proposal new 2012 peranan komunikasi pimpinan dalam meningkakan prestasi kerja pegawai di kelurahan...
DESCRIPTION
SKRIPSITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk
saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar
pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam
kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah
baik formal maupun informal.
Komunikasi merupakan peristiwa sosial yang paling dominan terjadi
dalam kehidupan manusia. Komunikasi berperan sangat penting manakala
manusia ingin berinteraksi dengan manusia lainnya dan terus berkembang
menjadi komunikasi yang sangat modern dan canggih. Perkembangan dan
pentingnya komunikasi pada saat ini dapat dibuktikan dengan perangkat-
perangkat komunikasi yang sudah semakin canggih dan relatif sudah menyebar di
setiap lapisan masyarakat.
Selain dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi juga sangat berperan
dalam kehidupan berorganisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil, dan begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, komunikasi diharapkan efektif sesuai dengan tujuan organisasi yang
direncanakan.
1
1
Efektifitas komunikasi dapat dinilai dari kinerja sumber daya manusia
dalam organisasi. Unsur penting dalam peningkatan kinerja dalam organisasi
adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, produktifitas, memiliki
etos kerja yang tinggi, dan mampu memberikan kontribusi optimal kepada
perusahaan. Untuk mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan tersebut, organisasi
membutuhkan koordinasi yang tepat kepada setiap sumber-sumber daya manusia
dalam organisasi melalui komunikasi yang efektif.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada
para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang berada di bawah standar.Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah
interaksi yang berlaku.
Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai
organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam
organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran
informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam
menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu
dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi
yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi
pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik
2
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan
yang ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi
dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama
adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang
satu dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara
berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model
komunikasi dalam rangka meningkatkan prestasi kerja pegawai dan mencapai
tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi
yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua,
komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara
berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar
penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun antara
perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
Dalam hal komunikasi yang terjadi antar pegawai, kompetensi komunikasi
yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang
diembannya, sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi
3
semakin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak
terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan
pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak
pada hasil kerja yang tidak maksimal.
Menurut defenisi Carl I. Hovland “Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikan)”.
Salah satu jenis komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi
interpersonal atau komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara
beberapa pribadi yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal
berlangsung secara langsung. Dalam operasionalnya, komunikasi
berlangsung secara timbal balik dan menghasilkan feed back secara
langsung dalam menanggapi suatu pesan. Komunikasi yang dilakukan
dengan dua arah dan feed back secara langsung akan sangat memungkinkan
untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Onong U. Effendy yang mengatakan bahwa, “Efektifitas komunikasi antar
pribadi itu ialah karena adanya arus balik langsung”.
Di dalam suatu organisasi khususnya perkantoran, proses komunikasi
adalah proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran.
Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara
sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Suatu perkantoran
4
dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses
komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara
harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan
kinerja perkantoran akan meningkat
Upaya untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai sangat ditentukan
oleh keefektifitasan komunikasi antara pimpinan dan pegawai dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan. Demi terlaksananya segala aktivitas instansi maka
harus diterapkan keterbukaan komunikasi antara pimpinan dengan pegawai
Melalui sistem ini sangat membantu pimpinan untuk mengetahui
kemampuan, kecakapan dan prestasi kerja pegawai akan tugas yang dipercayakan
kepada mereka. Seperti yang di kemukakan oleh Miftah Thoha, bahwa :
Keterbukaan banyak mempengaruhi organisasi-organisasi dan administrasi
perusahaan. Oleh karena itu peranan sistem keterbukaan komunikasi antara
pimpinan dengan pegawai pada humas Pemerintah Kota Palembang adalah
meningkakan kualitas kerja pegawai untuk mencapai sasaran instansi tanpa
adanya interaksi sosial melalui komunikasi maka semua kegiatan idak akan
berjalan lancar.
Dari deskripsi diatas menarik perhatian penulis untuk mengetahui peranan
keerbukaan komunikasi yang diterapkan adalah untuk meningkatkan kualitas
kerja pegawai dan beberapa permasalahan lain menyangkut produktivitas
pegawai.berangkat dari persoalan inilah penulis mencoba melakukan penelitian
tentang : “Peranan Komunikasi Pimpinan Dalam Meningkakan Prestasi
Kerja Pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang”
5
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan berikut ini:
1. Kurangnya peranan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan prestasi
kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang?
2. Belum adanya keterbukaan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan
prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota
Palembang
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmana Peranan Komunikasi Pimpinan
Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako
Kota Palembang”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan
prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota
Palembang
6
2. Untuk mengetahui keterbukaan komunikasi pimpinan dalam
meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan
Sako Kota Palembang
1.4 Manfaat Penelitian
1. sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya mengenai peranan komunikasi
dalam sebuah organisasi.
2. Sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Negara Strata Satu
(S1) Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka teori penelitian maka dapat ditarik suatu
hipotesis sebagai suatu kesimpulan sementara yaitu sebagai berikut : “Jika
peranan komunikasi pimpinan dilaksanakan dengan baik, maka akan
meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako
Kota Palembang”.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin communis
yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti
“membuat sama” (to make common). Komunikasi merujuk pada suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama.
