pertumbuhan perkembangan

23
158 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup pasti akan bertumbuh dan berkembang. Bertumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri ciri makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung seiring dengan bertambahnya usia makhluk hidup tersebut. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme secara kuantitatif atau terukur. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme yang berlangsung secara kualitatif. Pertumbuhan bersifat irreversible, yaitu tidak bisa kembali ke keadaan semula. Sedangkan perkembangan bersifat reversible, yaitu bias kembali ke keadaan semula (Mulyani, 2006). Dalam percobaan ini akan dilakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang hijau dan jagung. Pengamatan akan dilakukan dengan membandingkan pertambahan kecambah antara berat basah dan berat kering. Selain itu, untuk perkembangan, akan diamati tanaman suplir atau pakis yang berspora untuk diketahui perkembangannya. Jadi, melalui pengamatan ini, praktikan akan dapat mengerti dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dibahas dalam percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ini adalah bagaimana praktikan dapat mengukur, mengamati, dan membedakan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung yang kering dengan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan basah (tidak dioven, dibiarkan tumbuh pada kapas basah). Selain itu, praktikan harus dapat menjelaskan proses perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir dengan mengamati sporanya dilihat dari mikroskop.

Upload: sitatun-zunaidah

Post on 08-Jul-2015

1.341 views

Category:

Science


2 download

DESCRIPTION

Praktikum Perkenbangan dan Pertumbuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Pertumbuhan perkembangan

158

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup pasti akan bertumbuh dan berkembang. Bertumbuh

dan berkembang merupakan salah satu ciri – ciri makhluk hidup. Pertumbuhan

dan perkembangan berlangsung seiring dengan bertambahnya usia makhluk hidup

tersebut. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme

secara kuantitatif atau terukur. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju

kedewasaan pada organisme yang berlangsung secara kualitatif. Pertumbuhan

bersifat irreversible, yaitu tidak bisa kembali ke keadaan semula. Sedangkan

perkembangan bersifat reversible, yaitu bias kembali ke keadaan semula

(Mulyani, 2006).

Dalam percobaan ini akan dilakukan pengamatan pertumbuhan dan

perkembangan pada tanaman kacang hijau dan jagung. Pengamatan akan

dilakukan dengan membandingkan pertambahan kecambah antara berat basah dan

berat kering. Selain itu, untuk perkembangan, akan diamati tanaman suplir atau

pakis yang berspora untuk diketahui perkembangannya. Jadi, melalui pengamatan

ini, praktikan akan dapat mengerti dan memahami pertumbuhan dan

perkembangan pada tumbuhan.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang dibahas dalam percobaan pertumbuhan dan

perkembangan pada tumbuhan ini adalah bagaimana praktikan dapat mengukur,

mengamati, dan membedakan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung yang

kering dengan pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan basah

(tidak dioven, dibiarkan tumbuh pada kapas basah). Selain itu, praktikan harus

dapat menjelaskan proses perkembangan yang terjadi pada tanaman suplir dengan

mengamati sporanya dilihat dari mikroskop.

Page 2: Pertumbuhan perkembangan

159

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan

pertumbuhan biji kacang hijau dan jagung dalam keadaan kering (dimasukkan ke

oven) dengan keadaan basah (dibiarkan tumbuh di atas kapas basah). Selain itu,

praktikan dapat mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana perkembangan

yang terjadi pada tanaman suplir, dengan mengamati sporanya di mikroskop.

Page 3: Pertumbuhan perkembangan

160

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran sel atau organisme

secara kuantitatif atau terukur yang bersifat irreversible. Secara umum

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan stadium zigot

yang merupakan hasil pembelahan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.

Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meritem yang akan terus membelah dan

mengalami diferensiasi, perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel,

membentuk organ – organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda.

