referat hirschprung bedah

Upload: aga-haris

Post on 14-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    1/23

    1

    HIRSCHPRUNG DISEASE

    Referat Stase Bedah

    Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya

    Disusun oleh:

    Mohammad Iqbal Fenoza, S. Ked.

    08310199

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MALAHAYATI

    SMF BEDAH RSUD TASIKMALAYA

    2013

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    2/23

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Hischsprung Disease (HD) adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai

    pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. sembilan puluh persen (90%)

    terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan seluruh

    usus (Total Colonic Aganglionois (TCA)). Tidak adanya ganglion sel ini

    mengakibatkan hambatan pada gerakan peristaltik sehingga terjadi ileus fungsional

    dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih

    proksimal.

    Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick

    Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald

    Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1886. Namun

    patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga tahun 1938,

    dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada

    kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus akibat

    defisiensi ganglion.

    HD terjadi pada satu dari 5000 kelahiran hidup, Insidensi penyakit

    Hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000

    kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran

    35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit

    Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang dirujuk

    setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta.

    Mortalitas dari kondisi ini dalam beberapa decade ini dapat dikurangi dengan

    peningkatan dalam diagnosis, perawatan intensif neonatus, tekhnik pembedahan dan

    diagnosis dan penatalaksanaan HD dengan enterokolitis.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    3/23

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi:

    Penyakit hirschprung di karakteristikan sebagai tidak adanya sel ganglion di

    pleksus myenterikus (auerbachs) dan submukosa (meissners).

    2.2 Insidensi:

    Penyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko tertinggiterjadinya Penyakit hirschprung biasanya pada pasien yang mempunyai riwayat

    keluarga Penyakit hirschprung dan pada pasien penderitaDown

    Syndrome.1,4

    Rectosigmoid paling sering terkena sekitar 75% kasus, flexura

    lienalis atau colon transversum pada 17% kasus.

    Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan resiko

    terjadinya penyakit hirschsprung. Laporan insidensi tersebut bervariasi sebesar

    1.5 sampai 17,6% dengan 130 kali lebih tinggi pada anak laki dan 360 kali lebih

    tinggi pada anak perempuan. Penyakit hirschsprung lebih sering terjadi secara

    diturunkan oleh ibu aganglionosis dibanding oleh ayah. Sebanyak 12.5% dari

    kembaran pasien mengalami aganglionosis total pada colon (sindroma Zuelzer-

    Wilson). Salah satu laporan menyebutkan empat keluarga dengan 22 pasangan

    kembar yang terkena yang kebanyakan mengalami long segment aganglionosis

    Gambar 1. Hirschsprung Disease

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    4/23

    4

    2.3 Etiologi

    Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf

    parasimpatis myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu

    tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.

    2.4 Embriologi

    Mulai terbentuk pada kehidupan mudigah 7 somit (22 hari) sebagai akibat dari

    pelipatan mudigah keaarah cephalo caudal dan lateral, sehingga rongga yang

    dibatasi entoderm sebagian tercakup ke dalam mudigah dan membentuk usus

    sederhana. Pada bagian kepala dan ekor mudigah, usus sederhana membentuk

    tabung buntu masing-masing.

    Usus sederhana depan (fore gut)

    Usus sederhana belakang (hind gut)

    Diantaranya usus sederhana tengah (mid gut) yang untuk sementara tetap

    berhubungan dengan kandung kuning telur.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    5/23

    5

    Oesopagus

    Ketika modigah berumur 4 minggu, muncul diverticulum pada dinding ventral

    usus sederhana depan yang disebut (diverticulum tracheo bronchiale).

    Diverticulum ini berangsur-angsur dipisahkan dari bagian dorsal fore gut melaluiseptum oesopagotracheale. Dengan cara ini usus sederhana depan terbagi atas :

    Bagian ventral : primordium pernafasan

    Bagian dorsal : oesopagus

    Lambung

    Pertumbuhan lambung mulai pada minggu ke-4 sebagai suatu pelebaran usus

    depan yang berbentuk kumparan.

    Minggu-minggu berikutnya kedudukannya sangat berubah akibat perbedaan

    kecepatan pertumbuhan pada berbagai dindingnya dan perubahan kedudukan

    alat-alat disekitarnya

    Perubahan kedudukan lambung karena ia berputar sekitar sumbu memanjang dan

    sumbu antero posterior.

    Hati dan Kandung Empedu

    Terbentuk pada pertengahan minggu ke tiga sebagai epitel entoderm pada ujungdistal fore gut.

