reaksi saham perbankan terhadap pengalihan … · mengetahui reaksi pasar terhadap informasi...
TRANSCRIPT
1
REAKSI SAHAM PERBANKAN TERHADAP PENGALIHAN
WEWENANG PENGAWASAN DARI BANK INDONESIA
KEPADA OTORITAS JASA KEUANGAN: PENGUJIAN
TERHADAP HIPOTESIS PASAR EFISIEN
TIM PENELITI
Ketua : Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., MSi.
Anggota: Nyoman Triaryati, SE, MSi
Dra. Luh Komang Sudjarni, MM
A.A. Gede Suarjaya,SE,MM
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
2
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………….
IDENTITAS PENELITI……………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
ABSTRAK………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……….………………………………………………............
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………………..
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………………
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1. Pasar Efisien……………………………………………………………………
2.2. Hipotesis Penelitian……………………………………………………………
2.3. Implikasi Pasar Modal yang Efisien…………………………………………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian…………………………………………………………..
3.2. Lokasi Penelitian………………………………………………………………..
3.3. Identifikasi dan Definisi Operasionel Variabel……………………………….
3.4. Jenis dan Sumber Data………………………………………………………...
3.5. Tehnik Sampling………………………………………………………………..
3.6. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………
3.7. Teknik Analisis Data…………………………………………………………...
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
1
4
4
5
6
14
15
17
18
18
20
20
20
20
3
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif………………………………………………...……………
4.2. Hasil Uji T untuk Satu Sampel………………………………………………...
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………………………..
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan………………………………………………………………………..
5.2. Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
22
23
25
29
30
4
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
4.1 Statistik Deskriptif Sampel periode pengamatan 22
4.2 Hasil Uji T untuk satu sampel 23
5
ABSTRAK
Pengumumam pengalihan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan
jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), merupakan sebuah informasi yang relevan bagi perusahaan perbankan di Indonesia.
Berdasarkan hipotesis pasar yang efisien, informasi tersebut bisa mengakibatkan penyesuaian
harga saham untuk pembetukan harga baru. Penelitian ini melakukan pengujian pasar efisien
setengah kuat melalui pengamatan terhadap abnormal return yang terjadi sejak tanggal
pengumuman peralihan wewenang tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode pengamatan tidak terdapat abnormal
return yang secara statistic signifikan. Hal ini mengindikasikan penyerapan informasi yang
efisien oleh pasar sehingga informasi publik yang baru langsung tercermin pada harga saham
perbankan. Situasi ini menunjukkan pasar efisien setengah kuat.
Implikasinya terhadap investor adalah bahwa jika investor mendasarkan keputusan penjualan
dan pembelian pada analisis fundamental pada saat pasar efisien setengah kuat, analisis
fundamental tersebut menjadi kurang bermanfaat. Usahanya untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal dari transaksi jual beli saham tidak akan tercapai dalam situasi ini. Sehingga
sebaiknya selain analisis fundamental dalam pengambilan keputusan penjual dan pembelian,
investor sebaiknya melihat kecendrungan uji statistik saham.
BAB I.
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pengawasan perbankan di Indonesia mengalami perkembangan dalam satu dekade
terakhir. Perkembangan ini tercermin dari pengefektifan pengawasan melalui pembaharuan
peraturan perbankan hingga pemindah tanganan wewenang pengawasan dari satu lembaga
kepada lembaga lainnya. Sejak 31 Desember 2013 terjadi peralihan fungsi, tugas dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank
Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini dilarbelakangi oleh usaha
pencapaian kegiatan di dalam sector jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil,
6
transparan dan akuntabel serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat agar
tercapai perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
(BPI,2014:19). Setahun sebelumnya yaitu tanggal 31 Desember 2012 telah terjadi juga
pengalihan fungsi tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di
sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana PensiunLembaga Pembiyaan dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan-Kementrian
Keuangan kepada OJK. Hal ini semestinya menjadi sebuah kebijakan yang memberikan efek
positif terhadap profesionalitas perbankan secara keseluruhan dan secara tidak langsung akan
mempengaruhi perdagangan saham perbankan di pasar modal.
Dasar hukum pelaksanaan pengalihan wewenang ini adalah UU RI no. 21 Tahun 2011
mengenai Otoritas Jasa Keuangan. Momen pelaksanaan ini yang dalam realitasnya efektif sejak
tanggal 31 Desember 2013 seharusnya bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh investor lembaga perbankan yang go public baik menjual, menahan maupun membeli
suatu sekuritas di pasar modal. Adanya reaksi pasar terhadap informasi baru akan
menyebabkan dampak terhadap perubahan harga keseimbangan baru. Harga keseimbangan ini
akan tetap bertahan hingga informasi baru datang dan kembali terjadi penyesuaian harga
keseimbangan baru. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi
pasar seperti ini dikatakan sebagai pasar yang efisien (Jogiyanto;2003). Pasar yang efisien akan
memberikan dampak terhadap harga sekuritas menjadi wajar sehingga tidak ada investor yang
dapat menggunakan informasi yang tersedia untuk memperoleh keuntungan tidak normal
(abnormal return) diatas kerugian investor lain. Sedangkan pada pasar yang kurang efisien
harga sekuritasnya akan kurang bisa mencerminkan semua informasi yang ada, atau terdapat
7
lag dalam proses penyesuaian harga, sehingga terbuka celah bagi investor untuk memperoleh
keuntungan tidak normal (abnormal return) dengan memanfaatkan situasi lag tersebut.