Embrio mempunyai 3 bagian penting, yaitu tunas embrionik sebagai calon batang

dan akar, akar embrionik sebagai calon akar, dan kotiledon sebagai cadangan

makanan. Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasarkan aktivitasnya

terbagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah pembelahan dimana di daerah ini sel – sel

aktif membelah, daerah pemanjangan yang berada di belakang daerah

pembelahan, dan daerah diferensiasi yang berada paling belakang dari daerah

pertumbuhan dimana sel – sel mengalami diferensiasi membentuk akar yang

sebenarnya serta daun muda dan tunas lateral yang akan menjadi cabang

(Alkatiri, 1996).

2.1.1 Pertumbuhan Primer

Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan pertama dari tubuh tumbuhan.

Sedangkan tubuh primer adalah tubuh yang dibentuk pada pertumbuhan pertama.

Semua jaringan yang menyusun tubuh primer disebut jaringan primer. Tumbuhan

berbiji umumnya mempunyai tubuh primer dan tubuh sekunder, sedangkan pada

monokotil tertentu jaringan tubuhnya tetap dalam keadaan primer. Pertumbuhan

primer meliputi pembentukan sel – sel baru di daerah apikal, pembentukan tunas,

dan percabangan. Dengan pembentukan sel – sel baru ini maka pertumbuhan

primer menambah panjang batang (Nur, 2004).

Page 4: Pertumbuhan perkembangan

161

2.1.2 Pertumbuhan Sekunder

Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel – sel meristem sekunder

yaitu kambium dan kambium gabus. Mula – mula kambium hanya terdapat pada

ikatan pembuluh, disebut kambium vasis atau intravaskuler yang berfungsi untuk

membentuk xilem dan floem primer. Selanjutnya parenkim akar atau batang yang

terletak diantara ikatan pembuluh menjadi kambium atau intervasis. Kambium

intravasis dan kambium intervasis membentuk lingkaran tahun berbentuk

korsentris. Kambium yang berada di sebelah dalam jaringan kulit yang berfungsi

sebagai pelindung, terbentuk akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan xilem

dan floem yang lebih cepat dari pertumbuhan kulit.

Pertumbuhan sekunder ditandai oleh bertambah tebalnya dinding sel yang

menyusun jaringan tubuh tumbuhan, serta terbentuknya jaringan – jaringan

sehingga menyebabkan baik akar ataupun batang ukuran diameternya bertambah.

Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan berbiji disebabkan oleh aktivitas meristem

lateral yaitu kambium pembuluh. Sel – sel kambium pembuluh membelah ke arah

sentripetal dan ke arah sentrifugal. Ke arah sentripetal menghasilkan jaringan

buluh kayu sekunder, dan ke arah sentrifugal menghasilkan jaringan buluh ayak

sekunder. Jaringan buluh kayu selain untuk pengangkutan air dan garam – garam

tanah karena sel –selnya mengalami penebalan, berfungsi sebagai penguat atau

penyokong (Nurhidayati, 2004).

2.2 Perkembangan

Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme,

berlangsung secara kualitatif, dan bersifat refleksibel.

2.2.1 Perkembangan Helai Daun

Tahap – tahap perkembangan daun adalah permulaan (inisiasi), diferensiasi

awal, perkembangan aksis daun, asal usul helai daun, dan histogenesis jaringan

helai daun.

a. Insiasi

Insiasi daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok kecil

sel pada sisi pucuk (Mulyani, 2006).

Page 5: Pertumbuhan perkembangan

162

b. Diferensiasi Awal

Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari

pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papilla kecil atau

tonjolan. Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian

prokambium, yang tumbuh secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari

kambium batang (Mulyani, 2006).

c. Perkembangan Aksis Daun

Perkembangan aksis daun mendahului helai daun. Hasil perkembangan

cepat dari primordial menjadi bentuk seperti kerucut yang runcing dengan sisi

adaksial pipih (rata). Ujung kerucut berfungsi sebagai meristem apikal, tetapi

dalam spermatophyta, sel pada ujung daun menunjukkan tanda histologi dari

pemasakan yang relatif cepat. Pada daun paku, pertumbuhan apikal

berlangsung dalam periode yang panjang bersama dengan pertumbuhan

interkalar dalam arah akropetal (Mulyani, 2006).

