pusat kurikulum dan perbukuan jakarta, 2017
TRANSCRIPT
- 28 -
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
1
KONSEP LITERASI
SAINS
DALAM KURIKULUM
2013
PUSAT KURIKULUM
DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
23 November 2017
2
KATA PENGANTAR
Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,
menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan
kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan
beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang
membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi
tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan,
sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi
budaya dan kewarganegaraan.
Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.
Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap
pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi baca
daan tulis. Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi pedagogis,
tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.
Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat
diharapkan dari pembaca
Jakarta, November 2017
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Dr. Awaluddin Tjalla
- 27 -
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
National Research Council (1996). National Science Education Standards.
Washington DC, United States: National Academy Press.
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
Puskurbuk.
UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and
programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,
Scientific, and Cultural Organization.
Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific
literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component
of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-
14.
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the
potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
- 26 -
VI. DAFTAR PUSTAKA
memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan.
Konsep literasi sains ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat
membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi
yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the
Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
3
DAFTAR ISI
I. Definisi ................................................ Error! Bookmark not defined.
II. Misi Pedagogis ..................................... Error! Bookmark not defined.
A. Misi Literasi ................................................................................ - 9 -
B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013 ......................................... - 9 -
C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran ...... - 10 -
III. Tujuan Literasi Sains ............................. Error! Bookmark not defined.
IV. Kompetensi Literasi Sains ..................... Error! Bookmark not defined.
V. Penjenjangan Literasi Sains .................. Error! Bookmark not defined.
VI. Penutup ............................................... Error! Bookmark not defined.
VII. Daftar Pustaka ..................................... Error! Bookmark not defined.
- 4 -
KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013
PENDAHULUAN
Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,
dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku
untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet
Assessment) mendefinisikan literasi baca tulis sebagai refleksi kompetensi
kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian
tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.
Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut,
kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap
pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan
pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika
cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas
merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya
merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
- 25 -
VII. PENUTUP
Literasi sains adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepentingan
pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada
umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian
yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi
yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan
diri di dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh
seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di
sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,
Memaknai
Sains dalam
kehidupan
Menggunaka
n konsep
sains untuk
meningkatka
n kepedulian
diri sendiri
dan
lingkungan
Menggunakan
konsep sains
untuk
meningkatkan
kepedulian diri
sendiri dan
lingkungan
Menggunakan
pengetahuan
prosedural
sains untuk
membangun
tanggung
jawab
Menggunakan
pengetahuan
konseptual dan
prosedural untuk
menyelesaikan
masalah individu
dan masyarakat
sekitar terkait
sains, secara
bertanggung
jawab
Menggunakan
kemampuan
ilmiah untuk
menyelesaikan
masalah terkait
sains secara
produktif,
kreatif, dan
inovatif dengan
berpihak pada
kepentingan
bersama
Menunjukkan
penghargaan
terhadap
kontribusi para
ilmuwan sains
dalam
membangun
peradaban
- 24 -
Memahami
proses sains
Mengidentifi
kasi feno-
mena alam
sekitar
melalui
observasi,
mengelom-
pokkan,
membanding
kan
Mengidentifi-
kasi isu ilmiah
melalui
observasi,
mengelompok
-kan,
membanding-
kan, menalar,
memutuskan
Menjelaskan
fenomena dan
isu ilmiah,
melalui langkah-
langkah
membangun
hipotesis,
melakukan
eksperimen,
mengumpulkan,
mengolah,
menginterpretasi
data, dan
mengkonstruksi
pengetahuan
Menggunakan
bukti ilmiah dari
berbagai
sumber (bukti
empirik dan
literatur) untuk
membangun
kemampuan
berargumentasi
dan berpikir
tingkat tinggi
untuk
menghasilkan
karya/gagasan
kreatif dan
inovatif
- 5 -
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.
Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca
teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata pada
teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks. Proses
pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat secara
berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas pokok
bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas setiap
pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu
mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi
adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi
- 6 -
I. DEFINISI
KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013
Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi
memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang
untuk mengambil keputusan
berdasarkan bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama
dari pendidikan sains (Wenning, 2006). Literasi Sains bersifat
multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan
sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat
menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang dikembangkan
dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman hidupnya
sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap
karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains.
Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah,
kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan
material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam
isu-isu terkait sains.
Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains
melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses
tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengajukan
hipotesis, (3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan
prediksi, (4) melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5)
mengumpulkan dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat
dan presisi, (6) mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk
menarik kesimpulan, (7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang
tidak terprediksi, dan (8) menggunakan perangkat teknologi untuk
memublikasikan dan mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak
sebagai bentuk profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.
- 23 -
Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
Mengetahui
konsep sains
Pengetahuan
faktual
tentang sains
Pengetahuan
faktual
tentang
sains
Pengetahuan
faktual tentang
konsep sains
lebih kompleks
Pengetahuan
faktual tentang
sains lebih
kompleks, luas,
dan dalam
Pengetahuan
konseptual
tentang sains
lebih kompleks
Pengetahuan
konseptual
tentang sains
lebih kompleks,
luas, dan dalam
Pengetahuan
konseptual
sederhana
tentang sains
Pengetahuan
konseptual
lebih
kompleks
tentang sains
Pengetahuan
prosedural
sederhana
(kualitatif)
tentang sains
yang melibatkan
variabel yang
diberikan
Pengetahuan
prosedural
tentang sains
melibatkan
pengukuran
kuantitatif dan
akurat dengan
variabel yang
dikontrol
- 22 -
IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS
V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS
Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut:
1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
tentang makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi
dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat;
2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya
dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain
seperti lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan
3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam
kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.
Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu
proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai
dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar
capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan
kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik
serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.
Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan
materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi
tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan
kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.
Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.
- 7 -
Terdapat empat domain literasi saintifik menurut PISA (2015). Pertama,
domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal,
permasalahan lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain
kompetensi menjelaskan fenomena sains, merencanakan dan
mengevaluasi penelitian saintifik, menginterpretasi data dan bukti ilmiah.
Ketiga, domain pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan konten,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan empiris. Keempat, domain
afektif berhubungan dengan ketertarikan siswa dalam sains dan
teknologi, menginvestigasi sains dengan pendekatan saintifik, persepsi
siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan masalah-masalah
lingkungan.
Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya
ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru
merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu
“gagasan kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan
kejadian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
dalam konteks pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak
pencapaian dari proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang
sebagai pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains
dan proses ilmiah yang diperlukan dalam pengambilan keputusan
personal, berpartisipasi dalam urusan sosial dan budaya serta
produktivitas ekonomi (National Research Council, 1996). Implementasi
Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai pengalaman saintifik siswa
dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai hubungan
sains, teknologi dan masyarakat yang pada gilirannya akan berpengaruh
pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa depannya.
Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy)
yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad
21 (21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21
menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti
seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian
- 8 -
masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi dan
kerjasama (communication and teamwork) sebagaimana terlihat pada
Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk
mengembangkan sikap positif seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif
(initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability),
kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and
cultural awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk
mengerti, memahami, serta memaknai.
Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21
Sumber: World Economic Forum (2015)
Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains,
memahami proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan
proses sains dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta
terbangunnya sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.
- 21 -
III. TUJUAN LITERASI SAINS
Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad
21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:
1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup
makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan
perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat;
2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang
sains;
3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan
merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan
dengan sains;
4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
mengenai proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang
tercakup ke dalamnya;
5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi
lain seperti filosofis, sejarah, aspek sosial dari sains;
6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari;
7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungan berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan
8. Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif
terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai
dampak penerapan sains di masyarakat.
- 20 -
yang tidak dapat didaur ulang berdasarkan fenomena pembusukan
oleh secara sains. Kerajinan tangan yang dihasilkan, dapat diawetkan
sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Siswa memahami
bahwa karya yang dihasilkan di pasaran nilai jualnya dipertimbangkan
berdasarkan estetika dan ketahanan barang. Warna yang dihasilkan
dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya tidak lain akibat
dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan fenomena
pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna alami
dari bahan-bahan organik.
9. TIK
Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat
mengarah kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat
ini, sudah tidak bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk
pembelajaran sains. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk
memudahkan mereka dalam memahami konsep sains. Multimedia
flash dapat digunakan untuk mempelajari sains. Melalui media ini,
pembelajaran sains akan lebih bermakna dengan visualisasi gambar
tiga dimensi yang disajikan oleh guru, misalnya berkaitan dengan
fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan memaknai penggunaan
alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot sebagai produk
teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan dalam
kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak
Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan
berbagai sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari
fenomena gempa Bumi.
