ptk metode nth

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994). Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat (Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Untuk menunjang tercapainya tujuan IPS tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa (Aziz Wahab, 1986). Kualitas dan keberhasilan pembelajaran 1

Upload: terry-brengost

Post on 07-Jan-2017

99 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PTK METODE NTH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan

berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai

permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS

berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan

sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994).

Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya

penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan

membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap,

nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat

(Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Untuk menunjang tercapainya tujuan IPS

tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa (Aziz Wahab, 1986).

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan

dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SDN Candirenggo 03 Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang diperoleh temuan sebagai berikut. Siswa kelas VI

sebagian besar masih mengalami kesulitan ketika memahami konsep tentang

Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Hasil pretest

menunjukkan bahwa masih 85% siswa kurang menguasai materi

Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Pembelajaran seharí-

hari yang dilakukan dengan menjelaskan secara lisan, tertulis di papan tulis,

dan pemberian kesempatan bertanya ketika guru mengajar, hanya direspon oleh

sebagian kecil siswa. Ketika guru melakukan tanya jawab dengan siswa, hanya

ada tiga orang siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dengan benar.

Ketika guru memberi latihan soal, sebagian besar siswa malas untuk

1

1

Page 2: PTK METODE NTH

mengerjakannya. Ternyata sebagian besar siswa kesulitan mengerjakan soal

latihan tersebut karena kurangnya motivasi dalam belajar, sehingga hasil

belajar yang dicapai sangat rendah.

Membelajarkan siswa tentang Perkembangan Sistem Administrasi

Wilayah Indonesia dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together) diduga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya

kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya

kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan

belajar. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Berdasarkan rangkaian uraian di atas, maka penulis ingin memberikan

sedikit masukan untuk perkembangan di bidang pendidikan dengan membuat

karya tulis yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas VI SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis

membatasi masalah tersebut dengan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo

03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang?

2. Bagaimanakah meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas VI SDN Candirenggo

03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang?

2

Page 3: PTK METODE NTH

3. Bagaimanakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS untuk siswa kelas VI SDN

Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah.

1. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas

VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang melalui

penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT.

2. Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa kelas VI

SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang pada mata

pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT

3. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Perkembangan Sistem

Administrasi Wilayah Indonesia pada siswa kelas VI SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian

ini sebagai berikut.

1. Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS untuk siswa kelas VI SDN

Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

2. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT pada mata pelajaran IPS untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo

03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak antara lain.

1. Bagi peneliti

3

Page 4: PTK METODE NTH

Menambah wawasan keilmuannya dan meningkatkan profesionalisme dan

sebagai umpan balik demi perbaikan-perbaikan dalam studinya.

2. Bagi guru

Sebagai bahan kajian untuk memotivasi siswa dan mendorong rasa ingin

tahu siswa lebih banyak, menghindari penanaman pengertian secara

verbalisme dalam pembelajaran IPS, membantu memudahkan pemahaman

dalam pembelajaran IPS serta untuk meningkatkan hasil belajar IPS serta

mutu pendidikan.

3. Bagi siswa

Memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa dalam mempelajari IPS ada

banyak cara yang dapat digunakan. Misalnya dengan pembelajaran

kooperatif yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep IPS

4. Bagi sekolah.

Diharapkan sekolah dapat menyempurnakan proses pembelajaran IPS untuk

ditindaklanjuti kepada sekolah-sekolah lain.

5. Bagi dinas dan pejabat depdiknas

Sebagai bahan kajian agar dapat mengambil langkah-langkah dalam

peningkatan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

F. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Masalah

1. Penelitian dilaksanakan di SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari

Kabupaten Malang kelas VI semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 pada

pokok bahasan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

struktural NHT (Numbered Heads Together).

3. Aspek yang diteliti adalah motivasi dan hasil belajar. Motivasi belajar siswa

yang dilihat dari aspek minat, konsentrasi, perhatian dan ketekunan. Hasil

belajar yang terbatas pada kemampuan kognitif siswa dilihat dari skor tes

setiap akhir siklus dari dua siklus.

G. Definisi Operasional

1. Mata Pelajaran IPS SD

4

Page 5: PTK METODE NTH

Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat

peristiwa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, dan

Ekonomi. Dalam penelitian ini pembelajaran IPS memuat materi

Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia

2. Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Heads

Together)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran

kooperatif terstruktur yang dimulai dengan pemberian nomor masing-

masing anggota kelompok, pemberian pertanyaan dan penyampaian

jawaban dalam diskusi kelas dengan cara mengacak nomor yang harus

menjawab.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hal yang telah dicapai oleh siswa setelah

mengalami proses belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT). Pengukuran peningkatan tersebut

dari aspek kognitif dengan membandingkan skor tes tertulis pada akhir

siklus I dengan skor tes tes tertulis pada akhir siklus II.

4. Motivasi Belajar

Motivasi adalah respon siswa pada saat pelajaran berlangsung yang

merupakan tenaga pendorong/penarik yang menyebabkan adanya tingkah

laku kearah satu tujuan tertentu. Pada penelitian ini motivasi belajar diukur

dari karakteristik tingkah laku yang meliputi minat, perhatian, konsentrasi

dan ketekunan siswa dalam mengalami proses belajar mengajar dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

5

Page 6: PTK METODE NTH

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat IPS

1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara konsep-

konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji secara

sistematis, psiklogis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan

anak didik (Somantri dalam Rochmadi, 2005: 5). Perpaduan antara ilmu-

ilmu sisal dan pendidikan dalam sajian IPS disebut dengan istilah Synthetic

disiplin.

2. Tujuan dan fungsi pendidikan IPS di SD

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas,

2006: 40) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan

dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan

masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen

dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan; (4) memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam

masyarakat, di tingkat local, nasional dan global.

B. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran

dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan

kelompok (Slavin, 1991 dalam Parlan, 2005). Model pembelajaran ini

berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep

tersebut dengan teman sebayanya (Slavin dalam Parlan, 2005).

