pengaruh suhu pada ekstrak daun cincau …digilib.unila.ac.id/55124/3/skripsi tanpa bab...

66
PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA PEGAS DAUN Skripsi Oleh INTAN HANI SAPUTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEABARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA PEGAS DAUN

Skripsi

Oleh

INTAN HANI SAPUTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

i

ABSTRAK

PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEABARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA PEGAS DAUN

Oleh

INTAN HANI SAPUTRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun cincau (CycleaBarbata Miers) sebagai inhibitor korosi direndam dalam medium korosif NaCl3%. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inhibitor dan suhu perendamanterhadap korosi baja dilakukan dengan variasi konsentrasi inhibitor yaitu 0, 2, 4,dan 6% dengan variasi suhu yaitu 40℃ dan 80℃. Untuk mengetahui laju korosidilakukan dengan metode kehilangan berat. Laju korosi pada suhu perendaman40℃ lebih rendah daripada laju korosi pada suhu perendaman 80℃. Untukmengetahui fasa yang terbentuk dan struktur mikro sampel di karakterisasi XRDdan SEM-EDS. Hasil karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) memperlihatkanbahwa fasa yang terbentuk adalah Fe murni. Hasil XRD menunjukkan bahwaterbentuk puncak Fe terendah yaitu pada sampel tanpa inhibitor pada suhu 80℃.Hasil karakterisasi SEM baja PGDaun-80-6 juga menunjukkan bahwa terlihat lebihterkorosi, dan pada sampel PGDaun-40-2 terlihat sedikit terkorosi. Hasil inidiperkuat dengan persentase produk korosi yang ditunjukkan pada hasil EDS.

Kata kunci: Inhibitor korosi, daun cincau hijau, baja pegas daun, NaCl.

Page 3: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

ii

ABSTRACT

EFFECT OF TEMPERATURE AT GREEN CINCAU LEAVES EXTRACT(CYCLEA BARBATA MIERS) AS CORROSION INHIBITOR OF PEGAS

DAUN STEEL

By

INTAN HANI SAPUTRI

This study aims to determine the effectiveness of cincau leaf extract (CycleaBarbata Miers) as a corrosion inhibitor soaked in 3% NaCl corrosive medium. Todetermine the effect of inhibitor concentration and soaking temperature on steelcorrosion was carried out by varying the concentration of inhibitors namely 0, 2,4, and 6% with a temperature variation of 40℃ and 80 ℃. To determine thecorrosion rate is done by the method of weight loss. Corrosion rate at animmersion temperature of 40℃ is lower than the corrosion rate at an soakingtemperature of 80℃. To find out the phase formed and the microstructure of thesample in XRD characterization and SEM-EDS. The results of X-Ray Diffraction(XRD) characterization show that the phase formed is pure Fe. The XRD resultsshowed that the lowest Fe peaks were formed, in samples without inhibitors at 80℃. The results of SEM characterization of PGDaun-80-6 steel also showed that itlooked more corroded, and the PGDaun-40-2 sample looked slightly corroded.This result is reinforced by the percentage of corrosion products shown in theEDS results.

Keywords : Corrosion inhibitors, green cincau leaves, leaf spring steel, NaCl.

Page 4: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA

BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA PEGAS DAUN

Oleh

INTAN HANI SAPUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR
Page 6: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR
Page 7: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR
Page 8: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa

Bandar Lampung pada tanggal 04 Juni 1995. Penulis merupakan anak Pertama

dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Saptono dan Ibu Sri Handayani. Penulis

menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung, SMP

Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, dan SMA Perintis 1 Bandar Lampung.

Selanjutnya pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis

aktif di berbagai kegiatan kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas

(BEM U KBM UNILA) sebagai Korps Muda BEM (KMB X) Kementrian

Sekertaris Kabinet pada tahun 2014-2015, dilanjutkan sebagai Bendahara Umum

Staff Ahli di Kementrian Aksi dan Propaganda (BEM U KBM UNILA) pada

tahun 2015-2016, Himpunan Mahasiswa Fisika sebagai Anggota Bidang

KADERISASI dari tahun 2015-2016. Penulis pernah mengikuti ajang Duta Baca

Unila (Universitas Lampung) yang diadakan UPT Perpustakaan Unila dan

menjadi Top Ten (10) pada tahun 2016-2017.

Page 9: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

viii

Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di BPTM-Balai Penelitian

Teknologi Mineral-LIPI Tanjung Bintang, Lampung Selatan dengan judul

“Pengaruh Suhu Pada Bijih Nikel Laterit Menggunakan Zat Additif CaSO4

dengan Teknologi Selective Reduction”. Penulis juga pernah menjadi asisten

praktikum Sains Dasar Fisika. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata)

pada periode I bulan Januari tahun 2018 di Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kecamatan Way Kenanga, Desa Pagar Buana selama 40 hari. Kemudian penulis

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Suhu Pada Ekstrak Daun Cincau

Hijau (Cyclea Barbata Miers) Sebagai Inhibitor Korosi Baja Pegas Daun” sebagai

tugas akhir di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNILA.

Page 10: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

ix

MOTTO

“Karena mimpi harus diwujudkan dengan KerjaKeras”

“Whatever you are be a good one”

“Man Jadda Wajada, barang siapa bersungguh-sungguh pasti dia akan berhasil”

“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yangtersembunyi di langit dan di bumi.

Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isihati. (QS.Fathir : 38).”

"Keberhasilan bukanlah hanya milik orang yangpintar. Keberhasilan adalah kepunyaan merekayang senantiasa selalu berusaha” B.J. Habibie

Page 11: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

x

Aku persembahkan karya kecilku ini kepada

ALLAH SWT

Kedua Orang Tuaku, yang selalu

mendo’akanku, mengasihiku, mendukungku,

menyemangatiku, dan sebagai motivator

terbesar dalam hidupku

Adikku, abang kopassus tni ad, serta

keluarga besar yang menjadi penyemangatku

Tri darma perguruan tinggi negri

&

Almamater Tercinta.

Page 12: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kesehatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU

(CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA

PEGAS DAUN”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu

persyaratan untuk mendapatkan gelar S1 dan melatih mahasiswa untuk berpikir

cerdas dan kreatif dalam menulis karya ilmiah. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Aamiin.

Bandar Lampung, November 2018

Penulis,

Intan Hani Saputri

Page 13: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kuasa-Nya

penulis masih diberikan kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada

pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini,

terutama kepada :

1. Bapak Drs. Ediman Ginting, M.Si. sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan yang mendukung dari awal sampai akhir

penulisan.

2. Ibu Dra. Dwi Asmi, M.Si., Ph.D. sebagai Pembimbing II yang senantiasa

sabar dalam mengoreksi skripsi dan memberikan masukan-masukan serta

nasehat untuk menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir penulisan.

3. Ibu Dr. Yanti Yulianti, S.Si., M.Si. sebagai Penguji yang telah mengoreksi

kekurangan, memberi kritik dan saran selama penulisan skripsi.

4. Kedua orang tuaku, (Sri Handayani) dan (Saptono) mama dan papa yang luar

biasa selalu menyemangatiku serta adikku (Della Berliana). Terimakasih

untuk kehadirannya dalam hidupku yang senantiasa memberikan dukungan,

do’a dan semangat yang luar biasa, serta kebersamaan sampai penulis

menyelesaikan skripsi.

Page 14: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xiii

5. Bapak Prof. Drs. Posman Manurung, M.Si., Ph.D. sebagai Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan bimbingan serta nasehat dari awal

perkuliahan sampai menyelesaikan tugas akhir.

6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Unila.

7. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Fisika

FMIPA Unila.

8. Para dosen-dosen Fisika, karyawan dan staff di Jurusan Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung terima kasih

atas ilmu yg telah diberikan selama ini dan kontribusi nya.

9. Kopassus TNI-AD abang Try Adityo S, bang Feby Aditya para MILITER

Infanteri Baret Merah Brama XXV atas dukungannya selama proses

penelitian sampai menyelesaikan tugas akhir, sisi lain yg menyemangati

selain orang tua dan terimakasih menyempatkan waktu disela-sela dinasnya.

10. Keluaga Besar BEM U KBM UNILA dan teman–teman fisika angkatan 2014

yang selama ini memberikan semangat.

