he said. she said

22

Upload: pt-visi-anugerah-indonesia

Post on 07-Apr-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kata-kata memiliki kuasa. Kata-kata dapat membangun seseorang atau meruntuhkannya. Dan kata-kata yang Anda gunakan terhadap pasangan Anda memiliki pengaruh yang bahkan lebih besar. Tetapi jika komunikasi adalah salah satu kunci untuk sebuah hubungan relasi yang sehat dan bahagia, bagaimana Anda mengetahui kata-kata yang tepat yang harus diucapkan? Praktis, menggelikan, dan menyenangkan. He Said. She Said. mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari pria dan wanita. Delapan perkataan yang berkekuatan besar - seperti "Saya menghormatimu," Saya mendambakanmu," dan "Saya percaya kepadamu" - akan membawa revolusi komunikasi di antara suami dan istri. Memakai kisah-kisah nyata, wawancara, penelitian, pengalaman bertahun-tahun, pasangan Laffoon memperlengkapi para pasangan dengan sarana-sarana yang mereka perlukan untuk saling memperkuat satu sama lain. He Said. She Said. juga memuat pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan diskusi untuk kelas-kelas di gereja dan kelompok kecil.

TRANSCRIPT

Delapan perkataan berkekuatan besaryang akan mengokohkan pernikahan Anda

“Alami sebuahpernikahan yang barudi akhir buku ini!”DR. KEVIN LEMAN

Copyright © 2010 by Jay & Laura LaffoonOriginally published in English under the title He Said She Saidby Baker Books, a division of Baker Publishing GroupGrand Rapids, Michigan, 49516, U.S.AAll rights reserved

Penerjemah : Lennywati Kusnadi Penyunting: James YanuarDesain Cover & Layout: Felly MeilindaProof Reader: Robin Kristanto

Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada :PT. VISI ANUGERAH INDONESIAJalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854Email : [email protected]

ISBN : 978-602-8073-54-7Cetakan pertama, Juli 2011Indonesian Edition © Visipress 2010

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA IndonesiaNo : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina

Member of IKAPINo : 185/JBA/2010

Buku ini didedikasikan kepada para pendeta dan para pasangan awam di banyak sekali gereja, yang menjadi bagian dari Healthy Marriage Healthy Church Marriage Wellness Initiative milik kami dan yang sedang berjuang dalam membantu pernikahan-pernikahan untuk bertumbuh. Dan kepada setiap pasangan yang mengerti akan sukacita yang datang dari berinvestasi dalam pernikahan Anda!

9

Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih 9

Sebuah Pesan dari Jay dan Laura 11

1. Kekuatan Kata-kata 15

2. Sang Istri Perlu Mendengar “Saya Mencintaimu” 43

3. Sang Suami Perlu Mendengar “Saya Bangga Terhadapmu” 75

4. Sang Istri Perlu Mendengar “Saya Menghormatimu” 101

5. Sang Suami Perlu Mendengar “Saya Perlu ______ darimu” 133

6. Sang Istri Perlu Mendengar “Saya Mendambakanmu” 159

7. Sang Suami Perlu Mendengar “Saya Menginginkanmu” 183

8. Sang Istri Perlu Mendengar “Saya Menghargaimu” 203

9. Sang Suami Perlu Mendengar “Saya Percaya Kepadamu” 227

10. Hal-hal yang Ingin Kita Ubah 247

Epilog 263

11

Ucapan Terima Kasih

Kami ingin berterima kasih kepada Torrey dan Grace, yang tak diragukan lagi adalah dua berkat terbesar dalam ke-hidupan kami. Keluarga kami, yang telah membentuk dan,

ya, telah membuat kami ‘gila’ dengan cara yang benar. Teman-teman kami yang telah bersabar dengan pertanyaan-pertanyaan Jay yang tidak sopan dan tidur siang Laura, dan yang tahu pertama kali betapa miskinnya pengetahuan kami mengenai pernikahan. Kepada teman-teman lama dan baru yang telah terhubung melalui Internet. Darren dan Janey Goude, adalah orang-orang yang dikirimkan Tuhan pada saat yang tepat. Semua pengurus, staf, dan sukarela-wan Pelayanan Celebrate Ministry yang sangat gigih memperjuang-kan pernikahan-pernikahan di sisi kami. Para profesional yang luar biasa di Baker Publishing Group, dan Nashville Agency, terima kasih untuk keahlian dan bantuan Anda semua selama ini. Para pasangan yang telah mengisi survei kami serta membuka hati dan kehidupan mereka dengan harapan dapat membantu orang lain dalam perjalanan yang disebut pernikahan ini.

