file referensi kues pugs 2

Upload: rainiranch

Post on 11-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gizi

TRANSCRIPT

  • PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB

    TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG

    NOVIKA TRI AFIANTI

    PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

    2008

  • Nutritional Behavior of Student Majoring Nutrition in Faculty of Agriculture and Faculty of Human Ecology, IPB,

    Related to the General Guidance of Balance Diet Novika Tri Afianti1) Siti Madnijah2)

    Abstract The General Guidance of Balance Diet are guidelines for good and right nutritional behavior which consist of 13 messages made by government in order to prevent many nutritional problems. The general objective of this research was to analyze nutritional behavior of student majoring Nutrition in Faculty of Agriculture and Faculty of Human Ecology, IPB, related to the General Guidance of Balance Diet. The research, which used cross sectional study design, was conducted in March 2008 in IPB Darmaga Campus. The statistical test used was Kruskal Wallis Test, Spearman Correlation Test, and Logistic Regression. The result shows that the knowledge about the General Guidance of Balance Diet of students in fourth, third, and second grades are different (p=0.000). Lower the educational level in college, greater number of sample with little knowledge of the General Guidance of Balance Diet. The attitude of the General Guidance of Balance Diet among samples has significant difference (p=0.000). Higher the educational level in college, greater number of student with good attitude of the General Guidance of Balance Diet. However, the practice of samples is not significantly different (p=0.288). The practical score difference between samples are not big. There is significant correlation between knowledge and attitude (p=0.000), and between knowledge and practice (p=0.022) about the General Guidance of Balance Diet. There is also correlation between attitude and practice of the General Guidance of Balance Diet (p=0.024). Factors that influence the practice about the General Guidance of Balance Diet are educational level of father, participation to organization and seminar/training related to food and nutrition, and information access to food and nutritional. Key word: The General Guidance of Balance Diet, nutritional behavior of college

    student __________________ 1 Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB 2 Staf Pengajar Dept. Gizi Masyarakat, FEMA, IPB

  • RINGKASAN

    NOVIKA TRI AFIANTI. Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.

    Pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) merupakan suatu pedoman perilaku gizi baik dan benar yang terdiri dari 13 pesan dan dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah berbagai masalah gizi. Tiga belas pesan tersebut, meliputi 1) makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3) makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, (4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5) gunakan garam beriodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, (8) biasakan makan pagi, (9) minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, (10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah label pada makanan yang dikemas.

    Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan-pesan PUGS. Tujuan khususnya, yaitu membandingkan pengetahuan, sikap, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2), menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3,dan 2), dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktek terhadap pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).

    Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dan dilaksanakan pada bulan Maret 2008 yang berlokasi di lingkungan kampus IPB, Darmaga Bogor. Contoh terdiri dari 120 mahasiswa dengan proporsi 39 mahasiswa tingkat 4 (35 orang perempuan dan 4 orang laki-laki), 41 mahasiswa tingkat 3 (35 orang perempuan dan 6 orang laki-laki), dan 40 mahasiswa tingkat 2 (36 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Pengambilan contoh dilakukan dengan proportionate stratified random sampling.

    Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer, meliputi karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada contoh untuk diisi. Data sekunder yang dikumpulkan, meliputi nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi serta nilai mutunya. Data sekunder diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia dengan uji Kruskal Wallis, korelasi Spearman, dan Regresi Logistik.

  • Diantara 13 pesan PUGS, pesan yang diketahui oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan. Sementara itu, pesan yang diketahui oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-12 yakni makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Semakin rendah tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi maka semakin banyak contoh yang pengetahuannya kurang tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, tingkat 3, dan tingkat 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Rata-rata skor pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS kelompok tingkat 4, 3, dan 2, yaitu 56.2, 55.8, dan 34.4. Lebih dari 90% contoh baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 mempunyai sikap setuju bahwa makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan. Semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka semakin banyak contoh yang memiliki sikap tentang pesan-pesan PUGS baik. Sikap tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Rata-rata skor sikap tentang pesan-pesan PUGS contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 berturut-turut adalah 78.4, 76.6, dan 72.6.

    Diantara ke 13 pesan PUGS, pesan yang dipraktekkan oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-5 yakni menggunakan garam beriodium. Sementara itu, pesan PUGS yang dipraktekkan oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-10 yakni olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit. Hanya 2.5% contoh yang mempraktekkan pesan tersebut.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang mempraktekkan pesan-pesan PUGS dengan baik hanya terdapat 3.3%. Jumlah terbanyak contoh yang memiliki praktek tentang pesan-pesan PUGS baik terdapat pada kelompok tingkat 4. Secara umum praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS tergolong cukup dan kurang. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka prakteknya tentang pesan-pesan PUGS akan semakin baik. Namun, praktek tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3 dan 2 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p=0.288). Rata-rata skor praktek tentang pesan-pesan PUGS antara kelompok contoh tingkat 4, 3 dan 2 tidak berbeda jauh, yaitu 59.3, 57.4, dan 56.8.

    Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.000) dan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.022). Sementara itu, sikap tentang pesan-pesan PUGS juga memiliki hubungan yang nyata (p=0.024) dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS.

    Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS adalah pendidikan ayah, keikutsertaan contoh terhadap organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi.

  • PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB

    TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG

    NOVIKA TRI AFIANTI

    Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

    PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

    FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2008

  • Judul Penelitian : Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian

    dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan

    Pedoman Umum Gizi Seimbang

    Nama Mahasiswa : Novika Tri Afianti

    Nomor Pokok : A54104086

    Disetujui, Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP. 130 541 472

    Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

    Tanggal lulus:

  • PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

    Skripsi ini yang berjudul Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian

    dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi

    Seimbang sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program

    Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

    Pertanian Bogor. Atas selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak

    terima kasih kepada :

    1. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah

    memberikan waktunya untuk membimbing penulis serta kesabarannya

    dalam membimbing.

    2. Katrin Roosita, SP, MSi, selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan serta saran yang membangun untuk perbaikan skripsi.

    3. dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pemandu seminar yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

    4. drh. M. Rizal Martua Damanik, M. Rep. Sc.,PhD, selaku pembimbing

    akademik yang telah membantu penulis dalam perkuliahan awal semester.

    5. Seluruh rekan-rekan GMSK 41, GIZ 42 dan 43 yang telah bersedia menjadi

    responden penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

    6. Staf komisi pendidikan, mas Rena untuk kesediaan waktunya dalam

    memberikan data pada penulis mengenai mata kuliah yang telah diambil

    oleh contoh dalam penelitian ini.

    7. Bapak yang ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada

    dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada

    siapapun dan (tapi) selalu membutuhkan kehadiranya. Terima kasih atas

    semuanya yang tak terhingga baik dukungan moril maupun materi.

    8. Ibu yang setiap saat memberi perhatian dan doa dalam setiap sujudnya.

    9. Kakak-kakakku tersayang mba Lia dan mba Pipit yang telah berbagi

    pengalaman yang sangat berharga kepada penulis.

    10. Sdr. Firmansyah Alam yang selalu memberi dorongan agar penulis cepat

    menyelesaikan skripsi dan selalu membantu penulis dalam segala hal serta

    memberi penghiburan saat penulis mengalami kejenuhan.

  • 11. Sahabat-sahabat penulis : Lenny, Dhyta, Suci, Yulia, dan Lia yang telah

    memberi aspirasi, kesediaan waktu, dan dukungan moril pada saat penulis

    dalam keadaan panik menghadapi seminar ataupun sidang.

    12. Rekan-rekan seperjuangan, GMSK 41 yang tidak bisa disebutkan satu

    persatu. I Love U All.

    Terima kasih ya Allah, atas izin dan ridho-Mu skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik. Engkau anugrahkan pancaindera dan otak ini untuk

    berfikir serta orang-orang yang Engkau gerakkan untuk membantu penulis

    sehingga skripsi ini menjadi sebuah karya yang tak ternilai harganya. Semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

    Bogor, Juli 2008

    Penulis

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 7 November 1986 di Tangerang, Provinsi

    Banten. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan

    ayahanda Aminuddin dan Ibunda Barikoh. Pendidikan formal yang pernah

    dijalani penulis adalah pendidikan taman kanak-kanak di TK Nurul Mursyidah

    yang kemudian dilanjutkan ke SD Islamic Village Tangerang lalu ke SMP Negeri

    17 Tangerang, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di

    SMA Islamic Village Tangerang tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa

    pada Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,

    Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur SPMB.

    Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepungurusan dan

    kepanitiaan. Penulis aktif dalam keorganisasian Himpunan Mahasiswa Peminat

    Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai bendahara divisi kewirausahaan

    periode 2005-2006, serta aktif sebagai panitia berbagai acara-acara yang

    berlangsung di Program Studi maupun Fakultas. Penulis juga pernah mengikuti

    Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan.

    Selain itu, penulis juga aktif di organisasi luar kampus, seperti Forum

    Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA). Forum ini merupakan himpunan mahasiswa

    yang telah menjadi alumni training Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ). Pada

    tahun 2005-2007, penulis berperan serta secara aktif dalam penyelengaraan

    training Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ) di daerah Bogor.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

    PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................. 2

    Hipotesis .................................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

    TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4

    Perilaku terhadap Gizi dan Makanan ......................................................... 4 Pengetahuan tentang Gizi dan Makanan ................................................... 4

    Sikap terhadap Gizi dan Makanan ........................................ 6 Praktek tentang Gizi dan Makanan ....................................... 7

    Pendidikan gizi ................................................................................ 9 Pendidikan formal ................................................................. 9 Pendidikan nonformal ........................................................... 9

    Proses belajar ............................................................................................. 10 Akses terhadap informasi ........................................................................... 12

    Pedoman Umum Gizi Seimbang .................................................... 12 Makna Pesan-Pesan PUGS ....................................................................... 13

    KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 20

    METODE PENELITIAN .................................................................................... 22

    Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 22 Cara Pengambilan Contoh ........................................................................ 22 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................... 24 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 24 Definisi operasional .................................................................................... 29

    HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 31

    Karakteristik Contoh ................................................................................... 31 Jenis Kelamin ............................................................................................. 31 Alokasi Pengeluaran untuk Pangan ........................................................... 31 Karakteristik Orangtua ................................................................................ 32 Pendidikan Orangtua .................................................................................. 32 Pendapatan Orangtua ................................................................................ 33

    Pendidikan Nonformal ................................................................................ 34 Akses terhadap Informasi Pangan dan Gizi ............................................... 36 Jumlah Mata Kuliah bidang Pangan dan Gizi ............................................. 38 IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi .................................................... 40 Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS ................................................ 40 Sikap tentang Pesan-pesan PUGS ............................................................ 45 Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................... 49

  • Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ................................................................................... 53

    Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 53

    Hubungan Pengetahuan dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 54

    Hubungan Sikap dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 55

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................................................... 56

    KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 59

    Kesimpulan ................................................................................................. 59 Saran .......................................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 64

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Proporsi jumlah contoh tiap kelompok sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi ................................................................................ 23

    2. Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai jenis kelamin ..... 23

    3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin .......................................... 31

    4. Sebaran contoh berdasarkan besar alokasi pengeluaran untuk pangan .................................................................................................. 32

    5. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua .................. 33

    6. Sebaran orangtua contoh berdasarkan tingkat pendapatan perbulan ................................................................................................ 34

    7. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi ....................................................... 34

    8. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi ...................................... 36

    9. Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi pangan dan gizi ................................................................................................. 37

    10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat akses informasi pangan dan gizi ................................................................................................. 38

    11. Jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh ................................................................................................... 38

    12. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang istilah pesan-pesan PUGS .............................................................................. 41

    13. Sebaran contoh yang dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dengan benar ....................................................................................... 42

    14. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar mengenai pertanyaan makna pesan-pesan PUGS .............................. 43

    15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS .............................................................................. 44

    16. Sebaran contoh berdasarkan sikap setuju tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 46

    17. Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 46

    18. Sebaran contoh yang selalu mempraktekkan pesan-pesan PUGS ...... 49

    19. Sebaran contoh berdasarkan tingkat praktek tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 51

    20. Hubungan pengetahuan dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 53

    21. Hubungan pengetahuan dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 54

  • 22. Hubungan sikap dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 56

    23. Faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 56

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1. . Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi

    perilaku gizi mahasiswa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS ......... 21

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Kuesioner penelitian ........................................................................... 65

    2. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 4 ................................................... 73

    3. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 3 ................................................... 75

    4. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 2 ................................................... 77

    5. Daftar nama seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh ........................................................ 79

    6. Hasil uji Kruskal Wallis variabel penelitian .......................................... 80

    7. Hasil uji korelasi Spearman variabel penelitian .................................. 81

    8. Hasil uji Regresi Logistik variabel penelitian ....................................... 82

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pada era globalisasi ini, masalah gizi ganda seperti masalah gizi kurang

    dan masalah gizi lebih masih dialami penduduk Indonesia. Masalah gizi berkaitan

    erat dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya kualitas SDM

    merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan bebas di era

    globalisasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam

    pembangunan melalui peningkatan kualitas SDM. Hal ini harus dilakukan secara

    berkelanjutan agar dapat mencapai perkembangan gizi masyarakat yang baik

    serta dapat mencapai tujuan globalisasi.

    Pada dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku.

    Oleh sebab itu, diperlukan suatu tindakan pemerintah untuk memperbaiki

    perilaku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian

    informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar (Depkes 1996).

    Pada tahun 1992, kongres gizi internasional di Roma menghasilkan

    keputusan bahwa setiap negara direkomendasikan untuk membuat pedoman

    umum gizi seimbang (PUGS) guna menciptakan kualitas sumber daya manusia

    yang baik. Oleh karena itu, Indonesia membuat pedoman umum gizi seimbang

    (PUGS) yang terdiri dari 13 pesan, yaitu : (1) makanlah aneka ragam makanan,

    (2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3) makanlah

    makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, (4) batasi

    konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5)

    gunakan garam beriodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan

    ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) dan tambahkan MP-ASI

    sesudahnya, (8) biasakan makan pagi, (9) minumlah air bersih, aman, dan cukup

    jumlahnya, (10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman

    beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah

    label pada makanan yang dikemas (Depkes 2005).

    Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya penting yang dapat

    dilakukan dalam meningkatkan status gizi masyarakat. Oleh karena itu, materi

    mengenai pesan-pesan PUGS penting dimasukkan dalam kurikulum pada suatu

    perguruan tinggi khususnya di bidang ilmu gizi.

  • Pendidikan gizi bagi orang dewasa bisa didapatkan secara formal, non

    formal maupun informal. Pendidikan gizi secara formal didapatkan dalam

    kegiatan belajar mengajar di suatu perguruan tinggi dimana materi yang

    diberikan sesuai dengan kurikulum.

    Suatu indikator keberhasilan dari kegiatan proses belajar di perguruan

    tinggi adalah meningkatnya pengetahuan gizi dan terwujudnya perilaku

    mahasiswa yang sesuai dengan pesan-pesan PUGS. Namun banyak faktor yang

    mempengaruhi perilaku gizi sesuai pesan-pesan PUGS. Faktor yang dapat

    mempengaruhinya antara lain faktor sosial ekonomi, budaya, kondisi kesehatan

    dan sebagainya.

    Penelitian ini ingin melihat sejauh mana mahasiswa bidang gizi telah

    menerapkan pesan-pesan PUGS dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini

    terfokus pada pengetahuan, sikap dan praktek mahasiswa bidang gizi tentang

    pesan-pesan PUGS.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi

    mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB

    terhadap pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS).

    Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini, yaitu :

    1. Membandingkan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS pada 3

    kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi

    Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 2. Membandingkan sikap tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok

    mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).

    3. Membandingkan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok

    mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).

    4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan praktek

    tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi

    Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3,dan 2).

  • 5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-

    pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian

    dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2)

    Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara tiga

    kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi

    Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).

    2. Tiga kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas

    Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) memiliki sikap yang berbeda

    tentang pesan-pesan PUGS.

    3. Terdapat perbedaan praktek tentang pesan-pesan PUGS antara tiga

    kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi

    Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).

    4. Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan dengan sikap dan

    praktek terhadap pesan-pesan PUGS pada mahasiswa bidang gizi Fakultas

    Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).

    Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

    pengetahuan, sikap, dan praktek mahasiswa bidang Gizi IPB Fakultas Pertanian

    dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) tentang pesan-pesan

    PUGS serta faktor-faktor yang mempengaruhi praktek mahasiswa bidang Gizi

    IPB Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2)

    tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi

    masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam mengembangkan

    sosialisasi dan penyampaian pesan gizi atau pesan dasar PUGS pada

    masyarakat luas serta bagi pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan

    Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi dalam merencanakan materi dan

    cara penyampaian materi mengenai pesan-pesan PUGS agar subjek belajar

    dapat mengetahui dan mempraktekkan pesan-pesan PUGS.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Perilaku terhadap gizi dan makanan

    Perilaku (manusia) adalah seluruh kegiatan atau aktivitas manusia yang

    dapat terlihat oleh orang lain maupun yang tidak terlihat (Notoatmodjo 2003).

    Menurut Skiner (1983) diacu dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan

    respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku terjadi

    karena adanya proses stimulus terhadap organisme, dimana organisme tersebut

    akan merespons.

    Namun, respons yang diberikan sangat tergantung dengan karakteristik

    individu masing-masing. Oleh karena itu, walaupun stimulus yang diberikan sama

    tetapi respons yang timbul pada setiap orang berbeda. Faktor yang membedakan

    respons itu disebut determinan perilaku, diantaranya :

    1) Determinan atau faktor internal meliputi karakteristik individu yang bersifat

    genetik, seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

    sebagainya.

    2) Determinan atau faktor eksternal meliputi lingkungan baik lingkungan fisik,

    sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo 2003).

    Perilaku terbagi ke dalam 3 domain, yaitu kognitif, affektif, dan

    psikomotor. Ketiga domain ini dapat dinilai dari pengetahuan (knowledge), sikap

    (attitude), dan praktek (practice) (Bloom 1908 diacu dalam Notoatmodjo 2003).

    Oleh karena itu, perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang

    terhadap makanan. Perilaku makan merupakan respon seseorang terhadap

    makanan sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan (Notoatmodjo 2003).

    Perilaku timbul dikarenakan adanya dorongan dalam diri seseorang untuk

    memenuhi kebutuhannya. Perilaku tidak terjadi secara sporadis (timbul dan

    hilang pada saat tertentu) melainkan terjadi secara kontinuitas antara perilaku

    yang satu dan lainnya. Hal ini disebabkan perilaku manusia tidak perrnah

    berhenti pada suatu waktu (Purwanto 1999).

    Pengetahuan tentang Gizi dan Makanan Definisi pengetahuan secara luas yaitu hasil penginderaan seseorang

    melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba tehadap suatu

    objek tertentu. Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

    atau pengalaman orang lain. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

    bertahan lebih lama dibanding tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo

    2003).

  • Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif memiliki

    6 tingkatan diantaranya, yaitu :

    1. Tahu (know)

    Tingkatan tahu (know) ini merupakan tingkatan dari pengetahuan yang

    terendah. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari termasuk

    ke dalam tingkat ini. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja,

    seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

    sebagainya.

    2. Memahami (comprehension)

    Memahami merupakan kemapuan seseorang dalam menjelaskan suatu

    objek serta dapat mengintrepetasikannya dengan benar. Tingkat

    pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menjelaskan,

    menyebutkan contoh, meramalkan, menyimpulkan, dan sebagainya.

    3. Aplikasi (aplication)

    Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menerapkan materi yang

    pernah dipelajarinya, seperti penggunaan rumus, metode, prinsip, dan

    sebagainya.

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan suatu materi ke

    dalam komponen-komponen secara berkaitan dan terstruktur. Tingkat

    pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menggambarkan,

    membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

    5. Sintesis (synthesis)

    Sintesis mengarah kepada kemampuan seseorang dalam membentuk

    formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Tingkat pengetahuan

    ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyusun, merencanakan,

    meringkaskan, meneysuaikan, dan sebagainya.

    6. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi merupakan kemampuan seseorang melakukan penilaian terhadap

    suatu objek yang didasari dengan kriteria-kriteria tertentu.

    Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari beberapa macam proses

    belajar, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal

    (Idris 1982 diacu dalam Emilia 1998). Berdasarkan hasil penelitian Yusra (1998)

    terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan tingkat

    pendidikan seseorang.

  • Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

    perilaku seseorang dalam memilih makanan yang akan mempengaruhi status

    gizinya. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka

    akan semakin baik status gizinya (Irawati, Damanhuri & Fahrurozi 1992 diacu

    dalam Khomsan et al 2007). Pengetahuan gizi dapat diukur dengan cara

    wawancara atau angket yang mencakup materi yang ingin diukur dari responden

    (Notoatmodjo 2003).

    Sikap terhadap Gizi dan Makanan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menggambarkan suka atau tidaknya seseorang terhadap suatu

    objek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi sikap

    merupakan predisposisi tindakan dari suatu perilaku (Notoatmodjo 2003).

    Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif

    (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan). Komponen kognitif sikap

    menggambarkan pengetahuan seseorang tentang suatu objek. Komponen afektif

    sikap menggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu objek.

    Sedangkan komponen konatif sikap menggambarkan kecenderungan seseorang

    untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan objek sikap. Sikap juga

    memiliki dimensi positif, netral, dan negatif. Sikap dapat berubah dengan

    berjalannya waktu (Sumarwan 2003).

    Adanya hubungan yang kuat antara sikap dan tingkah laku (Fishbein &

    Ajzen 1975). Oleh karena itu, sikap dapat mempengaruhi perilaku makan secara

    langsung karena sikap merupakan suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran atau

    daya nalar untuk memberi tanggapan terhadap sesuatu hal (Engel, Blackwell &

    Miniard 1994). Menurut Khumaidi (1994) sikap dipengaruhi oleh lingkungan alam,

    budaya, sosial, dan ekonomi.

    Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat timbul dalam konteks

    situasi. Oleh karena itu, sikap dapat dipengaruhi oleh suatu situasi atau keadaan

    (Sumarwan 2003). Sehingga seseorang dapat bersikap berdasarkan

    pengalamannya tanpa mengerti situasinya secara lengkap (Engel, Blackwell &

    Miniard 1994). Menurut Allport (1954) diacu dalam Notoatmodjio (2003) sikap

    memiliki 3 komponen pokok, diantaranya :

    1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

    2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

    3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

  • Ketiga komponen tersebut saling mendukung dalam pembentukan sikap

    yang utuh. Selain itu, sikap juga memiliki beberapa tingkatan seperti halnya

    pengetahuan. Tingkatan-tingkatan tersebut, yaitu menerima (receiving),

    merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible)

    (Notoatmodjo 2003).

    Menurut penelitian Yusra (1998) sikap terhadap gizi dan makanan dapat

    dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengetahuan seseorang. Terdapat hubungan

    yang nyata antara sikap gizi dengan tingkat pendidikan formal seseorang.

    Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka akan semakin baik

    sikapnya terhadap gizi dan makanan.

    Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

    Pengukuran yang dilakukan secara langsung yaitu dengan mewawancarai atau

    memberi pertanyaan kepada responden mengenai pendapatnya terhadap suatu

    objek (Notoatmodjo 2003).

    Praktek tentang Gizi dan Makanan Praktek konsumsi pangan merupakan bentuk penerapan kebiasaan

    makanan (Sanjur 1982). Kebiasaan merupakan cara-cara individu atau kelompok

    masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang

    tersedia, yang didasarkan pada latar belakang sosio budaya (Hertog et al 1983

    diacu dalam Emilia 1998).

    Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi antar pengetahuan

    gizi dan sikap terhadap gizi (Sanjur 1982). Perilaku dalam menerapkan sesuatu

    informasi terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan

    dari luar sehingga menimbulkan pengetahuan baru dalam diri manusia

    (Notoatmodjo 2003).

    Pengetahuan dengan sikap seseorang terhadap suatu obyek tidak sama.

    Pengetahuan saja tidak dapat menjadi pendorong seseorang untuk melakukan

    suatu praktek. Pengetahuan akan menjadi sikap dan praktek apabila disertai

    kesiapan pada diri seseorang untuk melakukannya sesuai pengetahuan yang

    dimilikinya (Purwanto 1999).

    Menurut hasil penelitian Yusra (1998) terdapat hubungan yang nyata

    antara praktek gizi dengan pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan formal

    seseorang. Menurut Lunandi (1984) pengetahuan yang didapat oleh seseorang

    menyebabkan seseorang tersebut memiliki keterampilan. Keterampilan serta

    material yang tersedia akan mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku.

