ufd putra utama (0904103010071)a
DESCRIPTION
sxaTRANSCRIPT
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
1/33
PAPER
TEKNOLOGI MEMBRAN
Mekanisme Pembentukan Pori
Membran pada Proses Inversi Fasa
Disusun Oleh:
Anggota Kelompok :
M.Nanda Faria 0904103010006
Naluri Iqbal Shiddiq 0904103010009
Putra Utama 0904103010071
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2012
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
2/33
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIAJL . Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam - Banda Aceh 23111 Telp 0651-51977 pes 4326
IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA
Kelompok : C - 2
Nama / NIM : Ikmalul Rahmi O 0704103010020
Riski Amalia 0904103010011
Fahirul Muhar 0904103010061
Putra Utama 0904103010071
Melaksanakan percobaan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Percobaan : Urea Formaldehid
Hari / Tanggal : Kamis / 24 Mei 2012
Pukul : 08.00 s/d selesai
Pembimbing percobaan telah menyetujui atas penggunaan segala fasilitas di
Laboratorium Operasi Teknik Kimia untuk melakukan percobaan di atas.
Mengetahui, Darussalam, 24 Mei 2012
Staff Laboratorium Menyetujui
Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Medyan Riza.
M,Eng
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
3/33
Nip : NIP. 19590115 1985 031 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Salawat serta salam kita
ucapkan keharibaan Nabi Muhammad SAW dan kepada sahabat serta keluarga
beliau.
Alhamdulillah penyusun telah dapat menyelesaikan laporan praktikum
yang berjudul Urea Formaldehid untuk memenuhi persyaratan praktikum
laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1) Ibu Dr. Ir. Mariana, M.Si sebagai Kepala Laboratorium Operasi Teknik KimiaUniversitas Syiah Kuala.
2) Bapak Prof. Dr. Ir. Medyan Riza, M.Eng selaku Dosen Pembimbing yangtelah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
3) Saudara Indra Safriadi sebagai asisten pada percobaan Urea Formaldehid.4) Teman-teman Teknik Kimia angkatan 2009, serta semua pihak yang telah
banyak membantu baik dalam menyelesaikan laporan ini maupun pada saat
berlangsungnya praktikum.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
peunjuk bagi kita semua. Penyusun sangat menyadari bahwa laporan ini masihsangat jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan pelajaran dimasa
yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
khususnya untuk penulis.
Darussalam, 20 Juni 2012
Penyusun
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
4/33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh aspek kehidupan manusia senantiasa bergantung pada polimer
untuk kebutuhan hidup, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan benda-
benda yang berhubungan lainnya. Sebelum abad ke-19, bahan-bahan untuk
keperluan ini diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Titik kultivasi awal yaitu pada abad ke-19, manusia telah memproduksi
polimer dengan teknologi yang lebih canggih untuk meningkatkan mutu
penggunaannya. Pada abad ini pula, ditemukan polimer plastik yang dibuat dari
getah, selulosa dan minyak tumbuh-tumbuhan seperti minyak jarak. Yang mana
pada awalnya memproduksi polistirena (PS) dan polivinilklorida (PVC) (Zakaria,
2003).
Hingga sekarang ini polimer semakin berkembang dalam dunia perekatan.
Ilmu perekatan telah digunakan dalam disiplin ilmu, baik bidang kimia, fisika
permukaan, serta mekanika. Sehingga pemahaman ilmu polimer menjadi syarat,
termasuk reaksi polimerisasi, reologi, deformasi, dan perilaku pemecahan
polimer.
Jenis perekat yang paling umum digunakan adalah resin urea formaldehid
(UF), melamin formaldehid (MF), fenol formaldehid (PF), diisosianat,
poliisosianat, polimer dan kopolimer dari vinil asetat, serta poliamida. Semuanyatermasuk ke dalam sistem resin termoset(Achmadi, 1990).
Urea formaldehid resinadalah kondensasi urea dengan formaldehid. Resin
tipe ini termasuk dalam kelas termosetting resin, yang mempunyai sifat tahan
terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Selain itu
produksi yang murah dan mudah juga menjadi andalan dari resin urea formaldehid
ini. Oleh kemungkinan sifat-sifatnya, urea formaldehid mempunyai bidang
penggunaan yang sangat luas, yang menyebabkan industri urea formaldehid
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
5/33
berkembang dengan pesatnya, sebagai contoh, industri adhesiveuntukpolywood,
textile resinfinishing, laminating, coating, molding, casting, dan lucquers, dll
(Anonimous, 2008).
Namun terdapat kekurangan yang juga sangat membatasi urea formaldehid
dalam penggunaannya. Salah satu yang paling vital adalah terdegradasinya ikatan
polimer yang terbentuk oleh adanya air ataupun uap. Ini diakibatkan
terhidrolisinya ikatan aminometilen, oleh karena itu penggunaannya terbatas pada
aplikasi interior saja (Pizzi, 1999)
Salah satu senyawa dengan ikatan aminometilen
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk melakukan suatu reaksi
polimerisasi antara urea dan formaldehid serta menetukan waktu curing dari resin.
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
6/33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah
monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari
beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai
tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai
tumpukan jerami maka disebut amorf, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin
dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, dkk., 1989).
