pusat kurikulum dan perbukuan jakarta, 2017

28
1 KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013 PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017 23 November 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 28 -

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN

JAKARTA, 2017

1

KONSEP LITERASI

SAINS

DALAM KURIKULUM

2013

PUSAT KURIKULUM

DAN PERBUKUAN

JAKARTA, 2017

23 November 2017

Page 2: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

2

KATA PENGANTAR

Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai

bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),

literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,

menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan

kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan

beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang

membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan

pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam

masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi

tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,

berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan,

sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi

budaya dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.

Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap

pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi baca

daan tulis. Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi pedagogis,

tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat

diharapkan dari pembaca

Jakarta, November 2017

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

- 27 -

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada

Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan

Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.

National Research Council (1996). National Science Education Standards.

Washington DC, United States: National Academy Press.

Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.

oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.

Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:

Puskurbuk.

UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and

programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,

Scientific, and Cultural Organization.

Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific

literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.

Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component

of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-

14.

World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the

potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.

Page 3: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 26 -

VI. DAFTAR PUSTAKA

memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi

yang diharapkan.

Konsep literasi sains ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi

pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat

membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi

yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam

Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the

Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90

Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and

Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral

Education, 9, 1. Hlm. 23-33.

Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-

contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a

language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –

899.

Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and

R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:

Routledge. Hlm. 112-130.

Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life

in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku

Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

3

DAFTAR ISI

I. Definisi ................................................ Error! Bookmark not defined.

II. Misi Pedagogis ..................................... Error! Bookmark not defined.

A. Misi Literasi ................................................................................ - 9 -

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013 ......................................... - 9 -

C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran ...... - 10 -

III. Tujuan Literasi Sains ............................. Error! Bookmark not defined.

IV. Kompetensi Literasi Sains ..................... Error! Bookmark not defined.

V. Penjenjangan Literasi Sains .................. Error! Bookmark not defined.

VI. Penutup ............................................... Error! Bookmark not defined.

VII. Daftar Pustaka ..................................... Error! Bookmark not defined.

Page 4: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 4 -

KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013

PENDAHULUAN

Perspektif Literasi

Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata

pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi

kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk

mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,

dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks

pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku

untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet

Assessment) mendefinisikan literasi baca tulis sebagai refleksi kompetensi

kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian

tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.

Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut,

kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap

pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan

pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa

merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam

bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika

cabang ilmu pengetahuan lainnya.

Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas

merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.

Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi

pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya

merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan

mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi

pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang

berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.

Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan

kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka

- 25 -

VII. PENUTUP

Literasi sains adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepentingan

pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada

umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian

yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi

yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan

diri di dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh

seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di

sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,

Memaknai

Sains dalam

kehidupan

Menggunaka

n konsep

sains untuk

meningkatka

n kepedulian

diri sendiri

dan

lingkungan

Menggunakan

konsep sains

untuk

meningkatkan

kepedulian diri

sendiri dan

lingkungan

Menggunakan

pengetahuan

prosedural

sains untuk

membangun

tanggung

jawab

Menggunakan

pengetahuan

konseptual dan

prosedural untuk

menyelesaikan

masalah individu

dan masyarakat

sekitar terkait

sains, secara

bertanggung

jawab

Menggunakan

kemampuan

ilmiah untuk

menyelesaikan

masalah terkait

sains secara

produktif,

kreatif, dan

inovatif dengan

berpihak pada

kepentingan

bersama

Menunjukkan

penghargaan

terhadap

kontribusi para

ilmuwan sains

dalam

membangun

peradaban

Page 5: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 24 -

Memahami

proses sains

Mengidentifi

kasi feno-

mena alam

sekitar

melalui

observasi,

mengelom-

pokkan,

membanding

kan

Mengidentifi-

kasi isu ilmiah

melalui

observasi,

mengelompok

-kan,

membanding-

kan, menalar,

memutuskan

Menjelaskan

fenomena dan

isu ilmiah,

melalui langkah-

langkah

membangun

hipotesis,

melakukan

eksperimen,

mengumpulkan,

mengolah,

menginterpretasi

data, dan

mengkonstruksi

pengetahuan

Menggunakan

bukti ilmiah dari

berbagai

sumber (bukti

empirik dan

literatur) untuk

membangun

kemampuan

berargumentasi

dan berpikir

tingkat tinggi

untuk

menghasilkan

karya/gagasan

kreatif dan

inovatif

- 5 -

pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam

proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya

pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca

teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata pada

teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks. Proses

pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat secara

berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas pokok

bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas setiap

pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu

mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi

adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi

Page 6: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 6 -

I. DEFINISI

KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013

Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi

memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang

untuk mengambil keputusan

berdasarkan bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama

dari pendidikan sains (Wenning, 2006). Literasi Sains bersifat

multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan

sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat

menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang dikembangkan

dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman hidupnya

sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap

karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains.

Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah,

kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan

material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam

isu-isu terkait sains.

Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains

melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses

tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengajukan

hipotesis, (3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan

prediksi, (4) melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5)

mengumpulkan dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat

dan presisi, (6) mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk

menarik kesimpulan, (7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang

tidak terprediksi, dan (8) menggunakan perangkat teknologi untuk

memublikasikan dan mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak

sebagai bentuk profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.

- 23 -

Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah

Aspek SD

(Kelas I – III)

SD

(Kelas IV – VI)

SMP

(Kelas VII – IX)

SMA

(Kelas X – XII)

Mengetahui

konsep sains

Pengetahuan

faktual

tentang sains

Pengetahuan

faktual

tentang

sains

Pengetahuan

faktual tentang

konsep sains

lebih kompleks

Pengetahuan

faktual tentang

sains lebih

kompleks, luas,

dan dalam

Pengetahuan

konseptual

tentang sains

lebih kompleks

Pengetahuan

konseptual

tentang sains

lebih kompleks,

luas, dan dalam

Pengetahuan

konseptual

sederhana

tentang sains

Pengetahuan

konseptual

lebih

kompleks

tentang sains

Pengetahuan

prosedural

sederhana

(kualitatif)

tentang sains

yang melibatkan

variabel yang

diberikan

Pengetahuan

prosedural

tentang sains

melibatkan

pengukuran

kuantitatif dan

akurat dengan

variabel yang

dikontrol

Page 7: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 22 -

IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS

V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS

Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut:

1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural

tentang makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi

dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat;

2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya

dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain

seperti lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan

3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam

kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan

lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.

Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu

proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai

dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar

capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan

kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik

serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.

Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan

materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi

tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan

kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.

Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.

- 7 -

Terdapat empat domain literasi saintifik menurut PISA (2015). Pertama,

domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal,

permasalahan lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain

kompetensi menjelaskan fenomena sains, merencanakan dan

mengevaluasi penelitian saintifik, menginterpretasi data dan bukti ilmiah.

Ketiga, domain pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan konten,

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan empiris. Keempat, domain

afektif berhubungan dengan ketertarikan siswa dalam sains dan

teknologi, menginvestigasi sains dengan pendekatan saintifik, persepsi

siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan masalah-masalah

lingkungan.

Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya

ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru

merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu

“gagasan kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan

kejadian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

dalam konteks pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak

pencapaian dari proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang

sebagai pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains

dan proses ilmiah yang diperlukan dalam pengambilan keputusan

personal, berpartisipasi dalam urusan sosial dan budaya serta

produktivitas ekonomi (National Research Council, 1996). Implementasi

Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai pengalaman saintifik siswa

dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai hubungan

sains, teknologi dan masyarakat yang pada gilirannya akan berpengaruh

pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa depannya.

Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy)

yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad

21 (21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21

menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti

seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian

Page 8: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 8 -

masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi dan

kerjasama (communication and teamwork) sebagaimana terlihat pada

Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk

mengembangkan sikap positif seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif

(initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability),

kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and

cultural awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk

mengerti, memahami, serta memaknai.

Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21

Sumber: World Economic Forum (2015)

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains,

memahami proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan

proses sains dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta

terbangunnya sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.

- 21 -

III. TUJUAN LITERASI SAINS

Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad

21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:

1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup

makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan

perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi,

dan masyarakat;

2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang

sains;

3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan

merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan

dengan sains;

4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan

mengenai proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang

tercakup ke dalamnya;

5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi

lain seperti filosofis, sejarah, aspek sosial dari sains;

6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari;

7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan

lingkungan berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan

8. Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif

terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai

dampak penerapan sains di masyarakat.

Page 9: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 20 -

yang tidak dapat didaur ulang berdasarkan fenomena pembusukan

oleh secara sains. Kerajinan tangan yang dihasilkan, dapat diawetkan

sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Siswa memahami

bahwa karya yang dihasilkan di pasaran nilai jualnya dipertimbangkan

berdasarkan estetika dan ketahanan barang. Warna yang dihasilkan

dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya tidak lain akibat

dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan fenomena

pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna alami

dari bahan-bahan organik.

