kebijakan umum manajemen risiko (revisi iv) · kebijakan umum manajemen risiko (revisi iv) 2013 ....
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN UMUM
MANAJEMEN RISIKO
(REVISI IV)
2013
ffi PaninBank Memorandum
Tanggal
Nomor
Kepada
Dari
Perihal
26 Jvli20l3
114IBMR/DIR/I3
Direksi
Biro Manajemen Risiko
Permohonan Persetujuan Atas Revisi Ke-4 Kebijakan Umum ManajemenRisiko
Sehubungan dengan adanya ketentuan Bank Indonesia yang baru yaitu Peraturan BankIndonesian No.l3ll/PBV2}ll tanggal 5 Januari 20ll dan Surat Edaran Bank IndonesiaNo.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 20ll dan Surat Edaran Bank Indonesia No 14l37lDPNPtanggat 27 Desember 2012 penhal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai Profil Risikodan Pemenuhan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) serta perubahan terkinimengenai Risk Appetite dan Risk Tolerance Bank, maka Biro Manajemen Risiko melakukanpengkinian (revisi ke-4) Kebijakan Umum Manajemen Risiko.
Hal baru dari pengkinian Kebijakan Umum Manajemen Risiko ini adatah penambahan sub bab
Risk Appetite dan perubahan sub bab Risk Tolerance Bar/c yang menjelaskan tentang parameter /
kriteria-kriteria kuantitatif (Quantitative Statement) dan pernyataan kualftarit (Qualitative
Statement) ; perubahan Laporan Penerapan Manajemen Risiko (Laporan Tingkat KesehatanBank/RBBR, Laporan Penilaian Kecukupan Modal sesuai Profil RisikoACAAP) sertapengkinian terhadap mengenai peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang terkait dalampenerapan manajemen risiko sesuai perubahan terkini.
Selanjutnya kami mohon persetujuan Direksi dengan menandatangani Lembar Persetujuan dan
Pengesahan terlampir.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
,tLAntoni
Lampiran: - 1 (satu) lembar Ringkasan Revisi yang Dilakukan1 (satu) lembar Persetujuan dan PengesahanI (satu) set Kebijakan Umum Manajemen Risiko
urna, M
& PaninBank Memorandum
Tanggal
Nomor
Kepada
Dari
Perihal
26 JuIi20l3
115/BMR/KOIv{/13
KomisarisUp. : Bp. Drs. H. Bambang Winarno
Biro Manajemen Risiko
Permohonan Pengesahan Atas Revisi Ke-4 Kebijakan Manajemen RisikoUmum
Sehubungan dengan adanya ketentuan Bank Indonesia yang baru yaitu Peraturan BankIndonesian No.13/llPBIlz}Il tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank IndonesiaNo.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan Surat Edaran Bank IndonesiaNo l4l37iDPNPtanggal 27 Desember 2012 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai Profrl Risikodan Pemenuhan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) serta perubahan terkinimengenai Risk Appetite dan Risk Tolerance Bank, maka Biro Manajemen Risiko melakukanpengkinian (revisi ke-4) Kebijakan Umum Manajemen Risiko.
Hal baru dari pengkinian Kebijakan Umum Manajemen Risiko ini adalah penambahan sub babRisk Appetite dan perubahan sub bab Risk Tolerance Bank yang menjelaskan tentang parameter /kriteria-kriteria kuantitatif (Quantitative Statement) dan pemyataan kualitatif (QualitativeStatement) ; perubahan Laporan Penerapan Manajemen Risiko (Laporan Tingkat KesehatanBank/RBBR, Laporan Penilaian Kecukupan Modal sesuai Profil Risiko/ICAAP) sertapengkinian terhadap mengenai peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang terkait dalampenerapan manajemen risiko sesuai perubahan terkini.
Selanjutnya kami mohon pengesahan Komisaris dengan menandatangani Lembar Persetujuandan Pengesahan terlampir.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih.
-zAntoni
Lampiran: - (satu) lembar Ringkasan Revisi yang Dilakukan(satu) lembar Persetujuan dan Pengesahan(satu) set Kebijakan Umum Manajemen Risiko
Usep Ekadaya
urna, s
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
KEBIJAKAN UMUM MANAJEMEN RISIKO ''
Menunjuk permohonan Tim Revisi "KEBIJAKAN UMUM MANAJEMENRlSlKO" melalui Memorandum No.1 14lBMR/DlRy13 dan No.1 15/BMR/KOM/13 tanggal 26 Juli 2013, dengan ini kami selaku Direksi danKomisaris PT. Bank Panin Tbk. menyetujui dan mengesahkan :
KEBIJAKAN UMUM MANAJEMEN RISIKO ''
Selanjutnya Komisaris dan Direksi PT. Bank Panin Tbk. mengharapkanagar satuan kerja / unit terkait dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kebijakan ini.
Jakarta, Juli 2013
Direksi
My' Antonius Ketut D. )( Drs. H. Rostian Sjamsudin )
Komisaris
( Drs.H. Bambang
BMR-2004 (BMR Rev.4-07/2013) -i-
KATA PENGANTAR
Sehubungan dengan adanya ketentuan Bank Indonesia yang baru yaitu Peraturan
Bank Indonesian No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank
Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan Surat Edaran Bank
Indonesia No 14/37/DPNP tanggal 27 Desember 2012 perihal Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital
Equivalency Maintained Assets (CEMA) serta perubahan terkini mengenai Risk
Appetite dan Risk Tolerance Bank, maka Biro Manajemen Risiko melakukan
pengkinian (revisi ke-4) Kebijakan Umum Manajemen Risiko untuk menjadi panduan
bagi masing - masing unit kerja (risk owner) dan pihak-pihak yang terkait dalam
melakukan proses manajemen risiko.
Hal baru dari pengkinian Kebijakan Umum Manajemen Risiko ini adalah
penambahan sub bab Risk Appetite dan perubahan sub bab Risk Tolerance Bank
yang menjelaskan tentang parameter / kriteria-kriteria kuantitatif (Quantitative
Statement) dan pernyataan kualitatif (Qualitative Statement) ; perubahan Laporan
Penerapan Manajemen Risiko (Laporan Tingkat Kesehatan Bank/RBBR, Laporan
Penilaian Kecukupan Modal sesuai Profil Risiko/ICAAP) ; serta pengkinian terhadap
mengenai peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang
terkait dalam penerapan manajemen risiko sesuai perubahan terkini.
Dengan pengkinian kebijakan ini diharapkan kualitas tata kelola Bank pada seluruh
jenjang organisasi melalui pengelolaan risiko dapat semakin ditingkatkan.
Jakarta, Juli 2013
DAFTAR ISI
BMR-2004(Rev.4-07/2013) -ii-
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian I - 1
B. Tujuan I - 1
C. Landasan Hukum I - 2
D. Pengesahan, Peninjauan dan Perubahan Kebijakan I - 3
E. Distribusi Kebijakan I - 4
F. Kode Etik dan Perilaku (Code of Conduct) I - 4
H. Pengelolaan Kebijakan I - 4
BAB II KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO
A. Peran Manajemen Risiko II - 1
B. Proses Manajemen Risiko II - 1
C. Jenis - Jenis Risiko II - 2
1. Risiko Kredit II - 2
2. Risiko Pasar II - 2
3. Risiko Likuiditas II - 3
4. Risiko Operasional II - 3
5. Risiko Hukum II - 4
6. Risiko Stratejik II - 4
7. Risiko Kepatuhan II - 4
8. Risiko Reputasi II - 4
D. Penerapan Manajemen Risiko II - 5
BAB III FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK
TOLERANCE
A. Filosofi Manajemen Risiko III - 1
1. Sudut Pandang Pemegang Saham terhadap Risiko III - 1
2. Hubungan Fokus Usaha dengan Risiko III - 1
DAFTAR ISI
BMR-2004(Rev.4-07/2013) -iii-
3. Elemen dalam Menyusun Filisofi Risiko III - 1
4. Filosofi Risiko Disesuaikan dengan Strategi Usaha III - 2
B. Risk Appetite III - 2
C. Risk Tolerance III - 5
D. Pelanggaran Terhadap Risk Appetite dan Risk Tolerance III - 6
BAB IV MANAJEMEN RISIKO UMUM
A. Kebijakan Manajemen Risiko Umum IV - 1
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi IV - 1
2. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit IV - 1
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan
Pengendalian Risiko serta
Sistem Informasi Manajemen IV - 7
4. Sistem Pengendalian Intern (SPI) IV - 17
B. Kebijakan Lainnya Terkait Penerapan Manajemen Risiko IV - 20
1. Pengelolaan Risiko Produk & Aktivitas Baru dan
Transaksi Derivatif IV - 20
2. Laporan Penerapan Manajemen Risiko IV - 20
BAB V STRUKTUR ORGANISASI, PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
MANAJEMEN RISIKO
A. Cakupan dan Tujuan V - 1
B. Struktur Organisasi V - 1
1. Struktur Organisasi Bank V - 1
2. Struktur Organisasi Biro Manajemen Risiko V - 2
3. Struktur Pelaporan Risiko V - 2
C. Peran & Tanggung Jawab Dewan Komisaris V - 3
D. Peran & Tanggung Jawab Direksi (BOD) V - 8
E. Peran & Tanggung Jawab Komite Manajemen Risiko V - 8
1. Keanggotaan Kuorum KMR V - 8
2. Peran dan Tanggung Jawab KMR V - 9
DAFTAR ISI
BMR-2004(Rev.4-07/2013) -iiii-
F. Peran & Tanggung Jawab ALCO V - 11
G. Peran & Tanggung Jawab Pemilik Risiko Secara Umum V - 12
H. Peran & Tanggung Jawab Biro Manajemen Risiko (BMR) V - 16
I. Peran & Tanggung Jawab Biro Pengawasan (SKAI) V - 21
J. Peran & Tanggung Jawab Pejabat Koordinator Risiko (KR) V - 24
K. Peran & Tanggung Jawab Pejabat Koordinator Jenis
Risiko (KJR) V - 25
L. Peran & Tanggung Jawab Corporate Banking Group (CIB),
Commercial Banking Group (CBG), Retail Banking
Group (RBG)
dan Divisi Institutional Banking & BUMN (IBD) V - 26
M. Peran & Tanggung Jawab Divisi Liquidity (DLI),
Divisi Currency Trading & Commercial (DCC)
dan Divisi Capital Market (DCM) V - 29
N. Peran & Tanggung Jawab Biro Umum & Personalia (BUP)
dan Biro Pengembangan & Pelatihan (BPE) V - 32
O. Peran & Tanggung Jawab Biro Teknologi Informasi (BTI) V - 33
P. Peran & Tanggung Jawab Biro Administrasi Keuangan (BAK) V - 34
Q. Peran & Tanggung Jawab Operations Group (OPG) V - 36
R. Peran & Tanggung Jawab Biro Hukum (BHU) V - 37
S. Peran & Tanggung Jawab Biro Kepatuhan (BCO) V - 38
T. Peran & Tanggung Jawab
Divisi Internasional Operations (DIO) V - 38
U. Peran & Tanggung Jawab Corporate Secretary (CSE) V - 41
V. Peran & Tanggung Jawab Komite Audit V - 41
W. Peran & Tanggung Jawab Komite Pemantau Risiko V - 42
X. Peran & Tanggung Jawab Komite Remunerasi & Nominasi V - 42
LAMPIRAN 1 - Risk Appetite dan Risk Tolerance
BAB I – PENDAHULUAN
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 1/5
A. Pengertian
Terminologi yang digunakan dalam kebijakan ini adalah sebagai berikut : 1. Bank adalah PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
2. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris PT. Bank Pan
Indonesia Tbk.
3. Komite Manajemen Risiko (KMR) adalah Komite Manajemen
Risiko PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
4. Direksi adalah Direksi PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
5. Unit Manajemen Risiko adalah Biro Manajemen Risiko (BMR) PT.
Bank Pan Indonesia Tbk.
6. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa
(events) tertentu.
Selanjutnya definisi risiko yang lebih komprehensif mempunyai
pengertian yang lebih luas dan tidak hanya mencakup berbagai risiko
keuangan saja, tetapi juga berbagai risiko yang berkaitan dengan
kegiatan operasi dan tujuan strategis Bank. Risiko meliputi
kemungkinan adanya peristiwa yang tidak pasti terjadi di masa
mendatang yang menyebabkan Bank tidak dapat mencapai tujuan
operasional dan tujuan strategisnya, serta kemungkinan mengalami
timbulnya “opportunity-cost” sebagai akibat dari hilangnya peluang
pasar.
7. Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
B. Tujuan
1. Menetapkan kebijakan yang komprehensif terkait dengan aspek
umum manajemen risiko.
BAB I – PENDAHULUAN
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 2/5
2. Sebagai acuan umum untuk:
a. Penerapan manajemen risiko atas seluruh jenis risiko.
b. Manajemen dalam memahami risiko yang dihadapi Bank dan
langkah mitigasi risiko yang harus dilakukan.
c. Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas pada masing-
masing unit.
d. Menetapkan kecukupan kuantitas dan kualitas SDM untuk
mendukung penerapan Manajemen Risiko secara efektif.
e. Memastikan bahwa budaya risiko telah disosialisasikan pada setiap
jenjang organisasi.
C. Landasan Hukum
Kebijakan ini dibuat dalam rangka memenuhi :
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei
2003, tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
2. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.5/21/DPNP tanggal 29
September 2003, perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum.
3. Peraturan Bank Indonesia No.8/6/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006,
tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank
yang Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak.
4. Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/27/DPNP tanggal 27 November
2006, perihal Prinsip Kehati - hatian dan Laporan Dalam Rangka
Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank yang
Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak.
5. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei
2007, perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum.
BAB I – PENDAHULUAN
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 3/5
6. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/13/PBI/2007 tanggal 1
November 2007, tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.
7. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli
2009, tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum.
8. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.13/23/DPNP tanggal 25
Oktober 2011, perihal perubahan atas Surat Edaran No. 5/21/DPNP
perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
9. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari
2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
10. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.13/24/DPNP tanggal 25
Oktober 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
11. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 14/37/DPNP tanggal 27
Desember 2012, perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital Equivalency Maintained
Assets (CEMA).
D. Pengesahan, Peninjauan dan Perubahan Kebijakan
Kebijakan ini adalah revisi keempat dari Kebijakan Manajemen Risiko
Umum. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan Indonesia dan
internasional serta perubahan prosedur Bank, pengkinian secara bertahap
dari Kebijakan ini dapat dilakukan secara berkala.
1. Kebijakan atau perubahan yang dilakukan pada Kebijakan ini wajib
disetujui oleh Direksi dan disahkan oleh Komisaris.
2. Kebijakan ini wajib ditinjau ulang secara berkala sesuai ketentuan
Bank Indonesia atau seiring dengan adanya perubahan dalam
BAB I – PENDAHULUAN
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 4/5
lingkungan usaha dan operasi, tingkat toleransi risiko dan strategi
Bank.
3. Setiap perubahan berupa penambahan atau pengurangan Kebijakan
ini dapat diajukan kepada BMR yang bertanggung jawab melakukan
revisi/kaji ulang Kebijakan ini.
E. Distribusi Kebijakan
1. Kebijakan ini wajib didistribusikan kepada Dewan Komisaris &
Direksi, Divisi, Biro dan Group.
2. Semua pejabat yang memperoleh copy Kebijakan ini tidak
diperkenankan memberikan, meminjamkan atau membuat fotocopy
baik sebagian dan atau seluruhnya untuk pihak lain.
3. Seluruh karyawan yang menerima Kebijakan ini diharuskan untuk
mempelajarinya dan memahami seluruh kebijakan yang telah
dijabarkan, serta menjamin kerahasiaan dari isi Kebijakan ini.
F. Kode Etik dan Perilaku (Code of Conduct)
Untuk mendukung penerapan kebijakan yang dijabarkan dalam Kebijakan
ini, seluruh karyawan yang relevan diharapkan untuk menjunjung tinggi
standar etika dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan standar etika dan perilaku (code of conduct) yang berlaku di PT.
