prosiding seminar nasional kimia fmipa unesa...

12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7 2017 190 VALIDASI METODE ANALISIS DAN PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE Muhammad Imam Sayuthi, Puji Kurniawati Program Studi DIII Analis Kimia, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang km 14,5, Yogyakarta, 55571, Indonesia Muhammad Imam Sayuthi, Email: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan validasi metode dengan acuan Tulandi, dkk (2015) dan penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet secara spektrofotometri UV-Visible. Parasetamol merupakan obat yang bersifat analgesik dan anti-piretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat aktif parasetamol dalam sampel obat dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV dan untuk mengetahui ketepatan metode uji spektrofotometri UV-Visible dalam menentukan kadar parasetamol dalam sampel obat serta memenuhi uji validasi. Parameter validasi metode dalam penelitian meliputi linieritas, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantitation (LOQ), presisi, akurasi, selektivitas, ketangguhan metode dan operating time. Hasil penelitian diperoleh panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu 247 nm. Hasil uji linieritas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,9974 dengan nilai LOD yang diperoleh sebesar 0,8161 mg/L dan LOQ sebesar 2,7204 mg/L. Berdasarkan hasil uji presisi diperoleh nilai standar deviasi relative (%RSD) sebesar 0,6749% dan hasil dari uji akurasi didapatkan nilai perolehan kembali (%R) sebesar 106,9507%. Dari uji selektivitas diperoleh panjang gelombang untuk larutan standar sebesar 247 nm dan larutan sampel sebesar 248 nm sehingga dapat dinyatakan dalam sampel mengandung zat aktif parasetamol. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata-rata parasetamol dalam sampel obat sebesar 408,686 mg dalam satu tablet dengan persentase kadar sebesar 63,28%. Uji ketangguhan metode diperoleh hasil %RSD untuk panjang gelombang 247 nm sebesar 1,5880%, panjang gelombang 248 nm sebesar 0,4411%, dan panjang gelombang 246 nm sebesar 0.4451%. Hasil penentuan operating time selama 20 menit diperoleh waktu kestabilan untuk larutan standar parasetamol sampai menit ke 14. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode spektrofotometri UV-Visible yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi parameter yang telah ditetapkan dalam uji validasi serta kadar parasetamol yang diperoleh tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Kata kunci: parasetamol, Farmakope Indonesia (FI), spektrofotometri UV-Visible, validasi metode ABSTRACT Method validation has been performed with reference Tulandi, et al (2015) and the assay of paracetamol in tablet dosage UV-Visible spectrophotometry. Paracetamol is analgesic and anti-pyretic drug. This study aims to determine the levels of active substance of paracetamol in drug samples and compared with the standard set by the Indonesian Pharmacopoeia (FI) Issue IV and to determine the accuracy of UV-Visible spectrophotometry test method in determining the levels of paracetamol in drug samples and meet the validation test. Parameter validation method in the research include linearity, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantitation (LOQ), precision, accuracy, selectivity, toughness method and operating time. The result showed maximum wavelength of paracetamol was 247 nm. Linearity obtained correlation coefficient (R) was 0.9974, LOD was 0.8161 mg/L and LOQ value was 2.7204 mg/L. Based on of precision result, the relative standard deviation (% RSD) was 0.6749%, and the accuracy obtained recovery (%R) was 106,9507%. The selectivity obtained wavelength for standard solution was 247 nm and the sample solution was 248 nm so it can be expressed in sample containing active substance of paracetamol. The result showed the average concentration of paracetamol in drug samples was 408.686 mg in a tablet with the percentage of content was 63.28%. The method's robustness obtained % RSD for 247 nm wavelength was 1.5880%, 248 nm wavelength was 0.4411%, and 246 nm wavelength was 0.4451%. The results of determination of operating time for 20 minutes obtained the stability time for standard solution of paracetamol until the 14 th minute. From the results of the study concluded that the UV-Visible spectrofotometry method used in the study has met the parameters set in the validation test and the content of paracetamol obtained does not meet the requirements specified in Indonesian Pharmacopoeia (FI) Issue IV that is not less than 90% and not more than 110 %. Keywords: paracetamol, Indonesian Pharmacopoeia (FI), UV-Visible spectrophotometry, method validation

Upload: lyquynh

Post on 09-Jul-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

190

VALIDASI METODE ANALISIS DAN PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Muhammad Imam Sayuthi, Puji Kurniawati Program Studi DIII Analis Kimia, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang km 14,5, Yogyakarta, 55571,