Menurut Eden dalam Syarief (1989), klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka
akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik
(reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat
polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosettingdengan sifat tidak
dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah
terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Bentuk paling sederhana dari molekul polimer adalah rantai lurus atau
disebut juga sebagai polimer linear yang terdiri dari satu rantai utama.
Fleksibilitas dari rantai polimer yang tidak bercabang di pengaruhi oleh
persistence length (sifat dasar mekanis yang mengukur kekakuan dari polimer
panjang). Molekul polimer bercabang disusun dari rantai utama dengan satu atau
lebih cabang. Beberapa tipe khusus dari polimer bercabang adalah star polymers,
comb polymers, dan brush polymers. Jika polimer mengandung rantai cabang
yang komposisinya berbeda dengan rantai utama maka dia disebut grafted
polymer. Cross-linkmenunjukkan dimana titik percabangan dimulai.
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
7/33
Berikut beberapa jenis rantai yang mengikat polimer satu sama lain :
a.Linear Polymer, polimer linear tersusun atas satu rantai panjang yang kontinu,
tanpa adanya percabangan dari rantai tersebut.
b. Branched Polymer, polimer bercabang terdiri atas satu rantai utama yang
mempunyai rantai molekul lebih kecil sebagai cabang. Sebuah struktur rantai
bercabang cendrung menurunkan tingkat kristanilitas (cristanility) dan
kepadatan (density) polimer tersebut. Susunan geometrik dari ikatan bukan
merupakan penyebab bervariasinya stuktur polimer. Branched polymer
terbentuk ketika terdapat rantai cabang yang menempel pada rantai
utama.contoh sederhana dari branched polymerseperti terlihat pada gambar di
bawah. Terdapat berbagai jenis branched polymeryang dapat terbentuk. Salah
satunya yang dinamakan dengan star-branching. Star-branching terbentuk
ketika polimerisasi dimulai dengan single monomer dan mempunyai cabang
radial keluar. Polimer dengan tingkat kecabangan yang tinggi disebut
dendrimers. Sering kali pada molekul ini, tiap cabangnya mempunyai cabang
lagi. Ini menyebabkan keseluruhan molekulnya mempunyai bentuk spherical.
c. Cross-Linking dalam polimer terjadi ketika ikatan valensi primer terbentuk
antara moleku-molekul rantai polymer yang terpisah. Selain ikatan dimana
monomer membentuk rantai polymer, ikatan polymer yang lain terbentuk
diantara polimer tetangganya. Ikatan ini dapat terbentuk secara langsung
diantara rantai tetangganya, atau dua rantai dapat terikat menjadi rantai yang
lain. Walupun tidak sekuat ikatan pada rantai, cross-links mempunyai peran
yang sangat pentin pada polimer. Polimer mempunyai ikatan cross-links yang
banyak mempunyai memory. Ketika polimer diregangkan, ikatan cross-links
mencegah rantai untuk berpisah. Ikatan ini memperkuat, namun ketika tegangan
dihilangkan maka struktur akan kembali ke bentuk semula dan objek pun
demikian (http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer,
2008).
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai
tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom
karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang
http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimerhttp://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer -
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
8/33
dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan
Trojan dalam Syarief, 1989).
Perekat bersifat basah, mengalir dan mengeras menjadi padatan pada
waktu membentuk ikatan. Transformasi dari perekat cair menjadi bahan padat
dapat ditempuh melalui berbagai cara. Jika perekat berupa polimer, bahan
awalnya berupa cairan monomer atau prapolimer, yang berpolimerisasi menjadi
polimer padat dalam daerah perekatan. Kadang-kadang lazim pula dilakukan
peleburan polimer jadi dalam pelarut yang cocok, pada permukaan bahan yang
direkat, dan setelah menguap membentuk ikatan. Cara lain, polimer dapat
dilelehkan atau dilunakkan sampai mengalir pada suhu tinggi, kemudian
dileburkan sebagai lelehan panas (hot melt), ikatan terbentuk dalam keadaan
dingin (Achmadi, 2003).
Transformasi monomer cair menjadi perekat padat menyebabkan
peningkatan ukuran molekul dan bobot molekul melalui polimerisasi. Peningkatan
bobot molekul dari perekat polimer mengakibatkan tercapainya sifat mekanis
yang baik, kekutan kohesi, kekuatan pukul, dan lain-lain. Oleh karena itu harus
dibiarkan berlangsung sampai tingkat yang diperlukan selama pembentukan
ikatan.
Dalam perekat polimer yang disintesis secara terpisah untuk dileburkan
berupa larutan atau lelehan panas, maka kelarutan, suhu pelunakan, viskositas
lelehan dan sifat alir yang diperlukan bergantung pada bobot molekul polimer dan
juga distribusi bobot molekulnya. Adanya polimer berbobot molekul rendah
diantara molekul polimer berbobot molekul tinggi memudahkan pelelehan dan
pengaliran perekat.
Perekat polimer yang larut dalam pelarut, atau yang lunak dan mengalir
jika dipanaskan dan memedat jika didinginkan, disebabkan oleh sifat molekulnya.
Polimer tersebut berupa molekul yang panjang, pada dasarnya lurus dan mungkin
dengan beberapa cabang, tetapi secara kimia tidak terikat satu sama lain. Oleh
karena rantainya yang panjang dan bobot molekulnya yang besar, molekul
polimer secara fisis terbelit satu sama lain.