Bank Panin, Tbk.
G. Pengelolaan Kebijakan
Tata Cara Mengelola Buku Kebijakan
1.1. Divisi / Biro / Group terkait menunjuk seorang pejabat / petugas
yang mengelola Buku Kebijakan ini sebagai staf pengelola.
BAB I – PENDAHULUAN
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 5/5
1.2. Pengelola yang ditunjuk bertanggung jawab atas pemeliharaan,
penggunaan, pengkinian (up dating) serta penyimpanannya.
1.3. Dalam hal pengelola beralih tugas, maka pengelola Buku
Kebijakan harus diserahterimakan kepada pengelola pengganti
yang ditunjuk. Serah terima dicatat dalam Kartu Pengelola.
BAB II – KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 1/5
A. Peran Manajemen Risiko
Manajemen Risiko Bank dibentuk untuk meningkatkan kualitas tata kelola
Bank melalui pengelolaan risiko atas risiko kredit, pasar (suku bunga dan
nilai tukar), likuiditas, operasional, hukum, stratejik, kepatuhan dan
reputasi yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional Bank.
B. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri
atas :
1. Identifikasi Risiko
Risiko dan sumber-sumber risiko harus diidentifikasi, ditentukan, dan
dianalisis. Risk Appetite (selera risiko) Bank dijabarkan dan
didasarkan pada tujuan dan kompleksitas usaha Bank.
2. Pengukuran Risiko
Pengkajian terhadap dampak potensial pada kegiatan usaha dan
proses pengukuran dilakukan komprehensif dalam mencakup
seluruh sumber-sumber eksposur risiko yang signifikan. Pengkajian
dan penanganan risiko bersifat responsif terhadap kebutuhan dari
para pengguna informasi tersebut.
3. Pemantauan Risiko
Pelaporan yang disampaikan memberikan informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu mengenai eksposur risiko kepada
manajemen. Petugas yang memantau risiko bersikap independen
terhadap mereka yang mengambil posisi (yang dapat menimbulkan
risiko). Manajemen risiko memastikan bahwa aktivitas-aktivitas
operasional tidak menimbulkan kerugian yang dapat mengancam
kelangsungan usaha Bank.
BAB II – KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 2/5
4. Pengendalian Risiko
Menentukan tindakan yang dapat diambil untuk menghilangkan atau
mengurangi risiko serta mengantisipasi dampak dari peristiwa yang
tidak dapat diperkirakan dan menimbulkan kerugian. Penanganan
dan pengelolaan risiko dapat meliputi berbagai strategi manajemen
risiko seperti lindung nilai eksposur risiko keuangan dengan
melakukan transaksi derivatif. Limit risiko harus sesuai dengan
kebijakan dan kewenangan yang ditetapkan Bank.
Pemilik risiko memiliki tanggung jawab utama untuk mengendalikan
dan mengelola berbagai risiko transaksi dan portfolio.
C. Jenis-Jenis Risiko
Risiko-risiko yang merupakan prioritas dalam aktivitas fungsional Bank
adalah sebagai berikut :
1. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan debitur dan /
atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.
2. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara
keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga
option.
Risiko Pasar terbagi atas :
2.1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat
pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan
posisi atau transaksi Bank yang mengandung risiko suku
bunga.
2.1.1 Risiko Suku Bunga mencakup :
BAB II – KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 3/5
a. Risiko Spesifik adalah risiko perubahan harga
instrumen keuangan akibat faktor-faktor yang berkaitan
dengan penerbit instrumen keuangan,
b. Risiko Umum adalah risiko perubahan harga instrumen
keuangan akibat perubahan faktor-faktor pasar, seperti
perubahan (naik / turun) harga surat berharga akibat
kasus sub-prime mortgage.
2.2. Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk)
Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange/FX Risk) adalah risiko
kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar
pada saat Bank memiliki posisi terbuka.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan / atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut:
3.1. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank
tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga
pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau
terjadi gangguan di pasar (market disruption)
3.2. Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena
Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh
pendanaan dari sumber dana lain.
4. Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
BAB II – KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 4/5
dan / atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.
5. Risiko Hukum (Legal Risk)
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
6. Risiko Stratejik (Strategic Risk)
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan
dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)
Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan / atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku.
Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko Bank yang
terkait pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku, seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban
Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva Produktif,
Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi
Devisa Neto (PDN), risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana
Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) Bank, dan risiko lain yang terkait
dengan ketentuan tertentu.
8. Risiko Reputasi (Reputation Risk)
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
BAB II – KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 5/5
D. Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan Manajemen Risiko paling kurang mencakup 4 (empat) yaitu:
a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi.
b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen
risiko.
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Risiko.
d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
BAB III – FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 1/6
A. Filosofi Manajemen Risiko
1. Sudut Pandang terhadap Risiko
Filosofi Risiko dapat bervariasi mulai dari tingkat “risk averse” (tidak
mengambil risiko) ke tingkat “risk appetite dan risk tolerance” (menerima
batasan risiko tertentu), atau hal ini dapat terjadi di antara kedua tingkat
tersebut.
2. Hubungan Fokus Usaha dengan Risiko
Seringkali ada argumen mengenai apakah risiko mempengaruhi fokus usaha
atau apakah fokus usaha mempengaruhi risiko. Sebuah Bank biasanya
menyusun strategi usaha pertama kali berdasarkan analisis SWOT.
Kemudian, berdasarkan fokus usaha yang telah disetujui, jumlah risiko yang
akan diambil ditentukan. Dalam hal ini, risiko adalah sebuah hasil dari strategi
dan fokus usaha.
3. Elemen dalam Menyusun Filosofi Risiko
Direksi memahami fokus usaha dari pemegang saham Bank atau mitra
mayoritas. Hal ini harus dinyatakan dalam Laporan Tahunan Bank. Filosofi
Risiko harus disusun dengan mempertimbangkan keinginan pemegang saham
dan fokus usaha yang telah disetujui. Filosofi Risiko adalah pernyataan umum
yang menjelaskan mengenai sikap Bank terhadap risiko.
4. Filosofi Risiko Disesuaikan dengan Strategi Usaha
4.1. Filosofi Risiko harus selaras dengan fokus dan strategi usaha bank.
Sebagai contoh, bila Filosofi Risiko menyatakan bahwa “Bank ingin
mempunyai laba yang stabil dari tahun ke tahun tanpa adanya kejutan”,
namun Bank mengambil posisi nilai tukar atau suku bunga yang besar di
mana kerugian potensial dapat menghapuskan sebagian besar dari laba
Bank, maka Filosofi Risiko yang ada dapat dikatakan tidak selaras
dengan strategi usaha.
BAB III – FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 2/6
4.2. Keselarasan antara Filosofi Risiko dengan strategi usaha Bank dapat
menghindari berdampak :
4.2.1. Bank dapat mengambil lebih sedikit risiko tetapi kehilangan
kesempatan; atau
4.2.2. Bank mengambil terlalu banyak risiko tetapi membahayakan
pendapatan dan kelangsungan operational Bank.
Filosofi Risiko yang telah didiskusikan dan disetujui oleh Direksi PT. Bank
Panin, Tbk adalah sebagai berikut :
“TO ENHANCE STAKE HOLDER’S VALUE THROUGH EFFECTIVE
RISK MANAGEMENT AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE”
B. Risk Appetite
1. Risk appetite atau tingkat risiko yang akan diambil merupakan tingkat dan
jenis risiko yang bersedia diambil oleh Bank dalam rangka mencapai sasaran
Bank. Pendefinisian risk appetite didahului dengan terdapatnya perangkat
untuk menentukan profil risiko pada suatu Bank untuk semua kategori risiko
(risiko pasar, risiko kredit, risiko operational, risiko bisnis, risiko reputasi,
kepatuhan, dan lain-lain) yang dianggap bisa berpengaruh pada pencapaian
objektif Bank yang terangkum dalam pernyataan visi dan misi Bank yang
tercermin pada strategi bisnis, ekspektasi dari stakeholders, sifat dan
karakteristik risiko yang diambil, dan kemungkinan dari situasi risiko tertentu
lintas unit organisasi.
2. Biro Manajemen Risiko merangkum parameter / kriteria-kriteria kuantitatif
(Quantitative Statement) dan pernyataan kualitatif (Qualitative Statement)
yang dinyatakan sebagai Risk Appetite dan Risk Tolerance Bank (lihat
lampiran 1).
3. Dalam menetapkan Risk Appetite Bank menggunakan parameter / kriteria-
kriteria yang besarannya ditentukan oleh Dewan Direksi (Komite Manajemen
Risiko) dalam Risalah Meeting sebagai berikut :
BAB III – FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 3/6
No Metrics Risk Appetite
Statement Pertimbangan
Quantitative Statement
1 Kecukupan Penyediaan Modal Minimum (CAR)
Target CAR Ratio minimum x %
Regulatory capital minimum 8% plus indicative add-on penerapan Pilar 2.
Adanya conservation buffer pada penerapan modal Basel III.
2
Target Tier-1 Capital Ratio minimum x %
Batasan minimum regulasi untuk tier-1 capital dibandingkan dengan ATMR 5%.
Mempertimbangkan penerapan Modal Basel III.
3
Sustainability of Earnings
Minimum NIM Ratio x %
Bentuk perwujudan dalam pencapaian visi dan misi Bank.
Menjaga kestabilan pertumbuhan dan kelangsungan usaha Bank tanpa mengabaikan risiko bisnis yang dihadapi.
4 Target ROA Ratio > x %
5 Minimum Earnings Asset / Total Asset Ratio x %
6
Asset Quality
Target NPL Gross < x %
Minimum regulatory NPL Ratio (gross) 5%.
7
Rating Surat Berharga minimum Investment Grade
8
Eksposur Trading Net Open Position
Target NOP < x % Minimum regulatory NOP Ratio 20%.
9
Kecukupan Likuiditas
Target LDR Ratio x % - x %
Batas bawah ketentuan BI = 78%
10
DPK < x % Target Perbandingan x Deposan Inti / Total
Menjaga kestabilan likuiditas untuk kelangsungan usaha Bank secara sehat.
11 Efficiency Usaha
Target Cost / Income Ratio < x %
Menjaga kestabilan pertumbuhan dan kelangsungan usaha Bank tanpa mengabaikan risiko bisnis yang dihadapi.
BAB III – FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 4/6
No Metrics Risk Appetite
Statement Pertimbangan
Qualitative Statement
Aktivitas Bisnis
Melakukan pengawasan terhadap indikator finansial secara komprehensif dan penetapan early warning dalam mengukur efektivitas bisnis.
Pengembangan pada sektor-sektor yang sudah menjadi expertise Bank dengan pembatasan terhadap sektor-sektor yang berisiko tinggi.
Menjaga kualitas pemberian kredit UKM baik secara langsung maupun melalui channeling.
Menjaga etika bisnis yang bersih dan sehat.
Aktivitas Operasional
Peningkatan kualitas SDM dan optimalisasi pengembangan teknologi yang berkaitan dengan aktifitas untuk meminimalisasi kesalahan operational yang berdampak kerugian pada nasabah.
Peningkatan integritas dan kesadaran SDM akan perkembangan tindak kejahatan perbankan maupun tindak pidana pencucian uang.
Berdasarkan parameter / kriteria-kriteria tersebut Dewan Direksi menetapkan
risk appetite Bank per jenis risiko dan berdasarkan risiko secara keseluruhan.
Risk appetite yang telah ditentukan Dewan Direksi harus selalu dipantau dan
jika terdapat profil risiko aktual melewati risk appetite yang telah ditetapkan,
Dewan Direksi harus mengambil tindakan-tindakan tertentu untuk membawa
profil risiko agar berada dalam risk appetite Bank.
C. Risk Tolerance
Risk tolerance atau toleransi risiko biasanya disebut juga limit toleransi, yaitu
tingkat variasi relatif kejadian risiko yang dapat diterima untuk pencapaian tujuan
stratejik Bank atau tingkat dimana kejadian risiko yang terjadi tidak akan
menggangu pencapaian tujuan Bank.
1. Toleransi risiko merupakan tingkat dan jenis risiko yang secara maksimum
ditetapkan oleh Bank sebagai penjabaran dari tingkat risiko yang akan diambil
(risk appetite) setelah mempertimbangkan strategi dan tujuan bisnis Bank
serta kemampuan Bank dalam mengambil Risiko (risk bearing capacity).
2. Toleransi risiko ditetapkan per jenis risiko dan risiko Bank secara keseluruhan
sebagaimana halnya risk appetite, melalui pendekatan sebagai berikut :
BAB III – FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 5/6
2.1.Melakukan pengukuran posisi berbagai parameter jenis risiko dalam
portfolio Bank saat ini (“as is” position) dan posisi proyeksi yang akan
dicapai (“to be” position) di masa depan (satu tahun ke depan), untuk
Risiko Nilai Tukar, Suku Bunga, Likuiditas, Kredit, Operational dan Risiko
Lainnya, serta Sistem Pemeringkatan Kredit internal dengan metode
“quick dan dirty” untuk Risiko Kredit.
2.2. Setelah eksposur risiko nilai tukar, suku bunga, likuiditas, kredit,
operational dan risiko lainnya bagi Bank diukur dan dikuantifikasi dengan
model pengukuran dan formula tertentu, hasil akhir harus dikaji.
2.2.1. Bila Direksi menyetujui besarnya risiko yang diambil dan
direncanakan saat ini harus diaplikasikan atau diproyeksikan untuk
tahun mendatang, maka Bank dapat, menggunakan “jumlah
kerugian potensial”, dan kerugian aktual yang diderita menentukan
kerugian maksimum yang dapat diterima Bank.
2.2.2. Sebaliknya, bila model pengukuran menentukan bahwa risiko yang
ada saat ini terlalu rendah atau terlalu tinggi, besarnya risiko yang
akan diambil dapat dinaikkan atau dikurangi secara tepat dengan
mengurangi eksposur yang relevan pada risiko nilai tukar dan
obligasi, suku bunga, likuiditas, kredit dan operational. Jumlah yang
dihasilkan dapat disesuaikan menurut pendapatan atau ekuitas
Bank.
2.3. Sebagai pedoman umum, Direksi telah menetapkan batas toleransi risiko
maksimum Bank dengan parameter sebagai berikut :
No Quantitative Risk Appetite Risk Tolerance 1 Target CAR Ratio minimum at least x % x %
2 Target Tier - 1 Capital Ratio minimum at least x % x % - x %
3 Minimum NIM Ratio x% x % - x %
4 Target ROA Ratio > x % x %
5 Minimum Earnings Asset / Total Asset Ratio x % x % - x %
6 Target NPL Gross < x % x %
7 Target NOP < x % x %
8 Target LDR Ratio x % - x % ≤ x %
9 Target Perbandingan 50 Deposan Inti / Total DPK < x % x % - x %
10 Target Cost / Income Ratio < x% x % - x %
BAB III – FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 6/6
No Qualitative Risk
Metric Risk Tolerance
1 Aktivitas Operasional
Zero Tolerance for Fraud
2 No Breach of Delegated Authorities
Risk tolerance yang telah ditentukan Dewan Direksi selalu dipantau dan jika
terdapat parameter risk tolerance yang melewati batasan / limit yang telah
ditetapkan, Dewan Direksi harus mengambil tindakan-tindakan tertentu untuk
memperbaiki dan/atau menyesuaikan dengan kondisi terkini yang tidak
melampaui risk appetite Bank.
D. Pelanggaran Terhadap Risk Appetite dan Risk Tolerance
Jika terjadi pelanggaran terhadap Risk Appetite dan Risk Tolerance, maka hal-
hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Memberikan laporan kepada Direksi termasuk hasil analisa terhadap
penyebab dari adanya pelampauan atau pelanggaran terhadap Risk
Appetite/Risk Tolerance.
2. BMR melakukan koordinasi untuk mengadakan rapat Komite Manajemen
Risiko (extra-ordinary) dengan mengundang Divisi/Biro/Group yang
berkepentingan terhadap indikator Risk Appetite/Risk Tolerance yang
melampaui batasan yang ditetapkan.