6

6

Page 7: PTK METODE NTH

C. Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini pertama kali dikembangkan oleh

Spencer Kagan dalam Trianto (2004: 62) untuk melibatkan lebih banyak siswa

dalam menelaah bahan materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep

Kagan dalam trianto (2004: 62-63) dengan menggunakan struktur empat fase

sebagai sintaks NHT:

Fase 1: Numbering (Penomoran)

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang,

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 (sesuai jumlah anggota

kelompok) dan masing-masing kelmpok memiliki nama yang berbeda.

Fase 2: Questioning (Mengajukan Pertanyaan)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

Fase 3: Heads Together (Berfikir bersama)

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

Fase 4: Answering (Menjawab)

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomrnya

sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan

untuk seluruh kelas.

Kelebihan lain dari tipe NHT adalah dapat mengubah metode

konvensional yang selama ini digunakan, misalnya untuk menjawab pertanyaan

dari guru, siswa mengacungkan tangan terlebih dahulu sebelum ditunjuk oleh

guru. Suasana seperti ini dapat menimbulkan persaingan diantara siswa bahkan

dapat menimbulkan kegaduhan di kelas karena siswa saling berebut untuk

memperoleh kesempatan menjawab pertanyaan dari guru. Dengan menggunakan

model kooperatif tipe NHT suasana kegaduhan akibat memperebutkan

7

Page 8: PTK METODE NTH

kesempatan dalam menjawab pertanyaan dari guru tidak akan terjadi, karena

siswa yang menjawab pertanyaan ditunjuk langsung oleh guru berdasarkan

pemanggilan nomor siswa secara acak.

Selain memiliki kelebihan, tipe NHT juga memiliki kelemahan, yaitu

terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi

pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini

diterapkan. Guru yang terbiasa memberikan semua materi kepada para

siswanya, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur

mengubah kebiasaan tersebut. Selain itu strategi pembelajaran kooperatif

memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel sehingga sulit untuk

mencapai target kurikulum

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan

mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan

mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi

pendidikan yang menyabut kekuatan mental yang mendorong terjadinya

belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai

dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,

termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 80).

2. Prinsip Motivasi

Anderson dan faust dalam Styaningsih (2005: 31) menyatakan bahwa

motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang

menyangkut minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan dan partisipasi siswa

dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar

menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-

tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun

psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan apalagi menyerah.

Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar akan

menampakkan keengganan, pasif, mudah bosan, dan berusaha menghindar

dari aktivitas belajar.

8

Page 9: PTK METODE NTH

3. Cara Meningkatkan Motivasi

Motivasi penting dalam pembelajaran sehingga guru harus dapat

mempertahankan bahkan meningkatkan dan mengembangkan motivasi

siswa dalam belajar. Sutikno dalam Triyana (2006: 18) menyebutkan 10

cara yang dapat dipergunakan guru dalam meningkatkan motivasi siswa,

yaitu.

a. Penjelasan tujuan pembelajaran kepada peserta didik, semakin jelas

tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya.

b. Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi, hal ini semakin memacu

semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa yang

belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang

berprestasi.

c. Pembuatan situasi persaingan/kompetisi. Pada umumnya setiap individu

memiliki usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai.

Kecenderungan ini dapat disalurkan dalam persaingan sehat, guru dapat

menciptakan suasana persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan

prestasi belajar.

d. Pemberian pujian. Siswa yang berprestasi hendaknya diberi pujian yang

bersifat membangun. Pujian tersebut akan membuat siswa merasa

dihargai dan siswa berusaha untuk belajar lebih giat lagi.

e. Pemberian hukuman. Hukuman ini diberikan kepada siswa yang berbuat

kesalahan dalam proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan

harapan agar siswa merubah diri dan memotivasi belajarnya.

f. Pemberian dorongan kepada siswa untuk belajar dengan memberikan

perhatian semaksimal mungkin kepada siswa. Perhatian tersebut akan

menggiatkan siswa untuk belajar.

g. Pembentukan kebiasaan belajar yang baik. Guru yang mengharapkan

sesuatu dari siswanya seharusnya memperlihatkan yang dimintanya itu

terpancang dalam diri guru, sehingga guru menilai guru itu telah

berusaha dengan baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar pada diri

siswa.

9

Page 10: PTK METODE NTH

h. Pemberian bantuan kesulitan belajar siswa secara individual maupun

kelompok. Perhatian guru yang ditunjukkan dengan memantau kesulitan

belajar siswa akan membuat siswa merasa diperhatikan dan merasa

dibantu sehingga siswa akan lebih berusaha untuk menguasai materi

pembelajaran.

i. Penggunaan media yang baik sesuai tujuan pembelajaran. Dengan

menggunakan media pembelajaran yang tepat akan membantu siswa

lebih mudah memahami materi pembelajaran.

E. Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006: 238) mengatakan bahwa hasil belajar

adalah hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku

aktif dalam pembelajaran adalah guru, sehingga hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari 2 sisi. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan

“tingkat perkembangan mental”. “Tingkat perkembangan mental” tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah

kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan

informasi, pengembangan keterampilan intelektual. Ranah afektif berkaitan

dengan sikap, penghargaan, nilai perasaan dan emosi. Sedangkan ranah

psikomotorik berkaitan dengan perilaku terutama keterampilan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan

koordinasi badan.

F. Kerangka Berfikir

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model

pembelajaran struktural yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan

akademik. Model pembelajaran ini menghendaki agar para siswa bekerja sama

saling ketergantungan pada kelompok kecil secara kolaboratif. Dalam

kelompok belajar model NHT ini terdapat perbedaan kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, agama dan sebagainya. Masing-masing anggota kelompok

saling menelaah materi yang tercakup dalam pembelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi materi sehingga terjadi kerjasama dan saling

10

Page 11: PTK METODE NTH

mendukung dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan

berikir terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Diharapkan

hasil belajar kelompok merupakan milik seluruh siswa walaupun memiliki

berbagai perbedaan latar belakang.

