referat eka henny

38
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi susunan saraf pusat sampai sekarang masih merupakan keadaan yang membahayakan kehidupan anak, dengan berpotensial menyebabkan kerusakan permanen pada pasien yang hidup. Infeksi ini juga merupakan penyebab tersering demam disertai tanda dan gejala kelainan susunan saraf pusat pada anak. Infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua kategori besar: yang utamanya melibatkan meninges (meningitis) dan terbatas pada parenkim (ensefalitis). 24 Kasus meningitis pertana ditemukan oleh Gaspard Vieusseux pada tahun 1805 dengan nama epidemic cerebrospinal fever. Definisi dari meningitis adalah adanya suatu inflamasi pada leptomeningen, sebagai respons dari adanya infeksi oleh patogen, hingga dapat mengenai liquor cerebrospinal (LCS). 23 Ditemukan di beberapa kasus yang cukup parah, peradangan dapat terus berlanjut, hingga mengenai pia mater atauapun araknoid mater. Sampai saat ini, meningitis tetap dianggap sebagai suatu kegawat- daruratan pada anak, terutama akibat sekuele neurologis yang dapat bersifat permanen. 8 Insidens tingkat kematian mulai 2% pada infan dan anak-anak dan 30% pada neonatus. Ketulian atau gejala sisa neurologis jangka panjang dapat di jumpai pada 1/3 kasus dari anak yang bertahan. 2 Penyakit meningitis dapat Referat Meningitis Page 1

Upload: eka-henny-suryani

Post on 10-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ghgu

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Infeksi susunan saraf pusat sampai sekarang masih merupakan keadaan yang

membahayakan kehidupan anak, dengan berpotensial menyebabkan kerusakan

permanen pada pasien yang hidup. Infeksi ini juga merupakan penyebab tersering

demam disertai tanda dan gejala kelainan susunan saraf pusat pada anak. Infeksi pada

sistem saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua kategori besar: yang utamanya

melibatkan meninges (meningitis) dan terbatas pada parenkim (ensefalitis).24

Kasus meningitis pertana ditemukan oleh Gaspard Vieusseux pada tahun

1805 dengan nama epidemic cerebrospinal fever. Definisi dari meningitis adalah

adanya suatu inflamasi pada leptomeningen, sebagai respons dari adanya infeksi oleh

patogen, hingga dapat mengenai liquor cerebrospinal (LCS). 23 Ditemukan di beberapa

kasus yang cukup parah, peradangan dapat terus berlanjut, hingga mengenai pia mater

atauapun araknoid mater. Sampai saat ini, meningitis tetap dianggap sebagai suatu

kegawat-daruratan pada anak, terutama akibat sekuele neurologis yang dapat bersifat

permanen.8

Insidens tingkat kematian mulai 2% pada infan dan anak-anak dan 30% pada

neonatus. Ketulian atau gejala sisa neurologis jangka panjang dapat di jumpai pada

1/3 kasus dari anak yang bertahan.2 Penyakit meningitis dapat membunuh dalam

hitungan jam dan memakan lebih dari seratus nyawa di UK setiap tahunnya. Hal ini

tidak hanya terkait dengan risiko yang signifikan dari mortalitas, tetapi juga dengan

morbiditas jangka panjang. Mereka yang sembuh dapat mengalami kecacatan yang

secara dramatis mengubah kehidupan mereka, termasuk amputasi, jaringan parut,

defisit sensorik, gangguan intelektual, epilepsi, dan berbagai kurang spesifik kognitif

dan gangguan psikologis.7

Hal-hal penting dalam penanganan meningitis adalah mengidentifikasi dengan

cepat adanya faktor risiko meningitis pada seorang anak. Setelah itu, segera diberikan

penanganan yang tepat, terutama untuk meningitis bakterial. Selain itu, perlu juga

diperiksa status neurologis secara keseluruhan, guna menilai tingkat keparahan

sekuele neurologis.

Referat Meningitis Page 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Meningitis adalah peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges)

termasuk dura, arachnoid dan pia mater yang melapisi otak dan medulla spinalis

yang dapat disebabkan oleh beberapa etiologi (infeksi dan non infeksi) dan dapat

diidentifikasi oleh peningkatan kadar leukosit dalam likuor cerebrospinal (LCS).29

Gambar 1. Meningitis

II.2. Etiologi

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme , dapat dibagi menjadi

bakteri, virus, dan jamur. Meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur

tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.10

Referat Meningitis Page 2

II. 3. Insiden dan Epidemiologi

Data WHO menunjukkan bahwa sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh

dunia setiap tahun. Lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia

tenggara da Pasifik barat. Pada satu penelitian di Amerika, tercatat 55% dari kasus

meningitis terjadi pada anak laki-laki. Meningococcal meningitis umumnya terjadi

antara umur 3 tahun sampai masa pubertas.6

Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap

patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1

– 12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi

pada setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen,

kontak erat dengan individu yang menderita penyakit invasif, perumahan padat

penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang

tidak diberikan ASI pada umur 2 – 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak

orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan.21

I. Anatomi dan Fisiologi Lapisan Otak (Meningens)26

Merupakan selaput atau membrane yang membungkus SSP.