- 9 -
II. MISI PEDAGOGIS
A. Misi Literasi
Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis,
yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan
produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan
sains yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan
sikap dan afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju
insan berkarakter.
Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di
sekolah yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai
pendekatan yang inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya
adalah collaborative learning, inquiry based learning, problem based
learning, problem solving, project based learning, dan cooperative
learning.
B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013
Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam
Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional
untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya
literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.
Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara
konseptual, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri
atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-
1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,
- 10 -
dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan
dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”.
Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M),
yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa
literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri.
Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga
sudah mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu
pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya
berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang
dibangun oleh guru.
C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran
Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi
yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat
pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi
tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan
tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.
Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran sains
secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung
pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit
diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai
kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di
berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum
dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman
tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan
konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang
- 19 -
esensial antara sains dan seni, keduanya berlandaskan pada proses
yang sama, yaitu pengembangan daya, kreatifitas, imajinasi, dan
kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang saintis dan seniman
didorong untuk merepresentasikan alam sesuai persepsinya. Seorang
saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan bahwa alam tidak
serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal tersebut
dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan asas
estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif
seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan
seorang seniman yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel.
Dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa
timbulnya aliran-aliran baru dalam sains dan seni berjalan hampir
bersamaan.
7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan,
keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka
Tunggal Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran
PPKn diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa
maupun tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap
mematuhi aturan, norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga
negara yang taat hukum harus dibangun dalam pembelajaran.
Kegiatan melestarikan makhluk hidup, memelihara hewan dan
merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap peduli terhadap
lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.
8. Prakarya
Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat
digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan
terasebut, pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan
kegiatan prakarya. Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang
menjadi kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus
memahami sampah mana yang bisa didaur ulang dan sampah mana
- 18 -
harus menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti,
dimaknai sehingga mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan
keterbacaan siswa sangat memengaruhi kemampuan penguasaan
IPA.
Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga
dapat dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke
dalam misalnya wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana
keterbacaannya, tata bahasanya, susunan kalimatnya, dan
sebagainya, sehingga siswa mampu memaknai pemahaman IPA juga
bahasa. Selain itu juga, siswa mampu membandingkan istilah-istilah
sains yang memiliki pengertian berbeda dari penggunaan sehari-hari,
menggunakan konteks IPA dalam berbagai teks.
5. Sejarah
Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya
mempelajari sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil
menemukan konsep sains. Pada sejarah sains, Aristoteles
menjelaskan fenomena bahwa benda yang lebih berat akan jatuh
lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo Galilei adalah
seorang astronom penemu teleskop yang mendukung Nicolaus
Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya.
Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang
penemu mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu
pertama. Ilmuwan juga membandingkan penemuan dan inovasi sains
dari masa ke masa yang masih tetap relevan hingga saat ini,
contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga
dapat mengilhami siswa untuk belajar keras yang kelak akan menjadi
penemu bidang sains.
6. Seni
Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam
membentuk peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang
- 11 -
melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan
antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.
Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran
Dalam Mata Pelajaran IPA
Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai
pemahaman yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya,
keanekaragaman, fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan
untuk memahami keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena
belajar adalah proses untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to
see the connections). Siswa juga diberikan pembelajaran yang
mengaplikasikan konsep-konsep sains di dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk
mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang
berhubungan dengan fenomena fisis serta memaknai bahwa energi
terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi
bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga
membentuk perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.
Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa
diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang
berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan
mengetahui organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem
organ yang bekerja sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa
dapat memaknainya dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem
organnya dengan baik sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.
Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk
Mata Pelajaran IPA
Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga
aspek literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.
- 12 -
1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek
mengetahui.
Kelas IV
3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh
pada hewan dan tumbuhan
4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi
bagian tubuh hewan dan tumbuhan
Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta
untuk menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi
sains yang dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan
KD 3.1 dan 4.1 dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui
pengalaman belajar siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan
fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan tersebut, siswa
dapat menjaga kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan .
Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami
adalah sebagai berikut.
Kelas V
3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-
jaring makanan di lingkungan sekitar
4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam
suatu ekosistem
Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem
berarti siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen
dalam suatu ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan
- 17 -
mortalitas, dan migrasi penduduk. Fenomena tersebut dapat
dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan dampak sosialnya
dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara dampak
peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga
berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas
lingkungan akibat sampah, berkurang persediaan air bersih,
persediaan udara bersih, persediaan lahan pertanian, dan dampak
terhadap lingkungan tempat tinggal. Semua itu dibahas dalam mata
pelajaran IPA. Sedangkan dampak sosialnya dipelajari dalam mata
pelajaran IPS.
Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi
akibat interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu,
masih banyak lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata
pelajaran IPS, misalnya: teknologi dalam lingkungan, bioteknologi,
teknologi ramah lingkungan, zat aditif dan zat adiktif, gunung api,
gempa, dan struktur bumi.
4. Bahasa
Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi
sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan
bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan,
ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta
perkembangan ilmu pengetahuan.
Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam
rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka
- 16 -
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan
mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains
tersebut digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah
Raga dan Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman
IPA pada kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus
berolahraga, adakah hubungan antara olah raga dengan kesehatan,
apakah dampak olah raga terhadap kesehatan (misalnya denyut
jantung dan respirasi, mengambil napas pada saat berolah raga) dan
sebagainya.
Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara
olah raga dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai
(mengaplikasikan) paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus
bergerak, harus berolah raga supaya sehat. Dari sini, siswa
diharapkan mampu membuat alat atau sesuatu yang membuat olah
raga itu menjadi menyenangkan, misalnya: menciptakan lagu untuk
mengiringi senam, membuat alat yang digunakan untuk olah raga,
misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak
badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA
diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung
dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya
dibuat grafik hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan
jenis kegiatan (duduk santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami
sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya
tersebut juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara
lain pada materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran
tersebut, siswa membahas dinamika penduduk dan pengaruh
kepadatan penduduk. Dinamika penduduk terdiri dari natalitas,
- 13 -
pengurai. Aspek memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada
tahap memaknai ketika siswa mampu menganalisis dampak yang
terjadi ketika salah satu komponen dalam jaring-jaring makanan
hilang dan tindakan yang harus dilakukan siswa untuk menanggulangi
masalah tersebut.
Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut.
Kelas V
3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan
manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan
manusia
4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia
Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ
pernafasan pada manusia, siswa harus sudah mampu menjaga
kesahatan organ pernafasan dengan cara tidak merokok, berolah
raga secara teratur, memakan makanan yang sehat, dan beristirahat
secara teratur.
2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya
Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang
Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.
Kelas VI
3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya
dalam rangkaian listrik sederhana
4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan
paralel
- 14 -
Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber
tegangan, lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan
konduktor sebagai pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai
aspek mengetahui. Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi
aspek memahami ketika siswa dapat membedakan rangkaian seri dan
rangkaian paralel dimana lampu pada rangkaian parallel tidak akan
mati ketika sakelar pada lampu yang lain terputus. Ketika siswa dapat
mengidentifikasi rangkaian listrik yang terpasang di rumah adalah
rangkaian parallel, dan berupaya untuk menghemat listrik dirumah
dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik yang tidak terpakai,
maka siswa telah mencapai aspek memaknai.
KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang
Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.
3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-
hari
4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor
Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor
dalam kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi.
Ketika siswa menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat
memaknai bahwa udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan
udara panas bergerak ke atas sebagaimana siswa melakukan
percobaan memanaskan air di atas tungku.
Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk
Mata Pelajaran Selain IPA
Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya
dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains
lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.
- 15 -
1. Matematika
Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar
matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan
sehari-hari. Selain itu, masalah yang diidentifikasi ditujukan dalam
rangka memahami fakta-fakta alam dan perubahan yang terjadi pada
lingkungan kehidupan.
Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika
antara lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran
fisis dan konversi satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran
massa, pengukuran waktu, pengukuran volume, pengukuran berat,
pengukuran kuat arus listrik, pengukuran volume, pengukuran
konsentrasi larutan, beda potensial, besar hambatan, dan sebagainya.
Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri cara mengukur besaran
dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan yang lain.
Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika,
misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam
satuan lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi
satuan yang lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah
mengonversi satuan.
Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi
hubungan antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat
mengidentifikasi hubungan antara luas dan gaya tekan terhadap
tekanan pada sebuah benda padat. Siswa dapat mengidentifikasi
pengaruh kerapatan benda akibat dari massa dan volume sebuah
benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui persamaan
matematika, maupun dapat digambarkan melalui grafik. Pada kasus
yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan,
kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan
dalam menyelesaikan masalah sains.