11

Page 12: PTK METODE NTH

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif,

karena data yang diperoleh dan dilaporkan dalam bentuk tulisan, bukan dalam

bentuk angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sa’dun Akbar (2004:15),

bahwa hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada

generalisasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai yang diperoleh pada

siklus I belum tentu menggambarkan secara keseluruhan hasil penelitian ini.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Karena tindakan dalam menyelesaikan permasalahan dilakukan secara

bersiklus. Menurut Sa’dun Akbar (2004:28) dalam PTK filosofi, metodologi,

dan implmentasinya bahwa PTK adalah proses investigasi terkendali untuk

menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan

secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran di kelas tertentu. Sehingga jenis PTK sesuai dengan penelitian

ini.

Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan 2 siklus, setiap

siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Tiap siklus

terdiri dari 4 tahap yaitu menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan,

mengamati/observasi dan refleksi. Selanjutnya setelah dilakukan refleksi akan

muncul perencanaan baru untuk siklus berikutnya.

Secara umum alur pelaksanaan PTK ini mengikuti tahap-tahap

sebagaimana yang digambarkan oleh Kemmis dan MC. Taggart (dalam

Sa’dun Akbar) yaitu:

12

12

Page 13: PTK METODE NTH

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan PTK dari Kemmis dan McTaggart (dalam Sa’dun Akbar, 2010:28)

B. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Candirenggo 03 Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang. Siklus I dilaksanakan Kamis tanggal 22 Agustus

2013 dan Siklus II dilaksanakan Selasa tanggal 27 Agustus 2013.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Dengan jumlah 29 siswa yang terdiri

dari 10 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

C. Instrumen Penelitian

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar

siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan tindakan yang dilakukan

oleh guru sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil

pengamatan observer tentang situasi pembelajaran yang sedang

13

Page 14: PTK METODE NTH

berlangsung, kondisi siswa ketika diajar dan respon siswa terhadap

pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3. Pelaksanaan tes

Pelaksanaan tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa,

yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

4. Kajian Dokumen

Pada penelitian ini dokumen yang ada di SD akan dimanfaatkan oleh

peneliti sebagai alat pengumpul data. Seperti: silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, dan dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar observasi motivasi belajar siswa

Lembar observasi motivasi belajar siswa digunakan untuk merekam

data motivasi belajar siswa. Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa

terdiri atas empat aspek, yaitu aspek minat, perhatian, konsentrasi dan

ketekunan

2. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terkait

dengan penelitian namun belum tercantum dalam lembar observasi

mengenai hal-hal yang terjadi dalam pemberian tindakan

3. Lembar observasi tindakan guru

Lembar observasi tindakan guru digunakan untuk merekam kegiatan

guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan terhadap

kegiatan guru saat pembelajaran meliputi tahap kegiatan awal, inti dan

kegiatan akhir dari proses pembelajaran.

4. Lembar tes tulis

Lembar tes tulis yang digunakan dalam penelitian adalah tes hasil

belajar yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa

yang dilaksanakan setiap akhir siklus.

E. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

14

Page 15: PTK METODE NTH

Proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber yaitu observasi, catatan lapangan, dan

dokumen. Data penelitian akan dianalisis secara kualitatif yang meliputi tiga

alur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data yang

diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan dianalisis dan

selanjutnya direduksi secara sistematis berdasarkan kelompok data dan

disajikan secara terorganisir untuk dilakukan penarikan kesimpulan.

2. Data Kuantitatif

Dalam penelitian ini analisis data kuantitatif dilakukan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan tentang keberhasilan

tindakan yang dilakukan oleh peneliti.

a. Data hasil belajar siswa

Analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

ditentukan dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara

klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil belajar yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1) Secara perorangan (individual), dianggap telah “tuntas

belajar” apabila hasil belajar minimal siswa mencapai nilai 70.

2) Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila

mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai nilai minimal sebesar

70.

b. Data hasil observasi tindakan guru

Data tentang tindakan yang dilakukan oleh guru dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dicatat menggunakan lembar

observasi tindakan guru. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan guru

c. Data hasil observasi motivasi belajar siswa

Data motivasi siswa berdasarkan aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dihitung dengan

menggunakan presentase motivasi siswa berdasarkan tiap-tiap indikator.

d. Indikator keberhasilan tindakan

Indikator keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan

membandingkan skor motivasi belajar dan skor hasil belajar pada siklus I

15

Page 16: PTK METODE NTH

dan siklus II. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila skor motivasi

dan hasil belajar pada siklus II lebih tinggi daripada skor motivasi dan

hasil belajar pada siklus I.

e. Analisis tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

Tanggapan siswa berupa jawaban siswa terhadap pertanyaan yang

ada pada angket. Tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif dari hasil

angket yang telah disebarkan. Setiap jawaban ”ya” diberi skor 2, jawaban

”tidak” diberi skor 1 dan jawaban ”tidak tahu” diberi skor 0. Analisis

data angket dilakukan dengan mengkaji setiap pertanyaan.

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila sudah terjadi peningkatan

proses dan hasil belajar yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar

dan hasil belajar siswa dalam memahami materi Perkembangan Sistem

Administrasi Wilayah Indonesia di kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang khususnya pada mata pelajaran IPS.

16

Page 17: PTK METODE NTH

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

1. Paparan Data Siklus I

a. Tahap perencanaan tindakan siklus I

Perencanaan tindakan dilaksananakan setelah tahap refleksi hasil

observasi pra tindakan. Kegiatan perencanaan tindakan meliputi hal-hal

berikut ini.