Indonesia

Muhammad Imam Sayuthi, Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan validasi metode dengan acuan Tulandi, dkk (2015) dan penetapan kadar parasetamol

dalam sediaan tablet secara spektrofotometri UV-Visible. Parasetamol merupakan obat yang bersifat analgesik dan anti-piretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat aktif parasetamol dalam sampel obat dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV dan untuk mengetahui ketepatan metode uji spektrofotometri UV-Visible dalam menentukan kadar parasetamol dalam sampel obat serta memenuhi uji validasi. Parameter validasi metode dalam penelitian meliputi linieritas, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantitation (LOQ), presisi, akurasi, selektivitas, ketangguhan metode dan operating time. Hasil penelitian diperoleh panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu 247 nm. Hasil uji linieritas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,9974 dengan nilai LOD yang diperoleh sebesar 0,8161 mg/L dan LOQ sebesar 2,7204 mg/L. Berdasarkan hasil uji presisi diperoleh nilai standar deviasi relative (%RSD) sebesar 0,6749% dan hasil dari uji akurasi didapatkan nilai perolehan kembali (%R) sebesar 106,9507%. Dari uji selektivitas diperoleh panjang gelombang untuk larutan standar sebesar 247 nm dan larutan sampel sebesar 248 nm sehingga dapat dinyatakan dalam sampel mengandung zat aktif parasetamol. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata-rata parasetamol dalam sampel obat sebesar 408,686 mg dalam satu tablet dengan persentase kadar sebesar 63,28%. Uji ketangguhan metode diperoleh hasil %RSD untuk panjang gelombang 247 nm sebesar 1,5880%, panjang gelombang 248 nm sebesar 0,4411%, dan panjang gelombang 246 nm sebesar 0.4451%. Hasil penentuan operating time selama 20 menit diperoleh waktu kestabilan untuk larutan standar parasetamol sampai menit ke 14. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode spektrofotometri UV-Visible yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi parameter yang telah ditetapkan dalam uji validasi serta kadar parasetamol yang diperoleh tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.

Kata kunci: parasetamol, Farmakope Indonesia (FI), spektrofotometri UV-Visible, validasi metode

ABSTRACT

Method validation has been performed with reference Tulandi, et al (2015) and the assay of paracetamol

in tablet dosage UV-Visible spectrophotometry. Paracetamol is analgesic and anti-pyretic drug. This study aims to determine the levels of active substance of paracetamol in drug samples and compared with the standard set by the Indonesian Pharmacopoeia (FI) Issue IV and to determine the accuracy of UV-Visible spectrophotometry test method in determining the levels of paracetamol in drug samples and meet the validation test. Parameter validation method in the research include linearity, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantitation (LOQ), precision, accuracy, selectivity, toughness method and operating time. The result showed maximum wavelength of paracetamol was 247 nm. Linearity obtained correlation coefficient (R) was 0.9974, LOD was 0.8161 mg/L and LOQ value was 2.7204 mg/L. Based on of precision result, the relative standard deviation (% RSD) was 0.6749%, and the accuracy obtained recovery (%R) was 106,9507%. The selectivity obtained wavelength for standard solution was 247 nm and the sample solution was 248 nm so it can be expressed in sample containing active substance of paracetamol. The result showed the average concentration of paracetamol in drug samples was 408.686 mg in a tablet with the percentage of content was 63.28%. The method's robustness obtained % RSD for 247 nm wavelength was 1.5880%, 248 nm wavelength was 0.4411%, and 246 nm wavelength was 0.4451%. The results of determination of operating time for 20 minutes obtained the stability time for standard solution of paracetamol until the 14th minute. From the results of the study concluded that the UV-Visible spectrofotometry method used in the study has met the parameters set in the validation test and the content of paracetamol obtained does not meet the requirements specified in Indonesian Pharmacopoeia (FI) Issue IV that is not less than 90% and not more than 110 %.

Keywords: paracetamol, Indonesian Pharmacopoeia (FI), UV-Visible spectrophotometry, method validation

Page 2: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

191

I. PENDAHULUAN

Obat merupakan bahan atau paduan

bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,

untuk manusia. Dalam proses pembuatan

obat dibutuhkan bahan atau campuran bahan

zat aktif lain yang apabila digunakan dapat

menciptakan khasiat farmakologi atau efek

langsung dalam diagnosis, penyembuhan,

peredaan, pengobatan atau pencegahan

penyakit, atau untuk memengaruhi struktur

dan fungsi tubuh (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2011).

Parasetamol (asetaminofen) adalah

obat analgesik (penahan rasa sakit atau

nyeri) dan anti-piretik (penurun panas atau

demam) yang aman, efektif, dapat ditoleransi

dengan baik, dan murah dengan efek

samping yang relatif sedikit bila digunakan

pada dosis terapeutik yang dianjurkan.

Parasetamol pertama kali diperkenalkan

pada tahun 1955 untuk aplikasi klinisnya

dalam menyembuhkan demam, sakit kepala

dan rasa nyeri, kemudian sejak saat itu mulai

banyak digunakan secara luas hampir di

seluruh dunia (Ibrahim, dkk, 2013).

Parasetamol sering sekali di resepkan dalam

bentuk campuran dengan obat lain. Obat ini

dapat ditemukan dalam berbagai macam

sediaan seperti tablet, kaplet, kapsul, sirup,

dan serbuk.

Pada industri farmasi, pengawasan

mutu merupakan salah satu bagian dari Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk

memberikan kepastian bahwa produk

mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan

pemakaiannya, agar hasil produksi yang

dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB.

