pertumbuhan perkembangan
DESCRIPTION
Praktikum Perkenbangan dan PertumbuhanTRANSCRIPT
158
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti akan bertumbuh dan berkembang. Bertumbuh
dan berkembang merupakan salah satu ciri – ciri makhluk hidup. Pertumbuhan
dan perkembangan berlangsung seiring dengan bertambahnya usia makhluk hidup
tersebut. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme
secara kuantitatif atau terukur. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan pada organisme yang berlangsung secara kualitatif. Pertumbuhan
bersifat irreversible, yaitu tidak bisa kembali ke keadaan semula. Sedangkan
perkembangan bersifat reversible, yaitu bias kembali ke keadaan semula
(Mulyani, 2006).
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengamatan pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman kacang hijau dan jagung. Pengamatan akan
dilakukan dengan membandingkan pertambahan kecambah antara berat basah dan
berat kering. Selain itu, untuk perkembangan, akan diamati tanaman suplir atau
pakis yang berspora untuk diketahui perkembangannya. Jadi, melalui pengamatan
ini, praktikan akan dapat mengerti dan memahami pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dibahas dalam percobaan pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan ini adalah bagaimana praktikan dapat mengukur,
mengamati, dan membedakan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung yang
kering dengan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan basah
(tidak dioven, dibiarkan tumbuh pada kapas basah). Selain itu, praktikan harus
dapat menjelaskan proses perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir dengan
mengamati sporanya dilihat dari mikroskop.
159
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan kering (dimasukkan ke
oven) dengan keadaan basah (dibiarkan tumbuh di atas kapas basah). Selain itu,
praktikan dapat mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana perkembangan
yang terjadi pada tanaman suplir, dengan mengamati sporanya di mikroskop.
160
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran sel atau organisme
secara kuantitatif atau terukur yang bersifat irreversible. Secara umum
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan stadium zigot
yang merupakan hasil pembelahan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.
Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meritem yang akan terus membelah dan
mengalami diferensiasi, perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel,
membentuk organ – organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda.
Embrio mempunyai 3 bagian penting, yaitu tunas embrionik sebagai calon batang
dan akar, akar embrionik sebagai calon akar, dan kotiledon sebagai cadangan
makanan. Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasarkan aktivitasnya
terbagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah pembelahan dimana di daerah ini sel – sel
aktif membelah, daerah pemanjangan yang berada di belakang daerah
pembelahan, dan daerah diferensiasi yang berada paling belakang dari daerah
pertumbuhan dimana sel – sel mengalami diferensiasi membentuk akar yang
sebenarnya serta daun muda dan tunas lateral yang akan menjadi cabang
(Alkatiri, 1996).
2.1.1 Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan pertama dari tubuh tumbuhan.
Sedangkan tubuh primer adalah tubuh yang dibentuk pada pertumbuhan pertama.
Semua jaringan yang menyusun tubuh primer disebut jaringan primer. Tumbuhan
berbiji umumnya mempunyai tubuh primer dan tubuh sekunder, sedangkan pada
monokotil tertentu jaringan tubuhnya tetap dalam keadaan primer. Pertumbuhan
primer meliputi pembentukan sel – sel baru di daerah apikal, pembentukan tunas,
dan percabangan. Dengan pembentukan sel – sel baru ini maka pertumbuhan
primer menambah panjang batang (Nur, 2004).
161
2.1.2 Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel – sel meristem sekunder
yaitu kambium dan kambium gabus. Mula – mula kambium hanya terdapat pada
ikatan pembuluh, disebut kambium vasis atau intravaskuler yang berfungsi untuk
membentuk xilem dan floem primer. Selanjutnya parenkim akar atau batang yang
terletak diantara ikatan pembuluh menjadi kambium atau intervasis. Kambium
intravasis dan kambium intervasis membentuk lingkaran tahun berbentuk
korsentris. Kambium yang berada di sebelah dalam jaringan kulit yang berfungsi
sebagai pelindung, terbentuk akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan xilem
dan floem yang lebih cepat dari pertumbuhan kulit.
Pertumbuhan sekunder ditandai oleh bertambah tebalnya dinding sel yang
menyusun jaringan tubuh tumbuhan, serta terbentuknya jaringan – jaringan
sehingga menyebabkan baik akar ataupun batang ukuran diameternya bertambah.
Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan berbiji disebabkan oleh aktivitas meristem
lateral yaitu kambium pembuluh. Sel – sel kambium pembuluh membelah ke arah
sentripetal dan ke arah sentrifugal. Ke arah sentripetal menghasilkan jaringan
buluh kayu sekunder, dan ke arah sentrifugal menghasilkan jaringan buluh ayak
sekunder. Jaringan buluh kayu selain untuk pengangkutan air dan garam – garam
tanah karena sel –selnya mengalami penebalan, berfungsi sebagai penguat atau
penyokong (Nurhidayati, 2004).
2.2 Perkembangan
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme,
berlangsung secara kualitatif, dan bersifat refleksibel.
2.2.1 Perkembangan Helai Daun
Tahap – tahap perkembangan daun adalah permulaan (inisiasi), diferensiasi
awal, perkembangan aksis daun, asal usul helai daun, dan histogenesis jaringan
helai daun.
a. Insiasi
Insiasi daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok kecil
sel pada sisi pucuk (Mulyani, 2006).
162
b. Diferensiasi Awal
Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari
pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papilla kecil atau
tonjolan. Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian
prokambium, yang tumbuh secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari
kambium batang (Mulyani, 2006).
c. Perkembangan Aksis Daun
Perkembangan aksis daun mendahului helai daun. Hasil perkembangan
cepat dari primordial menjadi bentuk seperti kerucut yang runcing dengan sisi
adaksial pipih (rata). Ujung kerucut berfungsi sebagai meristem apikal, tetapi
dalam spermatophyta, sel pada ujung daun menunjukkan tanda histologi dari
pemasakan yang relatif cepat. Pada daun paku, pertumbuhan apikal
berlangsung dalam periode yang panjang bersama dengan pertumbuhan
interkalar dalam arah akropetal (Mulyani, 2006).
d. Asal – Usul Helai Daun
Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi
adaksial terus membelah dengan cepat. Pada daun majemuk menjari dan
menyirip, helai daun lateral berkembang dari meristem pinggiran adaksial dan
aksis daun muda sebagai dua deretan papilla. Pada tumbuhan lain,
perkembangan helai daun ada yang terjadi secara akropetal ataupun basipetal
(Mulyani, 2006).
e. Histogenesis Jaringan Helai Daun
Pertumbuhan pinggiran berlangsung terus menerus lebih panjang dari
pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relatif lama. Pertumbuhan daun
dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan luar dan dalam. Jadi, bentuk daun pada bagian yang berbeda pada
tumbuhan yang sama dipengaruhi oleh faktor dalam. Faktor luar yang
mempengaruhi bentuk daun antara lain pasokan air, nutrisi, panjang hari, dan
intensitas sinar (Mulyani, 2006).
163
2.3 Faktor – Faktor Pertumbuhan
2.3.1 Faktor Internal
a. Gen
Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat keturunan. Gen dibedakan
menjadi dua, yaitu genotif (sifat yang tidak nampak dari luar tubuh makhluk
hidup) dan fenotip (sifat yang Nampak dari luar tubuh makhluk hidup) (Alters,
1996).
b. Hormon
Yaitu senyawa kimia yang terdiri dari protein yang berfungsi sebagai zat
perangsang atau mengaktifkan sel – sel bertumbuh dan berkembang (Alters,
1996).
b.1 Hormon Auxin
Hormon yang banyak ditemukan di bagian ujung tunas dan ujung akar.
Berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan
bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, menggiatkan sel
– sel kambium untuk membentuk sel – sel baru (Alters, 1996).
b.2 Hormon Giberelin
Hormon yang berfungsi untuk merangsang aktivitas jaringan cambium,
merangsang pertumbuhan lebih cepat, merangsang tumbuhnya bunga lebih
cepat, dan menghambat dormansi biji (Nurhidayati, 2004).
b.3 Hormon Sitokinin
Sitokinin merupakan hormone tumbuhan yang dibuat di akar dan
ditransport secara apolar melalui xilem. Sitokinin ini berperan dalam
pembelahan sel tumbuhan, merangsang pertumbuhan ke arah lateral dari
pucuk, merangsang pelebaran daun, dan merangsang pertumbuhan akar.
