proposal ptk umt

45
“UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM MATERI ALJABAR MELALUI METODE CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) KELAS VII A LEMBAGA BIMBEL SANDLEWOOD LEARNING CENTER ” Disusun oleh: Tiya Inggriyani Setiyo Alfonsus Delekori Erlina Ayunigtiyas Titin Khusnul. K Tubagus Alamsyah Semester/Kelas : 6 / B3 Dosen pembimbing : Ateng Suherman, M.pd Program studi pendidikan matematika Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah tangerang 2013/2014

Upload: inggri-tiya-inggriyani-setiyo

Post on 24-Nov-2015

118 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TUgas Kelompok 2 6.B3 2013-2014

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM MATERI ALJABAR MELALUI METODE CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) KELAS VII A LEMBAGA BIMBEL SANDLEWOOD LEARNING CENTER

Disusun oleh: Tiya Inggriyani Setiyo Alfonsus Delekori Erlina Ayunigtiyas Titin Khusnul. K Tubagus Alamsyah

Semester/Kelas : 6 / B3Dosen pembimbing : Ateng Suherman, M.pd

Program studi pendidikan matematika Fakultas keguruan dan ilmu pendidikanUniversitas muhammadiyah tangerang2013/2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa dalam Materi Aljabar melalui Metode CTL ( Contextual Teaching and Learning) kelas VII Lembaga Bimbel SLC (Sandlewood Learning Centre). Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh pembalajaran dalam tindakan kelas. Pembuatan proposal ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Edi Riadi, M.Pd selaku Wakil Dekan 1 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 2. Bapak Drs. Hairul Saleh, M.Si selaku Kepala Prodi Pendidikan Matematika.3. Bapak Ateng Suherman, M.Pd selaku dosen pembimbing yang membimbing, mengarahkan dan memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak Romanus Remigius, S.S selaku Pimpinan Lembaga Bimbel SLC yang telah memberi izin untuk kami melakukan penelitian di Lembaga Bimbel SLC Kota Tangerang Selatan.5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya proposal ini dan tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan dari semua pihak di atas mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan pada khususnya dan dunia keilmuan pada umumnya. Wassalamualaikum Wr.Wb. Tangerang, 12 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... iDaftar Isi .................................................................................................................................. iiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................................................. 1B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 4C. Pembatasan Masalah .................................................................................................... 5D. Perumusan Masalah ...................................................................................................... 5E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5F. Menfaat Penelitian ........................................................................................................ 6BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Pengertian Belajar ........................................................................................................ 7B. Pengertian Aljabar ...................................................................................................... 10C. Pengertian Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ...................... 13BAB III METODE PENELITIANA. Pendekatan Penelitian ................................................................................................ 19B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan ................................................................ 20C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................... 21D. Subjek Penelitian ........................................................................................................ 22E. Instrumen Penelitian ................................................................................................... 22F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 27G. Teknik Analisis Data .................................................................................................. 27H. Prosedur Penelitian ..................................................................................................... 27DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 29