3. Rapat memutuskan dilakukannya action plan termasuk batas waktu yang
ditetapkan untuk mengembalikan keadaan semula.
4. Jika hal tersebut masih tidak memungkinkan, maka atas persetujuan Direksi
dan Dewan Komisaris, diadakan kaji ulang pembentukan Risk Appetite/Risk
Tolerance.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 1/23
A. KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO UMUM
Penerapan Manajemen Risiko secara efektif baik untuk Bank secara individual
maupun untuk Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak, yang paling
kurang mencakup 4 (empat) pilar yaitu:
1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit;
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian
Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan
4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris Dan Direksi
Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas efektivitas penerapan
Manajemen Risiko di Bank dengan wewenang dan tanggung jawab
merujuk pada Bab V Kebijakan ini.
2. Kebijakan, Prosedur & Penetapan Limit
Dalam Penetapan Kerangka Kebijakan Manajemen Risiko Bank harus
memperhatikan faktor-faktor pendukungnya yang mencakup:
Strategi Manajemen Risiko
Kebijakan dan prosedur
Limit
Risk Appetite dan Risk Tolerance
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 2/23
I. Strategi Manajemen Risiko
a) Penetapan Kerangka Kebijakan Manajemen Risiko antara lain dengan
cara menyusun Strategi Manajemen Risiko, yang memastikan bahwa :
1) Bank tetap mempertahankan eksposur risiko yang sesuai dengan
kebijakan, prosedur intern Bank, peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku;
2) Bank dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,
pengalaman, dan keahlian di bidang manajemen risiko, sesuai
dengan kompleksitas dan kemampuan usaha Bank.
3) Bank merumuskan strategi manajemen risiko sesuai strategi bisnis
secara keseluruhan dengan memperhatikan tingkat risiko yang akan
diambil dan toleransi risiko.
4) Direksi mengkomunikasikan strategi manajemen risiko dimaksud
secara efektif kepada seluruh satuan kerja, manajer, dan staf yang
relevan agar dipahami secara jelas.
5) Direksi melakukan review atas strategi manajemen risiko dimaksud
secara berkala termasuk dampaknya terhadap kinerja keuangan
Bank, untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan terhadap
strategi manajemen risiko Bank.
b) Strategi manajemen risiko disusun berdasarkan prinsip-prinsip umum
berikut:
1) Strategi manajemen risiko harus berorientasi jangka panjang untuk
memastikan kelangsungan usaha Bank dengan mempertimbangkan
kondisi/siklus ekonomi;
2) Strategi manajemen risiko secara komprehensif dapat mengendalikan
dan mengelola risiko Bank dan perusahaan anak; dan
3) Mencapai kecukupan permodalan yang diharapkan disertai alokasi
sumber daya yang memadai.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 3/23
c) Strategi manajemen risiko disusun dengan mempertimbangkan faktor-
faktor berikut:
1) Perkembangan ekonomi dan industri serta dampaknya pada risiko
Bank;
2) Organisasi Bank termasuk kecukupan sumber daya manusia dan
infrastruktur pendukung;
3) Kondisi keuangan Bank termasuk kemampuan untuk menghasilkan
laba, dan kemampuan Bank mengelola risiko yang timbul sebagai
akibat perubahan faktor eksternal dan faktor internal;
4) Bauran serta diversifikasi portfolio Bank.
II. Kebijakan dan Prosedur
a) Kebijakan Manajemen Risiko merupakan arahan tertulis dalam
menerapkan Manajamen Risiko dan harus sejalan dengan visi, misi,
strategis bisnis Bank dan dalam penyusunannya harus dikoordinasikan
dengan fungsi atau unit kerja terkait.
b) Kebijakan dan prosedur harus didesain dan diimplementasikan dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha, tingkat
risiko yang akan diambil dan toleransi risiko, profil risiko serta peraturan
yang ditetapkan otoritas dan/atau praktek perbankan yang sehat.
c) Bank harus memiliki prosedur dan proses untuk menerapkan kebijakan
manajemen risiko. Prosedur dan proses tersebut dituangkan dalam
pedoman pelaksanaan yang harus direview dan dikinikan secara berkala
untuk mengakomodasikan perubahan yang terjadi.
d) Kebijakan Manajemen Risiko harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
:
1) Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan
yang didasarkan atas hasil analisis Bank terhadap risiko yang melekat
pada setiap produk dan transaksi perbankan yang telah dan akan
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 4/23
dilakukan sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan
usaha Bank;
2) Penetapan metode dalam melakukan identifikasi, pengukuran,
pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi
manajemen risiko dalam rangka menilai secara tepat eksposur risiko
pada setiap produk dan transaksi perbankan serta aktivitas bisnis
Bank;
3) Penetapan data yang harus dilaporkan, format laporan, dan jenis
informasi yang harus dimasukkan dalam laporan manajemen risiko
sehingga mencerminkan eksposur risiko yang menjadi pertimbangan
dalam rangka pengambilan keputusan bisnis dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian;
4) Penetapan kewenangan dan besaran limit secara berjenjang
termasuk batasan transaksi yang memerlukan persetujuan Direksi,
serta penetapan toleransi risiko yang merupakan batasan potensi
kerugian yang mampu diserap oleh kemampuan permodalan Bank
dan sarana pemantauan terhadap perkembangan eksposur risiko
Bank;
5) Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen
risiko guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ekstern dan
intern yang berlaku, efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional
Bank, efektivitas budaya risiko pada setiap jenjang organisasi Bank,
serta tersedianya informasi manajemen dan keuangan yang akurat,
lengkap, tepat guna, dan tepat waktu;
6) Penetapan peringkat profil risiko sebagai dasar bagi Bank untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan terhadap produk, transaksi
perbankan, dan area aktivitas bisnis Bank tertentu dan mengevaluasi
hasil pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen risiko;
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 5/23
7) Struktur organisasi yang secara jelas merumuskan peran dan
tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, komite-komite, Satuan
Kerja Manajemen Risiko, Satuan Kerja Operasional, Satuan Kerja
Audit Intern, dan satuan kerja pendukung lainnya;
8) Kebijakan rencana kelangsungan usaha (business continuity plan
atau business continuity management) atas kemungkinan kondisi
eksternal dan internal terburuk, sehingga kelangsungan usaha Bank
dapat dipertahankan termasuk rencana pemulihan bencana (disaster
recovery plan) dan rencana kontijensi (contigency plan).
III. Limit
a) Bank harus memiliki limit risiko yang sesuai dengan tingkat risiko yang
akan diambil, toleransi risiko, dan strategi Bank secara keseluruhan
dengan memperhatikan kemampuan modal Bank untuk dapat menyerap
eksposur risiko atau kerugian yang timbul, pengalaman kerugian di masa
lalu, kemampuan sumber daya manusia, dan kepatuhan terhadap
ketentuan eksternal yang berlaku.
b) Limit harus dipahami oleh setiap pihak yang terkait dan dikomunikasikan
dengan baik termasuk apabila terjadi perubahan.
c) Prosedur dan penetapan limit risiko mencakup :
1) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang jelas;
2) Dokumentasi prosedur dan penetapan limit secara memadai untuk
memudahkan pelaksanaan kaji ulang dan jejak audit; dan
3) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan penetapan limit secara
berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun atau frekuensi
yang lebih sering, sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan dan
perkembangan Bank.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 6/23
d) Dalam rangka pengendalian risiko, limit digunakan sebagai ambang
batas untuk menentukan tingkat intensitas mitigasi risiko yang akan
dilaksanakan manajemen.
e) Bank harus memiliki mekanisme persetujuan apabila terjadi pelampauan
limit.
f) Besaran limit diusulkan oleh satuan kerja operasional terkait, yang
selanjutnya direkomendasikan kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko
untuk mendapat persetujuan Direksi atau Dewan Komisaris melalui
Komite Manajemen Risiko, atau Direksi sesuai dengan kewenangannya
masing-masing yang diatur dalam kebijakan internal Bank.
g) Limit tersebut harus direview secara berkala oleh Direksi dan/atau
Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk menyesuaiakan terhadap
perubahan kondisi yang terjadi.
h) Penetapan limit yang didasarkan atas :
15.1 Limit secara keseluruhan;
15.2 Limit perjenis risiko, dan
15.3 Limit peraktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko.
IV. Risk Appetite dan Risk Tolerance
a) Tingkat risiko yang akan diambil (Risk Appetite) dan toleransi risiko (Risk
Tolerance)
1) Tingkat risiko yang akan diambil merupakan tingkat dan jenis risiko
yang bersedia diambil oleh Bank dalam rangka mencapai sasaran
Bank.
2) Toleransi risiko merupakan tingkat dan jenis risiko yang secara
maksimum ditetapkan oleh Bank.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 7/23
3) Dalam menyusun kebijakan manajemen risiko, Direksi harus
memberikan arahan yang jelas mengenai tingkat risiko yang akan
diambil dan toleransi risiko Bank.
4) Tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko harus
diperhatikan dalam penyusunan kebijakan manajemen risiko,
termasuk dalam penetapan limit.
5) Dalam menetapkan toleransi risiko, Bank perlu mempertimbangkan
strategi dan tujuan bisnis Bank serta kemampuan Bank dalam
mengambil risiko (risk bearing capacity).
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Dan Pengendalian Risiko Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko
Identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko merupakan
bagian utama dari proses penerapan manajemen risiko.
Identifikasi risiko bersifat proaktif, mencakup seluruh aktivitas Bank, dan
dilakukan dalam rangka menganalisa sumber dan probabilitas timbulnya risiko
serta konsekuensinya. Selanjutnya, Bank perlu melakukan pengukuran Risiko
sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha, kemampuan
sistem pengumpulan data, dan tingkat risiko Bank.
Pada proses pemantauan terhadap hasil pengukuran risiko, Bank perlu
menetapkan unit yang independen dari pihak yang melakukan transaksi dalam
rangka memantau tingkat dan tren serta analisis kemungkinan perubahan risiko.
Selain itu, efektivitas proses penerapan manajemen risiko perlu disertai dengan
upaya pengendalian risiko dengan mempertimbangkan hasil pengukuran dan
pemantauan risiko. Dalam rangka mendukung proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko, Bank juga perlu mengembangkan Sistem
Informasi Manajemen yang disesuaikan dengan karakteristik, kegiatan dan
kompleksitas usaha Bank.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 8/23
I. Identifikasi Risiko
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses identifikasi risiko antara lain :
a) Bank wajib melakukan identifikasi seluruh risiko secara berkala.
b) Bank wajib memiliki metode atau sistem untuk melakukan identifikasi
risiko pada seluruh produk dan aktivitas bisnis Bank.
c) Proses indetifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis sumber risiko
yang paling kurang dilakukan terhadap risiko dari produk dan aktivitas
Bank serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah
melalui proses Manajemen Risiko yang layak sebelum diperkenalkan
atau dijalankan.
II. Pengukuran Risiko
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses pengukuran risiko antara lain :
a) Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko
bank sebagai acuan untuk melakukan pengendalian.
b) Sistem tersebut harus dapat mengukur :
1) Sensitivitas produk / aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak
normal;
2) Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan
fluktuasi perubahan yang terjadi di masa lalu dan korelasinya;
3) Faktor risiko (risk factors) secara individual;
4) Eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate) maupun per risiko
dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko; dan
5) Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk
perbankan, termasuk produk dan aktivitas baru, dan dapat
diintegrasikan dalam sistem informasi manajemen Bank.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 9/23
c) Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara kuantitatif maupun
kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam rangka penilaian risiko dan
perhitungan modal (baik berupa metode standar) atau metode internal
yang dikembangkan sendiri oleh Bank yang disesuaikan dengan
karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha Bank.
d) Bagi Bank yang menggunakan metode alternatif dengan metode
internal (internal model) dalam pengukuran risiko kredit, risiko pasar,
dan risiko operasional paling kurang mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Persyaratan penggunaan model internal;
a. Isi dan kualitas data yang dibuat atau dipelihara harus sesuai
dengan standar umum yang berlaku sehingga memungkinkan
hasil statistik yang handal;
b. Tersedianya sistem informasi manajemen yang memungkinkan
sistem tersebut mengambil data informasi yang layak dan
akurat pada saat yang tepat;
c. Tersedianya sistem yang dapat menghasilkan data risiko pada
seluruh Bank;
d. Tersedianya dokumentasi dari sumber data yang digunakan
untuk keperluan proses pengukuran risiko;
e. Basis data dan proses penyimpanan data harus merupakan
bagian dari rancangan sistem guna mencegah terputusnya
serangkaian data statistik.
2) Apabila bank melakukan back-testing terhadap model internal
seperti Internal Credit Risk Rating Tools, Value at Risk (VaR), dan
Stress Testing untuk eksposur yang mengandung risiko tertentu,
Bank harus menggunakan data historis/serangkaian parameter
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 10/23
dan asumsi yang disusun oleh Bank sendiri dan/atau asumsi yang
diminta oleh Bank Indonesia.
3) Dalam hal model internal tersebut diaplikasikan maka keperluan
data terkait harus disesuaikan pula dengan sistem pelaporan data
yang diwajibkan oleh Bank Indonesia.
4) Dalam rangka mengatasi kelemahan yang dapat timbul atas
penggunaan model pengukuran risiko tertentu maka Bank harus
melakukan validasi model tersebut yang dilakukan oleh pihak yang
independen (internal/eksternal) terhadap satuan kerja yang
mengaplikasikan model tersebut.
5) Validasi model merupakan suatu proses:
a. Evaluasi terhadap logika internal suatu model tertentu dengan
cara verifikasi keakurasian matematikal;
b. Membandingkan prediksi model dengan peristiwa setelah
tanggal posisi tertentu (subsequent events);
c. Membandingkan model satu dengan model lain yang ada, baik
internal maupun eksternal, apabila tersedia.
6) Validasi juga harus dilakukan terhadap model baru, baik yang
dikembangkan sendiri oleh Bank maupun yang dibeli dari vendor.
Model yang digunakan oleh Bank harus dievaluasi secara berkala
maupun sewaktu-waktu terutama dalam hal terjadi perubahan
kondisi pasar yang signifikan.
7) Proses pengukuran Risiko harus secara jelas memuat proses
validasi, frekuensi validasi, persyaratan dokumentasi data dan
informasi, persyaratan evaluasi terhadap asumsi-asumsi yang
digunakan, sebelum suatu model diaplikasikan oleh Bank.
8) Metode pengukuran risiko harus dipahami secara jelas oleh
pejabat yang yang terkait dalam pengendalian risiko, seperti
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 11/23
treasury manager, chief dealer, Komite Manajemen Risiko (KMR),
Biro Manajemen Risiko (BMR) dan para Direktur yang terkait.
e) Pemilihan metode pengukuran disesuaikan dengan karakteristik dan
kompleksitas kegiatan usaha.
f) Sistem pengukuran Risiko harus dievaluasi dan disempurnakan
secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan untuk
memastikan kesesuaian asumsi, akurasi, kewajaran dan integritas
data, serta prosedur yang digunakan untuk mengukur Risiko.
g) Stress Test dilakukan untuk melengkapi sistem pengukuran Risiko
dengan cara mengestimasi potensi kerugian Bank pada kondisi pasar
yang tidak normal dengan menggunakan skenario tertentu guna
melihat sensitivitas kinerja Bank terhadap perubahan faktor Risiko
dan mengidentifikasi pengaruh yang berdampak signifikan terhadap
portofolio Bank.
h) Bank perlu melakukan stress testing secara berkala dan mereview
hasil stress testing tersebut serta mengambil langkah-langkah yang
tepat apabila perkiraan kondisi yang akan terjadi melebihi tingkat
toleransi yang dapat diterima. Hasil tersebut digunakan sebagai
masukan pada saat penetapan atau perubahan kebijakan dan limit.
i) Dalam melakukan Stress Testing Bank harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Sistem pengukuran risiko harus cukup fleksibel untuk memfasilitasi
berbagai macam skenario yang dijalankan. Asumsi yang
digunakan dalam Stress Testing harus secara cermat
dikembangkan untuk menguji kecenderungan kondisi portofolio
Bank. Stress Testing dilakukan berdasarkan pengalaman kerugian
terbesar yang dialami pada masa lalu (large historical market
moves).
