ufd putra utama (0904103010071)a

Upload: indah-farasty

Post on 19-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sxa

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    1/33

    PAPER

    TEKNOLOGI MEMBRAN

    Mekanisme Pembentukan Pori

    Membran pada Proses Inversi Fasa

    Disusun Oleh:

    Anggota Kelompok :

    M.Nanda Faria 0904103010006

    Naluri Iqbal Shiddiq 0904103010009

    Putra Utama 0904103010071

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    DARUSSALAM-BANDA ACEH

    2012

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    2/33

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS SYIAH KUALA

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA

    LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIAJL . Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam - Banda Aceh 23111 Telp 0651-51977 pes 4326

    IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM

    OPERASI TEKNIK KIMIA

    Kelompok : C - 2

    Nama / NIM : Ikmalul Rahmi O 0704103010020

    Riski Amalia 0904103010011

    Fahirul Muhar 0904103010061

    Putra Utama 0904103010071

    Melaksanakan percobaan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia

    Percobaan : Urea Formaldehid

    Hari / Tanggal : Kamis / 24 Mei 2012

    Pukul : 08.00 s/d selesai

    Pembimbing percobaan telah menyetujui atas penggunaan segala fasilitas di

    Laboratorium Operasi Teknik Kimia untuk melakukan percobaan di atas.

    Mengetahui, Darussalam, 24 Mei 2012

    Staff Laboratorium Menyetujui

    Pembimbing,

    Prof. Dr. Ir. Medyan Riza.

    M,Eng

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    3/33

    Nip : NIP. 19590115 1985 031 003

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Salawat serta salam kita

    ucapkan keharibaan Nabi Muhammad SAW dan kepada sahabat serta keluarga

    beliau.

    Alhamdulillah penyusun telah dapat menyelesaikan laporan praktikum

    yang berjudul Urea Formaldehid untuk memenuhi persyaratan praktikum

    laboratorium Operasi Teknik Kimia.

    Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1) Ibu Dr. Ir. Mariana, M.Si sebagai Kepala Laboratorium Operasi Teknik KimiaUniversitas Syiah Kuala.

    2) Bapak Prof. Dr. Ir. Medyan Riza, M.Eng selaku Dosen Pembimbing yangtelah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan

    laporan ini.

    3) Saudara Indra Safriadi sebagai asisten pada percobaan Urea Formaldehid.4) Teman-teman Teknik Kimia angkatan 2009, serta semua pihak yang telah

    banyak membantu baik dalam menyelesaikan laporan ini maupun pada saat

    berlangsungnya praktikum.

    Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta

    peunjuk bagi kita semua. Penyusun sangat menyadari bahwa laporan ini masihsangat jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan

    kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan pelajaran dimasa

    yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

    khususnya untuk penulis.

    Darussalam, 20 Juni 2012

    Penyusun

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    4/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Seluruh aspek kehidupan manusia senantiasa bergantung pada polimer

    untuk kebutuhan hidup, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan benda-

    benda yang berhubungan lainnya. Sebelum abad ke-19, bahan-bahan untuk

    keperluan ini diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

    Titik kultivasi awal yaitu pada abad ke-19, manusia telah memproduksi

    polimer dengan teknologi yang lebih canggih untuk meningkatkan mutu

    penggunaannya. Pada abad ini pula, ditemukan polimer plastik yang dibuat dari

    getah, selulosa dan minyak tumbuh-tumbuhan seperti minyak jarak. Yang mana

    pada awalnya memproduksi polistirena (PS) dan polivinilklorida (PVC) (Zakaria,

    2003).

    Hingga sekarang ini polimer semakin berkembang dalam dunia perekatan.

    Ilmu perekatan telah digunakan dalam disiplin ilmu, baik bidang kimia, fisika

    permukaan, serta mekanika. Sehingga pemahaman ilmu polimer menjadi syarat,

    termasuk reaksi polimerisasi, reologi, deformasi, dan perilaku pemecahan

    polimer.

    Jenis perekat yang paling umum digunakan adalah resin urea formaldehid

    (UF), melamin formaldehid (MF), fenol formaldehid (PF), diisosianat,

    poliisosianat, polimer dan kopolimer dari vinil asetat, serta poliamida. Semuanyatermasuk ke dalam sistem resin termoset(Achmadi, 1990).

    Urea formaldehid resinadalah kondensasi urea dengan formaldehid. Resin

    tipe ini termasuk dalam kelas termosetting resin, yang mempunyai sifat tahan

    terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Selain itu

    produksi yang murah dan mudah juga menjadi andalan dari resin urea formaldehid

    ini. Oleh kemungkinan sifat-sifatnya, urea formaldehid mempunyai bidang

    penggunaan yang sangat luas, yang menyebabkan industri urea formaldehid

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    5/33

    berkembang dengan pesatnya, sebagai contoh, industri adhesiveuntukpolywood,

    textile resinfinishing, laminating, coating, molding, casting, dan lucquers, dll

    (Anonimous, 2008).

    Namun terdapat kekurangan yang juga sangat membatasi urea formaldehid

    dalam penggunaannya. Salah satu yang paling vital adalah terdegradasinya ikatan

    polimer yang terbentuk oleh adanya air ataupun uap. Ini diakibatkan

    terhidrolisinya ikatan aminometilen, oleh karena itu penggunaannya terbatas pada

    aplikasi interior saja (Pizzi, 1999)

    Salah satu senyawa dengan ikatan aminometilen

    1.2 Tujuan Percobaan

    Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk melakukan suatu reaksi

    polimerisasi antara urea dan formaldehid serta menetukan waktu curing dari resin.