13

Sebuah Pesandari Jay dan Laura

Sewaktu kami berbicara kepada orang-orang mengenai pernikahan, kebanyakan dari mereka dengan cepat menye-tujui bahwa pernikahan sedang terancam. Mereka setuju

bahwa pernikahan adalah fondasi dari keluarga, gereja, dan komu-nitas. Mereka sependapat bahwa kita seharusnya memusatkan diri pada kebutuhan pernikahan. Tetapi, ketika ditanya apa yang telah mereka perbuat bagi pernikahan, mereka menggelengkan kepala dan berkata “Tidak ada.” Kami ingin melihat para pasangan tetap berjuang akan perni-kahan mereka. Dalam buku ini, kami menyediakan sarana yang diperlukan oleh para pasangan yang telah menikah untuk mem-perjuangkan pernikahan mereka dan membantu pasangan lain untuk melakukan hal yang sama. Kami memperkenalkan delapan perkataan (atau frasa) yang secara dramatis akan mengubah cara pandang Anda terhadap pasangan Anda dan sebaliknya. Dengan menggunakan delapan sarana yang tepat ini, kami akan menunjuk-kan kepada Anda strategi spesifik untuk memperkokoh pernikahan

14

Anda dan dunia kita. Sebuah pernikahan yang berkembang akan menjangkau melampaui suami dan istri dalam mempengaruhi tiga area kritis dalam budaya kita: rumah kita, gereja kita, dan komuni-tas kita.

Rumah Kita

Sebuah survei yang diadakan oleh Associated Press dan MTV dengan koresponden hampir 1.300 kaum muda yang berusia 13 sampai 24 tahun, “Apa yang membuat kamu bahagia?” MTV mengharapkan jawaban-jawaban seperti iPod1, TV, Xbox 3602, dan uang. Tetapi, mereka mendapatkan jawaban nomor 1 yang tidak terduga: menghabiskan waktu bersama ayah dan ibu! Survei ini menunjukkan fakta bahwa anak-anak mencari tem-pat tinggal dimana ada sukacita, kedamaian, dan kepuasan. Ke-tika para pasangan berinvestasi dalam pernikahan, rumah menjadi tempat dimana anak-anak dan para remaja bertumbuh.

Gereja Kita

Bukanlah rahasia bahwa perceraian mendatangkan kerusakan, tetapi kita mungkin tidak memperhitungkan akibat perceraian terhadap gereja kita. Kira-kira 60 persen orang Amerika dengan umur di bawah delapan belas tahun tidak secara teratur datang ke tempat ibadah. Hasil survei yang dipublikasikan tanggal 6 Agus-tus 2007 dalam acara USA Today mengatakan bahwa “7 dari 10 orang-orang Kristen Protestan berusia 18 sampai 30 tahun—baik itu gereja aliran Injili atau aliran Protestan—yang datang ke gereja secara teratur di SMU berkata mereka berhenti beribadah pada umur 23 tahun, menurut survei yang dilakukan oleh LifeWay Re-1 perangkat pemutar media digital: musik dan/atau film.2 perangkat permainan video games, dapat juga dipakai untuk memutar film dan online internet.

15

search.” Alasan utama mereka meninggalkan gereja karena mereka merasa tidak adanya “pertalian” dengan tubuh Kristus yang lebih dalam. Para orang tua adalah kunci dalam membantu para remaja dalam membuat relasi dengan tubuh Kristus yang lebih dalam. Sedihnya, kebanyakan orang tua di jaman ini sedang berjuang dalam perjalanan pribadi mereka dengan Kristus, yang tecermin dalam gaya hidup dan pernikahan mereka. Sebuah survei yang di-adakan oleh Barna Institute menemukan bahwa empat dari sepu-luh pernikahan yang diadakan di gereja berakhir pada perceraian dan mempengaruhi satu juta anak-anak setiap tahunnya. Ketika para orang tua putus hubungan karena perceraian, anak-anak mereka sering kali putus hubungan dari tubuh Kristus. Dengan berinvestasi dalam pernikahan, kita menunjukkan kepada anak-anak kita bahwa tetap bertahan menjalin hubungan itu pen-ting. Sebagai hasilnya, gereja kita akan diperkokoh.

Komunitas Kita

Sebuah reportase yang berjudul “Pernikahan dan Kesehatan Ke-luarga: Bisnis Perusahaan Amerika?” yang dibuat oleh Marriage CoMission, sebuah grup penyokong pengokoh pernikahan yang berpusat di Atlanta, menunjukkan dampak perceraian terhadap bisnis. Pada tahun terjadinya perceraian, karyawan kehilangan waktu kira-kira empat minggu kerja. Hilangnya produktifitas ka-rena stress akibat hubungan relasi dan pernikahan menyebabkan pemilik perusahaan mengalami kerugian sebesar enam milyar dolar Amerika setiap tahunnya. Itu adalah sebuah paket stimulus ekonomi! Ketika para pasang-an berinvestasi dalam pernikahan, mereka menjadi lebih sehat, sejahtera, dan menjadi para karyawan/pemilik perusahaan yang lebih stabil secara emosi.