11. Kakak-kakak tingkat serta adik-adik tingkat dan semua teman-teman.

Semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat kepada kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2018

Penulis

Intan Hani Saputri

Page 15: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................ i

ABSTRACT .............................................................................................. ii

HALAMAN JUDUL ................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. v

PERNYATAAN........................................................................................ vi

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vii

MOTTO .................................................................................................... ix

PERSEMBAHAN .................................................................................... x

KATA PENGANTAR.............................................................................. xi

SANWACANA ......................................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xviii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4C. Batasan Masalah ................................................................................. 4D. Tujuan Penelitian................................................................................ 5E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

Page 16: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xv

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Korosi dan jenis korosi ......................................................................... 6B. Baja....................................................................................................... 10C. XRD (X-Ray Diffraction) ......................................................................15D. Klasifikasi inhibitor .............................................................................. 17E. SEM (Scanning Electron Microscopy)................................................. 19

1. Pengenalan SEM (Scanning Electron Microscopy) ....................... 192. Sejarah Penemuan........................................................................... 203. Jenis-Jenis SEM (Scanning Electron Microscopy) ........................ 214. Cara Kerja SEM (Scanning Electron Microscopy) ........................ 22

F. Tanin...................................................................................................... 251. Tanin terkondensasi ........................................................................ 252. Tanin terhidrolisis........................................................................... 26

G. Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) ........................................... 261. Taksonomi dan Morfologi Cincau Hijau........................................ 262. Kandungan dan Kegunaan Daun Cincau Hijau .............................. 29

H. Baja Pegas Daun.................................................................................... 32

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan tempat penelitian .................................................................35B. Alat dan bahan .......................................................................................35C. Prosedur percobaan ................................................................................36D. Perhitungan laju korosi ..........................................................................38E. Diagram alir ...........................................................................................39F. Kode sampel...........................................................................................42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Laju Korosi ............................................................................................43B. Hasil Analisis XRD (X-Ray Difraction) ................................................51C. Hasil Analisis SEM EDS .......................................................................57

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan............................................................................................68B. Saran ......................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Skema metode difraksi sinar-X........................................... 15

Gambar 2.2. Difraksi sinar-X pada kisi kristal .......................................... 16

Gambar 2.3. Sinar-X kristal yang berjarak d ............................................. 17

Gambar 2.4. Skema SEM (Scanning Electron Microscopy)...................... 23

Gambar 2.5. Struktur dasar tanin terkondensasi ........................................ 26

Gambar 2.6. Struktur asam galat................................................................ 26

Gambar 2.7. Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) .......................... 27

Gambar 2.8. Struktur senyawa alkaloid ..................................................... 30

Gambar 2.9. Struktur dasar flavonoid ........................................................ 31

Gambar 2.10. Struktur dasar senyawa tanin............................................... 32

Gambar 2.11. Baja Pegas Daun pelat datar................................................ 32

Gambar 2.12. Baja Pegas Daun ................................................................. 34

Gambar 2.13. Baja Pegas Daun kendaraan roda empat ............................. 34

Gambar 3.1 Pembuatan inhibitor larutan daun cincau hijau .................. 39

Gambar 3.2 Preparasi sampel baja .......................................................... 40

Gambar 3.3 Medium korosif .................................................... ………. . 40

Gambar 3.4 Preparasi proses korosi…………………………………… 41

Gambar 4.1. Grafik hubungan kehilangan berat sampel dankonsentrasi inhibitor …………………………………….. 45

Page 18: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xvii

Gambar 4.2 Pengaruh konsentrasi inhibitor dan suhu perendamanterhadap laju korosi baja pegas daun dalam larutanNaCl 3%................................................................................ 47

Gambar 4.3. Pengaruh konsentrasi inhibitor dan suhu perendamanterhadap efisiensi inhibitor dalam larutan NaCl 3% ............ 50

Gambar 4.4. Difragtogram sampel PGDaun-A, PGDaun-40-0, danPGDaun-80-0........................................................................ 52

Gambar 4.5 Hasil SEM PGDaun-A .......................................................... 58

Gambar 4.6 Hasil SEM sampel baja PGDaun-40-0 denganPGDaun-80-0........................................................................ 59

Gambar 4.7 Hasil SEM sampel baja PGDaun-40-2 denganPGDaun-80-6........................................................................ 61

Gambar 4.8 Hasil uji EDS sampel PGDaun-A (raw) ................................ 63

Gambar 4.9. Hasil uji EDS sampel PGDaun-40-0..................................... 64

Gambar 4.10. Hasil uji EDS sampel PGDaun-80-0.................................... 65

Gambar 4.11. Hasil uji EDS sampel PGDaun-40-2.................................... 66

Gambar 4.12. Hasil uji EDS sampel PGDaun-80-6.................................... 67

Page 19: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi kimia C-Mn Steel ......................................................... 13

Tabel 3.1 Konstanta laju korosi pada baja karbon ......................................... 38

Tabel 3.2 Kode sampel................................................................................... 42

Tabel 4.1. Kehilangan berat baja karbon pegas daun dalamlarutan NaCl 3 ............................................................................... 44

Tabel 4.2 Laju korosi baja pegas daun dalam larutan NaCl 3% ................... 46

Tabel 4.3 Efisiensi inhibitor .......................................................................... 49

Tabel 4.4 Perbandingan hasil sampel PGDaun-A dengan

data High Score Plus .................................................................... 54

Tabel 4.5 Perbandingan hasil sampel PGDaun-40-0 dengan

data High Score Plus ................................................................... 55

Tabel 4.6 Perbandingan hasil sampel PGDaun-80-0 dengan

data High Score Plus .................................................................... 56

Tabel 4.7 Hasil Analisis EDS pada sampel PGDaun-A ................................ 63

Tabel 4.8 Hasil Analisis EDS pada sampel PGDaun-40-0 ............................ 64

Tabel 4.9 Hasil Analisis EDS pada sampel PGDaun-80-0 ............................ 65

Tabel 4.10 Hasil Analisis EDS pada sampel PGDaun-40-2 ............................ 66

Tabel 4.11 Hasil Analisis EDS pada sampel PGDaun-80-6 ............................ 67

Page 20: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inhibitor korosi didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan

kedalam lingkungan korosif akan menurunkan serangan korosi dari lingkungan

tersebut pada logam. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa organik dan

anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron

bebas, seperti nitrit, kromat, fosfat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-

senyawa amina. Namun, pada penggunaan inhibitor dengan senyawa kimia

tersebut kurang efektif, karena harganya yang relatif mahal, mengandung bahan

kimia yang berbahaya, dan tidak ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut,

perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatan inhibitor dari bahan senyawa

organik yang dalam penggunaannya aman, mudah didapatkan, bersifat

biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan.

Secara umum, kandungan daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) adalah

karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol,

flavonoid serta pada mineral-mineral seperti kalsium, fosfor, vitamin A, dan

vitamin B. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida dan Vanoria (2008)

menunjukkan bahwa daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) memiliki senyawa

metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan steroid.

Page 21: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

2

Keberadaan pada senyawa flavonoid ini daun cincau hijau (Cyclea Barbata

Miers) ini merupakan indikasi adanya aktivitas antibakteri dan antioksidan

(Thomas, 2007 ). Di Inggris bahwa 1 ton baja diubah seluruhnya menjadi karat

setiap 90 detik, Padahal, untuk memproduksi 1 ton baja dari bijih besi diperlukan

energi yang besarnya sama dengan kebutuhan energi satu keluarga selama tiga

bulan (Trethewey et al., 1991). Kasus kedua yaitu pada tahun 1985, bagian atas

kolam renang di Swiss runtuh dan melukai banyak orang, diduga penyebabnya

adalah baja pendukung yang berkarat. Secara umum, daun cincau hijau (Cyclea

Barbata Miers) merupakan tanaman yang digemari oleh masyarakat untuk

kepentingan konsumsi dengan proses pengolahan secara mudah yaitu dengan

daunnya yang diremas dan dicampur dengan air matang. Air campuran itu akan

berwarna hijau dan setelah disaring dibiarkan mengendapakan menghasilkan

lapisan agar-agar berwarna hijau.

Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) merupakan tanaman yang tumbuh

merambat dengan panjang batang total dapat mencapai 4-5 meter. Karakteristik

tanaman ini pada bagian akar berdaging tebal dan panjang berwarna coklat pucat

di bagian luar dan berwarna putih atau kuning di bagian dalam. Secara umum,

kandungan daun cincau hijau (Cycela Barbata Miers) adalah karbohidrat, lemak,

protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid serta mineral-

mineral sepertikalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa daun cincau hijau (Cyclea

Barbata Miers) memiliki senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid,

saponin, tanin, dan steroid. Keberadaan senyawa flavonoid pada daun cincau

hijau ini (Cyclea Barbata Miers) merupakan indikasi adanya aktivitas anti bakteri

Page 22: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

3

dan antioksidan. Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalam air, gliserol,

alkohol, dan hidro alkohol, tetapi tidak dapat larut dalam petroleum eter,

benzeene, daneter. Tanin digolongkan menjadi dua jenis secara kimia yaitu tanin

terkondensasi dan tannin terhidrolisis. Tanin terkonsensasi terdapat pada seluruh

tumbuhan paku-pakuan dan juga terdapat pada tumbuhan-tumbuhan berkeping

dua (Harborne, 1987). Senyawa tanin terdiri dari senyawa fenolik yang susah

dipisahkan dan sukar mengkristal, fungsi utama tanin adalah sebagai antioksidan

biologis (Kennedy, J. H, 1990). Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder

yang akan cenderung bersifat polar. Tanin bekerja dengan cara menghambat

pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan

tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan

peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat

dan akhirnya menyebabkan kematian sel.

(Cyclea Barbata Miers) daun cincau hijau merupakan salah satu tanaman obat

potensial yang lebih dikenal masyarakat sebagai cincau hijau. Secara umum,

(Cyclea Barbata Miers) mengandung karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-

senyawa lainnya seperti polifenol dan flavonoid yang mengandung aktivitas

antioksidan, mineral-mineral dan vitamin-vitamin, serta serat pektin. Senyawa

bioaktif yang berperan dalam diuretic yaitu tanin. Tanin secara umum

didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang membentuk kompleks dengan

protein dan merupakan senyawa terbesar kedua yang menyusun fenol. Penelitian

lain menyatakan bahwa daun cincau mengandung serat pektin dana aktivitas

antioksidan yang sangat tinggi.