Sitokinin menghambat penguraian dan memacu sintesis RNA dan protein
(Alters, 1996).
164
2.3.2 Faktor Eksternal
a. Suhu
Suhu dibedakan menjadi 3 macam, yaitu suhu minimum, suhu yang berada
di kisaran bawah dari keadaan normal yang memungkinkan makhluk hidup
untuk bertumbuh dan berkembang. Suhu optimum yaitu suhu yang paling baik
untuk makhluk hidup bertumbuh dan berkembang. Terakhir yaitu suhu
maksimum, suhu yang berada di kisaran atas dari keadaan normal yang
memungkinkan makhluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang (Hidayat,
1990).
b. Cahaya
Faktor yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Faktor ini juga dapat
menjadi faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 1990).
c. Kelembapan
Kelembapan udara yang berperan terhadap proses transpirasi yang
berkaitan dengan penyerapan unsur hara dalam tanah. Kelembapan udara yang
tinggi akan dapat mendukung proses pertumbuhan. Sedangkan kelembapan
tanah berperan dalam kandungan unsur hara atau zat organik dan anorganik
yang terkandung dalam tanah (Hidayat, 1990).
d. Air
Air merupakan faktor vital bagi makhluk hidup, terutama tumbuhan.
Tetapi, bila terlalu banyak atau sedikit akan memperlihatkan gejala
ketidaknormalan. Begitu juga dengan hewan dan manusia, akan mengalami
dehidrasi bila kekurangan (Hidayat, 1990).
f. Hara Mineral
Banyak terdapat dalam tanah dan merupakan unsur hara yang lengkap.
Unsur hara dalam tanah lebih banyak diperlukan bagi tumbuhan daripada
hewan dan manusia (Hidayat, 1990).
2.4 Suplir (Adiantum venustum)
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk
dalam genus Adiantum, family Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku – pakuan,
165
suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif
suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi
tanaman yang sudah dewasa. Suplir memiliki penampilan yang jelas beda dari
jenis paku – pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung
membulat. Sorus merupakan kluster – kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi.
Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi indusium. Tangkai entalnya
khas, berwarna hitam mengkilap, kadang – kadang bersisik halus ketika dewasa.
Suplir, tumbuhan asal dari Eropa. Pemeliharaan suplir sebagai tanaman
hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa
diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pilih.
Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat
Rhizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa
hari tunas baru akan muncul (Anonym, 2009).
2.5 Jagung (Zea mays)
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting.
Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di daerah Negara Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Jagung merupakan tanaman semusim (annual), satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80 sampai 150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan tahap kedua untuk tahap generatif.
Jagung tidak memiliki kemampuan menghasilkan anakan. Akar jagung adalah
akar serabut, mencapai kedalaman 8 meter. Pada tanaman yang sudah cukup
dewasa, muncul akar adventif dari buku – buku batang bagian bawah yang
membantu tegaknya tanaman. Daun jagung sempurnanya, bentuknya memanjang.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Stoma pada daun jagung berbentuk
halter (anonim, 2009).
2.6 Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku (atau paku – pakuan, Pteridophyta) adalah satu divisio
tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus), tetapi tidak
menghasilkan biji untuk reproduksinya. Menggunakan spora sebagai alat
166
perbanyakan generatifnya. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia,
kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Tumbuhan ini cenderung
tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku
moyangnya di zaman karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan
tumbuhan paku karena menjadi hutan – hutan di bumi. Bentuk tumbuhan paku
bermacam – macam, ada yang berupa pohon, epifit, mengapung di air, hidrofit,
tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah (anonim,
2009).
2.6.1 Metagenesis Tumbuhan Paku
Metagenesis yaitu proses pergiliran keturunan antara fase vegetatif dan fase
generatif. Biasanya terjadi pada tumbuhan (Bryophyta dan Pterydophyta) dan
dapat juga pada beberapa hewan tingkat rendah (Coelentrata). Tumbuhan paku
mempunyai dua macam generasi dalam daur hidupnya, yaitu generasi gametofit
yaitu generasi yang dapat menghasilkan sel gamet. Selain itu, ada juga generasi
sporofit yaitu generasi yang dapat menghasilkan spora (Mulyani, 2006).