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 12/23
2. Analisis Stress Testing harus dapat mengkuantifikasi besarnya
potensi kerugian sehingga memungkinkan Bank untuk melihat
dampak terburuk dari berbagai perubahan yang terjadi terhadap
pendapatan dan permodalan Bank. Hasil Stress Testing termasuk
penggunaan asumsi yang dilakukan oleh BMR harus disampaikan
kepada Direksi secara berkala. Minimal 1 kali setahun atau bila
dianggap perlu.
3. Harus dilakukan analisis kualitatif mengenai tindakan dan
keputusan yang akan diambil oleh Direksi atau pejabat terkait
guna mengantisipasi kemungkinan yang terburuk (worst case
scenario).
III. Pemantauan Risiko
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses
pemantauan risiko antara lain :
1) Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang
antara lain mencakup pemantauan terhadap besarnya eksposur
Risiko, kepatuhan limit internal dan hasil stress testing maupun
konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan.
2) Pemantauan dilakukan baik oleh unit pelaksana (risk taking unit)
maupun oleh Biro Manajemen Risiko.
3) Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang
disampaikan kepada Manajemen dalam rangka mitigasi Risiko
dan tindakan yang diperlukan.
4) Bank harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang
efektif untuk mencegah terjadinya gangguan (disruptions) dalam
proses pemantauan Risiko, dan melakukan pengecekan serta
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 13/23
penilaian kembali secara berkala terhadap sistem back-up
tersebut.
b) Sebagai bagian dari penerapan pemantauan risiko maka limit risiko
mencakup :
1) Tersedianya limit secara individual dan keseluruhan/ konsolidasi;
2) Memperhatikan kemampuan modal Bank untuk dapat menyerap
eksposur risiko atau kerugian yang timbul, dan tinggi rendahnya
eksposur Bank;
3) Mempertimbangkan pengalaman kerugian di masa lalu dan
kemampuan sumber daya manusia; dan
4) Memastikan bahwa posisi yang melampaui limit yang telah
ditetapkan mendapat perhatian BMR, Komite Manajemen Risiko
dan Direksi.
c) Penetapan jenis limit meliputi :
1) Limit transaksi (transaction limit);
2) Limit overnight NOP;
3) Limit intraday NOP;
4) Limit mata uang (currency limit);
5) Limit eksposur (exposure limit);
6) Limit daily loss (realized);
7) Limit kerugian (stop loss limit);
8) Limit Value at Risk (VaR);
9) Limit PV01;
10) Limit nasabah dan counterparty;
11) Limit pihak terkait / BMPK (related party limit);
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 14/23
12) Limit sektor industri/ekonomi dan wilayah (industry/economic
sector and geographic limit).
d) Penetapan batasan diajukan oleh unit yang mengambil risiko (pemilik
risiko), dianalisa, dan bila konsisten dengan Filosofi Risiko secara
keseluruhan, direkomendasikan oleh BMR untuk persetujuan Direksi
melalui Komite Manajemen Risiko, atau secara langsung kepada
Direksi menurut kewenangan yang telah ditentukan.
e) Penetapan limit dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan
Bank Indonesia yang berlaku, antara lain ketentuan tentang
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Neto (PDN).
f) Dalam hal terjadi pelampauan limit, maka Bank harus segera
melakukan penyesuaian dan mengantisipasi pelampauan tersebut
sehingga tidak mempengaruhi jumlah alokasi modal atas risiko yang
telah ditetapkan sebelumnya.
g) Setiap pelampauan limit harus dapat diidentifikasi dengan segera dan
mendapat otorisasi dari Direksi atau pejabat yang berwenang, sesuai
ketentuan dan prosedur intern Bank.
IV. Pengendalian Risiko
a) Bank harus memiliki sistem pengendalian Risiko yang memadai
dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan.
b) Proses pengendalian Risiko yang diterapkan Bank harus
disesuaikan dengan eksposur Risiko maupun tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko.
c) Pengendalian Risiko dapat dilakukan oleh Bank, antara lain dengan
cara mekanisme lindung nilai, dan metode mitigasi Risiko lainnya
seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset, dan credit derivatives,
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 15/23
serta penambahan modal Bank untuk menyerap potensi kerugian.
V. Sistem Informasi Manajemen Risiko (SIM)
a) Sistem informasi manajemen (SIM) risiko merupakan bagian dari
sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan Bank, dalam rangka penerapan
manajemen risiko yang efektif.
b) Sebagai bagian dari proses Manajemen Risiko, sistem informasi
Manajemen Risiko harus mendukung pelaksanaan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko.
c) Sistem informasi Manajemen Risiko harus dapat memastikan:
1) Tersedianya informasi yang akurat, informatif, tepat waktu dan
dapat diandalkan agar dapat digunakan Dewan Komisaris, Direksi,
dan satuan kerja yang terkait dalam penerapan Manajemen Risiko
untuk menilai, memantau, dan memitigasi Risiko yang dihadapi
Bank baik Risiko keseluruhan/komposit maupun per Risiko
dan/atau dalam rangka proses pengambilan keputusan oleh
Direksi;
2) Efektivitas penerapan manajemen risiko mencakup kebijakan,
prosedur dan penetapan limit Risiko; dan
3) Tersedianya hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko
dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Bank sesuai
dengan kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko.
d) Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko, laporan
profil risiko disusun secara berkala oleh Biro Manajemen Risiko
bersifat independen terhadap Unit / Satuan Kerja yang melakukan
kegiatan operasional. Frekuensi penyampaian laporan kepada Direksi
terkait dan Komite Manajemen Risiko harus ditingkatkan apabila
kondisi pasar berubah dengan cepat.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 16/23
e) Dalam mengembangkan teknologi sistem informasi dan software
baru, Bank harus memastikan bahwa penerapan sistem informasi dan
teknologi baru tersebut tidak akan menimbulkan gangguan.
f) Apabila Bank memutuskan untuk menugaskan pihak ketiga
(outsourcing) dalam pengembangan software dan penyempurnaan
sistem, Bank harus mengkaji potensi risiko residual dari berbagai
aktivitas yang di-outsourced dan penunjukan pihak ketiga tersebut
dilakukan secara obyektif & independen. Dalam perjanjian / kontrak
outsourcing harus mencantumkan kIausul (terms and conditions)
mengenai pemeliharaan dan upgrade serta langkah antisipasi guna
mencegah gangguan yang mungkin terjadi dalam pengoperasiannya.
g) Sebelum penerapan SIM Risiko yang baru, Bank harus melakukan
pengujian untuk memastikan bahwa proses dan output yang
dihasilkan telah melalui proses pengembangan, pengujian dan
penilaian kembali secara efektif dan akurat, serta Bank harus
memastikan bahwa data historis akuntansi dan manajemen dapat
diakses oleh sistem / software baru tersebut dengan baik.
h) Dalam hal Bank mengembangkan suatu sistem / software baru,
sistem tersebut harus berfungsi dan dirancang sehingga secara
otomatis dan efektif dapat memenuhi keperluan pelaporan yang
diwajibkan oleh otoritas berwenang.
i) Bank harus menatausahakan dan mengkinikan dokumentasi sistem,
yang memuat perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), data base, parameter, tahapan proses, asumsi yang
digunakan, sumber data, dan output yang dihasilkan sehingga
memudahkan pengendalian melekat (built-in controls) dan
pelaksanaan jejak audit (audit trail).
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 17/23
j) Sistem informasi Manajemen Risiko dan informasi yang dihasilkan
harus disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan
usaha Bank serta adaptif terhadap perubahan.
k) Kecukupan cakupan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi
Manajemen Risiko harus direview secara berkala untuk memastikan
bahwa cakupan tersebut telah memadai sesuai perkembangan tingkat
kompleksitas kegiatan usaha.
l) Sistem informasi Manajemen Risiko harus mendukung pelaksanaan
pelaporan kepada Bank Indonesia.
4. Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Proses penerapan Manajemen Risiko yang efektif harus dilengkapi dengan
sistem pengendalian intern yang handal. Penerapan sistem pengendalian intern
secara efektif dapat membantu pengurus Bank menjaga aset Bank, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya,
meningkatkan kepatuhan Bank terhadap ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta mengurangi Risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian. Terselenggaranya sistem
pengendalian intern Bank yang handal dan efektif menjadi tanggung jawab dari
seluruh satuan kerja operasional dan satuan kerja pendukung serta Satuan
Kerja Audit Intern.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bank wajib melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif dalam
penerapan Manajemen Risiko Bank dengan mengacu pada kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip pemisahan fungsi (four
eyes principle) harus memadai dan dilaksanakan secara konsisten.
2. Sistem pengendalian intern dalam penerapan Manajemen Risiko paling
kurang mencakup:
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 18/23
a. kesesuaian antara sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat
Risiko yang melekat pada kegiatan usaha Bank;
b. penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan
kepatuhan kebijakan, prosedur dan limit;
c. penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan
kerja operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi
pengendalian;
d. struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas tugas dan
tanggung jawab masing-masing unit dan individu;
e. pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat
waktu;
f. kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;
g. kaji ulang yang efektif, independen, dan obyektif terhadap kebijakan,
kerangka dan prosedur operasional Bank;
h. pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi
manajemen;
i. dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan,
prosedur-prosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan
pengurus Bank berdasarkan hasil audit;
j. verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan
terhadap penanganan kelemahan-kelemahan Bank yang bersifat
material dan tindakan pengurus Bank untuk memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
3. Pelaksanaan kaji ulang terhadap penerapan Manajemen Risiko paling
kurang sebagai berikut :
a. Kaji ulang dan evaluasi dilakukan secara berkala, paling kurang setiap
tahun oleh Biro Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Audit Intern
(SKAI);
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 19/23
b. cakupan kaji ulang dan evaluasi dapat ditingkatkan
frekuensi/intensitasnya, berdasarkan perkembangan eksposur Risiko
Bank, perubahan pasar, metode pengukuran, dan pengelolaan Risiko;
c. khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap pengukuran Risiko oleh
BMR, paling kurang mencakup:
1) kesesuaian kerangka Manajemen Risiko, yang meliputi kebijakan,
struktur organisasi, alokasi sumber daya, desain proses Manajemen
Risiko, sistem informasi, dan pelaporan Risiko Bank dengan
kebutuhan bisnis Bank, serta perkembangan peraturan dan praktek
terbaik (best practice) terkait Manajemen Risiko;
2) metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk mengukur
Risiko dan menetapkan limit eksposur Risiko;
3) perbandingan antara hasil dari metode pengukuran Risiko yang
menggunakan simulasi atau proyeksi di masa datang dengan hasil
aktual;
4) perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam metode
dimaksud dengan kondisi yang sebenarnya/aktual;
5) perbandingan antara limit yang ditetapkan dengan eksposur yang
sebenarnya/aktual;
6) penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit eksposur Risiko
dengan kinerja di masa lalu dan posisi permodalan Bank saat ini.
d. Kaji ulang oleh pihak independen baik SKAI antara lain mencakup:
1) keandalan kerangka Manajemen Risiko, yang mencakup kebijakan,
struktur organisasi, alokasi sumber daya, desain proses Manajemen
Risiko, sistem informasi, dan pelaporan Risiko Bank;
2) penerapan Manajemen Risiko oleh unit bisnis/aktivitas pendukung,
termasuk kaji ulang terhadap pelaksanaan pemantauan oleh SKMR.
4. Hasil penilaian kaji ulang oleh SKMR disampaikan kepada Dewan
Komisaris, Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Direktur Kepatuhan, Komite
Audit (apabila ada), dan Direksi terkait lainnya sebagai masukan dalam
rangka penyempurnaan kerangka dan proses Manajemen Risiko.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 20/23
5. Perbaikan atas hasil temuan audit intern maupun ekstern harus dipantau
oleh SKAI. Temuan audit yang belum ditindaklanjuti harus diinformasikan
oleh SKAI kepada Direksi untuk diambil langkah-langkah yang diperlukan.
6. Tingkat responsif Bank terhadap kelemahan dan/atau penyimpangan yang
terjadi terhadap ketentuan internal dan eksternal yang berlaku.
Pelaksanaan pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko
berpedoman pada Kebijakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang berlaku.
II. KEBIJAKAN LAINNYA TERKAIT PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
A. Pengelolaan Risiko Produk & Aktivitas Baru dan Transaksi Derivatif
1. Pengelolaan Risiko Produk dan Aktivitas Baru
Pelaksanaan pengelolaan risiko produk dan aktivitas baru berpedoman pada
Kebijakan & Prosedur Manajemen Risiko Untuk Produk / Aktivitas Baru yang
berlaku.
2. Penerapan Manajemen Risiko Transaksi Derivatif
Pelaksanaan pengelolaan risiko transaksi devivatif berpedoman pada
Pedoman Pelaksanaan Transaksi Derivatif yang berlaku.
B. Laporan Penerapan Manajemen Risiko
1. Laporan Profil Risiko
a) Bank wajib menyampaikan laporan profil Risiko kepada Bank Indonesia
secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan
Desember, yang disajikan secara komparatif dengan posisi triwulan
sebelumnya selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah akhir
bulan laporan.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 21/23
Catatan : Untuk pengukuran Profil Risiko saat ini, Bank menggunakan
data rata-rata dua bulan pertama dalam triwulan berjalan.
b) Laporan profil risiko yang disampaikan oleh Satuan Kerja Manajemen
Risiko kepada Bank Indonesia wajib memuat substansi yang sama
dengan laporan profil risiko yang disampaikan oleh Satuan Kerja Biro
Manajemen Risiko kepada Presiden Direktur dan Komite Manajemen
Risiko.
2. Laporan Tingkat Kesehatan Bank (Risk Base Bank Rating / RBBR)
a) Bank wajib menyampaikan Laporan Tingkat Kesehatan Bank Berbasis
Risiko (Risk Base Bank Rating / RBBR) kepada Bank Indonesia secara
semesteran untuk posisi bulan Juni dan Desember.
b) Untuk pelaporan ini Biro Manajemen Risiko wajib menyediakan
Laporan Profil Risiko yang sesuai dengan periode Laporan Tingkat
Kesehatan Bank Berbasis Risiko (Risk Base Bank Rating / RBBR).
3. Laporan Penilaian Kecukupan Modal sesuai Profil Risiko (Internal
Capital Adequacy Assessment Process / ICAAP)
a) Bank wajib menyampaikan Laporan Penilaian Kecukupan Modal Sesuai
Profil Risiko (Internal Capital Adequacy Assessment Process / ICAAP)
kepada Bank Indonesia secara semesteran untuk posisi bulan Juni dan
Desember.
b) Untuk pelaporan ini Biro Manajemen Risiko wajib menyediakan
Laporan Profil Risiko yang sesuai dengan periode Laporan Laporan
Penilaian Kecukupan Modal Sesuai Profil Risiko (Internal Capital
Adequacy Assessment Process / ICAAP).
