pterygium case qta

18
PTERIGIUM Definisi Pterygium merupakan lipatan berbetuk sayap pada konyungtiva dan jarigan fibrovaskular yang telah menginvasi kornea superfisial. 1 Kebanyakan pterigium ditemukan di bagian nasal dan mengenai kedua mata/ bilateral. 2 Epidemiologi Pterigium banyak terdapat pada orang dewasa, tetapi dijumpai pula pada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. 2 Di Amerika serikat, pasien pterigium lebih kurang 2% , diatas umur 40 tahun dan meningkat pada kalangan dengan eksposur sinar ultraviolet yang tinggi. Laki-laki dua kali lebih banyak terkena dibandingkan perempuan. 3 Etiologi Pterygium berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Penyebab paling umum adalah paparan atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet (UV), baik UV A ataupun UV B berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor- faktor lain seperti alergen, kimia, debu, dan zat pengiritasi lainnya (Agus, 2005). 4 Faktor resiko Faktor resiko pterigium adalah sebagai berikut [1]

Upload: nanda-pratama

Post on 28-Apr-2015

94 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pterygium Case Qta

PTERIGIUM

Definisi

Pterygium merupakan lipatan berbetuk sayap pada konyungtiva dan jarigan

fibrovaskular yang telah menginvasi kornea superfisial.1 Kebanyakan pterigium ditemukan

di bagian nasal dan mengenai kedua mata/ bilateral. 2

Epidemiologi

Pterigium banyak terdapat pada orang dewasa, tetapi dijumpai pula pada anak-

anak, baik laki-laki maupun perempuan.2 Di Amerika serikat, pasien pterigium lebih

kurang 2% , diatas umur 40 tahun dan meningkat pada kalangan dengan eksposur sinar

ultraviolet yang tinggi. Laki-laki dua kali lebih banyak terkena dibandingkan perempuan.3

Etiologi

Pterygium berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Penyebab paling umum

adalah paparan atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata.

Ultraviolet (UV), baik UV A ataupun UV B berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat

pula dipengaruhi oleh faktor- faktor lain seperti alergen, kimia, debu, dan zat pengiritasi

lainnya (Agus, 2005).4

Faktor resiko

Faktor resiko pterigium adalah sebagai berikut

1. Peningkatan paparan cahaya termasuk tinggal di daerah subtropik dan tropis

2. Pada pekerjaan dengan aktifitas di luar ruangan

3. Predisposisi genetik untuk berkembangnya pterigium , tampaknya muncul pada

beberapa keluarga3

Perubahan dari atmosfer terutama karena kerusakan dari lapisan ozon, jumlah dan

intensitas dari sinar ultraviolet meningkat. Hal ini berhubungan erat dengan meningkatnya

kejadian pterygium dengan sinar ultraviolet. Insidensi pterygium lebih tinggi pada pasien

yang bekerja di luar ruangan yang mempunyai waktu yang lebih banyak untuk terpapar

dengan sinar matahari.5

[1]

Page 2: Pterygium Case Qta

Pterygium berhubungan dengan paparan UV A dan UV B. Insidensi pterygium erat

dengan paparannya sinar ultraviolet pada usia muda dan menengah. Dan ini juga dikatakan

bahwa usia ini menjadi tahap yang sensitif terhadap terjadinya pteygium. Namun, insiden

juga meningkat lebih tinggi pada keluarga yang mempunyai riwayat pterygium,

kemungkinan diturunkan autosom dominan.5

Patogenesis

1. Iritasi kronis oleh debu kimia (basa)

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari bola mata, sehingga sangat rentan terkena

iritasi yang terus menerus, konjungtiva juga sering mengalami trauma dan infeksi. Walaupun

sangat rentan terhadap iritasi, infeksi, dan trauma, mata mempunyai mekanisme perlindungan

dengan mengeluarkn air mata bila ada rangsangan benda asing. 6

Proses ini disebabkan oleh adanya lapisan musin yang dapat menangkap benda asing

dan segera memompakan air mata, sehingga mata menjadi basah dan mengencerkan air

materi benda asing untuk melindungi mata dari infeksi ataupun trauma kecil seperti debu atau