- 14 -
Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber
tegangan, lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan
konduktor sebagai pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai
aspek mengetahui. Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi
aspek memahami ketika siswa dapat membedakan rangkaian seri dan
rangkaian paralel dimana lampu pada rangkaian parallel tidak akan
mati ketika sakelar pada lampu yang lain terputus. Ketika siswa dapat
mengidentifikasi rangkaian listrik yang terpasang di rumah adalah
rangkaian parallel, dan berupaya untuk menghemat listrik dirumah
dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik yang tidak terpakai,
maka siswa telah mencapai aspek memaknai.
KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang
Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.
3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-
hari
4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor
Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor
dalam kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi.
Ketika siswa menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat
memaknai bahwa udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan
udara panas bergerak ke atas sebagaimana siswa melakukan
percobaan memanaskan air di atas tungku.
Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk
Mata Pelajaran Selain IPA
Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya
dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains
lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.
- 15 -
1. Matematika
Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar
matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan
sehari-hari. Selain itu, masalah yang diidentifikasi ditujukan dalam
rangka memahami fakta-fakta alam dan perubahan yang terjadi pada
lingkungan kehidupan.
Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika
antara lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran
fisis dan konversi satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran
massa, pengukuran waktu, pengukuran volume, pengukuran berat,
pengukuran kuat arus listrik, pengukuran volume, pengukuran
konsentrasi larutan, beda potensial, besar hambatan, dan sebagainya.
Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri cara mengukur besaran
dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan yang lain.
Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika,
misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam
satuan lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi
satuan yang lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah
mengonversi satuan.
Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi
hubungan antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat
mengidentifikasi hubungan antara luas dan gaya tekan terhadap
tekanan pada sebuah benda padat. Siswa dapat mengidentifikasi
pengaruh kerapatan benda akibat dari massa dan volume sebuah
benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui persamaan
matematika, maupun dapat digambarkan melalui grafik. Pada kasus
yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan,
kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan
dalam menyelesaikan masalah sains.
- 16 -
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan
mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains
tersebut digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah
Raga dan Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman
IPA pada kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus
berolahraga, adakah hubungan antara olah raga dengan kesehatan,
apakah dampak olah raga terhadap kesehatan (misalnya denyut
jantung dan respirasi, mengambil napas pada saat berolah raga) dan
sebagainya.
Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara
olah raga dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai
(mengaplikasikan) paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus
bergerak, harus berolah raga supaya sehat. Dari sini, siswa
diharapkan mampu membuat alat atau sesuatu yang membuat olah
raga itu menjadi menyenangkan, misalnya: menciptakan lagu untuk
mengiringi senam, membuat alat yang digunakan untuk olah raga,
misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak
badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA
diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung
dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya
dibuat grafik hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan
jenis kegiatan (duduk santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami
sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya
tersebut juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara
lain pada materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran
tersebut, siswa membahas dinamika penduduk dan pengaruh
kepadatan penduduk. Dinamika penduduk terdiri dari natalitas,
- 13 -
pengurai. Aspek memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada
tahap memaknai ketika siswa mampu menganalisis dampak yang
terjadi ketika salah satu komponen dalam jaring-jaring makanan
hilang dan tindakan yang harus dilakukan siswa untuk menanggulangi
masalah tersebut.
Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut.
Kelas V
3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan
manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan
manusia
4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia
Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ
pernafasan pada manusia, siswa harus sudah mampu menjaga
kesahatan organ pernafasan dengan cara tidak merokok, berolah
raga secara teratur, memakan makanan yang sehat, dan beristirahat
secara teratur.
2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya
Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang
Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.
Kelas VI
3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya
dalam rangkaian listrik sederhana
4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan
paralel
- 12 -
1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek
mengetahui.
Kelas IV
3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh
pada hewan dan tumbuhan
4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi
bagian tubuh hewan dan tumbuhan
Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta
untuk menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi
sains yang dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan
KD 3.1 dan 4.1 dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui
pengalaman belajar siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan
fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan tersebut, siswa
dapat menjaga kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan .
Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami
adalah sebagai berikut.