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    6/33

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam

    perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh

    sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan

    ekstruksi. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah

    monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari

    beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai

    tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai

    tumpukan jerami maka disebut amorf, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin

    dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, dkk., 1989).

    Menurut Eden dalam Syarief (1989), klasifikasi plastik menurut struktur

    kimianya terbagi atas dua macam yaitu:

    1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka

    akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu

    tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik

    (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.

    2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat

    polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosettingdengan sifat tidak

    dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah

    terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

    Bentuk paling sederhana dari molekul polimer adalah rantai lurus atau

    disebut juga sebagai polimer linear yang terdiri dari satu rantai utama.

    Fleksibilitas dari rantai polimer yang tidak bercabang di pengaruhi oleh

    persistence length (sifat dasar mekanis yang mengukur kekakuan dari polimer

    panjang). Molekul polimer bercabang disusun dari rantai utama dengan satu atau

    lebih cabang. Beberapa tipe khusus dari polimer bercabang adalah star polymers,

    comb polymers, dan brush polymers. Jika polimer mengandung rantai cabang

    yang komposisinya berbeda dengan rantai utama maka dia disebut grafted

    polymer. Cross-linkmenunjukkan dimana titik percabangan dimulai.

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    7/33

    Berikut beberapa jenis rantai yang mengikat polimer satu sama lain :

    a.Linear Polymer, polimer linear tersusun atas satu rantai panjang yang kontinu,

    tanpa adanya percabangan dari rantai tersebut.

    b. Branched Polymer, polimer bercabang terdiri atas satu rantai utama yang

    mempunyai rantai molekul lebih kecil sebagai cabang. Sebuah struktur rantai

    bercabang cendrung menurunkan tingkat kristanilitas (cristanility) dan

    kepadatan (density) polimer tersebut. Susunan geometrik dari ikatan bukan

    merupakan penyebab bervariasinya stuktur polimer. Branched polymer

    terbentuk ketika terdapat rantai cabang yang menempel pada rantai

    utama.contoh sederhana dari branched polymerseperti terlihat pada gambar di

    bawah. Terdapat berbagai jenis branched polymeryang dapat terbentuk. Salah

    satunya yang dinamakan dengan star-branching. Star-branching terbentuk

    ketika polimerisasi dimulai dengan single monomer dan mempunyai cabang

    radial keluar. Polimer dengan tingkat kecabangan yang tinggi disebut

    dendrimers. Sering kali pada molekul ini, tiap cabangnya mempunyai cabang

    lagi. Ini menyebabkan keseluruhan molekulnya mempunyai bentuk spherical.

    c. Cross-Linking dalam polimer terjadi ketika ikatan valensi primer terbentuk

    antara moleku-molekul rantai polymer yang terpisah. Selain ikatan dimana

    monomer membentuk rantai polymer, ikatan polymer yang lain terbentuk

    diantara polimer tetangganya. Ikatan ini dapat terbentuk secara langsung

    diantara rantai tetangganya, atau dua rantai dapat terikat menjadi rantai yang

    lain. Walupun tidak sekuat ikatan pada rantai, cross-links mempunyai peran

    yang sangat pentin pada polimer. Polimer mempunyai ikatan cross-links yang

    banyak mempunyai memory. Ketika polimer diregangkan, ikatan cross-links

    mencegah rantai untuk berpisah. Ikatan ini memperkuat, namun ketika tegangan

    dihilangkan maka struktur akan kembali ke bentuk semula dan objek pun

    demikian (http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer,

    2008).

    Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai

    tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom

    karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang

    http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimerhttp://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer
  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    8/33

    dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan

    Trojan dalam Syarief, 1989).

    Perekat bersifat basah, mengalir dan mengeras menjadi padatan pada

    waktu membentuk ikatan. Transformasi dari perekat cair menjadi bahan padat

    dapat ditempuh melalui berbagai cara. Jika perekat berupa polimer, bahan

    awalnya berupa cairan monomer atau prapolimer, yang berpolimerisasi menjadi

    polimer padat dalam daerah perekatan. Kadang-kadang lazim pula dilakukan

    peleburan polimer jadi dalam pelarut yang cocok, pada permukaan bahan yang

    direkat, dan setelah menguap membentuk ikatan. Cara lain, polimer dapat

    dilelehkan atau dilunakkan sampai mengalir pada suhu tinggi, kemudian

    dileburkan sebagai lelehan panas (hot melt), ikatan terbentuk dalam keadaan

    dingin (Achmadi, 2003).

    Transformasi monomer cair menjadi perekat padat menyebabkan

    peningkatan ukuran molekul dan bobot molekul melalui polimerisasi. Peningkatan

    bobot molekul dari perekat polimer mengakibatkan tercapainya sifat mekanis

    yang baik, kekutan kohesi, kekuatan pukul, dan lain-lain. Oleh karena itu harus

    dibiarkan berlangsung sampai tingkat yang diperlukan selama pembentukan

    ikatan.

    Dalam perekat polimer yang disintesis secara terpisah untuk dileburkan

    berupa larutan atau lelehan panas, maka kelarutan, suhu pelunakan, viskositas

    lelehan dan sifat alir yang diperlukan bergantung pada bobot molekul polimer dan

    juga distribusi bobot molekulnya. Adanya polimer berbobot molekul rendah

    diantara molekul polimer berbobot molekul tinggi memudahkan pelelehan dan

    pengaliran perekat.

    Perekat polimer yang larut dalam pelarut, atau yang lunak dan mengalir

    jika dipanaskan dan memedat jika didinginkan, disebabkan oleh sifat molekulnya.