1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah dalam

melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

2) Mempersiapkan media yang

dibutuhkan yaitu nomor dada siswa (nomor absen siswa) untuk

mempermudah dalam merekam motivasi belajar siswa. Nomor untuk

penomoran dalam model pembelajaran kooperatif NHT yang dipasang

di topi.

3) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa

(LKS) untuk bahan diskusi siswa.

4) Menyusun soal tes hasil belajar,

rambu-rambu jawaban soal tes akhir yang digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima tindakan.

5) Menyusun lembar observasi motivasi

belajar siswa, lembar observasi tindakan guru dalam menerapkan RPP

dan format catatan lapangan.

6) Menyiapkan daftar nama anggota

Penentuannya berdasarkan kemampuan akademik yaitu, 25%

kemampuan akademik rendah, 50% kemampuan akademik sedang,

dan 25% kemampuan akademik tinggi serta jenis kelamin.

17

Page 18: PTK METODE NTH

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran

Kooperatif model Numbered Heads Together (NHT)

Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan alokasi

waktu 2 x 35 menit. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru

menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran,

seperti: kartu nomor yang akan digunakan untuk penomoran anggota

kelompok (ditempel di topi) dan kartu nomor untuk nomor absen siswa,

media pembelajaran, tujuan dan manfaat

1) Tahap penomoran (Numbering)

Masing-masing kelompok diberi nomor 1-5. Untuk menandai

penomoran siswa, guru membagikan topi bernomor. Pada siklus I ini

siswa menentukan sendiri nomornya sehingga sebagian besar siswa

berebut mendapatkan nomor yang diinginkan. Hal tersebut

mengakibatkan suasana kelas menjadi gaduh.

2) Tahap pengajuan pertanyaan

(Questioning)

Pada tahap pengajuan pertanyaan tidak dilakukan secara lisan,

tetapi disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan

awal pada tahap ini siswa melakukan pengamatan. Pada saat

melakukan pengamatan terlihat beberapa siswa yang kurang berminat

dan melakukan hal-hal diluar materi pembelajaran, hal tersebut

dikarenakan mereka asyik berbicra sendiri dengan teman dan merasa

tidak diawasi oleh guru.

3) Tahap berfikir bersama (Heads

Together)

Selanjutnya guru menginstruksikan kepada siswa yang telah

duduk sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mendiskusikan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, serta

menyatukan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dari semua

anggota kelompok dengan berdiskusi dan meyakinkan tiap anggota

dalam timnya mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang ada

pada LKS, sehingga setiap siswa dalam kelompok siap untuk

18

17

Page 19: PTK METODE NTH

menjawab pertanyaan saat dipanggil oleh guru serta dapat

memberikan tanggapan dari jawaban yang diutarakan oleh teman.

Pada tahap ini masih ada sebagian besar siswa yang pasif dalam

diskusi kelompok, sehingga komunikasi antar siswa masih kurang,

selain itu masih sebagian kecil siswa yang berani memberikan

masukan untuk setiap jawaban.

4) Tahap menjawab pertanyaan

(Answering)

Tahap menjawab (answering) dimulai dengan membahas LKS.

Kemudian guru memanggil nomor 1 dan semua siswa yang

mendapatkan nomor 1 dari masing-masing kelompok berdiri,

kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok pisang untuk

menjawab pertanyaan nomor 2. siswa nomor 1 dari kelompok pisang

tersebut menjawab pertanyaan soal nomor 2 dengan lantang dan tegas.

Kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok jambu untuk

menanggapi jawaban dari kelompok pisang, siswa nomor 1 dari

kelompok jambu mengemukakan jawaban yang berbeda namun

jawabannya juga benar. Guru memberikan reward berupa bintang

prestasi bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Pertanyaan nomor 3, guru meminta siswa yang bernomor 2

untuk menjawab. Seluruh siswa nomor 2 berdiri bersiap untuk

menjawab pertanyaan nomor 3. Guru menunjuk siswa nomor 2 dari

kelompok nanas untuk menjawab pertanyaan nomor 3, siswa nomor 2

dari kelompok nanas menjawab dengan suara yang lirih, siswa

tersebut terlihat agak takut dan ragu untuk mengemukakan jawaban.

Sebelum guru menunjuk kelompok lain untuk menganggapi, siswa

nomor 2 dari kelompok jambu mengacungkan tangan ingin

mengemukakan jawabannya. Akhirnya guru menunjuk siswa nomor 2

dari kelompok jambu untuk menjawab soal nomor 3. siswa nomor 2

dari kelompok jambu menjawab.

Pertanyaan nomor 4, guru meminta siswa yang bernomor 3

untuk menjawab. Seluruh siswa nomor 3 berdiri bersiap untuk

19

Page 20: PTK METODE NTH

menjawab pertanyaan nomor 4. Guru menunjuk siswa nomor 3 dari

kelompok anggur untuk menjawab pertanyaan nomor 4, siswa nomor

3 dari kelompok anggur menjawab dengan suara lantang dan penuh

percaya diri. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok

mangga untuk menanggapi jawaban dari kelompok anggur, siswa

nomor 3 dari kelompok mangga mengemukakan jawaban yang

hampir sama, namun siswa tersebut masih agak malu dalam

menyampaikan jawaban. Guru memberikan reward berupa bintang

prestasi bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar

dan memberikan penjelasan kepada siswa untuk tidak malu dan ragu

dalam menyampaikan jawaban.

Kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan sebab waktu kegiatan

belajar mengajar IPS telah usai. Siswa diminta untuk mempelajari

materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia di

rumah dan membawa LKS yang telah dikerjakan untuk dipelajari

kembali dirumah.

c. Tahap observasi tindakan siklus I

Pengamatan/observasi pada siklus I dilaksanakan selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Aspek yang diamati sesuai dengan

petunjuk lembar observai motivasi belajar siswa, dan lembar observasi

tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, selain itu hal-hal yang

belum terekam pada lembar observasi akan dicatat pada lembar catatan

lapangan.

