recoverykawasanbencana: perwujudan trauma …

12
Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan Trauma Healing Melalui Kegiatan Psikologi dan Rohani Koentjoro dan Btidi Andayani After Indonesia has undergone the natural disasters, it is urgent need to increase the role ofpsychology in coping the disaster victims. The increasing of this role is not only relating to method of help. Hence, it is needed to be stabilized a form pattern what should do to the victims. Theroleofpsychology that focusing on the process ofmental and behavior can be not centralize on the coping of stress and Increasing solving be havior. Briefly, the role ofpsychology in this sense besidethepassive coping, itneeds to be an active coping. Kata Kunci: bencana, olah rohani, trauma Barangkali ada pembaca yang ingin mengetahui mengapa psikologi banyak terlibat dalam masalah kegempaan. Psikologi adalah llmu yang mempelajari proses mental dan perilaku, sementara itu perilaku dengan sangat jelas dirumuskan oleh Kurt Lewin sebagai fungsi dari kepribadian dan lingkungan. Bencana Alam dapat terjadi sebagai akibat perilaku dan adanya peristiwa alam. Bencana alam sebagai akibat dari perilaku sebagai contohnya adalah fenomena banjir akibat penebangan liaratau tatakota yang tidak tertata dengan benar. Sementara itu ada juga bencana alam yang murni meru- pakan akibat dari peristiwaalam. Karenanya peristiwa geologi dan psikologi sangat erat kaitannya. Indonesia adalah wilayah yang sangat rawan terjadi bencana alam. Selain wilayah- nyayang diiintasijajaran pegunungan berapi, letak di antara 2 samudera besar UNISIA NO. 63/XXX/I/2007 memberikan kemungkinan Indonesia akan terlibas bencana badai laut yang hebat. BPPT memberikan peringatan bahwa Indo nesia akan menjadi sasaran Tsunami setelah Amerika Selatan dan Jepang (KR, 12-3-2003, h. 1; Jackson &Jackson, 1996). Bencana itu selain merusak lingkungan juga menelan korban jiwa dan menyisakan stres yang berkerpanjangan pada masyarakat, karenanya tidak aneh apabila bencana alam sering disebut sebagai salah satu sumber perubahan sosial yang tidak terencana dan pembangunan disebut sebagai salah satu sumber perubahan sosial yang terencana Perencanaan kota yang salah dan Iklim Indonesia pun menentukan terjadinya bencana. Banjir mudah terjadi ketika musim hujan dan kekerlngan akan menyengsa- rakan pada saat kemarau. Faktor perilaku manusia memang memberi andil bag! membesarnya bencana banjir dan keke- ringan. Berbagai tempat di Indonesia pemah mengalami bencana alam yang amat dahsyat.

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Recovery Kawasan Bencana:Perwujudan Trauma Healing Melalui

Kegiatan Psikologi dan RohaniKoentjoro dan Btidi Andayani

After Indonesia has undergone the natural disasters, it is urgent need to increase therole ofpsychology in coping the disaster victims. The increasing ofthis role is not onlyrelating to method of help. Hence, it is needed to be stabilized a form pattern whatshoulddo to the victims. Theroleofpsychology that focusing on the process ofmentaland behavior can be not centralize on the coping of stress and Increasing solving behavior. Briefly, therole ofpsychology in this sense besidethepassive coping, itneedsto be an active coping.

Kata Kunci: bencana, olah rohani,trauma

Barangkali ada pembaca yang inginmengetahui mengapa psikologi banyak

terlibat dalam masalah kegempaan.Psikologi adalah llmu yang mempelajariproses mental dan perilaku, sementara ituperilaku dengan sangat jelas dirumuskanoleh Kurt Lewin sebagai fungsi darikepribadian dan lingkungan.

Bencana Alam dapat terjadi sebagaiakibat perilakudan adanya peristiwa alam.Bencana alam sebagai akibat dari perilakusebagai contohnya adalah fenomena banjirakibat penebangan liar atau tatakota yangtidak tertata dengan benar. Sementara ituada juga bencana alam yang murni meru-pakan akibat dari peristiwaalam. Karenanyaperistiwageologi dan psikologi sangat eratkaitannya.

Indonesia adalah wilayah yang sangatrawan terjadi bencana alam. Selain wilayah-nyayang diiintasijajaran pegunungan berapi,letak di antara 2 samudera besar

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

memberikan kemungkinan Indonesia akanterlibas bencana badai laut yang hebat.BPPT memberikan peringatan bahwa Indonesia akan menjadi sasaran Tsunamisetelah Amerika Selatan dan Jepang (KR,12-3-2003, h. 1; Jackson &Jackson, 1996).Bencana itu selain merusak lingkungan jugamenelan korban jiwa dan menyisakan stresyang berkerpanjangan pada masyarakat,karenanya tidak aneh apabila bencana alamsering disebut sebagai salah satu sumberperubahan sosial yang tidak terencana danpembangunan disebut sebagai salah satusumber perubahan sosial yang terencana

Perencanaan kota yang salah dan IklimIndonesia pun menentukan terjadinyabencana. Banjir mudah terjadi ketika musimhujan dan kekerlngan akan menyengsa-rakan pada saat kemarau. Faktor perilakumanusia memang memberi andil bag!membesarnya bencana banjir dan keke-ringan.

Berbagai tempat di Indonesia pemahmengalami bencana alam yang amat dahsyat.

