah jumlah protein total di lapisan terluar.

Stratum SpinosumLapisan epidermis paling tebal terdiri dari sel kuboid atau agak gepeng dengan inti ditengah dengan nucleolus dan sitoplasma yang aktif mensintesis filament keratin. Tepat di atas lapisan basal, sejumlah sel masih membelah dan zona in disebut stratum germinativum. Filament keratin membentuk berkas yang tampak secara mikroskopis disebut dengan tonofibril yang berkonvergensi dan berakhir pada sejumlah desmosom yang menghubungkan secara kuat untuk menghindari gesekan. Epidermis di area yang rentan mengalami gesekan dan tekanan secara kontinu (seperti telapak kaki) memiliki stratum spinosum yang lebih tebal dengan lebih banyak tonofibril dan desmosom. Stratum GranulosumLapisan ini terdiri atas 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang mengalami diferensiasi terminal. sitoplasma berisikan massa basofilik intens disebut granul keratohialin. Struktur tersebut tidak berikatan dengan membrane dan terdiri atas massa filaggrin dan protein lain yang berhubungan dengan keratin tonofibril yang menghubungkannya dengan struktur sitoplasma besar pada proses keratinisasi. Gambaran lainnya berupa granul lamella pada mikroskop electron. Granul lamella merupakan suatu struktur lonjong yang mengandung banyak lamel yang dibentuk oleh berbagai lipid dan mengalami eksoditosis dan mencurahkan isinya ke dalam antar sel di stratum granulosum. Di tempat ini, materi kaya lipid membentuk lembaran-lembaran yang melapisi sel, yang kini lebih kecil daripada kantong pipih yang terisi keratin dan protein terkait. Lapisan selubung lipid merupakan komponen utama sawar epidermis terahadap kehilangan air dari kulit. Keratinisasi dan produksi lapisan yang kaya lipid memiliki efek pelindung yang penting di kulit, yang membentuk sawar terhadap penetrasi sebagian besar benda asing. Stratum LusidumLapisan ini hanya dimiliki pada kulit yang tebal, dan terdiri atas lapisan tipis translusen sel eosinofilik yang sangat pipih. Organel dan inti telah menghilang dan sitoplasma hampir sepenuhnya terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam matriks padat-elektron. Desmosom masih tampak diantara sel-sel yang bersebelahan. Stratum KorneumLapisan ini terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Filamen keratin mengandung sekurang-kurangnya 6 macam polipeptida dengan massa molekul antara 40 kDa sampai 70 kDa. Komposisi tonofilamen berubah sewaktu sel epidermis berdiferensiasi dan ketika massa tonofibril bertambah dengan protein lain dari granula keratohialin. Setalah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar dan membrane plasma yang menebal dan disebut sisik atau sel bertanduk. sel-sel tersebut secara kontinu dilepaskan pada permukaan stratum korneum.

Gambar 3. Lapisan Epidermis 3

2.2.2 Sel Tambahan Penyusun Epidermis MelanositWarna kulit ditentukan berbagai faktor, dan yang terpenting yaitu kandungan melanin dan karoten dalam keratinosit dan sejumlah pembuluh darah dalam dermis. Eumelanin adalah pigmen hitam kecoklatan yang dihasilkan oleh melanosit, suatu sel khusus epidermis yang terdapat di antara sel-sel lapisan basal dan folikel rambut. Pigmen serupa juga ditemukan dalam rambut merah disebut feomelanin. melanosit berasal dari Krista neural yang bermigrasi ke stratum basale yang berkembang dan ditempat ini akhirnya menetap untuk setiap 5 6 keratinosit basal 4. Melanin disintesis dalam melanosit dengan tirosinase. Tirosinase dan protein terkait tirosinase merupakan protein transmembran yang disintesis dalam reticulum endoplasma kasar. Aktivitas tirosinase mengubah tirosin menjadi 3,4 dihidroksifenilalanin (DOPA), yang kemudian diubah dan berpolimerasi menjadi melanin. Pigmen tersebut kemudian terikat pada matriks protein struktural di vesikel. Melanin menumpuk sampai membentuk granul matang yang terkumpul dalam apparatus Golgi, dan disebut sebagai melanosom. Granula melanin diangkut ke ujung dendrit melanosit. Keratinosit terikat di lapisan basal dan spinosum memfagosit ujung dendrit tersebut. Didalam setiap keratinosit, ujung dendrit tersebut berakumulasi dan membentuk tudung supranuklear yang menyerap dan menyebarkan sinar matahari dan melindungi DNA inti dari bahaya sinar UV 4.

Gambar 4. Transfer Melanin dari Melanosit ke Keratinosit. (1) Melanosom diproduksi di apparatus Golgi melanosit, (2) melanosom berpindah ke prosesus melanosit, (3) sel epitel memfagosit ujung dari prosesus melanosit, (4) melanosom berada di dalam keratinosit 3

Produksi melanin ditentukan oleh faktor genetic, hormone dan pajanan sinar matahari. Yang memiliki peranan terpenting dalam menentukan warna kulit adalah faktor genetic, yang membedakan jumlah dan tipe melanin yang dihasilkan melanosit serta ukuran, jumlah dan distribusi melanosom. Warna kulit tidak ditentukan oleh jumlah melanosit, karena seluruh ras memiliki jumlah yang serupa 3. Penggelapan warna kulit setelah pajanan sinar matahari merupakan hasil dari 2 tahapan. Mula-mula suatu reaksi fotokimia menggelapkan melanin yang ada, kemudian kecepatan sintesis melanin dalam melanosit dan transfer ke keratinosit meningkat, yang menambah jumlah pigmen ini 4. Sel (Langerhans) DendritikSel penyaji antigen (APC = Antigen Presenting Antigen) yang biasanya terlihat jelas di lapisan spinosum dan mewakili 2-8% sel-sel epidermis. Sel langerhans merupakan sel darah turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dan menyajikan antigen kepada limfosit T dengan cara yang sama sebagai sel dendritik imun pada organ lain. Sel langerhans beserta limfosit epidermal yang tersebar dan sel imun yang serupa di dermis membentuk komponen utama imunitas adaptif kulit, oleh karena lokasinya kulit secara kontinu berkontak erat dengan banyak molekul antigen. Berbagai gambaran epidermis berperan pada imunitas alami dan imunitas adaptif, yang menyediakan komponen imunologis pada keseluruhan fungsi perlindungan kulit 4.

Gambar 5. Melanosit, Sel Langerhans dan Sel Merkel 8

Sel (Merkel) TaktilSel taktil epithelial adalah mekanoreseptor yang menyerupai keratinosit terpulas pucat dengan keratin di sitoplasmanya tetapi dengan sedikit melanosom. Selain berasal dari Krista neuralis, sel merkel berlokasi di lapisan epidermal basal diarea sensitivitas taktil yang tinggi dan pada dasar folikel rambut. Permukaan basolateral sel berkonta dengan cakram terminal serabut sensorik tak bermielin yang mempenetrasi lamina basal. Sel taktil memiliki fungsi yang berkaitan dengan system neuroendokrin difus, selain sebagai mekanoreseptor untuk sensasi sentuhan 4. Limfosit Epidermis manusia normal mengandung persentase rendah (