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
9/33
Jika suhu polimer dinaikkan, beberapa bagian dari molekul polimer yang
panjang itu dapat bergerak pada suhu yang disebut sushu transisi kaca. Polimer
mengalir pada suhu tinggi sebagai konsekuensi dari gerakan yang keras dari
banyak bagian, yang mengakibatkan berpindahnya titik berat molekul polimer
secara progresif. Polimer seperti ini disebut thermoplastic, yaitu bentuk yang pada
dasarnya digunsakan untuk perekat larut atau lelehan panas.
Pelentur (plasticizer) dapat digunakan untuk membuat polimer kaku
menjadi liat. Molekul pelentur berinteraksi dengan rantai polimer, mengurangi
interaksi antar rantai, dengan demikian mengurangi kekakuan polimer. Yang
termasuk ke dalam plasticizeradalah carboxyl methyl cellulose (CMC) dan poly
vinil cloride(PVC).
Berlawanan dengan polimer termoplastik yang linear, yang dapat larut,
jaringan polimer yang berikatan silang bersifat tak larut. Polimer berikatan silang
ini dibentuk dari sistem polimerisasi yang mengandung monomer atau prapolimer
bergugus fungsi 3 atau lebih. Contoh yang terkenal adalah sistem resin fenol
formaldehida. Reaksi pengikatan silang terjadi jika diterapkan tekanan dan panas
dan seluruh perekat mungkin hanya terdiri dari satu molekul besar. Oleh karena
itu, resin demikian ini dinamakan resintermoset.
Jenis resin sangat beragam dalam hal ketahanan airnya, dan ini
mempengaruhi penggunaanya dalam lingkungan interior atau eksterior. ResinPF
adalah jenis yang paling awet, dan UF adalah yang paling kurang awet.
Kerugiannya adalah resin UF tidak tahan cuaca. Rendahnya keawetan ini
disebabkan oleh adanya gugus amida, -C(O)-N-, yang mudah terhidrolisis.
Perbaikan mutu UF terhadap cuaca dapat dihasilkan dengan menambahkan
melamin (IX) yang menyediakan gugus amino untuk reaksi, tetapi tidak
memberikan gugus yang mudah terhidrolisis di dalam jaringan. Melamin saja,
tanpa campuran urea, juga membentuk resin dengan formaldehid. Tetapi resin
melamin formaldehid (MF) jauh lebih mahal dibandingkan dengan resinUF dan
PF, sehingga penggunaannya kurang luas.
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
10/33
Untuk menghindari emisi berlebih dari urea formaldehid yang terurai
akibat reaksi kimia, yang mana berbahaya terhadap lingkungan sekitar, beberapa
metode yang harus ditempuh antara lain (A H Corner, 1996) :
Ubah rasio urea/formaldehid ( misal dengan merendahkan rasio F/U) Tambahkan scavenger formaldehid langsung pada material adhesive
tersebut
Penambahan scavenger formaldehid pada produk jadi yangmenggunakan adhesivetersebut.
Peletakan panel/pembatas antara produk yang langsung berkontakdengan adhesivedengan lingkungannya
Reaksi formaldehid pada pH > 7 adalah reaksi metilolasi yaitu adisi
formaldehid pada gugus amino dan amino urea, dan menghasilkan metilol urea.
Struktur kimia monometilol, dimetilol dan trimetilol urea
Derivat-derivat metilolasi merupakan monomer, penyebab terjadinya
reaksi polimerisasi kondesasi, atau kondesasi polimer yang dihasilkan mula-mula
mempunyai rantai lurus lurus dan masih larut dalam air. Semakin lama kondensasi
berlangsung, polimer mulai membentuk rantai tiga dimensi dan semakin
berkurang kelarutannya dalam air (Anonimous, 2008).
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
11/33
Struktur kimia berbagai jenis reaksi kondensasi metilol urea yang membentuk
oligomer dan polimer (a,b,c dan d)
Pada proses curing kondensasi tetap berlangsung terus, polimer
membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi
thermosetting resin. Hasil reaksi dan kecepatannya sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. perbandingan molekul reaksi,2. katalis (pH) sistem,3. temperatur,4. waktu reaksi.
Perubahan pada kondisi akhir, menghasilkan resinyang sangat bervariasi,
sehingga produk akhir yang dihasilkan mempunyai sifat fisis, kimia dan mekanis
yang berbeda. Oleh sebab itu kondisi reaksi ditentukan oleh produk akhir yang
dikehendaki. Pada prinsipnya, pembuatan produk-produk urea formaldehid
melalui beberapa tahap:
1. tahap pembuatan intermediet, yaitu sampai didapatkan resin yang berupacairan atau yang larut dalam air/pelarut lain,
2. tahap persiapan (preparation sebelum proses curing), yaitu pencampurandengan zat-zat kimia,fillerdll,
3. tahapan curing, yaitu proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas dan tekanantinggi, resin diubah sufatnya menjadi thermosettingresin.
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
12/33
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Prosedur Kerja
1. Kedalam labu bundar dimasukkan formalin yang telah ditentukanjumlahnya.
2. Lalu larutan ini ditambahkan katalis amoniun hidroksida sebanyak 5 %total campuran dan ditambahkan natrium karbonat sebagai bufferingagent
dan CMC (carboxyl methyl cellulose) serta PVA (polivinil clorida)
sebagai aditif sebanyak masing-masing 2% berat katalis.