d. Asal – Usul Helai Daun

Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi

adaksial terus membelah dengan cepat. Pada daun majemuk menjari dan

menyirip, helai daun lateral berkembang dari meristem pinggiran adaksial dan

aksis daun muda sebagai dua deretan papilla. Pada tumbuhan lain,

perkembangan helai daun ada yang terjadi secara akropetal ataupun basipetal

(Mulyani, 2006).

e. Histogenesis Jaringan Helai Daun

Pertumbuhan pinggiran berlangsung terus menerus lebih panjang dari

pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relatif lama. Pertumbuhan daun

dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan luar dan dalam. Jadi, bentuk daun pada bagian yang berbeda pada

tumbuhan yang sama dipengaruhi oleh faktor dalam. Faktor luar yang

mempengaruhi bentuk daun antara lain pasokan air, nutrisi, panjang hari, dan

intensitas sinar (Mulyani, 2006).

Page 6: Pertumbuhan perkembangan

163

2.3 Faktor – Faktor Pertumbuhan

2.3.1 Faktor Internal

a. Gen

Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat keturunan. Gen dibedakan

menjadi dua, yaitu genotif (sifat yang tidak nampak dari luar tubuh makhluk

hidup) dan fenotip (sifat yang Nampak dari luar tubuh makhluk hidup) (Alters,

1996).

b. Hormon

Yaitu senyawa kimia yang terdiri dari protein yang berfungsi sebagai zat

perangsang atau mengaktifkan sel – sel bertumbuh dan berkembang (Alters,

1996).

b.1 Hormon Auxin

Hormon yang banyak ditemukan di bagian ujung tunas dan ujung akar.

Berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan

bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, menggiatkan sel

– sel kambium untuk membentuk sel – sel baru (Alters, 1996).

b.2 Hormon Giberelin

Hormon yang berfungsi untuk merangsang aktivitas jaringan cambium,

merangsang pertumbuhan lebih cepat, merangsang tumbuhnya bunga lebih

cepat, dan menghambat dormansi biji (Nurhidayati, 2004).

b.3 Hormon Sitokinin

Sitokinin merupakan hormone tumbuhan yang dibuat di akar dan

ditransport secara apolar melalui xilem. Sitokinin ini berperan dalam

pembelahan sel tumbuhan, merangsang pertumbuhan ke arah lateral dari

pucuk, merangsang pelebaran daun, dan merangsang pertumbuhan akar.

Sitokinin menghambat penguraian dan memacu sintesis RNA dan protein

(Alters, 1996).

Page 7: Pertumbuhan perkembangan

164

2.3.2 Faktor Eksternal

a. Suhu

Suhu dibedakan menjadi 3 macam, yaitu suhu minimum, suhu yang berada

di kisaran bawah dari keadaan normal yang memungkinkan makhluk hidup

untuk bertumbuh dan berkembang. Suhu optimum yaitu suhu yang paling baik

untuk makhluk hidup bertumbuh dan berkembang. Terakhir yaitu suhu

maksimum, suhu yang berada di kisaran atas dari keadaan normal yang

memungkinkan makhluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang (Hidayat,

1990).

b. Cahaya

Faktor yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Faktor ini juga dapat

menjadi faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 1990).

c. Kelembapan

Kelembapan udara yang berperan terhadap proses transpirasi yang

berkaitan dengan penyerapan unsur hara dalam tanah. Kelembapan udara yang

tinggi akan dapat mendukung proses pertumbuhan. Sedangkan kelembapan

tanah berperan dalam kandungan unsur hara atau zat organik dan anorganik

yang terkandung dalam tanah (Hidayat, 1990).

d. Air

Air merupakan faktor vital bagi makhluk hidup, terutama tumbuhan.

Tetapi, bila terlalu banyak atau sedikit akan memperlihatkan gejala

ketidaknormalan. Begitu juga dengan hewan dan manusia, akan mengalami

dehidrasi bila kekurangan (Hidayat, 1990).

f. Hara Mineral

Banyak terdapat dalam tanah dan merupakan unsur hara yang lengkap.

Unsur hara dalam tanah lebih banyak diperlukan bagi tumbuhan daripada

hewan dan manusia (Hidayat, 1990).

