prosiding seminar nasional kimia fmipa unesa...
TRANSCRIPT
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
190
VALIDASI METODE ANALISIS DAN PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE
Muhammad Imam Sayuthi, Puji Kurniawati Program Studi DIII Analis Kimia, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang km 14,5, Yogyakarta, 55571,
Indonesia
Muhammad Imam Sayuthi, Email: [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan validasi metode dengan acuan Tulandi, dkk (2015) dan penetapan kadar parasetamol
dalam sediaan tablet secara spektrofotometri UV-Visible. Parasetamol merupakan obat yang bersifat analgesik dan anti-piretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat aktif parasetamol dalam sampel obat dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV dan untuk mengetahui ketepatan metode uji spektrofotometri UV-Visible dalam menentukan kadar parasetamol dalam sampel obat serta memenuhi uji validasi. Parameter validasi metode dalam penelitian meliputi linieritas, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantitation (LOQ), presisi, akurasi, selektivitas, ketangguhan metode dan operating time. Hasil penelitian diperoleh panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu 247 nm. Hasil uji linieritas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,9974 dengan nilai LOD yang diperoleh sebesar 0,8161 mg/L dan LOQ sebesar 2,7204 mg/L. Berdasarkan hasil uji presisi diperoleh nilai standar deviasi relative (%RSD) sebesar 0,6749% dan hasil dari uji akurasi didapatkan nilai perolehan kembali (%R) sebesar 106,9507%. Dari uji selektivitas diperoleh panjang gelombang untuk larutan standar sebesar 247 nm dan larutan sampel sebesar 248 nm sehingga dapat dinyatakan dalam sampel mengandung zat aktif parasetamol. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi rata-rata parasetamol dalam sampel obat sebesar 408,686 mg dalam satu tablet dengan persentase kadar sebesar 63,28%. Uji ketangguhan metode diperoleh hasil %RSD untuk panjang gelombang 247 nm sebesar 1,5880%, panjang gelombang 248 nm sebesar 0,4411%, dan panjang gelombang 246 nm sebesar 0.4451%. Hasil penentuan operating time selama 20 menit diperoleh waktu kestabilan untuk larutan standar parasetamol sampai menit ke 14. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode spektrofotometri UV-Visible yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi parameter yang telah ditetapkan dalam uji validasi serta kadar parasetamol yang diperoleh tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Kata kunci: parasetamol, Farmakope Indonesia (FI), spektrofotometri UV-Visible, validasi metode
ABSTRACT
Method validation has been performed with reference Tulandi, et al (2015) and the assay of paracetamol
in tablet dosage UV-Visible spectrophotometry. Paracetamol is analgesic and anti-pyretic drug. This study aims to determine the levels of active substance of paracetamol in drug samples and compared with the standard set by the Indonesian Pharmacopoeia (FI) Issue IV and to determine the accuracy of UV-Visible spectrophotometry test method in determining the levels of paracetamol in drug samples and meet the validation test. Parameter validation method in the research include linearity, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantitation (LOQ), precision, accuracy, selectivity, toughness method and operating time. The result showed maximum wavelength of paracetamol was 247 nm. Linearity obtained correlation coefficient (R) was 0.9974, LOD was 0.8161 mg/L and LOQ value was 2.7204 mg/L. Based on of precision result, the relative standard deviation (% RSD) was 0.6749%, and the accuracy obtained recovery (%R) was 106,9507%. The selectivity obtained wavelength for standard solution was 247 nm and the sample solution was 248 nm so it can be expressed in sample containing active substance of paracetamol. The result showed the average concentration of paracetamol in drug samples was 408.686 mg in a tablet with the percentage of content was 63.28%. The method's robustness obtained % RSD for 247 nm wavelength was 1.5880%, 248 nm wavelength was 0.4411%, and 246 nm wavelength was 0.4451%. The results of determination of operating time for 20 minutes obtained the stability time for standard solution of paracetamol until the 14th minute. From the results of the study concluded that the UV-Visible spectrofotometry method used in the study has met the parameters set in the validation test and the content of paracetamol obtained does not meet the requirements specified in Indonesian Pharmacopoeia (FI) Issue IV that is not less than 90% and not more than 110 %.