uap yang bersifat iritan. Iritasi yang disebabkan oleh debu, basa mengakibatkan lisis lapisan

lipid pada film air mata dan prosesnya terus berlanjut jika terpapar dalam waktu yang lama

sehingga mempengaruhi permukaan konjungtiva terutama daerah limbus dan mengakibatkan

terangsangnya epitel limbus. Hal ini menyebabkan timbulnya jaringan ikat hialin dan fibrosa

yang menyebar menurut garis nasotemporal.6

2. Paparan Ultraviolet (UV)

UV terdiri dari tiga jenis yaitu UV A (320-400 nm), UV B (290-320 nm), UV C (290

nm). Penyebab terjadinya pterygium ini adalah paparanan UV B, dan telah diketahui bahwa

UV B dapat meyebabkan efek mutagenik pada sel. Pancaran sinar UV B dari sinar matahari

hanya 5% yang sampai pada bumi. Respon biologis pada sinar ini berefek akut dan kronik

dan paparan tertinggi akan diterima pada wilayah ekuator dan pada dataran tinggi. Efek UV

B menimbulkan mutasi sel epitel limbus yang merubah TP53 (Tumor Protein) tumor

supresor gen di bagian parental limbal basal sel, gen jaringan elastin, serta sel fibroblast di

epitel limbus sehingga terbentuk jaringan seperti tumor karena pertumbuhan sel ini.

pertumbuhan ini akan berlanjut dan dapat menginvasi basal membran kornea.6

Pterygium juga dapat dibagi dalam 4 derajat yaitu:

[2]

Page 3: Pterygium Case Qta

1. Derajat 1: Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

2. Derajat 2: Pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati

kornea.

3. Derajat 3: Pterygium sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata,

dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3- 4 mm).

4. Derajat 4: Jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga menggangu

penglihatan.

Diagnosis

Anamnesa:

1. Pasien dengan pterigia muncul dengan berbagai keluhan berkisar dari tidak ada

gejala sampai kemerahan yang tampak jelas, pembengkakan, gatal, iritasi dan

kekaburan pandangan. 3

2. Penderita dengan pterygium biasanya datang untuk pemeriksaan mata lainnya,

seperti kaca mata dan tidak mengeluhkan adanya pterygium; tetapi ada pula yang

datang dengan mengemukakan adanya sesuatu yang tumbuh di atas korneanya.

Keluhan yang dikemukakan tersebut didasarkan rasa khawatir akan adanya

keganasan atau alasan kosmetik. 2

Pemeriksaan fisik:

1. Menunjukkan penebalan, berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar

ke dalam kornea dengan puncak segitiganya di kornea, kaya akan pembuluh darah

yang menuju ke arah puncak pterygium. 2 Umumnya di sisi nasal, secara

bilateral.2,4,7 Pada kornea penjalaran pterygium mengakibatkan kerusakan epitel

kornea dan membran bowman. Pada bentuk dini, perygium sukar dibedakan

dengan pinguecula. Pada bagian puncak pterygium dini terlihat bercak-bercak

kelabu yang dikenal sebagai pulau-pulau Fuchs.2 Garis Stocker (garis yang

terpigmentasi oleh zat besi) dapat terlihat pada pterygium lanjut di kornea. 1

2. Astigmatisma biasanya terjadi pada pterygium lanjut. 1

Pemeriksaan Histopatologik

[3]

Page 4: Pterygium Case Qta

Pemeriksaan histopatologik menunjukkan kerusakan epitel kornea dan membra n

bowman. Terdapat gambaran epitel yang ireguler dan degenerasi hialin dalam

stromanya.2 Kornea menunjukkan kerusakan pada lapisan bowman, biasanya dengan

perubahan inflamasi yang ringan. Lapis bowman kornea diganti oleh jaringan hialin dan

elastis.4 Epitelium dapat saja normal, tebal, atau tipis dan biasanya menunjukkan

displasia. Perubahan patologi yang terjadi terdiri dari degenerasi elastoid kolagen, dan

munculnya jaringan fibrovaskular sub epitelial.1

Diagnosa Banding :

Secara klinis pterygium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang sama yaitu pinguecula

dan pseudopterigium.4

Pengobatan

Pengobatan pterygium tergantung keadaan pterygiumnya sendiri. Pada keadaan

dini tidak perlu dilakukan pengobatan. Pada keadaan inflamasi diberikan pengobatan

untuk menekan peradangannya, umumnya dipakai steroid topikal.