Pada persyaratan ini perlu dilakukan

penetapan kadar parasetamol dalam tablet,

yang menurut persyaratan Farmakope

Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak

kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.

Besarnya kadar zat aktif parasetamol dalam

sediaan obat tablet yaitu 500 mg (Werner,

dkk, 2010). Kadar yang tidak sesuai dengan

kadar yang telah ditetapkan pada suatu

senyawa obat akan mempengaruhi efek

terapi yang diharapkan dan dapat

menimbulkan hal-hal buruk, baik ditunjukan

dengan timbulnya efek samping yang tidak

diinginkan ataupun timbulnya efek toksisitas

yang dapat membahayakan bagi konsumen

obat tersebut. Oleh karena itu, penetapan

kadar parasetamol sangat penting dilakukan

untuk mengetahui ketepatan kadar

parasetamol dalam sediaan tablet tersebut.

Metode yang digunakan untuk

penetapan kadar parasetamol dalam

penelitian ini yaitu metode spektrofotometri

UV-Visible. Spektrofotometri UV-Visible

merupakan suatu metode yang tidak baku.

Oleh karena itu, sebelum metode yang

digunakan untuk penetapan suatu kadar

diterapkan dalam suatu pengujian

laboratorium, terlebih dahulu dilakukan

validasi. Validasi metode analisis adalah

Page 3: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

192

suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu berdasarkan percobaan laboratorium,

untuk membuktikan bahwa metode tersebut

memenuhi persyaratan untuk penggunaannya

(Tetrasari, 2003). Metode analisis dapat

memberikan data yang dipercaya jika

memenuhi beberapa parameter validasi yang

telah disyaratkan, yaitu ketelitian (presisi),

kecermatan (akurasi), linieritas, batas deteksi

(LOD), batas kuantitasi (LOQ), selektivitas,

dan ketangguhan metode.

II. METODOLOGI

Material (Kimia)

Bahan-bahan yang digunakan adalah

sampel obat (merk dagang), etanol 96%

(Merck), standar parasetamol dan kertas

saring Whatman no. 42.

Instrumentasi (Kimia)

Peralatan yang digunakan adalah

spektrofotometer UV-Visible (UH5300 UV/VIS

Hitachi), kuvet kuarsa, peralatan gelas,

neraca analitik OHAUS serta mortir dan alu.

Prosedur Kerja

Pembuatan larutan induk parasetamol

kosentrasi 400 ppm

Serbuk standar parasetamol ditimbang

sebanyak 20 mg dan dilarutkan dengan

etanol dalam gelas beker. Larutan

dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan

kemudian ditera dengan etanol sampai tanda

batas.

Penetapan panjang gelombang maksimum

Larutan standar parasetamol dengan

konsentrasi 6 ppm dibuat dengan cara

memipet sebanyak 0,375 mL dari larutan

induk parasetamol kemudian dimasukkan

dalam labu ukur 25 mL. Larutan diencerkan

dengan etanol sampai tanda batas, kemudian

digojog hingga homogen. Larutan tersebut

diukur panjang gelombang maksimumnya

pada rentang panjang gelombang antara 200-

400 nm.

Penetapan operating time

Larutan induk parasetamol 400 ppm

dipipet sebanyak 0,375 mL untuk membuat

larutan baku dengan konsentrasi 6 ppm

sebanyak 25 mL. Larutan baku dengan

konsentrasi 6 ppm tersebut digojog hingga

homogen. Ukur absorbansi larutan pada

panjang gelombang maksimum sampai

diperoleh absorbansi yang relatif konstan

dengan rentang pembacaan setiap 2 menit

sekali selama 20 menit.

Pembuatan kurva baku

Dari larutan induk 400 ppm dibuat larutan

baku dengan seri konsentrasi 2 ; 4 ; 6 ; 8 dan

10 ppm sebanyak 25 mL. Larutan seri yang

telah dibuat kemudian diukur serapan

masing-masing konsentrasinya pada panjang

gelombang maksimum yang diperoleh

sebanyak 2 kali pembacaan. Data hasil

absorbansi yang diperoleh, selanjutnya

dihitung persamaan kurva bakunya sehingga

diperoleh persamaan garis y = a + bx.

Penentuan ketelitian (presisi)

Dari larutan induk parasetamol 400 ppm

dibuat larutan baku dengan konsentrasi 8

ppm sebanyak 25 mL. Larutan tersebut diukur

serapannya pada panjang gelombang

Page 4: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

193

maksimum. Uji ketelitian ini dilakukan dengan

10 kali pengulangan.

Penetapan kadar sampel

Sepuluh tablet sampel uji yang telah

memenuhi keseragaman bobot kemudian

digerus hingga halus dan homogen. Sampel

serbuk ditimbang sebanyak 20 mg dan

dilarutkan dengan etanol. Larutan disaring

dengan kertas saring Whatman no. 42 dan

dimasukkan dalam labu takar 50 mL

kemudian ditera dengan etanol sampai tanda

batas. Larutan tersebut dipipet sebanyak 0,25

mL, kemudian diencerkan dengan etanol

hingga konsentrasi 4 ppm sebanyak 25 mL.