Keywords: paracetamol, Indonesian Pharmacopoeia (FI), UV-Visible spectrophotometry, method validation
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
191
I. PENDAHULUAN
Obat merupakan bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia. Dalam proses pembuatan
obat dibutuhkan bahan atau campuran bahan
zat aktif lain yang apabila digunakan dapat
menciptakan khasiat farmakologi atau efek
langsung dalam diagnosis, penyembuhan,
peredaan, pengobatan atau pencegahan
penyakit, atau untuk memengaruhi struktur
dan fungsi tubuh (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2011).
Parasetamol (asetaminofen) adalah
obat analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri) dan anti-piretik (penurun panas atau
demam) yang aman, efektif, dapat ditoleransi
dengan baik, dan murah dengan efek
samping yang relatif sedikit bila digunakan
pada dosis terapeutik yang dianjurkan.
Parasetamol pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1955 untuk aplikasi klinisnya
dalam menyembuhkan demam, sakit kepala
dan rasa nyeri, kemudian sejak saat itu mulai
banyak digunakan secara luas hampir di
seluruh dunia (Ibrahim, dkk, 2013).
Parasetamol sering sekali di resepkan dalam
bentuk campuran dengan obat lain. Obat ini
dapat ditemukan dalam berbagai macam
sediaan seperti tablet, kaplet, kapsul, sirup,
dan serbuk.
Pada industri farmasi, pengawasan
mutu merupakan salah satu bagian dari Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk
memberikan kepastian bahwa produk
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya, agar hasil produksi yang
dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB.
Pada persyaratan ini perlu dilakukan
penetapan kadar parasetamol dalam tablet,
yang menurut persyaratan Farmakope
Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak
kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Besarnya kadar zat aktif parasetamol dalam
sediaan obat tablet yaitu 500 mg (Werner,
dkk, 2010). Kadar yang tidak sesuai dengan
kadar yang telah ditetapkan pada suatu
senyawa obat akan mempengaruhi efek
terapi yang diharapkan dan dapat
menimbulkan hal-hal buruk, baik ditunjukan
dengan timbulnya efek samping yang tidak
diinginkan ataupun timbulnya efek toksisitas
yang dapat membahayakan bagi konsumen
obat tersebut. Oleh karena itu, penetapan
kadar parasetamol sangat penting dilakukan
untuk mengetahui ketepatan kadar
parasetamol dalam sediaan tablet tersebut.
Metode yang digunakan untuk
penetapan kadar parasetamol dalam
penelitian ini yaitu metode spektrofotometri
UV-Visible. Spektrofotometri UV-Visible
merupakan suatu metode yang tidak baku.
Oleh karena itu, sebelum metode yang
digunakan untuk penetapan suatu kadar
diterapkan dalam suatu pengujian
laboratorium, terlebih dahulu dilakukan
validasi. Validasi metode analisis adalah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
192
suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu berdasarkan percobaan laboratorium,
untuk membuktikan bahwa metode tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Tetrasari, 2003). Metode analisis dapat
memberikan data yang dipercaya jika
memenuhi beberapa parameter validasi yang
telah disyaratkan, yaitu ketelitian (presisi),
kecermatan (akurasi), linieritas, batas deteksi
(LOD), batas kuantitasi (LOQ), selektivitas,
dan ketangguhan metode.
II. METODOLOGI
Material (Kimia)
Bahan-bahan yang digunakan adalah
sampel obat (merk dagang), etanol 96%
(Merck), standar parasetamol dan kertas
saring Whatman no. 42.
Instrumentasi (Kimia)
Peralatan yang digunakan adalah
spektrofotometer UV-Visible (UH5300 UV/VIS
Hitachi), kuvet kuarsa, peralatan gelas,
neraca analitik OHAUS serta mortir dan alu.
Prosedur Kerja
Pembuatan larutan induk parasetamol
kosentrasi 400 ppm
Serbuk standar parasetamol ditimbang
sebanyak 20 mg dan dilarutkan dengan
etanol dalam gelas beker. Larutan
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan
kemudian ditera dengan etanol sampai tanda
batas.
Penetapan panjang gelombang maksimum
Larutan standar parasetamol dengan
konsentrasi 6 ppm dibuat dengan cara
memipet sebanyak 0,375 mL dari larutan
induk parasetamol kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 25 mL. Larutan diencerkan
dengan etanol sampai tanda batas, kemudian
digojog hingga homogen. Larutan tersebut
diukur panjang gelombang maksimumnya
pada rentang panjang gelombang antara 200-
400 nm.