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 22/23
4. Laporan Lain
a) Laporan lain wajib disampaikan kepada Bank Indonesia (BI) bila
terdapat kondisi Bank yang berpotensi menimbulkan kerugian yang
signifikan terhadap kondisi keuangan Bank atau alasan lain yang
dipandang penting oleh BI, antara lain sebagai berikut :
1) Bank telah ditetapkan oleh BI dalam status Pengawasan Intensif
atau Pengawasan Khusus;
2) Bank memiliki eksposur risiko pasar dan risiko likuiditas yang
sangat signifikan; dan
3) Kondisi eksternal (pasar) mengalami fluktuasi yang sangat tajam
dan cenderung tidak mampu dikendalikan oleh Bank.
b) Frekuensi pelaporan ini adalah di luar jangka waktu yang ditetapkan
mengingat sifat laporan adalah didasarkan kondisi terkini Bank yang
memiliki eksposur tertentu dan hasil pernilaian BI terhadap Bank.
c) Cakupan dan bentuk laporan lain ini disesuaikan dengan hasil
konsultasi atau pertemuan antara Bank dengan BI.
d) Laporan lain terkait penerapan Manajemen Risiko, antara lain
Laporan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas
e) Dalam rangka pemantauan likuiditas, Bank wajib menyampaikan
Laporan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas kepada Bank
Indonesia, yang terdiri dari:
1) Laporan Proyeksi Arus Kas dalam rangka pengelolaan posisi
likuiditas dan Risiko Likuiditas harian sebagaimana dimaksud
pada butir I. B. 3. c. 3). d). (3). (b) Pedoman Standar Penerapan
Manajemen Risiko; dan
2) Laporan Profil Maturitas, baik dalam rupiah maupun valuta asing.
BAB IV – MANAJEMEN UMUM RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 23/23
f) Laporan Produk dan Aktivitas Baru, Cakupan, format, dan cara
penyampaian mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai
Pelaporan Produk atau Aktivitas Baru.
g) Laporan lain terkait dengan penerbitan produk atau pelaksanaan
aktivitas tertentu, antara lain laporan pelaksanaan aktivitas berkaitan
dengan reksadana dan/atau laporan pelaksanaan kerjasama
pemasaran dengan perusahaan asuransi (bancassurance). Cakupan,
format, dan cara penyampaian mengacu pada ketentuan yang
berlaku.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 1/43
A. Cakupan dan Tujuan
1. Manajemen risiko di Bank harus mencakup Risiko Kredit, Pasar (Nilai
Tukar, Harga, Suku Bunga), Likuiditas, Operasional, Hukum, Stratejik,
Kepatuhan dan Reputasi.
2. Tujuan dari dibangunnya sebuah kerangka manajemen risiko yang
efektif adalah untuk memastikan bahwa berbagai risiko yang diambil
oleh Bank berada dalam limit risiko yang dapat diterima seperti yang
ditetapkan oleh pemegang saham Bank.
B. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Bank
Cash
ManagementE-Banking
Currency
Trading &
Commercial
Risk
Management
Capital
Market
Complience
& GCG
Treasury DirectorComplience & Risk
Management
Director
Deputy President ( I )
Internal Audit Executive Committee
Legal Corporate Secretary
STKP
Deputy President ( I )
Internal
Control
International
Operations
General
Affairs &
Personnel
Relationship
Management
& Sales
Wealth
Management
Credit
Restructuring
& Recovery
Subsidiaries Liquidity
Operations
Credit Card &
Personal
Loans
Liabilities SMBCredit
Administration
General Affairs &
HRD Director
Information
TechnologyCar Loans
Retail
Lending
Commercial
Banking
Corporate
BankingFinance
Instutional
Banking &
BUMN
Retail Banking
Director
Commercial Banking
Director
Corporate & Credit
DirectorFinance Director
Institutional Banking
Director
Training &
Development
President Director
Board of Commissioners
Remuneration &
Normination
Committee
Audit Committee
Risk Monitoring
Committee
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 2/43
2. Struktur Organisasi Biro Manajemen Risiko
Operational & Other
Risk Management
Biro
Manajemen Risiko
Market & Liquidity
Risk Management
Credit Risk
Management
Policy Review & Other
Operational Risk
Methodology, Tools &
Reporting
Fraud Risk
Trading Book
Risk ManagementCredit Risk Control
Banking Book &
Liquidity
Risk Management
Credit Risk
Monitoring
3. Struktur Pelaporan Risiko
Reputation
Legal
Strategic
Compliance
Credit Risk Reporting
Market Risk Reporting
Operational Risk Reporting
Reputation
Legal
Strategic & Compliance
ManagementManagement
Market Risk
(Market Risk)(Credit Risk)
Credit Risk
Management
Credit Division Treasury Division Other HO Branches
Operational Risk
Management
Divisions
Operational Risk
Biro
Manajemen Risiko
Credit Risk
Management
Risk Management
Market & Liquidity
Risk Management
Operational & Other
Risks Management
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 3/43
C. Peran & Tanggung Jawab Dewan Komisaris
1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan dan strategi manajemen
risiko yang dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
tahun, atau dalam frekuensi yang lebih tinggi dalam hal terdapat
perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha Bank
secara signifikan.
2. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan atau usulan Direksi
yang berkaitan dengan transaksi atau kegiatan usaha yang
melampaui kewenangan Direksi untuk memutuskan sehingga
memerlukan persetujuan Dewan Komisaris.
3. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan
kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya secara triwulanan,
berdasarkan informasi berkala dari Direksi mengenai eksposure
risiko dalam rangka pemantauan dan pengendalian risiko, sehingga
perbandingan antara hasil kinerja dengan kebijakan yang telah
ditetapkan dapat dilakukan.
4. menyetujui kebijakan Manajemen Risiko termasuk strategi dan
kerangka Manajemen Risiko yang ditetapkan sesuai dengan tingkat
Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk
tolerance) Bank;
5. Memahami Risiko yang ditetapkan oleh BI yang melekat pada
aktivitas tertentu dari Bank, terutama yang secara signifikan dapat
mempengaruhi kondisi keuangan Bank, dan secara aktif melakukan
persetujuan serta mengevaluasi kebijakan dan strategi dari risiko
tersebut secara berkala.
6. Melaksanakan peran dan tanggung jawab yang berkaitan dengan :
6.1 Manajemen Risiko Kredit dengan mengacu pada Kebijakan
Manajemen Risiko Kredit.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 4/43
6.2 Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas dengan mengacu
pada Kebijakan Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas.
6.3 Manajemen Risiko Operasional, Hukum, Reputasi, Strategik,
dan Kepatuhan dengan mengacu pada Kebijakan Manajemen
Risiko Operasional dan Risiko Lainnya.
D. Peran & Tanggung Jawab Direksi (BOD)
1. Memastikan Bank memiliki kebijakan dan prosedur manajemen risiko
yang memadai dan tercermin dalam prosedur operasional harian.
2. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis
dan komprehensif termasuk penetapan dan persetujuan limit risiko
secara keseluruhan, per jenis risiko, dan per aktivitas fungsional
(kegiatan usaha) Bank, dengan memperhatikan
3. Kebijakan dan Strategi Manajemen Risiko harus dikaji sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu tahun atau dalam frekuensi yang
lebih tinggi bila terdapat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan usaha Bank secara signifikan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan infrastruktur manajemen
risiko yang meliputi :
a) Penetapan limit risiko;
b) Sistem dan standar pengukuran risiko;
c) Standar untuk penilaian posisi dan pengukuran hasil dari eksposur
risiko;
d) Pelaporan risiko dan proses kaji ulang manajemen risiko; dan
e) Pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko.
5. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kebijakan Manajemen Risiko
dan eksposur risiko yang diambil oleh Bank secara keseluruhan,
termasuk mengevaluasi dan memberikan arahan strategi
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 5/43
manajemen risiko berdasarkan laporan yang disampaikan oleh BMR
termasuk laporan mengenai profil Risiko
6. Memastikan seluruh Risiko yang material dan dampak yang
ditimbulkan oleh Risiko dimaksud telah ditindaklanjuti dan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Dewan
Komisaris secara berkala.
7. Memastikan pelaksanaan langkah-langkah perbaikan atas
permasalahan atau penyimpangan dalam kegiatan usaha Bank yang
ditemukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
8. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang melampaui
kewenangan pejabat Bank satu tingkat di bawah Direksi atau
transaksi yang memerlukan persetujuan sesuai dengan kebijakan
dan prosedur intern yang berlaku.
9. Mengidentifikasi dengan segera dan menindaklanjuti setiap
pelampauan limit, dan memberikan otorisasi atas pelampauan limit
tersebut.
Catatan: pemberian otorisasi tersebut dapat dilakukan pula oleh
pejabat berwenang lainnya, sesuai ketentuan dan prosedur intern
yang berlaku.
10. Mengembangkan budaya Manajemen Risiko termasuk kesadaran
Risiko pada seluruh jenjang organisasi, antara lain meliputi
komunikasi yang memadai kepada seluruh jenjang organisasi tentang
pentingnya pengendalian intern yang efektif.
11. Menjabarkan dan mengkomunikasikan kebijakan dan strategi risiko
kepada seluruh Unit / Satuan Kerja terkait serta mengevaluasi
penerapan kebijakan dan strategi yang dimaksud oleh Unit / Satuan
Kerja yang menangani aktivitas fungsional yang memiliki eksposur
risiko tersebut.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 6/43
12. Memastikan bahwa Bank memiliki kebijakan untuk menghitung
dampak dari risiko terhadap permodalan bank;
13. Melaksanakan kaji ulang secara berkala dengan frekuensi yang
disesuaikan kebutuhan Bank, untuk memastikan :
a) Keakuratan metodologi penilaian risiko.
b) Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen risiko.
c) Ketepatan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit risiko.
14. Mengidentifikasi dan mengelola risiko yang melekat pada produk dan
aktivitas baru, serta memastikan bahwa risiko produk dan aktivitas
baru tersebut telah melalui proses pengendalian risiko yang
memadai, sebelum diperkenalkan atau dijalankan kepada nasabah.
15. Menetapkan unit internal atau pihak eksternal, untuk melakukan
validasi model pengukuran risiko. Unit / pihak tersebut harus
independen terhadap Unit / Satuan Kerja yang mengaplikasikan
model tersebut, serta memilki kompetensi dan keahlian teknis dalam
pengembangan model pengukuran risiko.
16. Memahami Risiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang
melekat pada aktivitas tertentu dari Bank, terutama yang secara
signifikan dapat mempengaruhi kondisi keuangan Bank, dan secara
aktif melakukan penetapan serta mengevaluasi kebijakan dan
strategi dari risiko terkait secara berkala.
17. Memahami secara jelas metode pengukuran risiko, terutama Direktur
bidang terkait.
18. Melaksanakan peran dan tanggung jawab yang berkaitan dengan:
a) Manajemen Risiko Kredit (mengacu pada Pedoman Kebijakan
Manajemen Risiko Kredit) :
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 7/43
b) Manajemen Risiko Pasar (mengacu pada Pedoman Kebijakan
Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas)
c) Manajemen Risiko Likuiditas (mengacu pada Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas)
d) Manajemen Risiko Operasional (mengacu pada Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko Operasional)
e) Manajemen Risiko Hukum (mengacu pada Pedoman Kebijakan
Manajemen Risiko Hukum, Stratejik, Kepatuhan dan Reputasi)
f) Manajemen Risiko Stratejik (mengacu pada Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko Hukum, Stratejik, Kepatuhan dan
Reputasi)
g) Manajemen Risiko Kepatuhan (mengacu pada Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko Hukum, Stratejik, Kepatuhan dan
Reputasi)
h) Manajemen Risiko Reputasi (mengacu pada Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko Hukum, Stratejik, Kepatuhan dan
Reputasi)
19. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas serta kompetensi Sumber
Daya Manusia yang terkait dengan penerapan manajemen risiko,
antara lain dengan cara program pendidikan dan latihan yang
berkesinambungan, terutama yang berkaitan dengan sistem dan
proses manajemen risiko :
8.1. Menetapkan kualifikasi SDM yang jelas untuk setiap jenjang
jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko;
8.2. Meningkatkan tingkat kompetensi dan integritas pejabat
terutama pimpinan Unit / Satuan Kerja terkait dengan
pengambilan risiko dan BMR, dengan memperhatikan faktor-
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 8/43
faktor seperti pengetahuan, pengalaman (track record),
kemampuan, serta pendidikan yang memadai di bidang
manajemen risiko, untuk menjamin pelaksanaan proses
manajemen risiko yang berlandaskan prinsip kehati-hatian;
8.3. Mengembangkan sistem penerimaan karyawan,
pengembangan dan pelatihan Karyawan, serta remunerasi
yang memadai untuk memastikan tersedianya Karyawan yang
kompeten di bidang manajemen risiko.
20. Memastikan penempatan dan peningkatan kompetensi serta
integritas sumber daya manusia yang memadai pada seluruh
aktivitas fungsional Bank.
21. Dalam rangka penerapan Manajemen Risiko yang efektif,
Direksi Bank menetapkan Struktur Organisasi dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Memastikan bahwa Struktur organisasi yang disusun telah
disertai dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab secara
umum maupun terkait penerapan Manajemen Risiko.
b) Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah diterapkan
secara independen yang tercermin dengan adanya pemisahan
fungsi antara BMR dengan Unit / Satuan Kerja yang melakukan
dan menyelesaikan transaksi.
E. Peran & Tanggung Jawab Komite Manajemen Risiko (KMR)
1. Keanggotaan Kuorum KMR
KMR beranggotakan mayoritas Direksi Bank sebagai anggota tetap
dan beberapa anggota manajemen senior lainnya sebagai anggota
tidak tetap. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Bank Panin
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 9/43
Tbk. Tentang Kedudukan, Tugas dan Keanggotaan Komite
Manajemen Risiko No.056/Dir/Int/2010 tanggal 5 November 2010,
yaitu :
1.1. Anggota Tetap KMR terdiri dari mayoritas Direksi terdiri atas:
Presiden Direktur
Wakil Presiden Direktur I
Wakil Presiden Direktur II
Direktur Bidang Kredit Konsumer dan Pengembangan
Produk
Direktur Bidang Institusional Banking
Direktur Treasury
Direktur Korporasi
Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko
1.2. Anggota Tidak Tetap KMR terdiri dari :
Kepala Divisi Institusional Banking & BUMN
Kepala Liquidity Division
Kepala Currency Trading & Commercial Division
Kepala Capital Market Division
Kepala Divisi/Head Bidang Perkreditan (Consumer,
Komersial dan Korporasi)
Kepala Biro Manajemen Risiko
Kepala Biro Pengawasan dan Pemeriksaan
2. Peran dan Tanggung Jawab KMR
Wewenang dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko
adalah :
a) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi kepada
Direktur Utama terkait Manajemen Risiko, paling kurang meliputi:
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 10/43
1) penyusunan kebijakan Manajemen Risiko serta
perubahannya, termasuk strategi Manajemen Risiko, tingkat
Risiko yang diambil (Risk Appetite) dan toleransi Risiko (Risk
Tolerance), kerangka Manajemen Risiko serta rencana
kontinjensi untuk mengantisipasi terjadinya kondisi tidak
normal;
2) penyempurnaan proses Manajemen Risiko secara berkala
maupun bersifat insidentil sebagai akibat dari suatu
perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang
mempengaruhi kecukupan permodalan, profil Risiko Bank,
dan tidak efektifnya penerapan Manajemen Risiko
berdasarkan hasil evaluasi;
3) penetapan kebijakan dan/atau keputusan bisnis yang
menyimpang dari prosedur normal, seperti pelampauan
ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan dengan
rencana bisnis Bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau
pengambilan posisi/eksposur Risiko yang melampaui limit
yang telah ditetapkan.
b) Selain itu wewenang dan taanggung jawab Komite Manajemen
Risiko adalah :
1) Mengadakan pertemuan secara berkala.
2) Memantau Besaran atau maksimum eksposur risiko yang
wajib dipelihara sesuai dengan toleransi risiko Bank yang
telah ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
3) Mengkaji dan mengambil tindakan yang diperlukan atas
laporan profil risiko triwulanan dari BMR.
4) Mengkaji dan mengambil tindakan yang diperlukan atas
laporan pelampauan limit yang dibuat dan diserahkan oleh
Pemilik Risiko melalui BMR.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 11/43
5) Merekomendasikan Penetapan metode dan / parameter
pengukuran risiko.
6) Memberikan rekomendasi laporan kepada Presiden Direktur
mengenai analisis eksposur risiko Bank & dampaknya.
7) Menentukan parameter risiko, dan menetapkan capital at
risk.
8) Mengkaji penerapan manajemen risiko.