Ukur serapan larutan pada panjang

gelombang maksimum. Apabila serapan dari

larutan sampel uji masih berada di luar range

serapan larutan standar, maka larutan

diencerkan hingga serapannya masuk di

dalam range. Penetapan kadar dilakukan

dengan pengulangan sebanyak 10 kali.

Penentuan ketepatan (akurasi) dengan

spike matriks

Larutan sampel uji dipipet sebanyak

0,25 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur

25 mL kemudian ditambahkan 1 mL larutan

baku parasetamol dengan konsentrasi 400

ppm. Tepatkan volume larutan sampai tanda

batas dengan etanol dan digojog hingga

homogen. Larutan tersebut diukur

serapannya pada panjang gelombang

maksimum. Uji ketepatan metode dilakukan

dengan pengulangan sebanyak 10 kali. Hasil

absorbansi digunakan untuk menghitung

harga perolehan kembali (%recovery).

Penentuan selektivitas (Spesifisitas)

Larutan standar dan larutan contoh uji

diukur spektra UV masing-masing larutan

pada panjang gelombang 200-400 nm.

Bandingkan hasil kedua spektra UV tersebut.

Ketangguhan metode

Larutan sampel uji diukur serapannya

pada panjang gelombang maksimum,

panjang gelombang maksimum +1 dan

panjang gelombang maksimum -1. Uji

ketangguhan metode dilakukan dengan

pengulangan sebanyak 10 kali.

III. HASILDAN DISKUSI

Penetuan Panjang Gelombang Maksimum

pada Parasetamol

Penentuan panjang gelombang

maksimum dilakukan karena panjang

gelombang suatu senyawa dapat berbeda

bila ditentukan pada kondisi dan alat yang

berbeda. Panjang gelombang maksimum

(λmaks) merupakan panjang gelombang

dimana terjadi eksitasi elektronik yang

memberikan absorbansi maksimum. Tujuan

dilakukan pengukuran pada panjang

gelombang maksimum adalah perubahan

absorbansi untuk setiap satuan kosentrasi

adalah paling besar pada panjang gelombang

maksimum, sehingga akan diperoleh

kepekaan analisis yang maksimum (Gandjar

dan Rohman, 2007). Hasil pengukuran

panjang gelombang maksimum parasetamoll

247

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

200 250 300 350 400 450

Ab

so

rba

ns

i

Panjang gelombang (nm)

Page 5: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

194

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Panjang gelombang maksimum parasetamol

Pada Gambar 1 menunjukkan hasil

pengukuran panjang gelombang maksimum

parasetamol yang diperoleh adalah 247 nm.

Panjang gelombang maksimum tersebut

menunjukkan bahwa serapan parasetamol

berada pada daerah UV karena masuk

rentang panjang gelombang 200–400 nm.

Secara teoritis serapan maksimum untuk

parasetamol adalah 244 nm (Tulandi, dkk,

2015). Ketidaksesuaian ini dikarenakan

adanya pergeseran pita penyerapan pada

parasetamol. Pergeseran pita penyerapan

tersebut karena pada struktur molekul

parasetamol memiliki gugus auksokrom yang

terikat pada gugus kromofor. Apabila gugus

auksokrom terikat pada gugus kromofor maka

akan mengakibatkan pergeseran merah

(batokromik) yaitu pergeseran pita absorbansi

menuju ke panjang gelombang yang lebih

besar disertai dengan peningkatan intensitas

serapan yang disebut dengan efek

hiperkromik.

Penentuan Operating Time

Penentuan operating time bertujuan

untuk mengetahui lama waktu yang

dibutuhkan larutan standar parasetamol untuk

mencapai absorbansi yang konstan atau

stabil. Optimasi waktu kestabilan ini

ditentukan dengan mengukur absorbansi dari

larutan standar parasetamol dengan

konsentrasi 6 ppm pada panjang gelombang

maksimum yaitu 247 nm dengan waktu 0-20

menit dan rentang pengukuran setiap 2 menit

sekali menggunakan alat spektrofotometer

UV-Visible. Hasil optimasi waktu kestabilan

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Hubungan Waktu terhadap Kestabilan Parasetamol

Berdasarkan grafik pada Gambar 2

menunjukkan hasil pengujian operating time

terhadap kesetabilan larutan standar

parasetamol yang dilakukan diperoleh

operating time setelah optimasi waktu hingga

menit ke-14 karena hasil absorbansinya relatif

konstan. Ketidaksetabilan dari larutan standar

parasetamol dikarenakan sifat pelarut yang

digunakan dalam pengujian yaitu etanol

dengan kemurnian 96% yang mudah

menguap sehingga menyebabkan larutan

tidak dapat bertahan lama atau tidak stabil

dalam pemakaiannya.