Hasil observasi yang dilakukan observer terhadap motivasi

belajar siswa, tindakan guru dalam mengajar dan hal-hal lainnya yang

terjadi dalam proses pembelajaran diuraikan sebagai berikut.

1) Hasil observasi terhadap motivasi

belajar siswa

Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi

belajar siswa yang dilakukan oleh observer. Secara ringkas data

motivasi belajar siswa siklus I disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I

20

Page 21: PTK METODE NTH

IndikatorMotivasi

Skor Motivasi (%)

KategoriTaraf

KeberhasilanNilai dengan

HurufMinat 36,55% K DPerhatian 73,56% C CKonsentrasi 64,37% K DKetekunan 60,69% K DRata-rata 58,79% K D

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus I sebesar 58,79%

dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan

motivasi belajar siswa per indikator motivasi yaitu: (1) indikator minat

sebesar 36,55% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori

kurang, (2) indikator perhatian sebesar 73,56% dengan taraf

keberhasilan termasuk dalam kategori cukup, (3) indikator konsentrasi

sebesar 64,37% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori

kurang, dan (4) indikator ketekunan sebesar 60,69% dengan taraf

keberhasilan termasuk dalam kategori kurang.

2) Hasil belajar siswa

Tes hasil belajar siklus I ini dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran ini.

Data secara keseluruhan hasil belajar siswa kelas VI pada siklus I

disajikan dalam tabel 4.2

Tabel 4.2 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I

Ketuntasan Belajar Σ siswa Σ seluruh siswa Persentase

Tuntas Belajar 19 29 65,52%

Tidak Tuntas Belajar 10 29 34,48%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa siswa

yang tuntas belajar sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak

tuntas belajar sebanyak 10 siswa. Presentase ketuntasan belajar siswa

secara klasikal sebesar 65,52% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada

siklus I ini siswa kelas VI belum tuntas belajar, karena presentase

ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%.

d. Tahap refleksi siklus I

21

Page 22: PTK METODE NTH

Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus I, peneliti

menemukan beberapa hal yang perlu dicatat. Hal-hal tersebut antara lain.

1) Pada tahap penomoran (numbering),

siswa saling berebut menginginkan nomor tertentu yang diinginkan

sehingga membuat suasana kelas gaduh dan membuang waktu

pembelajaran.

2) Pada tahap pengajuan pertanyaan,

masih ada beberapa siswa yang bersenda gurau dengan temannya

membicarakan hal-hal diluar materi pembelajaran.

3) Pada tahap berpikir bersama (Heads

Together), aktivitas siswa dalam bekerjasama/diskusi dalam

kelompoknya masih rendah, begitu juga dalam memberi masukan

pada kelompok atas pertanyaan yang ada pada LKS.

4) Pada tahap menjawab (answering),

sebagian besar siswa tidak memusatkan perhatian pada teman yang

sedang menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

5) Saat akan mengadakan tes di akhir

pembelajaran, banyak siswa yang mengeluh dan mengatakan belum

siap.

2. Paparan Data Siklus II

a. Tahap perencanaan tindakan siklus II

Perencanaan tindakan dilaksananakan setelah tahap refleksi hasil

observasi siklus I. Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II hampir

sama dengan siklus I, tetapi ada perbaikan-perbaikan yang ditambahkan

oleh peneliti agar pada siklus II ini didapat hasil yang diinginkan.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran

Kooperatif model Numbered Heads Together (NHT)

Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan alokasi

waktu 2 x 35 menit. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru

menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran,

seperti: kartu nomor yang akan digunakan untuk penomoran anggota

22

Page 23: PTK METODE NTH

kelompok (ditempel di topi) dan kartu nomor untuk nomor absen siswa,

media pembelajaran.

1) Tahap penomoran (Numbering)

Masing-masing kelompok diberi nomor 1-5. Untuk menandai

penomoran siswa, guru membagikan topi bernomor. Pada siklus II ini

guru yang menentukan nomor siswa, sehingga tidak terjadi kegaduhan

di kelas seperti pada siklus I.

2) Tahap pengajuan pertanyaan

(Questioning)

Pada tahap pengajuan pertanyaan tidak dilakukan secara lisan,

tetapi disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan

awal pada tahap ini seluruh siswa mengerjakan dua LKS, yaitu LKS I

dan LKS II bersama anggota kelompok masing-masing dengan penuh

konsentrasi. Meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang

memainkan alat tulis dan berbicara dengan teman diluar materi yang

dipelajari.

3) Tahap berfikir bersama (Heads

Together)

Selanjutnya guru menginstruksikan kepada siswa yang telah

duduk sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mendiskusikan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, serta

menyatukan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dari semua

anggota kelompok dengan berdiskusi dan meyakinkan tiap anggota

dalam timnya mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang ada

pada LKS, sehingga setiap siswa dalam kelompok siap untuk

menjawab pertanyaan saat dipanggil oleh guru serta dapat

memberikan tanggapan dari jawaban yang diutarakan oleh teman.

4) Tahap menjawab pertanyaan

(Answering)

Tahap menjawab (answering) dimulai dengan membahas LKS I.

Kemudian guru memanggil nomor 5 dan semua siswa yang

mendapatkan nomor 5 dari masing-masing kelompok berdiri,

23

Page 24: PTK METODE NTH

kemudian guru menunjuk siswa nomor 5 dari kelompok pear untuk

menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 1. Siswa nomor 5 dari

kelompok pear tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu

tanya nomor 1 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dijawab yang dapat

dijawab dengan benar soal nomor 1-4, sedangkan jawaban soal nomor

5 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 5 dari kelompok

Pisang untuk mengemukakan jawaban kelompoknya. Siswa nomor 5

dari kelompok pisang tersebut dapat menjawab 5 soal jawaban singkat

dalam kartu tanya nomor 1 dengan benar, maka guru memberikan

reward berupa bintang prestasi.

