rancangan sistem distribusi energi terbarukan terintegrasi · sumberdaya energi terbarukan secara...

2
Rancangan Sistem Distribusi Energi Terbarukan Terintegrasi Dikirim oleh phonda_85 pada 29 September 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 5874 Rancangan OVORE Kebutuhan Energi dunia semakin hari semakin meningkat. Menurut Prediksi International Energy Agency (IEA) hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil, utamanya BBM. Tak terkecuali Indonesia yang energi utama penggerak kehidupan masyarakatnya berasal dari bahan bakar fosil. Untuk memperoleh energi yang berkelanjutan, kita memerlukan sumber energi yang terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi dimana siklus materi pembawanya lebih cepat dari konsumsinya, sehingga dianggap tidak akan pernah habis dalam jangka waktu yang terbatas. http://prasetya.ub.ac.id/cmsub/javascript/tiny_mce/plugins/pagebreak/img/trans.gif Indonesia memiliki berbagai macam potensi sumber energi alternatif yang berbeda-beda, tergantung kondisi wilayah dan letak topografinya. Ada wilayah yang memiliki potensi panas matahari yang cukup besar, ada wilayah yang memiliki panas bumi yang cukup besar, ada pula wilayah yang memiliki potensi gelombang air laut yang besar pula. Setiap wilayah memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing dalam hal potensi energi alternatif terbarukan sehingga tidak bisa dibuat sama rata dalam pengembangan pembangkit listrik terbarukan pada tiap-tiap wilayah. Oleh karena itu, tiap wilayah perlu mengembangkan potensi sumber energi alternatif yang dimiliki sesuai dengan karakteristik yang dimiliki wilayah. Dengan begitu maka energi listrik yang dihasilkan dapat maksimal dan terintegrasi antar wilayah sehingga ada kesinambungan antara pembangkit listrik yang satu dengan yang lain. Selama ini pemerintah hanya menyediakan listrik dari PLN. Kondisi ini mengesankan kita dimonopoli untuk selalu tergantung perusahaan energi. Padahal jika kita bisa memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki dari tiap-tiap daerah, tentu akan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan energi. Setidaknya, untuk cakupan daerah kecil seperti satu desa, bisa mengembangkan teknologi pemanfaatan energi untuk menuju kemandirian listrik. Adanya potensi tersebut, menginspirasi tiga mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Brawijaya (UB) yaitu Herlina Nurazizah, Irwan Syah Erlangga dan Pramudika Alfian Kumara untuk membuat konsep One Village One Renewable Energy (OVORE). Konsep ini dirasa menjadi sangat menarik untuk dilakukan dengan adanya House of Renewable Energy tiap desa. House of Renewable Energy merupakan nama bagi pembangkit listrik energi terbarukan skala kecil (mini) yang akan dibangun di tiap-tiap desa sebagai sumber energi alternatif yang akan mensuplai listrik bagi warga desa mereka. Selain itu, pada tiap-tiap pembangkit listrik dilakukan pengintegrasian antar wilayah dengan berbasis SCADA. "Pengintegrasian disini adalah penyatuan atau penggabungan pusat kendali pada tiap-tiap House of Renewable Energy supaya lebih mudah dalam mengontrol dan memonitoring energi listrik

Upload: doandien

Post on 18-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Rancangan Sistem Distribusi Energi Terbarukan Terintegrasi

Dikirim oleh phonda_85 pada 29 September 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 5874

Rancangan OVORE

Kebutuhan Energi dunia semakin hari semakin meningkat. Menurut Prediksi International Energy Agency (IEA) hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil, utamanya BBM. Tak terkecuali Indonesia yang energi utama penggerak kehidupan masyarakatnya berasal dari bahan bakar fosil. Untuk memperoleh energi yang berkelanjutan, kita memerlukan sumber energi yang terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi dimana siklus materi pembawanya lebih cepat dari konsumsinya, sehingga dianggap tidak akan pernah habis dalam jangka waktu yang terbatas.

http://prasetya.ub.ac.id/cmsub/javascript/tiny_mce/plugins/pagebreak/img/trans.gif