Penetapan operating time
Larutan induk parasetamol 400 ppm
dipipet sebanyak 0,375 mL untuk membuat
larutan baku dengan konsentrasi 6 ppm
sebanyak 25 mL. Larutan baku dengan
konsentrasi 6 ppm tersebut digojog hingga
homogen. Ukur absorbansi larutan pada
panjang gelombang maksimum sampai
diperoleh absorbansi yang relatif konstan
dengan rentang pembacaan setiap 2 menit
sekali selama 20 menit.
Pembuatan kurva baku
Dari larutan induk 400 ppm dibuat larutan
baku dengan seri konsentrasi 2 ; 4 ; 6 ; 8 dan
10 ppm sebanyak 25 mL. Larutan seri yang
telah dibuat kemudian diukur serapan
masing-masing konsentrasinya pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh
sebanyak 2 kali pembacaan. Data hasil
absorbansi yang diperoleh, selanjutnya
dihitung persamaan kurva bakunya sehingga
diperoleh persamaan garis y = a + bx.
Penentuan ketelitian (presisi)
Dari larutan induk parasetamol 400 ppm
dibuat larutan baku dengan konsentrasi 8
ppm sebanyak 25 mL. Larutan tersebut diukur
serapannya pada panjang gelombang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
193
maksimum. Uji ketelitian ini dilakukan dengan
10 kali pengulangan.
Penetapan kadar sampel
Sepuluh tablet sampel uji yang telah
memenuhi keseragaman bobot kemudian
digerus hingga halus dan homogen. Sampel
serbuk ditimbang sebanyak 20 mg dan
dilarutkan dengan etanol. Larutan disaring
dengan kertas saring Whatman no. 42 dan
dimasukkan dalam labu takar 50 mL
kemudian ditera dengan etanol sampai tanda
batas. Larutan tersebut dipipet sebanyak 0,25
mL, kemudian diencerkan dengan etanol
hingga konsentrasi 4 ppm sebanyak 25 mL.
Ukur serapan larutan pada panjang
gelombang maksimum. Apabila serapan dari
larutan sampel uji masih berada di luar range
serapan larutan standar, maka larutan
diencerkan hingga serapannya masuk di
dalam range. Penetapan kadar dilakukan
dengan pengulangan sebanyak 10 kali.
Penentuan ketepatan (akurasi) dengan
spike matriks
Larutan sampel uji dipipet sebanyak
0,25 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur
25 mL kemudian ditambahkan 1 mL larutan
baku parasetamol dengan konsentrasi 400
ppm. Tepatkan volume larutan sampai tanda
batas dengan etanol dan digojog hingga
homogen. Larutan tersebut diukur
serapannya pada panjang gelombang
maksimum. Uji ketepatan metode dilakukan
dengan pengulangan sebanyak 10 kali. Hasil
absorbansi digunakan untuk menghitung
harga perolehan kembali (%recovery).
Penentuan selektivitas (Spesifisitas)
Larutan standar dan larutan contoh uji
diukur spektra UV masing-masing larutan
pada panjang gelombang 200-400 nm.
Bandingkan hasil kedua spektra UV tersebut.
Ketangguhan metode
Larutan sampel uji diukur serapannya
pada panjang gelombang maksimum,
panjang gelombang maksimum +1 dan
panjang gelombang maksimum -1. Uji
ketangguhan metode dilakukan dengan
pengulangan sebanyak 10 kali.
III. HASILDAN DISKUSI
Penetuan Panjang Gelombang Maksimum
pada Parasetamol
Penentuan panjang gelombang
maksimum dilakukan karena panjang
gelombang suatu senyawa dapat berbeda
bila ditentukan pada kondisi dan alat yang
berbeda. Panjang gelombang maksimum
(λmaks) merupakan panjang gelombang
dimana terjadi eksitasi elektronik yang
memberikan absorbansi maksimum. Tujuan
dilakukan pengukuran pada panjang
gelombang maksimum adalah perubahan
absorbansi untuk setiap satuan kosentrasi
adalah paling besar pada panjang gelombang
maksimum, sehingga akan diperoleh
kepekaan analisis yang maksimum (Gandjar
dan Rohman, 2007). Hasil pengukuran
panjang gelombang maksimum parasetamoll
247
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
200 250 300 350 400 450
Ab
so
rba
ns
i
Panjang gelombang (nm)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
194
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Panjang gelombang maksimum parasetamol
Pada Gambar 1 menunjukkan hasil
pengukuran panjang gelombang maksimum
parasetamol yang diperoleh adalah 247 nm.