Ada 3 lapisan yang melapisinya :

1. Duramater Encephali

Terdapat 2 lapisan :

Lapisan endosteal : hamper mirip dengan periosteum yang berfungsi

untuk membungkus organ atau tulang

Lapisan meningeal : merupakan durameter yang sebanarnya dan terdiri

atas fibrosa padat dan kuat yang berfungsi untuk melindungi otak dan

medulla spinalis serta menghambat pergeseran otak.

2. Arachnoideamater Encephali

Merupakan membrane impermeabel halus yang meliputi otak, terletak

diantara piamater denagn duramater dan menyerupai sarang laba-laba.

Referat Meningitis Page 3

3. Piamater :

Merupakan lapisan terdalam yang halus dan mengandung banyak

pembuluh darah

Gambar 2 Anatomi Meningen

Likuor Serebro Spinal

LCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket

pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur

komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai

pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-

perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal).26

Ciri-cirinya :

Cairannya jernih dan tidak berwarna

Tidak berbau

Mengisi ruang Subarachnoid dan system ventrikel

Fungsi :

Bantalan penahan trauma mekanik

Fungsi nutrisi bagi neuron

Pengangkut sampah metabolisme dari SSP

Komposisi normal :

Volume cairan pada dewasa :

- 70-190 cc ; rata-rata 140 cc

Referat Meningitis Page 4

- 55 cc pad ruang subarachnoid

- 85 cc pada sitem ventrikel

Berat jenis : 1003 - 1008

Ph 7,35

Sel 0-5 /mm3

Glukosa 65 mg/l

Tabel 1. Nilai Normal Cairan Cerebrospinal ano

Macam-macam ventrikel :26

2 ventriculus lateralis ( I & II ) di dalam hemispherri telencephalon

Vebtriculus tertius pd diencephalons

Ventrikulus quartus pada rhombencephalus

LSS dibentuk oleh pleksus choroideus di ventrikel lateral, ventrikel III dan IV (70%)

yang 30% merupakan hasil ekskresi air di kapiler serebral dan proses metabolisme.

Regulasi tekanan LSS terutama diatur dengan absorbsi di villi arachnoid. Dalam

jumlah kecil LSS juga diabsorbsi secara langsung melalui vena pada permukaan otak.

Aliran LLS

Ventrikel lateralis ventrikel tertius ventrikel quartus ventrikel III ventrikel

IV subarachnoid aliran darah.

II. 4. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi bebrapa golongan yaitu :12

1. Meningitis serosa

Referat Meningitis Page 5

Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang

jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab

lainnya lues, Virus,Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

2. Meningitis purulenta

Radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan

medula spinalis.Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae

(pneumokok), Neisseria meningitis(meningokok), Streptococus

haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus

influenzae,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa

3. Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan

tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun,

nadi sangat labil/lambat,hipertensi umum, abdomen tampak mencekung,

gangguan saraf otak. Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian

hominis.

4. Meningitis Kriptikokus

Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk

ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering.

Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.

Meningitis Kriptokokus ini paling sering t e r j ad i pada o r ang

dengan CD4 d i bawah 100 . D iagnos i s : Da rah a t au ca i r an

sumsum tu l ang belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan dua

cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen (protein) yang dibuat

oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur

kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi

hasi l pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu

minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif

5. Viral meningitis

Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan

umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya

meningkat di musim panaskarena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen

pengantar virus. Banyak virus yang bisamenyebabkan viral meningitis. Antara

lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.12

6. Bacterial meningitis

Referat Meningitis Page 6

Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.

Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria Gejalanya seperti timbul

bercak kemerahan atau kecoklatanpada kulit. Bercak ini akan berkembang

menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh

dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.12

II.5. Patofisiologi

Mekanisme invasi bakteri ke selaput otak dan ruang arakhnoid belum diketahui

secara pasti, namun banyak kasus meningitis diawali oleh infeksi primer seperti

nasofaringitis, otitis media dan miokarditis yang menunjukakn bahwa meningitis

adalah infeksi sekunder yang terjadi secara hematogen ataupun perkontinuitatum.10

Invasi kuman-kuman (meningokokus, pneumokokus, hemofilus influenza,

streptokokus) ke dalam ruang subarakhnoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan

arakhnoid, CSS dan sistem ventrikulus.10

Jika bakteri patogen dapat memasuki ruang subarakhnoid, berarti mekanisme

pertahanan tubuh yang menurun. Pada umumnya didalam cairan serebrospinal yang

normal tidak ditemukan bakteri dan komplemen lainnya. Namun paba meningitis atau

peradangan pada selaput otak ditemukan bakteri dan peningkatan komplemen dalam

cairan serebrospinal. Konsenterasi komplemen ini memegang peranan penting dalam

opsoniasi dari Encapsuled Meningeal Patogen, suatu proses yang penting untuk

terjadinya fagositosis.2

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan seang mengalami

hiperemi akibat inflaasi yang disebabkan oleh bakterimia, dan dalam waktu yang

sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimormonuklear ke dalam ruang

subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan

limfosit dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua

lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di

lapisan dalam terdapat makrofag.10

Infeksi di tempat lain; peradangan organ/jaringan di dekat

-nasofaring selaput otak;

Referat Meningitis Page 7

-paru-parupneumonia,bronkopneumonia - abses otak,otitis media,mastoiditis

-jantungendokarditis -trombosis sinus kavernosus

Menyebar secara hematogen menyebar secara perkontinuitatum

Invasi kuman

Ke ruang subaraknoid

Reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan system ventrikulus

manifestasi

Pembuluh darah meningeal yang kecil hiperemi

Penyebaran sel-sel leukosit pmn ke ruang subaraknoid

Bentuk eksudat

komplikasi

Kelainan nervi kraniales (N.III, N.IV, N.VI, N.VII, VIII)

Hambatan aliran dan absorpsi CSS hidrosefalus komunikans

II. 6. Manifestasi Klinis

Meningitis mempunyai karakteristik yakni onset yang mendadak dari demam,

sakit kepala dan kaku leher (stiff neck). Biasanya juga disertai beberapa gejala

lain, seperti :12

Mual

Muntah

Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)

Perubahan atau penurunan kesadaran

a. Meningitis Bakterial

Meningitis pada bayi baru lahir dan prematur sangat sulit didiagnosis,

gambaran klinis sangat kabur dan tidak khas. Demam pada meningitis bayi baru

lahir hanya terjadi pada ½ dari jumlah kasus. Biasanya pasien tampak lemas dan

malas, tidak mau makan, muntah-muntah, kesadaran menurun, ubun-ubun besar

Referat Meningitis Page 8

tegang dan membonjol, leher lemas, respirasi tidak teratur, kadang-kadang disertai

ikterus kalau sepsis. Secara umum apabila didapatkan sepsis pada bayi baru lahir

kita harus mencurigai adanya meningitis.10

Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi gambaran klasik meningitis.

Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam, muntah, gelisah, kejang

berulang, kadang-kadang didapatkan pula high pitch cry (pada bayi). Tanda fisik

yang tampak jelas adalah ubun-ubun tegang dan membonjol, sedangkan tanda

Kernig dan Brudzinsky sulit di evaluasi. Oleh karena insidens meningitis pada

umur ini sangat tinggi, maka adanya infeksi susuan saraf pusat perlu dicurigai pada

anak dengan demam terus menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.

Pada anak besar dan dewasa meningitis kadang-kadang memberikan

gambaran klasik. Gejala biasanya dimulai dengan demam, menggigil, muntah dan

nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah, gangguan

tingkah laku. Penurunan kesadaran seperti delirium, stupor, koma dapat juga

terjadi. Tanda klinis yang biasa didapatkan adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski

dan Kernig. Nyeri kepala timbul akibat inflamasi pembuluh darah meningen,

sering disertai fotofobia dan hiperestesi, kaku kuduk disertai rigiditas spinal

disebabkan karena iritasi meningen serta radiks spinalis.4

Kelainan saraf otak disebabkan oleh inflamasi lokal pada perineurium, juga

karena terganggunya suplai vaskular ke saraf. Saraf – saraf kranial VI, VII, dan IV

adalah yang paling sering terkena. Tanda serebri fokal biasanya sekunder karena

nekrosis kortikal atau vaskulitis oklusif, paling sering karena trombosis vena kortikal.

Vaskulitis serebral menyebabkan kejang dan hemiparesis.24

Manifestasi Klinis yang dapat timbul adalah:4

1. Gejala infeksi akut.

a. Lethargy.

b. Irritabilitas.

c. Demam ringan.

d. Muntah.

e. Anoreksia.

f. Sakit kepala (pada anak yang lebih besar).

g. Petechia dan Herpes Labialis (untuk infeksi Pneumococcus).

2. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi.

a. Muntah.

Referat Meningitis Page 9

b. Nyeri kepala (pada anak yang lebih besar).

c. Moaning cry /Tangisan merintih (pada neonatus)

d. Penurunan kesadaran, dari apatis sampai koma.

e. Kejang, dapat terjadi secara umum, fokal atau twitching.

f. Bulging fontanel /ubun-ubun besar yang menonjol dan tegang.

g. Gejala kelainan serebral yang lain, mis. Hemiparesis, Paralisis,

Strabismus.

h. Crack pot sign.

i. Pernafasan Cheyne Stokes.

j. Hipertensi dan Choked disc papila N. optikus (pada anak yang lebih

besar).

3. Gejala ransangan meningeal.

a. Kaku kuduk positif.

b. Kernig, Brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di

atas terjadi, sering terdapat keluhan sakit di daerah leher dan

punggung.

Pada anak dengan usia kurang dari 1 tahun, gejala meningeal tidak dapat

diandalkan sebagai diagnosis. Bila terdapat gejala-gejala tersebut diatas, perlu

dilakukan pungsi lumbal untuk mendapatkan cairan serebrospinal (CSS).

Gambar 3. Tanda Brudzinski Gambar 4. Tanda Kernig

Referat Meningitis Page 10

Gambar 5. Manifestasi klinis pada bayi / neonatus

Gambar 6. Manifestasi klinis pada anak dan dewasa

b. Meningitis Tuberkulosis

Secara klinis kadang-kadang belum terdapat gejala meningitis nyata walaupun

selaput otak sudah terkena. Hal demikian terdapat apda tuberlukosis miliaris sehingga

pada penyebaran miliar sebaiknya dilakukan pungsi lumbal walaupun gejala

meningitis belum tampak. 22

1. Stadium prodromal

Gejala biasanya didahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput

otal. Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau hanya

terdapat kenaikan suhu ringan, jarang terjadi akut dengan panas tinggi. Sering

di jumpai anak mudah terangsang (iritabel) atau anak menjadi apatis dan

Referat Meningitis Page 11

tidurnya sering terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala. Malaise,

snoreksia, obstipasi, mual dan muntah juga sering ditemukan. Belum tampak

manifestasi kelainan neurologis.22

2. Stadium transisi

Stadium prodromal disusul dengan stadium transisi dengan adanya

kejang. Gejala diatas menjadi lebih berat dan muncul gejala meningeal, kaku

kuduk dimana seluruh tubuh mulai menjadi kaku dan opistotonus. Refleks

tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat

kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus.

Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan

kesadaran lebih menurun hingga timbul stupor. Kejang, defisit neurologis

fokal, paresis nervus kranial dan gerakan involunter (tremor, koreoatetosis,

hemibalismus).22

3. Stadium terminal

Stadium terminal berupa kelumpuhan kelumpuhan, koma menjadi lebih

dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernafasan menjadi

tidak teratur, kadang-kadang menjadi pernafasan Cheyne-Stokes (cepat dan

dalam). Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya pulih

kembali.22

c. Meningitis Viral

Biasanya gejala dari meningitis viral tidak seberat meningitis dan dapat

sembuh alami tanpa pengobatan yang spesifik. Umumnya permulaan penyakit

berlangsung mendadak, walaupun kadang-kadang didahului dengan panas selama

beberapa hari. Gejala yang ditemukan pada anak besar ialah panas dan nyeri kepala

mendadak yang disertai dengan kaku kuduk. Gejala lain yang dapat timbul ialah nyeri

tenggorok, nausea, muntah, penurunan kesadaran, nyeri pada kuduk dan punggung,

fotophobia, parestesia, myalgia. Gejala pada bayi tidak khas. Bayi mudah terangsang

dan menjadi gelisah. Mual dan muntah sering dijumpai tetapi gejala kejang jarang

didapati. Bila penyebabnya Echovirus atau Coxsackie, maka dapat disertai ruam

dengan panas yang akan menghilang setelah 4-5 hari. Pada pemeriksaan ditemukan

kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski kadang-kadang positif.28

Variasi lain dari infeksi viral dapat membantu diagnosis, seperti :