    Pertumbuhan ini dikenal sebagi diverticulum hepatis (tunas hati). Tunas hati

    terdiri atas berkas-berkas sel yang berproliferasi dengan cepat dan menempus

    septum transversum yaitu lempeng mesoderm. Sementara sel-sel hati menembus

    septum transversum, hubungan tunas hati dan duodenum menyempit. Dengan ini

    terbentuk saluran empedu. Dari saluran empedu, terbentuk tonjolan ke ventral

    yang menghasilkan kandung empedu dan ductus cysticus.

    Perkembangan Usus Sederhana Tengah (mid gut)

    Perkembangan usus tengah ditandai oleh cepat memanjangnya usus dan

    mesenteriumnya, sehingga terbentuk jerat usus primer. Pada puncaknya jerat ini

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    6/23

    6

    tetap berhubungan dengan kandung telur melalui ductus vitellinus yang sempit.

    Bagian cranial jerat usus akan membentuk :

    Bagian distal duodenum

    Yeyenum

    Ileum (sebagian)

    Bagian Caudal jerat usus akan membentuk:

    Bagian bawah ileum

    Caecum

    Appendix

    Colon ascenden

    2/3 proksimal colon transfersum

    Perkembangan usus sederhana belakang

    Usus sederhana belakang membentuk :

    1/3 distal colon transversum

    Colon ascendens

    Sigmoid

    Rectum

    Batas atas canalis analis

    Bagian usus sederhana belakang bermuara kedalam cloaka (suatu rongga yang

    di lapisi entoderm yang berhubungan langusung dengan entoderm permukaan).

    Pada pertemuan antara entoderm dan ektoderm terbentuk membrana cloacalis.Pada perkembangan selanjutnya tumbuh septum urorectal pada sudut antara

    alantois dan usus belakang. Sekat ini berlanjut tumbuh ke caodal sambil

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    7/23

    7

    membagi cloaka menjadi : Sinus urogenitalis sederhana (depan) , Canalis

    anorectalis (belakang).

    Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum urorectal mencapai membran

    cloacalis yang akan terbagi menjadi : Membran analis, Membran urogenitalis,Membran analis dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan mesenchim.

    Pada minggu ke 8 selaput ini ditemukan pada dasar lekukan ektoderm yang

    akan menjadi lobang anus atau proktodium. Dalam minggu ke 9, membran analis

    koyak dan terbentuklah jalan terbuka antara rektum dan dunia luar. Bagian atas

    canalis analis berasal dari entoderm dan didarahi oleh A.mesenterica inferior.

    Bagian bawah (1/3 bawah) berasal dari ektoderm dan didarahi oleh A.pudenda

    interna. Pertemuan keduanya disebut linea dentata atau linea pertinatum.

    Secara embriologik , kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolonkiri sampai dengan rectum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan

    embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon

    kanan dan sekum mempunyai mesenterium yang bebas. Keadaan ini

    memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama

    halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid

    dengan radiksnya yang sempit.

    2.5 Anatomi dan fisiologi colon

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    8/23

    8

    Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5

    kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter

    usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5cm), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi

    menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan

    apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau

    tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari

    ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum,

    descendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu

    pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan

    fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu

    lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon

    sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon sigmoid sampaidengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang dilindungi

    oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani

    adalah 5,9 inci.

    Gambar 2. Persyarafan usus

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    9/23

    9

    Dinding kolon terdiri dari empat lapisan yaitu tunika serosa, muskularis, tela

    submukosa, dan tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai gambaran-

    gambaran yang khas berupa: lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna

    tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu pada

    sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus tertarik

    dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra. Pada

    taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang disebut

    apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus

    lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak

    daripada usus halus.

    Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior.

    Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari

    sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika

    superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika

    dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesenterika inferior

    memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon

    transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior

    mempunyai tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior,

    dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria

    sakralis media dan arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena

    dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior

    serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang

    mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkandarah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada

    anastomosis antara vena hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga

    peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena

    ini dan mengakibatkan hemorroid. Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti

    arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior

    dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna kili yang bermuara ke

    dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini

    menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe

    leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti

    aliran pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis animenyebar ke nodi limfatisi iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe

    anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe inguinalis superficialis.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    10/23

    10

    Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter

    eksternus yang diatur secara voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf

    vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari

    daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars

    torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis

    preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang mengikuti aliran arteri

    utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan submukosa

    (meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan

    kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis

    mempunyai efek yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah

    aktivitas refleks lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosus intramural

    (Meissner dan Aurbach) dan interkoneksinya. Jadi pasien dengan kerusakan

    medula spinalis maka fungsi ususnya tetap normal, sedangkan pasien dengan

    penyakit hirschsprung akan mempunyai fungsi usus yang abnormal karena pada

    penyakit ini terjadi keabsenan pleksus aurbach dan meissner.

    Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri.

    2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksasi, sedangkan 1/3

    bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatifmobile. Kedua bagian ini

    dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang

    dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari

    usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proximal;

    dikelilingi oleh sphincter ani (eksternal dan internal) serta otot-otot yangmengatur pasase isi rektum ke dunia luar. Sphincter ani eksterna terdiri dari

    3sling: atas, medial dan depan .

    Persarafan motorik spinchter ani interna berasal dari serabut saraf simpatis (N.

    hipogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut saraf parasimpatis

    (N. splanknicus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut saraf ini

    membentuk pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersarafi oleh N.

    sakralis III dan IV. Nervus pudendalis mempersarafi sphincter ani eksterna dan

    m.puborektalis. Saraf simpatis tidak mempengaruhi otot rektum. Defekasi

    sepenuhnya dikontrol oleh N. splanknikus (parasimpatis). Akibatnya kontinensia

    sepenuhnya dipengaruhi oleh N. pudendalis dan N. splanknikus pelvik (saraf

    parasimpatis).

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    11/23

    11

    Sistem saraf otonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :

    1. Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal

    2. Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler

    3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa

    Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ketiga

    pleksus tersebut.

    2.5. Patogenesis:

    Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan

    sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian yang

    abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian

    yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian

    aganglionik selalu terdapt dibagian distal rectum.

    Dasar patofisiologi dari HD adalah tidak adanya gelombang propulsive danabnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang

    disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis pada usus

    besar.

    Gambar 2. Lapisan usus

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    12/23

    12

    Hipoganglionosis

    Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis.

    Area tersebut dapat juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan

    dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal dan kerapatansel berkurang 5 kali dari jumlah normal. Pada colon inervasi jumlah plexus

    myentricus berkurang 50% dari normal. Hipoganglionosis kadang mengenai

    sebagian panjang colon namun ada pula yang mengenai seluruh colon.

    Imaturitas dari sel ganglion

    Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan

    pemeriksaan LDH (laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki

    sitoplasma yang dapat menghasilkan dehidrogenase.

    Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwanns dan sel saraf

    lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi

    succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah pada minggu pertama

    kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi SDH yang

    memerlukan waktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis

    adalah hubungan antara imaturitas dan hipoganglionosis.

    Kerusakan sel ganglion

    Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari

    vaskular atau nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah

    infeksi Trypanosoma cruzi(penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi

    kronis seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel ganglion karena aliran

    darah yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat tindakan pull

    through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.

    Tipe Hirschsprungs Disease:

    Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena.

    Tipe Hirschsprun disease meliputi:

    Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil darirectum.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    13/23

    13

    Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon. Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.

    Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dankadang sebagian usus kecil.

    2.6. Diagnosis

    2.6.1. Anamnesis

    Diagnosis penyakit ini dapat dibut berdasarkan adanya konstipasi pada

    neonatus. Gejala konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya

    mekonium untuk dikeluarkan dalam waktu 48 jam setelah lahir. Tetapi gejala

    ini biasanya ditemukan pada 6% atau 42% pasien. Gejala lain yang biasanyaterdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasase usus,poor feeding,

    vomiting. Apabila penyakit ini terjdi pada neonatus yang berusia lebih tua maka

    akan didapatkan kegagalan pertumbuhan. Hal lain yang harus diperhatikan

    Gambar 3. Anatomi usus

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    14/23

    14

    adalah jika didapatkan periode konstipasi pada neonatus yang diikuti periode

    diare yang massif kita harus mencurigai adanya enterokolitis. Pada bayi yang

    lebih tua penyakit hirschsprung akan sulit dibedakan dengan kronik konstipasi

    dan enkoperesis. Faktor genetik adalah faktor yang harus diperhatikan pada

    semua kasus. Pemeriksaan barium enema akan sangat membantu dalam

    menegakkan diagnosis. Akan tetapi apabila barium enema dilakukan pada hari

    atau minggu awal kelahiran maka zone transisi akan sulit ditemukan. Penyakit

    hirschsprung klasik ditandai dengan adanya gambaran spastic pada segmen

    distal intestinal dan dilatasi pada bagian proksimal intestinal.