Panjang gelombang maksimum tersebut
menunjukkan bahwa serapan parasetamol
berada pada daerah UV karena masuk
rentang panjang gelombang 200–400 nm.
Secara teoritis serapan maksimum untuk
parasetamol adalah 244 nm (Tulandi, dkk,
2015). Ketidaksesuaian ini dikarenakan
adanya pergeseran pita penyerapan pada
parasetamol. Pergeseran pita penyerapan
tersebut karena pada struktur molekul
parasetamol memiliki gugus auksokrom yang
terikat pada gugus kromofor. Apabila gugus
auksokrom terikat pada gugus kromofor maka
akan mengakibatkan pergeseran merah
(batokromik) yaitu pergeseran pita absorbansi
menuju ke panjang gelombang yang lebih
besar disertai dengan peningkatan intensitas
serapan yang disebut dengan efek
hiperkromik.
Penentuan Operating Time
Penentuan operating time bertujuan
untuk mengetahui lama waktu yang
dibutuhkan larutan standar parasetamol untuk
mencapai absorbansi yang konstan atau
stabil. Optimasi waktu kestabilan ini
ditentukan dengan mengukur absorbansi dari
larutan standar parasetamol dengan
konsentrasi 6 ppm pada panjang gelombang
maksimum yaitu 247 nm dengan waktu 0-20
menit dan rentang pengukuran setiap 2 menit
sekali menggunakan alat spektrofotometer
UV-Visible. Hasil optimasi waktu kestabilan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Hubungan Waktu terhadap Kestabilan Parasetamol
Berdasarkan grafik pada Gambar 2
menunjukkan hasil pengujian operating time
terhadap kesetabilan larutan standar
parasetamol yang dilakukan diperoleh
operating time setelah optimasi waktu hingga
menit ke-14 karena hasil absorbansinya relatif
konstan. Ketidaksetabilan dari larutan standar
parasetamol dikarenakan sifat pelarut yang
digunakan dalam pengujian yaitu etanol
dengan kemurnian 96% yang mudah
menguap sehingga menyebabkan larutan
tidak dapat bertahan lama atau tidak stabil
dalam pemakaiannya.
Penentuan Linieritas
Linieritas menunjukkan kemampuan
suatu metode analisis untuk memperoleh
hasil pengujian yang sesuai dengan
konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran
konsentrasi tertentu (Ermer dan Miller, 2005).
Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat
kurva kalibrasi dari beberapa set larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Kurva kalibrasi merupakan metode standar
0,49
0,5
0,51
0,52
0,53
0,54
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Ab
so
rba
ns
i
Waktu (menit)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
195
yang dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu analit berdasarkan hukum
Lambert-Beer. Penentuan kurva kalibrasi
dilakukan dengan menganalisis serangakaian
konsentrasi larutan standar parasetamol
diantaranya adalah 2 ; 4 ; 6 ; 8 dan 10 ppm.
Larutan dengan seri konsentrasi tersebut
diukur masing-masing serapannya pada
panjang gelombang maksimum parasetamol
yaitu 247 nm. Pengukuran absorbansi larutan
standar parasetamol pada panjang
gelombang maksimum dikarenakan pada
daerah tersebut akan diperoleh titik serapan
terbesar untuk setiap larutan standar
parasetamolnya.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan standar
parasetamol yang diukur maka semakin
besar pula absorbansi yang diperoleh. Hal ini
dikarenakan pada konsentrasi yang semakin
tinggi, tingkat kepekatan senyawa
parasetamol juga semakin tinggi. Selain itu,
hukum Lambert-Beer menunjukkan bahwa
perubahan konsentrasi suatu sampel tertentu
akan mengubah absorbansi pada tiap
panjang gelombang dengan suatu faktor yang
konstan (Skoog dan West, 1971). Pembuatan
kurva kalibrasi standar dilakukan dengan
memplot larutan standar parasetamol (sumbu
x) dan absorbansi (sumbu y), kemudian titik
tersebut dihubungkan dengan garis lurus.
