proposal mrk

32
ANALISIS PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN BEBERAPA MEREK DAGANG ANTISEPTIK HAND SANITIZER DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Riset Keperawatan Oleh: Kelompok 1 Dian Erika Purnama (109104000045) Eva Noviani (109104000021) Geisandra Astaqviani Putri (109104000013) Novia Putri Astuti (109104000012) Walidatul Laili Mardliyah (109104000051) Program Studi Ilmu Keperawatan Semester IV

Upload: geisandra-astaqviani-putri

Post on 04-Jul-2015

739 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Mrk

ANALISIS PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN BEBERAPA MEREK DAGANG ANTISEPTIK HAND SANITIZER DALAM

MENGHAMBAT PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Riset Keperawatan

Oleh:

Kelompok 1

Dian Erika Purnama (109104000045)

Eva Noviani (109104000021)

Geisandra Astaqviani Putri (109104000013)

Novia Putri Astuti (109104000012)

Walidatul Laili Mardliyah (109104000051)

Program Studi Ilmu Keperawatan Semester IV

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2010M./1432H.

Page 2: Proposal Mrk

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-

Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul

“Analisis Perbandingan Keefektifan Beberapa Merek Dagang Antiseptik Hand

Sanitizer dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus epidermidis” yang

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Riset Keperawatan.

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang telah

membantu terselesaikannya tugas ini yaitu, :

1. Dosen mata kuliah Metodologi Riset Keperawatan, Ns. Waras Budi

Utomo, S.Kep., M.KM.

2. Dosen mata kuliah Metodologi Riset Keperawatan, Irma Nurbaeti, S.Kp.,

M.Kep., Sp.Mat.

3. Teman-teman se-tim yang telah bekerja sama

4. Dan seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, namun

tidak mengurangi rasa terima kasih kami.

Tiada gading yang tak retak. Terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

proposal penelitian ini, karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan

kekurangan adalah milik kami sebagai manusia. Oleh karena itu, kami mohon

maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi kami penyusun pada

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Desember 2010

Tim Penyusun

Page 3: Proposal Mrk

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Antiseptik 4

2.1.1 Antiseptik dalam Hand Sanitizer 4

2.1.2 Macam-macam Hand Sanitizer Merek Dagang 5

2.2 Infeksi 6

2.2.1 Infeksi Oportunistik 6

2.2.2 Infeksi Nosokomial 6

2.3 Pengendalian Infeksi 7

2.4 Staphylococcus epidermidis 9

2.4.1 Klasifikasi Staphylococcus epidermidis 10

2.4.2 Karakteristik Staphylococcus epidermidis 10

2.5 Mekanisme Kerja Antiseptik dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri 10

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 13

3.1 Kerangka Konsep 13

3.2 Definisi Operasional 14

3.3 Hipotesis 15

DAFTAR PUSTAKA 16

Page 4: Proposal Mrk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan sekitar senantiasa berpotensi sebagai depot bagi berbagai

macam penyakit untuk menyerang pada diri pejamu yang rentan. Mikroorganisme

yang menyebabkan penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan tempat

tinggal, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda yang terdapat di

rumah. Proses masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pejamu disebut infeksi.

Infeksi ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.

Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada

didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection

atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh

mikroorganisme yang berasal dari lingkungan dan dari satu pasien ke pasien

lainnya.

Terjadinya infeksi dapat menimbulkan banyak kerugian, antara lain:

penurunan status kesehatan pejamu, peningkatan biaya kesehatan, penurunan

produktivitas kerja, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kita

simpulkan bahwa infeksi akan sangat merugikan pejamu, karenanya perlu dilakukan

penatalaksaan yang tepat agar infeksi ini dapat minimal atau bahkan tidak ada.

Banyak jenis kuman yang dapat ditularkan melalui jalan masuk infeksi

(dapat melalui tangan, droplet atau yang lainnya) yang menjadi penyebab terjadinya

infeksi. Suatu studi menjelaskan bahwa 2/3 dari total keseluruhan infeksi yang

didapat di lingkungan tempat tinggal yang dapat ditransmisikan melalui tangan.