    2.6.2.Gejala klinik:

    Pada bayi yang baru lahir, kebanyakan gejala muncul 24 jam pertama

    kehidupan. Dengan gejala yang timbul: distensi abdomen dan bilious emesis.

    Tidak keluarnya mekonium padsa 24 jam pertama kehidupan merupakan tanda

    yang signifikan mengarah pada diagnosis ini. Pada beberapa bayi yang baru

    lahir dapat timbul diare yang menunjukkan adanya enterocolitis.

    Pada anak yang lebih besar, pada beberapa kasus dapat mengalami

    kesulitan makan, distensi abdomen yang kronis dan ada riwayat

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    15/23

    15

    konstipasi.Penyakit hirschsprung dapat juga menunjukkan gejala lain seperti

    adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia dan

    peritonitis.

    Kebanyakan anak-anak dengan hirschsprung datang karena obstruksiintestinal atau konstipasi berat selama periode neonatus. Gejala kardinalnya

    yaitu gagalnya pasase mekonium pada 24 jam pertama kehidupan, distensi

    abdomen dan muntah. Beratnya gejala ini dan derajat konstipasi bervariasi

    antara pasien dan sangat individual untuk setiap kasus. Beberapa bayi dengan

    gejala obstruksi intestinal komplit dan lainnya mengalami beberapa gejala

    ringan pada minggu atau bulan pertama kehidupan.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    16/23

    16

    Beberapa mengalami konstipasi menetap, mengalami perubahan pada pola

    makan, perubahan makan dari ASI menjadi susu pengganti atau makanan padat.

    Pasien dengan penyakit hirschsprung didiagnosis karena adanya riwayat

    konstipasi, kembung berat dan perut seperti tong, massa faeses multipel dan

    sering dengan enterocolitis, dan dapat terjadi gangguan pertumbuhan. Gejala

    dapat hilang namun beberapa waktu kemudian terjadi distensi abdomen. Pada

    pemeriksaan colok dubur sphincter ani teraba hipertonus dan rektum biasanya

    kosong.

    Umumnya diare ditemukan pada bayi dengan penyakit hirschsprung yang

    berumur kurang dari 3 bulan. Harus dipikirkan pada gejala enterocolitis dimana

    merupakan komplikasi serius dari aganglionosis. Bagaimanapun hubungan

    antara penyakit hirschsprung dan enterocolitismasih belum dimengerti. Dimana

    beberapa ahli berpendapat bahwa gejala diare sendiri adalah enterocolitisringan.

    Enterocolitis terjadi pada 12-58% pada pasien dengan penyakit

    hirschsprung. Hal ini karena stasis feses menyebabkan iskemia mukosal dan

    invasi bakteri juga translokasi. Disertai perubahan komponen musin dan

    pertahanan mukosa, perubahan sel neuroendokrin, meningkatnya aktivitas

    prostaglandin E1, infeksi oleh Clostridium difficile atauRotavirus.

    Patogenesisnya masih belum jelas dan beberapa pasien masih bergejala

    walaupun telah dilakukan colostomy. Enterocolitis yang berat dapat berupa

    toxic megacolon yang mengancam jiwa. Yang ditandai dengan demam, muntah

    berisi empedu, diare yang menyemprot, distensi abdominal, dehidrasi dan syok.

    Ulserasi dan nekrosis iskemik pada mukosa yang berganglion dapat

    mengakibatkan sepsis dan perforasi. Hal ini harus dipertimbangkan pada semua

    anak dengan enterocolisis necrotican. Perforasi spontan terjadi pada 3% pasien

    dengan penyakit hirschsprung. Ada hubungan erat antara panjang colon yang

    aganglion dengan perforasi.

    2.6.3. Pemeriksaan penunjang :

    Diagnostik utama pada penyakit hirschprung adalah dengan pemeriksaan:

    1. Barium enema

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    17/23

    17

    Pada pasien penyakit hirschprung spasme pada distal rectum memberikan

    gambaran seperti kaliber/peluru kecil jika dibandingkan colon sigmoid yang

    proksimal. Identifikasi zona transisi dapat membantu diagnosis penyakit

    hirschprung.1Segmen aganglion biasanya berukuran normal tapi bagian

    proksimal usus yang mempunyai ganglion mengalami distensi sehingga pada

    gambaran radiologis terlihat zona transisi. Dilatasi bagian proksimal usus

    memerlukan waktu, mungkin dilatasi yang terjadi ditemukan pada bayi yang

    baru lahir. Radiologis konvensional menunjukkan berbagai macam stadium

    distensi usus kecil dan besar. Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung

    yang dapat ditemukan pada pemeriksaan barium enema, yang paling penting

    adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan dari lateral sangat penting untuk

    melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensi dari barium pada 24

    jam dan disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak spesifik.