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia bertumbuh melalui belajar. Karena itu, sebagai pengajar kalau ia berbicara tentang belajar, tidak dapat melepaskan diri dari mengajar. Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan adalah matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang tujuan pengajarannya adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dan mengkaitkan antar konsep serta mampu menggunakan konsep-konsep itu dalam metode ilmiah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan bagi siswa, namun matematika sangat penting untuk diajarkan di sekolah. Karena matematika merupakan ilmu yang mendasari berbagai disiplin dan perkembangan teknologi modern. Untuk mencapai tujuan tertentu atau komptensi dalam pembelajaran matematika, diharapkan guru / pendidik memiliki kemampuan yang yang diperlukan dalam mengemban tugas sebagai guru.Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan semacam itu sistem pendidikan harus berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang bedasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Atas dasar hal tersebut, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) hingga dewasa untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Pengajaran matematika di setiap jenjang pendidikan, mengacu pada dua tujuan pokok, yaitu tujuan formal dan tujuan material.(Permendiknas, No.22 tahun 2006).Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Diantara berbagai masalah yang ada, diantaranya adalah masalah kualitas/ hasil belajar. Hasil belajar merupakan topik permasalahan yang sangat menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan dalam pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila adanya perubahan tingkah laku siswa yang positif, dalam proses belajar mengajar dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.Mengingat besarnya peranan matematika dalam kehidupan tersebut, diharapkan matematika dapat menjadi pelajaran yang disenangi oleh semua siswa. Namun pada kenyataannya, sebagian besar siswa tidak menyukai matematika dan menjadikannya sebagai salah satu pelajaran yang menakutkan.Berdasarkan observasi awal (tanggal 1 April 2014) di lembaga Bimbel Sanlewood Learning Center, berupa pemberian angket yang berisi sejumlah pertanyaan terhadap siswa kelas VII yang berjumlah 10 orang, menunjukkan bahwa 69,5% siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang kurang menarik dan sulit untuk dipahami, terlihat bahwa selama proses pembelajaran, siswa tampak tidak termotivasi belajar dan cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Mereka hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru tanpa memberikan umpan balik berupa pertanyaan ataupun tanggapan. Mereka tampak tidak termotivasi untuk belajar. Dari hasil observasi tersebut, tampak bahwa siswa dalam pembelajaran matematika tidak mendapat motivasi ekstrinsik dari lingkungan belajarnya. Pembelajaran matematika yang disajikan kurang menarik dan tidak diterangkan secara jelas. Hasilnya, siswa tidak termotivasi dalam belajar. Maka, dalam pembelajaran matematika perlu diperhatikan motivasi ekstrinsik pada diri siswa. Inilah yang seharusnya menjadi fokus utama bagi guru dalam menjalankan kegiatan pembelajaran.Selain itu, hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa cukup rendah. Abdurrahman (2003:37) menyatakan : Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran dan tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah berhasil mencapai tujuantujuan pembelajaran. Sudjana (2003:3) juga menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang timbul misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru perubahan dalam sikap, emosional dan perubahan jasmani.Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bloom (dalam Arikunto, 2006:117) : Hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dibedakan karena ciri-cirinya yang berbeda. Kognitif berhubungan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Afektif berhubungan dengan pengembangan perasaan dan sikap siswa. Sedangkan psikomotorik berhubungan dengan cara siswa pada waktu mengembangkan hasil belajar tersebut. Dengan demikian, dapatlah seseorang dikatakan berhasil belajar matematika apabila dalam diri seseorang itu terjadi suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Hal ini dipandang masuk akal, karena seperti dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (dalam Djamarah, 2008 : 200) bahwa banyak bakat tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terdugaSalah satu faktor yang juga menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah metode pengajarannya yang tidak sesuai. Selama ini, metode pengajaran yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran adalah metode pengajaran konvensional yang terpusat pada guru (teacher centered). Siswa hanya bisa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tanpa ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Ditambah lagi materi ajar matematika yang cenderung abstrak, membuat siswa kesulitan dalam belajar. Metode pengajaran yang tidak tepat akan berakibat pada motivasi dan keinginan belajar siswa yang menjadi rendah. Tidak termotivasinya siswa dalam belajar matematika dapat berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran inovatif yang dapat mencakup seluruh aspek dan memenuhi kebutuhan belajar siswa sehingga mereka dapat termotivasi belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja sama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Di dalam kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif, murid yang berusaha keras, selalu hadir di kelas, dan membantu yang lainnya belajar akan dipuji dan didukung oleh teman satu timnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Model pembejaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini didasarkan pada hasil penelitianJohn Dewey(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknyaWashington State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa dalam Materi Aljabar melalui Metode CTL ( Contextual Teaching and Learning) kelas VII Lembaga Bimbel SLC (Sandlewood Learning Centre).