Adapun salah satu kuman yang cukup banyak menghuni tangan di antaranya adalah

Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies

bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi

oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah).

Selain itu,iInfeksi Staphylococcus epidermidis juga dapat terjadi karena bakteri ini

Page 5: Proposal Mrk

membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di

lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi nosokomial).

Studi lainnya menunjukkan bahwa lebih dari ½ infeksi yang didapat dapat

dicegah dengan cara mencuci tangan sesuai dengan guidelines yang telah ditetapkan

oleh CDC. Menurut dr Semmelweis dalam jurnalnya yang berjudul “Prevention &

Control of health Care associated Infection Through Improved Hand Hygiene”

melakukan observasi bahwa kematian rata-rata ibu meningkat saat proses persalinan

disebabkan karena dokter dan mahasiswa yang sering datang ke ruang bersalin

dimana sebelumnya mempersiapkan autopsy dan meninggalkan cairan pada

tangannya, selain cairan sabun saat mencuci tangan. Hipotesis beliau mengatakan

bahwa “Cadaverous partikel yang ditransmisikan oleh dokter dan mahasiswa dapat

menyebabkan demam dan dia merekomendasikan cairan antisepsis dengan

chlorinated lime solution khususnya jika dokter meninggalkan ruang autopsy. Hasil

evidence base menetapkan bahwa hand rubbing yang berasal dari alcohol lebih

efektif untuk menurunkan perkembangan bakteri ditangan dan crosstransmisi

dibandingkan dengan cairan sabun anti mikrobakterial. Hal ini disebabkan karena

cuci tangan dengan alcohol hanya membutuhkan waktu 20-30” untuk

mengeringkannya, sedangkan jika menggunakan sabun membutuhkan waktu 60-

90”, sementara tangan yang basah dapat menumbuhkan dan menyebarkan

mikroorganisme dibandingkan dengan tangan yang kering.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa perkembangan infeksi dapat diminimalisir

dengan satu tindakan pencegahan yaitu dengan cuci tangan. Namun kita sadari

bahwa kesadaran untuk cuci tangan belum sepenuhnya dilakukan oleh setiap orang.

Oleh karena itu, pencucian tangan dengan antiseptic bisa menjadi alternatif yang

tepat untuk menggantikan proses pencucian tangan dengan sabun. Banyak

keuntungan antiseptic jika dibandingkan dengan sabun cuci tangan, antara lain:

membutuhkan waktu pengeringan yang lebih singkat, mudah dibawa, serta bisa

dipakai kapan saja dan di mana saja. Namun, yang menjadi permasalahan saat ini

adalah terlalu banyaknya merek dagang antiseptic yang beredar di pasaran sehinnga

hal itu membuat masyarakat merasa sedikit kebingungan dalam memilih antiseptic

Page 6: Proposal Mrk

yang tepat. Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan beberapa merek

dagang antiseptic hand sanitizer yang efektif membunuh mikroorganisme sehingga

nantinya bias menjadi alternative pilihan dalam menghindari infeksi melalui tangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah ada perbedaan keefektifan beberapa merek dagang antiseptik hand

sanitizer dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis?

b. Merek antiseptic hand sanitizer apakah yang paling efektif dalam

menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka dapat diambil

suatu tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keefektifan beberapa merek

dagang antiseptic hand sanitizer dalam menghambat pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis.

b. Untuk mengetahui merek antiseptic hand sanitizer apakah yang paling

efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan diameter zona hambat

pertumbuhan Staphylococcus epidermidis setelah diberikan berbagai

macam antiseptic.

b. Untuk mengetahui presentase perbedaan keefektifan beberapa merek

dagang antiseptic hand sanitizer dalam menghambat pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis dilihat dari zona hambat yang dihasilkan.

c. Untuk mengetahui urutan tingkat keefektifan beberapa merek dagang

antiseptic hand sanitizer dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

epidermidis dilihat dari zona hambat yang dihasilkan.