Page 2: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Gunung Galunggung diJawa Barat pemahmeletus dengan menelan korban nyawa,harta.dan benda yang tidak sedikit.Bemlangkali hampirtiaptahun Gunung MerapidiYogyakarta menyemburkan wedusgembel.Kasus lumpurpanasdi Sidoatjo juga bencanayang mengaklbatkan korban yang lumayanbesar.

Bukan hanya bencana vulkanik, tetapibencana tektonik acapkall tetjadi di Indonesia. Misalnya, pada tahun 2002terjadi bencanatektonik yang menyebabkan Lampung porakporanda. Banyakrumah-rumah roboh, nyawamanusia melayang sia-sia.

Menurut catatan The Global Seismic

Hazard Assessment Program Indonesia(periksa gambar 1) merupakan negara yangdilintasi secara sinambung jaring kerja geo-thermalsehingga tidak aneh jika di Indonesia rentan terjadi letusan gunung berapi,gempa bumi, retakan lapisan tanah dansemburan gas bumi. Indonesia jugatermasuk kawasan kemungkinan gempaberskalatinggi.

Oempa

• *0.100 Km

O 100 .300 Km

• 300 - 700 Km

SKala MagnttuOi. < 9.0

.- o-ej

-• e.9.6

• 6-6.9

• 6.9-7

• T-7.9

• > 7.9

Bencana pernah pula terjadi diKalibayem Yogyakarta? Sebuah isu human-made yang menyebabkan bencanasekaligus keuntungan berupa ditemukannyasumber air yang cukup besar. Kemudianbencana kebocoran depo FT KAI diKecamatan Gedong Tengen, kesalahanteknologi ataukah keteledoran?

Bencana yang teijadi di Indonesia dapatdicermati lebih lanjut, apakah merupakanbencana alam murni ataukah akibat perilakumanusia yang saiah terhadap iingkung-annya.

Problem Psikologis KorbanGempa

Gempa bumi yang terjadi di Yogyakartapada tanggai 27 Mel 2006, jam 05.55selama 57 detik adalah murni terjadi akibatdari peristiwa alam yang kemudian mem-berikan pengaruh pada manusia danmenyebabkan adanya perubahan perilaku.Bencana alam itu kemudian menimbuikan

Gambar 1. Peta Seismik Menunjukkan Peristiwa Gempa di Indonesia

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

Page 3: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan 7raMwa...Koentjoro dan Budi Andayani

problem/gangguan pada perilaku dan prosesmental manusia yang menjadi korbannya.Beberapa problem psikologis yang terjadlsetelah gempa itu adalah sebagai berikut.

Kecemasan. Kecemasan adalah

ketakutan dengan objek, sebab dan alasan,yang tidak jelas. Kebanyakan orang amatsangat ketakutan akan adanya bahaya tsunami dan gempa-gempa susulan. Bahkanmasyarakat Panggang yang berada dalamketingglan sekitar 325 m di atas permukaanair lautpun amat ketakutan akan terjadl tsunami. Ketakutan atau kecemasan itu

menular. Ketika ada Isu tsunami terjadi (27Mei 2006 jam 8 pagi, anak-anak bertanya"...ada apa to koq orang-orang padaribut?..." "... ada tsunami..."" ...Tsunami

itu apa toh? Setelah dijeiaskan anak barutakut. Konsep ini amat mirip dengan teoriJames-Lange (Huffman, dkk., 1991), bahwaemosi muncul setelah seseorang mema-hami bahwa suatu objek menganoam, meskirespon sudah dilakukan sebelumnya.

Stres. Stres adalah kondisi yangdirasakan sangat menekan, mendorong danmenjadi beban hidup maupun psikologisyang sedemikian berat sehlngga menekanfungsi keseimbangan psikologis. Problemyang muncul akibat gempa saat itu adalahrumah yang hancur, kondisi makanan yangtidak mencukupi, kehujanan, harusmemikirbiaya sekolah anak, banyak masalahsebelumnya yang belum terseiesaikan.Pada saat yang demikian, orang menunggujanji-janji yang tidak pasti. Kesemuanyabercampur aduk menjadi satu dan menjadibeban pikiran yang berkepanjangan bag!korban.

Trauma. Trauma adalah memarsecarapsikologis. Sumber traumanya adalahperistiwa yang terjadi tanggal 27 Mei 2006antarajam 05.55 hingga jam 08.00. Ketikakita masih bingung dan panik dengan

UNISIANO. 63/XXX/I/2007

kejadian gempa yang memakan korbantanggal 27 Mei 2006 antarajam 05.55; tiba-tiba terjadi gempa susulan pada jam 08.00;banyak orang pada ribut beiiarian sambilberteriak:"... tsunami... tsunami..."Memar

psikologis Itu sebenarnya dapat sembuhdengan sendirinya. Hanya saja kesembuhanitu sulitdicapai sebab hingga berbulan-bulankemudian gempa-gempa susulan masih sajaterjadl, dan korban tidak tahu kapan gempasusulan itu akan berhenti.