Pendapat lain tentang komunikasi menurut Sir Geral Barny, oleh Teguh
Meinandar dalam bukunya Dasar-dasar Jurnalistik :” Dengan Berkomunikasi
orang memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman, karena itu saling
mengerti percakapan, keyakinan, dan kepercayaan dan kontrol sangat diperlukan
Komunikasi merupakan suatu proses pengiriman pesan atau symbol-
simbol yang mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan
dengan tujuan tertentu. Jadi dalam komunikasi itu terdapat suatu proses yang
dalam tiap prosesnya mengandung arti yang tergantung pada pemahaman dan
persepsi komunikan. Oleh karena itu komunikasi akan efektif dan tujuan
komunikasi akan tercapai apabila masing-masing pelaku yang terlibat di
dalamnya mempunyai persepsi yang sama terhadap simbol. Apabila terdapat
perbedaan persepsi maka tujuan komunikasi dapat gagal
Menutur Kohler (dalam Muhammad, 2009:1), komunikasi yang efektif
sangat penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi
8
8
dan para komunikator dalam orgnaisasi perlu memahami dan menyempurnakan
kemampuan komunikasi mereka.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu usaha atau ungkapan melalui bahasa dari satu orang untuk orang lain, agar
mempunyai kesamaan untuk mencapai tujuan bersama dan mengerti akan apa
yang diungkapkan maupun dituliskan.
Dalam hal ini jelas bahwa tampak komunikasi itu merupakan suatu
hubungan antar manusia, dimana seseorang ingin menyampaikan pesannya
kepada orang lain agar mereka bertingkah laku sebagai mana yang dimaksud
dengan pesan yang disampaikan.
Menurut Astrid Susanto dalam bukunya Komunikasi dalam Teori dan
Praktek (1997), bahwa dari pengertian-pengertian tersebut dapat dilihat yang
menjadi komponen dari komunikasi itu adalah :
a. Komunikator : adalah seorang ataupun sekelompok
orang yang mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan
b. Pesan : adalah pernyataan yang didukung oleh lambing
atau tanda, kata-kata tertulis atau secara lisan
c. Komunikan : adalah orang yang menerima pesan
d. Media : adalah sarana atau saluran yang
mendukung pesan yang dipakai sebagai alat
penyampaian/pegiriman pesan misalnya telepon, radio, surat kabar,
majalah, televisi
9
e. Efek : adalah dampak yang ditimbulkan dari pesan
yang disampaikan”.
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan
kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat
pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur
sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar
dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal
maupun nonverbal. Namun, apa yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri ?
Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi
sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan
suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.
Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan
elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).
Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum,
sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya menguraikan :
“Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan
sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli
bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi
antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat
menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat
ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui
10
media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi
saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka
melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).
Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin dalam
bukunya Understanding Intercultural Communication mendefinisikan komunikasi
sebagai berikut :
“Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting
process in which one person (a source) intentionally encodes and
transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver)
in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 :
198).
Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah
mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan
Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang
mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain :
1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum,
misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang
menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b)
Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa
komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan
sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.
2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya
definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang
11
memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang
penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b)
Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang
menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang
semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua
orang atau lebih.
Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan
keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan
bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan
saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak
diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah
proses transmisi informasi.
Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja dalam
bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh definisi yang
dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-
Definisi tersebut antara lain
1. proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini seperti yang
dikemukakan Hovland, Janis & Kelley (1953).
12
2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian
dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-
gambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan
Berelson dan Stainer (1964).
3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau
hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what
effect?). Definisi seperti yang dikemukakan Lasswell (1960).
4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang
atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959).
5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego. Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund (1964).
6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan
bagian lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan
Ruesch (1957).
7. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan
Weaver (1949) (Zubair, 2006).
13
Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi
berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :
1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian
tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau
sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja,
serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang
terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama
mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi
antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-
angka atau tanda-tanda lainnya.
5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua
tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu
dilakukan secara seimbang atau porsional.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para
pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta
tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi
14
seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak
lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).
Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik benang merah
bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan beragam dalam mendefinisikan
komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata yang abstrak sehingga memiliki
banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti sulit
dan tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam
istilah itu.
Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi banyak dan beragam.
Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu
sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada
sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan dengan
perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.
2.2. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Komunikasi vertikal
Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan
dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik.
Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas.
a. Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat
15
dalam suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat
yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini
memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi
pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur pada
bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan
perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap
kinerja.
b. Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang
lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi digunakan
untuk memberikan umpan balik kepada atasan,
menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah
tujuan dan meneruskan masalah-
masalah yang . (Robbins, 2002 : 314-315).
b. Komunikasi horisontal
Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar,
misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan
berlangsung tidak
formal yang berlainan dengan komunikasi secara
vertical yang terjadi secara formal.
c. Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi
silang yaitu seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang
lainnya berbeda dalam kedudukan dan bagian (Effendy, 2000 :
16
17).
Pendapat lainnya menyebutkan, komunikasi dapat mengalir
secara vertikal atau lateral (menyisi).
2.3. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi antara lain : :
a. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku
anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai
wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh
karyawan.
b. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan
menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan
bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan
untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.
c. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja
mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi
yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme
fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan
kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi
menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan
dan pemenuhan kebutuhan sosial.
d. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan
individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan
17
meneruskan data guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan
alternatif (Robbins, 2002 : 310-311).
Fungsi Komunikasi juga untuk menghibur (persuasif) suatu peeristiwa komunikasi
sesungguhnya mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat
menonjol dan mendominasi.Memahami komunikasi berarti memahami apa yang
terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang dirasakan,
akibat-akibat apa yang ditimbulkannya, apakah tujuan dari aktifitas berkomunikasi
sesuai dengan apa yang diinginkan, memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi
dan memaksimalkan hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan
hasil-hasil dari kejadian tersebut
2.4. Efek Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek
tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa efek komunikasi
adalah sebagai berikut:
a. Efek kognitif, yaitu efek yang berkaitan dengan pikiran, nalar,
atau rasio. Misalnya komunikasi menyebabkan orang yang
semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti
menjadi mengerti, atau yang semula tidak sadar menjadi sadar.
b. Efek afektif, yaitu efek yang berhubungan dengan perasaan.