Penentuan Linieritas

Linieritas menunjukkan kemampuan

suatu metode analisis untuk memperoleh

hasil pengujian yang sesuai dengan

konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran

konsentrasi tertentu (Ermer dan Miller, 2005).

Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat

kurva kalibrasi dari beberapa set larutan

standar yang telah diketahui konsentrasinya.

Kurva kalibrasi merupakan metode standar

0,49

0,5

0,51

0,52

0,53

0,54

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Ab

so

rba

ns

i

Waktu (menit)

Page 6: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

195

yang dapat digunakan untuk menentukan

konsentrasi suatu analit berdasarkan hukum

Lambert-Beer. Penentuan kurva kalibrasi

dilakukan dengan menganalisis serangakaian

konsentrasi larutan standar parasetamol

diantaranya adalah 2 ; 4 ; 6 ; 8 dan 10 ppm.

Larutan dengan seri konsentrasi tersebut

diukur masing-masing serapannya pada

panjang gelombang maksimum parasetamol

yaitu 247 nm. Pengukuran absorbansi larutan

standar parasetamol pada panjang

gelombang maksimum dikarenakan pada

daerah tersebut akan diperoleh titik serapan

terbesar untuk setiap larutan standar

parasetamolnya.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa

semakin besar konsentrasi larutan standar

parasetamol yang diukur maka semakin

besar pula absorbansi yang diperoleh. Hal ini

dikarenakan pada konsentrasi yang semakin

tinggi, tingkat kepekatan senyawa

parasetamol juga semakin tinggi. Selain itu,

hukum Lambert-Beer menunjukkan bahwa

perubahan konsentrasi suatu sampel tertentu

akan mengubah absorbansi pada tiap

panjang gelombang dengan suatu faktor yang

konstan (Skoog dan West, 1971). Pembuatan

kurva kalibrasi standar dilakukan dengan

memplot larutan standar parasetamol (sumbu

x) dan absorbansi (sumbu y), kemudian titik

tersebut dihubungkan dengan garis lurus.

Berikut merupakan kurva kalibrasi standar

yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Standar Parasetamol dengan Absorbansi

Kurva pada Gambar 3 dapat dikatakan

linier jika nilai koefisien korelasi yang

diperoleh telah memenuhi persyaratan yaitu ≤

0,9970 (Chan, 2004). Berdasarkan hasil

pengukuran serapan larutan parasetamol

dengan berbagai konsentrasi tersebut

memberikan persamaan linier y = 0,0794x +

0,0311 dengan nilai koefisien korelasinya (R)

adalah 0,9973 dan nilai koefisien determinasi

(R2) yang diperoleh sebesar 0,9947. Nilai

koefisien korelasi yang diperoleh tersebut

merupakan hubungan antara konsentrasi

parasetamol dengan absorbansinya yaitu

telah memenuhi kriteria (parameter) linier.

Nilai range linier yang diperoleh menunjukkan

bahwa dalam kurva kalibrasi tersebut berlaku

hukum Lambert-Beer, sehingga persamaan

garis tersebut dapat digunakan untuk

menentukan validasi metode penentuan

kadar parasetamol dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Visible.

Penentuan Ketelitian (presisi)

Ketelitian atau presisi adalah ukuran

yang menunjukkan derajat kesesuaian antara

hasil uji individual, diukur melalui penyebaran

hasil individual dari rata-rata jika prosedur

diterapkan secara berulang pada sampel-

sampel yang diambil dari campuran yang

homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan

sebagai repeatability (keterulangan) atau

reproducibility (ketertiruan). Repeatability

y = 0,0794x + 0,0311R² = 0,9947

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 2 4 6 8 10 12

Ab

so

rba

ns

i

Konsentrasi (ppm)

Page 7: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

196

adalah keseksamaan metode jika dilakukan

berulang kali oleh analis yang sama pada

kondisi sama dan dalam interval waktu yang

singkat. Reproducibility adalah keseksamaan

metode jika dikerjakan pada kondisi yang

berbeda. Nilai presisi dihitung menggunakan

standar deviasi (SD) untuk menghasilkan

Relative Standard Deviasion (RSD) atau

Coeficient Variation (CV). Kriteria seksama

diberikan jika metode memberikan nilai

%RSD ≤2%. Semakin kecil nilai standar

deviasi yang diperoleh, maka makin kecil pula

nilai koefisien variasinya (Riyadi, 2009). Hasil

penentuan presisi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Uji Presisi Parasetamol

Pengulangan Absorbansi

1 0,683

2 0,688

3 0,690

4 0,692

5 0,692

6 0,693

7 0,694

8 0,695

9 0,696

10 0,699

∑(𝐱 − �̅�)² 0,0284

SD 0,0562

%RSD 0,6749%.

Berdasarkan data pada Tabel 1

menunjukkan bahwa nilai standar deviasi

yang diperoleh sebesar 0,0562 dan nilai %

standar deviasi relative (%RSD) sebesar

0,6749%. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa metode uji yang digunakan pada

validasi metode penentuan kadar

parasetamol dalam sampel tablet obat

dengan menggunakan spektrofotometri UV-

Visible memenuhi syarat nilai %RSD yang

diterima. Nilai presisi dapat memberikan

informasi bahwa metode ini dapat digunakan

sebagai metode tetap yang digunakan pada

laboratorium.

Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas

Kuantitasi (LOQ)

Limit of Detection (LOD) atau batas

deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi

terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai

dengan nilai sebenarnya. Limit of Quantitation

(LOQ) atau batas kuantitasi adalah jumlah

analit terkecil dalam sampel yang dapat

ditentukan secara kuantitatif pada tingkat

ketelitian dan ketepatan yang baik. Batas

kuantitasi merupakan parameter pengujian

kuantitatif untuk konsentrasi analit yang

rendah dalam matriks yang kompleks dan

digunakan untuk menentukan adanya

pengotor atau degradasi produk. Hasil dari

penentuan nilai LOD dan LOQ dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Data nilai LOD dan LOQ

Parameter Nilai

∑(y − yi̅)² 0,0014

Sy/x 0,0216

LOD (mg/L) 0,8161

LOQ (mg/L) 2,7204

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui

bahwa nilai LOD yang diperoleh yaitu sebesar

0,8161 mg/L yang artinya pada kosentrasi

tersebut masih dapat dilakukan pengukuran

sampel yang memberikan hasil ketelitian

suatu alat berdasarkan tingkat akurasi

individual hasil analisis. Sedangkan, harga

Page 8: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

197

LOQ sebesar 2,7204 mg/L yang artinya pada

kosentrasi tersebut bila dilakukan pengukuran

masih dapat memberikan kecermatan

analisis.

Penentuan Ketepatan (akurasi) dengan

Spike Matriks

Akurasi dari suatu metode analisis

adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh

dengan prosedur tersebut dari nilai yang

sebenarnya. Akurasi merupakan ukuran

ketepatan prosedur analisis (Rohman, 2007).

Kecermatan dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (%Recovery) analit yang

ditambahkan. Hasil penentuan akurasi dapat

dilihat pada Tabel 3.

Penentuan Ketangguhan Metode

Ketangguhan metode adalah derajat

ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari

analisis sampel yang sama dalam berbagai

kondisi uji normal, seperti laboratorium,

analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu,

hari yang berbeda, dan lain-lain.

Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai

tidak adanya pengaruh perbedaan operasi

atau lingkungan kerja pada hasil uji (Rohman,

2007). Penentuan ketangguhan metode

dilakukan dengan mengukur serapan larutan

sampel pada panjang gelombang maksimum,

panjang gelombang maksimum +1, dan pada

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil rata-

rata %recovery yang diperoleh yaitu sebesar

106,9507%. Menurut Harmita (2004), range

nilai persen (%) recovery analit yang dapat

diterima adalah 90-110%. Range tersebut

bersifat fleksibel tergantung dari kondisi analit

yang diperiksa berdasarkan jumlah sampel

dan kondisi laboratorium. Nilai %recovery

yang diperoleh masuk dalam range yang

dapat diterima yaitu 90-110%, sehingga dapat

dikatakan metode ini memiliki akurasi yang

baik.

panjang gelombang maksimum -1.

Pengulangan Abs Konsentrasi (mg/L) %recovery

𝐂𝐚 − 𝐂𝐛

𝐂 𝐱 𝟏𝟎𝟎%

Sampel Spike Sampel Spike Standar

1 0,230 1.587 2,5050 19,5957 16 106,8168%

2 0,230 1.587 2,5050 19,5957 16 106,8168%

3 0,231 1.589 2,5176 19,6209 16 106,8956%

4 0,233 1.589 2,5428 19,6209 16 106,7381%

5 0,233 1.594 2,5428 19,6839 16 107,1319%

6 0,235 1.594 2,5680 19,6839 16 106,9744%

7 0,236 1.596 2,5806 19,7091 16 107,0531%

8 0,236 1.596 2,5806 19,7091 16 107,0531%

9 0,238 1.597 2,6058 19,7217 16 106,9744%

10 0,239 1.599 2,6184 19,7469 16 107,0531%

Rata-rata = 106,9507%

Tabel 3. Data Penentuan Akurasi dengan Spike Matriks

Page 9: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

198

Hasil penentuan ketangguhan metode

menunjukkan bahwa nilai %RSD yang

diperoleh pada panjang gelombang 246 nm

sebesar 0,4451%, panjang gelombang 247

nm yang merupakan panjang gelombang

maksimum diperoleh %RSD sebesar

1,5880% dan pada panjang gelombang 248

nm diperoleh %RSD sebesar 0,4411% yang

artinya bahwa metode uji yang digunakan

pada validasi metode penentuan kadar

parasetamol dalam sampel obat dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Visible

memiliki ketangguhan karena telah memenuhi

syarat nilai %RSD yang diterima. Kriteria

seksama diberikan jika metode memberikan

nilai %RSD ≤2% (Riyadi, 2009). Data hasil

penentuan ketangguhan metode dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Ketangguhan Metode