Dampak cemas, stres dan trauma

Masyarakat menjadi amat mudahdigoncang oleh adanya rumor.Ada beberaparumor yang tercatat yaitu (1) menurut NHKpada jam sekian akan terjadl gempa susulanyang iebih hebat dibanding gempa utama;(2) Menurut radio Australia pada jam 23.00akan diguncang gempa susulan yang Iebihhebat; (3) Menurut ramalan Jayabaya, Jawaakan terpecah menjadi 2; (4) menurut beritapada jam 06.00, tanggal 06 Juni tahun 2006akan ada gempa hebat; (5) pada tanggal 27Juniakan ada gempa; (6)gempa akan terjadilag! pada tanggal 13 Juli; (7) gempa bakalterjadi iagiantara tanggal tanggal 13-16 Juli.Gempa susulan memang masih saja terjadi,meski dengan skala iebih kecil dan durasiyang Iebih singkat. BMG sebagai badanyang mempunyai kewenangan memberikaninformasi tentang kegempaan seharusnyaIebih aktif mewartakan kondisi dan situasi

kegempaan kepada masyarakat,karenaintensifnya kecemasan dan banyakisuyangmuncul, keaktifan BMG akan sangatmembantu apabila pewartaan ditingkatkanfrekuensinya, misalnya setiap 4 jam sekaliBMG menggunakan media radio/TV untukmewartakan kondisi gempa dan situasikegempaanriya.

DI Sanden dan SumberAgung, Jetis;Sriharjo, Imogiri; dan Nambangan, Selohaijo,

Page 4: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Pundong: setiap kali ada gempa susulan,kenthongan dipukul bertalu-talu. TIdak iamasetelah kenthongan dipukul anak-anak balltakhususnya kemudlan menangls. Kenthongan dipukul mempunyal asosiasi denganketakutan. Hal in! kemudlan mengkondlsl-kan anak-anak menjadi ikutketakutan tanpatahu apa yang hams ditakutkan. Hal inimenunjukkan bahwa ketakutan berslfatmenular, sehingga perlu diusahakan agarrespon ketakutan tidak muncul secaraimpulsif, dan hal Inl termasuk pula memukulkenthongan. 'Bahwa ketakutan itu mudahmenular" setiap relawan hendaknya me-mahaml kalimat tersebut.kenapa? Tujuanrelawan menolong adalah untuk mengurangibeban penderltaan balk fisik maupunpsikologis korban bencana,sehingga anehapabila yang terjadi reiawannya setiap kaliada gempa susulan masih stres dan cemas.KondisI Ini jelas akan sangat berpengamhmemperburuk kondisi mental psikologiskorban yang sudah mulai pulih.

Dampak lain adalah problematlkasuaml-isteri untuk melaksanakan hajatpemenuhan kebutuhan seksualnya. Suamidan istr! dalam suasana stres dan tegangnamun juga dihadapkan pada tuntutan seksyang adiksl, dengan tIdak didukung tempatyang aman dan nyaman akibatnya hu-bungan seks-suami Istri menjadi tergang-gu.Padahal bagalmanapun hubungan sekssuaml-isteri iniapabila berjalan normal makaakan dapat menjadi baglan terapl rekrea-sional dl tengah penderitaannya.

Beban berat dan kecemasan yangtinggi juga dirasakan oleh petugas asesorkerusakan rumah. la dihadapkan padakonflik antara tugas negara, kemanuslaan,dan relasi pertetanggaan yang tIdakdidukung skill untuk melakukan assessment Keluhan mereka sebagal berikut:"...wah beratpak orang seperti saya bukanorang STM disuruh memeriksa kerusakan

rumah korban gempa... Dari pemerintahbegin!...dari warga begini..." Bahkan dlsuatu tempat: "... Pak RT kemarin diajakberkelahioleh warganya gara-gara rumahnyayang rusak cukup beratdikatakan lingan..

Kecacatan dan Disfungsi Organ

Hal yang membedakan darl akibatgempa dl Yogyakarta dan dan gempa-tsu-naml dlAceh adalah bahwa penderita cacatdan disfungsi organ sebagal akibat bencanadlAceh leblh sedlkltdibanding dlYogyakartadan Klaten. DiYogyakarta dan Klaten akanbanyak dijumpal penderita cacat yang akanmenjalani kecacadannya sepanjang hldup-nya. KItadapat menduga bahwa kecacadanitu banyak disebabkan karena remuknyatulang belakang akibat kejatuhan tembokkala gempa terjadi. Apabila Ini benar makabanyak orang akan mengalami kelum-puhan, akibatnya akan banyak yangkehilangan iapangan pekerjaan dan terjadidisfungsi seksual. Adanya kecacatan Inimerubah kepercayaan dirl, pola kehidupandan penyesuaian dirlnya. Banyaknya orangyang mengalami kecacatan diperlukanpenanganan psikologis jangka panjang bagikorban sangat diperlukan.

Dari uraian dl atas tampak bahwa padadasarnya bencana selain menlmbulkankerusakan fisik juga mempunyal dampakpsikologis yang tIdak dapat diabalkan.Dampak psikologis Ini tIdak terbatas padasisl Indlvldu saja, melalnkan juga dampak-dampak psikososlal. Hal inl memperkuat'pentingnya psikologi berperan dalampenanganan korban bencana.