167
Spora
Protalium
Anteridium (n) Arkegonium (n)
Sel sperma Sel ovum
Zigot (2n)
Tumbuhan Paku
Sporofit
Sporofil
Sporangium
Gambar 2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
168
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pada percobaan ini, peralatan yang digunakan adalah gelas aqua, kapas,
alat tulis, penggaris, kantong kertas, label, oven, mikroskop, dan timbangan
analitis.
3.1.2 Bahan
Bahan – bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah biji
kacang hijau, biji jagung, dan suplir (atau pakis berspora).
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pertumbuhan
Disiapkan 4 pasang gelas aqua, kemudian diletakkan kapas basah di dalam
gelas aqua tersebut. Diambil 20 biji kacang hijau dan 20 biji jagung, kemudian
dikecambahkan biji-biji tersebut di permukaan kapas basah, diamati
perkecambahannya dan diukur panjangnya setiap 24 jam selama 6 hari. Diambil 5
kecambah yang berumur 2 x 24 jam, 4 x 24 jam, dan 6 x 24 jam, ditimbang berat
basah dan berat keringnya dengan menggunakan timbangan analitik (untuk
mencari berat kering, kecambah harus terlebih dahulu dioven pada suhu 700
C
sampai 800 C selama 2 x 24 jam sampai berat konstan. Digunakan kertas
millimeter, dibuat grafik pertumbuhan, dibandingkan antara pertambahan panjang,
berat basah, dan berat keringnya.
169
3.2.2 Perkecambahan
Diambil daun tanaman suplir atau pakis yang berspora. Lalu diambil
sporangium tersebut dan digambar. Kemudian diambil beberapa spora dan diamati
di bawah mikroskop. Setelah itu, digambar apa yang terlihat.
170
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pertumbuhan
Tabel 4.1 Penambahan panjang kecambah / cm
UMUR
PANJANG KECAMBAH KACANG HIJAU
Kesimpulan
1 2 3 4 5 RATA-
RATA
24 jam 1,4 1,4 1,4 0,9 - 1,275
48 jam 2,7 2,9 1,9 1,4 0,9 1,96
72 jam 11,5 1,2 2,5 2 1,2 5,84
96 jam 15 13 3 2,6 1,5 7,02
120 jam - - - - - -
148 jam - - - - - -
UMUR
PANJANG KECAMBAH KACANG JAGUNG
Kesimpulan 1 2 3 4 5 RATA-
RATA
24 jam 0,5 - - - - 0,5
48 jam 1,4 - - - - 1,4
72 jam 10 1,5 0,4 - - 3,9
96 jam 11 1,9 0,6 - - 4,5
171
Tabel 4.2 Penambahan berat kacang hijau dan jagung / mg
UMUR
BERAT BASAH KACANG HIJAU
1 2 3 4 5 Rata-rata
48 jam 0,1285 0,1473 0,1158 0,1169 0,1124 0,1242
96 jam 0,1267 0,1870 0,1264 0,1538 0,1145 0,1417
148 jam - - - - - -
UMUR
BERAT KERING KACANG HIJAU
1 2 3 4 5 Rata-rata
48 jam 0,0649 0,0593 0,0706 0,0725 0,0717 0,0683
96 jam 0,0500 0,704 0,0446 0,0668 0,0651 0,1861
148 jam - - - - - -
UMUR
BERAT BASAH JAGUNG
1 2 3 4 5 Rata-rata
48 jam 0,1984 0,1658 0,0996 0,1249 0,1908 0,1559
96 jam 0,1865 0,1664 0,1489 0,1775 0,1128 0,1584
148 jam - - - - - -
120 jam - - - - - -
148 jam - - - - - -
172
UMUR
BERAT KERING JAGUNG
1 2 3 4 5 Rata-rata
48 jam 0,1511 0,1553 0,0794 0,0772 0,1513 0,1228
96 jam 0,1475 0,1338 0,1171 0,1364 0,0947 0,1259
148 jam - - - - - -
4.1.2 Perkembangan
a. Sporangium pada mikrofil
Gambar 4.1 Tanaman suplir berspora
b. Sporangium dengan pengamatan mikroskop
Gambar 4.2 spora Nephrolepis dengan perbesaran 10 x dan 100 x
Sporangium
Tangkai daun
Spora
172
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada
tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses
perkecambahan dan pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk diabsorbsi dan memacu
aktivitas enzim-enzim untuk metabolisme perkecambahan di dalam benih
(Agustrina, 2009).