9) Memastikan bahwa strategi usaha jangka panjang
disesuaikan dengan berbagai kebijakan risiko.
10) Mengkaji konsentrasi risiko Bank secara keseluruhan dan
melaporkan ke Presiden Direktur.
11) Mengkaji kelayakan kredit dari counterparties Bank secara
keseluruhan.
12) Membahas penetapan limit dan alokasi modal serta
pelanggaran / pengawasan terhadap kepatuhan.
13) Mengkaji berbagai kebijakan risiko, metodologi untuk
pengukuran risiko.
14) Mengkaji hasil stress testing untuk risiko likuiditas, risiko
pasar, dan risiko kredit.
15) Mendokumentasikan seluruh keputusan komite.
F. Peran dan Tanggung Jawab ALCO
1. Mengadakan pertemuan secara bulanan atau bila diperlukan.
2. Memastikan bahwa keputusan mengenai likuiditas, kebijakan pricing
untuk aktiva / kewajiban sesuai dengan berbagai kebijakan yang
disetujui Direksi.
3. Mendokumentasikan seluruh pertemuan dan keputusan ALCO.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 12/43
4. Membantu alokasi economic capital ke Unit / Satuan Kerja.
5. Menentukan berbagai kebijakan untuk pengelolaan risiko suku bunga
dan risiko pendanaan.
6. Memantau perubahan dalam struktur suku bunga / yield curve.
7. Menghitung dampak ekonomis dari perubahan suku bunga.
8. Mengkaji potensi keuntungan / kerugian dari posisi suku bunga yang
tidak sesuai.
9. Memastikan bahwa eksposur risiko konsisten dengan strategi
manajemen risiko.
10. Memastikan volume re-pricing untuk aktiva / kewajiban konsisten.
11. Memastikan bahwa data untuk pengukuran risiko suku bunga sudah
lengkap.
12. Memperkirakan kebutuhan pendanaan dan mengkaji contingency
plan.
13. Mengkaji laporan funding gap & eksposur akibat kelebihan likuiditas
jangka pendek.
14. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan asset and liabilities
mengacu pada Pedoman Kebijakan ALMA.
G. Peran dan Tanggung Jawab Pemilik Risiko (Risk Owner) Secara
Umum
1. Wajib menginformasikan secara berkala eksposur risiko yang
melekat pada setiap Unit / Satuan Kerja terkait kepada BMR.
2. Wajib menyampaikan laporan akurat yang diperlukan dan diminta
oleh BMR untuk kepentingan pelaporan profil risiko ke Bank
Indonesia.
3. Mengusulkan limit terkait yang diperlukan kepada BMR untuk
mendapat persetujuan Direksi melalui Komite Manajemen Risiko
atau persetujuan Direktur Bidang sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 13/43
4. Mengidentifikasi, Mengukur, Memantau dan Mengendalikan risiko
yang melekat pada produk dan aktivitas baru.
5. Mengungkapkan risiko yang melekat pada produk dan aktivitas baru
kepada nasabah secara transparan, baik secara tertulis melalui
uraian dalam penawaran produk maupun secara lisan melalui
komunikasi yang efektif, dalam rangka menginformasikan potensi
kerugian atas penggunaan produk dan aktivitas baru dimaksud.
6. Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko yang
telah disetujui oleh Direksi ke seluruh karyawan pada masing-masing
Unit / Satuan Kerja dan mengimplementasikannya dengan baik.
7. Wajib bekerja sama dengan Koordinator Jenis Risiko (KJR) dalam
hal penanganan permasalahan / risiko yang terjadi di Unit / Satuan
Kerjanya.
8. Melakukan self-assessment untuk mengidentifikasi, mengukur dan
mengendalikan risiko operasional yang melekat pada seluruh
aktivitas fungsional dan melaporkan risiko serta hasil analisisnya
kepada BMR.
9. Mencatat dan menatausahakan setiap peristiwa (events) termasuk
jumlah potensi kerugian yang diakibatkan peristiwa dimaksud dalam
suatu administrasi data.
10. Mengelola eksposur risiko yang melekat, sesuai dengan limit yang
telah ditetapkan dan memenuhi prinsip kehati-hatian.
11. Melakukan kajian secara berkala terhadap faktor-faktor penyebab
timbulnya risiko yang dikelolanya, serta kaitannya dengan kerugian
yang dapat ditimbulkan.
12. Melakukan kajian secara berkala terhadap prosedur, dokumentasi,
sistem pemrosesan data, contingency plan, dan praktek operasional
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 14/43
lainnya guna mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan
manusia (human error) yang menimbulkan risiko.
13. Memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko kepatuhan,
antara lain yang berkaitan dengan :
13.1. Kebijakan
a. Konsistensi kebijakan manajemen risiko dengan arah
dan strategi usaha Bank;
b. Penerapan kepatuhan, pengaturan tanggung jawab
dan akuntabilitas pada seluruh jenjang organisasi;
c. Kebijakan mengecualikan suatu pengambilan
keputusan yang menyimpang (irregularities); dan
13.2. Prosedur
a. Ketepatan waktu mengkomunikasikan kebijakan
kepada seluruh pegawai pada setiap jenjang
organisasi;
b. Kecukupan pengendalian terhadap pengembangan
produk / aktivitas yang telah ada dan produk / aktivitas
baru;
c. Kecukupan laporan dan sistem data;
d. Kecukupan pengawasan Komisaris dan Direksi Bank;
e. Kecukupan pengendalian intern Bank, termasuk aspek
pemisahan fungsi dan pengendalian berlapis (dual
control);
f. Sistem informasi manajemen (SIM) yang tepat waktu
dan tepat guna;
g. Efektivitas dari pengendalian terhadap akurasi,
kelengkapan, dan integritas data;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 15/43
h. Kecukupan proses menginterpretasikan (penafsiran)
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku;
i. Komitmen Bank untuk memastikan bahwa sumber
daya Bank telah tepat dialokasikan untuk kepentingan
pelatihan karyawan dan peningkatan budaya
kepatuhan;
j. Identifikasi dan tindakan korektif yang tepat waktu
terhadap pengaruh pelanggaran dan ketidakpatuhan
terhadap perundangundangan dan ketentuan yang
berlaku; dan
k. Kecukupan mengintegrasikan aspek kepatuhan pada
setiap tahap perencanaan Bank (corporate planning).
13.3. Sumber Daya Manusia (Personalia)
Tingkat pemahaman dan kesesuaian arah strategi usaha
dengan risk tolerance.
13.4. Sistem Pengendalian
a. Akurasi, kelengkapan, dan integritas laporan serta
sistem informasi manajemen;
b. Tersedianya sistem pemantauan yang mampu
mengidentifikasi dan mengukur peningkatan frekuensi
dan jumlah eksposur risiko terhadap kejadian yang
bersifat irregularities.
14. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Kredit mengacu pada
Pedoman Kebijakan Manajamen Risiko Kredit.
15. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas mengacu
pada Pedoman Kebijakan Manajamen Risiko Pasar dan
Likuiditas.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 16/43
16. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Operasional, mengacu pada
Pedoman Kebijakan Manajamen Risiko Operasional.
17. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Hukum, Reputasi, Strategik,
dan Kepatuhan mengacu pada Pedoman Kebijakan Manajemen
Risiko Hukum, Stratejik, Kepatuhan dan Reputasi.
H. Peran & Tanggung Jawab Biro Manajemen Risiko (BMR)
Pemilik Risiko bertanggungjawab untuk mengelola risiko mereka sendiri,
sedangkan BMR bertanggungjawab terhadap pengawasan risiko Bank
secara keseluruhan. Untuk memungkinkan adanya pengelolaan,
pengawasan dan pengendalian risiko Bank secara keseluruhan, BMR
harus independen dari Unit / Satuan Kerja. “Independensi” berarti bahwa
BMR tidak boleh terlibat dalam transaksi, inisiasi, persetujuan,
pemrosesan, penyelesaian transaksi, akuntansi atau rekonsiliasi.
Selanjutnya peran & tanggung jawab Biro Manajemen Risiko adalah :
1. Memantau penerapan strategi dan kebijakan manajemen risiko yang
direkomendasikan oleh Komite Manajemen Risiko dan yang telah
disetujui oleh Direksi.
2. Memantau secara berkala atas posisi / eksposur risiko secara :
2.1. Keseluruhan.
2.2. Per jenis risiko.
2.3. Per aktivitas fungsional.
terhadap limit yang telah ditetapkan, termasuk juga faktor-faktor
penyebabnya.
3. Melakukan Stress Testing guna mengetahui dampak dari
implementasi Kebijakan dan Strategi Manajemen Risiko terhadap
kinerja masing-masing Unit / Satuan Kerja terkait, serta beragam
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 17/43
eksposur risiko Bank terhadap skenario terburuk dan skenario yang
paling mungkin terjadi.
4. Mengkaji usulan produk / aktivitas baru yang diajukan atau
dikembangkan oleh Divisi / Biro / Group. Pengkajian difokuskan
terutama pada aspek-aspek sebagai berikut:
4.1. Identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian
berbagai risiko yang terdapat pada produk / aktivitas baru;
4.2. Kemampuan Bank untuk melakukan produk / aktivitas baru
termasuk sistem; dan
4.3. Kebijakan dan prosedur yang digunakan serta dampak dari
eksposur risiko terhadap Bank.
5. Merekomendasi besaran atau limit risiko yang wajib dipelihara Bank
kepada Unit / Satuan Kerja terkait dan kepada Komite Manajemen
Risiko.
6. Mengevaluasi akurasi dan validitas data yang digunakan oleh Bank
untuk mengukur risiko bagi Bank yang menggunakan model untuk
keperluan intern.
7. Memantau eksposur risiko yang melekat secara berkala dan
membandingkannya dengan limit risiko yang telah ditetapkan.
8. Mengembangkan laporan berkala mengenai dampak dari eksposur
risiko, termasuk penyebab risiko, kepada Komite Manajemen Risiko
dan Direksi.
9. Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko kepada Presiden
Direktur / Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko serta Komite
Manajemen Risiko secara berkala atau sekurang-kurangnya secara
triwulanan. Apabila kondisi pasar berubah dengan cepat, maka
frekuensi penyampaian laporan harus ditingkatkan, misal : untuk
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 18/43
Risiko Nilai Tukar, Risiko Suku Bunga dan Risiko Likuiditas
dilakukan secara harian. Sedangkan untuk eksposur risiko yang
relatif lambat, seperti risiko kredit, laporan dapat disampaikan secara
triwulanan.
9.1. Laporan Profil Risiko yang disampaikan oleh BMR kepada
Bank Indonesia wajib memuat substansi yang sama dengan
laporan profil risiko yang disampaikan kepada Presiden
Direktur dan Komite Manajemen Risiko.
9.2. Laporan ke tingkat manajemen selain Direktur terkait dan
Komite Manajemen Risiko dapat disampaikan dengan
frekuensi yang lebih lama, namun tetap harus mampu
memberikan informasi yang memadai bagi pihak-pihak
tersebut untuk dapat melakukan penilaian terhadap
perubahan profil risiko Bank.
10. Bersama SKAI, mengkaji dan mengevaluasi efektivitas dari
penerapan manajemen risiko secara berkala, sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun. Kaji ulang dan evaluasi atas penerapan
manajemen risiko meliputi :
10.1. Frekuensi dan cakupan kaji ulang dan evaluasi atas
penerapan manajemen risiko dapat ditingkatkan intensitasnya,
berdasarkan perkembangan eksposur risiko Bank, perubahan
pasar, dan metode pengukuran dan pengelolaan risiko.
10.2. Khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap pengukuran
risiko mencakup :
10.2.1. Metodologi, asumsi, dan variabel yang digunakan
untuk mengukur risiko dan menetapkan limit eksposur
risiko.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 19/43
10.2.2. Perbandingan antara hasil dari metode pengukuran
risiko yang menggunakan simulasi atau proyeksi di
masa datang dengan hasil aktual.
10.2.3. Perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam
metode dimaksud dengan kondisi yang sebenarnya/
aktual.
10.2.4. Perbandingan antara limit yang ditetapkan dengan
eksposur yang sebenarnya / aktual.
10.2.5. Penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit
eksposur risiko dengan kinerja di masa lalu dan posisi
permodalan Bank saat ini.
11. Bersama SKAI, mengkaji seluruh kebijakan dan prosedur risiko
secara berkala dan merevisi apabila diperlukan, terhadap
kemungkinan adanya peningkatan kegiatan yang dapat
meningkatkan tingkat dan jenis risiko, yang dapat disebabkan antara
lain dari kondisi usaha Bank, perubahan regulasi, larangan dari
otoritas pengawasan, dan sebagainya.
12. Melakukan analisis terhadap laporan dari Sistem Informasi
Manajemen Risiko yang dihasilkan dan selanjutnya menyampaikan
hasil analisis tersebut secara berkala sesuai kebutuhan Bank kepada
:
12.1. Direksi;
12.2. Komite Manajemen Risiko; dan
12.3. Unit / Satuan kerja terkait.
Frekuensi penyampaian laporan dapat ditingkatkan apabila hasil
analisis menunjukkan bahwa Bank memiliki potensi meningkatkan
risiko secara signifikan.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 20/43
13. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Kredit (mengacu pada
Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Kredit) :
Memberikan masukan kepada Direksi melalui Komite Manajemen
Risiko, suatu sistem penilaian (internal credit reviews) yang
independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan
proses manajemen risiko kredit.
13.1. Cakupan sistem penilaian (internal credit reviews) tersebut
meliputi :
13.1.1. Penilaian terhadap alur proses perkreditan yang
sudah berjalan;
13.1.2. Penilaian terhadap akurasi penerapan internal risk
rating atau penggunaan alat pemantauan lainnya;
13.1.3. Pemberian opini dari BMR kepada kredit dengan
exsposure > Rp.50 Milyar.
13.2. Pelaksanaan kaji ulang internal credit review harus dilakukan
oleh BMR. Hasil kaji ulang tersebut selanjutnya harus
dilaporkan secara langsung dan lengkap kepada :
Direktur Kepatuhan; dan
Direktur terkait lainnya.
14. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Pasar & Likuiditas:
14.1. Risiko Pasar
Memantau dan melaporkan eksposur risiko pasar secara
berkala kepada KMR dan unit bisnis terkait.
Melakukan proses mark to market (MTM) secara harian
untuk keperluan valuasi.
14.2. Risiko Likuiditas
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 21/43
Memantau dan melaporkan eksposur risiko likuiditas
secara berkala kepada KMR dan unit bisnis terkait.
Menyajikan hasil pemantauan terhadap kondisi likuiditas
bank dalam rapat ALCO.
15. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan Manajemen Risiko
Pasar dan Likuiditas mengacu pada Pedoman Kebijakan
Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas.
16. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Operasional (mengacu pada
Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Operasional):
Menyusun / mengkonsolidasikan laporan yang telah dibuat oleh Unit
/ Satuan Kerja lain mengenai kerugian dari risiko operasional dan
hasil review kepatuhan audit intern serta menyampaikan laporan
tersebut kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi.
17. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Hukum, Risiko Reputasi,
Risiko Strategik dan Kepatuhan (mengacu pada Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko Hukum, Stratejik Kepatuhan dan
Reputasi) :
Bersama Unit / Satuan Kerja terkait menilai dampak perubahan
ketentuan atau peraturan tertentu terhadap Risiko Hukum, Stratejik,
Kepatuhan dan Reputasi.