Tidak semua praktisi menerima konsep mengenai pasar efisien ini. Sebagian besar
investor percaya bahwa pasar inifisien, sehingga mereka bisa memanfaatkan inefisiensi pasar
tersebut untuk mendapatkan keuntungan tidak normal (abnormal return). Implikasinya adalah
investor yang percaya bahwa pasar dalam kondisi yang tidak efisien akan menerapkan strategi
perdagangan aktif. Investor tersebut akan secara aktif melakukan perdagangan di pasar agar
bisa mendapatkan tingkat keuntungan (return) yang lebih besar dibandingkan dengan return
pasar. Di lain pihak bagi investor yang percaya pasar dalam kondisi efisien, akan cenderung
menerapkan strategi perdagangan pasif, dengan membentuk portofolio yang bisa mereplikasi
indeks pasar. Investor seperti ini percaya bahwa tidak ada satu investor pun yang dapat
memperoleh abnormal return (Tandelilin,2009:129).
Momen pengalihan wewenang dari BAPEPAM dan BI kepada OJK ini menjadi
informasi yang berkaitan erat dengan perdagangan saham-saham perbankan. Untuk
mengetahui reaksi pasar terhadap informasi tersebut dan implikasinya terhadap keputusan
investasi investor, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai perilaku pasar dalam menyikapi
informasi diatas yang berkaitan dengan saham-saham perbankan.
Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru
yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini
dikatakan sebagai pasar yang efisien, investor tidak mungkin memperoleh abnormal return.
Sedangkan pada pasar yang kurang efisien harga sekuritasnya akan kurang bisa mencerminkan
semua informasi yang ada, atau terdapat lag dalam proses penyesuaian harga, sehingga terbuka
celah bagi investor untuk memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) dengan
memanfaatkan situasi lag tersebut maka investor akan memperoleh abnormal return. Oleh
8
karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap abnormal return untuk
mengetahui reaksi pasar terhadap informasi pengalihan wewenang tersebut pada saham-saham
perbankan di Bursa Efek Indonesia dan implikasinya terhadap keputusan investasi investor.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Terdapat abnormal return sebelum pengalihan kewenangan pengawasan perbankan
dari BI kepada OJK.
2. Terdapat abnormal return pada hari pengalihan kewenangan pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK.
3. Terdapat abnormal return setelah pengalihan kewenangan pengawasan perbankan
dari BI kepada OJK.
III. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi abnormal return sebelum pengalihan kewenangan pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK.
2. Mengidentifikasi abnormal return pada hari pengalihan kewenangan pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK.
3. Mengidentifikasi abnormal return setelah pengalihan kewenangan pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK
IV. Manfaat Penelitian
9
1. Memberikan tambahan perpektif keilmuan dalam pengujian hipotesis pasar efisien
bentuk setengah kuat, dengan dasar sumber informasi publik mengenai pengalihan
wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK.
2. Memberikan perpektif baru kepada investor dalam pengambilan keputusan
penjualan dan pembelian saham ketika terdapat informasi publik baru yang dapat
mempengaruhi harga saham.
BAB II
STUDI PUSTAKA
1.1.Pasar Efisien
Pengambilan keputusan investasi oleh investorpada umumnya berdasarkan prinsip
mencari risiko yang terendah untuk saham-saham yang memiliki tingakt return yang sama, dan
sebaliknya. Oleh karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai tingkat return
dan tingkat risiko dalam kegiatan investasinya (Samuelson and Marks, 2003:566). Beberapa
penelitian lainnya juga mengemukakan pentingnya informasi dalam berinvestasi seperti Foster
(1986) yang mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi kandungan informasi dari suatu
pengumuman informasi perusahaan. Hanafi (1997) menemukan bahwa kandungan informasi
akuntansi terutama laba, membawa kandungan informasi positif ke pasar modal. Begitu juga
menurut Scott (2000) yang menyatakan informasi laba dapat berguna jika dapat mengakibatkan
investor mengubah keyakinan dan tindakan mereka sebelumnya. Oleh karna itu informasi
menjad sangat penting dalam keputusan investasi.
Pada awal tahun 70an Fama mempublikasikan penelitiannya tentang hipotesis pasar
efisien yang menguji sejauh mana informasi yang dipublikasikan akan direspon oleh investor
di pasar modal dan tercermin dalam harga saham. Konsep ini kemudian berkembang dan trus
10
diuji oleh peneliti-peneliti lainnya hingga saat ini baik yang memperkuat maupun
memperlemah. Salah satunya Beaver (2002) dan Khotari (2001) menyatakan bahwa pengujian
efisiensi pasar berfokus pada pengujian dampak, kecepatan dan ketidakbiasan reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa.
Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan
demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk
memperoleh tingkat keuntungan di atas normal (dapat diperoleh bila tingkat keuntungan yang
direalisir lebih tinggi dari tingkat keuntungan ekuilibrium / yang diharapkan) secara konsisten
dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam artian ini sering juga
disebut sebagai efisiensi informasional. (Husnan,2005;264).