  • Perilaku baru terjadi akibat dari perubahan sikap baru yang menyebabkan

    bertambahnya pengetahuan baru. Dengan demikian, seseorang akan melatihkan

    keterampilan baru dengan didukung material yang dibutuhkan (Lunandi 1984).

    Perilaku atau praktek seseorang dalam pemilihan makanan yang terjadi secara

    berulangulang dapat dikatakan sebagai kebiasaan makan (Khumaidi 1994).

    Perkembangan perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan

    makan dalam keluarga melalui proses sosialisasi. Faktor kebiasaan makan yang

    tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari pengaruh faktor luar, seperti faktor

    lingkungan ekologi (ciri tanaman pangan, ternak, dan ikan yang tersedia yang

    dapat dibudidayakan), faktor lingkungan budaya, dan sistem ekonomi. Pada

    hakekatnya kebiasaan makanan ini bersifat dinamis dan dapat berubah akibat

    beberapa faktor yang terkait (Sajogyo 1994).

    Perubahan sosial ekonomi dapat menyebabkan perubahan kebiasaan

    makan (Hartog 1995). Menurut Frankle & Owen (1993) untuk merubah perilaku

    makan seseorang agar menjadi lebih baik memerlukan beberapa aspek

    pendukung, seperti biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan

    lainnya. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ananda (2000)

    bahwa terdapat pengaruh nyata antara variabel penerimaan dan pengeluaran

    untuk pangan terhadap tingkat konsumsi seseorang.

    Menurut Padmiari & Hadi (2001) seseorang yang memiliki pendapatan

    tinggi cenderung akan membeli makanan yang mahal. Oleh karena itu, dapat

    dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin

    tinggi pengeluarannya untuk pangan.

    Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, kecenderungan pola makan

    pun akan berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam asupan lemak dan protein

    hewani serta gula, diikuti dengan penurunan lemak dan protein nabati serta

    karbohidrat. Peningkatan pendapatan juga berhubungan dengan peningkatan

    frekuensi makan di luar rumah yang biasanya tinggi lemak (WHO 2000).

    Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan

    makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan atau penentuan jenis

    dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi seseorang, yaitu selera, tersedia,

    faktor sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya (Riyadi 1996). Seseorang dengan

    pendapatan tinggi cenderung akan lebih memilih pangan yang baik dalam jumlah

    maupun jenisnya (WHO 2000).

  • Perubahan biologis, psikologis, dan kognitif pada remaja berpengaruh

    langsung terhadap status gizinya. Perkembangan psikologi remaja

    mempengaruhi kebiasaan makannya, seperti meninggalkan waktu makan,

    makan berlebihan, mengkonsumsi suplemen, dan memiliki makanan kesukaan

    (Stang & Story 2005).

    Pada masa dewasa awal, seseorang cenderung untuk mudah

    dipengaruhi oleh teman sebayanya. Oleh karena itu, semakin lama orang

    dewasa muda melanjutkan studi di perguruan tinggi atau akademi, maka akan

    semakin panjang periode pengaruh teman sebaya dan makin lama mereka

    berperilaku sesuai dengan standar teman kelompok sebaya (Hurlock 1999).

    Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) jenis kelamin tidak

    mempengaruhi praktek gizi seseorang.

    Pendidikan Gizi Pendidikan adalah suatu proses interaksi antara individu dengan

    lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan alam semesta, lingkungan sosial,

    masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan gizi

    dapat diperoleh secara formal, nonformal maupun informal (Hadikusumo 1996).

    Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) pendidikan gizi

    berhubungan secara nyata dengan pengetahuan, sikap, dan kepercayaan serta

    diduga kuat memilki hubungan dengan perubahan perilaku seseorang. Namun,

    pendidikan gizi berhubungan secara nyata dengan pengetahuan, sikap, dan

    kepercayaan lebih memilki hubungan dengan perilaku seseorang terhadap

    pemilihan makanan.

    Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan pada suatu

    organisasi tertentu, seperti universitas dimana di dalamnya terlihat ada

    penjenjangan, program pembelajaran, jangka waktu proses belajar serta

    memperhatikan proses penerimaan pelajaran oleh murid dan lain-lain

    (Hadikusumo 1996). Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan

    pengetahuan gizi. (Sanjur 1982). Menurut hasil penelitian Taren et al (2001)

    penambahan kurikulum atau jumlah mata kuliah ilmu gizi akan mempengaruhi

    pengetahuan dan kemampuan praktek gizi seseorang.

    Pendidikan Nonformal Pendidikan gizi juga dapat diperoleh melalui pendidikan secara

    nonformal. Pendidikan nonformal merupakan suatu bentuk kegiatan pendidikan

  • di luar dari pendidikan pada organisasi tertentu, seperti universitas dan

    diselenggarakan secara terorganisasi yang bertujuan untuk meningkatkan

    keterampilan dasar masyarakat (Hadikusumo 1996).

    Pendidikan nonformal ini berfungsi sebagai penambah, pelengkap, dan

    pengganti pendidikan formal. Pendidikan nonformal lebih menyesuaikan dengan

    kebutuhan masyarakat yang selalu berubah (Komar 2006).

    Selain itu, pendidikan gizi tidak hanya dapat diperoleh melalui kedua jenis

    pendidikan tersebut tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yaitu pendidikan

    gizi yang diperoleh dari lingkungan keluarga atau masyarakat dan berlangsung

    tanpa organisasi, pendidik khusus, maupun evaluasi formal (Hadikusumo 1996).

    Pada saat mencapai masa dewasa awal, seseorang mengalami

    perubahan nilai dalam dirinya. Perubahan nilai yang dialami pada masa dewasa

    awal seperti cara memandang pendidikan. Pada masa ini, seseorang tidak lagi

    memandang pendidikan hanya sebagai kewajiban yang harus ditempuh. Namun,

    mereka akan memandang pendidikan merupakan sesuatu hal yang dapat

    membantu mereka dalam meraih keberhasilan sosial, karier, dan kepuasan

    pribadi. Perubahan tersebut dapat memacu seseorang untuk mencari ilmu

    dengan mengikuti kegiatan belajar, seperti kursus (Hurlock 1999).

    Perubahan nilai ini terjadi karena seseorang cenderung menginginkan

    agar dirinya dapat diterima di masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus

    menerima nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan menerapkannya. Nilai-

    nilai baru yang diperolehnya tersebut dapat menumbuhkan minat baru dalam

    dirinya. Orang-orang dewasa awal dalam memenuhi keinginan untuk meningkatkan status sosial, mereka cenderung giat mengikuti organisasi-

    organisasi sosial di lingkungannya (Hurlock 1999).

    Organisasi adalah suatu pola komunikasi dan hubungan kelompok

    manusia dalam hal membuat dan melaksanakan keputusan (Simon 1997 diacu

    dalam Syafaruddin & Anzizhan 2004). Pengalaman dalam aktivitas di luar

    sekolah atau organisasi termasuk ke dalam pendidikan nonformal (Syafaruddin &

    Anzizhan 2004).

    Proses Belajar Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berfungsi untuk

    perkembangan individu sebagai perorangan maupun individu sebagai makhluk

    sosial. Terjadinya suatu perubahan atau reaksi individu terhadap lingkungannya

    merupakan tujuan dari proses belajar. Terdapat 3 domain dalam proses belajar,

  • yaitu pengertian (cognitive domain), sikap (affective domain), dan tindakan atau

    ketrampilan (psikomotor domain) (Depkes 1995).

    Belajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memperoleh

    pengetahuan dan pengalaman. Dimana pengetahuan dan pengalaman tersebut

    akan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif mantap (Hamalik

    2003). Menurut Engel, Blackwell & Miniard (1994) proses belajar terbagi dalam

    dua jenis, yaitu proses belajar kognitif dan proses belajar perilaku. Proses belajar

    kognitif adalah proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan

    pengetahuan yang dihasilkan dari suatu informasi yang disimpan dalam jangka

    panjang. Menurut Solomon (1999) diacu dalam Sumarwan (2003) proses belajar

    perilaku adalah proses belajar yang terjadi karena adanya reaksi dari lingkungan

    atau stimulus dari luar.