    Polimer tersebut berupa molekul yang panjang, pada dasarnya lurus dan mungkin

    dengan beberapa cabang, tetapi secara kimia tidak terikat satu sama lain. Oleh

    karena rantainya yang panjang dan bobot molekulnya yang besar, molekul

    polimer secara fisis terbelit satu sama lain.

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    9/33

    Jika suhu polimer dinaikkan, beberapa bagian dari molekul polimer yang

    panjang itu dapat bergerak pada suhu yang disebut sushu transisi kaca. Polimer

    mengalir pada suhu tinggi sebagai konsekuensi dari gerakan yang keras dari

    banyak bagian, yang mengakibatkan berpindahnya titik berat molekul polimer

    secara progresif. Polimer seperti ini disebut thermoplastic, yaitu bentuk yang pada

    dasarnya digunsakan untuk perekat larut atau lelehan panas.

    Pelentur (plasticizer) dapat digunakan untuk membuat polimer kaku

    menjadi liat. Molekul pelentur berinteraksi dengan rantai polimer, mengurangi

    interaksi antar rantai, dengan demikian mengurangi kekakuan polimer. Yang

    termasuk ke dalam plasticizeradalah carboxyl methyl cellulose (CMC) dan poly

    vinil cloride(PVC).

    Berlawanan dengan polimer termoplastik yang linear, yang dapat larut,

    jaringan polimer yang berikatan silang bersifat tak larut. Polimer berikatan silang

    ini dibentuk dari sistem polimerisasi yang mengandung monomer atau prapolimer

    bergugus fungsi 3 atau lebih. Contoh yang terkenal adalah sistem resin fenol

    formaldehida. Reaksi pengikatan silang terjadi jika diterapkan tekanan dan panas

    dan seluruh perekat mungkin hanya terdiri dari satu molekul besar. Oleh karena

    itu, resin demikian ini dinamakan resintermoset.

    Jenis resin sangat beragam dalam hal ketahanan airnya, dan ini

    mempengaruhi penggunaanya dalam lingkungan interior atau eksterior. ResinPF

    adalah jenis yang paling awet, dan UF adalah yang paling kurang awet.

    Kerugiannya adalah resin UF tidak tahan cuaca. Rendahnya keawetan ini

    disebabkan oleh adanya gugus amida, -C(O)-N-, yang mudah terhidrolisis.

    Perbaikan mutu UF terhadap cuaca dapat dihasilkan dengan menambahkan

    melamin (IX) yang menyediakan gugus amino untuk reaksi, tetapi tidak

    memberikan gugus yang mudah terhidrolisis di dalam jaringan. Melamin saja,

    tanpa campuran urea, juga membentuk resin dengan formaldehid. Tetapi resin

    melamin formaldehid (MF) jauh lebih mahal dibandingkan dengan resinUF dan

    PF, sehingga penggunaannya kurang luas.

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    10/33

    Untuk menghindari emisi berlebih dari urea formaldehid yang terurai

    akibat reaksi kimia, yang mana berbahaya terhadap lingkungan sekitar, beberapa

    metode yang harus ditempuh antara lain (A H Corner, 1996) :

    Ubah rasio urea/formaldehid ( misal dengan merendahkan rasio F/U) Tambahkan scavenger formaldehid langsung pada material adhesive

    tersebut

    Penambahan scavenger formaldehid pada produk jadi yangmenggunakan adhesivetersebut.

    Peletakan panel/pembatas antara produk yang langsung berkontakdengan adhesivedengan lingkungannya

    Reaksi formaldehid pada pH > 7 adalah reaksi metilolasi yaitu adisi

    formaldehid pada gugus amino dan amino urea, dan menghasilkan metilol urea.

    Struktur kimia monometilol, dimetilol dan trimetilol urea

    Derivat-derivat metilolasi merupakan monomer, penyebab terjadinya

    reaksi polimerisasi kondesasi, atau kondesasi polimer yang dihasilkan mula-mula

    mempunyai rantai lurus lurus dan masih larut dalam air. Semakin lama kondensasi

    berlangsung, polimer mulai membentuk rantai tiga dimensi dan semakin

    berkurang kelarutannya dalam air (Anonimous, 2008).

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    11/33

    Struktur kimia berbagai jenis reaksi kondensasi metilol urea yang membentuk

    oligomer dan polimer (a,b,c dan d)

    Pada proses curing kondensasi tetap berlangsung terus, polimer

    membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi

    thermosetting resin. Hasil reaksi dan kecepatannya sangat dipengaruhi oleh

    faktor-faktor sebagai berikut:

    1. perbandingan molekul reaksi,2. katalis (pH) sistem,3. temperatur,4. waktu reaksi.

    Perubahan pada kondisi akhir, menghasilkan resinyang sangat bervariasi,

    sehingga produk akhir yang dihasilkan mempunyai sifat fisis, kimia dan mekanis

    yang berbeda. Oleh sebab itu kondisi reaksi ditentukan oleh produk akhir yang

    dikehendaki. Pada prinsipnya, pembuatan produk-produk urea formaldehid

    melalui beberapa tahap:

    1. tahap pembuatan intermediet, yaitu sampai didapatkan resin yang berupacairan atau yang larut dalam air/pelarut lain,

    2. tahap persiapan (preparation sebelum proses curing), yaitu pencampurandengan zat-zat kimia,fillerdll,

    3. tahapan curing, yaitu proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas dan tekanantinggi, resin diubah sufatnya menjadi thermosettingresin.