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa identifikasi masalah maka dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami. 2. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum efektif. 3. Kegiatan belajar mengajar yang diterapkan guru kurang melibatkan siswa 4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.5. Metode yang digunakaan oleh guru kurang bervariatif.6. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika kurang antusias.

C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan adanya beberapa masalah yang teridentifikasi, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe CTL untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika. b. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe CTL upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Aljabar pada siswa/i SMP Kelas 7.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana kategori pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL).2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa SMP Kelas VII di Bimbel Sandlewood Learning Center dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL). 3. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL).

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut : 1. Bagi siswa sebagai pemicu motivasi belajar sehingga dapat belajar matematika dengan giat dalam suasana permainan yang menyenangkan. 2. Bagi guru sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mengajar. 3. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan menyetujui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL) di sekolah yang bersangkutan. 4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam menjalankan tugas sebagai pengajar kelak.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIA. Kajian Teori 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif dan guru menjadi motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan pembelajar dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan belajarnya (Rasyid, 2008 : 67)Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswabagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.a. Evaluasi Belajar Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu proses yang sistematik dan sinambung, untuk mengetahui sampai sejauhmana efisiensi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan dengan tujuan-tujuan. Hal yang dievaluasi adalah karakteristik-karakteristik dari siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan, inteektual, akal), afektif (sikap, minat, motivasi, emosional), dan psikomotorik (keterampilan, gerak, tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi melalui lisan, tertulis, maupun perbuatan.1) Tujuan EvaluasiSesuai dengan fungsi evaluasi yang telah dikemukakan, evaluasi mempunyai tujuan seperti berikut ini:

- Dalam fungsi evaluasi sebagai alat seleksi terkandung didalamnya tujuan evaluasi, yaitu untuk mendapatkan calon siswa pilihan yang cocok dengan suatu jurusan dan jenjang pendidikan tertentu. - Dalam fungsi evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan dan diagnostik terkandung didalamnya tujuan evaluasi, yaitu untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan, perlu dicari faktor penyebab yang menghambat tersebut. Selanjutnya dapat dicari jalan untuk mengatasinya. - Dalam fungsi evaluasi sebagai alat penempatan terkandung didalamnya tujuan evaluasi, yaitu untuk menentukan pendidikan lanjutan siswa agar sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

2) Fungsi dan kedudukan EvaluasiBeberapa fungsi dari evaluasi adalah sebagai berikut :- evaluasi pembelajaran sangat baik digunakan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada saat pembelajaran yang telah berlangsung. Dengan mengetahui kekurangan pembelajaran yang terdahulu maka seorang tenaga pendidi akan dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran yang selanjutnya- sebagai dasar perencanaan kegiatan pembelajaran yang akan datang. Seorang tenaga pendidik dapat menjadikan hasil evaluasi pembelajaran tersebut sebagai dasar penentuan target yang hendak dicapai pada pembelajaran.Kedudukan dari evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar berada sebelum, selama, dan sesudah kegiatan belajar berlangsung. Sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, evaluasi dilakukan oleh pihak sekolah, terutama guru. Hal-hal yang dievaluasi diantaranya meliputi calon siswa mengenai usia kematangan kognitif, kondisi fisik, dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah. Pelaksanaan evaluasi bisa melalui tes tertulis, lisan, perbuatan, ataupun dengan pertimbangan melalui pengamatan atau observasi. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, evaluasi dilakukan dalam interval waktu pelajaran dimulai hingga saat berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Interval waktu itu dapat dihitung dalam satuan pendek satu kali pertemuan, dan dalam satuan panjang satu semester. Selama kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, hendaknya guru mengevaluasi setiap langkah atau kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pelaksanaan evaluasi bisa melalui tanya jawab lisan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, quiz, tes sub formatif, atau minimal instropeksi diri. Sesudah kegiatan belajar mengajar berlangsung, dapat dilaksanakan evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar siswa, baik individual maupun kelompok. Dari hasil eavluasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kelebihan siswa dalam memahami konsep-konsep yang telah dipelajari, selanjutnya dapat dilaksanakan pengajaran remedial.b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswaFaktor yang mempengaruh hasil belajar ada dua yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa, dan faktor yang datang dari luar individu siswa.A.Faktor internal anak meliputi :- Faktor psikis, kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.- Faktor psikologis, faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1)Intelegensi, (2)sikap, (3)bakat, (4)minat, dan (5)motivasi B.Faktor eksternal anak meliputi :- Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas.- Faktor lingkungan nonsosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.- Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode, model dan media pembelajaran yang digunakan.