3. Campuran diaduk sampai merata, ambil sampel No.0.4. Masukkan urea yang udah ditentukan jumlahnya, campurannya diaduk
sambil diambil sampel No.1.
5. Campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih. Pada saat terjadirefluks ambil sampel No.2.
6. Setelah itu, diambil sampel untuk dianalisa dengan interval yang samaditiap waktunya.
7. Pada tiap sampel yang diambil, dianalisa kadar formaldehid bebasnya8. Pada saat sampel mencapai titrasi kadar formaldehid bebas yang konstan,
dianalisa densitas resin yang terbentuk
3.2 Analisa Kadar Formaldehid Bebas dengan Menggunakan Natrium
Sulfit
Dasar reaksi:
H2O + CH2O + Na2SO3 HO-CH2-SO3Na + NaOH
NaOH yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehid bebas dalam
larutan
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
13/33
Prosedur kerja:
1. Satu mL sampel dilarutkan dalam 5 mL alkohol, dalam labu titrasi danditambahkan 3-5 indikatorphenolpthaleindalam labu titrasi yang tertutup.
2. Kedalam larutan tersebut ditambahkan 25 mL larutan 2 M natrium sulfitreaksi dibiarkan selama 10 menit sambil dikocok.
3. Larutan dititrasi dengan larutan standar H2SO4.3.3 Penentuan Densitas dengan Piknometer
1. Dikalibrasi piknometer dengan air murni untuk menentukan volumepiknometer pada suhu percobaan.
2. Ditimbang piknometer yang berisi penuh dengan sampel .3. Diambil sampel saat titrasi konstan telah dicapai4. Dicatat berapa berat pikno dengan sampel.
3.4 Penentuan Waktu Curing
1. Dipanaskan dua cawan yang satu dibiarkan kosong dan satu lagi berisigliserol
2. Dipanaskan diatashotplatekedua cawan tersebut hingga mencapaitemperatur 100C
3. Dituangkan resin kedalam cawan (jangan sampai tumpah)4. Dituangkan beberapa 5 mL larutan pH kedalam cawan hingga pH dari
sampel yang akan dicuringsesuai dengan pH penugasan
5. Dimasukkanstirrerkedalam cawan dan dibiarkan mengaduk6. Hitung menggunakanstopwatchsejak dimulainya pengadukan hingga
pengaduk tidak berputar lagi
7. Resin yang telah mengental diletakkan dalam wadah lain
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
14/33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.1 Kadar Formaldehid bebas dan Densitas resin
Sampel Waktu
(menit)
Volume
titrasi (ml)
Kadar formaldehid
(gram/100 mL larutan)
Densitas
(g/mL)
0 - 12,7 15,24 -
1 - 11,8 14,16 -
2 15 9,7 11,64 -
3 30 7,9 9,48 -
4 45 6,4 7,68 -
5 60 5 6 -
6 75 4,3 5,16 -
7 90 3 3,6 -
8 105 3 3,6 1,132
Tabel 4.2 Data Waktu Curing Resin
No pH Waktu Curing
1 3 (Asam) 25 menit, 14 detik
2 5 (Asam) 31 menit, 12 detik
3 7 (Netral) 40 menit, 31 detik4 9 (Basa) 49 menit, 30 detik
4.2 Pembahasan
Urea formaldehid (UFO) merupakan salah satu produk turunan dari urea
yang banyak dimanfaatkan dalam industry adhesive(perekat) serta sebagai bahan
baku pada beberapa industry polimer lainnya. UFO adalah produk dari reaksi
kondensasi antara urea dengan formaldehid, dimana dihasilkan produk hasil reaksi
yang berupa monometilol, dimetilol dan trimetilol yang membentuk rantai
bersambung hingga terbentuklah polimer.
Pada percobaan pembuatan urea formaldehid, sejumlah urea dilarutkan
dalam 300 mL formalin (37% formaldehid) yang mengandung katalis amonium
hidroksida (NH3OH). Penambahan katalis ini dapat menurunkan energi aktivasi,
sehingga reaksi polimerisasi dapat berlangsung lebih cepat.
Untuk menjaga kestabilan sistem, digunakan suatu larutan penyangga pH
(buffer) yaitu natrium karbonat monohidrat (Na2CO3.H2O), hal ini dilakukan
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
15/33
untuk menghindari terjadinya perubahan pH mendadak selama reaksi polimerisasi
berlangsung. Untuk mengubah sifat polimer dari kaku menjadi liat digunakan
pelentur (plasticizer) berupa carboxyl methyl cellulose (CMC) dan poli vinil
clorida(PVC).
Untuk melangsungkan reaksi polimerisasi ini, maka temperatur operasi
harus dijaga pada range operasi optimumnya, yaitu 94 - 96C. Pada kondisi ini,
formaldehid akan menguap dan dengan bantuan kondenser terjadi refluk dari uap
tersebut, sehingga reaksi dapat berlangsung dengan optimal. Refluks pada
percobaan hanya berupa tetes-tetes kondensat, hal ini disebabkan oleh uap
formaldehid langsung terkondensasi pada dinding soklet sebelum mencapai
kondensor karena driving force uap formalin (temperatur) dipertahankan
mendekati titik didih formaldehid, yaitu 940C960C.