Jika pterygium membesar dan meluas sampai ke daerah pupil, lesi harus diangkat

secara bedah bersama sebagian kecil kornea superficial.4 Apabila keadaan pterygium

sudah lanjut, sehingga mulai menganggu, maka dilakukan pembedahan. Pterygium

dikatakan mengganggu dengan alasan kosmetik atau menimbulkan keluhan-keluhan baik

refraktif maupun sering merah.2 Eksisi diindikasikan jika visual aksis terancam atau pada

kasus yang dapat menimbulkan iritasi.1

Setelah pembedahan ada kemungkinan residif, yaitu pterygium tumbuh lagi. 4,7

Untuk mencegah residif dapat dilakukan penyinaran dengan Strontium yang

mengeluarkan sinar beta.2 Untuk mencegah perkambuhan, khususnya pada orang yang

bekerja di luar, yang bersangkutan harus memakai kacamata pelindung. 4

Eksisi Pterigium 1

Indikasi eksisi pterigium termasuk:

1. Ketidaknyamanan yang persisten

2. Distorsi visual

3. Pertumbuhan tumor yang progresif (lebih dari 3-4 mm) ke sentral kornea atau

visual aksis.

[4]

Page 5: Pterygium Case Qta

4. Berkurangnya pergerakan bola mata

Teknik-teknik pembedahan: 1

1. Bare Sclera excision

2. Excision with conjunctival closure

3. Exicion with amniotic adjunctive therapies

4. Ocular surface transplantation techniques

Eksisi sederhana menunjukkan rekurensi sekitar 50-80%. Sementara eksisi

dengan autograft limbal/konjungtival atau dengan transplantasi membran amnion akan

mengurang angka rekurensi sekitar 5-15%.3

Komplikasi 3

1. Mata merah atau iritasi

2. Distorsi atau reduksi pandangan sentral

3. Scarring kronik pada konjungtiva dan kornea

4. Pterigium yang meluas yang mengenai otot ekstra okuler dapat menghambat

pergerakan bola mata dan menyebabkan diplopia.

Komplikasi post-operatif 3

Komplikasi yang paling sering muncul dari pembedahan pterigium adalah

rekurensi post operatif. Eksisi sederhana memiliki rekurensi sekitar 50-80%. Angka

kekambuhan dapat dikurangi sampai 5-15% dengan penggunaan konjungtival atau limbal

autograft atau transplantasi membran amnion saat eksisi.

Komplikasi lain yang dapat muncul post-operatif adalah:

1. Infeksi

2. Reaksi pada bahan jahitan

3. Scarring pada kornea

4. Diplopia

5. Komplikasi yang jarang seperti perforasi bola mata, perdarahan vitreus atau

ablasio retina

[5]

Page 6: Pterygium Case Qta

Prognosis 3

1. Prognosis kosmetik dan visual setelah eksisi pterigia adalah baik.

2. Pada pasien dengan rekurensi pterigium dapat diterapi dengan pembedahan

dengan eksisi ulang dan grafting dengan autograph konjungtiva dan limbal atau

transplantasi membran amnion.

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien

[6]

Page 7: Pterygium Case Qta

Nama : Ny. E

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Banuaran

Negeri Asal : Pesisir

Seorang pasien perempuan umur 54 tahun di rawat di bangsal mata RS. Dr. M.