Gastroenteritis, rash, faringitis dan pleurodynia pada infeksi enterovirus

Referat Meningitis Page 12

Manifestasi kulit, seperti erupsi zoster, makulopapular rash dari campak dan

enterovirus, erupsi vesikular dari herpes simpleks dan herpangina dari infeksi

coxsackie virus A

Faringitis, limfadenopati dan splenomegali mengarah ke infeksi EBV

Immunodefisiensi dan pneumonia, mengarah ke infeksi adenovirus, CMV atau

HIV

Parotitis dan orchitis ke arah virus Mumps

d. Meningitis Jamur

Gejala klinis dari meningitis jamur sama seperti meningitis jenis lainnya;

namun, gejalanya sering timbul bertahap. Sebagai tambahan dari gejala klasik

meningitis seperti sakit kepala, demam, mual dan kekakuan leher, orang dengan

meningitis jamur juga mengalami fotofobia, perubahan status mental, halusinasi dan

perubahan personaliti.2

II. 7. Diagnosis

Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak yang tidak diketahui

etiologinya , letargi, muntah, kejang dan gejala lainnya harus dipikirkan

kemungkinan meningitis. Diagnosis pasti untuk meningitis mutlak harus dengan

pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal. Namun jika terdapat

tanda peningkatan intra kranial berupa kesadaran menurun, sakit kepala, papil

edem dan muntah maka harus penggunaan pungsi lumbal harus dengan hati-hati

atau tidak sama sekali, karena akan menyebabkan herniasi serebelum dan batang

otak akibat dekompresi dibawa foramen magnum.9

Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium.Tes ini

memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang

belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal (lumbar puncture

atau spinal tap). Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3.

Kekeruhan CSS terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 – 400/mm3. Normal

pada neonatus hanya 30 leukosit/mm3. Sedangkan pada anak-anak < 5

leukosit/mm. Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah

sel, protein dan glukosa level. Pada pemeriksaan bakteri dapat ditemukan cairan

jernih dengan beberapa sel mengandung banyak bakteri, yaitu sekitar 80% pada

bayi dengan diagnosa meningitis. Jumlah sel dalam CSS > 60/µl dan yang

Referat Meningitis Page 13

terbanyak adalah sel neutrofil. Konsentrasi protein yang meningkat dan

penurunan glukosa juga dapat ditemukan. Kadar protein normal pada neonatus

dapat mencapai 150 mg/dl, terutama pada bayi prematur. Pada meningitis kadar

proteinnya dapat mencapai beberapa ratus sampai beberapa ribu mg/dl. Kadar

glukosanya kurang dari 40 mg/dl dan 50% lebih rendah dari glukosa darah yang

waktu pengambilan darahnya bersamaan dengan pengambilan likuor.9

Skema Meningitis2

Pemeriksaan sediaan apus likuor dengan pewarnaan gram dapat menduga

penyebab meningitis serta diagnosis meningitis dapat segera ditegakkan.

Biakan dari bagian tubuh lainnya seperti aspirasi cairan selulitis atau abses,

usapan dari kotoran mata yang purulen, sekret di umbilikus, dan luka

sebaiknya dilakukan pula, mengingat mikroorganisme pada bahan tersebut

mungkin sesuai dengan penyebab meningitis. Pada bayi usia 1 bulan jumlah

leukosit berkisar antara 0-5 sel/mL, banyak kasus pada neonatus ditemukan

peningkatan jumlah leukosit dengan polymorphonuclear (PMN) leukosit lebih

dominan. Kultur darah pada meningitis bakterial mempunyai nilai positif pada

85% kasus neonatus.9

II.8. Diagnosis Banding 24

a. Abses otak

b. Encephalitis

c. Herpes Simplex

Referat Meningitis Page 14

WarnaTekanan

Eritrosit LekositProtein Glukosa

d. Herpes Simplex Encephalitis

e. Neoplasma

f. Kejang demam

g. Subarachnoid Hemorrhage

II. 9. Penatalaksanaan

a. Meningitis bakterial :

Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun yang baik, untuk

S.pneumonia, M.meningitidis dan H.influenza. 19

– Cephalosporin generasi III: Cefotaksim 200mg/kgBB/24jam dibagi 4

dosis atau

– Ceftriakson 100mg/kgBB/24jam dosis tunggal atau

– Ceftriakson 50mg/kgBB/12 jam

– Kombinasi dengan Vankomycin 60mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.

Lama terapi antibiotik

– S.pneumonia sensitif penisilin: dengan cephalosporin generasi III atau

penicillin IV dosis 300.000 U/kg/24jam dalam 4-6 dosis selama 10-14

hari,

– Jika resisten: Vankomycin

– N.meningitidis: Penicillin IV u/ 5-7 hari

– H.influenza type B tanpa komplikasi:7-10 hari

Terapi Deksametason

Studi eksperimen mendapatkan bahwa pada hewan dengan meningitis bakterial yang

menggunakan deksametason menunjukkan perbaikan proses inflamasi, penurunan

edema serebral dan tekanan intrakranial dan lebih sedikit didapatkan kerusakan otak.19