Penanganan Psikologis KorbanGempa

Indonesia terletak dl wllayah gempa danpada kenyataannya gempa bum! terjadidimana-mana, oleh karena Itu penduduk In

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

Page 5: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan Trauma...Koent}OTO dan Budi Andayani

donesia perlumengubahsetmentalterfiadapgempa dengan menjadikan gempa bum!sebagai bagian dari kehidupan. Denganmenjadikan gempa sebagai bagian kehidupan berarti setiap orang telah slap jikaterjadi bencana gempa bumi.Halini dimulaikebijakan-kebijakan tentang pembangunanfisik, mulai dari segl konstruksi dan pemilihanlahan, hingga manajemen lingkungan baikdalam skala masyarakat yang lebih luas maupun pribadi. Selain itu, secara psikologissetiaporang perlu diperslapkan menghadapibencana, antara lain (1) Meningkatkan dayakritis dan rasionalitas warga dengan carameningkatkan kemampuan warga untukmampu membedakan faktadan analisis. Halini diperlukan agar warga tidak mudahdipengaruhi oleh rumorsehlngga tidak pulamudah mengalami ketakutan dan streskarena seolah masalah datang bertubirtubl.(2)Mengerti dan mampumelakukan langkah-langkah yang harus dilakukan ketikamenghadapi bencana, khususnya denganpenyelamatan diri, aset dan dokumen.Kesiapan seperti ini akan memudahkanorang ketika bencana datang. Pada umum-nya, orang akan secara spontan meiarikandiri dari bahaya, dan tidak akan teringat akanpenyelamatan aset dan dokumen yangberharga dalam kehidupan seianjutnya.Apabiia hal inisudah disiapkan maka ketikaada bencana segaia sesuatunya iebihmudahdiiakukan. (3) Mampu berserah diri secaratotal kepada Sang Pencipta. Tidak adamanusia yang dapat mengatasi sendirisegaia persoalannya. Keberagamaan akansangat membantu manusia daiam menghadapi persoaian-persoalan hidup karenakeyakinan kepada Sang Pencipta akanmampu memotivasi manusia untuk tetapbertahan dan berusaha mengatasi perso-aiannya.

Kesiapan menghadapi bencanamerupakan satu modal bagi setiap orang

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

untuk mengatasi permasalahannya. Namundemikian, setiap orang tidakiah sendiri.Ketika terjadi bencana pertolongan akandatang puladari berbagai pihak. Setiap kaliterjadi bencana di suatu tempatsimpati akandatang dari mana-mana, dan relawan pundatang untuk memberikan pertolongan.

Satu hal yang perlu dimengerti adalahbahwa pada dasarnya menolong berartimemberi, dan member! bukanlah suatupekerjaan yang mudah. Apalagi memberipertolongan. Seseorang kasihan melihatpenderitaan anakjalanan, dan setiap adaanakjaianan ia memberiuang, meskihanyaRp. 100,-. Namun ternyata semua orangberpikiran sama akibatnya anakjaianan inidengan mudah mendapatkan uang, dan halini membuatnya malas berbuat iain yanglebih human. Mengingat alasan tersebutmaka diusulkan agarpemberian pertolongan korban gempa penanganannya berbasispada pendekatan CommunityDevelopment,dengan menekankan pada pentingnyaoptimalisasi partisipasi sosial masyarakat,kemandirian masyarakat, dan kesejahteraansosial masyarakat. Dengan mendasarkanpada ketiga hai tersebut, segaia langkahpenanganan masyarakat sebagai tujuannyadiarahkan kepada self-help group yang diantaranya adaiah terbentuknya peer counselor.

Terbentuknya self-help group akan lebihefektif dalam menangani korban, sehinggaorang dewasa pada umumnya yang terdiridari para orangtua, guru, dan tokohmasyarakatlah yang perlu menjadi sasaranutama dalam suatu intervensi. Ketika orangdewasa sudah mampu mengatasi persoalannya, barulah perhatian ditujukankepadaanak-anak. Selama ini penanganan korbangempa banyak terfokus pada anak-anak,entah dengan tujuan mengaiihkan perhatiandari kesusahan akibat bencana, misalkandengan kegiatan nyanyl, atau menggambar.

Page 6: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

atau pun agar kehidupan sehari-hari anaktetap berlangsung dengan cara mendirikansekolah darurat dan relawan datang danmelakukan kontak dengan anak-anak, halini akan membangun kedekatan baru padaanak-anak dengan orang-orang baru. Hanyasaja, relawan tidak dapat selamanyamelakukan kontak dengan anak-anak,mereka harus pergi karena program dandana yang terbatas. Akibatnya, anak-anakpun akan merasakan kehilangan, dan seolahterjadi bencana psikologis yang kedua.

Penanganan gempa pada anak padadasarnya periu terencana dan terprogram,serta dilakukan oleh mereka yang mema-hami dunia psikologi anak. Penanganankorban anak secara salah dapat menye-babkan trauma pada anak makin dalam, danmakin sulit disembuhkan.