2.4 Suplir (Adiantum venustum)

Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk

dalam genus Adiantum, family Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku – pakuan,

Page 8: Pertumbuhan perkembangan

165

suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif

suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi

tanaman yang sudah dewasa. Suplir memiliki penampilan yang jelas beda dari

jenis paku – pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung

membulat. Sorus merupakan kluster – kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi.

Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi indusium. Tangkai entalnya

khas, berwarna hitam mengkilap, kadang – kadang bersisik halus ketika dewasa.

Suplir, tumbuhan asal dari Eropa. Pemeliharaan suplir sebagai tanaman

hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa

diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pilih.

Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat

Rhizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa

hari tunas baru akan muncul (Anonym, 2009).

2.5 Jagung (Zea mays)

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting.

Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di daerah Negara Amerika Tengah dan

Amerika Selatan. Jagung merupakan tanaman semusim (annual), satu siklus

hidupnya diselesaikan dalam 80 sampai 150 hari. Paruh pertama dari siklus

merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan tahap kedua untuk tahap generatif.

Jagung tidak memiliki kemampuan menghasilkan anakan. Akar jagung adalah

akar serabut, mencapai kedalaman 8 meter. Pada tanaman yang sudah cukup

dewasa, muncul akar adventif dari buku – buku batang bagian bawah yang

membantu tegaknya tanaman. Daun jagung sempurnanya, bentuknya memanjang.

Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Stoma pada daun jagung berbentuk

halter (anonim, 2009).

2.6 Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku (atau paku – pakuan, Pteridophyta) adalah satu divisio

tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus), tetapi tidak

menghasilkan biji untuk reproduksinya. Menggunakan spora sebagai alat

Page 9: Pertumbuhan perkembangan

166

perbanyakan generatifnya. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia,

kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Tumbuhan ini cenderung

tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku

moyangnya di zaman karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan

tumbuhan paku karena menjadi hutan – hutan di bumi. Bentuk tumbuhan paku

bermacam – macam, ada yang berupa pohon, epifit, mengapung di air, hidrofit,

tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah (anonim,

2009).

2.6.1 Metagenesis Tumbuhan Paku

Metagenesis yaitu proses pergiliran keturunan antara fase vegetatif dan fase

generatif. Biasanya terjadi pada tumbuhan (Bryophyta dan Pterydophyta) dan

dapat juga pada beberapa hewan tingkat rendah (Coelentrata). Tumbuhan paku

mempunyai dua macam generasi dalam daur hidupnya, yaitu generasi gametofit

yaitu generasi yang dapat menghasilkan sel gamet. Selain itu, ada juga generasi

sporofit yaitu generasi yang dapat menghasilkan spora (Mulyani, 2006).

Page 10: Pertumbuhan perkembangan

167

Spora

Protalium

Anteridium (n) Arkegonium (n)

Sel sperma Sel ovum

Zigot (2n)

Tumbuhan Paku

Sporofit

Sporofil

Sporangium

Gambar 2. Siklus Hidup Tumbuhan Paku

Page 11: Pertumbuhan perkembangan

168

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Pada percobaan ini, peralatan yang digunakan adalah gelas aqua, kapas,

alat tulis, penggaris, kantong kertas, label, oven, mikroskop, dan timbangan

analitis.

3.1.2 Bahan

Bahan – bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah biji

kacang hijau, biji jagung, dan suplir (atau pakis berspora).

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pertumbuhan

Disiapkan 4 pasang gelas aqua, kemudian diletakkan kapas basah di dalam

gelas aqua tersebut. Diambil 20 biji kacang hijau dan 20 biji jagung, kemudian

dikecambahkan biji-biji tersebut di permukaan kapas basah, diamati

perkecambahannya dan diukur panjangnya setiap 24 jam selama 6 hari. Diambil 5

kecambah yang berumur 2 x 24 jam, 4 x 24 jam, dan 6 x 24 jam, ditimbang berat

basah dan berat keringnya dengan menggunakan timbangan analitik (untuk

mencari berat kering, kecambah harus terlebih dahulu dioven pada suhu 700

C

sampai 800 C selama 2 x 24 jam sampai berat konstan. Digunakan kertas

millimeter, dibuat grafik pertumbuhan, dibandingkan antara pertambahan panjang,

berat basah, dan berat keringnya.