2. Pengertian Aljabara. Pengertian AljabarAljabar adalah cabang matematika yang dapat dicirikan sebagai generalisasi dari bidang aritmatika. Aljabar berasal dari Bahasa Arab "al-jabr" yang berarti "pertemuan", "hubungan" atau "penyelesaian". Aljabar juga merupakan nama sebuah struktur aljabar abstrak, yaitu aljabar dalam sebuah bidang. Penemu aljabar adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi. Jadi Aljabar adalah cabang matematika yang mempelajari penyederhanaan dan pemecahan masalah menggunakan huruf-huruf tertentu. Dalam aljabar, huruf-huruf di pakai untuk mewakili bilangan. Contohnya, huruf x di gunakan untuk mewakili bilangan yang ingin di ketahui. Matematikawan menggunakan aljabar untuk memecahkan masalah dan mencari pola-pola bilangan.

b. Suku-suku AljabarSuku merupakan variabel koefisien atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan dengan operasi jumlah atau selisih.Suku-suku sejenis merupakan suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel yang sama. contoh : 5x dan -3x, 2a dan a, y dan 6ySuku-suku tak sejenis merupakan suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel yang tidak sama. contoh : 2x dan 3x, -7y dan -xSuku satu merupakan bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi jumlah dan selisih. contoh : 2x, 4y, Suku dua merupakan bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih. contoh : 2x-4y, a-5, Suku tiga merupakan bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi jumlah atau selisih. contoh : 2x+3x-1, 3x+4yVariabel/peubah adalah lambang pengganti suatu bilangan yang nilainya belum diketahui dengan jelas, biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, , z. Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar dan berupa bilangan serta tidak memuat variabel.c. Operasi Aljabar1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk AljabarOperasi ini hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis.2. PerkalianPada perkalian bilangan bulat berlaku sifat distributif a(b+c)=ab+ac dan a(b-c)=ab-ac. Sifat ini juga berlaku untuk bentuk aljabar.3. PerpangkatanDalam bilangan bulat Operasi perpangkatan dapat diartikan sebagai perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Hal yang sama berlaku untuk aljabar, pada perpangkatan aljabar koefisien tiap suku ditentukan menurut segitiga pascal.

4. PembagianHasil dari pembagian dua buah bentuk aljabar diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan faktor sekutu dari masing-masing selanjutnya melakukan pembagian pada pembilang dan penyebutnya.

3.Pengertian Metode Pembelajaran Contextual Teaching and LearningPembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilahContextual Teaching Learning(CTL).Katacontextualberasal dari katacontexyang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan. Dengan demikiancontextualdiartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks). SehinggaContextual Teaching Learning(CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitianJohn Dewey(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknyaWashington State Consortum for Contextualoleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaranContextual Teaching Learning(CTL) dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:CTLKonvensional

Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;

Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin);Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu;

Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan;

Menerapkan penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah;Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang

Karakteristik PendekatanContextual Teaching Learning(CTL)Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

1. Konstruktivisme (Constructivism)Setiap individu dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :1) Mengandung pengalaman nyata (Experience);2) Adanya interaksi sosial (Social interaction);3) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);4) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.

2.Bertanya (Questioning)Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasisinquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;2) Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;3) Membangkitkan respon kepada siswa;4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;6) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

3.Menemukan (Inquiry)Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :1) Merumuskan masalah ;2) Mengajukan hipotesis;3) Mengumpulkan data;4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;5) Membuat kesimpulan.Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.