Misalnya, komunikasi menyebabkan orang yang semula merasa
tidak senang menjadi senang, yang semula sedih menjadi
18
gembira, atau yang semula merasa takut atau malu menjadi
berani.
c. Efek konatif, yaitu efek yang menimbulkan niatan untuk
berperilaku tertentu, dalam arti kata melakukan suatu tindakan
atau kegiatan yang bersifat fisik atau jasmaniah. Misalnya,
komunikasi menyebabkan siswa yang semula
malas belajar menjadi rajin, atau orang yang semula perokok
menjadi tidak merokok.
Ketiga efek di atas saling berhubungan satu sama lain. Efek konatif
tercapai jika efek kognitif dan afektif sudah tercapai. Komunikasi akan
berhasil secara efektif apabila komunikator menggunakan bahasa yang baik
dan benar, dan dapat dimengerti; pemberi pesan adalah orang yang dapat
dipercaya; pesan yang disampaikan adalah sesuatu yang berguna; pesan
disampaikan secara jelas, menarik, dan objektif; menggunakan mediaatau
sarana atau lambang-lambang atau ekspresi tubuh yang tepat dan sesuai
dengan situasi dan kondisi; ada keserasian antara pemberi dan penerima
pesan; dan ada lingkungan atau suasana yang cukup mendukung.
2.5. Komunikasi dalam Organisasi
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita
uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu
komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis”
19
atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti
kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan
ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan
atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi
adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang
sama.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk
dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di
dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri
dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada
two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik,
untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita,
baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan
sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu
keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan
dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik
organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi
perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan
20
utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam
organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi
menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya “Dimensi-Dimensi
Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha
menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan
pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah
faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha
menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti
komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang
meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam
komunikasi:
1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini
komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon
21
yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi.
Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang
pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik.
Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana
setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak
sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya
dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang
atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah
komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi
merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu
hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi
mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan
semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang
jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi
baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya.
22
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang
telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam
organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human
communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam
definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan
dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the
flow of messages within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam
organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-
masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas.
Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human
Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus
komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika
orang- orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
23
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di
antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami
komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili
perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk
mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau
24
kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu
partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau
lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat,
receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender,
oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku
memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana
sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada
receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan
bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang
verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk
memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir,
mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang
berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi.
Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif
perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan
untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh
pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu
pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah
informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau
tidak.
25
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang
disajikan dalam suatu model berikut: Proses komunikasi diawali oleh sumber
(source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan
individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan
satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk
dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang
akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu
sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya,
tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan
informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan
atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan
gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku
nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang
telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima
dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu
tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel
atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran
untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.
Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang
tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis
26
seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber
berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun
hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang
dikehendaki.
4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan
itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang
baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang.
Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan
penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.
Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding
dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang
akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula
memberikan respons terhadap pesan tersebut.
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan
balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan
yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik
dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud
kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan
pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat
dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
2.6. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
27
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,
komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat
fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada
dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun
guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi
yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan
untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur
28
organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of
authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah
banyak bergantung pada:
1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin
sekaligus sebagai pribadi.
4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
2. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,
maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya
daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
29
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua
saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih
besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
2.7. Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan
kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi
ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara
pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis
kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu
mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi,
kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita
sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang
tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif
untuk melaksanakan tugas tersebut. Gaya komunikasi (communication style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang
30
digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal
behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang
digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (receiver).
Menurut Steward dalam berkomunikasi ada beberapa gaya yang sering kita
jumpai di tengah-tengah masyarakat atau orator lain :
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan
gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-
way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih
memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka
untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan
dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu
31
arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang
lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha
‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha
menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style
of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya
bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.
Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak
jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons
atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.
The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara
terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan
ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
32
serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam
konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian
style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya
ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi
untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan
share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan
verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State
University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang
mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan
Coons menjelaskan mereka bahwa pemprakarsa (initiator) struktur yang
efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal
guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
33
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,
karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style
of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih
baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa
karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima
saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk
memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim
pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya
34
ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
2.8. Pengertian Prestasi Kerja
Membahas mengenai motivasi kerja, tidak dapat terlepas dari pembahasan
mengenai prestasi kerja. Karena motivasi kerja merupakan bagian yang terpenting
dari tingkah laku kerja tersebut. Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil yang
dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan..Menurut Hasibuan (1995:105), prestasi kerja adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu..Menurut Moh. As'ud (1995:47), prestasi kerja sebagai kesuksesan
seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Terdapat banyak pengertian
tentang prestasi kerja, diantaranya yang dikemukakan oleh Suprihanto bahwa : “
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang karyawan selama periode
tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standart, target,
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan lebuh dahulu dan disepakati bersama.”
( Suprihanto, 1988 ;7). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang pegawai atau tenaga kerja dalam suatu periode tertentu yang
diperbandingkan dengan kriteria atau standart, target atau sasaran yang telah
ditentukan.