Nilai hitung Abs246

nm Abs247

nm Abs248

nm

0,253 0,230 0,255

0,253 0,230 0,255

0,253 0,231 0,255

0,254 0,233 0,256

0,254 0,233 0,256

0,254 0,235 0,256

0,254 0,236 0,256

0,255 0,236 0,257

0,255 0,238 0,257

0,256 0,239 0,258

∑(𝐱 − �̅�)² 0,0014 0,0148 0,0014

SD 0,0125 0,0406 0,0125

%RSD 0,4451% 1,5880% 0,4411%

Syarat keterterimaan

≤2% ≤2% ≤2%

Uji Selektivitas (spefisifitas)

Uji selektivitas bertujuan untuk

mengetahui perubahan bentuk kurva maupun

pergeseran panjang gelombang parasetamol

tersebut terhadap akibat penambahan

senyawa yang ada dalam sampel obat

sediaan tablet tersebut. Hasil pengukuran

spektra UV standar dan sampel uji yang

diperoleh dari penentuan selektivitas ini dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran Spektra UV Standar dan Sampel pada panjang Gelombang 200-400 nm

Grafik spektra UV pada Gambar 4

menunjukkan spektra UV untuk standar

parasetamol memiliki panjang gelombang

247 nm dengan peak sebesar 0,510 serta

spektra UV untuk sampel memiliki panjang

gelombang 248 nm dengan besar peak

0,258 dan panjang gelombang 362 nm

dengan besar peak 0,036. Adanya dua

puncak spektra UV yang berbeda dalam

sampel tersebut dikarenakan dalam sampel

uji mengandung lebih dari satu jenis zat aktif

obat. Berdasarkan hasil perbandingan kedua

spektra UV menunjukkan kedekatan hasil

antara spektra UV sampel yaitu pada panjang

gelombang 248 nm dengan spektra UV

standar pada panjang gelombang 247 nm.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel

mengandung parasetamol sehingga metode

analisis memiliki selektivitas yang baik dalam

pengukuran. Hasil yang diperoleh juga

menunjukkan terjadinya pergeseran panjang

gelombang parasetamol dari 247 nm ke arah

panjang gelombang yang lebih besar yaitu

362.0

247.0

248.0

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

200 250 300 350 400 450

Ab

so

rba

ns

i

Panjang Gelombang (nm)

Spektra UV Standar Spektra UV Sampel

Page 10: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

199

248 nm (pergeseran batokromik) yang

disertai dengan penurunan intensitas serapan

yang disebut dengan efek hipokromik.

Penentuan Kadar Parasetamol

Penentuan kadar parasetamol

dilakukan dengan cara mengukur larutan

sampel uji yang diduga mengandung

parasetamol pada panjang gelombang

maksimum yaitu 247 nm dengan

pengulangan sebanyak 10 kali. Penetapan

kadar ini bertujuan untuk menjamin mutu

serta keamanan suatu produk obat. Pada

penetapan kadar parasetamol ini digunakan

Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi

untuk melihat kosentrasi terendah yang masih

dapat terdeteksi oleh suatu alat. Hasil

penentuan kadar parasetamol dapat dilihat

pada Tabel 5.

Data pada Tabel 5 menunjukkan

bahwa nilai perolehan kadar rata-rata

parasetamol dalam sampel obat sediaan

tablet dengan merk dagang yaitu sebesar

408,686 mg. Menurut Werner, dkk (2010)

bahwa besarnya kadar parasetamol dalam

sediaan tablet yaitu 500. Hasil rata-rata kadar

parasetamol yang diperoleh yaitu kurang dari

besarnya kadar yag seharusnya ada dalam

obat sediaan tablet tersebut. Sedangkan

persentase kadar parasetamol yang diperoleh

sebesar 63,28%. Menurut persyaratan

Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun

1995, bahwa besarnya kadar zat aktif

senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak

kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.

Hasil yang diperoleh dari pengujian ini

menunjukkan ketidaksesuaian antara hasil

pengujian dengan standar yang telah

ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi

ketidaksesuain hasil pengujian yaitu terdapat

pada pelarut yang digunakan dalam

pengujian yaitu etanol 96%. Etanol termasuk

dalam pelarut organik yang mudah menguap

sehingga sebelum pengukuran sampel

dengan alat spketrofotometer dimungkinkan

Pengulangan Abs Konsentrasi

(mg/L) Kadar

sampel (mg) Kadar sampel

(%) Keterangan

1 0,230 2,5050 400,43 62,005% Terdeteksi

2 0,230 2,5050 400,43 62,005% Terdeteksi

3 0,231 2,5176 402,44 62,317% Terdeteksi

4 0,233 2,5428 406,47 62,941% Terdeteksi

5 0,233 2,5428 406,47 62,941% Terdeteksi

6 0,235 2,5680 410,50 63,564% Terdeteksi

7 0,236 2,5806 412,51 63,876% Terdeteksi

8 0,236 2,5806 412,51 63,876% Terdeteksi

9 0,238 2,6058 416,54 64,500% Terdeteksi

10 0,239 2,6184 418,56 64,812% Terdeteksi

Rata-rata kadar sampel 408,686 mg 63,28%

Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol pada Sediaan Tablet

Page 11: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

200

sebagian zat aktif parasetamol dalam larutan

sampel telah menguap bersama dengan

pelarut etanol tersebut yang menyebabkan

hasil penyerapannya berkurang serta

kurangnya faktor penggocokkan sebelum

larutan sampel hendak diukur juga

mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam

pengujian, sebab larutan harus benar-benar

homogen agar didapatkan hasil yg maksimal

dalam pengujian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Kadar parasetamol yang diperoleh