Page 23: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

4

Ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang mengandung atom N, O, P, S, dan

atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas. Korosi yang terjadi pada

logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan dikendalikan sehingga

struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang lebih lama. Setiap

komponen atau struktur mengalami tiga tahapan utama yaitu perancangan,

pembuatan dan pemakaian. Ketidakberhasilan salah satu aspek seperti korosi

menyebabkan komponen akan mengalami kegagalan. Kerugian yang akan dialami

dengan adanya korosi meliputi finansial dan safety, diantaranya: penurunan

kekuatan material, penipisan, downtime dari equipment, retak & pitting,

kebocoran fluida, embrittlement, penurunan sifat permukaan material, penurunan

nilai / hasil produksi, modification.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju korosi, efisiensi, dan struktur mikro

pada baja pegas daun ?

2. Apakah suhu dan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak daun cincau

(Cyclea Barbata Miers) berpengaruh terhadap fasa yang terbentuk ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Perendaman baja pada medium korosif menggunakan inhibitor dan tanpa

inhibitor ekstrak daun cincau hijau dengan suhu 40℃ dan 80℃ yang

direndam selama 7 jam.

Page 24: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

5

2. Baja yang digunakan adalah baja pegas daun.

3. Medium korosif yang digunakan adalah NaCl dengan konsentrasi 3%.

4. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kehilangan berat.

5. Karakterisasi menggunakan SEM-EDS dan XRD.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap laju korosi, dan struktur mikro pada baja

pegas daun yang dihasilkan dengan inhibitor dan tanpa ihibitor ekstrak daun

cincau hijau pada medium korosif NaCl 3%.

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi inhibitor pada ekstrak

daun cincau (Cyclea Barbata Miers) terhadap laju korosi yang dihasilkan.

3. Mengetahui efektivitas ekstrak daun cincau (Cyclea Barbata Miers) sebagai

inhibitor korosi.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh suhu dan penambahan volume

inhibitor ekstrak daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) pada baja pegas

daun di medium korosi NaCl 3%.

2. Dapat menjadi tambahan referensi di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, terutama di Jurusan Fisika Unila.

Page 25: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Korosi dan Jenis Korosi

Korosi merupakan penurunan kualitas yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan

logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam. Dua jenis mekanisme

utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung, dan reaksi

elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam lingkungan kering dan juga lingkungan

basah. Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat

dicegah dan dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa

pakai yang lebih lama.

Hasil dari proses kerusakan ini berupa berbagai produk korosi misalnya berbagai

macam oksida logam, kerusakan permukaan logam secara morfologi, perubahaan

sifat mekanis, perubahan sifat kimia. Dengan dasar pengetahuan tentang

elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat

dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi (Dalimunthe,

2004).

1. Jenis-jenis Korosi

Secara umum, tipe dari korosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Korosi Seragam (Uniform Corrosion)

Page 26: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

7

Korosi seragam merupakan korosi dengan serangan merata pada seluruh

permukaan logam. Korosi terjadi pada permukaan logam yang terekspos pada

lingkungan korosif.

b. Korosi Galvanik

Korosi galvanik terjadi jika dua logam yang berbeda tersambung melalui elektrolit

sehingga salah satu dari logam tersebut akan terserang korosi sedang lainnya

terlindungi dari korosi. Untuk memprediksi logam yang terkorosi pada korosi

galvanik dapat dilihat pada deret galvanik.

c. Korosi Celah

Mirip dengan korosi galvanik, dengan pengecualian pada perbedaan konsentrasi

media korosifnya. Celah atau ketidak teraturan permukaan lainnya seperti celah

paku keling (rivet), baut, washer, gasket, deposit dan yang bersentuhan dengan

media korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi.

d. Korosi Sumuran

Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi lokal pada permukaan

logam sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam. Korosi

logam pada baja tahan karat terjadi karena rusaknya lapisan pelindung (passive

film).

e. Retak Pengaruh Lingkungan (Environmentally Induced Cracking)

Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di lingkungan

yang menyebabkan terjadinya korosi seragam. Ada tiga jenis tipe perpatahan pada

kelompok ini, yaitu : stress corrosion,cracking (SSC), corrosion fatigue cracking

(CFC), dan hydrogen-induced cracking (HIC).

Page 27: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

8

f. Kerusakan akibat Hidrogen (Hidrogen Damage)

Kerusakan ini disebabkan karena serangan hidrogen yaitu reaksi antara hidrogen

dengan karbida pada baja dan membentuk metana sehingga menyebabkan

terjadinya dekarburasi, rongga, atau retak pada permukaan logam. Pada logam

reaktik seperti titanium, magnesium, zirconium dan vanadium, terbentuknya

hidrida menyebabkan terjadinya penggetasan pada logam.

g. Korosi Batas Butir (Intergranular Corrosion)

Merupakan korosi yang menyerang pada batas butir akibat adanya segregasi dari

unsur pasif seperti krom meninggalkan batas butir sehingga pada batas butir

bersifat anodic.

h. Dealloying

Merupakan lepasnya unsur-unsur paduan yang lebih aktif (anodic) dari logam

paduan, sebagai contoh yaitu lepasnya unsur seng atau Zn pada kuningan (Cu –

Zn) dan dikenal dengan istilah densification.

i. Korosi Erosi

Merupakan korosi erosi yang disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan

kecepatan aliran yang tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan

mengalami laju korosi rendah, sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan

terjadinya erosi dan dapat menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat

korosi.

j. Korosi Aliran (Flow Induced Corrosion)

Korosi Aliran digambarkan sebagai efek dari aliran terhadap terjadinya korosi.

Meskipun mirip, antara korosi aliran dan korosi erosi adalah dua hal yang

berbeda. Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang disebabkan oleh

Page 28: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

9

turbulensi fluida dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida diatas

permukaan logam. Korosi erosi adalah naiknya korosi dikarenakan benturan

secara fisik pada permukaan oleh partikel yang terbawa fluida (Jones, 1991).

2. Metode Pengendalian Korosi

Dengan dasar pengetahuan tentang proses korosi yang dapat menjelaskan

mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan

terbentuknya korosi yakni sebagai berikut:

a. Pengubahan Media

Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka

pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah laju korosi. Ada tiga situasi

yang dapat terjadi yaitu media sekitar / lingkungan berupa gas media sekitar

berupa larutan dengan ion-ion tertentu dan logam terbenam dalam tanah.

b. Seleksi Material

Metode umum yang sering digunakan dalam pencegahan korosi yaitu pemilihan

logam atau paduan dalam suatu lingkungan korosif tertentu untuk mengurangi

resiko terjadinya korosi.

c. Proteksi Katodik (Cathodic Protection)

Korosi jenis ini adalah jenis korosi proteksi katodik adalah jenis perlindungan

korosi dengan menghubungkan logam yang mempunyai potensial lebih tinggi ke

struktur logam sehingga tercipta suatu sel elektrokimia dengan logam berpotensial

rendah bersifat katodik dan terproteksi macam-macamnya : impressed current,

galvanic sacrificial anode, galvanic zinc application, zinc metallizing, zinc-rich

paints, hot-dip galvanizing.

Page 29: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

10

d. Proteksi Anodik (Anodic Protection)

Adanya arus anodik ini akan meningkatkan laju ketidak-larutan logam dan

menurunkan laju pembentukan hidrogen. Hal ini bisa terjadi untuk logam-logam

“active-passive” seperti Ni, Fe, Cr, Ti dan paduannya. Jika arus yang lewat logam

dikontrol seksama (dengan potentiostat) maka logam akan bersifat pasif dan

pembentukan logam-logam tak terlarut akan berkurang.

e. Inhibitor Korosi

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi adalah

dengan penggunaan inhibitor korosi. Secara umum suatu inhibitor adalah suatu

zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia.

Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam

suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu

terhadap suatu logam. Mekanisme penghambatannya terkadang lebih dari satu

jenis (Trethewey et al., 1991).

B. Baja

Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana besi sebagai

unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon

dalam baja berkisar antara 0,2% hingga 17% berat sesuai grade-nya. Dalam

proses pembuatan baja terdapat unsur-unsur lain selain karbon yang tertinggal di

dalam baja seperti mangan (Mn), silikon (Si), kromium (Cr), vanadium (V) dan

unsur-unsur lainnya (Putranto et al., 2008). Berikut adalah berdasarkan klasifikasi

komposisi kimianya yaitu baja karbon dan baja paduan.