35
2.9. Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja ini pada dasarnya merupakan salah satu faktor
kunci guna mengembangkan suatu perusahaan secara efektif dan efisien. Penilaian
prestasi kerja juga memungkinkan para karyawan untuk mengetahui bagaimana
prestasi kerja mereka, dan sejauh mana hasil kerja mereka dinilai oleh atasan.
Kegiatan penilaian ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memberi umpan balik kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja mereka. Hal ini
akan dapat memotivasi mereka untuk kemajuan-kemajuan mereka di masa yang
akan datang.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pelaksanaan Penilaian prestasi
di dalam suatu organisasi sangatlah penting. Karena dengan penilaian prestasi
pihak manajemen dapat mengetahui tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan keterampilan dan mengembangkan karyawannya, sesuai
dengan potensi dan keterampilan dari karyawan tersebut.
Agar pengertian tentang Penilaian prestasi dapat lebih mudah dipahami,
disini dikemukakan beberapa pendapat, menurut Edwin B. Flippo (Flippo,
1996:84) penilaian prestasi kerja didefinisikan sebagai berikut:
“Performance appraisal is that it provides information of great assistance
in making and enforcing decisions about such as promotion, pay
increases, layoff and transfer.”
36
Penilaian prestasi kerja adalah sebagai penyedia informasi yang sangat membantu
dalam membuat dan menerapkan keputusan-keputusan seperti promosi jabatan,
peningkatan gaji, pemutusan hubungan kerja dan transfer.)
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (Handoko, 1995:135) yaitu:
“Penilaian prestasi adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Dimana kegiatan ini
dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaak kerja mereka.
Pengertian penilaian prestasi kerja menurut Lloyd L. Byars dan Leslie W. Rue
(Byars dan Rue, 2004:251) adalah:
“Performance appraisal is a process of determining and communicating to
an employee how he or she is performing on the job, and ideally,
establishing a plan of improvement.”
penilaian prestasi kerja karyawan adalah proses untuk menentukan dan
mengkomunikasikan kepada karyawan tentang bagaimana performanya dalam
melakukan pekerjaannya dan idealnya, membuat rencana untuk membangun
kariernya)
Sesuai dengan sejumlah definisi di atas, maka pengertian penilaian prestasi
kerja karyawan dapat dipadatkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penilaian prestasi kerja karyawan sangat penting dilakukan
untuk membantu pihak manajemen di dalam mengambil keputusan
mengenai pemberian bonus, kenaikan jabatan, kenaikan upah, pemindahan
maupun pemutusan hubungan kerja karyawan.
37
2. Penilaian prestasi kerja juga memberikan informasi kepada karyawan
tentang hasil kerja dan kualitas pekerjaannya, sehingga menjadi indikator
untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang dan juga bagi
pengembangan kariernya.
Ukuran terakhir keberhasilan dari suatu departemen personalia adalah
prestasi kerja. Karena baik departemen itu sendiri maupun karyawan memerlukan
umpan balik atas upayanya masing-masing, maka prestasi kerja dari setiap
karyawan perlu dinilai. Oleh karena itu Penilaian prestasi kerja adalah proses
melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
Menurut Heidrahman dan Suad Husnan (1990:126), faktor-faktor prestasi kerja
yang perlu dinilai adalah sebagai berikut :
1. Kuantitas Kerja
Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu
diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan selesai
2. Kualitas kerja
Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan.
Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, kebersihan
hasil kerja.
3. Keandalan
Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan
memenuhi atau mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan
kerjasama
4. Inisiatif
38
Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif,
memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung
jawab menyelesaikan.
5. Kerajinan
Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang
bersifat rutin.
6. Sikap
Perilaku karyawan terhadap perusahaan atau atasan atau teman kerja
7. Kehadiran
Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai dengan
waktu/jam kerja yang telah ditentukan.
Bahwa keberhasilan daripada organisasi sangat ditentukan oleh prestasi
kerja pegawai. Dengan demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan
untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai.
Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan (1987 : 123) ialah “hasil
yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya”.Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Soetomo (1985
:113) menjelaskan bahwa :
a. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepdanya;
b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampian,
pengalaman dan kesungguhan Pegawai
39
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja Pegawai
Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat
menigkatkan status pegawai yang bersangkutan. Adapun ukuran prestasi kerja
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan menurut Darma (1986 : 26) meliputi :
a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikannya;
b. Kualitas yaitu mutu yang dihasilkan;
c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang
direncanakan.
Kemudian agar menjamin obyektifitas prestasi kerja pegawai, perlu
diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan dari para pegawai dalam suatu unit
organisasi.. Penilaian pelaksanaan pekerjaan menurut Moekijat (1995 : 99) adalah
“merupakan suatu proses penilaian individu mengenai pelaksanaan pekerjaannya
di tempat kerja untuk memperoleh kemajuan secara sistematis”.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa menilai prestasi
kerja seorang pegawai ialah membandingkan hasil pekerjaannya dengan standar
yang ditentukan oleh organisasi mengenai baik dan tidaknya hasil pekerjaan yang
telah dicapai oleh pegawai tersebut. Untuk itu penilaian prestasi kerja seseorang
pegawai pada prinsipnya dapat dilihat dari tingkat kemajuan yang telah dicapai.
Tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat dari Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3), sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10
40
Tahun 1979. Dalam DP3 telah ditetapkan unsur-unsur yang menjadi dasar
penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang meliputi : Kesetiaan,
Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa dan
Kepemimpinan. Berkaitan dengan hal tersebut Musanef (1992 : 207-208)
menyatakan bahwa tujuan penilaian prestasi kerja pegawai adalah :
a. Untuk memperoleh bahan pertimbangan yang obyektif dalam
pembinaan pegawai;
b. Sebagai bahan pertimbangan kenaikan pangkat, penempatan dalam
jabatan, pemindahan, kenaikan gaji berkala dan lain-lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dikantor kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako
kota Palembang yang berkaitan dengan peranan komunikasi pimpinan dalam
prestasi pegawai dikelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
menjelaskan kausal antara variabel – variabel melalui pengujian hipotesis. yaitu
menjelaskan pengaruh variabel komunikasi pimpinan terhadap prestasi kerja
pegawai. Sedangkan menrut faisal (1992) explanatory research ditunjukan untuk
menemukan dan mengembangkan teori sehingga hasilnya dapat menjelaskan
terjadinya suatu gejala atau kenyataan sosial tertentu.
41
3.2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan guna memperoleh data menggunakan
teknik-teknik dibawah ini :
a. Kuisoner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup yang diajukan
kepada responden. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data
deskriptif yang dikuantifikasikan yang akan digunakan untuk menguji
hipotesis. Kuesioner: dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden. Metode ini digunakan untuk menggali data primer.
b. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
responden yang telah ditetapkan sampel.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Populasi adalah sekelompok orang kejadian, atau segala ssesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu, dan pendapat lain mengatakan populasi
(universe) adalah sebagian keseluruhan unsur-unsur yang mempunyai satu ciri
atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti, untuk
menemukan sampel maka menurut Suharsimi Arikunto (1998:120), menyatakan
bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar
42
41
dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.maka dari itu sampel dalam
penelitian ini adalah 25 orang
3.4. Rancangan Uji Hipotesa
Untuk menganalisa data dan pengujian hipotesis penulis menggunakan
rumus “korelasi produt moment” sebagai berikut:
N∑XY – (∑X) (∑Y)
Rxy = √ {N∑X2 – (∑X) 2 } {N∑Y2 – (∑Y)2}
Keterangan :
Rxy = koefesien korelasi prudeut moment
N = jumlah responden
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
Penggunaan rumus ini karena penulis ingin mengetahui korelasi dari
kedua variabel x (bebas) dan variabel y (terikat). Menurut Sugiyono dalam
bukunya Metode Penelitian Administrasi, instrumen penelitian yang dipergunakan
adalah skala likert yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Sementara itu,
Muhammad Nasir dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi alasan memakai
rumus ini adalah sepasang variabel x dan y mempunyai korelasi maka dapat.dicari
dengan rumus Pearson. Pendapat ini diperkuat ikeh Suharisimi Arikunto dalam
bukunya Prosedur Penelitian, bahwa alasan pemilihan korelasi ini untuk
menentukan hubungan antara gejalai interval. Sedangkan untuk mengetahui
43
tingkat korelasi variabel x dan y setelah dinilai dan dites menggunakan statistik
dapat melihat koefisien korelasi. Sementara itu, Jalludin Rahmat dalam bukunya
Metode Penelitian Komunikasi mengemukakan bahwa tingkat hubungan dapat
dinilai dari hasil sebagai berikut:
- kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali
- 0,20 - 0,40 ; hubungan rendah tapi pasti
- 0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti
- 0,70 – 0,90 : hubungan tinggi, kuat
- lebih dari 0,90 : hubungan sangat tinggi
3.5. Variabel dan Definisi
Menurut Sutrisno Hadi ( dalam Arikunto, 2006 : 116 ) variabel sebagai
gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai
variasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga varianel adalah objek penelitian
yang bervariasi.
Berkaitan dengan pendapat diatas, maka variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini dibedakan menjadi variabel Dependen dan variabel independen
Variabel Independen variabel bebas yaitu Strategi Komunikasi yang diberi
simbol (X)dengan indikator
Variabel dependen (Y) atau variabel terikat adalah peningkatan karir dari
prestasi kerja dengan indikator
3.6 Teknik Analisis Data
44
Pada dasarnya data-data yang diperoleh, dianalisis secara kuantitatif,
teknik yang digunakan dalam menganalisa data adalah dalam bentuk kuisioner
yang disebarkan. Setiap pertanyaan diberi empat item, dengan memberikan
penilaian dan analisis dengan cara kwantitatif persentase dan selanjutnya
dikonsultasikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
76% s/d 100% amat tinggi
56% s/d 75% tinggi
40% s/d 55% sedang
Kurang dari 40% kurang
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota
Palembang
3.7.2 Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
Juni2012
Juli2012
Agustus
2012
September
2012
Oktober
2012
November2012
Pengajuan Judul X
Membuat Desain X
Seminar Desain X
Usulan Skripsi X
Pengumpulan Data X X X
Bimbingan X
Pengelolaan Data X
45
Ujian Skripsi X
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Penelitian
Kelurahan Sako Baru berdiri pada tanggal 18 agustus 1997. Dimana pada
awalnya Kelurahan Sako baru merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Sako
sudah pecah menjadi 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Sako, kelurahan Sialang, dan
Kelurahan Lebung Gajah. Kelurahan Sialang merupakan Kelurahan yang
didalamnya terdapat pusat pemerintahan Kecamatan Sako dengan luas wilayah
9.7 Ha, 16180 jumlah penduduk, dan 3428 kepala keluarga
4.2. Kondisi Wilayah
46
Wilayah Keluatahan Sako Baru Palembang terletak dalam wilayah pusat
Pemerintahan Kecamatan Sako yang sebagian besar merupakan daerah dataran
sedang dengan ketinggian 5 mdpl yang memiliki luas silayah ± 9.7 Ha dengan
suhu udara rata-rata berkisar 24 C – 32 C dan dengan batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sako Kota
Palembang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lebong Gajah
Kecamatan Sako Kota Palembang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bukit Sangkal
Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju Sangkal
Kota Palembang.