Pertanyaan pada kartu tanya nomor 2, dijawab oleh siswa yang

bernomor 4. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 4 untuk

berdiri, guru menunjuk siswa nomor 4 dari kelompok Apel untuk

menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 2. Siswa nomor 4 dari

kelompok apel tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu

tanya nomor 1 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dijawab yang dapat

dijawab dengan benar soal nomor 6, 7, 8 dan 10, sedangkan jawaban

soal nomor 9 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 4 dari

kelompok anggur untuk menanggapi jawaban dari kelompok apel.

Siswa nomor 5 dari kelompok anggur dengan percaya diri namun

suaranya lemah menjawab ” menurut kelompok kami, jawaban dari

kelompok apel untuk pertanyaan n0mor 9 salah.

Selanjutnya guru memanggil siswa nomor 1 untuk menjawab

pertanyaan dalam kartu tanya nomor 3. Guru menunjuk siswa nomor 1

dari kelompok jambu untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya

nomor 3. Siswa nomor 1 dari kelompok tersebut menjawab 5 soal

jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 3 dengan benar. Kemudian

guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok apel untuk

mengemukakan jawaban kelompoknya. Siswa nomor 1 dari kelompok

apel tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya

nomor 3 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan

benar soal nomor 11, 13, 14 dan 15, sedangkan jawaban soal nomor

24

Page 25: PTK METODE NTH

12 salah. Lalu guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok anggur

untuk memberikan tanggapan atas jawaban kelompok apel dan

kelompok jambu. Siswa nomor 1 dari kelompok anggur menjawab,

”Kelompok kami sangat setuju dengan jawaban dari kelompok jambu,

untuk jawaban dari kelompok apel, jawaban pertanyaan nomor 12

kurang tepat.

Pertanyaan pada kartu tanya nomor 4, dijawab oleh siswa yang

bernomor 3. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 3 untuk

berdiri, guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok jeruk untuk

menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 4. Siswa nomor 3 dari

kelompok jeruk tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam

kartu tanya nomor 4 dengan penuh percaya diri, dari 5 soal yang dapat

dijawab dengan benar soal nomor 16, 17, 18 dan 20, sedangkan

jawaban soal nomor 19 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor

3 dari kelompok nanas untuk menanggapi jawaban dari kelompok

jeruk. Siswa nomor 3 dari kelompok nanas dengan percaya diri

menjawab, ”Kelompok kami mempunyai jawaban yang berbeda untuk

pertanyaan nomor 19.

Selanjutnya pertanyaan untuk kartu tanya yang terakhir, yaitu

kartu tanya nomor 5, dijawab oleh siswa yang bernomor 2. Kemudian

guru memanggil siswa yang bernomor 2 untuk berdiri, guru menunjuk

siswa nomor 2 dari kelompok mangga untuk menjawab pertanyaan

pada kartu tanya nomor 5. Siswa nomor 2 dari kelompok mangga

tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 5

dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan benar hanya

soal nomor 23, sedangkan jawaban soal nomor 21, 22, 24, dan 25

salah. Lalu guru menunjuk siswa nomor 2 dari kelompok jambu untuk

menyampaikan jawaban kelompok. Siswa nomor 2 dari kelompok

jambu menjawab 5 pertanyaan dalam kartu tanya dengan suara

lantang penuh percaya diri dan jawaban yang disampaikan benar

semua.

c. Tahap observasi tindakan siklus II

25

Page 26: PTK METODE NTH

Pengamatan/observasi pada siklus II dilaksanakan selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Aspek yang diamati sesuai dengan

petunjuk lembar observai motivasi belajar siswa, dan lembar observasi

tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, selain itu hal-hal yang

belum terekam pada lembar observasi akan dicatat pada lembar catatan

lapangan.

Hasil observasi yang dilakukan observer terhadap motivasi belajar

siswa, tindakan guru dalam mengajar dan hal-hal lainnya yang terjadi

dalam proses pembelajaran diuraikan sebagai berikut.

1) Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa

Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi

belajar siswa yang dilakukan oleh observer. Secara ringkas data

motivasi belajar siswa siklus I disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Indikator Motivasi

Skor Motivasi

(%)

KategoriTaraf

KeberhasilanNilai dengan

HurufMinat 68,28% C C

Perhatian 95,40% SB AKonsentrasi 96,55% SB AKetekunan 85,52% B BRata-rata 86,44% B B

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus II sebesar 86,44%

dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori baik. Sedangkan

motivasi belajar siswa per indikator motivasi yaitu: (1) indikator minat

sebesar 68,28% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori

cukup, (2) indikator perhatian sebesar 95,40% dengan taraf

keberhasilan termasuk dalam kategori sangat baik, (3) indikator

konsentrasi sebesar 96,55% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam

kategori sangat baik, dan (4) indikator ketekunan sebesar 85,52%

dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori baik.

2) Hasil belajar siswa siklus II

26

Page 27: PTK METODE NTH

Tes hasil belajar siklus II ini dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran ini.

Tes hasil belajar siswa pada siklus II diikuti oleh seluruh siswa kelas

IV 29 siswa).

Tabel 4.5 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II

Ketuntasan Belajar Σ siswa Σ seluruh siswa PersentaseTuntas Belajar 27 29 93,10%Tidak Tuntas Belajar 2 29 6,89%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa siswa yang

tuntas belajar sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas

belajar sebanyak 2 siswa. Presentase ketuntasan belajar siswa secara

klasikal sebesar 93,10% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus

II ini siswa kelas VI sudah tuntas belajar, karena presentase

ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,10% yang mana sudah

lebih tinggi dari presentase ketuntasan belajar minimal secara klasikal

sebesar 85%. Dua siswa yang tidak tuntas belajar dikarenakan siswa

tersebut memang memerlukan perhatian khusus.

d. Tahap refleksi siklus II

Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

siklus II merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I, secara

umum telah meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas

VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus II, peneliti

menemukan beberapa hal yang perlu dicatat. Hal-hal tersebut antara

lain.