Page 30: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

11

1. Baja Karbon

Baja karbon hanya terdiri dari besi dan karbon. Karbon merupakan unsur pengeras

besi yang efektif dan murah. Oleh karena itu, pada umumnya sebagian besar baja

hanya mengandung karbon dengan sedikit unsur paduan lainnya. Perbedaan

persentase kandungan karbon dalam campuran logam baja menjadi salah satu

pengklasifikasian baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi menjadi tiga

macam yaitu :

a. Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel)

Baja karbon rendah adalah baja yang mengandung karbon kurang dari 0,3 %. Baja

karbon rendah merupakan baja yang paling murah diproduksi diantara semua

karbon, mudah di machining dan dilas, serta keuletan dan ketangguhannya yang

sangat tinggi, tetapi kekerasannya rendah dan tahan aus. Sehingga baja jenis ini

dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan komponen bodi mobil, struktur

bangunan, pipa gedung, jembatan, kaleng, pagar dan lain-lain.

b. Baja Karbon Menengah (Medium Carbon Steel)

Baja karbon menengah adalah baja yang mengandung karbon 0,3 %-0,6 %. Baja

ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan baja karbon rendah yaitu

kekerasannya lebih tinggi, kekuatan tarik dan batas renggang yang lebih tinggi,

tidak mudah dibentuk oleh mesin, lebih sulit digunakan untuk pengelasan, dan

dapat dikeraskan (quenching) dengan baik. Baja karbon menengah dapat

digunakan untuk poros, rel kereta api, roda gigi, pegas, baut, komponen mesin

yang membutuhkan kekuatan tinggi dan lain-lain.

Page 31: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

12

c. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)

Baja karbon tinggi merupakan baja yang mengandung kandungan karbon yaitu

sekitar 0,6%-1,7% dan memiliki ketahanan panas yang tinggi, namun keuletannya

lebih rendah. Baja jenis karbon tinggi ini mempunyai daya kuat tarik yang paling

tinggi dan banyak digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini

adalah dalam pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon

yang terkandung di dalam baja, maka baja karbon ini banyak digunakan dalam

pembuatan pegas dan alat-alat perkakas seperti palu, gergaji (ASM handbook,

1993).

2. Baja Paduan

Baja paduan adalah baja yang dicampur dengan satu atau lebih unsur campuran,

seperti nikel, mangan, kromium dan wolfram, yang berguna untuk memperoleh

sifat seperti sifat kekuatan, kekerasan dan keuletannya. Paduan dari beberapa

unsur yang berbeda memberikan sifat khas dari baja. Misalnya, baja yang dipadu

dengan Ni dan Cr akan menghasilkan baja yang mempunyai sifat keras dan ulet.

Berdasarkan kadar paduannya, baja paduan dibagi menjadi tiga macam yaitu :

a. Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel)

Baja paduan rendah merupakan baja paduan yang elemen paduannya kurang dari

2,5% wt misalnya unsur Cr, Mn, S, Si, P dan lain-lain.

b. Baja Paduan Menengah (Medium Alloy Steel)

Baja paduan menengah merupakan baja paduan yang elemen paduannya 2,5%-

10% wt, misalnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain.

Page 32: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

13

c. Baja Paduan Tinggi (High Alloy Steel)

Baja paduan tinggi merupakan baja paduan yang elemen paduannya lebih dari

10% wt, misalnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dll. Baja jenis ini biasa digunakan

dalam industri liquid, seperti air dan minyak serta dalam industri gas (uap air).

Komposisi kimia dari C-Mn steel disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi kimia C-Mn Steel (SEAPI Laboratory, 2015).No Unsur Komposisi (%)

1 Karbon (C) 0,08

2 Mangan (Mn) 1,51

3 Silikon (Si) 0,30

4 Fosfor (P) 0,010

5 Sulfur (S) 0,003

6 Cuprum (Cu) 0,01

7 Nikel (Ni) 0,01

8 Molibden (Mo) 0,005

9 Krom (Cr) 0,02

10 Aluminium (Al) 0,030

11 Niobium (Nb) 0,02

Pengaruh unsur-unsur paduan pada baja adalah sebagai berikut :

a. Unsur Posfor (P)

Unsur posfor membentuk larutan besi fosfida. Posfor dalam baja dapat

mengakibatkan kerapuhan dalam keadaan dingin. Baja yang mempunyai titik cair

yang rendah tetap menghasilkan sifat yang keras dan rapuh. Baja mengandung

unsur posfor sekitar 0,05%. Semakin besar presentase posfor semakin tinggi batas

tegangan tariknya, tetapi impact strength dan ductilitynya turun.

Page 33: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

14

b. Unsur Sulfur (S)

Unsur sulfur membahayakan sulfida yang mempunyai titik cair rendah dan rapuh.

Kandungan sulfur harus dijaga agar serendah-rendahnya sekitar 0,05 %. Sulfur

dapat mempengaruhi sifat rapuh panas. Unsur sulfur cenderung sebagai segragasi

blok maupun gas. Hal ini terjadi apabila proses peleburan baja dilakukan secara

tidak cermat. Untuk mencegah hal tersebut, dapat dilakukan dengan penambahan

unsur Mn.

c. Unsur Silikon

Unsur silikon ini mempunyai sifat elastis / keuletan yang tinggi dan cenderung

kuat berikatan dengan oksigen. Silikon mampu menaikkan kekerasan dan

elastisitas, akan tetapi menurunkan kekutan tarik dan keuletan dari baja.

Penambahan silikon secara berlebih akan membuat baja mudah retak dan tidak

stabil, tetapi unsur ini akan menghasilkan lapisan grafit yang menyebabkan baja

tidak kuat. Baja mengandung silikon sekitar 0,1 – 0,3 %.

d. Unsur Mangan

Unsur mangan mempunyai sifat yang tahan terhadap gesekan dan tahan tekanan

(impact load). Unsur ini mudah berubah kekerasannya pada kondisi temperatur

yang tidak tetap dan juga digunakan untuk membuat alloy mangan tembaga yang

bersifat ferromagnetic. Unsur mangan yang bercampur dengan sulfur akan

menghasilkan mangan sulfida dan diikuti pembentukan besi sulfida. Selain itu,

mangan berfungsi sebagai bahan oksidiser (mengurangi kadar O dalam baja),

menurunkan kerentanan hot shortness pada aplikasi pengerjaan panas. Mangan

dapat larut, membentuk solid solution strength dan hardness. Baja mengandung

mangan lebih dari 1 % (Jones, 1996).

Page 34: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

15

C. XRD (X-Ray Diffraction)

Sinar-X pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X

merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ ≈ 0,1 mm)

yang lebih pendek dibanding gelombang cahaya (λ = 400-800 nm) (Smallman,

2000). Panjang gelombang sinar-X ini merupakan dasar digunakannya teknik

difraksi sinar-X (X-Ray Diffraction) untuk mengetahui struktur mikroskopis suatu

bahan. Gambar 2.1 menunjukkan skema metode difraksi sinar-X.

Gambar 2.1. Skema metode difraksi sinar-X (Athur Beiser, 1992).

Sinar-X dihasilkan apabila elektron-elektron dengan laju tinggi menumbuk suatu

bahan (Gambar 2.1). Peristiwa pembentukan sinar-X dapat dijelaskan secara

makroskopik yaitu sebuah katoda yang dipanasi oleh filamen panas berdekatan

yang dilalui arus listrik menyediakan elektron secara terus-menerus dengan emisi

termionik. Metode difraksi sinar-X (X-Ray Diffraction, XRD) memegang peran

yang sangat penting untuk analisis padat kristalin, yaitu untuk meneliti ciri utama

struktur (parameter kisi dan tipe struktur), dan untuk mengetahui rincian lain.

Page 35: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

16

Pola difraksi untuk tiap unsur pada Gambar 2.2 adalah spesifik, maka metode ini

sangat akurat untuk menentukan komposisi unsur dan senyawa yang terkandung

dalam suatu sampel, karena pola yang terbentuk seperti finger print dari suatu

materi.

Gambar 2.2 Difraksi sinar-X pada kisi kristal (Cullity, 1978).

Bila seberkas sinar-X dengan panjang gelombang diarahkan pada permukaan

kristal dengan sudut datang , maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh bidang

atom kristal dan menghasilkan puncak-puncak difraksi yang dapat diamati dengan

peralatan difraksi sinar-X (Cullity, 1978). Pola difraksi, intensitas dan sudut

difraksi 2 berbeda-beda untuk setiap bahan. Interferensi berupa puncak-puncak

intensitas diperoleh sebagai hasil proses difraksi, dimana terjadi interaksi antara

sinar-X dengan atom-atom pada bidang kristal (Vlack, 1994). Hamburan sinar-X

oleh elektron-elektron di dalam atom suatu material dapat dilihat dalam Gambar

2.3.

Page 36: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

17

Gambar 2.3. Sinar-X kristal yang berjarak d (Richman, 1967).

D. Klasifikasi Inhibitor

1. Klasifikasi inhibitor berdasarkan aplikasi

a. Inhibitor pada Lingkungan Asam

Inhibitor pada lingkungan asam digunakan untuk mengurangi korosi selama proses

pickling pada baja, yang merupakan proses penghilangan kerak oksida. Dalam

industri minyak bumi, biasanya inhibitor dalam lingkungan asam juga digunakan

untuk mencegah korosi peralatan pengeboran.

b. Inhibitor pada Lingkungan Netral

Inhibitor pada lingkungan netral digunakan untuk melindungi cooling water circuit,

inhibitor tidak hanya mengurangi laju korosi merata, namun juga melindungi logam

dari korosi lokal dan korosi retak tegangan (Landolt, 2007).