4.2.1. Kadar Formaldehid bebas
Urea formaldehid merupakan suatu senyawa yang dihasilkan dari reaksi
antara urea dengan formaldehid. Untuk mendapat produk yang maksimal dari
reaksi ini, maka reaksi harus berjalan dengan konversi yang mendekati sempurna.
Untuk itu selama reaksi berlangsung diharapkan agar semua reakstan terkonversi
menjadi produk.
Dalam percobaan ini, kadar formaldehid bebas adalah salah satu indikator
yang menunjukkan tidak sempurnanya konversi reaksi. Untuk menganalisis kadar
formaldehid bebas dalam sampel, digunakan natrium sulfit (Na2SO3) sebagai
pereaksi. Sampel 0 diambil sebelum penambahan urea sebanyak 1 mL yang
dicampur dengan 5 mL alkohol (C2H5OH), 25 mL natrium sulfit (Na2SO3) dan
penambahan 2 tetes indikatorphenolpthalein.
Sampel yang diambil dari labu dan ditambahkan bahan-bahan diatas,
didiamkan hingga mencapai suhu kamar. kemudian dititrasi dengan larutan
standar H2SO4 2 M. Volume titrasi H2SO4yang dibutuhkan sebanyak 12,7 mL,
sehingga kadar formaldehid bebas diperoleh sebesar 15,24 g/ 100 mL larutan.
Pengambilan sampel 1 dilakukan saat penambahan urea, diperoleh kadar
formaldehid bebas sebesar 14,16 g/ 100 mL larutan. Sampel 2 dan sampel 3
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
16/33
dianalisis setelah reaksi berlangsung selama 15 menit dan 30 menit pada
temperatur 96C. Kadar CH2O bebas dalam 100 mL larutan sampel 2 dan 3 adalah
11,64 gram dan 9,48 gram. Pada menit ke 45, 60 dan 75 didapatkan kadar
formaldehid bebas didalam sampel masing-masing sebesar 7,68 gram, 6 gram dan
5,16 gram. Hingga didapatkan formaldehid bebas yang konstan pada larutan
sampel 7 dan 8 yaitu pada menit ke- 90 dan 105, dengan kadar 3,6 gram.
Penurunan kadar formaldehid bebas disebabkan oleh semakin sempurnanya reaksi
polimerisasi membentuk rantai yang lebih panjang. Sehingga, semakin sedikit
formaldehid bebas yang terdapat dari hasil reaksi polimerisasi kondensasi.
Gambar 4.1 Hubungan waktu operasi terhadap kadar formaldehid bebas
Sampel 8 merupakan produk resinyang diinginkan. Namun, produk yangdiperoleh tidak dapat dianalisis viskositasnya. Hal ini disebabkan oleh sensitivitas
sampel terhadap temperatur yang mana akan terus mengeras jika didiamkan baik
didalam viscometer yang dikarenakan resinmengalami perubahan sifat fisik dari
thermoplasticmenjadi thermoset. Transformasi monomer cair menjadi monomer
padat menyebabkan peningkatan ukuran molekul dan bobot molekul melalui
polimerisasi. Peningkatan bobot molekul dari perekat polimer mengakibatkan
tercapainya sifat mekanis yang baik, kekuatan kohesif, kekuatan pukul dan lain-
0
2
46
8
10
12
14
16
18
0 0 15 30 45 60 75 90 105
KadarF
ormaldehidBebas
(gr/1
00mLlarutan)
Waktu (menit)
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
17/33
lain, dan karena itu harus dibiarkan berlangsung pada tingkat yang diperlukan
selama pembentukan ikatan (Achmadi, 1990).
4.2.2 Densitas
Untuk mengetahui fenomena pembentukan resin, dapat diperoleh dengan
cara menganalisis densitas. Peningkatan densitas menunjukkan reaksi polimerisasi
terus terjadi. Berlangsungnya reaksi polimerisasi secara terus-menerus
menyebabkan rantai polimer semakin panjang, yang secara tidak langsung
menambah bobot molekulnya sehingga berat molekul yang diperoleh akan lebih
besar.
Dari data hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan densitas resin saat
titrasi konstan dicapai sebesar 1,132 g/mL.
4.2.3 Waktu Curing
Waktu yang dibutuhkan oleh resin untuk berubah dari sifat thermoplastic
menjadi thermoset. Perubahan ini diakibatkan terjadinya ikatan sambung silang
cross linkingpada tiap ikatan yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga terjadi
ikatan tumpang tindih yang lebih komplek lagi, sehingga dihasilkanlah resin
Resin yang dihitung waktu curingnya, dimasukkan dalam cawan yang
memiliki temperatur 100C. Untuk mengetahui bahwa temperatur didalam cawan
telah mencapai 100C, maka dipanaskanlah gliserol pada hotplate yang sama
hingga mencapai tempertur 100C. Tujuan ditambahkannya gliserol dikarenakan
gliserol memiliki titik didih lebih besar dari 100C, sehingga saat dipanaskan
tidak berubah fasa dan menguap ke udara.