4.3. Keadaan Umum
Berdasarkan data terakhir tentang Demografi di Kelurahan Sako Baru
secara singkat adalah sebagai berikut :
- Jumlah Penduduk : 6831 Jiwa
- Jumlah Kepala Keluarga : 1638 Jiwa
- Jumlah Rukun Warga : 05 RW
- Jumlah Rukun Tetangga : 21 RT
- Kependudukan
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
47
Laki-laki : 3479 Jiwa
Perempuan : 3355 Jiwa
Jumlah Penduduk : 6834 Jiwa
b. Jumlah Penduduk menurut Kewarganegaraan
WNI Pribumi : 6794 Jiwa
WNI Keturunan : 40 Jiwa
WNA : 0 Jiwa
4.4. Susunan Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAHAN KELURAHAN SIALANG
KECAMATAN SAKO KOTA PALEMBANG
48
LURAH
JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS
LURAHBABINSA
BABIN KAMTIBMAS
PLKB
STAF
STAF
4.5. Tugas Pokok dan Fungsi
Kelurahan Sako Baru dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
berpedoman dengan Peraturan daerah NO.17 Tahun 2007 tentang Struktur
Pemerintahan Kelurahan dan Keputusan Walikota palembang No.101 tahun 2001-
2005 tentang uraian tugas pokok dan fungsi Kelurahan, yaitu:
- Melakukan kegiatan di bidang Pemerintahan
- Melakukan kegiatan dibidang Pembangunan
- Melakukan kegiatan dibidang Kemasyarakatan
- Melakukan kegiatan dibidang Ketentraman dan Ketertiban
● Bidang Pemerintahan
- Administrasi Kependudukan.
- Administrasi PBB.
49
STAF
KASI PEMERINTAHAN
KASI TRANTIB
KASI PEMBANGUNAN
KASIKES.SOS
STAF STAF STAF STAF
- Perizinan
● Bidang Pembangunan
- Fasilitas Umum
- Fasilitas Sosial.
● Bidang Kemasyarakatan
- Membentuk Yayasan Masjid
- Membentuk Koperasi Masjid
- Pembinaan IRMAS
- Pembinaan Posyandu
- Pembinaan Karang Taruna
- Pembinaan Pokmas . Dll.
● Bidang Ketentraman dan Ketertiban
- Pembinaan Poskamling.
- Pengawasan terhadap pelaksanaan Perda di masyarakat.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari Lurah dibantu oleh Sekretaris
Lurah dan Kepala Seksi yaitu :
- Sekretaris Lurah
- Kasi Pemerintahan
- Kasi Trantib
- Kasi PMK
- Kasi Kasi Kesos
● Tugas Sekretaris dan Seksi Pembantu Lurah adalah sebagai berikut :
- Sekretaris Lurah
50
Bertugas membantu lurah dalam bidang pembinaan administrasi dan
memberikan pelayanan kepada seluruh perangkat Kelurahan
- Seksi Pemerintahan
Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang
pemerintahan umu, pembinaan wilayah dan masyarakat, administrasi
kependudukan dan catatan sipil serta pelaksanaan kesatuan bangsa
- Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang penertiban
pelaksanaan Perda dan Peraturan Perundang-undangan lainnya membina
perlindungan masyarakat, pelaksanaan rehabilitasi dan relokasi korban
bencana, operasionalisasi penertiban tempa usaha, bangunan usaha
informal, reklame, sarana dan prasarana umum, tempat hiburan,
membantu tempat pelaksanaan penyelesaian sengketa lainnya,
pelaksanaan pembinaan perlindungan masyarakat serta penertiban
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan mengenai
lingkungan.
- Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan
Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang
pelaksanaan pembangunan masyarakat Kelurahan, Perekonomian,
Perbankan, Perkreditan rakyat, Perkoperasian, Peternakan, Peranian,
Perkebunan, Perikanan, Indusri Kecil, Usaha Informal dan Kehutanan,
serta meningkatkan kelancaran distribusi hasil produksi serta membanu
pelaksanaan pembinaan kelestarian lingkungan hidup.
51
- Seksi Kesejahteraan Sosial
Bertugas melaksanakan kewenangan lurah dibidang pelaksanaan
kesejahteraan masyaraka khususnya di wilayah Kelurahan Sako Baru
4.6. Visi dan Misi
- Visi
Menjadikan Kelurahan Sako Baru sebagai instansi yang mampu
mengayomi masyarakat dan mampu menyelenggarakan fungsi pemerintah
secara efektif dan efisien
- Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat
2. Meningkatkan tertib administrasi di segala bidang
3. Meningkakan peran serta masyarakat dalam pembangunan
4. Meningkatkan kinerja Aparatur
5. Mewujudkan kondisi masyarakat yang tertb, aman dan tentram.
4.7. Tujuan dan Sasaran
- Tujuan1. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Khususnya di Kelurahan
Sako Baru
2. Meningkatkan kompetensi aparatur kelurahan sesuai dengan tugas dan
fungsi.
52
3. Meningkatkan tanggung jawab kelurahan dalam pelaksanaan tugas
- Sasaran
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan secara spesific,
terukur, dalam jangka waktu tertentu yang secara berkesinambungan sejalan
dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil yang ingin dicapai itu adalah :
1. Semakin baiknya kualitas layanan kepada masyarakat
2. Tersedianya aparatur kelurahan dan kecamatan yang memiliki kompetensi
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3. Semakin besarnya kesadaran aparatur dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
53
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Data
Seluruh data yang telah diperoleh melalui penyebaran angket kepada
seluruh responden dalam penelitian tentang “Peranan Komunikasi Pimpinan
Dalam Meningkakan Prestasi Kerja Pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan
Sako Kota Palembang”.