I. Peran & Tanggung Jawab Biro Pengawasan (SKAI)
1. Bersama BMR, mengkaji dan mengevaluasi penerapan manajemen
risiko secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Kajian dan evaluasi atas penerapan manajemen risiko meliputi :
1.1. Frekuensi dan cakupan kaji ulang dan evaluasi atas
penerapan manajemen risiko dapat ditingkatkan intensitasnya,
berdasarkan perkembangan eksposur risiko Bank, perubahan
pasar, dan metode pengukuran dan pengelolaan risiko
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 22/43
1.2. Khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap pengukuran
risiko sekurang-kurangnya mencakup:
1.2.1. Metodologi, asumsi, dan variabel yang digunakan
untuk mengukur risiko dan menetapkan limit eksposur
risiko;
1.2.2. Perbandingan antara hasil dari metode pengukuran
risiko yang menggunakan simulasi atau proyeksi di
masa datang dengan hasil aktual;
1.2.3. Perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam
metode dimaksud dengan kondisi yang sebenarnya/
aktual;
1.2.4. Perbandingan antara limit yang ditetapkan dengan
eksposur yang sebenarnya / aktual;
1.2.5. Penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit
eksposur risiko dengan kinerja di masa lalu dan posisi
permodalan Bank saat ini.
2. Melakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern dalam
penerapan manajemen risiko sewaktu melaksanakan audit intern,
untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif,
aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta kebijakan,
pedoman, dan prosedur intern Bank.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penerapan manajemen
risiko mencakup :
2.1. Kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan
tingkat Risiko yang melekat pada kegiatan usaha Bank;
2.2. Penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk
pemantauan kepatuhan kebijakan, prosedur dan limit;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 23/43
2.3. Penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas
dari Unit / Satuan Kerja terkait kepada Unit / Satuan Kerja
yang melaksanakan fungsi pengendalian;
2.4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas
kegiatan usaha Bank;
2.5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat
dan tepat waktu;
2.6. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank
terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;
2.7. Kajian yang efektif, independen dan obyektif terhadap
prosedur penilaian kegiatan operasional Bank;
2.8. Pengujian dan kajian yang memadai terhadap sistem
informasi manajemen;
2.9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur
operasional, cakupan dan temuan audit, serta tanggapan
pengurus Bank berdasarkan hasil audit;
2.10. Verifikasi dan kajian secara berkala dan berkesinambungan
terhadap penanganan kelemahan-kelemahan Bank yang
bersifat material dan tindakan pengurus Bank untuk
memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Setiap terjadi ketidakefektifan, ketidakakuratan atau temuan penting
dalam sistem pengendalian tersebut harus segera dilaporkan
kepada Direksi, sehingga tindakan perbaikan dapat segera
dilaksanakan.
5. Bersama BMR, mengkaji seluruh kebijakan dan prosedur risiko
secara berkala dan merevisi apabila diperlukan, terhadap
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 24/43
kemungkinan adanya peningkatan kegiatan yang dapat
meningkatkan tingkat dan jenis risiko
6. Menginformasikan kepada Direksi atas temuan audit yang belum
ditindaklanjuti atau hanya sebagian dilakukan perbaikan.
7. Memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko kepatuhan
antara lain yang berkaitan dengan :
7.1 Penerapan kebijakan pengecekan kepatuhan melalui
prosedur secara berkala.
7.2 Tingkat responsif Bank terhadap penyimpangan kebijakan
dan prosedur intern Bank;
7.3 Tingkat responsif Bank terhadap penyimpangan dalam sistem
pengendalian intern Bank.
8. Terlibat dalam proses validasi risiko operasional bersama dengan
BMR dan Pemilik Risiko.
9. Mengumpulkan data kepatuhan dan penyimpangan kepatuhan secara
berkala dari Cabang, Divisi, Biro dan Group untuk dikonsolidasi dan
dilaporkan kepada Presiden Direktur untuk ditindaklanjuti oleh Komite
Audit.
10. Memastikan implementasi dari seluruh persyaratan dan petunjuk
sebagaimana diatur dalam prinsip-prinsip Know Your Customer
(KYC).
J. Peran & Tanggung Jawab Pejabat Koordinator Risiko (KR)
1. Pejabat Koordinator Risiko Kantor Cabang
Pemimpin Cabang sebagai penanggung jawab Koordinator Risiko di
Cabang terkait dapat menunjuk secara tertulis serta menyampaikan
copy surat penunjukkan kepada BMR seorang staff dibawah
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 25/43
supervisinya sebagai pelaksana Koordinator Risiko harian untuk
Cabang.
2. Pejabat Koordinator Risiko Divisi / Biro / Group
Kepala Divisi / Biro / Group sebagai penanggung jawab Koordinator
Risiko di Divisi / Biro / Group terkait dapat menunjuk secara tertulis
serta menyampaikan copy surat penunjukkan kepada BMR seorang
staff dibawah supervisinya sebagai pelaksana Koordinator Risiko
harian untuk Divisi / Biro / Group.
3. Peran & tanggung jawab seorang KR adalah :
3.1. Menyampaikan laporan manajemen risiko secara berkala; dan
3.2. Sebagai „Contact Person‟ BMR di Divisi / Biro / Group atau
Cabang.
K. Peran & Tanggung Jawab Pejabat Koordinator Jenis Risiko (KJR)
No. Jenis Risiko Koordinator Jenis Risiko (KJR)
1 Kredit Kepala Corporate Banking Group
Kepala Commercial Banking Group
Kepala Consumer Banking Group
Kepala Divisi Institutional Banking & BUMN
2 Pasar Kepala Divisi Currency Trading & Commercial Kepala Divisi Capital Market
3 Likuiditas Kepala Divisi Liquidity
Kepala Divisi Currency Trading & Commercial
4 Operasional Kepala Biro Umum dan Personalia : yang berhubungan dengan SDM dalam proses recruitment, placement, human error, dan reward & punishment, procurement dan lain-lain.
Kepala Biro Pengembangan & Pelatihan : yang berhubungan dengan pengembangan dan pelatihan SDM.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 26/43
Divisi International Operations: yang berhubungan dengan transaksi dalam dan luar negeri.
Kepala Biro Teknologi Informasi : yang berhubungan dengan kegagalan sistem.
Kepala Operations Group : yang berhubungan dengan pengkinian kebijakan dan prosedur.
Kepala Biro Administrasi Keuangan : yang berhubungan dengan penerapan standar akuntansi dan pelaporan .
05 Hukum Kepala Biro Hukum
6 Reputasi Kepala Corporate Secretary
7 Stratejik Kepala Biro Administrasi Keuangan
8 Kepatuhan Kepala Biro Kepatuhan
1. Peran dan Tanggung Jawab KJR
1.1. Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengelola
jenis risiko yang terkait dengan Unit / Satuan Kerjanya.
1.2. Memberikan saran dan rekomendasi yang diperlukan kepada
Unit / Satuan Kerja lainnya di Bank sehubungan dengan jenis
risiko yang menjadi tanggung jawabnya.
1.3. Melakukan koordinasi dengan KJR lain jika terdapat risiko
yang saling berkaitan.
L. Peran & Tanggung Jawab Corporate Banking Group (CIB),
Commercial Banking Group (CBG), Retail Banking Group (RBG) dan
Divisi Institutional Banking & BUMN (IBD)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 27/43
2. Melakukan penilaian secara komprehensif terhadap profil risiko
debitur dalam proses persetujuan kredit, di mana faktor yang harus
dipertimbangkan dan didokumentasikan antara lain meliputi :
2.1. Tujuan kredit dan sumber pembayaran,
2.2. Profil risiko terkini dari debitur dan agunan serta tingkat
sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan
pasar,
2.3. Analisis kemampuan untuk membayar kembali, baik secara
historis maupun di masa yang akan datang berdasarkan
perkembangan keuangan historis dan proyeksi arus kas
dengan berbagai skenario,
2.4. Kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi /
usaha peminjam serta posisi peminjam dalam industri
tertentu,
2.5. Persyaratan kredit yang diajukan, termasuk perjanjian yang
dirancang untuk membatasi perubahan eksposur risiko debitur
di waktu yang akan datang.
3. Memastikan penetapan harga (pricing) pada fasilitas kredit dilakukan
secara konsisten dengan mempertimbangkan tingkat risiko dalam
transaksi, khususnya kondisi debitur secara keseluruhan, kualitas
dan tingkat kemudahan pencairan (marketability) agunan.
4. Melakukan pengembangan sistem administrasi kredit yang
memastikan adanya :
4.1. Efisiensi dan efektivitas operasional administrasi kredit,
termasuk pemantauan dokumentasi, persyaratan kontrak,
perjanjian kredit (legal aspect) dan pengikatan agunan;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 28/43
4.2. Akurasi dan ketepatan waktu informasi yang diberikan untuk
sistem informasi manajemen;
4.3. Pemisahan fungsi / tugas (segregation of duties);
4.4. Kecukupan pengendalian seluruh prosedur back office; dan
4.5. Kepatuhan terhadap kebijakan.
5. Mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur
untuk memantau kondisi setiap nasabah debitur pada seluruh
portofolio kredit Bank.
6. Memastikan bahwa kerangka kerja atau mekanisme kepatuhan
prosedur, pendelegasian dalam mengambil keputusan dalam
pemberian kredit dan atau komitmen, terdapat pemisahan fungsi
kerja antara :
7.1. Persetujuan Kredit;
7.2. Analisis Kredit; dan
7.3. Administrasi Kredit.
7. Memiliki Unit / Satuan Kerja yang melakukan review guna
menetapkan atau mengkinikan kolektibilitas atau kualitas transaksi
yang mengandung Risiko Kredit. Proses review tersebut sekurang-
kurangnya dilakukan secara triwulanan yang meliputi :
8.1. Klasifikasi eksposur Risiko Kredit;
8.2. Penilaian kualitas/daya jual (marketability) agunan;
8.3. Penentuan besarnya cadangan (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif).
Hasil review tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
arsip perkreditan.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 29/43
M. Peran & Tanggung Jawab Divisi Liquidity (DLI), Divisi Currency Trading & Commercial (DCC), dan Divisi Capital Market (DCM)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Memantau hasil laporan mark-to-market yang disusun sendiri
maupun yang diterima dari Biro Administrasi Keuangan (BAK)
mengenai aktiva / pasiva, posisi non-derivatif / derivatif dan
instrumen keuangan lainnya untuk mengukur risiko kerugian Bank.
3. Bertanggung jawab dalam mengelola posisi dalam Trading Book dan
Banking Book.
4. Menyampaikan informasi kepada Divisi Institutional Banking &
BUMN mengenai kondisi dan prospek penerbit surat berharga dan
obligasi yang menunjukan kesimpulan bahwa kegagalan penerbit
semakin meningkat, untuk tujuan pembentukan provisi / cadangan.
5. Melakukan evaluasi dan pembaruan Kebijakan dan Prosedur yang
berkaitan dengan operasional dealing room secara berkala.
6. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar (mengacu pada
Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas) :
6.1. Mengevaluasi dan mengkalkulasi keseluruhan transaksi agar
jumlah keseluruhan eksposur risiko nilai tukar dapat dipantau
setiap saat.
6.2. Memantau kepatuhan seluruh limit secara harian, pelampauan
limit, dan tindak lanjut guna mengatasi pelampauan tersebut,
yang selanjutnya pelampauan serta tindak lanjut tersebut
dilaporkan secara harian kepada Direksi atau pejabat terkait,
sesuai kewenangan yang diatur secara intern.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 30/43
6.3. Melaksanakan pengendalian risiko nilai tukar yang bertujuan
untuk :
a. Melindungi nilai keuntungan dalam denominasi valuta
asing dan/atau biaya dan kerugian dalam denominasi
valuta asing terhadap pergerakan yang berlawanan
dari kurs valuta asing.
b. Mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan pemilihan
strategi lindung nilai (hedging) yang tepat terhadap
penyediaan dana dan transaksi yang mencakup
eksposur risiko kredit dalam mata uang asing.
c. Memprioritaskan pembentukan provisi dalam mata
uang asing yang ekuivalen dalam jumlah mata uang
domestik.
6.4. Bersama Biro Administrasi Keuangan (BAK), memastikan
penggunaan standar akuntansi sesuai dengan ketentuan dan
standar akunting yang berlaku apabila Bank melakukan
kontrak transaksi derivatif, seperti interest rate swaps, untuk
tujuan lindung nilai dan penerapan strategi ALMA.
6.5. Memastikan bahwa transaksi dengan nasabah telah secara
komprehensif tercakup dalam sistem, sehingga keuntungan
dan kerugian yang terjadi telah menggambarkan secara wajar,
tentang :
a. Kondisi pasar pada saat transaksi dilaksanakan.
b. Risiko dan laba rugi untuk tujuan pengendalian intern.
c. Laba rugi Bank secara efektif yang dihasilkan dari
transaksi dengan nasabah dan counterparties.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 31/43
7. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Likuiditas (mengacu pada
Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas) :
7.1. Menentukan pasar, instrumen serta transaksi dengan eligible
counterparty, serta menangani permasalahan risiko yang
berkaitan dengan konsentrasi likuiditas dan pencegahan
ketergantungan Bank terhadap terhadap satu atau beberapa
instrumen, counterparty, atau segmen pasar tertentu.
7.2. Mengusulkan dan memantau secara konsisten limit yang telah
ditetapkan Direksi melalui rapat ALCO, guna menghindari
kekurangan likuiditas, konsentrasi gap dan ketergantungan
kepada counterparty, instrumen atau segmen pasar tertentu.
7.3. Limit yang telah disetujui harus konsisten dan sesuai dengan
contingency funding plan untuk memastikan bahwa
contingency funding plan diterapkan secara efektif. Divisi
Treasury harus secara khusus menetapkan limit pendanaan
jangka pendek, khususnya pinjaman overnight yang diperoleh
dari pasar.
7.4. Penetapan limit tersebut sekurang-kurangnya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Kebutuhan pendanaan berkala atau kelebihan likuiditas;
b. Konsistensi dengan pengambilan posisi risiko suku
bunga;
c. Ketersediaan likuiditas di pasar uang antar bank dan
potensi kekurangan likuiditas berdasarkan pengalaman
masa lalu; dan
d. Pergerakan tingkat suku bunga dan likuiditas yang
tersedia di pasar.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 32/43
7.5. Mengkaji dan menyesuaikan penetapan limit ketika terjadi
perubahan kondisi pasar secara keseluruhan yang signifikan.
7.6. Mengumpulkan data dan memantau posisi likuiditas secara
berkala (harian, mingguan, bulanan, dan periode lainnya)
serta potensi kerugian yang disebabkan risiko likuiditas,
antara lain dengan cara mengelola jatuh tempo posisi
likuiditas
7.7. Melakukan pengujian contingency funding plan secara berkala
untuk menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh dari
regular counterparty atau dari pasar, dengan skenario tanpa
jaminan, tanpa fasilitas overnight, dan tanpa menurunkan
credit spread Bank di pasar.
7.8. Melakukan kajian terhadap strategi memelihara hubungan
dengan nasabah, diversifikasi simpanan, dan kemampuan
untuk menjual aset likuid, serta harus mengetahui jumlah
dana yang akan diterima dari pasar, dalam kondisi normal dan
tidak normal.
N. Peran & Tanggung Jawab Biro Umum & Personalia (BUP) dan Biro
Pengembangan & Pelatihan (BPE)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Menerapkan sanksi secara konsisten kepada pejabat dan/atau
karyawan yang terbukti melakukan penyimpangan dan pelanggaran
terhadap ketentuan intern dan ekstern, serta kode etik internal Bank.
3. Menetapkan kualifikasi SDM yang jelas untuk setiap jenjang jabatan
yang terkait dengan penerapan manajemen risiko,
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 33/43
4. Meningkatkan kompetensi dan integritas pejabat, terutama seluruh
pimpinan Unit / Satuan Kerja terkait, dengan memperhatikan faktor-
faktor seperti pengetahuan, pengalaman (track record), kemampuan
serta pendidikan yang memadai di bidang manajemen risiko.
5. Mengembangkan sistem penerimaan dan pelatihan karyawan, serta
remunerasi yang memadai untuk memastikan tersedianya karyawan
yang kompeten di bidang manajemen risiko.
6. Memiliki / menyusun kode etik yang diberlakukan kepada seluruh
karyawan pada setiap jenjang organisasi guna meningkatkan
kepatuhan kepada ketentuan intern maupun ekstern.