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar
biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah
membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam
bentuk embun atau uap air). Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji
karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Proses ini murni fisik (anonim,
2009).
Tipe perkecambahan berdasarkan posisi kotiledonnya dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Pada epigeal hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah (Ashari, 2002).
4.2.2 Kotiledon
Kotiledon disebut juga kotil atau daun lembaga adalah bakal daun yang
terbentuk pada embrio. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji
sekelompok tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh
tumbuhan yang baru saja berkecambah. Walaupun bagi kecambah ia berfungsi
seperti daun, kotiledon tidak memiliki anatomi yang lengkap seperti daun sejati.
Biji yang menyimpan cadangan makanan di kotiledon bagi kecambah disebut
173
sebagai biji kotiledonik. Pada tumbuhan dengan biji kotiledonik, kotiledon telah
terbentuk pada saat tumbuhan masih di dalam biji (embrio atau lembaga) (anonim,
2009).
Gambar 4.3 Kotiledon dari kecambah Rapa (Brassica napus)
4.2.3 Nephrolepis
Paku pedang (Nephrolepis) merupakan sekelompok tumbuhan paku
dengan sekitar 40 jenis yang mudah dikenali karena entalnya memanjang
berbentuk pedang. Terna epifit atau setengah epifit, mudah dijumpai tumbuh di
tepi-tepi sungai, tebing, atau pada batang palem, serta pohon lain. Rimpangnya
tipis, menyerupai akar. Dari rimbangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat
mencapai 1,5 m panjang, dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip
pedang atau mata tombak. Dalam taksonomi saat ini, Nephrolepis dimasukkan
dalam suku Lomariopsidaceae, walaupun banyak yang menganggap Nephrolepis
lebih baik dikelompokkan sebagai genus tunggal dari suku Nephrolepidaceae.
Sistem lain memasukkannya ke dalam Davalliaceae. Di Indonesia dan daerah
Asia tropis lainnya, Nephrolepis mudah dijumpai di rumah-rumah atai kebun.
Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang
yang tahan kering yang menjalar kemana-mana (anonim, 2009).
Gambar 4.4 tanaman paku
174
Berikut adalah klasifikasi ilmiahnya :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
4.2.4 Kacang Hijau
Kacang hijau yang digunakan dalam percobaan ini dalam bentuk biji. Mula-
mula biji kacang hijau direndam dalam air, didiamkan sebentar, kemudian diambil
kacang hijau yang tenggelam dalam air. Hal ini harus dilakukan agar dapat
diketahui biji yang berisi dengan biji yang tidak berisi. Biji yang berisi ditandai
dengan tenggelam saat direndam, sedangkan biji yang tidak berisi ditandai dengan
tidak tenggelam saat direndam. Setelah itu, baru dimulai dengan
mengecambahkannya. Perkecambahan dilakukan di atas kapas yang basah. Kapas
harus dalam keadaan basah karena perkecambahan diawali dengan penyerapan air
dari lingkungan sekitar biji. Setelah itu, diamati pertumbuhannya mulai dari
panjang dan beratnya. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam. Masing-masing gelas
aqua yang terdapat 5 biji kacang hijau, diukur dan diamati perubahannya.
Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya. Efek
yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan
biji melunak. Dari tabel pertambahan panjang dan berat, dapat terlihat bahwa
pertumbuhan kacang hijau relatif cepat cepat dan teratur dibandingkan jagung.
Hal ini dikarenakan tipe perkecambahan pada kacang hijau adalah epigeal, yaitu
hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong
ke permukaan. Selain itu, tekstur kacang hijau yang lebih kecil daripada jagung,
175
sehingga proses imbibisi cepat, maka pertumbuhannya pun cepat dan teratur.