2. Klasifikasi Inhibitor Berdasarkan Reaksi Elektrokimia

a. Inhibitor Anodic

Inhibitor anodik bekerja dengan mengurangi laju korosi suatu logam dengan

memperlambat reaksi elektrokimia melalui pembentukan lapisan pasif di

Page 37: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

18

permukaan logam. Lapisan pasif yang terbentuk mempunyai potensial korosi yang

tinggi atau menaikkan polarisasi anodik. Senyawa yang biasa digunakan sebagai

inhibitor anodik adalah kromat, nitrat, molibdat, silikat, fosfat, dan borat (Roberge,

2000).

b. Inhibitor Katodik

Inhibitor katodik yaitu menurunkan laju korosi dengan cara memperlambat

reaksi katodik. Inhibitor katodik ini bereaksi dengan OH- untuk mengendapkan

senyawa-senyawa tidak larut pada permukaan logam, sehingga dapat menghalangi

masuknya oksigen. Contoh inhibitor katodik adalah Zn, CaCO3, dan polifosfat

(Dalimunthe, 2004).

3. Klasifikasi inhibitor Berdasarkan Mekanisme Kerja

a. Inhibitor Adsorpsi

Inhibitor adsorpsi umumnya berupa senyawa organik yang dapat mengisolasi

permukaan logam dari lingkungan korosif, dengan cara membentuk senyawa

kompleks berupa lapisan tipis. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa,

namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya. Contoh

jenis inhibitor ini adalah tanin dan merkapto benzotiazol (Dalimunthe, 2004).

b. Inhibitor Passivasi

Inhibitor passivasi bekerja dengan membentuk lapisan pasif pada permukaan

logam. Inhibitor passivasi bisa jadi sebagai agen pengoksidasi. Contoh inhibitor

pengoksidasi adalah kromat, dimana ion kromat akan tereduksi menjadi Cr2O3

atau Cr(OH)3 pada permukaan logam untuk menghasilkan oksida kromat dan

besioksida yang bersifat sebagai proteksi.

Page 38: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

19

Passivasi adalah peristiwa dimana baja yang terkorosi akan membentuk lapisan

pelindung berupa oksida besi yang menyebabkan laju korosi menurun (Murabbi et

al., 2012).

c. Inhibitor Presipitasi

Inhibitor presipitasi bekerja dengan membentuk presipitat di seluruh permukaan

suatu logam yang berperan sebagai lapisan pelindung untuk menghambat reaksi

anodik dan katodik logam tersebut secara tidak langsung. Contoh dari inhibitor

presipitasi adalah silikat dan fosfat. Silikat dan fosfat sangat berguna pada sistem

lingkungan karena bersifat aditif yang tidak beracun (Roberge, 2000).

E. SCANNING ELEKTRON MICROSCOPY (SEM)

1. Pengenalan SCANNING ELEKTRON MICROSCOPY (SEM)

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan

pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan

elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta

memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus

daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih

banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan

mikroskop cahaya. Pada tahun 1920, ditemukan suatu fenomena di mana elektron

yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara

(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000

kali lebih kecil dari cahaya.

Page 39: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

20

Selanjutnya, ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat

berperan sebagai lensa dan cermin terdapat elektron seperti pada lensa gelas

dalam mikroskop cahaya (Qulub, 2011). Adapun jenis-jenis miskroskop elektron.

Jenis-jenis mikroskop elektron yaitu :

a. Transmission Electron Microscopy (TEM)

b. Scanning Electron Microscopy (SEM)

c. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)

d. Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM)

e. Mikroskop refleksi elektron (REM)

Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detil arsitektur

permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga

dimensi (Sack, R.J. 1976). Scanning Electron Microscopy pemindaian (SEM)

adalah jenis mikroskop elektron yang gambar sampel permukaan oleh pemindaian

dengan tinggi balok energi dari elektron dalam raster memindai pola. Elektron

yang berinteraksi dengan atom yang membentuk sampel menghasilkan sinyal

yang berisi informasi tentang sampel dari permukaan topografi, komposisi dan

properti lainnya seperti daya konduksi listrik.

2. Sejarah Penemuan

Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu mikroskop pemindai

elektron (Scanning Electron Microscopy) atau SEM ini. Publikasi sejarah pertama

kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan Jerman Dr. Max

Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne

mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian

Page 40: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

21

disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena itu, tidak satu pun dari

keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan itu. Pada 1942, tiga orang

ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin, Dr. James Hillier, dan

Dr. Snijder, benar-benar membangun sebuah mikroskop elektron metode

pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau magnifikasi 8.000 kali.

Sebagai perbandingan SEM modern sekarang ini mempunyai resolusi hingga 1

nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop elektron cara ini memfokuskan

sinar elektron (electron beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya

dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan obyek.

3. Jenis-jenis SEM (Scanning Electron Microscopy)

Salah satu jenis SEM (Scanning Electron Microscopy) yaitu phenom dekstop.

Phenom desktop Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah resolusi tinggi,

imaging portabel alat yang cepat dan mudah digunakan, sangat ideal digunakan

untuk inspeksi bahan baku, rinci imaging atau instruksi ruang kelas. Ini hemat

biaya, fleksibel. Baris Scanning Electron Microscopy (SEM) ini termasuk rendah

vakum kemampuan, dan ideal untuk beragam gambar, analisis sampel dan

persiapan tuntutan ditemukan dalam penelitian laboratorium, semikonduktor dan

data-data pada laboratorium dan fabs. Baris Scanning Electron Microscopy

(SEM) ini termasuk tiga model dengan bidang emisi gun (FEG / SEM) dalam

kemampuan. Scanning Electron Microscopy (SEM), dengan tiga mode (vakum

tinggi, rendah dan kekosongan SEM) untuk mengakomodasi beragam luas sampel

dari setiap SEM sistem. Scanning Electron Microscopy (SEM) ini memungkinkan

para ilmuwan dan teknisi dengan cepat melihat hal-hal yang mereka tidak dapat

Page 41: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

22

lihat sebelumnya, seperti 3D permukaan gambar di berbagai sudut dan pada

resolusi di bawah satu nanometer (sekitar ukuran sepuluh hidrogen atom, oleh

pihak sisi).

4. Cara Kerja Scanning Electron Microscopy ( SEM )

Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah alat yang dapat digunakan untuk

mengamati dan menganalisis struktur mikro dan morfologi berbagai material.

SEM (Scanning Electron Microscopy) ini memiliki kemampuan dimana sumber

energi yang digunakan adalah berkas elektron, sehingga menghasilkan resolusi

yang tinggi, tekstur, topografi, morfologi serta akan tampilan permukaan sampel

yang dapat terlihat dalam ukuran mikron. SEM (Scanning Electron Microscopy)

juga memberikan informasi skala atomik dari suatu sampel (Griffin et al., 1991).

Energi panas pada bahan material akan diubah menjadi energi kinetik oleh

elektron sehingga ada pergerakan elektron. Semakin besar panas yang diterima

maka energi kinetiknya akan semakin besar sehingga pergerakan elektron

semakin cepat dan tidak menentu yang mengakibatkan elektron tersebut terlepas

dari permukaan bahan material.

SEM (Scanning Electron Microscopy) ini akan digunakan pada sampel yang

tebal dan memungkinkan untuk analisis permukaan. Akibat adanya elektron

yang terdifraksi, sehingga dapat teramati dalam bentuk pola-pola difraksi yang

tampak bergantung pada bentuk dan ukuran sel satuan dari sampel. Prinsip

kerjanya yaitu sinar dari penembak elektron (electron gun) dipancarkan pada

lensa kondensor, sebelum masuk pada lensa kondensor pengatur dari pancaran

Page 42: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

23

sinar elektron (electron beam) diberikan tegangan tinggi antara anoda dan

katoda untuk meningkatkan kecepatan elektron.

Gambar 2.4. Skema SEM (Scanning Electron Microscopy).

Cara terbentuknya gambar pada SEM (Scanning Electron Microscopy) berbeda

dengan apa yang terjadi pada mikroskop optik dan TEM (Transmission Electron

Microscopy). Pada SEM (Scanning Electron Microscopy), gambar dibuat

berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang

muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai

dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi

selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam

gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (Cathode Ray Tube). Fungsi

Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah dengan memindai terfokus balok

halus elektron ke sampel.

Page 43: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

24

Elektron berinteraksi dengan sampel komposisi molekul. Energi dari elektron

menuju ke sampel secara langsung dalam proporsi jenis interaksi elektron yang

dihasilkan dari sampel. Serangkaian energi dari elektron terukur dapat dihasilkan

yang dianalisis oleh sebuah mikroprosesor yang canggih yang menciptakan

gambar tiga dimensi. Ini adalah rangkaian elektron yang dibelokkan oleh

tumbukan dengan elektron sampel. Sebelum menjelajahi jenis elektron dihasilkan

oleh SEM (Scanning Electron Microscopy) khas, pemahaman dasar dari teori

elemen yang dikelilingi diklasifikasikan tabel periodik.

Berikut ini adalah beberapa kegunaan dan keunggulan pada SEM (Scanning

Electron Microscopy). Kegunaan dari alat SEM (Scanning Electron Microscopy)

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Solusi untuk peningkatan kinerja dan analisis

2. Scanning Electron Microscopy ( SEM ) untuk riset, industri, dan ilmu

kehidupan

3. Semikonduktor digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau

struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi.

Beberapa keunggulan SEM (Scanning Electron Microscopy) diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. SEM (Scanning Electron Microscopy) ini tidak memerlukan sampel yang

ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang

3 dimensi.