Begitu juga pada penelitian bayi dan anak dengan meningitis H.infulenzae tipe

B yang mendapat terapi deksametason menunjukkan penurunan signifikan insidens

gejala sisa neurologis dan audiologis, dan juga terbukti memperbaiki gangguan

pendengaran. Oleh karena itu IDSA merekomendasikan penggunaan deksametason

pada kasus meningits oleh H.influenza tipe B 10 – 20 menit sebelum atau saat

pemberian antibiotik dengan dosis 0,15 – 0,6 mg/kg setiap 6 jam selama 2-4 hari.19

Referat Meningitis Page 15

b. Meningitis tuberkulosa :

OAT PO atau parenteral6

– Multi drug treatment dengan OAT (INH, Rifampisin, Pirazinamid)

– Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin

– Pengobatan minimal 9 bulan

INH

– Bakteriosid & bakteriostatik

– Dosis 10-20mg/kgBB/hari max. 300mg/hari PO

– Komplikasi : Neuropati perifer, dpt dicegah dg Piridoksin 25-

50mg/hari

– INH + Rifampisin : Hepatotoksik

Rifampisin

– Bakteriostatik

– Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC

– Menyebabkan urin merah

– Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia

Pirazinamid

– Bakteriostatik

– Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau

– 50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan

Etambutol

– Bakteriostatik

– Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau

– 50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO

– Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik

Referat Meningitis Page 16

Rehabilitasi: Fisioterapi & penanganan lanjut bila ada komplikasi6

Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein

Konsultasi dokter spesialis saraf

Konsultasi bedah saraf (bila ada hidrosefalus)

c. Meningitis Virus

Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang

dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri kepala.15

Pengobatan simptomatis

· Menghentikan kejang :

Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis rektal

suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan :

Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau

Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis

Menurunkan panas :

Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10

mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari

Kompres air hangat/biasa

Pengobatan suportif

Cairan intravena

Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.16

Referat Meningitis Page 17

II.10. Komplikasi

a. Kejang

Kejang merupakan komplikasi yang penting, sangat ditakutkan oleh

keluarga pasien, dan insidensinya cukup tinggi (hampir 1 dari 5 pasien).

Kemungkinan kejang lebih tinggi pada anak berusia kurang dari 1 tahun,

mencapai 40$. Pada pasien yang sampai di fase kejang ini, biasanya aka nada

komplikasi neurologis yang sifatnya dapat menjadi permanen.8

b. Edema serebral

Komplikasi ini paling sering terjadi pada kasus-kasus meningitis bakterial.

Serta merupakan penyebab kematian yang penting.11

c. Kelumpuhan saraf kranial dan infark serebri

Kelumpuhan saraf kranial serta terganggunya aliran darah, merupakan

sekunder dari adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada beberapa kasus

yang cuku parahm pungsi lumbal mungkin diperlukan untuk mengurangi

tekanan intrakranial. 11

Pada infark serebri, terjadi pembengkakan sel endotel dan proliferasi ke

dalam lumen pembuluh darah, serta infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-

sel inflamasi. Secara umum, infark diakibatkan oleh thrombosis pembuluh

darah, dengan vena lebih sering terkena dibandingkan arteri.

d. Efusi Subdural

Pada setiap kasus meningitis, harus dipikirkan akan adanya kemungkinan

efusi subdural, terutama pada kasus dengan demam terus menerus selama 72

jam, walaupun telah diberikan pengobatan yang adekuat. Selain itu, pasien yang

berpredileksi mengalami komplikasi efusi subdural, biasanya mengeluhkan

ubun-ubun yang besar dan membenjol, timbul kelainan neurologis fokal, serta

muntah proyektil. Selanjutnya efusi subdural memiliki 3 kemungkinan, yaitu

kering sendiri (bila jumlahnya sedikit), menetap ataupun bertambah banyak, dan

menjadi empyema.15

Pengobatan efusi subdural, masih kontroversial, tetapi biasanya dilakukan

tap subdural apabila terjadi penekanan jaringan otak, demam yang menetap, dan

penurunan kesadaran tanpa perbaikan. Jika setelah 2 minggu, tetap tidak kering,

pasien perlu dikonsulkan ke bedah saraf, untuk mendapatkan penanganan lebih

lanjut.15

Referat Meningitis Page 18

e. Gangguan cairan dan elektrolit

Komplikasi ini paling sering ditemukan pada meningitis bakterial, kadang

disertai dengan hypervolemia, oliguria, gelisah, iritabel, dan kejang. Hal ini

diakibatkan oleh sekresi anti-diuretic hormone yang berlebihan. Oleh karena

itu, harus dipastikan bahwa dilakukan cek elektrolit yang rutin pada pasien

meningitis.15

II.11. Prognosis

Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang

menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis

dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak

dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan

cacat berat dan kematian. Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan

mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan

mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta

mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan

perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.11

II.12. Pencegahan

a. Imunisasi

Vaksin meningokokus sangat penting untuk epidemis controling di negara yang

selalu terdapat infeksi meningokokus grup A, dengan epidemic setiap beberapa tahun.