Penanganan psikologis untuk korbangempa, dengan dasartertientuknya self-helpgroup membutuhkan pemahaman konsepdan cara pendekatan. Pemahaman yangpertama adalah pemahaman akan dukungansosial. Dukungan sos/a/adalah suatu usahayang mengarah pada penlngkatan kesejah-teraan indlvldu yang menerima dukungan(Sarafino, 1990). Hal inl dapat dilakukandengan berbagai cara, sehingga dukungansosial dapat dibedakan atas berbagai jenisdukungan sosial. Dukungan sosiai dapatberupa pemberian informasi baik secaraverbal maupun non verbal, pemberianbantuan tingkah laku atau materi. Oford(1992) mengemukakan bahwa ada limadimensi fungsi dasar dukungan sosial, yaitu:(a) dukungan materi, yaitu dukungan yangberupa bantuan nyata {tangible aid) ataudukungan alat {instrumental aid)', (b)dukungan emosi, yaitu dukungan yangberhubungan dengan hal yang bersifatemosional atau menjaga keadaan emosi,afeksi atau ekspresi; (c) dukunganpenghargaan, yaitu dukungan yang terjadi

biia ada ekspresi penilaian yang positifterhadap individu; (d) dukungan informasi,yaitu pemberian informasi yang diperlukanoleh individu; dan (e) dukungan integritassosial, yaitu perasaan individu sebagaibagian dari suatu kelompok.Dengandemikian secara psikologis, dukungansosial, apa pun bentuknya, akan membe-rikan pemahaman dan perasaan bahwaseseorang diperhatikan, bernilai danberharga bagi orang lain, dan perasaandiclntai. Hal ini akan menjadikan individuyang^ mendapat dukungan sosial menjadilebih bersemangat dalam menjalanikehidupannya. MallinchrodtdanFretz(1988)menunjukkan bahwa sejumlah penelitianmenemukan hubungan yang erat antaradukungan sosial dan kemudahan dalampenyesuaian individu dalam menghadapikesulitanhidup.Dengan demikian, dukungansosial menjadi suatu hal yang penting dalamusaha memberikan pertolongan.

Dukungan sosial itu sendiri, ada atautidaknya, merupakan suatu kondisi yangdipersepsi oleh penerima (Afiatin &Anda-yani, 1998). Hal ini berarti apakah dukunganitu ada dan dirasakan tergantung padapersepsi seseorang. Dengan demikian,konsep operasional dari dukungan sosialyang dipakai adalah perceived support(dukungan yang dirasakan) yang memilikidua elemen dasar, yaitu (a) persepsi bahwaada sejumlah orang lain yang dapatdiandalkan individu ketika ia membutuhkan,dan (b)derajat kepuasan terhadap dukunganyang ada.

Relawan, dalam kegiatannya memberikan bantuan kepada korban gempa, seiainItu juga penting memberikan keyakinankepada para korban bahwa mereka tidaksendiri. Seiain ada sanak-saudara atau puntetangga yang juga menjadi korban merekaperiu pula diyakinkan bahwa banyak oranglain yang peduli terhadap mereka. Tentu

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

Page 7: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan 7raMwc7...Koentjoro dan Budi Andayani

saja, hal ini bukan merupakan usahameyakinkan yang hanya kosong belaka.Keberadaan relawan sendiri perlumemberikan perasaan aman dan terllndungibagi para korban tanpa harus kemudianmereka dikecewakan oleh janji-janjl kosongbelaka.

Memberikan dukungan sosial tidakdapat dikatakan sebagai suatu pekerjaanyang mudah. Secara umum seorang relawandiharapkan ada dalam kondisi mentalpsikologis yang seimbang. Jika seorangrelawan sendiri sedang mengalami masalahdan kesulitan mengatasinya, ada kemung-kinan tantangan dan tekanan saat beradadi antara korban gempa akan justrumenambah beban psikologis bagi relawantersebut. Akibatnya, bukannya relawandapat memberikan dukungan sosial, ia justrumenjadi beban bagi sesama relawan dantIdak mampu menjalankan perannyasebagai relawan.

Satu faktor psikologis yang perludiperhatikan dalam penanganan korbangempa adalah pemahaman korban menurutbudaya lokalnya. Ada fenomena yang amatmenarik yang terkait dengan korban gempa.Tidak jarang penulis menanyakan kepadakorban tentang kondisi rumah dan keluarga.Penuiis mendapatkan jawaban amatmengejutkan: "...Kathah rencange..."(banyak temannya), atau "...mbotenmiyambaki (tidak sendlrian)..." Penulissangat jarang mendengar orang mengeluhkarena gempa.Ditinjau dari perspektifpsikologi sosial, respon-respon seperti itumengandung konsep social loafing danperilaku collective, yaitu adanya perasaansenasib sepenanggungan. Meski respon-respon seperti Inimerupakan suatu responpositif, perlu pula diwaspadai dan kehatl-hatlan dalam penanganan korban gempa.Social loafing dan kolektivisme dalam halberplkir positif pun dapat berubah menjadi

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

perasaan negatif dan menimbulkan riotketika orang merasa dipeiiakukan tidak adil.

Pemahaman yang berikutnya terkaitdengan kemampuan membedakan faktadan basil analisls. Kemampuan ini akanmengarahkan kepada kepekaan dan tidakmudah diombang-ambingkan oleh rumoryang muncul. Kemampuan semacam inidalam pengalaman penulis sangat mem-pengaruhi persepsi seseorang tentang suatufenomena dan selanjutnya pada pengam-bilansikap dan keputusan. Satu contoh yangdapat diajukan di sini adalah kecenderunganorang untuk mengembangkan satu informasimenjadi besarsehingga menjadi gosip ataurumor.