dalam sampel tablet obat sebesar

408,686 mg dengan persentase kadar

sebesar 63,28%. Sehingga kadar yang

terdapat dalam sampel obat tidak sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

2) Metode spektrofotometri UV-Visible yang

digunakan dalam penelitian telah

memenuhi parameter yang telah

ditetapkan dalam uji validasi sehingga

metode ini dapat diterapkan untuk

analisis penetapan kadar parasetamol di

suatu laboratorium.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian validasi

metode dan penetapan kadar parasetamol

dalam sediaan tablet secara spektrofotometri

UV-Visible, maka penulis menyarankan

bahwa perlu dilakukan penelitian dan

pengembangan lebih lanjut terkait metode

spektrofotometri UV-Visible untuk lebih

memaksimalkan penggunaan metode

tersebut dalam penetapan kadar parasetamol

pada sediaan tablet di laboratorium.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis pada kesempatan ini

mengucapkan terimakasih yang sedalam-

dalamnya kepada Yth:

1. Orang tua yang telah membantu baik moril

maupun materi.

2. Ibu Puji Kurniawati, S.Pd.Si.,M.Sc. selaku

dosen pembimbing penelitian.

3. Teman-teman dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.04.1.33.12.11.09937 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Jakarta: BPOM

Chan, Chung Chown., Herman Lam, Y. C. Lee, Xue Ming Zhang (ed), 2004, Analitical Method Validation and Instrument Performance Verification, John Willey & sons, Inc Publication, New Jersey.

Day, R.,A., dan Underwood, A.,L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif , Edisi Keenam, diterjemahkan oleh: Iis Sopyan, Jakarta: Erlangga.

Day, R. A., Underwood, A. L., 1996, Kimia Analisis Kuantitatif, Edisi Kelima, diterjemahkan oleh: Pudjaatmaka, A.H, Jakarta: Erlangga.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Duckett, S. D., dan Gilbert, B. 2000, Foundation of Spectroscopy.Oxford, UK: University Oxford Press.

Ermer, J., dan Miller, J.H.McB, 2005, Method Validation in Pharmaceutical Analysis, A Giude to Best Practice, Weinheim: Wiley-VchVerlag GmbH dan Co. KGaA. Halaman 253.

Page 12: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA …diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PUJI_Pro... · Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata -rata parasetamol

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7

2017

201

Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, didalam: Majalah Ilmu Kefarmasian, Desember. Vol. 1, No.3, pp. 117 – 135. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA-UI.

Ibrahim, T., Agnihotri, S., Agnihotri, A.K., 2013, Paracetamol Toxicity-An Overview. Emergency Med, Vol. 3: 158.

International Conference on Harmonization (ICH), 2005, Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1), tersedia di http://www.ich.org, diakses pada tanggal 12 April 2017.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, diterjemahkan oleh: A. Saptorahardjo, Jakarta: UI Press.

Rachdiati, H., Hutagaol, R. P., dan Rosdiana, E, 2008, Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi, Jurnal Nusa Kimia, Vol.8 No.1.

Rahayu, I., 2009, Praktis Belajar Kimia untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta : Visindo Media Persada.

Riyadi, W, 2009, Validasi Metode Analisis, tersedia di http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/valid

asi-metode-analisis/, diakses pada tanggal 12 April 2017.

Rohman, A. 2007, Kimia Farmasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Skoog, D., dan West, D., 1971, Principles of Instrumental Analysis, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc

Skoog, D., West, D., dan Holler, 1994, Analitical Chemistry (An Introduction), 6th Ed, 383-432, Sounders College Publishing, Philadelphia.

Sumardi, 2005, Tinjauan Umum Validasi metode Analisis, Pusat Penelitian Kimia: LIPI Bandung.

Tetrasari dan Hermini., 2003, Validasi Metode Analisis. Pusat Pengkajian Obat dan Makanan BPPOM.

Tulandi, G. P., Sudewi, S., Lolo, W. S., 2015, Validasi Metode Analisis untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet, PHARMACON, Vol. 4, hal. 169-17.

Werner, D., Thuman, C., Maxwell, J., 2010, Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter (Where There Is No Doctor). Yogyakarta: C.V Andi Offset (Penerbit Andi).

Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat. Yogyakarta: Kreasi Wacana.