Dengan demikian,saat temperatur 100C dicapai, resin yang tadi telah
mencapai nilai titrasi yang konstan, ditambahkan larutan pH dengan beberapa
variasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh kondisi pH resin terhadap
waktu curing yang ditempuh. Ditambahkan stirrer kedalam cawan dimana resin
telah dicampur larutan pH diaduk untuk menghomogenkannya dan temperatur
sistem dijaga konstan 100C. dihitung waktu semenjak awal ditambahkan larutan
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
18/33
pH hingga pengaduk tidak dapat berputar lagi. Interval waktu yang ditempuh ini
lah yang disebut waktu curing.
Gambar 4.2 Hubungan Waktu curing dengan pH larutan
Dari hasil praktikum didapatkan terjadi peningkatan waktu curing seiring
dengan meningkatnya pH dari larutan. Kondisi pH larutan mempengaruhi
lamanya waktu perubahan sifat pada resin. Pada pH 3, waktu curing yang dicapai
adalah 25 menit, 12 detik. Sedangkan pada pH 5, 7 dan 9 waktu curing masing-
masing dicapai saat 31 menit,12 detik ; 40 menit,31 detik dan 49 menit,30detik.
Secara teori, larutan asam pada reaksi kondensasi memiliki nilai k
(konstanta kecepatan reaksi) lebih besar dibandingkan pada kondisi basa. Ini
dikarenakan pada kondisi asam, H+ dari gugus asam bereaksi dengan monometilol
yang kemudian membuka cabang baru di C, sehingga reaksi dapat dengan cepat
bersambung hingga sambung silang (cross linking) yang terbentuk telah
sempurna, yang mengakibatkan stirrer berhenti. Ikatan yang terbentuk ini
mengindikasikan telah berubahnya sifat resin menjadi thermoset
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
25'14'' 31'12'' 40'31'' 49'30''
pH
Waktu Curing (menit,detik)
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
19/33
Gambar 4.3 Hubungan konstanta laju reaksi (k) dengan pH
Reaksi monometilol dengan ion H+
Sedangkan larutan basa memiliki nilai k yang lebih kecil, yang meng-
akibatkan lamanya waktu yang dibutuhkan resin untuk berubah menjadi
thermoset. Ini dikarenakan gugus OH- tidak sereaktif H+, sehingga waktu yang
dibutuhkan lebih lama dibanding asam. Selain itu, gugus OH-
cenderung mengikat
H+yang ada pada senyawa lain (pada reaksi dibawah, H dari NH2pada urea) dan
membentuk air. Sehingga dapat dikatakan hamper tidak ada reaksi kondensasi
selama kondisi larutan dalam keadaan basa (A.Pizzi, 1999)
Reaksi Urea dengan OH-yang menyebabkan hilangya H+dari NH2urea
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
20/33
Dari hasil percobaan juga didapatkan, sifat dari produk curing asam dan
basa berbeda. Pada asam, produk yang terbentuk lebih cepat mengeras dan dengan
kekentalan yang sangatlah tinggi. Sedangkan pada produk basa, produk yang
terbentuk cenderung lebih lama keras dengan kekentalan yang kurang serta sedikit
mengandung air.
Resin yang telah lama didiamkan pada temperatur ruang akan mengeras.
Ini dikarenakan struktur fisis dari polimer berada dalam keadaan kaca pada suhu
kamar (Tg). Pada polimer dengan temperatur kaca lebih rendah dari temperatur
ruang, maka polimer akan bersifat elastomer jika didiamkan pada temperatur
ruang. Sedangkan jika temperatur kaca jauh lebih tinggi dari temperatur ruang
maka akan bersifat getas/kristal saat didiamkan lama pada temperatur ruang
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
21/33
BAB V
KESIMPULAN
Dari pengolahan data hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pembuatan urea formaldehid, Penambahan katalis amonium hidroksida,penambahan katalis ini dapat menurunkan energi aktivasi polimerisasi,
sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
2. Untuk membuat polimer kaku menjadi liat digunakan pelentur (plasticizer)berupa carboxyl methyl cellulose. Molekul pelentur berinteraksi dengan rantai
polimer, mengurangi interaksi antar rantai, dengan demikian mengurangi
kekakuan polimer.
3. Reaksi polimerisasi merupakan reaksi endotermis, sehingga dibutuhkan panasdari lingkungan agar reaksi dapat berlangsung. Temperatur reaksi diatur pada
960C untuk menguapkan formaldehid sehingga dengan bantuan kondenser
terjadi refluk yang dapat mengurangi panas berlebih dari sistem.
4. Kadar CH2O dalam 100 mL larutan semakin menurun seiring lamanyapemanasan. Ini diakibatkan semakin banyaknya formaldehid yang bereaksi
membentuk rantai polimer
5. Makin besar pH sampel, semakin lama waktu curing yang akan dicapai yangdikarenakan pada kondisi basa laju reaksi polimerisasi menurun.