Fama mendefinisikan pasar yang efisien, jika harga-harga sekuritas mencerminkan
secara penuh mengenai informasi yang tersedia (a security market is efficient if security prices
”fully reflect” the information available). Definisi ini menekankan pada ”fully reflect” yang
artinya harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang ada dan ”information
available” yang mengandung arti bahwa investor secara akurat mengekspektasikan harga dari
sekuritas bersangkutan dengan menggunakan informasi yang tersedia. Sedangkan Beaver
kembali memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi, bahwa
pasar dikatakan efisien terhadap suatu set informasi yang spesifik, jika harga yang terjadi
setelah informasi diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap
orang mendapatkan set informasi (Jogiyanto,2011:352).
Garis besar dari beberapa definisi pasar modal efisien diatas adalah dimana harga
sekuritas yang diperdagangkan di dalamnya mencerminkan semua informasi yang relevan,
11
sehingga tidak memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan diatas normal. Jones
(1998) menyebutkan bahwa harga sekarang suatu saham (sekuritas) mencerminkan dua jenis
informasi, yaitu informasi yang sudah diketahui dan informasi yang masih memerlukan
dugaan. Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu informasi masa lalu
(misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi saat ini (current information) selain
juga kejadian atau peristiwa yang telah diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana
pemisahan saham). Contoh untuk informasi yang masih membutuhkan dugaan adalah jika
banyak investor percaya bahwa suku bunga akan segera turun, harga–harga akan
mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan sebenarnya terjadi.
Fama (1970) mengklasifikasikan informasi menjadi tiga tipe, yang kemudian
ditranformasikan menjadi tiga tingkatan untuk menyatakan efisiensi pasar modal. Pertama,
adalah keadaaan dimana harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan
harga di waktu yang lalu. Dalam keadaan seperti ini para pemodal tidak akan memperoleh
tingkat keuntungan di atas normal dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas
informasi harga yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi yang lemah (weak form
efficiency). Kedua, keadaan dimana harga-harga bukan hanya mencerminkan harga di waktu
yang lalu, tapi semua infomasi yang dipublikasikan. Keadaan ini disebut dengan bentuk
efisiensi setengah kuat (semi strong). Dengan kata lain, para pemodal tidak bisa memperoleh
tingkat keuntungan di atas normal dengan memanfaatkan public information. Ketiga, adalah
bentuk efisiensi yang kuat (strong form) dimana harga tidak hanya mencerminkan semua
informasi yang dipublikasikan, tapi juga informasi yang bisa diperoleh dari analisa
fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Dalam keadaan seperti ini pasar modal
akan seperti rumah lelang yang ideal, dimana harga selalu wajar dan tidak ada investor yang
mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham (Husnan,2005;269).
12
Menurut Karyadi (2012) pada bentuk semi-kuat hipotesis pasar efisien menguji
informasi termasuk informasi yang tersedia bagi publik, seberapa cepat harga-harga sekuritas
merefleksikan pengumuman informasi publik. Pada bentuk lemah menguji informasi hanya
pada harga historis atau return berikutnya, dengan kata lain bagaimana return di masa lalu
mampu dengan baik memprediksikan return di masa datang. Jensen (1978) mengungkapkan
bahwa versi efisiensi pasar yang lebih lemah dan ekonomis terjadi jika harga merefleksikan
informasi pada titik dimana manfaat marjinal informasi (laba yang dihasilkan) tidak melebihi
biaya marjinalnya.
Fama dalam Karyadi (2012) mengungkapkan bahwa terdapat empat model
ekuilibrium pasar yang dapat dipergunakan untuk menguji efisiensi pasar. Model pertama
adalah return ekspektasian positif yang menyatakan bahwa jika pasar efisien dan jika model
ekuilibrium pasar benar maka investor atau analis pasar yang tidak setuju dengan pasar dan
memposisikan pada return ekspektasian negatif pada suatu sekuritas akan menjadi salah. Hal
ini mengimplikasikan adanya risiko kerugian yang akan ditanggung oleh investor yang salah
dalam mengambil dan mengekspektasikan return pasar tersebut. Pada model ekuilibrium
kedua, Fama mengajukan return ekspektasian konstan. Pada model ini, jika pengujian efisiensi
pasar merupakan pengujian asumsi ekuilibrium pasar secara simultan dan selama didasarkan
pada autokorelasi hasil terbukti konsisten dengan hipotesis bahwa pasar efisien. Pengujian ini
juga dapat diinterpretasikan sebagai bukti yang konsisten dengan asumsi bahwa return
ekspektasian ekuilibrium bersifat konstan sepanjang waktu. Model ketiga dari ekuilibrium
pasar adalah return menyesuaikan pada model pasar. Pengujian ini terutama berhubungan
dengan penyesuaian harga atas informasi spesifik perusahaan, seperti pengumuman laba,
penerbitan sekuritas baru, stock-splits, dan sebagainya. Return menyesuaikan pada hubungan
risikoreturn merupakan model keempat dari ekuilibrium pasar. Model ini menunjukkan bahwa
13
pengujian terkini efisiensi pasar dimana pasar menentukan harga pada t-1 sehingga terdapat
hubungan positif antara return ekspektasian suatu sekuritas dari t-1 ke t dengan risiko sekuritas
tersebut.