4.Masyarakat belajar (Learning Community)KonsepLearning Communitymenyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).

5.Pemodelan (Modeling)Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.

6.Refleksi (Reflection)Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;2. Catatan atau jurnal di buku siswa;3. Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

7.Penilaian yang sebenarnya (AuthenticAssessment)Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.Karakteristikauthentic assessmentmenurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagaifeedback.Authentic assessmentbiasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif (Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan penelitian ada pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna.Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan menurut T. Raka. J (1998 : 5), Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan , yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan penelitian ini.Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kurt Lewin. Tahap-tahapnya adalah perencanaan, tindakaan, observasi, refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa siklus.Tahap tahap tersebut dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini.

Model kurt lewin

Aksi Perencanan Refleksi Observasi

Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas, selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yng akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus.

Aksi Observasi Perencanaan Perencanaan Aksi Aksi Perencanaan Observasi Observasi

B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.Dalam penelitian ini, peneliti sebagai guru, disamping berperan sebagai pengumpul dan penganalisis data di lapangan, peneliti juga berperan secara langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian. Selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh seorang teman satu kelompok sebagai observer.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Bimbel Sandlewood Learning Center. Alasan pemilihan lokasi penelitian di sekolah ini dikarenakan peneliti sebagai guru bimbingan belajar di lembaga tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu beberapa pertemuan.NoKegiatanBulan

AprilMeiJuni

123412341234

1Persiapan

a. Menyusun RPP

b. Membuat Perangkat Pembelajaran

c. Membuat Media

d. Menyusun Jadwal

e. Meyusun Instrumen

2Pelaksanaan

a. Melaksanakan Siklus I

b. Membuat Laporan Siklus I

c. Melaksanakan Siklus II

d. Membuat Laporan Siklus II

e. Melaksanakan Siklus III

f. Membuat Laporan Siklus III

3Pelaporan

a. Membuat LaporanGabungan Siklus I, II, dan III

b. Menganalisis Hasil BelajarSiswa Siklus I, II, dan III

D. Subjek PenelitianSumber data penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Bimbel Sandlewood Learning Center Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 12 orang siswa. Alasan pemilihan kelas ini dikarenakan peneliti sebagai guru bimbingan pada kelas tersebut dan teman-teman kelompok peneliti sebagai obsevernya.

E. Instrumen PenelitianDalam penelitian ini, instrumen yang digunakan peneliti adalah angket, serta tes matematika pada tiap siklus.

ANGKET

1. Apakah persentasi dengan menggunakan alat peraga yang diasajikan guru tadi mempunyai desain menarik ?Jawaban:Alasan :Kritik / saran :

2. Apakah persentasii dengan menggunakan alat peraga yang disajikan oleh guru tadi dapat dipahami dengan mudah dari tempat dudukmu ?Jawaban:Alasan :Kritik / saran :

3. Apakah ada komponen persentasi alat peraga yang tidak dapat menyampaikan pesan pembelajaran ?Jawaban:Alasan :Kritik / saran :

4. Apakah materi yang diberikan oleh guru dengan model pembelajaran tadi mudah di pahami ?Jawaban:Alas an :Kritik / saran :

LEMBAR OBSERVASI(komponen siswa)

NoHal yang diamatiSkorCatatan

1234

1Keaktifan siswa dikelas

a. siswa memperhatikan guru menjelaskan

b. siswa aktif mencatat materi pelajaran

c. siswa aktif bertanya

d. siswa aktif memberikan ide dalam diskusi

2perhatian siswa

a. diam dan tenang

b. terfokus pada materi

c. antusias

3Kedisiplinan

a. kehadiran

b. datang tepat waktu

c. pulang tepat waktu

4Penguasaan

a. mengerjakan seluruh tugas

b. mengerjakan sesuai dengan perintah

Jumlah

Keterangan:4 : Sangat Baik3 : Baik2 : Tidak Baik1 : Sangat Tidak Baik

LEMBAR OBSERVASI(komponen Guru)