Kelas V
3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-
jaring makanan di lingkungan sekitar
4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam
suatu ekosistem
Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem
berarti siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen
dalam suatu ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan
- 17 -
mortalitas, dan migrasi penduduk. Fenomena tersebut dapat
dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan dampak sosialnya
dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara dampak
peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga
berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas
lingkungan akibat sampah, berkurang persediaan air bersih,
persediaan udara bersih, persediaan lahan pertanian, dan dampak
terhadap lingkungan tempat tinggal. Semua itu dibahas dalam mata
pelajaran IPA. Sedangkan dampak sosialnya dipelajari dalam mata
pelajaran IPS.
Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi
akibat interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu,
masih banyak lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata
pelajaran IPS, misalnya: teknologi dalam lingkungan, bioteknologi,
teknologi ramah lingkungan, zat aditif dan zat adiktif, gunung api,
gempa, dan struktur bumi.
4. Bahasa
Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi
sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan
bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan,
ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta
perkembangan ilmu pengetahuan.
Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam
rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka
- 18 -
harus menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti,
dimaknai sehingga mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan
keterbacaan siswa sangat memengaruhi kemampuan penguasaan
IPA.
Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga
dapat dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke
dalam misalnya wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana
keterbacaannya, tata bahasanya, susunan kalimatnya, dan
sebagainya, sehingga siswa mampu memaknai pemahaman IPA juga
bahasa. Selain itu juga, siswa mampu membandingkan istilah-istilah
sains yang memiliki pengertian berbeda dari penggunaan sehari-hari,
menggunakan konteks IPA dalam berbagai teks.
5. Sejarah
Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya
mempelajari sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil
menemukan konsep sains. Pada sejarah sains, Aristoteles
menjelaskan fenomena bahwa benda yang lebih berat akan jatuh
lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo Galilei adalah
seorang astronom penemu teleskop yang mendukung Nicolaus
Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya.
Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang
penemu mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu
pertama. Ilmuwan juga membandingkan penemuan dan inovasi sains
dari masa ke masa yang masih tetap relevan hingga saat ini,
contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga
dapat mengilhami siswa untuk belajar keras yang kelak akan menjadi
penemu bidang sains.
6. Seni
Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam
membentuk peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang
- 11 -
melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan
antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.
Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran
Dalam Mata Pelajaran IPA
Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai
pemahaman yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya,
keanekaragaman, fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan
untuk memahami keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena
belajar adalah proses untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to
see the connections). Siswa juga diberikan pembelajaran yang
mengaplikasikan konsep-konsep sains di dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk
mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang
berhubungan dengan fenomena fisis serta memaknai bahwa energi
terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi
bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga
membentuk perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.
Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa
diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang
berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan
mengetahui organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem
organ yang bekerja sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa
dapat memaknainya dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem
organnya dengan baik sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.
Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk
Mata Pelajaran IPA
Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga
aspek literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.
- 10 -
dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan
dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”.
Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M),
yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa
literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri.
Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga
sudah mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu
pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya
berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang
dibangun oleh guru.
C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran
Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi
yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat
pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi
tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan
tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.
Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran sains
secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung
pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit
diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai
kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di
berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum
dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman
tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan
konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang
- 19 -
esensial antara sains dan seni, keduanya berlandaskan pada proses
yang sama, yaitu pengembangan daya, kreatifitas, imajinasi, dan
kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang saintis dan seniman
didorong untuk merepresentasikan alam sesuai persepsinya. Seorang
saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan bahwa alam tidak
serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal tersebut
dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan asas
estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif
seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan
seorang seniman yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel.
Dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa
timbulnya aliran-aliran baru dalam sains dan seni berjalan hampir
bersamaan.
7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan,
keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka
Tunggal Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran
PPKn diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa
maupun tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap
mematuhi aturan, norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga
negara yang taat hukum harus dibangun dalam pembelajaran.
Kegiatan melestarikan makhluk hidup, memelihara hewan dan
merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap peduli terhadap
lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.
8. Prakarya
Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat
digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan
terasebut, pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan
kegiatan prakarya. Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang
menjadi kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus
memahami sampah mana yang bisa didaur ulang dan sampah mana
- 20 -
yang tidak dapat didaur ulang berdasarkan fenomena pembusukan
oleh secara sains. Kerajinan tangan yang dihasilkan, dapat diawetkan
sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Siswa memahami
bahwa karya yang dihasilkan di pasaran nilai jualnya dipertimbangkan
berdasarkan estetika dan ketahanan barang. Warna yang dihasilkan
dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya tidak lain akibat
dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan fenomena
pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna alami
dari bahan-bahan organik.