16

Selamatkan Penikahan Anda, Selamatkan Dunia

Kita tidak hanya sedang membicarakan pernikahan. Buku ini dan frasa-frasa penting yang akan kita pelajari lebih dari sekedar mem-bentuk pernikahan. Sementara pernikahan berubah, sebuah efek gelombang akan menyentuh setiap rumah, gereja, dan komuni-tas. Ketika Anda memperkokoh pernikahan, Anda sedang mem-perkuat masyarakat dan mempengaruhi setiap aspek dari kebu-dayaan kita.

Sebuah Titik Klarifikasi

Delapan kebutuhan yang dibahas dalam buku ini adalah kebutuh-an yang ada dalam setiap umat manusia. Pengalaman kita telah menunjukkan bahwa secara umum empat dari kebutuhan ini lebih dominan dalam wanita dan empat lagi lebih dominan dalam pria. Walaupun Anda mungkin adalah sebuah pengecualian dari aturan tersebut, buku ini ditulis untuk memberikan kepada para pasangan ide umum mengenai kebutuhan pasangan mereka.

Kekuatan Kata-kata

1

19

Dalam bukunya yang berjudul The Great Crossover, pe-ngarang Dan Sullivan membagikan teorinya bahwa ada empat “waktu/momen“ dalam sejarah dimana kata-kata

secara harafiah telah mengubah cara kita hidup. “Kata-kata yang diucapkan” telah memperkenankan manusia untuk berkomunikasi satu sama lainnya. Kemudian “kata-kata yang dituliskan” memberikan manusia kemampuan untuk menyimpan sejarah dan pemikiran-pemikiran. Lalu “kata-kata yang dicetak”, dihasilkan dari mesin luar biasa yang diciptakan oleh Johannes Gutenberg, telah membawa kata-kata tulisan—termasuk pendidik-an—kepada orang banyak. Akhirnya, “kata-kata dalam bentuk di-gital” memberikan manusia akses kepada pengetahuan dunia dari kemudahan penggunaan laptop kita. Survei kami terhadap lebih dari 1.800 orang yang telah me-nikah menunjukkan bahwa kata-kata memiliki kuasa yang sama besarnya dalam hubungan relasi kita. Dalam pernikahan, juga se-perti dalam sejarah, kata-kata mengubah cara kita hidup.

Enam Kata Sederhana

Enam kata sederhana telah mengubah segalanya pada Jumat malam itu. Laura dan saya telah menjalani minggu yang sangat be-rat. Kepala saya menyentuh bantal pada jam 11 malam, dan saya langsung tertidur. Pada jam 11:06, Laura menyentuh saya di bawah selimut. Secara instan, sebuah senyuman dalam ketidaksadaran muncul di wajah saya. Mengira bahwa dia sedang “memulainya”.

He Said. SHe Said.

20

Saya tidak peduli betapa lelahnya saya, ini adalah sebuah berita sangat bagus! Pikiran akan hal-hal yang menyenangkan berlarian di kepala saya sementara Laura berbisik, “Jay… ada seseorang di ru-mah kita!” Saya benar-benar tidak menduganya; saya tidak dapat mengerti apa yang dia katakan pada mulanya. Sekarang saya sudah benar-benar terbangun tetapi bingung. Saya memutar kepala saya dan mengintip dengan mata yang setengah terbuka, berharap mendapatkan gambaran yang lebih jelas akan apa yang Laura katakan. Dia telah menarik selimut sam-pai ke hidungnya. Yang dapat saya lihat adalah dua mata yang hampir tertutup. Dia berbisik sambil menjerit kepada saya: “Jay, ada seseorang di rumah kita … tangkap diaaaaa!” Dua minggu sebelum hari Jumat yang bersejarah ini, ada tiga narapidana kabur dari penjara federal di Atlanta: dua orang pe-merkosa dan seorang pembunuh. Para pemerkosa tertangkap ke-esokkan harinya, tetapi dua minggu kemudian, si pembunuh masih dalam pencarian pihak yang berwenang. Modus operandi pelarian ini adalah bersembunyi di hutan Atlanta pada siang hari. Kadang-kadang dia masuk ke rumah-ru-mah warga sementara para pemilik sedang berada di tempat kerja atau di sekolah. Ketika hari masih terang dia mencuri makanan dan pakaian. Di malam hari, dia pergi meninggalkan kota dalam kegelapan malam. Media menyoroti berita ini, mereka mengikuti “penampakan” pelarian itu di seputar kota. Pengamatan tersebut sampai pada bagian kecil di Snellville. Di awal minggu tersebut, Laura dan saya pulang ke rumah dan mendapati banyak mobil polisi parkir di jalan tempat kami ting-gal. Beberapa tetangga kami dimasuki maling … semua yang dicuri hanya makanan dan pakaian. Saya duduk tegak di atas ranjang, jantung saya berdetak 145