Menanggapi berbagai macam kritik sejak kemunculan pertama hipotesis pasar efisien,
Fama dan Laffer dalam Karyadi (2012) memberikan lima asumsi yang mendasari hipotesis
pasar efisien. Kelima asumsi ini dipergunakan sebagai cara memberikan kerangka yang tidak
bertentangan dalam mengembangkan sebuah teori, menyederhanakan analisis dan bermanfaat
dalam mempelajari lebih mendalam dunia nyata. Asumsi pertama adalah perusahaan secara
individual berkompetisi sempurna dalam pasar produk mereka dan pasar modal bersifat
sempurna dalam memaknai biaya transaksi nol, akses lebih murah terhadap informasi apapun
yang tersedia secara publik, dan keberadaan substitusi sempurna untuk sekuritas suatu
perusahaan. Asumsi ini merupakan suatu cara bagaimana sebuah informasi seharusnya mampu
memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu yang menggunakan informasi itu berapapun
biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan informasi. Informasi dengan biaya lebih
murah bahkan nol mengandung arti bahwa informasi itu tersedia dalam jumlah yang besar dan
siap untuk dipergunakan dalam pengambilan keputusan. Informasi ini juga bermanfaat dalam
mengurangi risiko, meningkatkan keputusan operasi perusahaan dan memungkinkan para
investor memperoleh laba dari akses terhadap informasi baru. Dalam hal ini juga terkandung
makna bahwa seorang pengambil keputusan yang mendasarkan informasi ini memiliki
kebebasan untuk menilai kualitas informasi dan dapat melakukan substitusi secara bebas
terhadap informasi karena ketersediaannya yang berlimpah. Asumsi kedua Fama dan Laffer
adalah perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis sekuritas yaitu saham biasa dan tujuan
perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai pasar sahamnya. Asumsi ini didasarkan pada
rasionalitas empiris bahwa dengan hanya mengeluarkan satu jenis saham maka memungkinkan
14
perusahaan untuk lebih memfokuskan diri pada operasinya dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan akan tercermin dalam harga sahamnya dan
sebaliknya. Dengan demikian memungkin para investor mampu melakukan perdagangan tanpa
mengidentifikasikan dirinya atau menunjukkan bahwa mereka memiliki informasi baru sebagai
asumsi yang ketiga. Hal ini terjadi karena para investor secara rasional akan terfokus pada nilai
dan harga saham perusahaan yang hanya satu jenis itu dan produknya yang kompetitif.
Keadaan sebaliknya akan terjadi dalam kondisi terjadinya monopoli atau monopoli sebagian
terhadap informasi. Para investor setuju terhadap implikasi dari informasi yang dapat mencapai
ekuilibrium harga sekuritas. Kondisi ekulibrium menunjukkan kondisi optimal yang dapat
dicapai para investor dan kondisi ini menunjukkan pencapain efisiensi antara harga dengan
informasi dari perusahaan. Asumsi ke-empat ini (yang umumnya disebut ekspektasi
homogenius) memungkinkan kita untuk menghindari kesulitan yang muncul dalam
menganalisis proses menghasilkan informasi (atau bahkan mendefinisikan konsep informasi)
ketika masyarakat tidak sepakat terhadap implikasi peristiwa dalam proses ekuilibrium saat ini
dan masa mendatang. Asumsi kelima yang diungkapkan oleh Fama dan Laffer adalah tidak
terjadi short selling sekuritas. Peran asumsi ini, dengan didasarkan pada asumsi pertama dan
ketiga, terikat pada manfaat informasi yang dihasilkan. Karenanya dalam pasar modal yang
sempurna seorang investor dapat membeli sejumlah sekuritas yang melebihi ketersediaan
totalnya dengan mendorong investor lain untuk melakukan short selling. Fama (1991)
menambahkan bahwa ambiguitas informasi dan biaya perdagangan bukan merupakan
penghambat inferensi efisiensi pasar, namun perlu dilakukan pengujian ketiga kategori
efisiensi pasar dan keempat model ekuilibrium pasar dengan model harga-pasar (asset-pricing
model). Pengujian ini akan mengarahkan literatur efisiensi pasar pada keputusan bagaimana
meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan perilaku time-series dan cross-section dari
return sekuritas. Penelaahan terhadap hasil-hasil riset empiris yang melakukan pengujian
15
gabungan dengan model harga pasar dan perilaku return sekuritas akan memungkinkan
pengayaan hipotesis efisiensi pasar dan riset dalam bidang ini di masa mendatang (Fama,
1991).
Fama menunjukkan bahwa bukti paling jelas tentang efisiensi pasar berasal dari studi
peristiwa (event studies), terutama studi peristiwa return harian. Hasil studi peristiwa
menunjukkan bahwa rata-rata harga saham melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap
informasi spesifik perusahaan yaitu keputusan investasi, perubahan deviden, perubahan
struktur modal dan transaksi pengendalian-perusahaan.
Menurut Dyckman dan Morse dalam Gumanti dan Utami menyatakan pengujian pasar
efisien dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengujian berbasis informasi non-akuntansi
dan pengujian berbasis informasi akuntansi. Pengujian berbasis informasi non-akuntansi
didasarkan pada ketiga bentuk pasar efisien menurut Fama (1970) dan beberapa variasi yang
masih berkaitan dengan aspek non-akuntansi. Sedangkan pengujian berbasis informasi
akuntansi tidak mengikuti bentuk pasar efisien yang ada.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian efisiensi pasar setengah kuat dengan
dasar sumber informasi publik pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada
OJK, dan implikasinya terhadap pengambilan keputusan beli dan jual saham khususnya
perbankan. Menurut konsep semi-kuat, investor tidak akan mampu untuk memperoleh
abnormal returns dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang
tersedia di publik. Dengan kata lain, analisis terhadap laporan keuangan tidak memberikan
manfaat apa-apa. Ide dari pandangan ini adalah bahwa sekali informasi tersebut menjadi
informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar, maka semua investor akan bereaksi dengan
cepat dan mendorong harga naik untuk mencerminkan semua informasi publik yang ada.