    Hasil dari proses belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada

    tingkah lakunya. Perubahan yang terjadi tersebut dapat diamati dan diukur dalam

    bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang (Hamalik

    2003). Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (1996), yaitu hasil dari proses

    belajar dapat mengakibatkan perubahan pada seseorang dalam sikap dan

    tingkah lakunya.

    Kegiatan belajar dan mengajar yang menggunakan metode latihan akan

    menghasilkan kemampuan peserta didik yang lebih terarah (Suhardjo 2003).

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar, yaitu faktor materi,

    lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Materi yang

    dipelajari menentukan proses dan hasil belajar, seperti belajar pengetahuan,

    belajar sikap atau keterampilan. Kemudian lingkungan, baik lingkungan fisik

    (suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar) dan lingkungan sosial

    (interaksi dengan lingkungan). Faktor Instrumental, seperti perlengkapan belajar

    atau alat peraga dan kurikulum, pengajar serta metode pembelajaran.

    Sedangkan faktor individual subjek belajar meliputi kondisi fisik individu, seperti

    (status gizi, kondisi panca indera) dan kondisi psikologis, seperti intelijensi, daya

    tangkap, ingatan, motivasi dan sebagainya (Suhardjo 2003).

    Kemampuan motorik mencapai masa puncaknya pada usia duapuluhan.

    Dimana kecepatan respons maksimal berada pada masa ini. Proses belajar pada

    masa ini sangat baik terutama dalam belajar menguasai ketrampilan-ketrampilan

    motorik yang baru. Selain itu, kemampuan mental untuk mempelajari dan

    menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal yang telah

  • dipelajari, penalaran analogis, dan berfikir kreatif. Pada masa dewasa awal ini,

    prestasi kreatifitas wanita lebih tinggi dibanding pria karena wanita lebih banyak

    diberikan kesempatan dibandingkan pria (Hurlock 1999).

    Akses tehadap Informasi Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya.

    Media massa yang dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang antara lain

    televisi, radio, majalah dan koran, buku, dan sebagainya.

    Menurut Hurlock (1999) pada masa dewasa awal, seseorang cenderung

    menyukai membaca surat kabar atupun majalah. Selain itu, radio merupakan

    media yang mereka senangi dalam rangka mencari hiburan maupun

    mendengarkan berita.

    Media massa dapat memicu respon yang akan berdampak pada tindakan

    nyata seseorang. Namun, pengaruh dari media massa sulit diidentifikasi karena

    banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan dan tidak

    dapat dipisahkan. Media massa saja tidak dapat membuat perubahan perilaku

    yang bertahan dalam jangka panjang pada seseorang (Ewles & Simnett 1994).

    Diskusi tatap muka penting dilakukan karena lebih efektif untuk membuat

    perubahan perilaku pada seseorang. Diskusi tatap muka yang dapat dilakukan

    adalah konsultasi atau diskusi dengan tenaga medis dan paramedis, kader, dan

    lainnya (Ewles & Simnett 1994).

    Pedoman Umum Gizi Seimbang Manusia memerlukan zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

    dan mineral dalam jumlah yang cukup. Selain kelima zat gizi tersebut, manusia

    juga membutuhkan serat dan air yang berfungsi untuk memperlancar berbagai

    proses faali tubuh (Depkes 2005).

    Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan

    Empat Sehat Lima Sempurna sangat diperlukan karena dapat menjamin

    kesehatan dan gizi yang baik (Kardjati 1985 diacu dalam Yusra 1998). Hampir

    semua negara yang mengikuti Kongres Gizi Internasional menyadari perlunya

    disusun Nutritional Guidelines sebagai tindak lanjut dari Kongres Gizi

    Internasional di Roma, Itali pada tahun 1992. Oleh karena itu, Indonesia

    membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang bertujuan untuk

    mencegah timbulnya berbagai masalah gizi (Rai 1997 diacu dalam Yusra 1998).

    Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan

    penjabaran secara operasional dari slogan Empat Sehat Lima Sempurna.

  • Dalam PUGS terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang

    diharapkan dapat mencegah permasalahan gizi. Adapun isi dari 13 pesan

    tersebut antara lain :

    1. Makanlah aneka ragam makanan

    2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

    3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

    4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

    energi

    5. Gunakan garam beriodium

    6. Makanlah makanan sumber zat besi

    7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI

    sesudahnya

    8. Biasakan makan pagi

    9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

    10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

    11. Hindari minum minuman beralkohol

    12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

    13. Bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes 2005).

    Makna Pesan-Pesan PUGS 1. Makanlah aneka ragam makanan

    Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat

    tenaga, pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain :

    beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie.

    Makanan sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal dari

    pangan nabati dan hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe,

    tahu dan pangan hewani, seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil

    olahannya, sedangkan makanan sumber zat pengatur, yaitu seluruh sayur-

    sayuran dan buah-buahan (Depkes 2005).

    Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari.

    Setiap kali hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis pangan

    sumber zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan satu jenis

    pangan sumber zat pengatur(Depkes 2005).

    Makan makanan yang beragam dapat memelihara kesehatan karena

    kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang

    dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka

  • ragam jenis bahan makanan untuk mencapai konsumsi zat gizi secara

    lengkap dan seimbang (Depkes 2005).

    2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

    Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi

    didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi

    kebutuhan energi, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak

    (Depkes 2005).

    Menurut hasil analisis estimasi energi basal metabolisme (EBM)

    berdasarkan berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi

    ASIA, angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur

    19-29 tahun yang berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara

    angka kecukupan energi (AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah

    2550 Kal (Hardinsyah & Tambunan 2004).

    Berat badan dapat dijadikan indikator kecukupan energi seseorang.

    Apabila seseorang memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan

    asupan energinya sudah terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan

    menimbulkan dampak kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya

    kurang, maka akan dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang serta

    dalam waktu yang lama akan menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan

    berat badan (Depkes 2005).

    3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

    Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana.

    Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai

    5% atau sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari,

    sedangkan karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum),

    umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti

    tepung, sagu, dan pisang (Depkes 2005). Karbohidrat kompleks sangat baik

    dikonsumsi untuk tujuan pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al

    1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004).

    Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang Indonesia

    adalah nasi, jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak

    mengadung zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, dianjurkan untuk

    mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat hanya 50-60% dari kebutuhan

    energi (Depkes 2005).

  • 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

    energi

    Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah &

    Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi

    dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal,

    sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal (Depkes

    2005). Oleh karena itu, proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang

    dianjurkan adalah 20% dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30%

    (Simopoulus et al 2000 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Apabila

    mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang berlebihan maka akan

    mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi

    lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara makanan sumber lemak nabati dan

    makanan sumber lemak lemak nabati (Depkes 2005).

    Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan selain befungsi untuk

    meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin larut

    lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan.

    Lemak terdiri dari tiga kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna

    hingga sulit dicerna, yaitu lemak yang mengandung asam lemat tak jenuh

    ganda, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal, dan lemak

    yang mengandung asam lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis lemak atau

    minyak yang banyak mengandung lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak

    kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan coklat (Duyff 1998 diacu dalam

    Hardinsyah & Tambunan 2004).

    5. Gunakan garam beriodium

    Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat

    dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat,

    pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar

    metabolisme sel tubuh, pengaturan suhu tubuh, sintesa protein, reproduksi,

    pertumbuhan dan perkembangan neuromuskular (Kartono & Soekarti 2004).

    Kekurangan iodium akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan

    perkembangan otak pada anak, tekanan darah rendah, dan gondok.

    Kecukupan iodium menurut FAO/WHO (2001) untuk kelompok umur diatas

    12 tahun, pria dan wanita adalah 150 g/hari (Kartono & Soekarti 2004).

    Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu tidak boleh lebih dari

    6 gram per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut dikarenakan di

  • dalam garam beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi garam

    berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan

    darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes 2005).

    Pangan sumber iodium adalah ikan dan kerang yang mengandung

    iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi iodium, seperti rumput laut (Kartono &

    Soekarti 2004). Menurut Kodyat (1998) diacu dalam Emilia (1998)

    penambahan garam pada makanan sebaiknya dilakukan setelah makanan

    dimasak karena kandungan iodium mudah rusak atau hilang saat makanan

    dimasak.

    6. Makanlah makanan sumber zat besi

    Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan

    sel darah merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi

    dapat diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes 2005).