Untuk mengukur berat kering, kacang hijau dioven terlebih dahulu pada suhu 700
sampai 800 selama 2 x 24 jam sampai beratnya konstan. Maka dari itu, karena
proses pengovenan tersebut, kandungan air di dalam kacang hijau berkurang,
airnya menguap, sehingga berat kering didapatkan dengan mengukurny dengan
timbangan analitis (Ashari, 2002).
Gambar 4.5. hasil percobaan perkecambahan kacang
hijau yang sudah besar tumbuhan kacang hijau pada
hari ke-5
Gambar 4.6 perkecambahan kacang hijau pada
medium kapas basah
Gambar 4.7 perkecambahan kacang hijau pada
medium tanah.
4.2.5 Jagung
Jagung yang digunakan dalam percobaan dalam yang digunakan dalam
percobaan ini adalah jagung yang masih dalam bentuk biji. Untuk jagung tidak
perlu direndam di dalam air terlebih dahulu, tetapi dipilih biji jagung yang masih
Kotiledon
Radikula
176
utuh. Kemudian dibuat perkecambahannya diatas kapas basah. Setelah itu diamati
pertumbuhannya. Aspek yang perlu diteliti adalah pertumbuahn batangnya dan
beratnya. Untuk pengamatan beratnya, digunakan oven pada berat kering. Media
yang digunakan juga sama dengan kacang hijau. Namun pertumbuhan tanaman
jagung ini jauh lebih lama dibandingkan kacang hijau. Hal ini dikarenakan tipe
perkecambahan jagung adalah hypogeal, yaitu pertumbuhan memanjang dari
epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul
diatas tanah. Selain itu, tekstur jagung lebih keras daripada kacang hijau. Hal ini
membuat proses imbibisi tidak seberapa Nampak, karena air yang terserap sedikit
akibat tekstur yang keras, maka dari itu pertumbuhannya membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan kacang hijau (Ashari,2002).
4.2.6 Suplir
Suplir yang digunakan dalam percobaan ini yaitu suplir yang berspora,
karena objek yang akan diamati yaitu sporanya. Mula – mula suplir yng berspora,
spora dikeruk dengan jarum pentul agar sporanya jatuh ke atas gelas objek.
Kemudian gelas objek ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu diamati dengan
menggunakan mikroskop. Perbesaran yang dilakukan yaitu perbesaran 10x dan
100x. Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya perkembangbiakan
pada tumbuhan, khususnya suplir.
Gambar 4.8 Suplir
Gambar 4.9 Spora suplir dengan perbesaran 10x
pada mikroskop
177
Gambar 4.10 Spora suplir
Gambar 4.11 Contoh gambar suplir dari internet
4.2.7 Unsur Mineral
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
mahluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal
sebagai zat anorganik.atau kadar abu. Unsur – unsur mineral esensial dalam tubuh
terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro
diperlukan untuk membentuk komponen organ didalam tubuh. Sedangkan mineral
mikro yaitu mineral yang diperluakn dalam jumlah sanagt sedikit dan umumnya
terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Zainal,2008)
178
BAB V
KESIMPULAN
Dalam percobaan yang berjudul pertumbuhan dan perkembangan ini, dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel secara
kuantitatif atau dapat diukur yang bersifat ireversibel. Faktor – faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor internal (gen dan hormon), dan faktor eksternal
(suhu, cahaya,kelembapan, air, dan hara mineral). Sedangkan perkecambahan
adalah proses menuju kedewasaan pada organism berlangsung secara kualitatif,
tidak dapat diukur dan reversible.
179
DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press :
Surabaya
Alters, S. 1996. Biology Understanding Life Second Edition. Mosby-Year Book
Inc : United States of America
Ashari, Semeru. 2002. Pengantar Biologi Repoduksi Tanaman. Rineka Cipta :
Jakarta
Hidayat,E. B. 1990. Dasar – Dasar Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Fakultas MIPA-ITB : Bandung
Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius : Yogyakarta
Nurhidayati, Tutik, dkk. 2004. Modul Ajar Biologi Umum. ITS : Surabaya
Rachmah Agustrina. 2009. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah
Leguminoeae di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Penelitian 343.2
Zainal Arifin. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem
Biologi dan Metode Analisisnya. Penelitian 27.1