2. Gambar yang dihasilkan jelas dan terang.

3. Telah dilengkapi dengan kemampuan menganalisis (Smallman et al., 2000).

Page 44: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

25

F. Tanin

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik

dan termasuk kelompok polifenol yang memiliki berat molekul antara 500-3000

g/mol (Risnasari, 2001). Tanin ini terdapat dalam tumbuhan pada bagian buah,

daun, dan kulit batang. Tanin juga memiliki sifat yang mampu mengendapkan

alkaloid, gelatin dan protein lainnya. Selain itu, sifat kimia pada senyawa fenol

pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik, dan sebagai pemberi warna

alami (Hageman, 2002). Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua

kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed tanin) dan tanin terhidrolisis

(hydrolysabletannins) (Manitto, 1992).

Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500–3000

g/mol. Tanin terletak terpisah dari protein dan enzim sitoplasma di dalam

tumbuhan. Pada umumnya tanin terdistribusi dalam kingdom tumbuhan

Gymnospermae dan Angiospermae yang terdapat khusus dalam jaringan kayu

(Harborne, 1987). Tanin dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Tanin Terkondensasi

Tanin terkondensasi merupakan polimer flavonoid. Proantosi anidin didasarkan

pada sistem cincin heterosiklik yang diperoleh dari fenilalanin (B) dan biosintesis

poliketida (A). Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, jika direaksikan

dengan asam akan menghasilkan sianidin (Hagerman, 2002). Struktur dasar tanin

terkondensasi tertera pada Gambar 2.5.

Page 45: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

26

Gambar 2.5. Struktur dasar tanin terkondensasi.

2. Tanin Terhidrolisis

Tanin terhidrolisis merupakan turunan dari asam galat (asam 3,4,5-trihidroksil

benzoat). Senyawa ini mengandung ikatan ester antara suatu monosakarida

terutama gugus hidroksilnya. Struktur asam galat tertera pada Gambar 6.

Gambar 2.6. Struktur asam galat.

G. Daun Cincau Hijau (Cyclea Barbata Miers)

1. Taksonomi dan Morfologi Daun Cincau Hijau (Cyclea Barbata Miers)

Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) banyak ditemui di berbagai tempat

di Indonesia, terdapat beberapa jenis cincau yang dikenal saat ini yaitu cincau

hijau, cincau hitam, dan cincau minyak. Masyarakat Indonesia menggemari

jenis cincau hijau karena fisik daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) yang

tipis dan lemas sehingga lebih mudah dibentuk menjadi gelatin ataupun

menjadi agar-agar. Kedudukan taksonomi tanaman daun cincau hijau (Cyclea

Barbata Miers) adalah sebagai berikut :

Page 46: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

27

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Ranunculales

Suku : Menispermaceae

Marga : Cyclea

Jenis : Cyclea Barbata Miers (Thomas et al., 2007).

Tanaman pada daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) berasal dari Asia

Tenggara. Cincau hijau ini akan tumbuh dengan ideal di kondisi tanah yang

memiliki pH 5,5-6,5 dan didukung dengan lingkungan yang teduh, lembab, dan

berair dangkal. Berikut adalah gambar dari daun cincau hijau Gambar 2.7 :

Gambar 2.7. Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers).

Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) merupakan tanaman yang berkembang

dengan baik di dataran pada ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut.

Cara pengembangbiakkan jenis tanaman ini dapat dilakukan dengan generatif

melalui pertumbuhan biji atau dengan cara vegetatif dengan melalui stek batang

Page 47: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

28

maupun dengan pertumbuhan tunas akarnya (Harborne, J.B. 1987). Secara umum,

pada daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) merupakan tanaman yang dapat di

olah secara mudah yaitu dengan daunnya yang diremas dan dicampur dengan air

matang. Air campuran itu akan berwarna hijau dan setelah disaring dibiarkan

mengendap akan menghasilkan lapisan agar-agar berwarna hijau. Daun cincau

hijau (Cyclea Barbata Miers) merupakan tanaman yang tumbuh merambat dengan

panjang batang total dapat mencapai 4-5 meter. Karakteristik tanaman ini pada

bagian akar berdaging tebal dan panjang berwarna coklat pucat di bagian luar dan

berwarna putih atau kuning di bagian dalam.

Daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) ini memiliki warna hijau kecoklatan

dan menyerupai bentuk hati,memiliki panjang 5,5 cm hingga 9 cm, sedangkan

lebarnya 5,5 cm hingga 9,5 cm. Pada bagian ujung daun berbentuk runcing,

tepinya tidak rata, berambut halus, dan memiliki ujung pangkal yang tumpul.

Bagian tangkai daun memiliki panjang 2,5 cm sampai 4,5 cm. Batang tanaman

cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) berbentuk bulat, dengan diameter 1 cm.

Bunga cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) berbentuk kecil dan berkelompok,

bunga jantan berwarna hijau muda dengan panjang 30-40 mm dan mempunyai

kelopak bunga sebanyak 4-5 kelopak, sedangkan bunga betina berukuran lebih

kecil dengan panjang 0,7-1,0 mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak 1-2

kelopak serta sebuah kelopak yang berbulu. Benang sari pada bunga memiliki

satu tangkai dengan kepala sari bergerombol di bagian ujungnya.

Tanaman cincau hijau berbentuk bulat dan agak berbulu. Setiap buah

mengandung 1-2 biji yang keras berbentuk bulat telur. Akar cincau hijau dapat

Page 48: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

29

tumbuh membesar seperti umbi dengan bentuk yang tidak teratur (Wijayakusuma

et al., 2000).

2. Kandungan dan Kegunaan Daun Cincau Hijau (Cyclea Barbata Miers)

Secara umum kandungan daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) adalah

karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol,

flavonoid serta pada mineral-mineral seperti kalsium, fosfor, vitamin A, dan

vitamin B. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida dan Vanoria (2008)

menunjukkan bahwa daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers) memiliki senyawa

metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan steroid.

Keberadaan pada senyawa flavonoid pada daun cincau hijau (Cyclea Barbata

Miers) ini merupakan indikasi adanya aktivitas antibakteri dan antioksidan

(Thomas et al., 2007).

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan

yang dapat dijumpai pada beberapa bagian tanaman seperti daun, biji, ranting, dan

kulit batang. Alkaloid memiliki efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu

sistem saraf, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, dan dapat

digunakan untuk menaikkan tekanan darah. Alkaloid memiliki kandungan

nitrogen sebagai bagian sistem siklik dan substituen yang bervariasi seperti gugus

amina, amida, fenol, dan juga metoksi alkaloid.

Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah dengan menggangu komponen

penyususun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak

Page 49: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

30

terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Berikut adalah gambar

struktur senyawa alkaloid (Harborne, 1987).

Gambar 2.8. Struktur senyawa alkaloid.

b. Polifenol

Polifenol merupakan senyawa turunan dari senyawa fenol yang memiliki aktivitas

utama sebagai antioksidan. Antioksi dan fenolik biasanya digunakan untuk

mencegah terjadinya kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik,

dan farmasi. Pada daun cincau hijau (Cyclea Barbata Miers), kandungan polifenol

ini memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan daun lainnya seperti daun

kelor. Fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, sehingga

aktivitas sel terganggu dan menyebabkan kematian sel.

c. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang

paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Kerangka flavonoid terdiri

atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa

heterosiklik yang mengandung oksigen. Bentuk sederhana dari cincin-cincin ini

dijadikan sebagai dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya.

Flavonoid merupakan antioksidan yang berpotensi untuk mencegah pembentukan

radikal bebas. Selain itu, flavonoid mempunyai peran sebagai antibakteri dan juga

Page 50: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

31

sebagai antivirus. Flavonoid pada tanaman ditemukan sebagai glikosida dengan

beberapa kelompok hidroksil fenolik bergabung bersama gula. Flavonoid bekerja

sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan

mampu menghambat motilitas bakteri. Berikut ini adalah gambar struktur dasar

flavonoid.

Gambar 2.9. Struktur dasar flavonoid.

d. Tanin

Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalam air, gliserol, alkohol, dan

hidroalkohol, tetapi tidak dapat larut dalam petroleum eter, benzeene, dan eter.

Tanin digolongkan menjadi dua jenis secara kimia yaitu tanin terkondensasi dan

tanin terhidrolisis. Tanin terkonsensasi terdapat pada seluruh tumbuhan paku-

pakuan dan juga gimnospermae serta angiospermae terutama pada jenis tumbuhan

berkayu, sedangkan tanin terhidrolisis hanya terdapat pada tumbuhan-tumbuhan

berkeping dua. Senyawa tanin terdiri dari senyawa fenolik yang susah dipisahkan

dan sukar mengkristal, fungsi utama tanin adalah sebagai antioksidan biologis.

Gambar 2.10. Struktur dasar senyawa tanin.

Page 51: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

32

H. Baja Pegas Daun

1. Definisi Baja Pegas Daun

Baja pegas daun dikenal sebagai baja pelat datar yang dibuat melengkung untuk

membawa beban, merendam getaran, melunakkan tumbukkan dengan

memanfaatkan sifat elastisitas bahan dan menambah daya cengkeram ban

terhadap permukaan jalan (Venkatesan dan Devaraj, 2012).