1) Sebagian besar siswa mengikuti

pelajaran dengan bersemangat. Hal tersebut terlihat dari antusias

siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

guru pada awal pembelajaran dan selama mengerjakan tugas

(mengerjakan LKS).

2) Pada tahap penomoran (numbering),

siswa tidak saling berebut menginginkan nomor tertentu, sebab

penomoran ditentukan oleh guru

27

Page 28: PTK METODE NTH

3) Pada tahap pengajuan pertanyaan

(Questioning), guru diharapkan lebih giat memantau jalannya

diskusi kelmpok agar siswa tidak berbicara diluar materi

pembelajaran dan bercanda dengan temannya.

4) Pada tahap berpikir bersama (Heads

Together), hampir seluruh siswa sudah aktif dalam berdiskusi di

dalam kelompoknya. Siswa juga aktif memberi masukan pada

kelompok atas pertanyaan yang ada dalam LKS.

5) Pada tahap menjawab (answering),

sebagian besar siswa sudah mau memusatkan perhatian pada teman

yang sedang menjawab pertanyaan dalam LKS.

6) Saat akan mengadakan tes di akhir

pembelajaran siklus II, siswa terlihat sudah siap dan hampir tidak

ada yang mengeluh dan mengatakan belum siap

B. Pembahasan

1. Motivasi Belajar

Berdasarkan analisis data minat siswa yang mengalami pembelajaran

model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf keberhasilan

sebesar 36,55% dengan kategori kurang. Pada siklus II menunjukkan taraf

keberhasilan sebesar 68,28% dengan kategori cukup. Berdasarkan rumus

persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa minat siswa

mengalami peningkatan sebesar 31,73% setelah mengalami pembelajaran

model kooperatif tipe NHT.

Pada siklus I aspek minat menunjukkan taraf keberhasilan sebesar

36,55% yang termasuk dalam kategori kurang, hal tersebut disebabkan

siswa belum terbiasa melakukan model pembelajaran kooperatif, sehingga

siswa belum dapat memahami tujuan model pembelajaran kooperatif

dengan baik. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut

adalah selalu memberikan pengertian dan pengarahan tentang tujuan serta

cara melakukan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Maka pada siklus

II aspek minat menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 68,28% yang

28

Page 29: PTK METODE NTH

termasuk dalam kategori cukup. Dimyati dan Mudjiono (2006: 81)

mengatakan ada komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan,

dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada

ketidakseimbangan antara apa yang dia miliki dan yang dia harapkan.

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam

rangka memenuhi harapan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut

merupakan inti motivasi. Dan tujuan itu sendiri adalah hal yang ingin

dicapai oleh seorang individu. Rumusan tujuan yang jelas dan dapat

diterima siswa dengan baik sangat berperan penting dalam meningkatkan

motivasi, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai sangat

berguna dan menguntungkan maka siswa akan terus termotivasi untuk terus

belajar.

Berdasarkan analisis data perhatian siswa yang mengalami

pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf

keberhasilan sebesar 73,56% dengan kategori cukup. Pada siklus II

menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 95,40% dengan kategori sangat

baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan

bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 21,84% setelah

mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT.

Berdasarkan analisis data konsentrasi siswa yang mengalami

pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf

keberhasilan sebesar 64,37% dengan kategori kurang. Pada siklus II

menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 96,55% dengan kategori sangat

baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan

bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 32,18% setelah

mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT.

Persentase peningkatan konsentrasi siswa yang sangat besar pada

siklus II disebabkan sudah sebagian besar siswa yang mau mendengarkan

dan memperhatikan jawaban teman. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa

sudah merasa bahwa jawaban teman tidak kalah penting dari penjelasan

guru. Selain itu guru juga menjelaskan jika ada jawaban teman yang sudah

benar maka guru tidak akan mengulang untuk menjelaskan kembali. Dalam

29

Page 30: PTK METODE NTH

menyampaikan materi guru harus dapat memusatkan perhatian siswa pada

materi yang hendak disampaikan.

Berdasarkan analisis data ketekunan siswa yang mengalami

pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf

keberhasilan sebesar 60,69% dengan kategori cukup. Pada siklus II

menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 85,52% dengan kategori baik.

Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa

perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 24,83% setelah mengalami

pembelajaran model kooperatif tipe NHT.

Pada siklus II siswa sudah mulai memahami manfaat dan tujuan dalam

pembelajaran modek kooperatif tipe NHT, yang terlihat dari sebagian besar

siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dalam kelompok masing-masing

serta mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya. Siswa sudah memahami

bahwa dengan bekerjasama (diskusi) dalam kelompok dan mengerjakan

LKS dengan sebaik-baiknya akan memperoleh informasi atau pengetahuan

yang lebih banyak.

Berdasarkan uraian pembahasan mengenai motivasi belajar siswa di

atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini motivasi belajar siswa yang

meliputi empat aspek yaitu minat, perhatian, konsentrasi dan ketekunan

mengalami peningkatan. Aspek minat, konsentrasi dan ketekunan

mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu, minat sebesar 31,73%,

perhatian sebesar 21,84%, konsentrasi sebesar 32,18%, sedangkan

ketekunan sebesar 24,83%,. Pada siklus II sebagian besar siswa sudah mau

mendengarkan dan memperhatikan jawaban teman. Hal tersebut

menunjukkan bahwa siswa sudah merasa bahwa jawaban teman tidak kalah

penting dari penjelasan guru. Selain itu pada siklus II siswa sudah mulai

memahami manfaat dan tujuan dalam pembelajaran model kooperatif tipe

NHT, yang terlihat dari sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan

diskusi dalam kelompok masing-masing serta mengerjakan LKS dengan

sebaik-baiknya. Siswa sudah memahami bahwa dengan bekerjasama

(diskusi) dalam kelompok dan mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya

akan memperoleh informasi atau pengetahuan yang lebih banyak.