Berikut merupakan kurva kalibrasi standar
yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Standar Parasetamol dengan Absorbansi
Kurva pada Gambar 3 dapat dikatakan
linier jika nilai koefisien korelasi yang
diperoleh telah memenuhi persyaratan yaitu ≤
0,9970 (Chan, 2004). Berdasarkan hasil
pengukuran serapan larutan parasetamol
dengan berbagai konsentrasi tersebut
memberikan persamaan linier y = 0,0794x +
0,0311 dengan nilai koefisien korelasinya (R)
adalah 0,9973 dan nilai koefisien determinasi
(R2) yang diperoleh sebesar 0,9947. Nilai
koefisien korelasi yang diperoleh tersebut
merupakan hubungan antara konsentrasi
parasetamol dengan absorbansinya yaitu
telah memenuhi kriteria (parameter) linier.
Nilai range linier yang diperoleh menunjukkan
bahwa dalam kurva kalibrasi tersebut berlaku
hukum Lambert-Beer, sehingga persamaan
garis tersebut dapat digunakan untuk
menentukan validasi metode penentuan
kadar parasetamol dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Visible.
Penentuan Ketelitian (presisi)
Ketelitian atau presisi adalah ukuran
yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran
hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-
sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan
sebagai repeatability (keterulangan) atau
reproducibility (ketertiruan). Repeatability
y = 0,0794x + 0,0311R² = 0,9947
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0 2 4 6 8 10 12
Ab
so
rba
ns
i
Konsentrasi (ppm)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
196
adalah keseksamaan metode jika dilakukan
berulang kali oleh analis yang sama pada
kondisi sama dan dalam interval waktu yang
singkat. Reproducibility adalah keseksamaan
metode jika dikerjakan pada kondisi yang
berbeda. Nilai presisi dihitung menggunakan
standar deviasi (SD) untuk menghasilkan
Relative Standard Deviasion (RSD) atau
Coeficient Variation (CV). Kriteria seksama
diberikan jika metode memberikan nilai
%RSD ≤2%. Semakin kecil nilai standar
deviasi yang diperoleh, maka makin kecil pula
nilai koefisien variasinya (Riyadi, 2009). Hasil
penentuan presisi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Uji Presisi Parasetamol
Pengulangan Absorbansi
1 0,683
2 0,688
3 0,690
4 0,692
5 0,692
6 0,693
7 0,694
8 0,695
9 0,696
10 0,699
∑(𝐱 − �̅�)² 0,0284
SD 0,0562
%RSD 0,6749%.
Berdasarkan data pada Tabel 1
menunjukkan bahwa nilai standar deviasi
yang diperoleh sebesar 0,0562 dan nilai %
standar deviasi relative (%RSD) sebesar
0,6749%. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa metode uji yang digunakan pada
validasi metode penentuan kadar
parasetamol dalam sampel tablet obat
dengan menggunakan spektrofotometri UV-
Visible memenuhi syarat nilai %RSD yang
diterima. Nilai presisi dapat memberikan
informasi bahwa metode ini dapat digunakan
sebagai metode tetap yang digunakan pada
laboratorium.
Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas
Kuantitasi (LOQ)
Limit of Detection (LOD) atau batas
deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi
terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai
dengan nilai sebenarnya. Limit of Quantitation
(LOQ) atau batas kuantitasi adalah jumlah
analit terkecil dalam sampel yang dapat
ditentukan secara kuantitatif pada tingkat
ketelitian dan ketepatan yang baik. Batas
kuantitasi merupakan parameter pengujian
kuantitatif untuk konsentrasi analit yang
rendah dalam matriks yang kompleks dan
digunakan untuk menentukan adanya
pengotor atau degradasi produk. Hasil dari
penentuan nilai LOD dan LOQ dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Data nilai LOD dan LOQ
Parameter Nilai
∑(y − yi̅)² 0,0014
Sy/x 0,0216
LOD (mg/L) 0,8161
LOQ (mg/L) 2,7204
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa nilai LOD yang diperoleh yaitu sebesar
0,8161 mg/L yang artinya pada kosentrasi
tersebut masih dapat dilakukan pengukuran
sampel yang memberikan hasil ketelitian
suatu alat berdasarkan tingkat akurasi
individual hasil analisis. Sedangkan, harga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
197
LOQ sebesar 2,7204 mg/L yang artinya pada
kosentrasi tersebut bila dilakukan pengukuran
masih dapat memberikan kecermatan
analisis.