Page 12: Pertumbuhan perkembangan

169

3.2.2 Perkecambahan

Diambil daun tanaman suplir atau pakis yang berspora. Lalu diambil

sporangium tersebut dan digambar. Kemudian diambil beberapa spora dan diamati

di bawah mikroskop. Setelah itu, digambar apa yang terlihat.

Page 13: Pertumbuhan perkembangan

170

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pertumbuhan

Tabel 4.1 Penambahan panjang kecambah / cm

UMUR

PANJANG KECAMBAH KACANG HIJAU

Kesimpulan

1 2 3 4 5 RATA-

RATA

24 jam 1,4 1,4 1,4 0,9 - 1,275

48 jam 2,7 2,9 1,9 1,4 0,9 1,96

72 jam 11,5 1,2 2,5 2 1,2 5,84

96 jam 15 13 3 2,6 1,5 7,02

120 jam - - - - - -

148 jam - - - - - -

UMUR

PANJANG KECAMBAH KACANG JAGUNG

Kesimpulan 1 2 3 4 5 RATA-

RATA

24 jam 0,5 - - - - 0,5

48 jam 1,4 - - - - 1,4

72 jam 10 1,5 0,4 - - 3,9

96 jam 11 1,9 0,6 - - 4,5

Page 14: Pertumbuhan perkembangan

171

Tabel 4.2 Penambahan berat kacang hijau dan jagung / mg

UMUR

BERAT BASAH KACANG HIJAU

1 2 3 4 5 Rata-rata

48 jam 0,1285 0,1473 0,1158 0,1169 0,1124 0,1242

96 jam 0,1267 0,1870 0,1264 0,1538 0,1145 0,1417

148 jam - - - - - -

UMUR

BERAT KERING KACANG HIJAU

1 2 3 4 5 Rata-rata

48 jam 0,0649 0,0593 0,0706 0,0725 0,0717 0,0683

96 jam 0,0500 0,704 0,0446 0,0668 0,0651 0,1861

148 jam - - - - - -

UMUR

BERAT BASAH JAGUNG

1 2 3 4 5 Rata-rata

48 jam 0,1984 0,1658 0,0996 0,1249 0,1908 0,1559

96 jam 0,1865 0,1664 0,1489 0,1775 0,1128 0,1584

148 jam - - - - - -

120 jam - - - - - -

148 jam - - - - - -

Page 15: Pertumbuhan perkembangan

172

UMUR

BERAT KERING JAGUNG

1 2 3 4 5 Rata-rata

48 jam 0,1511 0,1553 0,0794 0,0772 0,1513 0,1228

96 jam 0,1475 0,1338 0,1171 0,1364 0,0947 0,1259

148 jam - - - - - -

4.1.2 Perkembangan

a. Sporangium pada mikrofil

Gambar 4.1 Tanaman suplir berspora

b. Sporangium dengan pengamatan mikroskop

Gambar 4.2 spora Nephrolepis dengan perbesaran 10 x dan 100 x

Sporangium

Tangkai daun

Spora

Page 16: Pertumbuhan perkembangan

172

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perkecambahan

Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada

tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses

perkecambahan dan pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk diabsorbsi dan memacu

aktivitas enzim-enzim untuk metabolisme perkecambahan di dalam benih

(Agustrina, 2009).

Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar

biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah

membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji

menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam

bentuk embun atau uap air). Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji

karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Proses ini murni fisik (anonim,

2009).

Tipe perkecambahan berdasarkan posisi kotiledonnya dalam proses

perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah

pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar

menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.

Pada epigeal hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan

plumula terdorong ke permukaan tanah (Ashari, 2002).