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    12/33

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Prosedur Kerja

    1. Kedalam labu bundar dimasukkan formalin yang telah ditentukanjumlahnya.

    2. Lalu larutan ini ditambahkan katalis amoniun hidroksida sebanyak 5 %total campuran dan ditambahkan natrium karbonat sebagai bufferingagent

    dan CMC (carboxyl methyl cellulose) serta PVA (polivinil clorida)

    sebagai aditif sebanyak masing-masing 2% berat katalis.

    3. Campuran diaduk sampai merata, ambil sampel No.0.4. Masukkan urea yang udah ditentukan jumlahnya, campurannya diaduk

    sambil diambil sampel No.1.

    5. Campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih. Pada saat terjadirefluks ambil sampel No.2.

    6. Setelah itu, diambil sampel untuk dianalisa dengan interval yang samaditiap waktunya.

    7. Pada tiap sampel yang diambil, dianalisa kadar formaldehid bebasnya8. Pada saat sampel mencapai titrasi kadar formaldehid bebas yang konstan,

    dianalisa densitas resin yang terbentuk

    3.2 Analisa Kadar Formaldehid Bebas dengan Menggunakan Natrium

    Sulfit

    Dasar reaksi:

    H2O + CH2O + Na2SO3 HO-CH2-SO3Na + NaOH

    NaOH yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehid bebas dalam

    larutan

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    13/33

    Prosedur kerja:

    1. Satu mL sampel dilarutkan dalam 5 mL alkohol, dalam labu titrasi danditambahkan 3-5 indikatorphenolpthaleindalam labu titrasi yang tertutup.

    2. Kedalam larutan tersebut ditambahkan 25 mL larutan 2 M natrium sulfitreaksi dibiarkan selama 10 menit sambil dikocok.

    3. Larutan dititrasi dengan larutan standar H2SO4.3.3 Penentuan Densitas dengan Piknometer

    1. Dikalibrasi piknometer dengan air murni untuk menentukan volumepiknometer pada suhu percobaan.

    2. Ditimbang piknometer yang berisi penuh dengan sampel .3. Diambil sampel saat titrasi konstan telah dicapai4. Dicatat berapa berat pikno dengan sampel.

    3.4 Penentuan Waktu Curing

    1. Dipanaskan dua cawan yang satu dibiarkan kosong dan satu lagi berisigliserol

    2. Dipanaskan diatashotplatekedua cawan tersebut hingga mencapaitemperatur 100C

    3. Dituangkan resin kedalam cawan (jangan sampai tumpah)4. Dituangkan beberapa 5 mL larutan pH kedalam cawan hingga pH dari

    sampel yang akan dicuringsesuai dengan pH penugasan

    5. Dimasukkanstirrerkedalam cawan dan dibiarkan mengaduk6. Hitung menggunakanstopwatchsejak dimulainya pengadukan hingga

    pengaduk tidak berputar lagi

    7. Resin yang telah mengental diletakkan dalam wadah lain

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    14/33

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengolahan Data

    Tabel 4.1 Kadar Formaldehid bebas dan Densitas resin

    Sampel Waktu

    (menit)

    Volume

    titrasi (ml)

    Kadar formaldehid

    (gram/100 mL larutan)

    Densitas

    (g/mL)

    0 - 12,7 15,24 -

    1 - 11,8 14,16 -

    2 15 9,7 11,64 -

    3 30 7,9 9,48 -

    4 45 6,4 7,68 -

    5 60 5 6 -

    6 75 4,3 5,16 -

    7 90 3 3,6 -

    8 105 3 3,6 1,132

    Tabel 4.2 Data Waktu Curing Resin

    No pH Waktu Curing

    1 3 (Asam) 25 menit, 14 detik

    2 5 (Asam) 31 menit, 12 detik

    3 7 (Netral) 40 menit, 31 detik4 9 (Basa) 49 menit, 30 detik

    4.2 Pembahasan

    Urea formaldehid (UFO) merupakan salah satu produk turunan dari urea

    yang banyak dimanfaatkan dalam industry adhesive(perekat) serta sebagai bahan

    baku pada beberapa industry polimer lainnya. UFO adalah produk dari reaksi

    kondensasi antara urea dengan formaldehid, dimana dihasilkan produk hasil reaksi

    yang berupa monometilol, dimetilol dan trimetilol yang membentuk rantai

    bersambung hingga terbentuklah polimer.

    Pada percobaan pembuatan urea formaldehid, sejumlah urea dilarutkan

    dalam 300 mL formalin (37% formaldehid) yang mengandung katalis amonium

    hidroksida (NH3OH). Penambahan katalis ini dapat menurunkan energi aktivasi,

    sehingga reaksi polimerisasi dapat berlangsung lebih cepat.

    Untuk menjaga kestabilan sistem, digunakan suatu larutan penyangga pH

    (buffer) yaitu natrium karbonat monohidrat (Na2CO3.H2O), hal ini dilakukan

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    15/33

    untuk menghindari terjadinya perubahan pH mendadak selama reaksi polimerisasi

    berlangsung. Untuk mengubah sifat polimer dari kaku menjadi liat digunakan

    pelentur (plasticizer) berupa carboxyl methyl cellulose (CMC) dan poli vinil

    clorida(PVC).