    Apabila konsumsi pangan sumber zat besi rendah, maka dalam jangka

    waktu yang lama akan menimbulkan penyakit anemia gizi atau penyakit

    kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan

    kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).

    Menurut FAO/WHO (2001) diacu dalam Kartono & Soekarti (2004)

    kecukupan zat besi untuk pria pada kelompok umur 19 tahun keatas adalah

    13 mg/hari, sedangkan kecukupan untuk wanita pada kelompok umur yang

    sama adalah 26 mg/hari.

    Bahan pangan sumber zat besi adalah bahan pangan hewani dan

    kacang-kacangan serta sayuran yang berwarna hijau tua. Kekurangan zat

    besi dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penyerapan zat besi (Fe)

    dalam tubuh. Sumber zat besi (Fe) yang berasal dari nabati hanya diserap 1-

    2%, sedangkan yang berasal dari hewani mencapai 10-20%. Hal ini dapat

    disimpulkan bahwa pangan sumber zat besi yang berasal dari pangan

    hewani memiliki daya penyerapan yang lebih tinggi dibanding sumber zat

    besi (Fe) asal nabati (Depkes 2005). Selain itu, konsumsi vitamin C yang

    rendah akan menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Kartono &

    Soekarti 2004). Tanin dalam teh juga dapat menghambat absorpsi besi

    dengan cara mengikatnya (Almatsier 2002).

    7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan

    Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi yang memiliki kelebihan

    dalam segi gizi, kekebalan, dan kejiwaan. ASI harus diberikan pada bayi

  • segera setelah dilahirkan (30 menit setelah lahir). Hal ini disebabkan oleh

    daya isap bayi sangat kuat pada masa ini sehingga dapat merangsang

    produksi ASI selanjutnya (Depkes 2005).

    ASI yang keluar pada saat pertama kali merupakan kolostrum. Dimana

    kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental. Kolostrum

    mengandung vitamin A yang tinggi dan zat kekebalan. Oleh karena itu, bayi

    harus diberikan kolostrum (Depkes 2005).

    Bayi pada usi 0-6 bulan dianjurkan untuk diberikan ASI eksklusif, artinya

    bayi hanya diberikan ASI saja. Tidak dianjurkan untuk diberi makanan selain

    ASI. Hal tersebut dikarenakan bayi belum mampu memproduksi enzim untuk

    mencerna makanan lain (Depkes 2005).

    8. Biasakan makan pagi

    Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi tubuh. Sarapan sangat

    bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan,

    dan meningkatkan produktifitas kerja. Selain itu, sarapan dapat

    meningkatkan konsentrasi belajar sehingga pemahaman terhadap pelajaran

    menjadi lebih mudah. Kebiasaan makan pagi dapat membantu dalam

    memenuhi kecukupan gizi (Depkes 2005).

    Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk sarapan atau makan pagi

    sebelum melakukan aktivitas sehari-hari. Makan pagi sebaiknya terdiri dari

    makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat

    pengatur (Depkes 2005).

    9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

    Sekitar 60% tubuh orang dewasa terdiri dari air (Soekirman 2000). Air

    dalam tubuh berfungsi unuk melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh,

    mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur

    suhu tubuh, mengeluarkan bahan sisa (sisa metabolisme) dari dalam tubuh

    (Depkes 2005).

    Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sehari adalah sekurang-

    kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. Selain

    jumlahnya yang cukup, air yang dikonsumsi juga harus aman. Air yang aman

    adalah air yang jernih, tidak mengandung kuman penyakit dan bahan

    beracun, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau serta air dianjurkan

    untuk dimasak sampai mendidih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi

    (Depkes 2005).

  • 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

    Salah satu syarat menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan

    dengan menjaga berat badan yang ideal. Berat badan adalah indikator

    kesehatan yang penting bagi setiap orang (Soekirman 2000).

    Konsumsi energi dengan kegiatan fisik atau olahraga harus seimbang.

    Apabila tidak seimbang maka akan menyebabkan berat badan kurang atau

    berlebih. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko berkembangnya beberapa

    penyakit kronis, seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi, dan diabetes

    (Depkes 2005).

    11. Hindari minum minuman beralkohol

    Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan

    terhambatnya penyerapan zat gizi dalam tubuh, kurang gizi akibat kehilangan

    zat gizi penting, timbulnya beberapa penyakit seperti gangguan hati dan

    kerusakan saraf otak dan jaringan serta menjadi ketagihan dan kehilangan

    kendali diri. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman

    beralkohol (Depkes 2005).

    12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

    Makanan yang baik tidak hanya makanan yang mengandung zat gizi

    yang lengkap dan seimbang, melainkan harus bebas dari kuman, cemaran,

    racun, tidak mengalami perubahan bentuk, warna, aroma, rasa, dan diolah

    dengan cara yang benar sehingga menncegah kehilangan beberapa zat gizi

    rusak dan tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut (halal)

    (Depkes 1995).

    Selain itu, makanan juga harus aman dan sehat karena penting dalam

    meningkatkan derajat kesehatan. Makanan yang dikatakan tidak aman, yaitu

    makanan yang sudah berlendir, berjamur, aroma dan rasa serta warna

    berubah, atau pada makanan kemasan terjadi kerusakan pada kemasan,

    seperti kaleng karatan, kaleng tidak utuh (menggembung atau peot), dan

    tidak melewati tanggal kadarluasa (Depkes 1995).

    13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

    Label adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang tertulis,

    dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun,

    pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas (Tejasari

    2003). Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas

    sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang

  • terkandung dalam makanan tersebut serta susunan zat gizinya (Depkes

    2005).

    Selain itu, dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada

    konsumen yang berisiko tinggi karena memiliki penyakit tertentu, seperti

    alergi (Nurjanah 1992 diacu dalam Emilia 1998). Oleh karena itu, dianjurkan

    untuk membaca label pada makanan yang dikemas terutama keterangan

    tentang tanggal kadarluasa sebelum membeli atau mengkonsumsi makanan

    tersebut (Depkes 2005).

  • KERANGKA PENELITIAN

    Di dalam PUGS terdapat 13 pesan dasar mengenai perilaku gizi yang

    baik dan benar. Namun, tidak seluruh dari 13 pesan dasar tersebut yang dapat

    diterapkan oleh mahasiswa. Beberapa pesan dasar yang dapat diterapkan oleh

    mahasiswa, yaitu (1) konsumsi makanan yang beragam dan mencukupi

    kebutuhan energi, (2) konsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak, (3)

    konsumsi garam beriodium, (4) konsumsi makanan sumber zat besi, (5) makan

    pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari, (6) konsumsi air minum yang

    bersih, aman dan cukup jumlahnya, (7) melakukan aktivitas fisik atau olahraga

    secara teratur, (8) konsumsi makanan dan minuman yang aman bagi kesehatan,

    (9) memperhatikan label pada makanan yang dikemas. Kesembilan pesan

    tersebut merupakan ringkasan dari 13 pesan dasar PUGS.

    Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi praktek seseorang

    tentang pesan-pesan PUGS. Faktor-faktor tersebut adalah pengetahuan dan

    sikap tentang pesan-pesan PUGS, karakteristik individu, seperti jenis kelamin

    dan alokasi pengeluaran untuk pangan serta karakteristik keluarga, seperti

    pendapatan dan pendidikan orangtua. Pendidikan formal yang dilihat dari jumlah

    mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari beserta nilai indeks

    prestasi kumulatif (IPK) mata kuliah tersebut, pendidikan nonformal, seperti

    seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi serta akses informasi

    pangan dan gizi dari berbagai sumber, seperti media cetak dan elektronik,

    tenaga medis dan paramedis, kader, keluarga, dan lainya juga dapat

    mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang tentang pesan-pesan

    PUGS.

    Sikap seseorang tentang pesan-pesan PUGS juga dipengaruhi oleh

    banyak hal. Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, karakteristik individu dan

    keluarga, pendidikaan formal, pendidikan nonformal serta akses informasi

    pangan dan gizi dapat mempengaruhi sikap seseorang tentang pesan-pesan

    PUGS.

    Karakteristik individu dan keluarga, pendidikan yang dijalani baik yang

    formal maupun nonformal serta akses informasi dapat mempengaruhi

    pengetahuan seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, kondisi individu

    dan lingkungan baik fisik maupun sosial dapat juga mempengaruhi pengetahuan

    seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Namun, dalam penelitian ini faktor

    lingkungan dan kondisi individu tersebut tidak menjadi variabel yang diteliti.