Berlawanan dengan pasar efisien bentuk lemah, pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada
16
banyak investor yang berfikir bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan
pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar, khususnya
informasi akuntansi.
2.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas berikut hipotesis yang akan diuji:
H1 : Terdapat abnormal return 3 hari sebelum pengalihan kewenangan pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK
Hipotesis pertama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kebocoran informasi sebelum
terjadinya sebuah peristiwa pengalihan kewenangan pengawasan perbankan dari BI kepada
OJK
H2 : Terdapat abnormal return pada hari pengalihan kewenangan pengawasan perbankan
dari BI kepada OJK
Hipotesis kedua digunakan untuk mengetahui apakah reaksi pasar pada peristiwa pengalihan
kewenangan pengawasan perbankan dari BI kepada OJK
H3 : Terdapat abnormal return 3 hari setelah pengalihan kewenangan pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK
Hipotesis ketiga digunakan untuk mengetahui apakah pasar bereaksi terhadap peristiwa
pengalihan kewenangan pengawasan perbankan dari BI kepada OJK.
2.3. Implikasi Pasar Modal yang Efisien
Belum semua kaum praktisi pasar modal bisa menerima konsep mengenai pasar yang
efisien ini. Sebagian investor percaya bahwa pasar inefisien, sehingga mereka memanfaatkan
17
inefisiensi pasar tersebut untuk mendapatkan abnormal return. Meskipun demikian, di sisi lain,
banyak kalangan akademisi yang percaya bahwa pasar efisien pada tingkat tertentu itu ada.
Implikasi hipotesis pasar efisien terhadap investor yang berinvestasi di pasar modal bisa
dilihat dari implikasinya terhadap investor yang menerapkan analisis teknikal dan analisis
fundamental dalam penilaian dalam pemilihan saham. Bagi investor yang menerapkan analisis
tehnikal mereka pada dasarnya percaya bahwa pergerakan harga saham di masa yang akan
datang, bisa diprediksi dari data pergerakan harga saham di masa lampau. Dengan demikian
investor yang menerapkan analisis teknikal akan bergantung pada informasi masa lalu (historis)
tentang data harga saham dan volume perdagangan saham, untuk memperkirakan harga saham
di masa yang akan datang. Dalam situasi seperti ini, jika hipotesis pasar efisien dalam bentuk
lemah benar, maka tindakan investor yang melakukan analisis teknikal tidak akan memberi
nilai tambah lagi bagi investor, karena harga saham yang terjadi sudah mencerminkan semua
informasi pergerakan harga dan volume saham historis.
Implikasi hipotesis pasar efisien terhadap investor yang melakukan analisis
fundamental adalah sebagai berikut. Analisis fundamental merupakan analisis saham yang
dilakukan dengan mengestimasi nilai intrinsik saham berdasar informasi fundamental yang
telah dipublikasikan perusahaan (seperti laporan keuangan, perubahan deviden dan lainnya)
untuk menentukan keputusan menjual atau membeli saham. Dalam situasi seperti ini jika
hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat adalah benar, dimana semua informasi
fundamental yang dipublikasikan perusahaan sudah tercermin dalam harga pasar, maka
tindakan investor yang melakukan analisis fundamental untuk memperoleh abnormal return
juga sudah tidak bermanfaat lagi (Tandelilin,2009:130).
Penelitian ini akan menguji efisiensi pasar melalui pengamatan terhadap abnormal
return selama periode peristiwa pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada
18
OJK, yang mana hasilnya dapat berimplikasi langsung terhadap strategi investasi yang
digunakan oleh investor.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menguji efisiensi pasar melalui penyerapan informasi baru peralihan
fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
perbankan dari Bank BI kepada OJK (PP RI no.21 Tahun 2011), melalui penghitungan
abnormal return. Berikut formulasi perhitungan abnormal return yang akan dipergunakan:
ARit = Rit – E [Rit]
Dimana,
ARit = abnormal return saham i pada periode t
Rit = actual return saham i pada periode t
Rmt = return pasar pada periode t
E [Rit] = expexted return pada periode t
Periode yang digunakan adalah selama 7 hari, yaitu 3 hari sebelum terjadinya, 1 hari
peristiwa tanggal 31 Desember 2013, dan 3 hari setelah peristiwa. Objek penelitiannya adalah
seluruh saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode peristiwa.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Bursa Efek Indonesia.
3.3. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
19
1. Abnormal return adalah selisih antara actual return dengan expected return sebagai
variabel yang diamati dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penyerapan
informasi di Bursa efek Indonesia, dan pengujian efisiensi pasar akibat pengalihan
wewenang dari BI kepada OJK pada tanggal 31 Desember 2014.