Indonesia memiliki berbagai macam potensi sumber energi alternatif yang berbeda-beda, tergantung kondisi wilayah dan letak topografinya. Ada wilayah yang memiliki potensi panas matahari yang cukup besar, ada wilayah yang memiliki panas bumi yang cukup besar, ada pula wilayah yang memiliki potensi gelombang air laut yang besar pula. Setiap wilayah memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing dalam hal potensi energi alternatif terbarukan sehingga tidak bisa dibuat sama rata dalam pengembangan pembangkit listrik terbarukan pada tiap-tiap wilayah. Oleh karena itu, tiap wilayah perlu mengembangkan potensi sumber energi alternatif yang dimiliki sesuai dengan karakteristik yang dimiliki wilayah. Dengan begitu maka energi listrik yang dihasilkan dapat maksimal dan terintegrasi antar wilayah sehingga ada kesinambungan antara pembangkit listrik yang satu dengan yang lain.

Selama ini pemerintah hanya menyediakan listrik dari PLN. Kondisi ini mengesankan kita dimonopoli untuk selalu tergantung perusahaan energi. Padahal jika kita bisa memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki dari tiap-tiap daerah, tentu akan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan energi. Setidaknya, untuk cakupan daerah kecil seperti satu desa, bisa  mengembangkan teknologi pemanfaatan energi untuk menuju kemandirian listrik.

Adanya potensi tersebut, menginspirasi tiga mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Brawijaya (UB) yaitu Herlina Nurazizah, Irwan Syah Erlangga dan Pramudika Alfian Kumara untuk membuat konsep One Village One Renewable Energy (OVORE). Konsep ini dirasa menjadi sangat menarik untuk dilakukan dengan adanya House of Renewable Energy tiap desa. House of Renewable Energy merupakan nama bagi pembangkit listrik energi terbarukan skala kecil (mini) yang akan dibangun di tiap-tiap desa sebagai sumber energi alternatif yang akan mensuplai listrik bagi warga desa mereka. Selain itu, pada tiap-tiap pembangkit listrik dilakukan pengintegrasian antar wilayah dengan berbasis SCADA. "Pengintegrasian disini adalah penyatuan atau penggabungan pusat kendali pada tiap-tiap House of Renewable Energy supaya lebih mudah dalam mengontrol dan memonitoring energi listrik

yang dihasilkan di tiap daerah. Sehingga pemerintah dapat melakukan manajemen secara efisien dan maksimal," ungkap Herlina.

Menurut Irwan selaku ketua tim, strategi usulan kepada pemerintah yang mungkin diterapkan adalah yang pertama meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan identifikasi setiap jenis potensi sumberdaya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah. Setelah itu, dilakukan upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konversi energi yang sesuai dengan kondisi wilayah. Upaya selanjutnya adalah perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik, pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi terbarukan tersebut.

Keuntungan utama dari penerapan konsep ini adalah menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal sistem pembangkitannya. Selain itu juga mengupayakan agar sebagian komponennya dapat diproduksi di dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus diimpor dari luar negeri.

Upaya terakhir adalah melakukan sosialisasi pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan. Pemerintah dapat memberi prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonomisnya.

Gagasan ini menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa ke-28 yang diadakan oleh Kemenristekdikti. Diharapkan, dengan dirancangnya konsep OVORE yang terintegrasi antar wilayah berbasis SCADA ini, masyarakat lebih menyadari pentingnya pemanfaatan potensi energi listrik terbarukan dan dapat mengurangi krisis energi nasional. Sehingga di masa depan dapat terwujud Indonesia sebagai negara 100% mandiri energi dan 100% terelektrifikasi. [ponda/Humas UB]

  Artikel terkait

1290 Mahasiswa UB Tandatangani Kontrak BidikmisiUB Terbaik II Prestasi Belmawa DIKTIMANG.ID Antar Mahasiswa UB Raih Grand Prize Ajang SIIF 2018FISIP dan FKG Sabet Juara PPB 2018EM UB Gagas Gerai Brawijaya Untuk Konservasi Air