Djamil Padang tanggal 3 Maret 2012, dengan:

Keluhan utama : Mata kiri berlemak sejak 3 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Mata kiri berlemak sejak 3 tahun yang lalu

- Mata kiri terasa sakit, perih, gatal, berair dan merah, hilang timbul dan bertambah

parah jika terkena debu, angin dan sinar matahari

- Penglihatan tampak seperti berkabut sejak sakit, dan pasien merasakan adanya

rasa mengganjal pada matanya dan menghalangi pandangannya

- Mata terasa cepat lelah jika membaca.

- Pasien seorang pedagang kaki lima, yang sehari-harinya sering kena debu, angin,

uara panas dan terpapar sinar matahari. Saat bekerja pasien tidak menggunkan

topi atau kaca mata.

- Silau tidak ada

- Riwayat mata bernanah, luka pada mata kiri tidak ada

- Riwayat trauma pada mata tidak ada

- Riwayat hipertensi ada

- Pasien sebelumnya berobat ke poli M. DJamil, kontrol teratur, sebelum

direncanakan operasi, pasien sebelumnya diberi obat tetes mata, tapi pasien tidak

tahu namanya dan dipakai secara teratur

Riwayat penyakit dahulu :

- Pasien pernah memakai kaca mata rabun jauh, terakhir memakai kaca mata umur

22 tahun.

[7]

Page 8: Pterygium Case Qta

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Kakak kandung pasien juga menderita penyakit seperti ini pada salah satu

matanya.

Status Oftalmologi :

Status Ophtalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 5/5 false 1 5/6

Visus dengan koreksi

Refleks fundus (+) (+)

Silia/supersilia Madarosis(-), trikiasis(-) Madarosis(-), trikiasis(-)

Palpebra superior

Palpebra inferior

Udem -, hiperemis –

Udem -, hiperemis -

Udem -, hiperemis –

Udem -, hiperemis -

Aparat lakrimalis Normal normal

Konjungtiva tarsalis

Konjungtiva fornik

Konjungtiva bulbi

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Terdapat massa putih di bagian

nasal, meluas ke kornea

berbentuk kerucut dengan

puncak di kornea, ukuran 3-4

mm dari limbus

Sclera Putih Putih

[8]

Page 9: Pterygium Case Qta

Kornea Bening Bening, bagian nasal tertutup

massa putih, ukuran 3-4 mm

dari limbus

Kamera okuli anterior Cukup dalam Cukup dalam

Iris Coklat, rugae(+) Coklat, rugae(+)

Pupil Bulat,rf (+/+) Bulat, rf (+/+)

Lensa Bening Bening

Fundus:

- media

- papil

- pembuluh darah

- retina

- macula

Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Tekanan bulbus okuli N(palpasi) N(Palpasi)

Posisi bulbus okuli Orto Orto

Gerakan bulbus okuli Bebas Bebas

Diagnosa kerja : Pterigium OS dengan teknik AMT

Diagnosa Banding : -

Anjuran terapi : Eksisi pterigium OS

Follow up :

Status Ophtalmikus Tanggal 4/3/12 OS Tanggal 5/3/12 OS

[9]

Page 10: Pterygium Case Qta

Visus tanpa koreksi 5/6 5/6

Visus dengan koreksi

Refleks fundus (+) (+)

Silia/supersilia Madarosis(-), trikiasis(-) Madarosis(-), trikiasis(-)

Palpebra superior

Palpebra inferior

Udem -, hiperemis –

Udem -, hiperemis -

Udem -, hiperemis –

Udem -, hiperemis -

Aparat lakrimalis normal normal

Konjungtiva tarsalis

Konjungtiva fornik

Konjungtiva bulbi

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Terdapat massa putih di bagian

nasal, meluas ke kornea

berbentuk segitiga dengan

puncak di kornea, ukuran 3-4

mm dari limbus

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), papil (-), folikel

(-)

Terdapat massa putih di bagian

nasal, meluas ke kornea

berbentuk segitiga dengan

puncak di kornea, ukuran 3-4

mm dari limbus

Sclera Putih Putih

Kornea Bening, bagian nasal tertutup

massa putih, ukuran 3-4 mm

dari limbus

Bening, bagian nasal tertutup

massa putih, ukuran 3-4 mm

dari limbus

Kamera okuli anterior Cukup dalam Cukup dalam

[10]