9. TIK

Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat

mengarah kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat

ini, sudah tidak bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk

pembelajaran sains. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk

memudahkan mereka dalam memahami konsep sains. Multimedia

flash dapat digunakan untuk mempelajari sains. Melalui media ini,

pembelajaran sains akan lebih bermakna dengan visualisasi gambar

tiga dimensi yang disajikan oleh guru, misalnya berkaitan dengan

fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan memaknai penggunaan

alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot sebagai produk

teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan dalam

kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak

Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan

berbagai sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari

fenomena gempa Bumi.

- 9 -

II. MISI PEDAGOGIS

A. Misi Literasi

Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis,

yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan

produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan

sains yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan

sikap dan afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju

insan berkarakter.

Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di

sekolah yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai

pendekatan yang inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat

digunakan untuk mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya

adalah collaborative learning, inquiry based learning, problem based

learning, problem solving, project based learning, dan cooperative

learning.

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013

Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam

Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional

untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya

literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.

Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara

konseptual, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri

atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-

1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,

Page 10: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 10 -

dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan

dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”.

Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M),

yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa

literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri.

Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga

sudah mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa.

Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu

pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya

berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang

dibangun oleh guru.

C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran

Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi

yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat

pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi

tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks

mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan

tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.

Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran sains

secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung

pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit

diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai

kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di

berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum

dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman

tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan

konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang

- 19 -

esensial antara sains dan seni, keduanya berlandaskan pada proses

yang sama, yaitu pengembangan daya, kreatifitas, imajinasi, dan

kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang saintis dan seniman

didorong untuk merepresentasikan alam sesuai persepsinya. Seorang

saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan bahwa alam tidak

serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal tersebut

dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan asas

estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif

seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan

seorang seniman yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel.

Dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa

timbulnya aliran-aliran baru dalam sains dan seni berjalan hampir

bersamaan.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan,

keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka

Tunggal Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran

PPKn diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa

maupun tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap

mematuhi aturan, norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga

negara yang taat hukum harus dibangun dalam pembelajaran.

Kegiatan melestarikan makhluk hidup, memelihara hewan dan

merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap peduli terhadap

lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.

8. Prakarya

Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat

digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan

terasebut, pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan

kegiatan prakarya. Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang

menjadi kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus

memahami sampah mana yang bisa didaur ulang dan sampah mana

Page 11: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 18 -

harus menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti,

dimaknai sehingga mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan

keterbacaan siswa sangat memengaruhi kemampuan penguasaan

IPA.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga

dapat dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke

dalam misalnya wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana

keterbacaannya, tata bahasanya, susunan kalimatnya, dan

sebagainya, sehingga siswa mampu memaknai pemahaman IPA juga

bahasa. Selain itu juga, siswa mampu membandingkan istilah-istilah

sains yang memiliki pengertian berbeda dari penggunaan sehari-hari,

menggunakan konteks IPA dalam berbagai teks.

5. Sejarah

Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya

mempelajari sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil

menemukan konsep sains. Pada sejarah sains, Aristoteles

menjelaskan fenomena bahwa benda yang lebih berat akan jatuh

lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo Galilei adalah

seorang astronom penemu teleskop yang mendukung Nicolaus

Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya.

Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang

penemu mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu

pertama. Ilmuwan juga membandingkan penemuan dan inovasi sains

dari masa ke masa yang masih tetap relevan hingga saat ini,

contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga

dapat mengilhami siswa untuk belajar keras yang kelak akan menjadi

penemu bidang sains.

6. Seni

Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam

membentuk peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang

- 11 -

melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan

antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran

Dalam Mata Pelajaran IPA

Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai

pemahaman yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya,

keanekaragaman, fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan

untuk memahami keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena

belajar adalah proses untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to

see the connections). Siswa juga diberikan pembelajaran yang

mengaplikasikan konsep-konsep sains di dalam kehidupan sehari-

hari.

Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk

mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang

berhubungan dengan fenomena fisis serta memaknai bahwa energi

terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi

bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga

membentuk perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.

Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa

diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang

berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan

mengetahui organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem

organ yang bekerja sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa

dapat memaknainya dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem

organnya dengan baik sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk

Mata Pelajaran IPA

Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga

aspek literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.

Page 12: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 12 -

1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek

mengetahui.

Kelas IV

3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh

pada hewan dan tumbuhan

4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi

bagian tubuh hewan dan tumbuhan

Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta

untuk menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi

sains yang dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan

KD 3.1 dan 4.1 dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui

pengalaman belajar siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan

fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan tersebut, siswa

dapat menjaga kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan .

Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami

adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-

jaring makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam

suatu ekosistem

Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem

berarti siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen

dalam suatu ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan

- 17 -

mortalitas, dan migrasi penduduk. Fenomena tersebut dapat

dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan dampak sosialnya

dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara dampak

peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga

berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas

lingkungan akibat sampah, berkurang persediaan air bersih,

persediaan udara bersih, persediaan lahan pertanian, dan dampak

terhadap lingkungan tempat tinggal. Semua itu dibahas dalam mata

pelajaran IPA. Sedangkan dampak sosialnya dipelajari dalam mata

pelajaran IPS.

Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi

akibat interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu,

masih banyak lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata

pelajaran IPS, misalnya: teknologi dalam lingkungan, bioteknologi,

teknologi ramah lingkungan, zat aditif dan zat adiktif, gunung api,

gempa, dan struktur bumi.

4. Bahasa

Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan

bukti-bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat

keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan

terhadap alam melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi

sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan

bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan,

ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat

moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta

perkembangan ilmu pengetahuan.

Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidentifikasi

pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam

rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka

Page 13: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 16 -

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan

mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains

tersebut digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah

Raga dan Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman

IPA pada kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus

berolahraga, adakah hubungan antara olah raga dengan kesehatan,

apakah dampak olah raga terhadap kesehatan (misalnya denyut

jantung dan respirasi, mengambil napas pada saat berolah raga) dan

sebagainya.

Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara

olah raga dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai

(mengaplikasikan) paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus

bergerak, harus berolah raga supaya sehat. Dari sini, siswa

diharapkan mampu membuat alat atau sesuatu yang membuat olah

raga itu menjadi menyenangkan, misalnya: menciptakan lagu untuk

mengiringi senam, membuat alat yang digunakan untuk olah raga,

misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan untuk

memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak

badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA

diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung

dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya

dibuat grafik hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan

jenis kegiatan (duduk santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami

sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya

tersebut juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara

lain pada materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran

tersebut, siswa membahas dinamika penduduk dan pengaruh

kepadatan penduduk. Dinamika penduduk terdiri dari natalitas,

- 13 -

pengurai. Aspek memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada

tahap memaknai ketika siswa mampu menganalisis dampak yang

terjadi ketika salah satu komponen dalam jaring-jaring makanan

hilang dan tindakan yang harus dilakukan siswa untuk menanggulangi

masalah tersebut.

Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan

manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan

manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ

pernafasan pada manusia, siswa harus sudah mampu menjaga

kesahatan organ pernafasan dengan cara tidak merokok, berolah

raga secara teratur, memakan makanan yang sehat, dan beristirahat

secara teratur.

2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya

Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang

Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

Kelas VI

3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya

dalam rangkaian listrik sederhana

4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan

paralel

Page 14: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 14 -

Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber

tegangan, lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan

konduktor sebagai pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai

aspek mengetahui. Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi

aspek memahami ketika siswa dapat membedakan rangkaian seri dan

rangkaian paralel dimana lampu pada rangkaian parallel tidak akan

mati ketika sakelar pada lampu yang lain terputus. Ketika siswa dapat

mengidentifikasi rangkaian listrik yang terpasang di rumah adalah

rangkaian parallel, dan berupaya untuk menghemat listrik dirumah

dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik yang tidak terpakai,

maka siswa telah mencapai aspek memaknai.

KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang

Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-

hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor

dalam kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi.

Ketika siswa menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat

memaknai bahwa udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan

udara panas bergerak ke atas sebagaimana siswa melakukan

percobaan memanaskan air di atas tungku.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk

Mata Pelajaran Selain IPA

Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya

dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains

lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.

- 15 -

1. Matematika

Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar

matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan

sehari-hari. Selain itu, masalah yang diidentifikasi ditujukan dalam

rangka memahami fakta-fakta alam dan perubahan yang terjadi pada

lingkungan kehidupan.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika

antara lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran

fisis dan konversi satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran

massa, pengukuran waktu, pengukuran volume, pengukuran berat,

pengukuran kuat arus listrik, pengukuran volume, pengukuran

konsentrasi larutan, beda potensial, besar hambatan, dan sebagainya.

Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri cara mengukur besaran

dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan yang lain.

Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika,

misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam

satuan lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi

satuan yang lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah

mengonversi satuan.

Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi

hubungan antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat

mengidentifikasi hubungan antara luas dan gaya tekan terhadap

tekanan pada sebuah benda padat. Siswa dapat mengidentifikasi

pengaruh kerapatan benda akibat dari massa dan volume sebuah

benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui persamaan

matematika, maupun dapat digambarkan melalui grafik. Pada kasus

yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan,

kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan

dalam menyelesaikan masalah sains.