2. Actual Return adalah return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga
sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, yang dapat diukur dengan rumus:
Rit = Pit – Pi t-1
Pit-1
Dimana,
Pit = harga saham i pada periode t
Pi t-1 = harga saham i pada periode t-1
3. Expected Return
Merupakan return yang dapat diestimasi menggunakan beberapa model, salah satunya
adalah market model. Pengunaan model ini dari ketiga model yang ada didasarkan pada asumsi
bahwa dengan mengestimasi return yang diharapkan dari data historis, maka akan diperoleh
ekspektasi yang lebih baik dibandingkan hanya dengan mendasarkan nilai ekspektasi pada
indeks pasarnya saja. Perhitungan model ekspektansi ini menggunakan persamaan berikut ini:
ARit = Rit – [i + I . Rmt +eit]
Dimana,
ARit = abnormal return saham i pada periode t
Rit = actual return saham i pada periode t
Rmt = return pasar pada periode t
I = intercept untuk sekuritas i
I = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas i
20
ei = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode t
Perhitungan expected return ini dalam persamaannya terdapat return pasar yang
merupakan return pasar yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih indeks harga
saham sekarang relatif terhadap indeks harga saham sebelumnya, dapat dihitung dengan
rusmus sebagai berikut:
Rmt = Imt – Im t-1
Imt-1
Dimana,
Imt = IHSG pada priode t
Im t-1 = IHSG pada periode t-1
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dari www.idx.id berupa data harga
saham perusahaan perbankan dan Indeks Harga Saham Gabungan, selama periode pengamatan.
3.5. Teknik Sampling
Sampel penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia
yang terdaftar pada periode pengamatan. Jumlah keseluruhan saham perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada pariode pengamatan adalah sebanyak 36 Bank.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi pada www.idx.id
berupa data harga saham perusahaan perbankan dan Indeks Harga Saham Gabungan.
3.7. Teknik Analisis Data
21
Pengujian dalam penelitian ini merupakan pengujian terhadap seberapa cepat suatu
informasi diserap oleh pasar dapat digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah
kuat (semi strong). Pasar dikatakan efisien secara setengah kuat jika investor bereaksi dengan
cepat untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga keseimbangan baru. Sebaliknya
jika investor menyerap abnormal return dengan lambat maka pasar dikatakan tidak efisien
bentuk setengah kuat. Melalui perhitungan abnormal return yang diawali dengan perhitungan
actual return dan expected return selama periode jendela 28 desember 2013 sampai 3 januari
2014, dan dilakukan uji t untuk satu sampel pada abnormal return, maka dapat ditentukan
apakah pasar efisien dalam bentuk setengah kuat atau tidak.
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif
data: diolah,2014
Output statistik pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata abnormal return pada
3 hari sebelum pemindahan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK sebesar
0,098299 dengan rata-rata penyimpangan abnormal return dari semua saham perbankan
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Sampel periode pengamatan
36 .098299 .5507805 .0917967 36 -.083011 .6084742 .1014124 36 -.205551 1.2184287 .2030715 36 -.257286 1.5267971 .2544662 36 .197074 1.1453866 .1908978
36 .214446 1.3391572 .2231929 36 .021026 .2291811 .0381968
H3b H2b
H1b H0 H1u H2u H3u
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
22
sebesar 0,5507805. Hari berikutnya yaitu 2 hari sebelum pemindahan wewenang pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK adalah rata-rata abnormal return adalah sebesar -0,083011
dengan rata-rata penyimpangan abnormal return dari semua saham perbankan sebesar
0,6084742. Satu hari terakhir sebelum hari pemindahan wewenang pengawasan perbankan
dari BI kepada OJK, besarnya rata-rata abnormal return adalah sebesar -0,205551 dengan rata-
rata penyimpangan abnormal return dari semua saham perbankan sebesar 1.2184287.
Pada hari pemindahan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK rata-rata
abnormal return adalah sebesar -0,257286 dengan rata-rata penyimpangan abnormal return
saham perbankan sebesar 1,5267971.
Berikutnya pada 1 hari pertama setelah pemindahan wewenang pengawasan perbankan
dari BI kepada OJK, besarnya rata-rata abnormal return adalah sebesar 0,197074 dengan rata-
rata penyimpangan abnormal return dari semua saham perbankan sebesar 1,1453866. Pada
hari kedua setelah pemindahan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK,
besarnya rata-rata abnormal return adalah sebesar 0,214446 dengan rata-rata penyimpangan
abnormal return dari semua saham perbankan sebesar 1,3391572. Hari terakhir pengamatan
yaitu 3 hari setelah pemindahan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK,
besarnya rata-rata abnormal abnormal return adalah sebesar 0,021026 dengan rata-rata
penyimpangan abnormal return dari semua saham perbankan sebesar 0,2291811.
4.2. Hasil Uji T untuk satu Sampel
Tabel 4.2
Hasil Uji T untuk satu sampel
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
H3b 1.071 35 .292 .0982994 -.088058 .284657
H2b -.819 35 .419 -.0830106 -.288889 .122867
H1b -1.012 35 .318 -.2055506 -.617808 .206706
23
H0 -1.011 35 .319 -.2572856 -.773879 .259308
H1u 1.032 35 .309 .1970742 -.190469 .584617
H2u .961 35 .343 .2144461 -.238659 .667552
H3u .550 35 .585 .0210264 -.056517 .098570
data: diolah,2014
Hasil Uji T untuk satu sampel diatas menunjukkan beberapa hal yang berkaitan dengan
hipotesis penelitian ini. Pertama, meskipun terdapat abnormal return pada hari ketiga, kedua
dan sehari sebelum hari-H pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK,
namun rata-rata abnormal return tersebut tidak signifikan secara statistik. Hal ini ditunjukkan
oleh tabel 4.2, dengan tingkat signifikansi (α) 5%, probabilitas dari ketiga hari sebelum hari-h
lebih besar dari 0,05 yaitu 0,292 pada hari ketiga sebelum hari-H, 0,419 pada hari kedua
sebelum hari-H, dan 0,318 sehari sebelum hari-H. Hasil yang menunjukkan probabilitas
abnormal return dari 3 hari pengamatan sebelum hari H lebih tinggi dari tingkat signifikansi,
menghasilkan penolakan terhadap hipotesis alternatif dan penerimaan hipotesis nol.