  • Ket. : Variabel yang tidak diteliti

    : Variabel yang diteliti

    : Hubungan yang tidak dianalisis

    : Hubungan yang dianalisis

    Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku gizi mahasisiwa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS.

    Karakteristik Individu & Keluarga : - Jenis Kelamin - Alokasi pangan individu - Pendapatan orangtua - Pendidikan ayah - Pendidikan ibu

    Pendidikan Nonformal : - Seminar/pelatihan bid. pangan

    & gizi - Organisasi bid.

    pangan & gizi - Dan lain-lain

    Kondisi Individu : - Kesehatan fisik - Kecerdasan - Motivasi

    Akses Informasi pangan & gizi: - Media cetak - Media elektronik - Tenaga medis dan paramedis - Kader - Keluarga - Dan lain-lain

    Pendidikan Formal : - Jumlah MK bid. pangan & gizi - IPK MK bid. pangan & gizi

    Lingkungan : - Fisik (Tempat & Peralatan belajar) - Sosial

    Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS

    Sikap tentang Pesan-pesan PUGS

    Praktek tentang Pesan-pesan PUGS, meliputi :1. Konsumsi makanan yang beragam dan mencukupi kebutuhan energi 2. Konsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak 3. Konsumsi garam beriodium 4. Konsumsi makanan sumber zat besi 5. Makan pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari 6. Konsumsi air minum yang bersih, aman dan cukup 7. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur 8. Konsumsi makanan yang aman 9. Memperhatikan label pada makanan yang dikemas

  • METODE PENELITIAN

    Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian survei. Desain penelitian yang

    digunakan adalah cross sectional study. Lokasi penelitian ini dilakukan di kota

    Bogor. Penelitian dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)

    Darmaga. Pemilihan tempat ini didasarkan pada tingginya aktivitas dari

    mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia Institut

    Pertanian Bogor (IPB) di kampus IPB Darmaga Bogor. Pengambilan data

    dilakukan pada bulan Maret 2008.

    Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa bidang gizi Fakultas

    Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB yang terdiri dari tiga kelompok,

    yaitu mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian IPB tingkat 4 (Phassing Out)

    serta mahasiswa bidang gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB tingkat 3 dan 2.

    Jumlah populasi yang akan diteliti berjumlah 210 orang. Dalam penentuan

    jumlah contoh digunakan rumus Isaac dan Michael.

    . . .

    . .

    Dimana :

    Jumlah contoh

    %

    = 1.1 , diasumsikan kesalahan sebesar 10%

    Jumlah populasi (210)

    50% = 0.5

    1 - P = 1 - 0.5 = 0.5

    5% = 0.05

    Jumlah contoh minimum yang didapat dari perhitungan dengan

    menggunakan rumus di atas, yaitu 118 orang dari populasi yang akan diteliti.

    Populasi yang akan diteliti terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat

    pendidikan di perguruan tinggi, yaitu tingkat 4, 3, 2, dan 1. Oleh karena itu,

    diperlukan proporsi contoh yang tepat dari setiap kelompok tersebut. Tetapi

    dalam penelitian ini hanya mengambil contoh dari tingkat 4, 3, dan 2 karena

    contoh pada tingkat 1 belum mendapatkan mata kuliah bidang pangan dan gizi.

  • Perhitungan proporsi contoh sesuai kelompoknya dapat dilihat pada

    perhitungan dengan menggunakan rumus berikut :

    Dimana :

    ni = Jumlah contoh tiap kelompok sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi

    Ni = Jumlah populasi pada tiap kelompok populasi

    N = Jumlah keseluruhan contoh (mahasiswa tingkat 4, 3, dan 2)

    n = Jumlah contoh

    Tabel 1 Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi

    Kelompok Jumlah Jumlah contoh Mahasiswa tingkat 4 69 39Mahasiswa tingkat 3 71 41Mahasiswa tingkat 2 70 40

    Jumlah proporsi contoh sesuai jenis kelamin dapat diperoleh dari rumus

    sebagai berikut :

    Dimana :

    nij = Jumlah contoh tiap kelompok mahasiswa sesuai jenis kelamin

    Nij = Jumlah populasi pada tiap kelompok mahasiswa sesuai jenis kelamin

    Ni = Jumlah keseluruhan contoh (mahasiswa tingkat 4, 3, dan 2)

    ni = Jumlah contoh dari setiap kelompok populasi

    Tabel 2 Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai jenis kelamin

    Kelompok Jenis kelamin Jumlah Jumlah contoh Mahasiswa tingkat 4 Perempuan 63 35 Laki-laki 6 4

    Mahasiswa tingkat 3 Perempuan 61 35 Laki-laki 10 6

    Mahasiswa tingkat 2 Perempuan 63 36 Laki-laki 7 4

    Jadi, jumlah contoh yang akan diteliti adalah 120 orang dengan

    pembagian 39 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 4 (35 orang perempuan

    dan 4 orang laki-laki), 41 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 3 (35 orang

    perempuan dan 6 orang laki-laki), dan 40 orang dari kelompok mahasiswa

    tingkat 2 (36 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Pengambilan contoh

    dilakukan dengan proportionate stratified random sampling.

  • Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data

    primer, meliputi karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi,

    alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan

    dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan

    dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan

    PUGS, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Pengambilan data primer

    dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada contoh untuk diisi. Data

    sekunder yang dikumpulkan, meliputi nama mata kuliah bidang pangan dan gizi

    yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi serta nilai mutunya. Data

    sekunder diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan

    Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi.

    Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder dianalisis secara deskriptif dan inferensia.

    Pada tahap awal, data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, dan entri

    data secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Selanjutnya,

    data diolah dan dianalisis dengan menggunakan aplikasi komputer, yaitu

    Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows.

    Data primer dan sekunder yang terdiri dari karakteristik contoh (tingkat

    pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis

    kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan

    seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan

    PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, praktek tentang pesan-pesan PUGS

    dan nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh di

    perguruan tinggi beserta nilai mutunya diolah dengan menggunakan cara

    deskriptif dan inferensia.

    Data karakteristik contoh. Data karakteristik contoh terdiri dari tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis

    kelamin. Terdapat tiga tingkat pendidikan contoh dalam perguruan tinggi, yaitu

    tingkat 4, tingkat 3, dan tingkat 2. Selain itu, alokasi pengeluaran untuk pangan

    contoh dibagi ke dalam empat kelompok antara lain < Rp. 200.000, Rp. 200.000-

    Rp. 399.999, Rp. 400.000-Rp. 599.999, dan Rp. 600.000-Rp. 800.000.

    Pengelompokkan tersebut dihitung berdasarkan persentil.

    Data Karakterisik orangtua. Karakteristik orangtua terdiri dari pendidikan dan pendapatan orangtua. Pendapatan orangtua dibagi ke dalam

  • empat kelompok, yaitu > Rp. 5.000.000, Rp. 5.000.000-Rp. 2.500.000, Rp. 2.499.999-1.000.000, < Rp. 1.000.000. Rentang pendapatan ini dilakukan

    sebelum data diperoleh.

    Data pendidikan nonformal. Data pendidikan nonformal diukur dengan melihat keikutsertaan contoh dalam organisasi dan seminar/pelatihan bidang

    pangan dan gizi. Keikutsertaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi

    diukur dengan melihat jumlah organisasi yang pernah diikuti dan total masa

    jabatannya. Selain itu, keikutsertaan contoh dalam kegiatan seminar/pelatihan

    bidang pangan dan gizi diukur dengan melihat frekuensi dan durasi atau waktu

    dalam satuan jam.

    Keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi dikelompokkan

    ke dalam tiga kategori. Tingkat keikutsertaan contoh dikatakan tinggi jika telah

    mengikuti organisasi selama 2.5-4 tahun, sedang jika 1-2.4 tahun, dan rendah

    jika < 1 tahun. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil.

    Keikutsertaan dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi juga

    dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi jika telah mengikuti

    seminar/pelatihan selama 43-64 jam, sedang jika 21-42 jam, dan rendah jika < 21

    jam. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil.