Data yang diperoleh tersebut kemudian penulis dijabarkan kedalam bentuk
tabulasi.dari 25 orang responden yang dijadikan sampel penelitian, semuanya
mengembalikan angket dan untuk memudahkan dalam menganalisanya, angket
tersebut diberi skor sesuai dengan kiteria jawaban yang sudah ditetapkan.
54
Nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan ini maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang penulis ajukan yaitu “ Jika Peranan Komunikasi Pimpinan
dilaksanakan dengan baik, maka akan meningkatkan prestasi pegawai di
Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang”.
5.1.2 Analisis Data
5.1.2.1 Analisis Variabel (X)
Tabel 5.1
Tanggapan Responden dalam Kehadiran / Absensi
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
21
4
0
0
0
84
16
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 1
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 26 orang responden atau
84% yang menyatakan sangat setuju, 4 orang responden atau sebanyak 16%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
55
54
Tabel 5.2
Tanggapan Responden dalam Minat Pegawai
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
23
2
0
0
0
92
8
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 3
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 23 orang responden atau
92% yang menyatakan sangat setuju, 2 orang responden atau sebanyak 8%
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.3
Tanggapan Responden dalam Program Kerja Pimpinan
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
25
0
0
0
0
100
0
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 2
56
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau
100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan
setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.4
Tanggapan Responden dalam Kreatifitas Pegawai
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
25
0
0
0
0
100
0
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 4
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau
80% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan
setuju ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.5
57
Tanggapan Responden dalam Hubungan Timbal Balik antara Pimpinan
dengan Pegawai
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
20
5
0
0
0
80
20
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 5
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 20 orang responden atau
80% yang menyatakan sangat setuju, 5 orang responden atau sebanyak 20%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
5.1.2.2 Analisis Variabel (Y)
Tabel 5.6
Tanggapan Responden dalam Peningkatan Prestasi Kerja
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
25
0
0
0
0
100
0
0
0
0
58
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 6
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau
100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan
setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.7
Tanggapan Responden dalam Kebersamaan
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
25
0
0
0
0
100
0
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 7
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau
100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan
setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.8
59
Tanggapan Responden dalam Kejujuran
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
23
2
0
0
0
92
8
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 8
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 23 orang responden
atau 92% yang menyatakan sangat setuju, 2 orang responden atau sebanyak 8%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.9
Tanggapan Responden dalam Motivasi Peningkatan Prestasi
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
25
0
0
0
0
100
0
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 9
60
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau
100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan
setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.10
Tanggapan Responden dalam Peningkatan Keterampilan melalui Penilaian
Prestasi Kerja
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
22
3
0
0
0
88
12
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 10
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 22 orang responden atau
88% yang menyatakan sangat setuju, 3 orang responden atau sebanyak 12%
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju
61
Tabel 5.11
Jawaban dari Masing-masing Responden untuk Variabel Bebas (X)
NONomor Items
JUMLAH1 2 3 4 5
1 5 5 5 4 5 24
2 5 5 5 4 5 24
3 5 4 4 3 5 21
4 5 5 5 5 5 25
5 5 4 5 4 5 23
6 5 4 5 4 5 23
7 5 5 5 5 4 24
8 4 5 5 5 4 23
9 5 4 5 5 5 24
10 5 4 5 5 5 24
62
11 4 5 5 3 4 22
12 5 4 4 3 4 20
13 3 5 4 4 5 21
14 5 4 4 4 4 21
15 5 3 4 5 5 22
16 5 4 5 4 4 22
17 5 5 5 5 5 25
18 5 5 5 5 5 25
19 4 5 4 5 4 22
20 5 5 4 4 4 22
21 5 4 5 5 5 24
22 5 5 5 5 4 24
23 4 5 5 3 5 22
24 5 5 4 5 5 24
25 5 5 5 5 5 25
JUMLAH 575
Tabel 5.12
Jawaban dari Masing-masing Responden untuk Variabel Terikat (Y)
NoNomor Items
Jumlah1 2 3 4 5
1 5 5 4 4 5 23
2 5 5 5 4 5 24
3 5 4 4 3 5 21
4 5 5 5 4 5 24
5 5 4 4 4 5 22
6 5 4 5 3 5 22
7 5 4 5 4 4 22
8 4 5 5 4 4 22
9 5 4 5 4 5 23
10 5 4 5 4 4 22
63
11 4 5 5 3 4 22
12 5 5 4 3 5 22
13 5 5 4 4 5 23
14 5 4 4 4 4 21
15 5 4 4 5 5 22
16 5 4 5 4 4 22
17 5 5 4 4 5 23
18 5 5 5 4 4 23
19 4 5 4 5 4 22
20 5 5 4 4 4 22
21 5 4 5 4 5 23
22 5 5 5 5 4 24
23 4 5 5 3 5 22
24 5 5 4 3 5 22
25 4 4 5 5 5 22
JUMLAH 559
Tabel 5.13
Jawaban Nilai Jawaban Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y)
Responden X Y X.Y X2 Y2
1 24 23 552 576 529
2 24 24 576 576 576
3 21 21 441 441 441
4 25 24 600 625 576
5 23 22 506 529 484
6 23 22 506 529 484
7 24 22 528 576 484
8 23 22 506 529 484
9 24 23 552 576 529
10 24 22 552 576 484
11 22 22 484 484 484
64
12 20 22 440 400 484
13 21 23 483 441 529
14 21 21 441 441 441
15 22 22 484 484 484
16 22 22 484 484 484
17 25 23 575 625 529
18 25 23 575 625 529
19 22 22 484 484 484
20 22 22 484 484 484
21 24 23 552 576 529
22 24 24 576 576 576
23 22 22 484 484 484
24 24 22 528 576 484
25 25 22 550 625 484
Jumlah 575 559 12953 13322 12560
5.2. Pengujian Hipotesis
Jadi jumlah nilai variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) adalah
∑X = 575
∑Y = 559
∑X2 = 13332
∑Y2 = 12560
∑XY = 12953
N∑XY – (∑X) (∑Y)
rxy = √ {N∑X2 – (∑X) 2 } {N∑Y2 – (∑Y)2}
25.12953 – (575) (559)
rxy = √ {25.13332) – (575) 2 } {25.12560) - (559)2}
65
323825 – 322000
rxy = √ { (333300) – (330625) } {314000)– (312481)}
1825
rxy = √ (2675) (1519)
1825
rxy = √ 4063325
1825
rxy = 2016
rxy = 0,90
berdasarkan perhitungan hasil pengujian hipotesis tersebut, maka
didapatkan nilai variabel X dan Y adalah 0,90
Dari perhitungan hasil pengujian hipotesis tersebut maka didapatkan nilai
variabel X dan Y adalah 0,90.artinya hipotesa yang diajukan dapat diterima
( terdapat hubungan baik ).