9. TIK
Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat
mengarah kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat
ini, sudah tidak bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk
pembelajaran sains. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk
memudahkan mereka dalam memahami konsep sains. Multimedia
flash dapat digunakan untuk mempelajari sains. Melalui media ini,
pembelajaran sains akan lebih bermakna dengan visualisasi gambar
tiga dimensi yang disajikan oleh guru, misalnya berkaitan dengan
fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan memaknai penggunaan
alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot sebagai produk
teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan dalam
kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak
Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan
berbagai sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari
fenomena gempa Bumi.
- 9 -
II. MISI PEDAGOGIS
A. Misi Literasi
Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis,
yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan
produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan
sains yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan
sikap dan afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju
insan berkarakter.
Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di
sekolah yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai
pendekatan yang inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya
adalah collaborative learning, inquiry based learning, problem based
learning, problem solving, project based learning, dan cooperative
learning.
B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013
Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam
Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional
untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya
literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.
Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara
konseptual, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri
atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-
1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,
- 8 -
masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi dan
kerjasama (communication and teamwork) sebagaimana terlihat pada
Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk
mengembangkan sikap positif seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif
(initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability),
kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and
cultural awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk
mengerti, memahami, serta memaknai.
Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21
Sumber: World Economic Forum (2015)
Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains,
memahami proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan
proses sains dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta
terbangunnya sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.
- 21 -
III. TUJUAN LITERASI SAINS
Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad
21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:
1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup
makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan
perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat;
2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang
sains;
3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan
merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan
dengan sains;
4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
mengenai proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang
tercakup ke dalamnya;
5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi
lain seperti filosofis, sejarah, aspek sosial dari sains;
6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari;
7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungan berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan
8. Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif
terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai
dampak penerapan sains di masyarakat.
- 22 -
IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS
V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS
Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut:
1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
tentang makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi
dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat;
2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya
dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain
seperti lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan
3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam
kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.
Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu
proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai
dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar
capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan
kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik
serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.
Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan
materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi
tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan
kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.
Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.
- 7 -
Terdapat empat domain literasi saintifik menurut PISA (2015). Pertama,
domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal,
permasalahan lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain
kompetensi menjelaskan fenomena sains, merencanakan dan
mengevaluasi penelitian saintifik, menginterpretasi data dan bukti ilmiah.
Ketiga, domain pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan konten,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan empiris. Keempat, domain
afektif berhubungan dengan ketertarikan siswa dalam sains dan
teknologi, menginvestigasi sains dengan pendekatan saintifik, persepsi
siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan masalah-masalah
lingkungan.
Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya
ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru
merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu
“gagasan kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan
kejadian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
dalam konteks pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak
pencapaian dari proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang
sebagai pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains
dan proses ilmiah yang diperlukan dalam pengambilan keputusan
personal, berpartisipasi dalam urusan sosial dan budaya serta
produktivitas ekonomi (National Research Council, 1996). Implementasi
Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai pengalaman saintifik siswa
dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai hubungan
sains, teknologi dan masyarakat yang pada gilirannya akan berpengaruh
pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa depannya.
Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy)
yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad
21 (21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21
menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti
seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian
- 6 -
I. DEFINISI
KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013
Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi
memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang
untuk mengambil keputusan
berdasarkan bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama
dari pendidikan sains (Wenning, 2006). Literasi Sains bersifat
multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan
sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat
menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang dikembangkan
dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman hidupnya
sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap
karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains.
Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah,
kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan
material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam
isu-isu terkait sains.
Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains
melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses
tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengajukan
hipotesis, (3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan
prediksi, (4) melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5)
mengumpulkan dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat
dan presisi, (6) mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk
menarik kesimpulan, (7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang
tidak terprediksi, dan (8) menggunakan perangkat teknologi untuk
memublikasikan dan mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak
sebagai bentuk profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.