    Untuk melangsungkan reaksi polimerisasi ini, maka temperatur operasi

    harus dijaga pada range operasi optimumnya, yaitu 94 - 96C. Pada kondisi ini,

    formaldehid akan menguap dan dengan bantuan kondenser terjadi refluk dari uap

    tersebut, sehingga reaksi dapat berlangsung dengan optimal. Refluks pada

    percobaan hanya berupa tetes-tetes kondensat, hal ini disebabkan oleh uap

    formaldehid langsung terkondensasi pada dinding soklet sebelum mencapai

    kondensor karena driving force uap formalin (temperatur) dipertahankan

    mendekati titik didih formaldehid, yaitu 940C960C.

    4.2.1. Kadar Formaldehid bebas

    Urea formaldehid merupakan suatu senyawa yang dihasilkan dari reaksi

    antara urea dengan formaldehid. Untuk mendapat produk yang maksimal dari

    reaksi ini, maka reaksi harus berjalan dengan konversi yang mendekati sempurna.

    Untuk itu selama reaksi berlangsung diharapkan agar semua reakstan terkonversi

    menjadi produk.

    Dalam percobaan ini, kadar formaldehid bebas adalah salah satu indikator

    yang menunjukkan tidak sempurnanya konversi reaksi. Untuk menganalisis kadar

    formaldehid bebas dalam sampel, digunakan natrium sulfit (Na2SO3) sebagai

    pereaksi. Sampel 0 diambil sebelum penambahan urea sebanyak 1 mL yang

    dicampur dengan 5 mL alkohol (C2H5OH), 25 mL natrium sulfit (Na2SO3) dan

    penambahan 2 tetes indikatorphenolpthalein.

    Sampel yang diambil dari labu dan ditambahkan bahan-bahan diatas,

    didiamkan hingga mencapai suhu kamar. kemudian dititrasi dengan larutan

    standar H2SO4 2 M. Volume titrasi H2SO4yang dibutuhkan sebanyak 12,7 mL,

    sehingga kadar formaldehid bebas diperoleh sebesar 15,24 g/ 100 mL larutan.

    Pengambilan sampel 1 dilakukan saat penambahan urea, diperoleh kadar

    formaldehid bebas sebesar 14,16 g/ 100 mL larutan. Sampel 2 dan sampel 3

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    16/33

    dianalisis setelah reaksi berlangsung selama 15 menit dan 30 menit pada

    temperatur 96C. Kadar CH2O bebas dalam 100 mL larutan sampel 2 dan 3 adalah

    11,64 gram dan 9,48 gram. Pada menit ke 45, 60 dan 75 didapatkan kadar

    formaldehid bebas didalam sampel masing-masing sebesar 7,68 gram, 6 gram dan

    5,16 gram. Hingga didapatkan formaldehid bebas yang konstan pada larutan

    sampel 7 dan 8 yaitu pada menit ke- 90 dan 105, dengan kadar 3,6 gram.

    Penurunan kadar formaldehid bebas disebabkan oleh semakin sempurnanya reaksi

    polimerisasi membentuk rantai yang lebih panjang. Sehingga, semakin sedikit

    formaldehid bebas yang terdapat dari hasil reaksi polimerisasi kondensasi.

    Gambar 4.1 Hubungan waktu operasi terhadap kadar formaldehid bebas

    Sampel 8 merupakan produk resinyang diinginkan. Namun, produk yangdiperoleh tidak dapat dianalisis viskositasnya. Hal ini disebabkan oleh sensitivitas

    sampel terhadap temperatur yang mana akan terus mengeras jika didiamkan baik

    didalam viscometer yang dikarenakan resinmengalami perubahan sifat fisik dari

    thermoplasticmenjadi thermoset. Transformasi monomer cair menjadi monomer

    padat menyebabkan peningkatan ukuran molekul dan bobot molekul melalui

    polimerisasi. Peningkatan bobot molekul dari perekat polimer mengakibatkan

    tercapainya sifat mekanis yang baik, kekuatan kohesif, kekuatan pukul dan lain-

    0

    2

    46

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    0 0 15 30 45 60 75 90 105

    KadarF

    ormaldehidBebas

    (gr/1

    00mLlarutan)

    Waktu (menit)

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    17/33

    lain, dan karena itu harus dibiarkan berlangsung pada tingkat yang diperlukan

    selama pembentukan ikatan (Achmadi, 1990).

    4.2.2 Densitas

    Untuk mengetahui fenomena pembentukan resin, dapat diperoleh dengan

    cara menganalisis densitas. Peningkatan densitas menunjukkan reaksi polimerisasi

    terus terjadi. Berlangsungnya reaksi polimerisasi secara terus-menerus

    menyebabkan rantai polimer semakin panjang, yang secara tidak langsung

    menambah bobot molekulnya sehingga berat molekul yang diperoleh akan lebih

    besar.

    Dari data hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan densitas resin saat

    titrasi konstan dicapai sebesar 1,132 g/mL.

    4.2.3 Waktu Curing

    Waktu yang dibutuhkan oleh resin untuk berubah dari sifat thermoplastic

    menjadi thermoset. Perubahan ini diakibatkan terjadinya ikatan sambung silang

    cross linkingpada tiap ikatan yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga terjadi

    ikatan tumpang tindih yang lebih komplek lagi, sehingga dihasilkanlah resin

    Resin yang dihitung waktu curingnya, dimasukkan dalam cawan yang

    memiliki temperatur 100C. Untuk mengetahui bahwa temperatur didalam cawan

    telah mencapai 100C, maka dipanaskanlah gliserol pada hotplate yang sama

    hingga mencapai tempertur 100C. Tujuan ditambahkannya gliserol dikarenakan

    gliserol memiliki titik didih lebih besar dari 100C, sehingga saat dipanaskan

    tidak berubah fasa dan menguap ke udara.

