referat dementia (anita)

43
Referat Demensia Disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan ilmu geriatric fakultas kedokteran universitas tarumanagara Disusun Oleh : Anita Ongkowidjojo (406117033) Pembimbing : dr.Noer Saelan Tadjuddin Sp.KJ KEPANITERAAN ILMU GERIATRIC SASANA TRESNA WERDA CIBUBUR PERIODE 16 April – 18 Mei 2012

Upload: priskila-lia

Post on 25-Nov-2015

67 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dementia pada geriatri

TRANSCRIPT

Referat

Demensia

Disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan ilmu geriatric fakultas kedokteran universitas tarumanagara

Disusun Oleh :

Anita Ongkowidjojo (406117033)Pembimbing :

dr.Noer Saelan Tadjuddin Sp.KJ

KEPANITERAAN ILMU GERIATRIC SASANA TRESNA WERDA CIBUBURPERIODE 16 April 18 Mei 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARABAB IPENDAHULUANDemensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin mengemukanya penyakit-penyakit degenerative (yang beberapa di antaranya merupakan faktor resiko timbulnya demensia) serta makin meningkatnya usia harapan hidup di hampir seluruh belahan dunia.

Secara klinis munculnya demensia pada seorang usia lanjut sering tidak disadari karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun perlahan. Selain itu, pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia (biasanya ditandai dengan berkurangnya fungsi memori) merupakan suatu hal yang wajar pada seorang yang sudah menua. Akibatnya penurunan fungsi kognitif akan terus berlanjut sampai akhirnya mempengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan jatuh pada ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya.

Saat ini telah disadari bahwa diperlukan deteksi dini terhadap munculnya demensia, karena ternyatanya berbagai penelitian telah menunjukkan bila gejala-gejala penurunan fungsi kognitif dikenali sejak awal maka dapat dilakukan upaya-upaya meningkatkan atau paling tidak mempertahankan fungsi kognitif agar tidak jatuh pada keadaan demensia.

Selain peran pasien dan keluarga dalam pengenalan gejala-gejala penurunan fungsi kognitif dan demensia awal, dokter dan tenaga kesehatan lain juga ,mempunyai peran yang besar dalam deteksi dini dan terutama dalam pengelolaan pasien dengan penurunan fungsi kognitif ringan.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mengharuskan bahwa gejala menyebabkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berat dan merupakan suatu penurunan dari tingkat fungsi sebelumnya. Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis lainnya (stroke, diabetes mellitus, hipertensi,keganasan). Ilmu kedokteran dan kesehatan mengemban misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya, tidak dapat mandiri lagi. Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian umumdan bayi, sangatlah membantu peningkatan umur harapan hidup (UHH). Pada tahun 2000 umurharapan hidup antara 65-70 tahun meningkat menjadi 9,37 persen dari tahun sebelumnya. Dalam istilah demografi, penduduk Indonesia sedang bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (aging population).

Dengan diketahuinya berbagai faktor resiko (seperti hipertensi, diabetes mellitus, stroke, riwayat keluarga, dan lain-lain) berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat pada sebagian orang usai lanjut, maka dari itu diperlukan upaya pencegahan timbulnya demensia pada pasien, khususnya pada pasien lanjut usia.

Hipertensi merupakan predisposisi seseorang terhadap penyakit. Pada tahun 1970 Tomlinson dkk, melalui penelitian klinis-patologik, mendapatkan bahwabila demensia disebabkan oleh penyakit vaskular, hal ini biasanya terjadi karena adanya infark diotak, dan hal ini melahirkan konsep demensia multi-infark. Untuk menegakkan diagnosis demensia juga dibutuhkan adanya gangguan memori sebagai suatu syarat. Hal ini dapat dibenarkan pada penyakit Alzheimer, karena gangguan memori merupakan gejala dini. Namunpada demensia vaskular syarat ini kurang tepat.1. DefinisiMenurut bahasa Latin, demensia berasal dari kata demens = gila dan ia = patologis. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapatkan yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.Demensia merupakan kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini irreversibel, sebaliknya progresif.Demensia merujuk pada sindrom klinis yang mempunyai bermacam penyebab.Pasien dengan demensia harus mempunyai gangguan memori selain kemampuan mental, seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa, praksis, dan visuospasial. Defisit yang terjadi pun harus cukup berat sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan social secara bermakna.

2. EPIDEMIOLOGIPrevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia. Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai 5 persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20 hingga 40 persen.

Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe Alzheimer (Alzheimers diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6 persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari 50 persen perawatan rumah (nursing home bed).

Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia vaskuler, yang secara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering ditemui pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Sekitar 10 hingga 15 persen pasien menderita kedua jenis demensia tersebut.

Penyebab demensia paling sering lainnya, masing-masing mencerminkan 1 hingga 5 persen kasus adalah trauma kepala, demensia yang berhubungan dengan alkohol, dan berbagai jenis demensia yang berhubungan dengan gangguan pergerakan, misalnya penyakit Huntington dan penyakit Parkinson.

Karena demensia adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak penyebab, dokter harus melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat pada seorang pasien dengan demensia untuk menegakkan penyebab demensia pada pasien tertentu.3. KLASIFIKASI

Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).

(a) Menurut Umur:

o Demensia senilis (>65th)

o Demensia prasenilis (