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
22/33
DAFTAR PUSTAKA
A. H.Conner, 1996, Urea FormaldehydeAdhesiveResins, CRC Press, USA
A. Pizzi, 1999, Urea Formaldehyde Adhesive, Taylor & Francis Group CLC,
Prancis
Achmadi, S. S., 1990,Kimia Kayu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ITB,
Bandung
Anonimous, 2011, Modul Polimerisasi, Urea Formaldehid, Jurusan Teknik Kimia
Untirta, Banten
Anonimous, 2012, Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik
Kimia Unsyiah, Banda Aceh
Harahap, H., Manurung, R., 2005, Perbandingan Beberapa Metoda Praktis
Polimerisasi, Program Studi Teknik Kimia USU, Medan
Syarief, R., S. Santausa dan Isyana, 1989, Teknologi Pengemasan Pangan, PAU
Pangan dan Gizi, IPB Bogor
Umam, Khairul., Nurmawati, Himawan, 2008, Struktur Kimia dan Sifat Polimer,
http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer, UI
Word Press
Zakaria, Mat, 2003,Prinsip Kimia Polimer, Universiti Sains Malaysia, Penang
http://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimerhttp://jaketkuning.com/2008/05/08/struktur-kimia-dan-sifat-polimer -
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
23/33
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
Tabel A.1 Data Pengamatan Pembuatan Resin Urea Formaldehid
Senyawa Kimia Volume (mL) Massa (gram)
ReaktanUrea - 104,142
Formaldehid 300 -
Katalis Amoniak 22,95 -
Buffer Natrium karbonat monohidrat - 0,174
AditifCarboxyl Methyl Cellulose
(CMC)- 0,174
Aditif Poly Vinil Alcohol (PVA) - 0,174
Tabel A.2 Data pengamatan volume titrasi sampel
Sampel Waktu (menit) Volume titrasi (ml) Densitas (g/mL)
0 - 12,7 -
1 - 11,8 -
2 15 9,7 -
3 30 7,9 -
4 45 6,4 -
5 60 5 -
6 75 4,3 -7 90 3 -
8 105 3 1,132
Tabel A.3 Data Pengamatan Waktu Curing Resin
No pH Waktu Curing
1 3 (Asam) 25 menit, 14 detik
2 5 (Asam) 31 menit, 12 detik
3 7 (Netral) 40 menit, 31 detik
4 9 (Basa) 49 menit, 30 detik
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
24/33
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
1. Menghitung kebutuhan urea dengan perbandingan mol formaldehid terhadapurea 2,3 :
Menghitung densitas FormalinBerat pikno meter = 16,3 g
Volume pikno meter = 25 mL
3/079,1
25
3,1629,43
piknovolume
kosongpiknoberat-sampel)pikno(berat
cmg
Massa Formalin yang digunakanm = V = 1,079 300 = 323,7 g
massa Formaldehid yang digunakan (mf), = 1,079 g/mL
V = 300 mL
% = 0,37
mf= % V = 0,37 1,079 300 = 119,769 g
mol Formaldehid (n)Mr = 30 g/gmol
nf= m/Mr = 119,769/30 = 3,992 mol
mol F/ mol U = 2,3mol U = mol F / 2,3 = 3,992/2,3 = 1,735 mol
massa Urea (mu)nu= 1,735 mol
Mr = 60 g/gmol
mu = nu Mr = 1,735 60 = 104,142 g
2. Menghitung Kebutuhan massa Katalis, Buffer dan Aditif
Katalis (Amoniak) = 2% total keseluruhan massa
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
25/33
Buffer (Na2CO3.H2O) = 2% massa katalis
Aditif (CMC) = 2% massa katalis Aditif (PVA) = 2% massa katalis
Jika total massa keseluruhan dilambangkan dengan X, maka :
Katalis = 0,02X Buffer = 0,020,02X CMC = 0,020,02X PVA = 0,020,02X ,
Maka didapatkan persamaan sebagai berikut :X = m urea + m formalin + m katalis + m buffer + m CMC + m PVA
X = 104,142 + 323,7 + 0,02X + 3[0.02(0.02X)]
X = 427,142 + 0,0212X
X = 437,108 g
Didapatkan :
Massa Katalis = 0,02X = 0,02 437,108 = 8,742 g = 0,96 g/mL
% = 0,3 (Amoniak encer)
m = V %
V = m / ( %) = 8,742 / (0,96 0,3) = 30,35 ml
Massa Buffer = 0,02(0,02X) = 0,02 0,02 437,108 = 0,174 g Massa CMC = 0,02(0,02X) = 0,02 0,02 437,108 = 0,174 g Massa PVA = 0,02(0,02X) = 0,02 0,02 437,108 = 0,174 g
3. Menghitung kadar formaldehid bebas :
Untuk menghitung kadar formaldehid bebas dalam resin yang dibuat,
diperlukan tambahan larutan natrium sulfit (Na2SO3) untuk titrasi nantinya :
Membuat larutan Na2SO32 N (Mr = 127 g/mol)Untuk membuat 250 mL larutan Na2SO3 2 N diperlukan massa Na2SO3
sebanyak :
N = M ; Na2SO3= 2
M = N/2 = 2/2 =1
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
26/33
M =
m =