Sebagai contoh tentang isu tsunamisetelah gempa 27 Mei 2006 lewat. Konon,faktanya adalah ada air menggenang disuatu daerah dl bagian selatan Yogyakarta.Airyang menggenang segera dianalisis dandiasumsikan sebagai lidah air dari lautselatan yang naik karena tsunami. Wargayang panik segera melarikan diri danmengungsl, ke arah utara. Faktanya, di jalanbanyak kendaraan baik sepeda motormaupun mobildan truk berbondong-bondongdari arah selatan menuju utara, dan teriakanperingatan akan tsunami terdengardi mana-mana. Situasi Ini dianalisis sebagai suatukebenaran akan adanya tsunami danmembuat orang yang tinggal dl daerah utarapun panik dan berusaha menyelamatkan diri(seorang tetangga penulis bahkan naik keatas atap karena tidak tahu lagi harus larike mana). Pada saat seperti ini, sepotongfakta menjadi lebih penting daripada fakta-fakta lain yang dapat mematahkan asumsl.Kota Yogyakarta sendiri yang letaknyakurang lebih 27 km dari laut selatan, yangdibentengi pertama oleh bukit-bukitpaslrditepi pantai, dan selanjutnya oleh bukit-bukitkapur di wilayah Gunung Kidul, serta tinggikota Yogyakarta adalah 112 m di atas

Page 8: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

permukaan laut, menjadi fakta yang tidakdianalisis pada saat itu.

Fenomena tersebut di atas menun-jukkan bahwa daya kritisi masyarakatmasih sangat rendah sehingga mudahterpengaruh oleh Isu dan rumor. Mengingatkecenderungan masyarakat masih sulitmembedakan fakta dari anallsis atauinterpretasi, masih ada kemungkinan pulapara relawan yang belum mampu mela-kukannya pula.Halini dapat membahayakanstabilitas situasi, karena tidak jarangrelawan terkena rumor dan justru memicurumor baru pada korban gempa.

Perlu pula dipahami bahwa setiaporang yang mengalami masalah atautekanan psikologis membutuhkan tempatuntuk meringankan tekanan atau strestersebut. Tempat curhat, atau dalam bahasapsikologi disebut media katarsis, menjadisangat penting daiam pemberian bantuankepada korban gempa. Media katarsis dapatpula ada dalam berbagai bentuk. Konseling,kesenian, olah raga, dapat menjadi saranauntuk katarsis ini. Satu hal yang perludiperhatikan daiam pengadaan mediakatarsis. Jika reiawan menyediakan diriuntuk mendengarkan, maka ideainya diaada dalam kondisi yang stabil karena iaakan mendengarkan cerita yang mungkintidak pernah dibayangkannya. Kemampuanuntukfokus pada orang yang cur/?afmenjadisangat penting. Meski demikian, penuiistidak mengingkari adanya kemungkinanrelawanpun mengalami kejenuhan atau strestersendiri karena banyaknya informasiemosional yang diterima dan beium mampumensistematisasi dan mengabstraksinya.Disiniiah mengingatkan periunya relawan"lingkar ke dua" sebagai pendukung relawan"lingkar pertama" yang langsung terjun kelapangan." Relawan "lingkar ke dua" atausupporting team In! akan menjadi sarana

10

katarsis bagi relawan "lingkar pertama"tersebut.

Memberlkan dukungan atau bantuantidak terlepas dari cara yang tepat. Penuiismenyarankan suatu rangkaian keterampiianyang diperlukan para reiawan dalammemberlkan dukungan sosial. SMEPPPAadaiah akronim dari Senyum, Mendengarkan, Empati, Peka, Peduil, Pandai memilihkata bijak, dan Aksi.

Penerimaan adaiah suatu bentukdukungan sosial, dan senyum adaiahekspresi wajah yang mudah untuk itu.Namun demikian, tidak semua orang dapatdengan mudah tersenyum. Senyum yangtuius dari hati sering kali suiit dilakukanterutama jikaantara pikirandan hati sedangtidaksejalan. Tidakjarang, wajah yang tidakterbiasa tersenyum tidak dapat menun-jukkan penerimaan yang sebenarnya adapada seseorang.

Mendengarkan adaiah satu tindakanyang membutuhkan keterampiian puia.Mendengarkan muslk adaiah hal mudahkarena tidak periu terjadi interaksi. Mende-ngar orang lain bercerita, sebaiiknya,merupakan hai yang tidak mudah karenadaiam interaksi iniseseorang perlu menem-patkan fokus perhatiannya pada orang yangdidengar dan terutama ceritanya. Orangdapat saja dalam posisi mendengarkantetapi pikirannya sedang tertuju pada halyang lain, dan akibatnya apa yang didengar-nya tidak dipahami secara tuntas. Haisemacam ini dapat mengecewakan orangyang bercerita karena ia merasa tidakdiperhatikan dan dinomor-duakan.

Empati adaiah kemampuan untukmerasakan atau berpikir dengan cara atausudut pandang orang lain. Memberlkandukungan sosial tanpa kemampuan empatimerupakan suatu hai yang sulit. Seorangrelawan peiiu memastikan bahwa apa yang

UNISIANO. 63/XXX/I/2007

Page 9: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan 7rflMw^7...Koentjoro dan Budi Andayani

dia lakukan atau katakan terjadi pada saatyang tepat, sehingga apa yang dilakukanatau dikatakannya mempunyai efek yangpositif.

Peka adalah kemampuan untukmengenali tanda-tanda dan peaibahan yangterjadi pada orang lain. Peka dan peduli akanmenjadi satu paket karena ketika orangpeka namun tidak peduli terhadap orang lain,dukungan sosial tidak akan terwujud.Orang yang peduli akan selalu menanyakanapa yang dapat dilakukannya untukmenolong orang lain.