30

Page 31: PTK METODE NTH

Motivasi sangat penting dalam pembelajaran sehingga seharusnya

guru dapat mempertahankan bahkan meningkatkan dan mengembangkan

motivasi siswa dalam belajar. Sutikno dalam Triyana (2005: 18). Salah satu

cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa ialah pemberian hadiah,

pujian dan hukuman. Hadiah/pujian bagi siswa yang berprestasi akan

semakin memacu semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping

itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa

yang berprestasi.

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada penelitian ini didukung oleh hasil dari penelitian

terdahulu. Penelitian Aria Styaningsih, dari hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Hasil Belajar

Berdasarkan observasi awal sebelum diberikan tindakan dapat

diketahui bahwa, hasil belajar siswa sebelum penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS (diperoleh

melalui pre test), rata-rata nilai secara klasikal sebesar 41,24. Nilai 41,24

jauh dari standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Data ini menunjukkan

bahwa rata-rata nilai tersebut tidak memenuhi SKM belajar IPS dan siswa

belum mencapai presentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu sebesar

85% dari jumah siswa yang mencapai daya serap minimal 70% (standar

ketuntasan minimal).

Berdasarkan analisis data terhadap hasil belajar siswa untuk aspek

kognitif pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar

sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 10

siswa. Rata-rata nilai secara klasikal sebesar 68,45. Nilai 68,45 belum

memenuhi standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Dilihat dari rata-rata

nilai klasikal dapat diketahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan

31

Page 32: PTK METODE NTH

tindakan siklus I meningkat sebesar 20,52. Namun Presentase ketuntasan

belajar siswa secara klasikal sebesar 65,52% sehingga dapat dinyatakan

bahwa pada siklus I ini siswa kelas VI belum tuntas belajar, karena

presentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%.

Hal-hal yang menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar secara

klasikal pada siklus I antara lain. (1) Siswa belum terbiasa belajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT, seperti yang dikemukakan oleh

Lie dalam Triyana 2006, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan hanya belajar dalam kelompok. Unsur-unsur dasar pembelajaran

kooperatif membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan

secara asal-asalan, dalam pembelajaran kooperatif pengelompokannnya

secara heterogen. (2) Kurangnya komunikasi/interaksi tatap muka antar

siswa dalam satu kelompok, siswa belum memahami bahwa Interaksi tatap

muka menuntut siswa dalam kelompok bertatap muka untuk melakukan

dialog. Interaksi yang semacam ini memungkinkan siswa dapat saling

menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar bervariasi (Abdurrahman

dan Bintoro dalam Nurhadi, 2004: 61). (3) Siswa kurang termotivasi minat

dan perhatiannya dalam kegiatan belajar mengajar IPS, berdasarkan hasil

observasi motivasi hasil belajar siswa ada sebagian besar siswa yang masih

asyik bergurau dan memainkan alat tulis. Anderson dan faust dalam

Styaningsih (2005: 31) menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi

tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang

penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin

energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan

bosan apalagi menyerah. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah

dalam belajar akan menampakkan keengganan, pasif, mudah bosan, dan

berusaha menghindar dari aktivitas belajar.

Berdasarkan analisis data terhadap hasil belajar siswa untuk aspek

kognitif pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar

sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2

siswa. Rata-rata nilai secara klasikal sebesar 88,97. Nilai 88,97 sudah

memenuhi standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03

32

Page 33: PTK METODE NTH

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Presentase ketuntasan

belajar siswa secara klasikal sebesar 93,10%. Rata-rata nilai klasikal siklus I

sebesar 68,45 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 65,52%, rata-

rata nilai klasikal siklus II sebesar 88,97 dengan persentase ketuntasan

belajar sebesar 93,10%. Dilihat dari rata-rata nilai klasikal dapat diketahui

hasil belajar siswa pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan perbaikan

pada siklus II meningkat sebesar 20,52, dibarengi dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa sebesar 27,59%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa

pada siklus II ini siswa kelas VI sudah tuntas belajar, karena presentase

ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,10% yang mana sudah lebih

tinggi dari presentase ketuntasan belajar minimal secara klasikal sebesar

85%.

33

Page 34: PTK METODE NTH

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, yang ditandai dengan

meningkatnya keempat aspek motivasi yaitu minat (31,73%), perhatian

(21,84%), konsentrasi (32,18%) dan ketekunan (24,83%).

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Rerata klasikal awal sebelum

pelaksanaan tindakan adalah 41,24 dengan persentase ketuntasan belajar

klasikal 14,63%, meningkat pada siklus I skor rerata klasikal sebesar 68,45

dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 65,52%, meningkat pada

siklus II skor rerata 88,97 dengan persentase ketuntasan belajar 93,10%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran

yang perlu dipertimbangkan antara lain.

1. Guru dapat mencoba model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

materi lain untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran selain LKS, dan

mengkombinasikan media LKS dengan media pembelajaran lain.

34

34

Page 35: PTK METODE NTH

DAFTAR RUJUKAN

Asy’ari, Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

BAAKPSI. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2006. Standar Isi Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Yakarta: Rineka Cipta.

Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah. FPIPS. IKIP Bandung.

Kosasih, A. Djahiri. 1994. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit Universitas Negeri Malang.

Rochmadi, Nur wahyu. 2006. Naskah IPS SD Pendidikan dan Latihan profesi Guru SD di PSG Rayon 15 UM. Malang: Panitia Sertifikasi Guru UM.

Sulistyorini, Sri. 2006. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalan KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Solihatin, Etin. dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Styaningsih, Aria. 2006. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri XII Malang Kelas XI A2 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Dalam Pokok Bahasan Sistem Indera Pada Manusia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Pendidikan Biologi.

Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Triyana, Antin. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NumberedHeads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Miftahul Huda Kec. Ngadirojo Pacitan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Pendidikan Biologi.

35

35