NoHal yang DiamatiSkorCatatan

1234

1penguasaan materi

a. kelancaran menjelaskan materi

b. kemampuan menjawab pertanyaan

c. keragaman pemberian contoh

2Sistematika penyajian

a. ketuntasan uraian materi

b. uraian mengarah pada tujuan

c. uraian sesuai dengan SKKD

3penerapan metode pembelajaran

a. ketepatan pemilihan metode

b. kesesuaian urutan sintaks dengan metode

c. mudah diikuti oleh siswa

4penggunaan metode

a. ketepatan menggunakan media

b. keterampilan mengguakan media

c. media dapat memperjelas materi

5Penampilan

a. kejelasan suara yang diucapkan

b. kekomunikatifan guru dengan siswa

c. keluwesan guru dengan siswa

6pemberian motivasi

a. antusias guru mengajar

b. kepedulian terhadap siswa

c. ketepatan pemberian penghargaan

Jumlah

Keterangan:4 : Sangat Baik3 : Baik2 : Tidak Baik1 : Sangat Tidak Baik

LEMBAR OBSERVASI(komponen materi)

NoHal yang DiamatiskorCatatan

1234

1kesesuaian dengan kurikulum

a. sesuai dengan SK yang tercantum pada silabus

b. sesuai dengan KD yang tercantum di RPP

c. sesuai dengan tujuan pembelajaran

2sistematika penyampaian

a. sesuai dengan urutan

b. mengikuti induktif dan deduktif

c. penyajian menunjuk dari konkrit ke abstrak

3Urgensi

a. sangat di butuhkan oleh siswa

b. dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

c. diujikan dalam UAN

4Menarik

a. di dukung dengan media yang sesuai

b. metode menyenangkan

c. dapat di respawn secara antusias

Jumlah

Keterangan:4 : Sangat Baik3 : Baik2 : Tidak Baik1 : Sangat Tidak Baik

F. Teknik Pengumpulan DataProsedur pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes kepada sumber data, melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian di lapangan, dan memberikan angket kepada sumber data.

G. Teknik Analisis DataDari hasil belajar akan dianalisis dengan statistik deskriptif seperti mean, peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari kenaikan rata-rata dari siklus kesiklus.

H. Prosedur PenelitianSiklus 1 : Rencana Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Membuat perangkat pembelajaran. Membuat media. Menyusun jadwal. Menyusun instrumen. Tindakan / Pelaksanaan Terjun langsung ke lapangan yaitu di kelas. Memberikan materi pembelajaran dengan metode CTL. Observasi Mengamati dan mencatat kejadian yang berlangsung selama proses pembelajaran. Refleksi Berkumpul bersama untuk membicarakan kejadian yang telah berlangsung di kelas dan mengevaluasinya agar pada siklus berikutnya lebih baik. Siklus 2 : ( Perbaikan dari siklus pertama ) Rencana Tindakan / Pelaksanaan Terjun langsung ke lapangan yaitu di kelas. Memberikan materi pembelajaran dengan metode CTL. Observasi Mengamati kejadian yang berlangsung selama proses pembelajaran. Refleksi Berkumpul bersama untuk membicarakan kejadian yang telah berlangsung di kelas dan mengevaluasinya agar lebih baik.Siklus 3 : (Perbaikan dari siklus 2) Rencana Tindakan / Pelaksanaan Terjun langsung ke lapangan yaitu di kelas. Memberikan materi pembelajaran dengan metode CTL. Observasi Mengamati kejadian yang berlangsung selama proses pembelajaran. Refleksi Berkumpul bersama untuk membicarakan kejadian yang telah berlangsung di kelas dan mengevaluasinya agar pada siklus berikutnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKAAnitah, Sri. (2011). Strategi Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka.Djamarah, Syaiful Bahri. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.Purwanto Ngalim,M. (2005). Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Jakarta :Ramadja Karya.Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.Suharsimi Arikunto. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Askara.