    Dengan demikian,saat temperatur 100C dicapai, resin yang tadi telah

    mencapai nilai titrasi yang konstan, ditambahkan larutan pH dengan beberapa

    variasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh kondisi pH resin terhadap

    waktu curing yang ditempuh. Ditambahkan stirrer kedalam cawan dimana resin

    telah dicampur larutan pH diaduk untuk menghomogenkannya dan temperatur

    sistem dijaga konstan 100C. dihitung waktu semenjak awal ditambahkan larutan

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    18/33

    pH hingga pengaduk tidak dapat berputar lagi. Interval waktu yang ditempuh ini

    lah yang disebut waktu curing.

    Gambar 4.2 Hubungan Waktu curing dengan pH larutan

    Dari hasil praktikum didapatkan terjadi peningkatan waktu curing seiring

    dengan meningkatnya pH dari larutan. Kondisi pH larutan mempengaruhi

    lamanya waktu perubahan sifat pada resin. Pada pH 3, waktu curing yang dicapai

    adalah 25 menit, 12 detik. Sedangkan pada pH 5, 7 dan 9 waktu curing masing-

    masing dicapai saat 31 menit,12 detik ; 40 menit,31 detik dan 49 menit,30detik.

    Secara teori, larutan asam pada reaksi kondensasi memiliki nilai k

    (konstanta kecepatan reaksi) lebih besar dibandingkan pada kondisi basa. Ini

    dikarenakan pada kondisi asam, H+ dari gugus asam bereaksi dengan monometilol

    yang kemudian membuka cabang baru di C, sehingga reaksi dapat dengan cepat

    bersambung hingga sambung silang (cross linking) yang terbentuk telah

    sempurna, yang mengakibatkan stirrer berhenti. Ikatan yang terbentuk ini

    mengindikasikan telah berubahnya sifat resin menjadi thermoset

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    25'14'' 31'12'' 40'31'' 49'30''

    pH

    Waktu Curing (menit,detik)

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    19/33

    Gambar 4.3 Hubungan konstanta laju reaksi (k) dengan pH

    Reaksi monometilol dengan ion H+

    Sedangkan larutan basa memiliki nilai k yang lebih kecil, yang meng-

    akibatkan lamanya waktu yang dibutuhkan resin untuk berubah menjadi

    thermoset. Ini dikarenakan gugus OH- tidak sereaktif H+, sehingga waktu yang

    dibutuhkan lebih lama dibanding asam. Selain itu, gugus OH-

    cenderung mengikat

    H+yang ada pada senyawa lain (pada reaksi dibawah, H dari NH2pada urea) dan

    membentuk air. Sehingga dapat dikatakan hamper tidak ada reaksi kondensasi

    selama kondisi larutan dalam keadaan basa (A.Pizzi, 1999)

    Reaksi Urea dengan OH-yang menyebabkan hilangya H+dari NH2urea

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    20/33

    Dari hasil percobaan juga didapatkan, sifat dari produk curing asam dan

    basa berbeda. Pada asam, produk yang terbentuk lebih cepat mengeras dan dengan

    kekentalan yang sangatlah tinggi. Sedangkan pada produk basa, produk yang

    terbentuk cenderung lebih lama keras dengan kekentalan yang kurang serta sedikit

    mengandung air.

    Resin yang telah lama didiamkan pada temperatur ruang akan mengeras.

    Ini dikarenakan struktur fisis dari polimer berada dalam keadaan kaca pada suhu

    kamar (Tg). Pada polimer dengan temperatur kaca lebih rendah dari temperatur

    ruang, maka polimer akan bersifat elastomer jika didiamkan pada temperatur

    ruang. Sedangkan jika temperatur kaca jauh lebih tinggi dari temperatur ruang

    maka akan bersifat getas/kristal saat didiamkan lama pada temperatur ruang

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    21/33

    BAB V

    KESIMPULAN

    Dari pengolahan data hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Pada pembuatan urea formaldehid, Penambahan katalis amonium hidroksida,penambahan katalis ini dapat menurunkan energi aktivasi polimerisasi,

    sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.

    2. Untuk membuat polimer kaku menjadi liat digunakan pelentur (plasticizer)berupa carboxyl methyl cellulose. Molekul pelentur berinteraksi dengan rantai

    polimer, mengurangi interaksi antar rantai, dengan demikian mengurangi

    kekakuan polimer.

    3. Reaksi polimerisasi merupakan reaksi endotermis, sehingga dibutuhkan panasdari lingkungan agar reaksi dapat berlangsung. Temperatur reaksi diatur pada

    960C untuk menguapkan formaldehid sehingga dengan bantuan kondenser

    terjadi refluk yang dapat mengurangi panas berlebih dari sistem.

    4. Kadar CH2O dalam 100 mL larutan semakin menurun seiring lamanyapemanasan. Ini diakibatkan semakin banyaknya formaldehid yang bereaksi

    membentuk rantai polimer

    5. Makin besar pH sampel, semakin lama waktu curing yang akan dicapai yangdikarenakan pada kondisi basa laju reaksi polimerisasi menurun.