Gambar 2.11. Baja Pegas Daun pelat datar.

2. Kelebihan Baja Pegas Daun

Baja pegas daun ini memiliki kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut :

adanya konstruksi sederhana, gesekan antar lembaran per daun berfungsi sebagai

gaya peredam, mengganti lembaran per yang patah saja dan dapat memainkan

kombinasi panjang per dan jumlah per untuk mendapat ayunan yang ringan

(Sahwendi, 2013).

Kelebihannya adalah sebagai berikut :

a. Baja pegas daun memiliki konstruksi yang sederhana.

b. Pada baja pegas daun saat bekerja, gesekan antar lembaran per daun

dapat berfungsi sebagai gaya peredam (damping force).

c. Saat per patah, hanya perlu mengganti lembaran per yang patah saja.

Page 52: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

33

d. Baja pegas daun kaku terhadap gaya kesamping.

e. Untuk kendaraan penumpang dapat memainkan kombinasi panjang per

dan jumlah per untuk mendapat ayunan yang ringan (Sahwendi, 2013).

3. Kelemahan Baja Pegas Daun

Baja pegas daun memiliki kelemahan diantaranya:

a. Baja pegas daun memiliki bobot yang cukup berat.

b. Baja pegas daun kurang baik dalam menyerap getaran yang memiliki

frekuensi tinggi, misal jalan bergelombang dalam kecepatan tinggi

(Anonymous C, 2012).

4. Spesifikasi Baja Pegas Daun

Merupakan baja karbon yang sering digunakan pada kendaraan, darat terutama

kendaraan roda empat. Penggunaan pegas daun sebagai suspensi kendaraan untuk

transportasi darat masih relevan eksistensinya yang mana hampir 85% suspensi

untuk kendaraan mobil, khususnya truk masih menggunakan model suspensi

pegas daun sebagai komponen utamanya. Baja pegas daun terdiri dari kandungan

besi (Fe) sekitar 97% dan kandungan karbon antara 0,3%-0,6% C.

Disamping unsur besi (Fe) dan karbon (C), baja pegas daun mengandung unsur

campuran lain seperti Si, S, P, Mn, Ni, Cr, Mo, V, Ti, Sn, Al, Pb, Sb, Cu, W dan

Zn dengan jumlah presentase yang dibatasi dan berbeda-beda. Baja pegas daun

dikenal sebagai baja pelat datar yang dibuat melengkung. Baja pegas daun

dirancang dengan dua cara yaitu: multi-daun dan mono-daun.

Page 53: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

34

Adapun contoh gambar baja pegas daun dan penggunaannya pada suspensi

kendaraan roda empat diperlihatkan pada Gambar 2.12 dan 2.13 berikut.

Gambar 2.12. Baja Pegas Daun (Venkatesan dan Devaraj, 2012).

Gambar 2.13. Baja Pegas Daun kendaraan roda empat.

Page 54: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

35

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juni-Oktober 2018 di

Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(MIPA) Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Organik Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Lampung,

Laboratorium Teknik Mesin SMKN 2 Bandar Lampung, Laboratorium Jurusan

Fisika Universitas Negeri Padang (UNP), dan Laboratorium Terpadu

Universitas Diponegoro (Undip) selama 4 bulan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : gelas kimia,

gelas ukur, labu takar, botol sampel, spatula, pipet tetes, corong, alumunium foil,

jangka sorong, hot plate, stopwatch, benang nilon, neraca digital, rotary vacuum

evaporator, alat pemotong baja, kertas amplas, kertas saring, blender dry miller,

SEM (Scanning Electron Microscopy), dan EDS (Energy Dispersive

Spectroscopy).

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun cincau hijau

(Cyclea Barbata Miers), baja pegas daun, NaCl 3%, etanol 96 %, akuades,

aquabides dan aseton.

Page 55: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

36

C. Prosedur Percobaan

1. Pembuatan larutan inhibitor dengan daun cincau hijau

a) Mengeringkan daun cincau hijau sebanyak 2500 gram dalam suhu kamar

selama 22 hari untuk menghilangkan kadar air.

b) Menghaluskan daun cincau hijau yang telah kering dengan blender dry

miller untuk memudahkan dan memaksimalkan proses ekstraksi.

c) Mengekstrak daun cincau hijau dengan metode maserasi.

d) Memasukkan hasil maserasi daun cincau hijau yang telah halus kedalam

botol yang berisi etanol 96 % selama 24 jam.

e) Menyaring hasil perendaman menggunakan kertas saring hingga

diperoleh filtrat.

f) Menguapkan filtrat dari hasil maserasi menggunakan alat penguap putar

vakum (rotary evaporator) dengan kecepatan 200 rpm dan suhu 50 oC

hingga menghasilkan ekstrak pekat.

2. Preparasi sampel baja

Preparasi sampel baja dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Memotong baja pegas daun dengan panjang 10 mm, lebar 10 mm, dan

tinggi 5 mm.

b) Membersihkan baja dan memperhalus permukaannya dengan amplas

ukuran 100, 360, 800 dan 2000 grid untuk mengilangkan bekas goresan.

c) Mencelupkan baja kedalam aseton untuk membersihkan kotoran yang

menempel pada baja.

d) Menimbang baja untuk mengetahui massa awal baja tersebut.

Page 56: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

37

3. Pembuatan larutan medium korosif

Adalah larutan yang dapat mengakibatkan terjadinya korosi. Cara

pembuatannya yaitu dengan adanya larutan NaCl 3% dan mengencerkannya

dengan aquades. Untuk larutan NaCl ditentukan secara matematis

berdasarkan persamaan 3.1 = (3.1)

Dengan keterangan sebagai berikut :

= volume mula-mula (ml)

= konsentrasi mula-mula (%)

= volume setelah pengenceran (ml)

= konsentrasi setelah pengenceran (%)

Pembuatan larutan NaCl yaitu dengan konsentrasi 3% yaitu 3 gram NaCl

ditambahkan dengan aquabides sampai volume 100 ml. Larutan NaCl 3%

dengan variasi konsentrasi ekstrak daun cincau hijau dengan penambahan 6,6

ml. Kemudian, ekstrak daun cincau hijau ini dimasukkan dalam gelas beker

100 ml dan ditambahkan NaCl 3% sampai tanda batas.

4. Perendaman

Pada tahap perendaman ini sampel yang akan digunakan ada 8 sampel, yaitu

4 sampel akan direndam pada suhu 40℃ dan 4 sampel direndam pada suhu

80 ℃. Sampel dibuat pada suhu konstan selama 7 jam. Pada masing-masing

konsentrasi inhibitor yang digunakan yaitu 0, 2, 4, dan 6%.

Page 57: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

38

D. Perhitungan Laju Korosi

Untuk menghitung laju korosi, dilakukan menggunakan metode

kehilangan berat dengan tahap-tahap sebagai berikut :

- Menimbang sampel untuk mengetahui massa awal sebelum

perendaman. Dalam tahap ini sampel yang digunakan ada 6, dibagi

menjadi 2 bagian untuk variasi suhu 40 dan 80oC dalam larutan NaCl

3%. Masing-masing bagian terdiri dari 4 sampel dengan konsentrasi

inhibitor 0, 2, 4 dan 6%.

- Membersihkan dan mengeringkan masing-masing sampel, kemudian

menimbang massa setelah perendaman.

Tabel 3.1 Konstanta laju korosi pada baja karbon.No Konstanta Laju Korosi K

1 Mils per year (mpy) 3,45 x 10⁶2 Inches per year (inches/y) 3,45 x 10³

3 Millimeters per year (mm/y) 8,76x10⁴4 Micrometers per year (µm/y) 8,76x10⁷5 Milligrams per square decimeter per day

(mmd)2,40 x 10⁶ x D

= (3.2)

Dimana :

CR = laju korosi (mm/y)

K = konstanta laju korosi

W = selisih massa (mg)

A = luas permukaan (mm2)

T = waktu perendaman (year)

ρ = massa jenis (mg/mm3)

Page 58: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

39

E. Diagram Alir

1) Pembuatan larutan inhibitor dengan daun cincau hijau

Gambar 3.1 Pembuatan inhibitor larutan daun cincau hijau.

Start

Daun cincau hijau

- Dibersihkan dan dipotong kecil-kecil- Dikeringkan selama 22 hari pada

suhu ruang- Dihaluskan dengan blender dry

miller

Serbuk daun cincau hijau

- Perendaman dengan etanol 96 %selama 24 jam,- kemudian disaring dengan kertas

saring

Filtrat ekstrak daun cincau hijau

- Di uapkan dengan vacuum rotaryevaporator dengan kecepatan 200rpm dan suhu 50 oC

Hasil ekstrak dauncincau hijau

Page 59: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

40

2) Preparasi sampel baja

Gambar 3.2 Preparasi sampel baja.

3) Medium korosif

Gambar 3.3 Medium korosif.

Baja Pegas Daun

- Dipotong dengan ukuran10x10x5 mm3

Sampel baja dengan ukuran 10x10x5 mm3

- Diamplas ukuran 100, 360,800 dan 2000 grid, dicelupdalam aseton

- Ditimbang, untukmengetahui massa awal

Sampel Baja Pegas Daun hasil preparasi

Medium korosif

- Ditambahkan NaCl 3 grdengan aquabides 100 ml

- Dicampur hingga homogen

Medium korosif NaCl 3%

Page 60: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

41

4) Preparasi Proses Korosi

Gambar 3.4 Laju korosi.