Kedua, hal yang sama juga tejadi pada hari-H, tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa terdapat
abnormal return negatif yang dapat dinyatakan sebagai abnormal return, dengan tingkat
signifikansi 5%, probabilitas 0,319 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa abnormal
return tersebut secara statistik tidak signifikan. Hasil yang menunjukkan probabilitas abnormal
return pada hari H lebih tinggi dari tingkat signifikansi, menghasilkan penolakan terhadap
hipotesis alternatif dan penerimaan hipotesis nol.
Ketiga, setelah hari H tabel 4.2 menunjukkan kecenderungan yang sama, terdapat abnormal
return pada hari pertama, kedua dan ketiga setelah pengalihan wewenang pengawasan
perbankan dari BI kepada OJK, namun secara statistik tidak signifikan. Pada tabel 4.2, dengan
tingkat signifikansi (α) 5%, probabilitas dari ketiga hari sesudah hari-H lebih besar dari 0,05
yaitu 0,309 pada hari pertama sesudah hari-H, 0,343 pada hari kedua setelah hari-H, dan 0,585
pada hari ketiga setelah hari-H. Hasil yang menunjukkan probabilitas abnormal return dari 3
24
hari pengamatan setelah hari H lebih tinggi dari tingkat signifikansi, menghasilkan penolakan
terhadap hipotesis alternatif dan penerimaan hipotesis nol.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Jika dilihat dari statistik deskriptif pada tabel deskriptif sebelumnya, selama 7 hari
pengamatan rata-rata abnormal return menunjukkan tingkat yang berbeda dengan nol. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang tidak normal. Namun hasil ini belum dapat
menunjukkan apakah pasar secara efisien menyerap informasi tentang pengalihan wewenang
pengawasan perbankan dari BI kepada OJK. Sehingga bagi investor pengambilan keputusan
investasinya tidak hanya bisa didasarkan pada statistik deskriptif ini saja.
Hasil penelitian berikutnya adalah ditolaknya hipotesis alternatif pertama yang
diajukan yaitu terdapat abnormal return selama 3 hari sebelum pengalihan kewenangan
pengawasan perbankan dari BI kepada OJK. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah
terdapat kebocoran informasi mengenai pengalihan wewenang yang akan terjadi. Oleh karena
hasil abnormal return selama 3 hari sebelum pengalihan wewenang tidak signifikan secara
statistik, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kebocoran informasi. Implikasi tidak
terdapatnya kebocoran informasi pada investor adalah tidak terjadinya keputusan penjualan
dan pembelian saham perbankan oleh investor.
Pada hari pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK, tidak
terdapat juga hasil abnormal return yang signifikan secara statistik. Hal ini ditunjukkan oleh
penolakan hipotesis alternatif yaitu terdapat abnormal return pada hari pengalihan kewenangan
pengawasan perbankan dari BI kepada OJK, yang mana hipotesis ini digunakan untuk melihat
reaksi pasar terhadap pengalihan wewenang tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa pasar tidak
bereaksi secara berlebihan atau pasar bisa menyerap informasi yang bersangkutan dan
25
informasi publik ini dengan cepat tercermin pada harga saham perbankan. Penyerapan
informasi publik yang tercermin langsung pada harga saham perbankan menunjukkan pasar
adalah pasar efisien setengah kuat. Dalam situasi seperti ini jika hipotesis pasar efisien bentuk
setengah kuat adalah benar, dimana semua informasi fundamental yang dipublikasikan
perusahaan sudah tercermin dalam harga pasar, maka tindakan investor yang melakukan
analisis fundamental untuk memperoleh abnormal return juga sudah tidak bermanfaat lagi
(Tandelilin,2009:130).
Jika pada hari pengalihan wewenang tidak terdapat abnormal return, pengamatan
mengenai pasar efisien dapat dilakukan hingga tiga hari setelah pengalihan wewenang, karena
reaksi pasar bisa saja tertunda. Sehingga hipotesis ketiga digunakan untuk mengetahui reaksi
pasar setelah pengumuman. Hasil penelitian secara statistik menunjukkan penolakan terhadap
hipotesis alternatif yang diajukan yaitu terdapat abnormal return selama tiga hari setelah
pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK. Hasil ini menunjukkan
bahwa ketika tidak terdapat abnormal return, maka pasar mampu menyerap informasi yang
relevan dengan cukup cepat, sehingga semua informasi publik yang ada segera tercermin pada
seluruh harga saham perbankan. Penyerapan informasi publik yang tercermin langsung pada
harga saham perbankan menunjukkan pasar adalah pasar efisien setengah kuat. Implikasi pada
investor adalah pengambilan keputusan pembelian dan penjualan saham dari hasil analisis
fundamental pada waktu yang bersangkutan tidak akan memberikan abnormal return yang
optimal kepada investor.