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    22/33

    DAFTAR PUSTAKA

    A. H.Conner, 1996, Urea FormaldehydeAdhesiveResins, CRC Press, USA

    A. Pizzi, 1999, Urea Formaldehyde Adhesive, Taylor & Francis Group CLC,

    Prancis

    Achmadi, S. S., 1990,Kimia Kayu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ITB,

    Bandung

    Anonimous, 2011, Modul Polimerisasi, Urea Formaldehid, Jurusan Teknik Kimia

    Untirta, Banten

    Anonimous, 2012, Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik

    Kimia Unsyiah, Banda Aceh

    Harahap, H., Manurung, R., 2005, Perbandingan Beberapa Metoda Praktis

    Polimerisasi, Program Studi Teknik Kimia USU, Medan

    Syarief, R., S. Santausa dan Isyana, 1989, Teknologi Pengemasan Pangan, PAU

    Pangan dan Gizi, IPB Bogor

    Umam, Khairul., Nurmawati, Himawan, 2008, Struktur Kimia dan Sifat Polimer,

    http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer, UI

    Word Press

    Zakaria, Mat, 2003,Prinsip Kimia Polimer, Universiti Sains Malaysia, Penang

    http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimerhttp://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer
  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    23/33

    LAMPIRAN A

    DATA PENGAMATAN

    Tabel A.1 Data Pengamatan Pembuatan Resin Urea Formaldehid

    Senyawa Kimia Volume (mL) Massa (gram)

    ReaktanUrea - 104,142

    Formaldehid 300 -

    Katalis Amoniak 22,95 -

    Buffer Natrium karbonat monohidrat - 0,174

    AditifCarboxyl Methyl Cellulose

    (CMC)- 0,174

    Aditif Poly Vinil Alcohol (PVA) - 0,174

    Tabel A.2 Data pengamatan volume titrasi sampel

    Sampel Waktu (menit) Volume titrasi (ml) Densitas (g/mL)

    0 - 12,7 -

    1 - 11,8 -

    2 15 9,7 -

    3 30 7,9 -

    4 45 6,4 -

    5 60 5 -

    6 75 4,3 -7 90 3 -

    8 105 3 1,132

    Tabel A.3 Data Pengamatan Waktu Curing Resin

    No pH Waktu Curing

    1 3 (Asam) 25 menit, 14 detik

    2 5 (Asam) 31 menit, 12 detik

    3 7 (Netral) 40 menit, 31 detik

    4 9 (Basa) 49 menit, 30 detik

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    24/33

    LAMPIRAN B

    CONTOH PERHITUNGAN

    1. Menghitung kebutuhan urea dengan perbandingan mol formaldehid terhadapurea 2,3 :

    Menghitung densitas FormalinBerat pikno meter = 16,3 g

    Volume pikno meter = 25 mL

    3/079,1

    25

    3,1629,43

    piknovolume

    kosongpiknoberat-sampel)pikno(berat

    cmg

    Massa Formalin yang digunakanm = V = 1,079 300 = 323,7 g

    massa Formaldehid yang digunakan (mf), = 1,079 g/mL

    V = 300 mL

    % = 0,37

    mf= % V = 0,37 1,079 300 = 119,769 g

    mol Formaldehid (n)Mr = 30 g/gmol

    nf= m/Mr = 119,769/30 = 3,992 mol

    mol F/ mol U = 2,3mol U = mol F / 2,3 = 3,992/2,3 = 1,735 mol

    massa Urea (mu)nu= 1,735 mol

    Mr = 60 g/gmol

    mu = nu Mr = 1,735 60 = 104,142 g

    2. Menghitung Kebutuhan massa Katalis, Buffer dan Aditif

    Katalis (Amoniak) = 2% total keseluruhan massa

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    25/33

    Buffer (Na2CO3.H2O) = 2% massa katalis

    Aditif (CMC) = 2% massa katalis Aditif (PVA) = 2% massa katalis

    Jika total massa keseluruhan dilambangkan dengan X, maka :

    Katalis = 0,02X Buffer = 0,020,02X CMC = 0,020,02X PVA = 0,020,02X ,

    Maka didapatkan persamaan sebagai berikut :X = m urea + m formalin + m katalis + m buffer + m CMC + m PVA

    X = 104,142 + 323,7 + 0,02X + 3[0.02(0.02X)]

    X = 427,142 + 0,0212X

    X = 437,108 g

    Didapatkan :

    Massa Katalis = 0,02X = 0,02 437,108 = 8,742 g = 0,96 g/mL

    % = 0,3 (Amoniak encer)

    m = V %

    V = m / ( %) = 8,742 / (0,96 0,3) = 30,35 ml

    Massa Buffer = 0,02(0,02X) = 0,02 0,02 437,108 = 0,174 g Massa CMC = 0,02(0,02X) = 0,02 0,02 437,108 = 0,174 g Massa PVA = 0,02(0,02X) = 0,02 0,02 437,108 = 0,174 g

    3. Menghitung kadar formaldehid bebas :

    Untuk menghitung kadar formaldehid bebas dalam resin yang dibuat,

    diperlukan tambahan larutan natrium sulfit (Na2SO3) untuk titrasi nantinya :

    Membuat larutan Na2SO32 N (Mr = 127 g/mol)Untuk membuat 250 mL larutan Na2SO3 2 N diperlukan massa Na2SO3

    sebanyak :

    N = M ; Na2SO3= 2

    M = N/2 = 2/2 =1

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    26/33

    M =

    m =

    m = (1 . 127 . 250)/1000 = 31,75 g

    Untuk kebutuhan titrasi untuk mengetahui kadar formaldehid bebasdalam resin, digunakan larutan H2SO4:

    424222 SOHSOHOCHOCH MVMV

    Kadar CH2O dalam 100 mL larutan adalah:

    OCH

    SOHSOH

    OCH

    SOHSOH

    V

    MVOCHmassa

    V

    MVOCHmassa

    2

    4242

    2

    4242

    3

    100

    1000

    30

    2

    2

    Dengan42SOH

    M = 2 M

    OCHV 2 = 5 mL

    Membuat larutan H2SO42 M-Pada awal dicari H2SO4, didapatkan :