Baja hasil preparasi

- Ditimbang massa awalnya, direndamdengan medium NaCl 3% denganpenambahan ekstrak daun cincau 0,2, 4, 6%- Direndam konstan selama 7 jam,

pada dua suhu yaitu 40℃ dan 80℃Baja hasil perendaman

- Di bersihkan dan timbangmassa akhirnya

Analisis data

Analisis sampel

- Dihitung laju korosi,- Karakterisasi XRD,

SEM, dan EDS

Selesai

Page 61: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

42

F. Kode Sampel

Kode sampel yang digunakan untuk memudahkan penyajian dan analisis data

ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Kode sampel.

No Kode SampelSuhu Konsentrasi Keterangan(℃) inhibitor (%)

1. PGDaun-A 0Sampel Baja Pegas Daun

murni2. PGDaun-40-0 03. PGDaun-40-2 40 2

Dengan perlakuan4. PGDaun-40-4 45. PGDaun-40-6 66. PGDaun-80-0 07. PGDaun-80-2

802

Dengan perlakuan8. PGDaun-80-4 4

9. PGDaun-80-6 6

Page 62: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

68

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Laju korosi pada suhu perendaman 40℃ lebih rendah daripada laju korosi

pada suhu perendaman 80℃.

2. Konsentrasi inhibitor ekstrak daun cincau hijau dan waktu perendaman sangat

berpengaruh terhadap laju korosi yang dihasilkan yaitu semakin bertambahnya

konsentrasi maka laju korosinya semakin menurun dan semakin lama waktu

perendaman maka laju korosi yang dihasilkan akan semakin menurun.

3. Hasil analisa XRD memperlihatkan bahwa pada sampel Baja Pegas Daun

(raw) menunjukkan puncak Fe lebih tinggi daripada sampel Baja Pegas Daun

suhu 40℃ konsentrasi 0% (PGDaun-40-0) dan sampel Baja Pegas Daun 80℃konsentrasi 0% (PGDaun-80-0) menunjukkan puncak Fe yang paling rendah.

4. Berdasarkan hasil analisis SEM permukaan sampel Baja Pegas Daun suhu

40℃ konsentrasi 2 sampel (PGDaun-40-2) lebih terkorosi dibandingkan

permukaan sampel Baja Pegas Daun suhu 40℃ konsentrasi 0% atau sampel

(PGDaun-40-0) dan hasil ini diperkuat dengan analisis EDS.

Page 63: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

69

B. Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan perendaman yang

bervariasi terhadap waktu dan dalam media korosif yang berbeda dan jenis logam

yang berbeda untuk membandingkan laju korosi yang dihasilkan.

Page 64: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

DAFTAR PUSTAKA

Ahvenainen, Patrik. 2016. Comparison of Sample Crystallinity DeterminationMethods By X-Ray Diffraction For Challenging Cellulose I Materials.Journal University of Helsinki Institutional Repository. Vol. 23. No. 2. Pp.1073-1086.

Asdim. 2007. Penentuan Efisiensi Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garciniamangostana L) pada Reaksi Korosi Baja dalam Larutan Asam. JurnalGradien. Vol 3. No 2. Pp. 273-276.

ASM handbook. 1993. Properties and Selection: Iron Stell and High PerformanceAlloys. Tenth Edition. Jurnal Metals handbook. Vol 1. Pp. 329-335.

Athur, Beiser. 1992. Konsep Fisika Modern. Jilid 3. Terjemahan The Houw LiongPh.D. Erlangga. Jakarta.

Bundjali, Bunbun., N.M. Surdia., B.L. Oei., dan A. Bambang. 2006. PelarutanBesi Selektif pada Korosi Baja Karbon dalam Larutan Buffer Asetat,Natrium Bikarbonat – CO2 Jenuh. Jurnal PROC. ITB Sains & Teknik. Vol.38A. Pp. 149 – 161.

Cullity, B, D. 1978. Elements of X-Rays Diffraction, Second Edition. AdisonWesley Publishing Company Inc. United State of America.

Dalimunthe, I.S., 2004. Kimia dari Inhibitor Korosi. Universitas Sumatra Utara.

Djaprie S. 1995. Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi 5. Erlangga. Jakarta.

Elda Sefti, Ediman Ginting, Suprihatin. 2014. Pengaruh Konsentrasi LarutanAsam Klorida tanpa dan dengan Inhibitor Kalium Kromat 0,2%Terhadap Laju Korosi Baja Api 5l Grade B. Jurnal Teori dan AplikasiFisika. Vol. 03. No. 01. Pp. 1-6.

Fontana, M.G dan M.D. Greene. 1986. Corrosion Engineering Hand Book.McGraw Hill Book Company. New York. Pp. 144-147.

Hageman, A, E. 2002. Tannin Chemistry. Departement of Chemistry andBiochemistry. Oxford. Miamy University.

Page 65: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

Harborne, J.B. 1987. Metode Fotokimia Penuntun Cara Modern MenganalisaTumbuhan. ITB. Bandung.

Ilim, B. 2008. Study Penggunaan Ekstrak Buah Lada, Buah Pinang dan Daunsebagai Inhibitor Korosi Baja Lunak dalam Air Laut Buatan yangJenuh Gas CO2. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal. 257-256.

Jones, D.A., 1991. Principle and Prevention of Corrosion. Mc.MillanPublishing Company. New York.

Jones, Denny A. 1992. Principles and Preventation of Corrosion. Maxwell.Mc. Millan. Singapura.

Jones. 1996. Instrument Analysis and Management. Ed 5. John and Sons. Inc.

Kennedy, J. H., 1990. Analytical Chemistry Principle. 2nd Ed. Academic Press.New York.

Kirk and Othmer. 1965. Encyclopedia of Chemical Technology. Second Edition.John Willey and Sons. New York.

Landolt, D. 2007. Corrosion and Surface Chemistry of Metals. First Edition.EPFL Press. Lausanne.

Ludiana, Y., dan Handani, S., 2012. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak DaunTeh (CameliaSinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule 40Grade B Erw. Jurnal Fisika Unand. Vol. 1. Pp. 12-18.

Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. IKIP Semarang Press. Semarang.

Murabbi, A.L dan Sulistijono. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan GaramTerhadap Laju Korosi dengan Metode Polarisasi dan Uji Kekerasan sertaUji Tekuk pada Plat Bodi Mobil. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1. No.1.Pp.4.

Oguzie, E. 2007. Corrosion Inhibition of Aluminium in Acidic and AlkalineMedia by Sansevieria Trifas – Ciata Exctract. Journal Corrosion Science.Vol. 49. Pp. 402-417.

Putra, R.A. 2011. Pengaruh Waktu Perendaman dengan Penambahan Ekstrak UbiUngu sebagai Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah dilingkunganHCl 1M. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Putranto, Donny.2008.Fenomena.http://kimiafenomenadahsyat.blogspot.com.Diakses pada tanggal 22 April2018. Pukul 10.00 WIB.

Page 66: PENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU …digilib.unila.ac.id/55124/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH SUHU PADA EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (CYCLEA BARBATA MIERS) SEBAGAI INHIBITOR

Qulub, 2011. Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energi Dispersive X-Ray Spectroscpoy (SEM-EDS) http://www.Munawirulq. blogspot.com/2011/031. Diakses tanggal 23 Mei 2018. Pukul 21.00 WIB.

Richman, M. H. 1967. An Introduction to The Science of Metals. BlaisdellPublishing Company, United State of America. Pp. 78-79.

Risnasari, I. 2001. Pemanfaatan Tannin sebagai Bahan Pengawet Kayu. Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Medan.

Roberge, P.R. 2000. Handbook of Corrosion Engineering. Mc. Graw-Hill. NewYork.

Rustandi, Andi. 2011. Studi Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Korosi BajaAPI 5L X-52 menggunakan Metode Polarisasi pada Lingkungan NaCl3,5% yang Mengandung Gas CO2. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Sack, R.J. 1976. Welding Principle and Practices. McGraw Hill. New York.

Sahwendi. 2013. Pengaruh Perlakuan Panas, Variasi Suhu Tempering dan LamaWaktu Penahanan Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Baja PegasDaun Karbon Sedang. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Salmon, C.G dan J.E. Jhonson.1994. Struktur Baja Desain dan Perilaku.Erlangga. Jakarta.

Smallman, R.E. dan Bishop, R.J. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan RekayasaMaterial. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.

Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Kanisius. Yogyakarta.

Trethewey, K. R. & Chamberlain, J., 1991. Korosi untuk Mahasiswa Sains danRekayasa. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Uhlig. H.M., 2000. Uhlig`s Corrosion Handbook. Second Edition. John Wiley &Sons. Inc.

Venkatesan, M and Devaraj, H.D. 2012. Design and Analysis Of Composite LeafSpring in Light Vehicle. International Journal of Modern EngineeringResearch. Vol. 2. Pp. 213-218.

Vlack, Van L., H. 1994. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan BukanLogam). Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.

Wijayakusuma,H dan Dalimartha, S. 2000. Ramuan Tradisional untukPengobatan Darah Tinggi. Cetakan VI. Penebar Swadaya. Jakarta.