Page 15: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 14 -

Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber

tegangan, lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan

konduktor sebagai pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai

aspek mengetahui. Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi

aspek memahami ketika siswa dapat membedakan rangkaian seri dan

rangkaian paralel dimana lampu pada rangkaian parallel tidak akan

mati ketika sakelar pada lampu yang lain terputus. Ketika siswa dapat

mengidentifikasi rangkaian listrik yang terpasang di rumah adalah

rangkaian parallel, dan berupaya untuk menghemat listrik dirumah

dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik yang tidak terpakai,

maka siswa telah mencapai aspek memaknai.

KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang

Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-

hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor

dalam kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi.

Ketika siswa menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat

memaknai bahwa udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan

udara panas bergerak ke atas sebagaimana siswa melakukan

percobaan memanaskan air di atas tungku.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk

Mata Pelajaran Selain IPA

Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya

dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains

lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.

- 15 -

1. Matematika

Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar

matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan

sehari-hari. Selain itu, masalah yang diidentifikasi ditujukan dalam

rangka memahami fakta-fakta alam dan perubahan yang terjadi pada

lingkungan kehidupan.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika

antara lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran

fisis dan konversi satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran

massa, pengukuran waktu, pengukuran volume, pengukuran berat,

pengukuran kuat arus listrik, pengukuran volume, pengukuran

konsentrasi larutan, beda potensial, besar hambatan, dan sebagainya.

Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri cara mengukur besaran

dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan yang lain.

Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika,

misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam

satuan lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi

satuan yang lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah

mengonversi satuan.

Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi

hubungan antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat

mengidentifikasi hubungan antara luas dan gaya tekan terhadap

tekanan pada sebuah benda padat. Siswa dapat mengidentifikasi

pengaruh kerapatan benda akibat dari massa dan volume sebuah

benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui persamaan

matematika, maupun dapat digambarkan melalui grafik. Pada kasus

yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan,

kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan

dalam menyelesaikan masalah sains.

Page 16: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 16 -

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan

mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains

tersebut digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah

Raga dan Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman

IPA pada kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus

berolahraga, adakah hubungan antara olah raga dengan kesehatan,

apakah dampak olah raga terhadap kesehatan (misalnya denyut

jantung dan respirasi, mengambil napas pada saat berolah raga) dan

sebagainya.

Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara

olah raga dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai

(mengaplikasikan) paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus

bergerak, harus berolah raga supaya sehat. Dari sini, siswa

diharapkan mampu membuat alat atau sesuatu yang membuat olah

raga itu menjadi menyenangkan, misalnya: menciptakan lagu untuk

mengiringi senam, membuat alat yang digunakan untuk olah raga,

misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan untuk

memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak

badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA

diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung

dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya

dibuat grafik hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan

jenis kegiatan (duduk santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami

sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya

tersebut juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara

lain pada materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran

tersebut, siswa membahas dinamika penduduk dan pengaruh

kepadatan penduduk. Dinamika penduduk terdiri dari natalitas,

- 13 -

pengurai. Aspek memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada

tahap memaknai ketika siswa mampu menganalisis dampak yang

terjadi ketika salah satu komponen dalam jaring-jaring makanan

hilang dan tindakan yang harus dilakukan siswa untuk menanggulangi

masalah tersebut.

Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan

manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan

manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ

pernafasan pada manusia, siswa harus sudah mampu menjaga

kesahatan organ pernafasan dengan cara tidak merokok, berolah

raga secara teratur, memakan makanan yang sehat, dan beristirahat

secara teratur.

2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya

Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang

Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

Kelas VI

3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya

dalam rangkaian listrik sederhana

4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan

paralel

Page 17: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 12 -

1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek

mengetahui.

Kelas IV

3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh

pada hewan dan tumbuhan

4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi

bagian tubuh hewan dan tumbuhan

Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta

untuk menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi

sains yang dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan

KD 3.1 dan 4.1 dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui

pengalaman belajar siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan

fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan tersebut, siswa

dapat menjaga kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan .

Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami

adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-

jaring makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam

suatu ekosistem

Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem

berarti siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen

dalam suatu ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan

- 17 -

mortalitas, dan migrasi penduduk. Fenomena tersebut dapat

dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan dampak sosialnya

dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara dampak

peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga

berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas

lingkungan akibat sampah, berkurang persediaan air bersih,

persediaan udara bersih, persediaan lahan pertanian, dan dampak

terhadap lingkungan tempat tinggal. Semua itu dibahas dalam mata

pelajaran IPA. Sedangkan dampak sosialnya dipelajari dalam mata

pelajaran IPS.

Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi

akibat interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu,

masih banyak lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata

pelajaran IPS, misalnya: teknologi dalam lingkungan, bioteknologi,

teknologi ramah lingkungan, zat aditif dan zat adiktif, gunung api,

gempa, dan struktur bumi.

4. Bahasa

Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan

bukti-bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat

keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan

terhadap alam melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi

sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan

bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan,

ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat

moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta

perkembangan ilmu pengetahuan.

Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidentifikasi

pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam

rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka

Page 18: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 18 -

harus menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti,

dimaknai sehingga mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan

keterbacaan siswa sangat memengaruhi kemampuan penguasaan

IPA.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga

dapat dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke

dalam misalnya wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana

keterbacaannya, tata bahasanya, susunan kalimatnya, dan

sebagainya, sehingga siswa mampu memaknai pemahaman IPA juga

bahasa. Selain itu juga, siswa mampu membandingkan istilah-istilah

sains yang memiliki pengertian berbeda dari penggunaan sehari-hari,

menggunakan konteks IPA dalam berbagai teks.

5. Sejarah

Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya

mempelajari sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil

menemukan konsep sains. Pada sejarah sains, Aristoteles

menjelaskan fenomena bahwa benda yang lebih berat akan jatuh

lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo Galilei adalah

seorang astronom penemu teleskop yang mendukung Nicolaus

Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya.

Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang

penemu mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu

pertama. Ilmuwan juga membandingkan penemuan dan inovasi sains

dari masa ke masa yang masih tetap relevan hingga saat ini,

contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga

dapat mengilhami siswa untuk belajar keras yang kelak akan menjadi

penemu bidang sains.

6. Seni

Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam

membentuk peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang

- 11 -

melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan

antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran

Dalam Mata Pelajaran IPA

Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai

pemahaman yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya,

keanekaragaman, fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan

untuk memahami keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena

belajar adalah proses untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to

see the connections). Siswa juga diberikan pembelajaran yang

mengaplikasikan konsep-konsep sains di dalam kehidupan sehari-

hari.

Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk

mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang

berhubungan dengan fenomena fisis serta memaknai bahwa energi

terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi

bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga

membentuk perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.

Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa

diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang

berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan

mengetahui organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem

organ yang bekerja sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa

dapat memaknainya dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem

organnya dengan baik sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk

Mata Pelajaran IPA

Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga

aspek literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.

Page 19: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 10 -

dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan

dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”.

Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M),

yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa

literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri.

Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga

sudah mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa.

Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu

pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya

berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang

dibangun oleh guru.

C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran

Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi

yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat

pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi

tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks

mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan

tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.

Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran sains

secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung

pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit

diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai

kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di

berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum

dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman

tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan

konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang

- 19 -

esensial antara sains dan seni, keduanya berlandaskan pada proses

yang sama, yaitu pengembangan daya, kreatifitas, imajinasi, dan

kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang saintis dan seniman

didorong untuk merepresentasikan alam sesuai persepsinya. Seorang

saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan bahwa alam tidak

serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal tersebut

dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan asas

estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif

seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan

seorang seniman yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel.

Dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa

timbulnya aliran-aliran baru dalam sains dan seni berjalan hampir

bersamaan.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan,

keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka

Tunggal Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran

PPKn diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa

maupun tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap

mematuhi aturan, norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga

negara yang taat hukum harus dibangun dalam pembelajaran.

Kegiatan melestarikan makhluk hidup, memelihara hewan dan

merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap peduli terhadap

lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.

8. Prakarya

Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat

digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan

terasebut, pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan

kegiatan prakarya. Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang

menjadi kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus

memahami sampah mana yang bisa didaur ulang dan sampah mana

Page 20: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 20 -

yang tidak dapat didaur ulang berdasarkan fenomena pembusukan

oleh secara sains. Kerajinan tangan yang dihasilkan, dapat diawetkan

sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Siswa memahami

bahwa karya yang dihasilkan di pasaran nilai jualnya dipertimbangkan

berdasarkan estetika dan ketahanan barang. Warna yang dihasilkan

dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya tidak lain akibat

dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan fenomena

pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna alami

dari bahan-bahan organik.

9. TIK

Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat

mengarah kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat

ini, sudah tidak bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk

pembelajaran sains. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk

memudahkan mereka dalam memahami konsep sains. Multimedia

flash dapat digunakan untuk mempelajari sains. Melalui media ini,

pembelajaran sains akan lebih bermakna dengan visualisasi gambar

tiga dimensi yang disajikan oleh guru, misalnya berkaitan dengan

fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan memaknai penggunaan

alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot sebagai produk

teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan dalam

kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak

Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan

berbagai sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari

fenomena gempa Bumi.