m = (1 . 127 . 250)/1000 = 31,75 g
Untuk kebutuhan titrasi untuk mengetahui kadar formaldehid bebasdalam resin, digunakan larutan H2SO4:
424222 SOHSOHOCHOCH MVMV
Kadar CH2O dalam 100 mL larutan adalah:
OCH
SOHSOH
OCH
SOHSOH
V
MVOCHmassa
V
MVOCHmassa
2
4242
2
4242
3
100
1000
30
2
2
Dengan42SOH
M = 2 M
OCHV 2 = 5 mL
Membuat larutan H2SO42 M-Pada awal dicari H2SO4, didapatkan :
Berat pikno meter = 16,3 g
Volume pikno meter = 25 mL
3/801,1
25
3,1633,61
piknovolume
kosongpiknoberat-sampel)pikno(berat
cmg
-Dicari Molaritas H2SO4:Diketahui,
% massa = 98
Mr = 98
Mr
massa%x10xM
M = (1,801 10 98) / 98 = 18 M
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
27/33
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
28/33
larutanmL100/64,11
5
27,93
3
2
4242
2
g
V
MVOCHmassa
OCH
SOHSOH
Untuk sampel 3 (setelah penambahan urea)
42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel
42SOHV = 7,9 mL
larutanmL100/48,9
5
29,73
3
2
42422
g
V
MVOCHmassa
OCH
SOHSOH
Untuk sampel 4 (setelah penambahan urea)
42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel
42SOHV = 6,4 mL
larutanmL100/68,7
5
24,63
3
2
4242
2
g
V
MVOCHmassa
OCH
SOHSOH
Untuk sampel 5 (setelah penambahan urea)
42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel
42SOHV = 5 mL
larutanmL100/0,6
5
253
3
2
4242
2
g
V
MVOCHmassa
OCH
SOHSOH
Untuk sampel 6 (setelah penambahan urea)
42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
29/33
42SOHV = 4,3 mL
larutanmL100/16,5
5
23,43
3
2
4242
2
g
V
MVOCHmassaOCH
SOHSOH
Untuk sampel 7 (setelah penambahan urea)
42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel
42SOHV = 3 mL
larutanmL100/6,3
5
233
3
2
4242
2
g
V
MVOCHmassa
OCH
SOHSOH
Untuk sampel 8 (setelah penambahan urea)
42SOHV = volume titrasi H2SO4sampel
42SOHV = 3 mL
larutanmL100/6,3
5
233
3
2
4242
2
g
V
MVOCHmassa
OCH
SOHSOH
4. Membuat Larutan pH
pH 3pH = -log [H+]
pH = log [H+]-1
3 = log 1/[H+]
[H+] = 10-3M
[H+] ekuivalen dengan HCl, didapat M2= 0,001 M
Dibuat larutan HCl 0,1 M dari HCl 12 M
V1M1= V2M2
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
30/33
V1 . 12 M = 300 mL . 0.1 M
V1= 2,5 mL
Selanjutnya baru dibuat larutan 0,001 M dari HCl 0,1 M
V1M1= V2M2
V1. 0,1 M = 100 mL . 0,001 M
V1= 1 mL
Jadi untuk membuat larutan pH 3, dilarutkan 1 mL HCl 0,1 M kedalam
100 mL aquades.
pH 5pH = -log [H+]
pH = log [H+]-1
5 = log 1/[H+]
[H+] = 10-5M
[H+] ekuivalen dengan HCl, didapat M2= 0,00001 M
Dibuat larutan HCl 0,00001 M dari HCl 0,001 M
V1M1= V2M2
V1 . 0,001 M = 100 mL . 0.00001 M
V1= 1 mL
Jadi untuk membuat larutan pH 5, dilarutkan 1 mL HCl 0,001 M
kedalam 100 mL aquades.
pH 7digunakan aquades yang ber pH netral (7)
pH 9pOH = 14pH = 149 = 5
pOH = -log [OH+]
pOH = log [OH+]-1
3 = log 1/[OH+]
[OH+] = 10-3M
[OH+] ekuivalen dengan NaOH, didapat M2= 0,001 M
Dibuat larutan NaOH 1 M dari 10 g NaOH, maka diperlukan volume
pelarut,
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
31/33
M = (gr1000)/(MrV)
V = (gr1000)/(MrM)
V = (10 . 1000)/(46,5 . 1)
V = 215,05 mL
Dibuat larutan NaOH 0,01 M dari HCl 1 M
V1M1= V2M2
V1 . 1 M = 300 mL . 0.01 M
V1= 1 mL
Selanjutnya baru dibuat larutan 0,00001 M dari HCl 0,001 M
V1M1= V2M2
V1. 0,001 M = 100 mL . 0,00001 M
V1= 1 mL
Jadi untuk membuat larutan pH 9, dilarutkan 1 mL NaOH 0,001 M
kedalam 100 mL aquades.
5. Menentukan densitas urea formaldehid dengan menggunakan piknometer
Berat pikno kosong = 16,3 gram
Volume pikno meter = 25 mL
Untuk sampel ke - 8
3/132,1
25
3,166,44
piknovolume
kosongpiknoberat-sampel)pikno(berat
cmg
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
32/33
LAMPIRAN C
GRAFIK
Gambar C.1 Hubungan waktu operasi terhadap kadar formaldehid bebas
Gambar C 2. Hubungan Waktu curing dengan pH larutan
0
2
46
8
10
12
14
16
18
0 0 15 30 45 60 75 90 105
KadarF
ormaldehidBebas
(gr/1
00mLlarutan)
Waktu (menit)
0
12
3
4
5
6
7
8
9
10
25'14'' 31'12'' 40'31'' 49'30''
pH
Waktu Curing (menit,detik)
-
5/28/2018 UFD Putra Utama (0904103010071)a
33/33