Berbicara mungkin adalah hal yangmudah. Berbicara dengan kata bijak tidaksemua orang mampu melakukannya.Pilihan kata, selain mencakup penghargaan,juga perlu kata-kata yang memotivasi, danmember! kekuatan pada orang yang diajakbicara. Satu prinsip dari teori belajar dengankondisioning Instrumental adalah bahwaperilaku yang mendapat umpan balik positifakan cenderung dlulangi sedang yangmendapat umpan balik negatif akan

Perilaku

Manusia

Peristiwa Alam

Intervensi

Psikologis

BENCANA

Kondisi sosial

ekonomi sebelum

bencana dan

kurangtersedianya

sumber

cenderung dihentikan (Huffman, et al.,1991). Penghargaan biasanya mempunyaiefek positifsehingga orang akan termotlvasimelakukan sesuatu yang dihargai. Kata-kata bijak adalah kata-kata yang mene-nangkan dan bukan menimbulkan rasaterluka dan direndahkan, dan akan men-dorong korban untuk memperkuatusahanyamengatasi masalah kehidupan.

Thomas Alva Edison menekankan

bahwa perilaku positif seharusnya menjadikebiasaan dalam hidup. Dengan demikian,keterampilan dan pemahaman akanSMEPPPA hanya akan menjadi penge-tahuan jlka tidak dilakukan aksi, atautindakan.

Dengan uralan di atas penulis menekankan pentingnya konsep-konsep psiklogidalam hubungan antar manusia, terutamadalam peran memberikan bantuanpsikologis pada korban bencana. Berlkut iniadalah gambar dasar pikiran penulis tentangperistiwa bencana dan peran psikologidalam proses recove/y korban bencana.

Pemberdayaan sumbenkeluaiga, penghidupan,sosial, keberagamaan

Kemiskinan, ke-sedihan, ketakutan,

perasaan diper-lakukan tidak adil,ketidak-berdayaari

RECOVERY

SMEPPPA

DukunganSosial

Gambar 2.Bencana dan Peran Psikologi Menuju Recovery Korban Bencana

UNISIANO. 63/XXX/I/2007 11

Page 10: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Mengolah Rohani denganPendekatan Psikologi

Persoalan bencana merupakan per-soalan yang tidak pernah diplkirkan ataudiduga sebelumnya. Pemahaman tentangbencana, terutama di wilayah negara Indonesia, seharusnya sudah ada karenapelajaran ilmu bumi di Sekolah Menengahsudah menjelaskan bahwa letak Indonesiaadalah dijalur magma bumi sehingga disanabanyak ditemukan gunung berapi. Penje-lasan tentang Ini biasanya berhenti sampaidisini, tanpa banyak hal dibicarakan tentangkemungkinan bencana yang akan terjadi.

Sekarang ini,setelah Indonesia dllandaberbagal bencana, seharusnya pemahamantentang bencana alam makin ditingkatkan.Bencana alam akan menjadi baglan darikehidupan penduduk Indonesia, dimanapuntempat tinggalnya.

Pemahaman tentang bencana akanmenjadi dasar bagalmana pengambilankeputusan dan kebijakan daiam pemba-ngunan. Masalah lahan tempat tinggal,konstruksi bangunan, keslapan-kesiapantindakan jika terjadi bencana akan didasarioieh pemahaman tentang bencana ini.Perlstiwa bencana secara tidak terdugatelah menguak ketidak-jujuran dan korupsiyang banyak terjadi di Indonesia. Korupsidalam konstruksi bangunan dan jalan,dengan mudah dan cepat terkuak lewatgempa bumi sesaat. Dengan demlkian,bencana alam telah mengajarkan pada kitabahwa perencanaan ke depan perlumemperhatikan masalah kondisi llngkungan,dan pelaksanaan pembangunan tidak dapatsembarangan dan korupsi bentuk apa punakan terkuak, cepat atau lambat.

Meski kesadaran akan bencana dapatmempersiapkan perllaku manusia, tidakdapat dipungkirl bahwa kecemasan danketakutan akan tetap menghantui, dan hal

12

Ini sebagaimana telah disinggung sebelumnya,dapat menular pada banyak orang.Selalu ada dalam kecemasan dan ketakutan

akan merupakan stres tersendiri padaseseorang atau sekelompok orang. Denganbeban psikologis seperti ini orang akanmengalami disfungsi daiam berbagalperannya. Akibatnya, banyak hal di seputarindlvidu akan berjalan tidak dengansemestinya. Keluarga yang seharusnyamenjadi tempat berllndung dan memberikanrasa aman justru menjadi tegang; organisasipemerintahan menjadi kacau; llngkunganhidup menjadi tidak aman dan nyaman lagi.Oieh karena itu, kegiatan psikologi, selainmendukung peningkatan kesejahteraan dankemandlrian korban, perlu puia mengenal-kan korban akan suatu cara mengatasistres, yaitu dengan kemampuan melihatmakna dibalik peristiwa gempa.