4.2.2 Kotiledon

Kotiledon disebut juga kotil atau daun lembaga adalah bakal daun yang

terbentuk pada embrio. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji

sekelompok tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh

tumbuhan yang baru saja berkecambah. Walaupun bagi kecambah ia berfungsi

seperti daun, kotiledon tidak memiliki anatomi yang lengkap seperti daun sejati.

Biji yang menyimpan cadangan makanan di kotiledon bagi kecambah disebut

Page 17: Pertumbuhan perkembangan

173

sebagai biji kotiledonik. Pada tumbuhan dengan biji kotiledonik, kotiledon telah

terbentuk pada saat tumbuhan masih di dalam biji (embrio atau lembaga) (anonim,

2009).

Gambar 4.3 Kotiledon dari kecambah Rapa (Brassica napus)

4.2.3 Nephrolepis

Paku pedang (Nephrolepis) merupakan sekelompok tumbuhan paku

dengan sekitar 40 jenis yang mudah dikenali karena entalnya memanjang

berbentuk pedang. Terna epifit atau setengah epifit, mudah dijumpai tumbuh di

tepi-tepi sungai, tebing, atau pada batang palem, serta pohon lain. Rimpangnya

tipis, menyerupai akar. Dari rimbangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat

mencapai 1,5 m panjang, dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip

pedang atau mata tombak. Dalam taksonomi saat ini, Nephrolepis dimasukkan

dalam suku Lomariopsidaceae, walaupun banyak yang menganggap Nephrolepis

lebih baik dikelompokkan sebagai genus tunggal dari suku Nephrolepidaceae.

Sistem lain memasukkannya ke dalam Davalliaceae. Di Indonesia dan daerah

Asia tropis lainnya, Nephrolepis mudah dijumpai di rumah-rumah atai kebun.

Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang

yang tahan kering yang menjalar kemana-mana (anonim, 2009).

Gambar 4.4 tanaman paku

Page 18: Pertumbuhan perkembangan

174

Berikut adalah klasifikasi ilmiahnya :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Lomariopsidaceae

Genus : Nephrolepis

4.2.4 Kacang Hijau

Kacang hijau yang digunakan dalam percobaan ini dalam bentuk biji. Mula-

mula biji kacang hijau direndam dalam air, didiamkan sebentar, kemudian diambil

kacang hijau yang tenggelam dalam air. Hal ini harus dilakukan agar dapat

diketahui biji yang berisi dengan biji yang tidak berisi. Biji yang berisi ditandai

dengan tenggelam saat direndam, sedangkan biji yang tidak berisi ditandai dengan

tidak tenggelam saat direndam. Setelah itu, baru dimulai dengan

mengecambahkannya. Perkecambahan dilakukan di atas kapas yang basah. Kapas

harus dalam keadaan basah karena perkecambahan diawali dengan penyerapan air

dari lingkungan sekitar biji. Setelah itu, diamati pertumbuhannya mulai dari

panjang dan beratnya. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam. Masing-masing gelas

aqua yang terdapat 5 biji kacang hijau, diukur dan diamati perubahannya.

Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap

imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya. Efek

yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan

biji melunak. Dari tabel pertambahan panjang dan berat, dapat terlihat bahwa

pertumbuhan kacang hijau relatif cepat cepat dan teratur dibandingkan jagung.

Hal ini dikarenakan tipe perkecambahan pada kacang hijau adalah epigeal, yaitu

hipokotilah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong

ke permukaan. Selain itu, tekstur kacang hijau yang lebih kecil daripada jagung,

Page 19: Pertumbuhan perkembangan

175

sehingga proses imbibisi cepat, maka pertumbuhannya pun cepat dan teratur.

Untuk mengukur berat kering, kacang hijau dioven terlebih dahulu pada suhu 700

sampai 800 selama 2 x 24 jam sampai beratnya konstan. Maka dari itu, karena

proses pengovenan tersebut, kandungan air di dalam kacang hijau berkurang,

airnya menguap, sehingga berat kering didapatkan dengan mengukurny dengan

timbangan analitis (Ashari, 2002).