- 23 -
Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
Mengetahui
konsep sains
Pengetahuan
faktual
tentang sains
Pengetahuan
faktual
tentang
sains
Pengetahuan
faktual tentang
konsep sains
lebih kompleks
Pengetahuan
faktual tentang
sains lebih
kompleks, luas,
dan dalam
Pengetahuan
konseptual
tentang sains
lebih kompleks
Pengetahuan
konseptual
tentang sains
lebih kompleks,
luas, dan dalam
Pengetahuan
konseptual
sederhana
tentang sains
Pengetahuan
konseptual
lebih
kompleks
tentang sains
Pengetahuan
prosedural
sederhana
(kualitatif)
tentang sains
yang melibatkan
variabel yang
diberikan
Pengetahuan
prosedural
tentang sains
melibatkan
pengukuran
kuantitatif dan
akurat dengan
variabel yang
dikontrol
- 24 -
Memahami
proses sains
Mengidentifi
kasi feno-
mena alam
sekitar
melalui
observasi,
mengelom-
pokkan,
membanding
kan
Mengidentifi-
kasi isu ilmiah
melalui
observasi,
mengelompok
-kan,
membanding-
kan, menalar,
memutuskan
Menjelaskan
fenomena dan
isu ilmiah,
melalui langkah-
langkah
membangun
hipotesis,
melakukan
eksperimen,
mengumpulkan,
mengolah,
menginterpretasi
data, dan
mengkonstruksi
pengetahuan
Menggunakan
bukti ilmiah dari
berbagai
sumber (bukti
empirik dan
literatur) untuk
membangun
kemampuan
berargumentasi
dan berpikir
tingkat tinggi
untuk
menghasilkan
karya/gagasan
kreatif dan
inovatif
- 5 -
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.
Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca
teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata pada
teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks. Proses
pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat secara
berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas pokok
bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas setiap
pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu
mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi
adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi
- 4 -
KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013
PENDAHULUAN
Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,
dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku
untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet
Assessment) mendefinisikan literasi baca tulis sebagai refleksi kompetensi
kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian
tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.
Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut,
kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap
pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan
pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika
cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas
merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya
merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
- 25 -
VII. PENUTUP
Literasi sains adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepentingan
pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada
umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian
yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi
yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan
diri di dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh
seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di
sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,
Memaknai
Sains dalam
kehidupan
Menggunaka
n konsep
sains untuk
meningkatka
n kepedulian
diri sendiri
dan
lingkungan
Menggunakan
konsep sains
untuk
meningkatkan
kepedulian diri
sendiri dan
lingkungan
Menggunakan
pengetahuan
prosedural
sains untuk
membangun
tanggung
jawab
Menggunakan
pengetahuan
konseptual dan
prosedural untuk
menyelesaikan
masalah individu
dan masyarakat
sekitar terkait
sains, secara
bertanggung
jawab
Menggunakan
kemampuan
ilmiah untuk
menyelesaikan
masalah terkait
sains secara
produktif,
kreatif, dan
inovatif dengan
berpihak pada
kepentingan
bersama
Menunjukkan
penghargaan
terhadap
kontribusi para
ilmuwan sains
dalam
membangun
peradaban
- 26 -
VI. DAFTAR PUSTAKA
memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan.
Konsep literasi sains ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat
membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi
yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the
Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
3
DAFTAR ISI
I. Definisi ................................................ Error! Bookmark not defined.
II. Misi Pedagogis ..................................... Error! Bookmark not defined.
A. Misi Literasi ................................................................................ - 9 -
B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013 ......................................... - 9 -
C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran ...... - 10 -
III. Tujuan Literasi Sains ............................. Error! Bookmark not defined.
IV. Kompetensi Literasi Sains ..................... Error! Bookmark not defined.
V. Penjenjangan Literasi Sains .................. Error! Bookmark not defined.
VI. Penutup ............................................... Error! Bookmark not defined.
VII. Daftar Pustaka ..................................... Error! Bookmark not defined.
2
KATA PENGANTAR
Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,
menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan
kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan
beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang
membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi
tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan,
sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi
budaya dan kewarganegaraan.
Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.
Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap
pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi baca
daan tulis. Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi pedagogis,
tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.
Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat
diharapkan dari pembaca
Jakarta, November 2017
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Dr. Awaluddin Tjalla
- 27 -
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
National Research Council (1996). National Science Education Standards.
Washington DC, United States: National Academy Press.
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
Puskurbuk.
UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and
programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,
Scientific, and Cultural Organization.
Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific
literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component
of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-
14.
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the
potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
- 28 -
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
1
KONSEP LITERASI
SAINS
DALAM KURIKULUM
2013
PUSAT KURIKULUM
DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
23 November 2017