Sudah banyak terdengar, muslimmenyatakan dan meyakini bahwa "Allahtidak akan member! cobaan kepadaumatNya di luar batas kemampuan manusiauntuk mengataslnya." Keyakinan seperti iniperlu dimantapkan pada para korbanbencana. Korban perlu meyakini bahwa"segala cobaan Allah tidak lain adalah 'suratcinta' kepada umatNya untuk mampumelihat makna di balik sebuah perlstiwa."Dengan keyakinan in pula korban diarahkanuntuk tetap termotivasi untuk bangkit darimasalah yang dihadapinya. Pemantapankeyakinan yang mengolah sisi rohanimanusia seperti inidalam bahasa psikologidisebut sebagai memperkuat strategicoping.

Dari banyak strategi coping yangdikenal ada satu strategi yang terfokus padaemosi, dan bukan pada penyelesaianmasalah. Strategi coping pasif terdiri darisekelompok perilaku yang intinya tidakmenyelesalkan masalah (Sabourin et al.,1990). Adalah suatu strategi pasif yang

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

Page 11: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan rraw/Ma...Koentjoro dan Budi Andayani

disebut resignation atau penerimaan.Penerimaan terhadap apa yang terjadi dandialami akan membantu individu untuk lebih

fokus pada hal-hal yang lebih pentlng dalamhidupnya.

Dengan memantapkan keberagamaanyang dimiliki korban strategi copingmenerima dan seianjutnya mampu meng-ambil hikmah darl cobaan akan membantu

korban mengatasi masalah emoslonal aki-bat kehilangan. Bersedih karena kehilanganadalah ha! yang wajar, namun kesedihanberkepanjangan juga tidak ada gunanya.EnergI yang masih dimiliki oleh korbanseianjutnya dapat diarahkan untuk membe-nahl kehldupan yang terus berjalan.

Penutup

Sudah saatnya setelah Indonesiamengalami berbagal bencana, psikologimeningkatkan perannya dalam penanganankorban bencana. Peningkatan peran in! tidakhanya dari sisi tanggap dan metodepemberian bantuan. Ditlnjau dari perma-salahan yang dihadapi para korban psikologiperlu memantapkan suatu pola baku tentangapa yang harus dilakukan. Pergerakanpsikologi tidak dapat dilakukan secara awamsehingga perlu banyak persiapan. Disamping itu, pergerakan psikologi tidakselalu efektif jika dilakukan dengan basisindividual. Pendekatan kelompok masya-rakat menjadi sangat panting mengingatdampak bencana tidak hanya dirasakan olehbeberapa orang saja melainkan oleh banyakanggota masyarakat. Psikologi, denganpendekatan klinis dan sosial, akan lebihefektif menuju recove/y korban bencana.

Peran psikologi, yang terfokus padaproses mental dan perilaku, tidak dapatterfokus hanya pada penanganan stres danmeningkatkan perilaku pemecahan masalah. Strategi coping pasif dalam hal Ini

UNISIA NO. 63/XXX/I/2007

penerimaan dan pasrah kepada sangPencipta merupakan hal pentlng untukditingkatkan, selain coping aktif untukmemecahkan masalah. Dengan demiklan,psikologi perlu pula menggunakan pendekatan agama agar penanganan korbangempa secara individual dapat dilakukansecara holistik.#

Daftar Pustaka

Afiatin, T., & Andayani, B. 1998. "Peningkatan Kepercayaan Diri dan HargaDiri Remaja Penganggur MelalulKelompok Dukungan Sosial," JumalPsikoiogi, 2, Desember, 1998.

Huffman, K., Vernoy, M., Williams, B., &Vernoy, J. 1991. Psychology in Action, 2nd ed., New York: John Wiley& Sons.

Ignacio, L.L and Perlas A.P, 1994. FromVictims to Survivors: PsychosocialIntervention inDisasterManagement.Manila: IPPAO

Koentjoro, 2006. Penanganan KorbanPaska Gempa (Perspektif Psikologi).Makalah Seminar Peringatan SatuBulan Peristiwa Gempa di Yogya-karta, diselenggarakan oleh UGM,27Juni2006, di UGM.

Koentjoro. 2006. Penanganan PsikologisKorban Gempa pada Tahap Rekon-struksi dan Rehabilitasi. MakalahDIskusi Komisi E DPRD Propinsi DIYdengan LSM dan Mltra Kerja, 16 No-vember2006.

Mallinckrodt, B.. dan Fretz, B.R. 1988. "Social Support and the Impact of JobLoss on Older Professionals." Jour

13

Page 12: RecoveryKawasanBencana: Perwujudan Trauma …

nal of CounselingPsychology, Vol. 35,3,281-286.

Oford. J. 1992. Community Psychology:Theory and Practice. Chichester:John Wiley and Sons, Ltd.

Raharjo, W dan Hendratno, A. 2006. SeputarGempabumi dan Tsunami dl Jawa2006.

Power Point. Yogyakarta: Jurusan TeknikGeoiogi, Fakultas Teknik UGM.

Sabourin, S., Laporte, L., &Wright, J. 1990.Problem Solving Seif-Appraisal andCoping Efforts in Distressed and

Nondistressed Couples. Joumal ofMaritaland Family Therapy, 16,1,89-97.

Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology:Biopsychological Interaction. NewYork: John Wiley and Sons.

Sunarto. 2006. "Problem dan AntislpasiKegempaan." Makalah SeminarPeringatan Satu

Bulan Peristiwa Gempa di Yogyakarta, 27Junl2006, di UGM.

•••

14 UNISIANO. 63/XXX/I/2007