Penentuan Ketepatan (akurasi) dengan
Spike Matriks
Akurasi dari suatu metode analisis
adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh
dengan prosedur tersebut dari nilai yang
sebenarnya. Akurasi merupakan ukuran
ketepatan prosedur analisis (Rohman, 2007).
Kecermatan dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (%Recovery) analit yang
ditambahkan. Hasil penentuan akurasi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Penentuan Ketangguhan Metode
Ketangguhan metode adalah derajat
ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari
analisis sampel yang sama dalam berbagai
kondisi uji normal, seperti laboratorium,
analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu,
hari yang berbeda, dan lain-lain.
Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai
tidak adanya pengaruh perbedaan operasi
atau lingkungan kerja pada hasil uji (Rohman,
2007). Penentuan ketangguhan metode
dilakukan dengan mengukur serapan larutan
sampel pada panjang gelombang maksimum,
panjang gelombang maksimum +1, dan pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil rata-
rata %recovery yang diperoleh yaitu sebesar
106,9507%. Menurut Harmita (2004), range
nilai persen (%) recovery analit yang dapat
diterima adalah 90-110%. Range tersebut
bersifat fleksibel tergantung dari kondisi analit
yang diperiksa berdasarkan jumlah sampel
dan kondisi laboratorium. Nilai %recovery
yang diperoleh masuk dalam range yang
dapat diterima yaitu 90-110%, sehingga dapat
dikatakan metode ini memiliki akurasi yang
baik.
panjang gelombang maksimum -1.
Pengulangan Abs Konsentrasi (mg/L) %recovery
𝐂𝐚 − 𝐂𝐛
𝐂 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
Sampel Spike Sampel Spike Standar
1 0,230 1.587 2,5050 19,5957 16 106,8168%
2 0,230 1.587 2,5050 19,5957 16 106,8168%
3 0,231 1.589 2,5176 19,6209 16 106,8956%
4 0,233 1.589 2,5428 19,6209 16 106,7381%
5 0,233 1.594 2,5428 19,6839 16 107,1319%
6 0,235 1.594 2,5680 19,6839 16 106,9744%
7 0,236 1.596 2,5806 19,7091 16 107,0531%
8 0,236 1.596 2,5806 19,7091 16 107,0531%
9 0,238 1.597 2,6058 19,7217 16 106,9744%
10 0,239 1.599 2,6184 19,7469 16 107,0531%
Rata-rata = 106,9507%
Tabel 3. Data Penentuan Akurasi dengan Spike Matriks
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
198
Hasil penentuan ketangguhan metode
menunjukkan bahwa nilai %RSD yang
diperoleh pada panjang gelombang 246 nm
sebesar 0,4451%, panjang gelombang 247
nm yang merupakan panjang gelombang
maksimum diperoleh %RSD sebesar
1,5880% dan pada panjang gelombang 248
nm diperoleh %RSD sebesar 0,4411% yang
artinya bahwa metode uji yang digunakan
pada validasi metode penentuan kadar
parasetamol dalam sampel obat dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Visible
memiliki ketangguhan karena telah memenuhi
syarat nilai %RSD yang diterima. Kriteria
seksama diberikan jika metode memberikan
nilai %RSD ≤2% (Riyadi, 2009). Data hasil
penentuan ketangguhan metode dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Penentuan Ketangguhan Metode
Nilai hitung Abs246
nm Abs247
nm Abs248
nm
0,253 0,230 0,255
0,253 0,230 0,255
0,253 0,231 0,255
0,254 0,233 0,256
0,254 0,233 0,256
0,254 0,235 0,256
0,254 0,236 0,256
0,255 0,236 0,257
0,255 0,238 0,257
0,256 0,239 0,258
∑(𝐱 − �̅�)² 0,0014 0,0148 0,0014
SD 0,0125 0,0406 0,0125
%RSD 0,4451% 1,5880% 0,4411%
Syarat keterterimaan
≤2% ≤2% ≤2%
Uji Selektivitas (spefisifitas)
Uji selektivitas bertujuan untuk
mengetahui perubahan bentuk kurva maupun
pergeseran panjang gelombang parasetamol
tersebut terhadap akibat penambahan
senyawa yang ada dalam sampel obat
sediaan tablet tersebut. Hasil pengukuran
spektra UV standar dan sampel uji yang
diperoleh dari penentuan selektivitas ini dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran Spektra UV Standar dan Sampel pada panjang Gelombang 200-400 nm
Grafik spektra UV pada Gambar 4
menunjukkan spektra UV untuk standar
parasetamol memiliki panjang gelombang
247 nm dengan peak sebesar 0,510 serta
spektra UV untuk sampel memiliki panjang
gelombang 248 nm dengan besar peak
0,258 dan panjang gelombang 362 nm
dengan besar peak 0,036. Adanya dua
puncak spektra UV yang berbeda dalam
sampel tersebut dikarenakan dalam sampel
uji mengandung lebih dari satu jenis zat aktif
obat. Berdasarkan hasil perbandingan kedua
spektra UV menunjukkan kedekatan hasil
antara spektra UV sampel yaitu pada panjang
gelombang 248 nm dengan spektra UV
standar pada panjang gelombang 247 nm.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel
mengandung parasetamol sehingga metode
analisis memiliki selektivitas yang baik dalam
pengukuran. Hasil yang diperoleh juga
menunjukkan terjadinya pergeseran panjang
gelombang parasetamol dari 247 nm ke arah
panjang gelombang yang lebih besar yaitu
362.0
247.0
248.0
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
200 250 300 350 400 450
Ab
so
rba
ns
i
Panjang Gelombang (nm)
Spektra UV Standar Spektra UV Sampel
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
199
248 nm (pergeseran batokromik) yang
disertai dengan penurunan intensitas serapan
yang disebut dengan efek hipokromik.
Penentuan Kadar Parasetamol
Penentuan kadar parasetamol
dilakukan dengan cara mengukur larutan
sampel uji yang diduga mengandung
parasetamol pada panjang gelombang
maksimum yaitu 247 nm dengan
pengulangan sebanyak 10 kali. Penetapan
kadar ini bertujuan untuk menjamin mutu
serta keamanan suatu produk obat. Pada
penetapan kadar parasetamol ini digunakan
Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi
untuk melihat kosentrasi terendah yang masih
dapat terdeteksi oleh suatu alat. Hasil
penentuan kadar parasetamol dapat dilihat
pada Tabel 5.
Data pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa nilai perolehan kadar rata-rata
parasetamol dalam sampel obat sediaan
tablet dengan merk dagang yaitu sebesar
408,686 mg. Menurut Werner, dkk (2010)
bahwa besarnya kadar parasetamol dalam
sediaan tablet yaitu 500. Hasil rata-rata kadar
parasetamol yang diperoleh yaitu kurang dari
besarnya kadar yag seharusnya ada dalam
obat sediaan tablet tersebut. Sedangkan
persentase kadar parasetamol yang diperoleh
sebesar 63,28%. Menurut persyaratan
Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun
1995, bahwa besarnya kadar zat aktif
senyawa obat dalam sebuah obat yaitu tidak
kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Hasil yang diperoleh dari pengujian ini
menunjukkan ketidaksesuaian antara hasil
pengujian dengan standar yang telah
ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi
ketidaksesuain hasil pengujian yaitu terdapat
pada pelarut yang digunakan dalam
pengujian yaitu etanol 96%. Etanol termasuk
dalam pelarut organik yang mudah menguap
sehingga sebelum pengukuran sampel
dengan alat spketrofotometer dimungkinkan
Pengulangan Abs Konsentrasi
(mg/L) Kadar
sampel (mg) Kadar sampel
(%) Keterangan
1 0,230 2,5050 400,43 62,005% Terdeteksi
2 0,230 2,5050 400,43 62,005% Terdeteksi
3 0,231 2,5176 402,44 62,317% Terdeteksi
4 0,233 2,5428 406,47 62,941% Terdeteksi
5 0,233 2,5428 406,47 62,941% Terdeteksi
6 0,235 2,5680 410,50 63,564% Terdeteksi
7 0,236 2,5806 412,51 63,876% Terdeteksi
8 0,236 2,5806 412,51 63,876% Terdeteksi
9 0,238 2,6058 416,54 64,500% Terdeteksi
10 0,239 2,6184 418,56 64,812% Terdeteksi
Rata-rata kadar sampel 408,686 mg 63,28%
Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol pada Sediaan Tablet
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
200
sebagian zat aktif parasetamol dalam larutan
sampel telah menguap bersama dengan
pelarut etanol tersebut yang menyebabkan
hasil penyerapannya berkurang serta
kurangnya faktor penggocokkan sebelum
larutan sampel hendak diukur juga
mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam
pengujian, sebab larutan harus benar-benar
homogen agar didapatkan hasil yg maksimal
dalam pengujian.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Kadar parasetamol yang diperoleh
dalam sampel tablet obat sebesar
408,686 mg dengan persentase kadar
sebesar 63,28%. Sehingga kadar yang
terdapat dalam sampel obat tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
2) Metode spektrofotometri UV-Visible yang
digunakan dalam penelitian telah
memenuhi parameter yang telah
ditetapkan dalam uji validasi sehingga
metode ini dapat diterapkan untuk
analisis penetapan kadar parasetamol di
suatu laboratorium.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian validasi
metode dan penetapan kadar parasetamol
dalam sediaan tablet secara spektrofotometri
UV-Visible, maka penulis menyarankan
bahwa perlu dilakukan penelitian dan
pengembangan lebih lanjut terkait metode
spektrofotometri UV-Visible untuk lebih
memaksimalkan penggunaan metode
tersebut dalam penetapan kadar parasetamol
pada sediaan tablet di laboratorium.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis pada kesempatan ini
mengucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada Yth:
1. Orang tua yang telah membantu baik moril
maupun materi.