    Enterokolitis pada Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen

    yang ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang

    disebabkan oleh oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan

    tersebut dapat terlihat jelas dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100%

    penting pada penyakit Hirschsprung jika sel ganglion ada. Tidak adanya sel

    ganglion, perlu dipikirkan ada teknik yang tidak benar dan dilakukan biopsi

    yang lebih tebal. Diagnosis radiologi sangat sulit untuk tipe aganglionik yang

    long segmen , sering seluruh colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar

    kasus dan kolon mungkin terlihat normal/dari semula pendek/mungkin

    mikrokolon. Yang paling mungkin berkembang dari hari hingga minggu. Padaneonatus dengan gejala ileus obstruksi yang tidak dapat dijelaska. Biopsi rectal

    sebaiknya dilakukan. Penyakit hirschsprung harus dipikirkan pada semua

    neonates dengan berbagai bentuk perforasi spontan dari usus besar/kecil atau

    semua anak kecil dengan appendicitis selama 1 tahun.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    18/23

    18

    2. Anorectal manometry

    Dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit hirschsprung, gejala yang

    ditemukan adalah kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika rectum

    dilebarkan dengan balon. Keuntungan metode ini adalah dapat segera dilakukan

    dan pasien bisa langsung pulang karena tidak dilakukan anestesi umum. Metode

    ini lebih sering dilakukan pada pasien yang lebih besar dibandingkan pada

    neonatus.

    3. Biopsy rectal

    Merupakangold standard untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. Pada

    bayi baru lahir metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena

    menggunakan suction khusus untuk biopsy rectum. Untuk pengambilan sample

    biasanya diambil 2 cm diatas linea dentate dan juga mengambil sample yang

    normal jadi dari yang normal ganglion hingga yang aganglionik. Metode ini

    biasanya harus menggunakan anestesi umum karena contoh yang diambil pada

    mukosa rectal lebih tebal.

    2.7.Diagnosis Banding

    Diagnosis banding dari Hirschprung harus meliputi seluruh kelainan dengan

    obstruksi pada distal usus kecil dan kolon, meliputi:

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    19/23

    19

    Obstruksi mekanik

    Meconium ileus Simple Complicated (with meconium cyst or peritonitis) Meconium plug syndrome Neonatal small left colon syndrome Malrotation with volvulus Incarcerated hernia Jejunoileal atresia Colonic atresia Intestinal duplication Intussusception NEC

    Obstruksi fungsional

    Sepsis Intracranial hemorrhage Hypothyroidism Maternal drug ingestion or addiction Adrenal hemorrhage Hypermagnesemia Hypokalemia

    2.8Tatalaksana

    Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari

    diagnosis yang tepat dan penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan

    Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan tergantung dari kondisi anak dan respon

    dari terapi awal.. Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout

    serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik

    spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan

    intravena. Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy

    Diagnosis dari penyakit hirschsprung pada semua kasus membutuhkan

    pendekatan pembedahan klinik terdiri dari prosedur tingkat multipel. Hal ini

    termasuk kolostomi pada neonatus, diikuti dengan operasipull-through definitif

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    20/23

    20

    setelah berat badan anak >5 kg (10 pon). Ada 3 pilihan yang dapat digunakan,

    untuk setiap prosedurnya, prinsip dari pengobatan termasuk menentukan lokasi

    dari usus di mana zona transisi antara usus ganglionik dan aganglionik, reseksi

    bagian yang aganglionik dari usus dan melakukan anastomosis dari daerah

    ganglionik ke anus atau bantalan mukosa rektum.

    Dewasa ini ditunjukkan bahwa prosedurpull-through primer dapat dilakukan

    secara aman bahkan pada periode neonatus. Pendekatan ini mengikuti prinsip

    terapi yang sama seperti pada prosedur bertingkat melindungi pasien dari

    prosedur pembedahan tambahan. Banyak dokter bedah melakukan diseksi intra

    abdominal menggunakan laparoskop. Cara ini terutama banyak pada periode

    neonatus yang dapat menyediakan visualisasi pelvis yang baik. Pada anak-anak

    dengan distensi usus yang signifikan adalah penting untuk dilakukannya periode

    dekompresi menggunakan rectal tube jika akan dilakukansingle stage pull-through. Pada anak-anak yang lebih tua dengan kolon hipertrofi, distensi ekstrim,

    kolostomi dilakukan dengan hati-hati sehingga usus dapat dekompresi sebelum

    dilakukan prosedurpull-through. Namun, harus ditekankan, tidak ada batas umur

    pada prosedurpull-through.