7. Memastikan :
7.1. Ketepatan program kompensasi dan pengelolaan kinerja
karyawan dan pejabat Bank;
7.2. Terkendalinya tingkat turn over karyawan dan pejabat Bank
yang menduduki posisi yang strategis pada Bank (high risk
taking unit);
7.3. Kecukupan program pelatihan;
O. Peran & Tanggung Jawab Biro Teknologi Informasi (BTI)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Mengelola dokumentasi sistem, yang meliputi perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), data base, parameter,
tahapan proses, asumsi yang digunakan, sumber data, dan output
yang dihasilkan, sehingga memudahkan pengendalian melekat (built-
in controls) dan pelaksanaan jejak audit (audit trail).
3. Memastikan tingkat keamanan (security level) dari electronic data
processing.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 34/43
4. Bertanggung jawab atas penyusunan Rencana Pemulihan Setelah
Bencana (Disaster Recovery Plan).
5. Melakukan pengendalian terhadap sistem informasi dan memastikan
pengendalian tersebut mencakup :
5.1 Adanya penilaian berkala terhadap pengamanan sistem
informasi, yang disertai dengan tindakan korektif apabila
diperlukan;
5.2 Tersedianya prosedur back-up untuk menjamin berjalannya
kegiatan operasional Bank dan mencegah terjadinya
gangguan yang signifikan;
5.3 Tersedianya prosedur back-up dan rencana darurat
(contingency plan) yang diuji secara berkala;
5.4 Adanya penyampaian informasi kepada Direksi mengenai
permasalahan pada butir 5 .1, 5.2, dan 5.3; dan
5.5 Tersedianya penyimpanan informasi dan dokumen yang
berkaitan dengan analisis, programming dan pelaksanaan
pemerosesan data.
P. Peran & Tanggung Jawab Biro Administrasi Keuangan (BAK)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Memastikan bahwa penggunaan metode akuntansi sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku serta memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
2.1 Melakukan kajian secara berkala guna memastikan ketepatan
metode akuntansi yang digunakan untuk menilai transaksi;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 35/43
2.2 Melakukan kajian secara berkala terhadap kesesuaian
metode akuntansi yang digunakan dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku;
2.3 Melakukan rekonsiliasi seluruh data transaksi, suspense
accounts, dan rekonsiliasi bank termasuk rekening-rekening
antar Kantor / Cabang secara berkala.
2.5 Memelihara seluruh dokumen dan arsip (file) yang berkaitan
dengan rincian rekening (accounts), sub-ledgers, buku besar
(general ledgers), administrasi klasifikasi aset dan
dokumentasi pembentukan provisi, guna memudahkan proses
jejak audit (audit trail).
3. Bekerja sama dengan Divisi Institutional Banking & BUMN dan Divisi
Perkreditan :
3.1 Melakukan pengendalian terhadap akurasi profit and loss dan
kepatuhan pada ketentuan dan standar akuntansi yang
berlaku, terutama pengakuan diskon, pembukuan premium
dan pengakuan secara akrual dari kupon.
3.2 Melakukan klasifikasi dan pencatatan provisi (cadangan) yang
tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.3 Membukukan provisi (cadangan) dalam perspektif kehati-
hatian apabila hasil analisis dan sentimen pasar mengenai
kondisi dan prospek penerbit surat berharga dan obligasi
menunjukkan kesimpulan bahwa kegagalan penerbit semakin
meningkat.
3.4 Memastikan penggunaan standar akunting yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku apabila Bank melakukan
kontrak transaksi derivatif, seperti interest-rate swaps maka
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 36/43
dalam rangka tujuan lindung nilai dan penerapan strategi
ALMA.
3.5 Menganalisa laporan rencana usaha aktual dan target
serta menyerahkan laporan tersebut kepada Direksi
secara periodic.
Q. Peran & Tanggung Jawab Operations Group (OPG)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko secara
umum (butir G).
2. Merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi strategi operasional Bank
guna mendukung pertumbuhan bisnis Bank.
3. Menetapkan standar operasi dan pelayanan di Cabang dan
pelaksanaannya.
4. Melakukan evaluasi/perbaikan dan pengkinian sistem & prosedur
operasional dan pelaksanaannya.
5. Merencanakan dan melaksanakan budaya pengendalian internal melalui
program kerja yang efektif, guna meminimalkan risiko operasional,
sesuai dengan semangat Good Corporate Governance.
6. Koordinator antara Cabang dan SKAI dalam hal terjadi masalah/kasus
operasional, tindak lanjut/investigasi dan pelaporan yang dilakukan oleh
SKAI.
7. Merupakan atasan langsung dari pejabat Operasional Cabang dan
bersama-sama dengan Pemimpin KCU bertanggung memastikan
proses/efektivitas operasional Cabang dilaksanakan secara tertib guna
mendukung kelancaran bisnis serta pelayanan yang baik dan terkendali.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 37/43
R. Peran & Tanggung Jawab Biro Hukum (BHU)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Bertindak sebagai legal watch yang berfungsi untuk menyediakan
analisis / nasihat hukum kepada seluruh karyawan pada setiap
jenjang organisasi yang berkaitan dengan peran dan tanggung jawab
karyawan.
3. Bersama BMR dan Unit / Satuan Kerja terkait (risk taking unit)
mengkaji dampak perubahan ketentuan atau peraturan tertentu
terhadap eksposur risiko hukum.
4. Melakukan kajian secara berkala terhadap semua kontrak dan
perjanjian antara Bank dengan pihak lain, antara lain dengan
melakukan penilaian kembali terhadap efektivitas proses
enforceability tersebut guna mengecek validitas hak dalam kontrak
dan perjanjian tersebut. Juga untuk memastikan (a) bahwa hak
hukum Bank dilindungi, dan (b) untuk memastikan bahwa
kepemilikan aktiva oleh bank yang tercakup dalam perjanjian
tersebut tidak diragukan lagi.
5. Bersama BMR, melakukan evaluasi dan pengkinian kebijakan dan
prosedur pengendalian risiko hukum secara berkala, sesuai dengan
perkembangan eksternal dan internal Bank, seperti perubahan
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
6. Melaksanakan analisis aspek Hukum pada berbagai produk dan
aktivitas baru sebelum diluncurkan.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 38/43
S. Peran & Tanggung Jawab Biro Kepatuhan (BCO)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko kepatuhan oleh
Divisi / Biro / Group lain yang berkaitan dengan Kebijakan dan
Prosedur, yaitu :
2.1 Memantau kepatuhan pelaporan dan transparansi secara
berkala.
2.2 Memantau pemenuhan komitmen dan perjanjian Bank dengan
pihak regulator.
3. Memantau pengkinian database profile nasabah cabang.
4. Memastikan rancangan keputusan manajemen di bidang penyediaan
dana tidak melanggar prinsip kehati-hatian, perundang-undangan
dan ketentuan yang berlaku.
5. Melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai penerapan prinsip
mengenal nasabah (Know Your Customer).
T. Peran & Tanggung Jawab Divisi International Operations (DIO)
1. Melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pemilik risiko
secara umum (butir G).
2. Berkaitan dengan penyelesaian transaksi :
2.1. Melakukan penilaian terhadap tahapan dalam proses
penyelesaian transaksi, khususnya mengenai batas akhir
perintah pembayaran, batas akhir penerimaan dan waktu
pencatatan pembayaran dana.
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 39/43
2.2. Menyusun suatu prosedur pemantauan penyelesaian
transaksi baru atau apabila terdapat transaksi yang belum
diselesaikan pembayarannya.
2.3. Menyusun prosedur penyelesaian transaksi yang disebabkan
oleh adanya kondisi likuiditas Bank yang memburuk.
2.4. Melakukan konfirmasi transaksi secara tepat waktu sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dan memantau transaksi
tersebut secara konsisten.
3. Berkaitan dengan Pengendalian Risiko Pasar :
3.1. Mengendalikan risiko dan tanggung jawab manajemen
operasional atas posisi yang dikelola hingga jatuh waktu
(banking book), antara lain meliputi :
a. Rekonsiliasi posisi yang dikelola dan mencatatnya dalam
sistem informasi manajemen.
b. Pengendalian terhadap akurasi laba rugi dan kepatuhan
pada ketentuan dan standar akunting yang berlaku,
terutama pengakuan diskon, pembukuan premium dan
pengakuan secara akrual dari kupon.
c. Klasifikasi dan pembentukan provisi yang tepat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3.2. Mengelola dan memantau surat berharga dan obligasi yang
terdaftar atau diperdagangkan di Pasar Modal dan
membandingkan hasil (yield) dari posisi surat berharga Bank
dengan Obligasi Pemerintah yang bertujuan untuk memantau
selisih bunga dari surat berharga / obligasi tersebut.
3.3. Membentuk provisi dalam perspektif kehati-hatian apabila
hasil analisis dan sentimen pasar mengenai kondisi dan
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 40/43
prospek penerbit surat berharga dan obligasi menunjukan
kesimpulan bahwa kegagalan penerbit semakin meningkat.
3.4. Apabila kemungkinan terjadi kegagalan memelihara eksposur
risiko suku bunga teridentifikasi semakin meningkat harus:
a. Menghentikan pengakuan diskon.
b. Menerapkan pemantauan secara ketat terhadap surat
berharga dan obligasi tersebut serta mengambil tindakan
yang diperlukan untuk mengurangi kerugian.
3.5. Untuk surat berharga dan obligasi yang tidak terdaftar atau
diperdagangkan di pasar, melakukan kajian secara berkala
terhadap kondisi, kredibilitas dan kemampuan membayar
kembali penerbit surat berharga dan obligasi. Review
dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis laporan
keuangan, proyeksi arus kas dan seluruh dokumen yang
relevan tentang penerbit. Review secara berkala terhadap
surat berharga dan obligasi tersebut harus didokumentasikan
dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan.
3.6 Melakukan rekonsiliasi terhadap posisi yang dikelola secara
harian maupun hingga jatuh waktu (trading and banking book)
dan dicatat dalam sistem informasi manajemen.
4. Berkaitan dengan Manajemen Risiko Kredit di Financial Institution
Risk dan aktivitas investasi, memperhatikan kondisi keuangan
counterparty, rating, karakteristik, instrumen, jenis transaksi yang
dilakukan dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi risiko kredit.
5. Berkaitan dengan Inventarisasi Aktiva dan Kustodian :
5.1. Memelihara data akuntansi dan rincian aktiva Bank yang
dipelihara / dititipkan pada bank kustodian;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 41/43
5.2. Memperoleh informasi yang memadai mengenai keaslian
penyimpanan / penitipan aktiva dalam rangka memastikan
bahwa asset yang dititipkan tidak memiliki permasalahan
hukum; dan
5.3. Melakukan pengecekan secara berkala antara data aktiva
yang dititipkan dengan perjanjian / kontraknya.
U. Peran Dan Tanggung Jawab Corporate Secretary (CSE)
1. Memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat dan
stakeholders Bank lainnya dalam rangka mengendalikan risiko
reputasi.
2. Mengatasi adanya keluhan nasabah dan gugatan hukum yang dapat
meningkatkan eksposur risiko reputasi antara lain dengan cara
melakukan komunikasi dengan nasabah atau counterparty secara
berkesinambungan dan melakukan perundingan bilateral dengan
nasabah untuk menghindari litigasi dan tuntutan hukum dengan
segera.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga seperti
penggunaan outsourcing dalam rangka mengendalikan risiko
reputasi dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat atas
penggunaan outsourcing tersebut.
V. Peran dan Tanggung jawab Komite Audit
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit serta tindak lanjut hasil audit dalam rangka
menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan, meliputi :
1.1. Pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 42/43
1.2. Kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik
dengan standar audit yang berlaku;
1.3. Kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi
yang berlaku;
1.4. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan
Satuan Kerja Audit Intern, akuntan publik, dan hasil
pengawasan Bank Indonesia, guna memberikan rekomendasi
kepada dewan Komisaris.
1.5. Data kepatuhan dan penyimpangan kepatuhan.
2. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik kepada dewan Komisaris untuk disampaikan
kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
W. Peran dan Tanggung jawab Komite Pemantau Risiko
1. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan
manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut;
2. Memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite
Manajemen Risiko dan Biro Manajemen Risiko, guna memberikan
rekomendasi kepada dewan Komisaris.
X. Peran dan Tanggung jawab Komite Remunerasi & Nominasi
1. Terkait dengan kebijakan remunerasi:
1.1. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi ; dan
1.2. Memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris
mengenai:
o kebijakan remunerasi bagi dewan Komisaris dan
Direksi untuk disampaikan kepada Rapat Umum
Pemegang Saham;
o kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan
pegawai secara keseluruhan untuk disampaikan
kepada Direksi;
BAB V – STRUKTUR ORGANISASI PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BMR-2004 (Rev.4-07/2013) V - 43/43
2. Terkait dengan kebijakan nominasi :
2.1. Menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai sistem
serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota
dewan Komisaris dan Direksi kepada dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham;
2.2. Memberikan rekomendasi mengenai calon anggota dewan
Komisaris dan/atau Direksi kepada dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham;
2.3. Memberikan rekomendasi mengenai Pihak Independen yang
akan menjadi anggota Komite Audit dan Komite Pemantau
Risiko kepada Dewan Komisaris.
BMR-2004 (Rev.4-07/2013)
Lampiran 1 – Risk Appetite dan Risk Tolerance
Kriteria - kriteria kuantitatif (Quantitative Statements) yang dinyatakan sebagai Risk Appetite
Bank.
No Metrics Risk Appetite Statement Pertimbangan
Quantitative Statement
1
Kecukupan Penyediaan Modal Minimum (CAR)
Target CAR Ratio minimum 14%
Regulatory capital minimum 8% plus indicative add-on penerapan Pilar 2.
Adanya conservation buffer pada penerapan modal Basel III.
2
Target Tier-1 Capital Ratio minimum 7%
Batasan minimum regulasi untuk Tier-1 Capital dibandingkan dengan ATMR 5%.
Mempertimbangkan penerapan Modal Basel III.
3
Sustainability of Earnings
Minimum NIM Ratio 4% Bentuk perwujudan dalam
pencapaian visi dan misi Bank.
Menjaga kestabilan pertumbuhan dan kelangsungan usaha Bank tanpa mengabaikan risiko bisnis yang dihadapi.
4 Target ROA Ratio > 1.5%
5 Minimum Earnings Asset/Total Asset Ratio 90%
6
Asset Quality
Target NPL Gross < 5% Minimum regulatory NPL ratio (gross) 5%.
7 Rating Surat Berharga minimum Investment Grade
8 Eksposur Trading Net Open Position
Target NOP < 15% Minimum regulatory NOP ratio 20%.
9
Kecukupan Likuiditas
Target LDR Ratio 78% - 95% Batas bawah ketentuan BI = 78%
10
Target perbandingan 50 Deposan Inti / Total DPK < 15%
Menjaga kestabilan likuiditas untuk kelangsungan usaha Bank secara sehat.
11 Efficiency Usaha
Target Cost / Income Ratio < 50%
Menjaga kestabilan pertumbuhan dan kelangsungan usaha Bank tanpa mengabaikan risiko bisnis yang dihadapi.
BMR-2004 (Rev.4-07/2013)
Lampiran 1 – Risk Appetite dan Risk Tolerance
Kriteria - kriteria kuantitatif (Quantitative Statements) yang dinyatakan sebagai Risk Tolerance
Bank.
No Quantitative Risk Appetite Risk Tolerance
1 Target CAR Ratio minimum at least 14% 14%
2 Target Tier - 1 Capital Ratio minimum at least 7% 6% - 7%
3 Minimum NIM Ratio 4% 3,5% - 4%
4 Target ROA Ratio > 1,5% 1,5%
5 Minimum Earnings Asset / Total Asset Ratio 90% 70% - 80%
6 Target NPL Gross < 5% 5%
7 Target NOP < 15% 15%
8 Target LDR Ratio 78% - 95% ≤ 100%
9 Target perbandingan 50 Deposan Inti / Total DPK < 15% 15% - 17,5%
10 Target Cost / Income Ratio < 50% 50% - 55%