KeKuatan Kata-Kata

21

kali dalam semenit karena dipengaruhi adrenalin yang secara spontan sedang mengalir melalui pembuluh darah saya. Telinga saya terasa menjadi sebesar piringan parabola sementara saya dengan perlahan menggerakkan kepala saya ke depan dan ke belakang sambil menunggu … menunggu … Buk! Buk! Para wanita tidak mengerti para pria ketika menghadapi krisis. Para anak lelaki memimpikan kesempatan-kesempatan seperti ini, bahwa berita utama di koran akan memberitahu kepada seluruh dunia mengenai tindakan kepahlawanan kami yang penuh kebera-nian. Saya mengetahui dua hal:

Pembunuh tersebut ada di rumah saya.

Dia akan saya kalahkan!

Ah, itu hanya fantasi. Pada kenyataannya … saya lebih mirip dengan Barney Fife1 dibandingkan dengan Rambo. Saya terjatuh dari kasur, gemetar dan tertatih-tatih menuju lemari. Saya melaku-kan apa yang saya katakan kepada diri saya sendiri tidak akan per-nah saya lakukan. Saya mengeluarkan pistol milik saya. Sambil berjinjit menuju pintu kamar tidur kami, saya merasa sangat ketakutan. Dengan suara paling dalam, tergagah yang dapat saya ucapkan, saya berkata, “Laura, panggil … polisi!” Saya ingin pembunuh tersebut berpikir bahwa yang menge-jarnya adalah seorang pria tinggi besar seperti gorila setinggi dua meter dan dengan berat dua ratus kilogram yang membawa sebuah senapan besar kaliber 8. Pada kenyataannya saya adalah seorang pengecut gemuk dengan tinggi 172 cm dengan sebuah senapan angin yang kakek saya berikan kepada saya ketika berumur dua belas tahun.

1 Barney Fife adalah sebuah karakter komik yang kurang mampu menggunakan senjata api. Sumber: Wikipedia.

He Said. SHe Said.

22

Kami baru menempati rumah bertingkat tiga milik kami terse-but satu setengah bulan yang lalu. Itu adalah “rumah” kami yang pertama, dan kami sangat bangga—meskipun Anda tidak dapat mengatakannya demikian jika melihat perabotan rumah kami yang sangat sedikit. Lantai paling atas terdapat tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Pertama-tama saya memeriksa semua kamar tidur yang kosong, tanpa perabotan, tanpa lukisan, tanpa apa-apa. Sam-bil mengarahkan senapan ke setiap kamar, saya secara bersamaan menyalakan lampu menggunakan laras senapan dan jongkok de-ngan posisi siaga seperti yang saya lihat di banyak film detektif di televisi. Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar tidur atau di kamar mandi kami. Tidak ada siapa-siapa di kamar tidur tambahan per-tama. Kamar tidur tambahan kedua juga kosong. Saya pergi ke ka-mar mandi tambahan dan melihat gorden pancuran kamar mandi tertutup. Sementara laras senapan membuka gorden tersebut, hati saya berdebar karena memori yang sangat hidup dari film Psycho. Tidak ada siapa-siapa di pancuran. Saya berdiri di tangga paling atas lama sekali. Lima anak tang-ga ke bawah akan membawa saya ke ruang keluarga. Jika saya mengendap-endap di tangga, pembunuhnya dapat menyergap saya dengan mudah. Saya berpikir satu-satunya kesempatan yang saya miliki adalah serangan kejutan. Satu, dua, tiga … ahhhhhhhh! Saya mengenai lantai, berguling dengan sempurna, dan berdiri siap untuk menembak apa saja yang bergerak. Perabotan yang kami miliki adalah perabotan bekas dari orang tua kami—sejenis barang-barang bekas yang ditolak Bala Kesela-matan. Di sudut ruang tamu ada sebuah TV tua. Sangat tua—yang memakai tabung. Ingatkah bagaimana TV-TV tua itu akan bersi-nar bahkan setelah Anda mematikannya? Pikiran saya tidak meng-