- 9 -

II. MISI PEDAGOGIS

A. Misi Literasi

Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis,

yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan

produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan

sains yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan

sikap dan afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju

insan berkarakter.

Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di

sekolah yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai

pendekatan yang inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat

digunakan untuk mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya

adalah collaborative learning, inquiry based learning, problem based

learning, problem solving, project based learning, dan cooperative

learning.

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013

Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam

Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional

untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya

literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.

Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara

konseptual, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri

atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-

1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,

Page 21: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 8 -

masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi dan

kerjasama (communication and teamwork) sebagaimana terlihat pada

Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk

mengembangkan sikap positif seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif

(initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability),

kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and

cultural awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk

mengerti, memahami, serta memaknai.

Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21

Sumber: World Economic Forum (2015)

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains,

memahami proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan

proses sains dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta

terbangunnya sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.

- 21 -

III. TUJUAN LITERASI SAINS

Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad

21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:

1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup

makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan

perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi,

dan masyarakat;

2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang

sains;

3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan

merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan

dengan sains;

4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan

mengenai proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang

tercakup ke dalamnya;

5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi

lain seperti filosofis, sejarah, aspek sosial dari sains;

6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari;

7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan

lingkungan berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan

8. Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif

terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai

dampak penerapan sains di masyarakat.

Page 22: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 22 -

IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS

V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS

Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut:

1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural

tentang makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi

dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat;

2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya

dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain

seperti lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan

3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam

kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan

lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.

Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu

proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai

dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar

capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan

kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik

serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.

Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan

materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi

tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan

kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.

Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.

- 7 -

Terdapat empat domain literasi saintifik menurut PISA (2015). Pertama,

domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal,

permasalahan lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain

kompetensi menjelaskan fenomena sains, merencanakan dan

mengevaluasi penelitian saintifik, menginterpretasi data dan bukti ilmiah.

Ketiga, domain pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan konten,

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan empiris. Keempat, domain

afektif berhubungan dengan ketertarikan siswa dalam sains dan

teknologi, menginvestigasi sains dengan pendekatan saintifik, persepsi

siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan masalah-masalah

lingkungan.

Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya

ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru

merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu

“gagasan kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan

kejadian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

dalam konteks pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak

pencapaian dari proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang

sebagai pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains

dan proses ilmiah yang diperlukan dalam pengambilan keputusan

personal, berpartisipasi dalam urusan sosial dan budaya serta

produktivitas ekonomi (National Research Council, 1996). Implementasi

Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai pengalaman saintifik siswa

dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai hubungan

sains, teknologi dan masyarakat yang pada gilirannya akan berpengaruh

pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa depannya.

Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy)

yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad

21 (21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21

menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti

seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian

Page 23: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 6 -

I. DEFINISI

KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013

Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi

memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang

untuk mengambil keputusan

berdasarkan bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama

dari pendidikan sains (Wenning, 2006). Literasi Sains bersifat

multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan

sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat

menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang dikembangkan

dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman hidupnya

sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap

karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains.

Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah,

kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan

material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam

isu-isu terkait sains.

Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains

melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses

tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengajukan

hipotesis, (3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan

prediksi, (4) melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5)

mengumpulkan dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat

dan presisi, (6) mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk

menarik kesimpulan, (7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang

tidak terprediksi, dan (8) menggunakan perangkat teknologi untuk

memublikasikan dan mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak

sebagai bentuk profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.

- 23 -

Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah

Aspek SD

(Kelas I – III)

SD

(Kelas IV – VI)

SMP

(Kelas VII – IX)

SMA

(Kelas X – XII)

Mengetahui

konsep sains

Pengetahuan

faktual

tentang sains

Pengetahuan

faktual

tentang

sains

Pengetahuan

faktual tentang

konsep sains

lebih kompleks

Pengetahuan

faktual tentang

sains lebih

kompleks, luas,

dan dalam

Pengetahuan

konseptual

tentang sains

lebih kompleks

Pengetahuan

konseptual

tentang sains

lebih kompleks,

luas, dan dalam

Pengetahuan

konseptual

sederhana

tentang sains

Pengetahuan

konseptual

lebih

kompleks

tentang sains

Pengetahuan

prosedural

sederhana

(kualitatif)