    Berat pikno meter = 16,3 g

    Volume pikno meter = 25 mL

    3/801,1

    25

    3,1633,61

    piknovolume

    kosongpiknoberat-sampel)pikno(berat

    cmg

    -Dicari Molaritas H2SO4:Diketahui,

    % massa = 98

    Mr = 98

    Mr

    massa%x10xM

    M = (1,801 10 98) / 98 = 18 M

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    27/33

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    28/33

    larutanmL100/64,11

    5

    27,93

    3

    2

    4242

    2

    g

    V

    MVOCHmassa

    OCH

    SOHSOH

    Untuk sampel 3 (setelah penambahan urea)

    42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel

    42SOHV = 7,9 mL

    larutanmL100/48,9

    5

    29,73

    3

    2

    42422

    g

    V

    MVOCHmassa

    OCH

    SOHSOH

    Untuk sampel 4 (setelah penambahan urea)

    42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel

    42SOHV = 6,4 mL

    larutanmL100/68,7

    5

    24,63

    3

    2

    4242

    2

    g

    V

    MVOCHmassa

    OCH

    SOHSOH

    Untuk sampel 5 (setelah penambahan urea)

    42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel

    42SOHV = 5 mL

    larutanmL100/0,6

    5

    253

    3

    2

    4242

    2

    g

    V

    MVOCHmassa

    OCH

    SOHSOH

    Untuk sampel 6 (setelah penambahan urea)

    42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    29/33

    42SOHV = 4,3 mL

    larutanmL100/16,5

    5

    23,43

    3

    2

    4242

    2

    g

    V

    MVOCHmassaOCH

    SOHSOH

    Untuk sampel 7 (setelah penambahan urea)

    42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel

    42SOHV = 3 mL

    larutanmL100/6,3

    5

    233

    3

    2

    4242

    2

    g

    V

    MVOCHmassa

    OCH

    SOHSOH

    Untuk sampel 8 (setelah penambahan urea)

    42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel

    42SOHV = 3 mL

    larutanmL100/6,3

    5

    233

    3

    2

    4242

    2

    g

    V

    MVOCHmassa

    OCH

    SOHSOH

    4. Membuat Larutan pH

    pH 3pH = -log [H+]

    pH = log [H+]-1

    3 = log 1/[H+]

    [H+] = 10-3M

    [H+] ekuivalen dengan HCl, didapat M2= 0,001 M

    Dibuat larutan HCl 0,1 M dari HCl 12 M

    V1M1= V2M2

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    30/33

    V1 . 12 M = 300 mL . 0.1 M

    V1= 2,5 mL

    Selanjutnya baru dibuat larutan 0,001 M dari HCl 0,1 M

    V1M1= V2M2

    V1. 0,1 M = 100 mL . 0,001 M

    V1= 1 mL

    Jadi untuk membuat larutan pH 3, dilarutkan 1 mL HCl 0,1 M kedalam

    100 mL aquades.

    pH 5pH = -log [H+]

    pH = log [H+]-1

    5 = log 1/[H+]

    [H+] = 10-5M

    [H+] ekuivalen dengan HCl, didapat M2= 0,00001 M

    Dibuat larutan HCl 0,00001 M dari HCl 0,001 M

    V1M1= V2M2

    V1 . 0,001 M = 100 mL . 0.00001 M

    V1= 1 mL

    Jadi untuk membuat larutan pH 5, dilarutkan 1 mL HCl 0,001 M

    kedalam 100 mL aquades.

    pH 7digunakan aquades yang ber pH netral (7)

    pH 9pOH = 14pH = 149 = 5

    pOH = -log [OH+]

    pOH = log [OH+]-1

    3 = log 1/[OH+]

    [OH+] = 10-3M

    [OH+] ekuivalen dengan NaOH, didapat M2= 0,001 M

    Dibuat larutan NaOH 1 M dari 10 g NaOH, maka diperlukan volume

    pelarut,

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    31/33

    M = (gr1000)/(MrV)

    V = (gr1000)/(MrM)

    V = (10 . 1000)/(46,5 . 1)

    V = 215,05 mL

    Dibuat larutan NaOH 0,01 M dari HCl 1 M

    V1M1= V2M2

    V1 . 1 M = 300 mL . 0.01 M

    V1= 1 mL

    Selanjutnya baru dibuat larutan 0,00001 M dari HCl 0,001 M

    V1M1= V2M2

    V1. 0,001 M = 100 mL . 0,00001 M

    V1= 1 mL

    Jadi untuk membuat larutan pH 9, dilarutkan 1 mL NaOH 0,001 M

    kedalam 100 mL aquades.

    5. Menentukan densitas urea formaldehid dengan menggunakan piknometer

    Berat pikno kosong = 16,3 gram

    Volume pikno meter = 25 mL

    Untuk sampel ke - 8

    3/132,1

    25

    3,166,44

    piknovolume

    kosongpiknoberat-sampel)pikno(berat

    cmg

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    32/33

    LAMPIRAN C

    GRAFIK

    Gambar C.1 Hubungan waktu operasi terhadap kadar formaldehid bebas

    Gambar C 2. Hubungan Waktu curing dengan pH larutan

    0

    2

    46

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    0 0 15 30 45 60 75 90 105

    KadarF

    ormaldehidBebas

    (gr/1

    00mLlarutan)

    Waktu (menit)

    0

    12

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    25'14'' 31'12'' 40'31'' 49'30''

    pH

    Waktu Curing (menit,detik)

  • 5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a

    33/33