Page 11: Pterygium Case Qta

Iris Coklat, rugae(+) Coklat, rugae(+)

Pupil Bulat,rf (+/+) Bulat, rf (+/+)

Lensa Bening Bening

Fundus:

- media

- papil

- pembuluh darah

- retina

- macula

Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Tekanan bulbus okuli N(palpasi) N(Palpasi)

Posisi bulbus okuli Orto Orto

Gerakan bulbus okuli Bebas Bebas

DISKUSI

Telah dirawat seorang pasien di bangsal mata RS Dr. M. Djamil Padang

dengan keluhan utama mata kiri berlemak sejak 3 tahun yang lalu. Dari anamnesa

didapatkan mata kiri terasa sakit, perih, gatal, berair dan merah, hilang timbul dan

bertambah parah jika terkena debu, angin dan sinar matahari, penglihatan tampak

seperti berkabut, terasa mengganjal pada mata dan mata terasa cepat lelah jika

membaca. Pekerjaan pasien pedagang kaki lima sehari-hari sering kena debu,

angin, udara panas dan terpapar sinar matahari. Pasien mempunyai riwayat

hipertensi. Kakak kandung pasien juga menderita penyakit seperti ini pada salah

satu matanya.

Dari pemeriksaan ophtalmologi didapatkan visus mata kiri 5/6, pada

konyungtiva mata kiri terdapat massa putih di bagian nasal, meluas ke kornea

[11]

Page 12: Pterygium Case Qta

berbentuk segitiga dengan puncak di kornea, ukuran 3-4 mm dari limbus. Pada

kornea didapatkan bagian nasal tertutup massa putih, ukuran 3-4 mm dari limbus.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan ophtalmologi yang mendukung di atas,

kami menegakkan diagnosis pasien ini yaitu pterigium OS. Menurut literatur,

pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konyungtiva yang bersifat

degenerative dan invasif yang dapat meluas ke kornea. Biasanya ditemukan pada

celah kelopak bagian nasal dan berbentuk segitiga dengan puncak dibagian

kornea, pada pasien ini juga ditemukan massa putih berbentuk segitiga di bagian

nasal mata kirinya dengan puncak di bagian kornea. Dari epidemiologi, Pterigium

ini lebih banyak pada dewasa diatas umur 40 tahun, pada pasien ini umurnya 54

tahun.

Menurut literatur diatas, ada 3 faktor resiko untuk pterigium ini, pada

pasien ini ditemukan ketiga faktor resiko tersebut yaitu tempat tinggal didaerah

tropis, pekerjaan diluar ruangan, dan faktor genetik. Penatalaksanaan pasien ini

adalah dengan eksisi pterigium dengan indikasi pertumbuhan tumor yang

progresif (lebih dari 3-4 mm) ke sentral kornea. Prognosa pasien ini setelah di

eksisi diharapkan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. 2008. Clinical Approach to Depositions

and Degenerations of the Conjunctiva, Cornea, and Sclera Chapter 17. In External

Disease and Cornea. Singapore: Lifelong Education Ophthalmologist. pp 366.

2. Ilyas,Sidharta. 2005. Konjungtiva dan Sklera. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit

Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 107-108.

3. P. Fisher, Jerome, William Trattler. 2008. Pterygium. Diambil dari

http://www.emedicine.com

4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Konjungtiva. Dalam Oftamologi umum.

Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 123.

5. Yan Qi-Chang, et all. 2006. Brief report:Relationship between the morbidity of

pterygium and the duration of ultraviolet rays exposure in Sanya, China. China:

Chin Med J. 119 (15) : 1308-1310

[12]

Page 13: Pterygium Case Qta

6. Agus dharmawan S. 2005. Prevalensi ptrygium dan faktor-faktor yang

berhubungan di kalangan pekerja pabrik PT X karawang. Jakarta : FKUI

7. James, Bruce, Chris Chew, Anthony Brun. 2006. Konjungtiva, Kornea, Sklera.

Dalam Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga Medical Science.

Hal 66-67

[13]