Gambar 4.5. hasil percobaan perkecambahan kacang

hijau yang sudah besar tumbuhan kacang hijau pada

hari ke-5

Gambar 4.6 perkecambahan kacang hijau pada

medium kapas basah

Gambar 4.7 perkecambahan kacang hijau pada

medium tanah.

4.2.5 Jagung

Jagung yang digunakan dalam percobaan dalam yang digunakan dalam

percobaan ini adalah jagung yang masih dalam bentuk biji. Untuk jagung tidak

perlu direndam di dalam air terlebih dahulu, tetapi dipilih biji jagung yang masih

Kotiledon

Radikula

Page 20: Pertumbuhan perkembangan

176

utuh. Kemudian dibuat perkecambahannya diatas kapas basah. Setelah itu diamati

pertumbuhannya. Aspek yang perlu diteliti adalah pertumbuahn batangnya dan

beratnya. Untuk pengamatan beratnya, digunakan oven pada berat kering. Media

yang digunakan juga sama dengan kacang hijau. Namun pertumbuhan tanaman

jagung ini jauh lebih lama dibandingkan kacang hijau. Hal ini dikarenakan tipe

perkecambahan jagung adalah hypogeal, yaitu pertumbuhan memanjang dari

epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul

diatas tanah. Selain itu, tekstur jagung lebih keras daripada kacang hijau. Hal ini

membuat proses imbibisi tidak seberapa Nampak, karena air yang terserap sedikit

akibat tekstur yang keras, maka dari itu pertumbuhannya membutuhkan waktu

yang lebih lama dibandingkan kacang hijau (Ashari,2002).

4.2.6 Suplir

Suplir yang digunakan dalam percobaan ini yaitu suplir yang berspora,

karena objek yang akan diamati yaitu sporanya. Mula – mula suplir yng berspora,

spora dikeruk dengan jarum pentul agar sporanya jatuh ke atas gelas objek.

Kemudian gelas objek ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu diamati dengan

menggunakan mikroskop. Perbesaran yang dilakukan yaitu perbesaran 10x dan

100x. Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya perkembangbiakan

pada tumbuhan, khususnya suplir.

Gambar 4.8 Suplir

Gambar 4.9 Spora suplir dengan perbesaran 10x

pada mikroskop

Page 21: Pertumbuhan perkembangan

177

Gambar 4.10 Spora suplir

Gambar 4.11 Contoh gambar suplir dari internet

4.2.7 Unsur Mineral

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

mahluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal

sebagai zat anorganik.atau kadar abu. Unsur – unsur mineral esensial dalam tubuh

terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro

diperlukan untuk membentuk komponen organ didalam tubuh. Sedangkan mineral

mikro yaitu mineral yang diperluakn dalam jumlah sanagt sedikit dan umumnya

terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Zainal,2008)

Page 22: Pertumbuhan perkembangan

178

BAB V

KESIMPULAN

Dalam percobaan yang berjudul pertumbuhan dan perkembangan ini, dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel secara

kuantitatif atau dapat diukur yang bersifat ireversibel. Faktor – faktor yang

mempengaruhinya yaitu faktor internal (gen dan hormon), dan faktor eksternal

(suhu, cahaya,kelembapan, air, dan hara mineral). Sedangkan perkecambahan

adalah proses menuju kedewasaan pada organism berlangsung secara kualitatif,

tidak dapat diukur dan reversible.

Page 23: Pertumbuhan perkembangan

179

DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press :

Surabaya

Alters, S. 1996. Biology Understanding Life Second Edition. Mosby-Year Book

Inc : United States of America

Ashari, Semeru. 2002. Pengantar Biologi Repoduksi Tanaman. Rineka Cipta :

Jakarta

Hidayat,E. B. 1990. Dasar – Dasar Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.

Fakultas MIPA-ITB : Bandung

Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius : Yogyakarta

Nurhidayati, Tutik, dkk. 2004. Modul Ajar Biologi Umum. ITS : Surabaya

Rachmah Agustrina. 2009. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah

Leguminoeae di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Penelitian 343.2

Zainal Arifin. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem

Biologi dan Metode Analisisnya. Penelitian 27.1