tentang sains

yang melibatkan

variabel yang

diberikan

Pengetahuan

prosedural

tentang sains

melibatkan

pengukuran

kuantitatif dan

akurat dengan

variabel yang

dikontrol

Page 24: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 24 -

Memahami

proses sains

Mengidentifi

kasi feno-

mena alam

sekitar

melalui

observasi,

mengelom-

pokkan,

membanding

kan

Mengidentifi-

kasi isu ilmiah

melalui

observasi,

mengelompok

-kan,

membanding-

kan, menalar,

memutuskan

Menjelaskan

fenomena dan

isu ilmiah,

melalui langkah-

langkah

membangun

hipotesis,

melakukan

eksperimen,

mengumpulkan,

mengolah,

menginterpretasi

data, dan

mengkonstruksi

pengetahuan

Menggunakan

bukti ilmiah dari

berbagai

sumber (bukti

empirik dan

literatur) untuk

membangun

kemampuan

berargumentasi

dan berpikir

tingkat tinggi

untuk

menghasilkan

karya/gagasan

kreatif dan

inovatif

- 5 -

pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam

proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya

pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca

teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata pada

teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks. Proses

pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat secara

berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas pokok

bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas setiap

pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu

mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi

adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi

Page 25: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 4 -

KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013

PENDAHULUAN

Perspektif Literasi

Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata

pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi

kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk

mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,

dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks

pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku

untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet

Assessment) mendefinisikan literasi baca tulis sebagai refleksi kompetensi

kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian

tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.

Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut,

kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap

pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan

pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa

merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam

bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika

cabang ilmu pengetahuan lainnya.

Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas

merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.

Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi

pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya

merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan

mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi

pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang

berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.

Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan

kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka

- 25 -

VII. PENUTUP

Literasi sains adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepentingan

pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada

umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian

yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi

yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan

diri di dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh

seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di

sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,

Memaknai

Sains dalam

kehidupan

Menggunaka

n konsep

sains untuk

meningkatka

n kepedulian

diri sendiri

dan

lingkungan

Menggunakan

konsep sains

untuk

meningkatkan

kepedulian diri

sendiri dan

lingkungan

Menggunakan

pengetahuan

prosedural

sains untuk

membangun

tanggung

jawab

Menggunakan

pengetahuan

konseptual dan

prosedural untuk

menyelesaikan

masalah individu

dan masyarakat

sekitar terkait

sains, secara

bertanggung

jawab

Menggunakan

kemampuan

ilmiah untuk

menyelesaikan

masalah terkait

sains secara

produktif,

kreatif, dan

inovatif dengan

berpihak pada

kepentingan

bersama

Menunjukkan

penghargaan

terhadap

kontribusi para

ilmuwan sains

dalam

membangun

peradaban

Page 26: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 26 -

VI. DAFTAR PUSTAKA

memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi

yang diharapkan.

Konsep literasi sains ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi

pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat

membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi

yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam

Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the

Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90

Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and

Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral

Education, 9, 1. Hlm. 23-33.

Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-

contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a

language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –

899.

Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and

R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:

Routledge. Hlm. 112-130.

Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life

in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku

Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

3

DAFTAR ISI

I. Definisi ................................................ Error! Bookmark not defined.

II. Misi Pedagogis ..................................... Error! Bookmark not defined.

A. Misi Literasi ................................................................................ - 9 -

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013 ......................................... - 9 -

C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran ...... - 10 -

III. Tujuan Literasi Sains ............................. Error! Bookmark not defined.

IV. Kompetensi Literasi Sains ..................... Error! Bookmark not defined.

V. Penjenjangan Literasi Sains .................. Error! Bookmark not defined.

VI. Penutup ............................................... Error! Bookmark not defined.

VII. Daftar Pustaka ..................................... Error! Bookmark not defined.

Page 27: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

2

KATA PENGANTAR

Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai

bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),

literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,

menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan

kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan

beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang

membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan

pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam

masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi

tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,

berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan,

sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi

budaya dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.

Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap

pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi baca

daan tulis. Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi pedagogis,

tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat

diharapkan dari pembaca

Jakarta, November 2017

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

- 27 -

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada

Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan

Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.

National Research Council (1996). National Science Education Standards.

Washington DC, United States: National Academy Press.

Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.

oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.

Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:

Puskurbuk.

UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and

programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,

Scientific, and Cultural Organization.

Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific

literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.

Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component

of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-

14.

World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the

potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.

Page 28: PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017

- 28 -

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN

JAKARTA, 2017

1

KONSEP LITERASI

SAINS

DALAM KURIKULUM

2013

PUSAT KURIKULUM

DAN PERBUKUAN

JAKARTA, 2017

23 November 2017