Analisis ketiga hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat abnormal
return selama pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK. Hal ini
mengindikasikan bahwa selama periode pengamatan dengan adanya informasi publik berupa
pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK, tidak terdapat kebocoran
26
informasi dan pasar dapat menyerap informasi tersebut dengan cepat sehingga tercermin segera
pada harga saham perbankan di pasar. Jika demikian maka selama periode pengamatan pasar
dapat dinyatakan efisien setengah kuat.
Implikasi hipotesis pasar efisien terhadap investor adalah sebagai berikut, jika investor
melakukan analisis fundamental dengan mengestimasi nilai intrinsik saham berdasar informasi
fundamental yang telah dipublikasikan perusahaan (seperti laporan keuangan, perubahan
deviden dan lainnya) dan informasi publik (pengumuman peraturan baru) untuk menentukan
keputusan menjual atau membeli saham dan jika hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat
adalah benar, dimana semua informasi fundamental yang dipublikasikan perusahaan dan
informasi publik sudah tercermin dalam harga pasar, maka tindakan investor yang melakukan
analisis fundamental untuk memperoleh abnormal return juga sudah tidak bermanfaat lagi
(Tandelilin,2009:130). Begitu juga dengan melakukan transaksi penjualan dan pembelian
saham selama periode bersangkutan tidak akan memberikan keuntungan yang optimal.
Sehingga dalam situasi pasar efisien setengah kuat ini, investor sebaiknya tidak melakukan
transaksi penjualan dan pembelian semata-mata untuk memperoleh keuntungan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Analisis ketiga hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat abnormal
return selama pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK. Hal
ini mengindikasikan bahwa selama periode pengamatan dengan adanya informasi
publik berupa pengalihan wewenang pengawasan perbankan dari BI kepada OJK, tidak
terdapat kebocoran informasi dan pasar dapat menyerap informasi tersebut dengan
27
cepat sehingga tercermin segera pada harga saham perbankan di pasar. Jika demikian
maka selama periode pengamatan pasar dapat dinyatakan efisien setengah kuat.
2. Investor yang melakukan analisis fundamental untuk menentukan keputusan menjual
atau membeli saham untuk memperoleh keuntungan dan jika hipotesis pasar efisien
bentuk setengah kuat adalah benar, dimana semua informasi fundamental yang
dipublikasikan perusahaan dan informasi publik sudah tercermin dalam harga pasar,
maka tindakan investor tersebut tidak bermanfaat. Begitu juga dengan melakukan
transaksi penjualan dan pembelian saham selama periode bersangkutan tidak akan
memberikan keuntungan yang optimal. Sehingga dalam situasi pasar efisien setengah
kuat ini, investor sebaiknya tidak melakukan transaksi penjualan dan pembelian
semata-mata untuk memperoleh keuntungan.
5.2. Saran
1. Pengujian pasar efisien selajutnya sebaiknya menggunakan periode pengamatan yang
lebih panjang, sehingga menghasilkan pengujian yang konsisten, meskipun dengan
peristiwa atau informasi yang berbeda.
2. Investor sebaiknya tidak hanya mendasarkan keputusan pembelian dan penjualan
sahamnya pada analisis tehnikal dan fundamental, tapi perlu juga dilakukan uji statistik
untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai abnormal return dalam usahanya
memperoleh keuntungan.
DAFTAR RUJUKAN
Beaver,W.H. (2002) Perspective on recent capital market research, The Accounting Review,
77 (2), pp.453-474
Booklit Perbankan Indonesia 2014
Buku Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.
28
Eduardus Tandelilin. 2009. Portofolio dan Investasi:Teori dan AplikasiI. Edisi: satu,
Yogyakarta : Kanisius.
Fama, Eugene F. (1970). Efficient Capital Market: a review of theory and empirical work.
Journal of Finance, 25(2):383-417
_________, (1991). Efficient Capital Market:II. Journal of Finance, 46(4):1575-1617.
Foster,G. 1986. Financial Statement Analysis. 2nd Edition.Prentice Hall Englewood Cliffs.
New Jersey.
Gumanti Ari T. dan Utami Sri E.(2002) Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya. Jurnal
Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra.
Hanafi, M. (1997) Informasi laporan keuangan:studi kasus pada emiten BEJ. KELOLA.No.16-
75-100.
Husnan Suad. 2005. Dasar-dasar teori portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Empat.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Khotahri,S.P. (2001) Capital market research in accounting. Journal of Accounting and
Economics,31, hal 105-231.
Jones, Charles P. (1998). Investment: Analysisi and Management. Jhon Wiley ans Son,
California 6th Edition.
Karyadi, Hari (2012). Hipotesisi Pasar Efisien: Konsep, Anomali, dan riset Keperilakuan.
Proceeeding dipublikasikan.
Hartono,J, 2011. Teori Portofolio dan Investasi. Edisi: Delapan. Yogyakarta: BPFE.
Samuelson, W.F. and SG, Mark (2003). Managerial Economics.4th edition, New York:Jhon
Wiley And Son,Inc.
Scoot, W.R.2000. Financial Accounting Theory.2nd Edition, Prentice Hall International, Inc.
bei.co.id