    Data akses informasi. Data ini diukur dengan melihat lamanya contoh dalam memperoleh informasi mengenai pangan dan gizi selama dua minggu

    terakhir sebelum pengisian kuesioner. Lamanya akses informasi dilihat dari

    durasi contoh mengakses informasi mengenai pangan dalam satuan jam. Akses

    informasi contoh mengenai pangan dan gizi dikelompokkan ke dalam tiga

    kategori, yaitu tinggi jika 18-27 jam, sedang jika 9-17.9 jam, dan rendah jika < 9

    jam. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil. Data pendidikan formal. Data pendidikan formal terdiri dari jumlah mata

    kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi

    dan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) dari semua mata kuliah tersebut. Nilai

    IPK dihitung dengan cara mengkonversikan nilai mutu setiap mata kuliah bidang

    pangan dan gizi dan dikalikan dengan jumlah sksnya. Nilai A dihitung 4, nilai B

    dihitung 3, nilai C dihitung 2, dan nilai D dihitung 1. Selanjutnya, total perhitungan

    tersebut dibagi dengan jumlah sks total mata kuliah bidang pangan dan gizi yang

    telah dipelajari. Data mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari

    contoh beserta nilai mutunya diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi

    Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi.

  • Data pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS ini diukur dengan pemberian skor pada jawaban

    pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan. Pertanyaan mengenai pengetahuan

    gizi tentang PUGS yang diberikan berjumlah 25 buah yang terdiri dari 24

    pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka. Di dalam pertanyaan terbuka,

    contoh diminta untuk menyebutkan ketiga belas pesan PUGS sedangkan

    pertanyaan tertutup terdiri dari 24 pertanyaan mengenai makna dari pesan-pesan

    PUGS. Duapuluh empat pertanyaan tersebut mewakili 13 pesan PUGS. Jenis

    pertanyaan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada

    kuesioner (Lampiran 1). Skor penilaian untuk setiap pertanyaan adalah sebagai

    berikut:

    0 = jawaban salah atau tidak dapat menjawab

    1 = jawaban tepat

    Oleh karena itu, untuk pertanyaan terbuka, skor 1 dibagi dengan 13

    sehingga setiap pesan yang dapat disebutkan oleh contoh dengan lengkap dan

    benar mendapat nilai 0.076. Skor total dari pertanyaan mengenai pengetahuan

    contoh tentang pesan-pesan PUGS adalah 25. Contoh dikatakan memiliki

    pengetahuan yang baik tentang pesan-pesan PUGS apabila skor totalnya

    mencapai lebih dari 80% dari total skor, cukup jika antara 60-80% dari total skor,

    dan kurang jika skornya kurang dari 60% (Khomsan 2000).

    Data sikap terhadap pesan-pesan PUGS. Sikap contoh terhadap pesan-pesan PUGS ini diukur dengan pemberian skor pada pernyataan yang

    diberikan pada contoh dalam kuesioner. Pemberian skor pada pernyataan

    berdasarkan skala likert, yaitu :

    Pernyataan positif Pernyataan negatif

    5 = sangat setuju (SS) 1 = sangat setuju (SS)

    4 = setuju (S) 2 = setuju (S)

    3 = ragu-ragu (RG) 3 = ragu-ragu (RG)

    2 = tidak setuju (TS), dan 4 = tidak setuju (TS), dan

    1 = sangat tidak setuju (STS) 5 = sangat tidak setuju (STS)

    Apabila terdapat contoh yang tidak menyikapi pernyataan sikap tentang

    pesan-pesan PUGS, maka diberi skor 0. Jumlah pernyataan yang diberikan

    adalah 17 buah. Jenis pertanyaan mengenai sikap tentang pesan-pesan PUGS

    dapat dilihat pada kuesioner (Lampiran 1). Skor total dari pernyataan sikap ini,

    yaitu 85. Contoh dikatakan memiliki sikap yang baik tentang pesan-pesan PUGS

  • apabila skor totalnya mencapai lebih dari 80% dari total skor, cukup jika antara

    60-80% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60%.

    Data praktek tentang pesan-pesan PUGS. Praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS diukur dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan

    dengan praktek pesan-pesan PUGS. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah

    20 buah. Pemberian skor dilakukan sesuai dengan frekuensi praktek contoh,

    yaitu tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD), sering (SR), dan selalu (SL)

    dengan skor penilaian sebagai berikut :

    Pernyataan positif Pernyataan negatif

    0 = tidak pernah (TP) 3 = tidak pernah (TP)

    1 = kadang-kadang (KD) 2 = kadang-kadang (KD)

    2 = sering (SR), dan 1 = sering (SR), dan

    3 = selalu (SL) 0 = selalu (SL)

    Skor total dari pernyataan praktek ini, yaitu 60. Jenis pertanyaan

    mengenai praktek tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada kuesioner

    (Lampiran 1). Contoh dikatakan memiliki praktek yang baik tentang pesan-pesan

    PUGS apabila skor totalnya mencapai lebih dari 75% dari total skor, cukup jika

    antara 60-75% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60%.

    Kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data sebelumnya telah

    diujikan pada 10% dari jumlah contoh. Uji coba yang dilakukan meliputi uji

    reliabilitas dan validitas. Variabel yang diujikan antara lain pengetahuan, sikap,

    dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Nilai alpha cronbach variabel-variabel

    tersebut berturut-turut adalah 0.8192, 0.6328, dan 0.7233. Sementara itu, uji

    validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor setiap pertanyaan

    dengan skor totalnya. Korelasi setiap pertanyaan > 0.3 (nilai kritis). Hal ini

    menandakan bahwa pertanyaan dapat dikatakan valid (Sugiyono 2004). Analisis

    statistik yang digunakan untuk mengolah data, antara lain :

    1. Analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel-variabel dalam

    penelitian.

    2. Untuk melihat perbedaan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang

    pesan-pesan PUGS pada kelompok contoh tingkat 4, 3, dan 2 dilakukan

    analisis uji beda Kruskal Wallis.

    3. Untuk melihat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang

    pesan-pesan PUGS dilakukan uji korelasi Spearman.

  • 4. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang

    pesan-pesan PUGS dilakukan uji Regresi Logistik dengan metode backward

    wald. Model regresi logistik dalam penelitian ini, yaitu :

    1 Ket.

    () : praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS (0=kurang baik, 1=baik) : eksponensial

    0 : konstanta

    1 n : koefisien regresi

    1 : pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS baik (0 = tidak, 1 = ya)

    2 : pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS cukup (0 = tidak, 1 = ya)

    3 : sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS baik (0 = tidak, 1 = ya)

    4 : sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS cukup (0 = tidak, 1 = ya)

    5 : jumlah alokasi pangan contoh tinggi (0 = < 500 rb, 1 = 500 rb/bln)

    6 : jumlah alokasi pangan contoh cukup (300 rb-500 rb/bln) (0 = tidak, 1 = ya)

    7 : pendidikan ayah tinggi (0 = SLTA ke bawah, 1 = Perguruan tinggi)

    8 : pendidikan ayah menengah (SLTP dan SLTA) (0 = tidak, 1 = ya)

    9 : pendidikan ibu tinggi (0 = SLTA ke bawah, 1 = Perguruan tinggi)

    10 : pendidikan ibu menengah (SLTP dan SLTA) (0 = tidak, 1 = ya)

    11 : keikutsetaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)

    12 : keikutsetaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi sedang (0 = tidak , 1 = ya)

    13 : keikutsertaan contoh dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)

    14 : keikutsertaan contoh dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi sedang (0 = tidak, 1 = ya)

    15 : akses informasi pangan dan gizi contoh tinggi (0 = tidak, 1= ya)

    16 : akses informasi pangan dan gizi contoh sedang (0 = tidak, 1 = ya)

    17 : jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)

    18 : jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi sedang (5-15) (0 = tidak, 1 = ya)

  • 19 : IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi tinggi (0 = < 2.75, 1 = 2.75)

    20 :IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi sedang (2.0-2.74) (0 = tidak, 1 = ya)

    21 : tingkat pendidikan contoh di PT tinggi (0 = tingkat 3 & 2, 1 = tingkat 4)

    22 : tingkat pendidikan contoh di PT sedang (tingkat 3) (0 = tidak, 1 = ya)

    23 : jenis kelamin (0 = perempuan, 1 = laki-laki)

    Definisi Operasional

    Contoh adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan Program Studi Gizi

    Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian (tingkat 4)

    dan Mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB (tingkat 3 dan 2).

    Pedoman umum gizi seimbang (PUGS