    Dari ketiga prosedurpull-through yang dilakukan pada penyakit Hirschsprung

    yang pertama adalah prosedur Swenson. Pada operasi ini rektum aganglionik

    diseksi pada pelvis dan dipindahkan ke anus. Kolon ganglionik lalu

    dianastomosis ke anus melalui pendekatan perineal. Pada prosedur Duhamel,

    diseksi di luar rektum dibatasi terhadap ruang retrorektal dan kolon ganglionik

    dianastomosis secara posterior tepat di atas anus. Dinding anterior dari kolon

    ganglionik dan dinding posterior dari rektum aganglionik dianastomosis

    menggunakanstappler. Walaupun kedua prosedur ini sangat efektif, namun

    keterbatasannya adalah adanya kemungkinan kerusakan syaraf parasimpatis yang

    menempel pada rektum. Untuk mengatasi masalah ini, prosedur Soave

    menyertakan diseksi seluruhnya dari rektum. Mukosa rektum dipisahkan dari

    mukosa muskularis dan kolon yang ganglionik dibawa melewati mukosa dan

    dianastomosis ke anus. Operasi ini dapat dilakukan sepenuhnya dari bawah.

    Dalam banyak kasus, sangat penting untuk menentukan dimana terdapat ususyang ganglionik. Banyak ahli bedah mempercayai bahwa anastomosis dilakukan

    setidaknya 5 cm dari daerah yang sel ganglion terdeteksi. Dihindari

    dilakukannyapull-through pada zona transisi yang berhubungan dengan

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    21/23

    21

    tingginya angka komplikasi karena tidak adekuatnya pengosongan segmen usus

    yang aganglionik. Sekitar 1/3 pasien yang dipull-through pada zona transisi akan

    membutuhkan reoperasi.

    Komplikasi utama dari semua prosedur diantaranya enterokolitis post operatif,konstipasi dan striktur anastomosis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

    hasil jangka panjang dengan menggunakan 3 prosedur sebanding dan secara

    umum berhasil dengan baik bila ditangani oleh tangan yang ahli. Ketiga prosedur

    ini juga dapat dilakukan pada aganglionik kolon total dimana ileum digunakan

    sebagai segmen yang dipull-through.

    Beberapa metode operasi biasa digunakan dalam penatalaksanaan penyakit

    hirschsprung:

    Secara klasik, dengan melakukan insisi di bagian kiri bawah abdomenkemudian dalakukan identifikasi zona transisi dengan melakukan biopsy

    seromuskuler.

    Terapi definitive yang dilakukan pada penyakit hirschprung ada 3 metode:

    1. Metode Swenson:

    pembuangan daerah aganglion hingga batas sphincter ani interna dan dilakukan

    anastomosis coloanal pada perineum

    2. Metode Duhamel:

    daerah ujung aganglionik ditinggalkan dan bagian yang ganglionik ditarik ke

    bagian belakang ujung daerah aganglioner. stapler GIA kemudian dimasukkan

    melalui anus.

    3. Teknik Soave:

    pemotongan mukosa endorectal dengan bagian distal aganglioner.

    Setelah operasi pasien-pasien dengan penyakit hirschprung biasanya berhasil

    baik, walaupun terkadang ada gangguan buang air besar. Sehingga konstipasi

    adalah gejala tersering pada pascaoperasi.

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    22/23

    22

  • 7/29/2019 Referat Hirschprung bedah

    23/23

    23

    Daftar Pustaka

    1. Warner B.W. 2004. Chapter 70 Pediatric Surgery in TOWNSEND SABISTONTEXTBOOK of SURGERY. 17

    thedition. Elsevier-Saunders. Philadelphia. Page

    2113-2114

    2. Hackam D.J., Newman K., Ford H.R. 2005. Chapter 38 Pediatric Surgery in:

    Schwartzs PRINCIPLES OF SURGERY. 8th

    edition. McGraw-Hill. New York.

    Page 1496-1498

    3. Ziegler M.M., Azizkhan R.G., Weber T.R. 2003. Chapter 56 Hirschsprung Disease

    In: Operative PEDIATRIC Surgery. McGraw-Hill. New York. Page 617-640

    4.http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/

    http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/