Untuk menguji hipotesis digunakan formulasi r product moment :
H0 : b1 = 0 (tidak berpengaruh)
H1 : b1 ≠ 0 (berpengaruh nyata)
Dengan taraf kesalahan , N = 25 diketahui r table = 0,394 , bila r hitung
< r tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila r dihitung >
tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. Karena r hiung > dari r tabel maka H1
66
diterima.dengan membandingkan nilai r tersebut ternyata r hitung > r tabel maka
dapat penulis simpulkan bahwa hipotesis dapat diterima.
Dengan demikian, berarti strategi komunikasi pimpinan dengan pegawai
dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota
Palembang dikatakan baik dan berhasil.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uji hipotesis yang telah di uraikan diatas, maka
penulis berkesimpulan antara lain sebagai berikut ini :
1. Dari Hubungan antara variabel X dan Y dilakukan dengan melihat
besarnya korelasi dari hasil perhitungan. Adapun kedua variabel yang
67
telah diuji yakni . Dengan demikian hasil penelitian ini dapat menjawab
rumusan masalah.
2. Frekuensi tatap muka dari pimpinan kepada bawahan dapat meningkatkan
kedisiplinan apabila para bawahan mempunyai kemampuan dalam
melaksanakan tugas masing-masing. Hal ini dapat dibuktikan dari analisis
tanggapan responden tersebut.
3. Melalui komunikasi antarpersonal yang dilakukan pimpinan dengan
pegawai, dapat terlihat efek pesan dalam menimbulkan inisiatif dan rasa
tanggung jawab dari bawahan terhadap pekerjaan yang telah ditugaskan
pimpinan kepadanya, dengan demikian kinerja pegawai dapat tercapai
dengan lebih baik.
4. Efektivitas pesan yang disampaikanoleh pimpinan melalui komunikasi
antar pribadi dapat member motivasi para bawahan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, sehingga pekerjaan yang diberikan
berjalan dengan lancar.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka penulis dapat
mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan tugas pendekatan antara atasan dengan bawahan
lebih ditingkatkan lagi
2. Untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai perlu memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi yang baik agar bawahan dapat melaksanakan tugas nya
dengan baik dan lancar.
68
67
3. Mengingatnya pentingnya komunikasi persuasif dalam bersosialisasi
dengan pegawai, maka pimpinan dapat lebih meningkatkan intensitas
pertemuan sehingga member kesan bagi para pegawai
DAFTAR PUSTAKA
A.Ali Hasymi, 1996, Intisari Manajemen, Bina Aksara, Jakarta.
Armstrong, Michael, 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan,
PT. Alex Media Komputindo Jakarta.
As’Ad, Moh., 1998, Sari Ilmu Sumber Daya Manusia-Psikologi Industri, Edisi
Keempat, Liberty, Yogyakarta.
Dharma, A., 1986, Manajemen Prestasi Kerja, Jakarta, Rajawali.
69
Effendy, O.U, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Karya,
Bandung.
, 2001, Dimensi-dimensi Komunikasi, Alumni Bandung
Hadi, Sutrisno, 1997, Metedologi research, Jilid 1, Cetakan kedua puluh
sembilaan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Handoko, T, Hani, 1986, Manajemen, Edisi kedua, BPEE., Yogyakarta.
Lateiner, A.R., and Lavine, J.E, 1990, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja,
Terjemahan Aksara Baru, Jakarta.
Maulana agus, 1997, Komunikasi Antarmanusia, Profesional Books
Meinandar, Teguh, 1991, Dasar-dasat Jurnalistik, Amrico, Bandung.
Moenir A.S., 1995, Pendekatan manusiawi dan organisasi terhadap Pembinaan
Kepegawaian, Cetakan keenam, P.T. Ikrar Mandiri abadi, Jakarta.
Miftah Thoha, Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi, Fisipol, UGM,
Rajawali, Jakarta, 1998.
.Miftah Thoha, Perilaku Organisasi dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta, 1992.
Moenir A.S., 1995, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap
Pembinaan Kepegawaian, Cetakan keenam, PT Ikrar Mandiri abadi,
Jakarta.
Nasir. M, 1996, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia.
Pratikno, Riyono, 1995, Komunikasi Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung.
Rahmat Jalaludin, 1994, Metode Penelitian Komunikasi, Remadja Karya CV
70