2. Ibu Puji Kurniawati, S.Pd.Si.,M.Sc. selaku
dosen pembimbing penelitian.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.04.1.33.12.11.09937 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Jakarta: BPOM
Chan, Chung Chown., Herman Lam, Y. C. Lee, Xue Ming Zhang (ed), 2004, Analitical Method Validation and Instrument Performance Verification, John Willey & sons, Inc Publication, New Jersey.
Day, R.,A., dan Underwood, A.,L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif , Edisi Keenam, diterjemahkan oleh: Iis Sopyan, Jakarta: Erlangga.
Day, R. A., Underwood, A. L., 1996, Kimia Analisis Kuantitatif, Edisi Kelima, diterjemahkan oleh: Pudjaatmaka, A.H, Jakarta: Erlangga.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Duckett, S. D., dan Gilbert, B. 2000, Foundation of Spectroscopy.Oxford, UK: University Oxford Press.
Ermer, J., dan Miller, J.H.McB, 2005, Method Validation in Pharmaceutical Analysis, A Giude to Best Practice, Weinheim: Wiley-VchVerlag GmbH dan Co. KGaA. Halaman 253.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA FMIPA UNESA Surabaya, 7 Oktober 2017 ISBN : 978-602-0951-15-7
2017
201
Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, didalam: Majalah Ilmu Kefarmasian, Desember. Vol. 1, No.3, pp. 117 – 135. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA-UI.
Ibrahim, T., Agnihotri, S., Agnihotri, A.K., 2013, Paracetamol Toxicity-An Overview. Emergency Med, Vol. 3: 158.
International Conference on Harmonization (ICH), 2005, Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1), tersedia di http://www.ich.org, diakses pada tanggal 12 April 2017.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, diterjemahkan oleh: A. Saptorahardjo, Jakarta: UI Press.
Rachdiati, H., Hutagaol, R. P., dan Rosdiana, E, 2008, Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi, Jurnal Nusa Kimia, Vol.8 No.1.
Rahayu, I., 2009, Praktis Belajar Kimia untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta : Visindo Media Persada.
Riyadi, W, 2009, Validasi Metode Analisis, tersedia di http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/valid
asi-metode-analisis/, diakses pada tanggal 12 April 2017.
Rohman, A. 2007, Kimia Farmasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Skoog, D., dan West, D., 1971, Principles of Instrumental Analysis, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc
Skoog, D., West, D., dan Holler, 1994, Analitical Chemistry (An Introduction), 6th Ed, 383-432, Sounders College Publishing, Philadelphia.
Sumardi, 2005, Tinjauan Umum Validasi metode Analisis, Pusat Penelitian Kimia: LIPI Bandung.
Tetrasari dan Hermini., 2003, Validasi Metode Analisis. Pusat Pengkajian Obat dan Makanan BPPOM.
Tulandi, G. P., Sudewi, S., Lolo, W. S., 2015, Validasi Metode Analisis untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet, PHARMACON, Vol. 4, hal. 169-17.
Werner, D., Thuman, C., Maxwell, J., 2010, Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter (Where There Is No Doctor). Yogyakarta: C.V Andi Offset (Penerbit Andi).
Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat. Yogyakarta: Kreasi Wacana.