Imunitas yang didapat tidak bertahan selamanya dan akan berkurang dalam 3-5 tahun

setelah vaksinasi. Polisakarida grup C menghasilkan respon imun yang lebih rendah

pada anak dibawah usia 2 tahun. Imunoprofilaksis terhadap infeksi meningokokus

menggunakan vaksin polisakarida kuadrivalent (serogrup A, C, Y dan W 135). Pada

bayi, hanya komponen vaksin meningokokus grup A yang menghasilkan pritektif

antibodi. Vaksinasi hanya direkomendasikan untuk individu dengan resiko tinggi,

termasuk pengunjung negara dengan penyakit endemik atau epidemik.18

Pada negara berkembang, penyebab infeksi meningokokus adalah grup B.

Kapsul polisakarida dari organisme ini mempunyai imunogenisitas yang sangat

rendah, sebab antibodi anti-B polisakarida tidak bersifat bakterisidal didalam

komplemen manusia. Untuk meningkatkan imunogenisitas dari polisakarida serogrup

Referat Meningitis Page 19

B, telah dikembangkan suatu polisakarida protein konyugat vaksin yang serupa

dengan protein konyugat vaksin H. Influenza tipe B.5

b. Kemoprofilaksis

Resiko dari meningitis pada kontak keluarga sekitar 4 : 100, kurang lebih 500-

1000 kali lipat dibandingkan dengan populasi secara umum dan resiko akan

meningkat pada anak-anak. Resiko untuk terkena meningitis menjadi tinggi segera

setelah kontak dengan penderita, diman kebanyakan kasus timbul pada minggu

pertama setelah kontak, paling lambat dua bulan. Pada kasus degan penderita,

secepatnya harus diberikan kemoprofilaksis. Kontak didefinisikan sebagai keluarga,

perawat yang kontak dengan sekret oral dari pasien dan petugas kesehatan yang

melakukan tindakan resusitasi mouth to mouth secara langsung.13

Kemoprofilaksis meningitis meningokokus

ANTIBIOTIK DOSIS

Rifampin (oral) Dewasa: 600 mg setiap 12 jam selama 2 hari

Anak > 1 tahun : 10 mg/kgBB setiap 12 jam selama 2

hari

Anak < 1 tahun : 5 mg/kgBB setiap 12 jam selama 2

hari

Ceftriaxone (IM) Dewasa : 250 mg

Anak : 125 mg

Ciprofloxasin (oral) 750 mg

Sulfisoxazole (oral) Dewasa : 1 g setiap 12 jam selama 2 hari

Anak 1-12 tahun : 500 mg setiap 12 jam selama 2 hari

Anak < 1 tahun : 500 mg selama 2 hari

Referat Meningitis Page 20

BAB III

KESIMPULAN

Meningitis merupakan infeksi pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh

bakteri, virus, dan jamur. Hal ini dapat membahayakan kehidupan anak, karena

menyebabkan kerusakan permanen pada penderita yang hidup. Insidens meningitis

sangat bervariasi. Amat bergantung kepada tingkat sosio ekonomi dan kesehatan

masyarakat, umum, status gizi serta faktor genetik yang menentukan respon imun

seseorang.

Infeksi ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan resiko morbiditas

kronis yang tinggi. Klinis meningitis dan pola pengobatannya selama masa neonatus

(0 – 28 hari) biasanya berbeda dengan polanya pada bayi yang lebih tua dan anak –

anak. Meningitis dapat terjadi karena infeksi virus, bakteri, jamur maupun parasit.

Meskipun demikian, pola klinis meningitis pada masa neonatus dan pasca – neonatus

dapat tumpang tindih, terutama pada penderita usia 1 – 2 bulan dimana Streptococcus

group B, H. influenzae tipe B, meningococcus, dan pneumococcus semuanya dapat

menimbulkan meningitis.

Gejala – gejala pada meningitis adalah : nyeri kepala, nausea, muntah,

anoreksia, gelisah dan iritabilitas. Sayangnya, kebanyakan dari gejala – gejala ini

sangat tidak spesifik. Tanda – tanda infeksi sistem saraf pusat yang lazim, disamping

demam adalah : fotofobia, nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma,

kejang – kejang dan defisit neurologis setempat. Keparahan dan tanda – tanda

ditentukan oleh patogen spesifik, hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis

Diagnosis meningitis pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik serta penunjang yang dilakukan pada pasien. Pada pasien

didapatkan keluhan demam yang berlangsung selama 5 hari, merupakan salah satu

keluhan atau gejala pada meningitis, selain demam juga didapatkan adanya keluhan

mual tapi tidak sampai muntah ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan

intrakranial pada pasien: Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi

Referat Meningitis Page 21

meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke

interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe,

kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIK.

Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang cukup

signifikan, di seluruh dunia. Oleh karena ini, keadaan ini harus ditangani sebagai

suatu emergensi. Penatalaksanaan pada penderita meningitis harus tepat dan adekuat

tergantung penyebab terjadinya meningitis. Selain itu, penting juga untuk memantau

ketat tumbuh kembang pasien yang sembuh dari meningitis. Prognosisnya tergantung

pada faktor stadium penyakit saat pengobatan dan umur pasien, Kurang lebih 18%

dari yang bertahan hidup mempunyai neurologis normal.

Referat Meningitis Page 22

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Pediatrics. Meningococcal infections. In: Pickering LK,

Baker CJ, Long SS, McMillan JA, eds. Red Book: 2006Report of the

Committee on Infectious Diseases. 27th ed. Elk Grove Village, Ill: American

Academy of Pediatrics; 2006: p.452–560

2. Anonim, meningitis bakterialis (online) 2010. Available from URL

http://www.medicastore.com diakses tanggal 27 agustus 2015.

3. Anonim, meningitis kronis (online) 2010. Available from URL

http//www.medicastore.com diakses tanggal 27 agustus 2015.

4. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention.

Updated: August 6th, 2009 Available from :

http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html. Accessed August 29th, 2015.

5. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention.

Updated: August 6th, 2009 Available from :

http://www.cdc.gov/meningitis/about/ prevention.html. Accessed August 1st,

2015.

6. Assis Aquino Gondim de F, Meningoccocal Meningitis (agustus 2009).

Available from URL http//www.madscape.com diakses tanggal 29 Agustus

2015.

7. Backgroud to desease. Last updated 2006. Available from

http://www.ocbmedia.com/meningitis/background.php

8. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th edition. Philadelphia: Elsevier

saunders; 2005

9. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997 Hauser,Stephen,L

(ed). Harrison’s , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill, Philadelphia,

2005

10. Harsono. Buku Ajae Neurologi Klinis cetakan ke-4. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. 2008. Hal 161-168, 181-187

Referat Meningitis Page 23

11. http://www.emedicine.com/EMERG/topic

12. Israr,Y.A.Meningitis. 2008. http://yayanakhyar.files.wordpress.com meningitis.pdf 

13. Japardi j, Meningitis Meningoccocal. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara : 2002. Available from URL http//ww w.

Bedahiskandarjapari23.com diakses tanggal 27 Agustus 2015.

14. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali MV, Putra ST. Dalam: Hassan

R, AlatasH, editor. Infeksi. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid kedua.

Cetakan Kesebelas. Jakarta: Percetakan Info Medika. 1985: h.549-659.

15. Mann K, Jackson MA. Meningitis. Pediatr. Rev. 2008; 29: p.417-430.

16. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2000. Hal 11- 16

17. Markum A. H, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Balai penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Hal 327-3

18. Meningitis Bakterial. Medical journal, 29 juni 2000

19. Muller ML, dkk. Pediatric Bacterial Meningitis. May 11th, 2011. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview. Accessed

August 29th, 2015.

20. Nelson W. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2 Jakarta : ECG. 2009. Hal 655

21. Prober CG. Central Nervous System Infection. Dalam : Behrman, Kliegman,

Jenson, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:

Saunders; 2004. h. 2038-47

22. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia;

2010. h. 189-96.

23. Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Mar 29th, 2011. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/ 232915-overview. Accessed August

29th,2015.

24. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS,

Ismael S, penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h.

40-6, 339-71

Referat Meningitis Page 24

25. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS,

Ismael S, penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h.

40-6, 339-71

26. Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik edisi 5.EGC. jakarta:2007

27. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2.

Jakarta: Bagian Kesehatan Anak FKUI; 1985. h.558-65, 628-9.

28. Staf pengajat Ilmu Kesahatan Anak FK-UI, Meningitis Purulenta. Buku Kuliah

Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2 editor : Rusepno Hasan, et al. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta. Hal 558-9.

29. Tan TQ. Meningitis. In : Perkin RM, Swift JD, Newton DA, penyunting.

Pediatric Hospital Medicine, textbook of inpatient management. Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins; 2003. h. 443-6.

Referat Meningitis Page 25