Page 7: Proposal Mrk

1.4 Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu konsumen

untuk memilih antiseptik hand sanitizer yang paling efektif dalam menghambat

pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang banyak terdapat pada tangan. Jika

bakteri tersebut berpindah tempat (misalnya dari tangan ke saluran pencernaan)

maka dapat menimbulkan infeksi oportunistik di mana seharusnya bakteri tersebut

tidak bersifat patogen tapi karena bukan berada pada tempatnya sehingga bisa

berpotensi patogen.

Secara khusus, penggunaan antiseptic hand sanitizer yang efektif dapat

mambantu perawat untuk meminimalisir terjadinya infeksi nosokomial ketika

melakukan tindakan keperawatan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam batasan ruang lingkup sebagai berikut:

a. Jenis Penelitian : Analitik

b. Subjek Penelitian : Mahasiswa Keperawatan UIN Jakarta 2009

c. Objek Penelitian : Merek dagang Antiseptik

(Antis, Carex, Handy Clean, dan Nuvo)

d. Tempat Penelitian : Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Jakarta

e. Waktu Penelitian : 9-14 Mei 2011

Page 8: Proposal Mrk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antiseptik

Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah

pertumbuhan mikroorganisme atau bakteri yang terdapat pada bagian luar/

permukaan tubuh (Anonim, 2003; Ramadhanti, 2004). Antiseptik biasanya

digunakan untuk mencegah atau meniadakan keadaan sepsis, yaitu keadaan

dimana terjadi infeksi.

Pengertian antiseptik sebaiknya dibedakan dari pengertian obat seperti

antibiotik dimana mempunyai fungsi yang sama terhadap tubuh namun

kemampuan antibiotik membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam tubuh

serta yang terdapat pada benda mati (Ramadhanti, 2004).

Antiseptik terdiri dari berbagai jenis, jenis yang umum digunakan ialah

alkohol, benzalkonium chloride, iodine, boric acid, phenol, dan sodium chloride.

2.1.1 Antiseptik dalam Hand Sanitizer

Pemakaian antiseptik untuk tubuh sekarang ini banyak ditawarkan melalui

beberapa produk seperti sabun mandi, shampo, semir rambut, atau pasta gigi.

Pada hand sanitizer antiseptik yang sering digunakan adalah alkohol. Alkohol

digunakan sebagai antiseptik karena kemampuannya dalam mendenaturasi protein

(nindya Ayu, 1994; Ramadhanti, 2004). Alkohol telah digunakan secara luas

sebagai antiseptik kulit karena mempunyai efek menghambat pertumbuhan

bakteri. Konsentrasi alkohol 70% dapat membunuh hampir 90% bakteri di kulit

dalam waktu 2 menit.

Hand sanitizer mengandung sekitar 60% etanol dan moisturizer

(pelembab). Kandungan etanol yang ada mampu membunuh bakteri serta

menghilangkan kotoran yang melekat pada tangan. Moisturizer berfungsi

melembabkan tangan agar tidak kering dari pengaruh etanol.

Page 9: Proposal Mrk

2.1.1.1 Macam-macam Hand Sanitizer Merek Dagang

Nama Produk Gambar Komposisi

Antis Irgasan DP 300: 0,1 %

Carex Alkohol 78 %

Handy Clean Alkohol 62 %

Nuvo Alkohol 60 %

Triclosan 0,15 %

Page 10: Proposal Mrk

1.2 Infeksi

Infeksi adalah keberhasilan menginvasi, menetap dan bertumbuhnya

mikroorganisme di dalam jaringan tubuh hospesnya (Sue Hinchliff: 1999).

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

patogen yang spesifik dan dapat ditularkan kepada orang lain melalui kontak

langsung atau tak langsung. Infeksi terjadi ketika patogen dapat masuk ke host,

tumbuh berlipat ganda, dan merusak jaringan (Sue Hinchliff: 1999).

Berikut ini merupakan tahap-tahap infeksi:

Incubation period : interval waktu sejak masuknya pathogen sampai

munculnya tanda dan gejala

Prodomal : interval waktu dari munculnya tanda dan gejala nonspesifik

sampai munculnya tanda gejala spesifik

Illness : interval ketika klien menunjukkan tanda dan gejala yang spesifik

Convalescence : interval ketika gejala akut infeksi menghilang

1.2.1 Infeksi oportunistik

Infeksi oportunistik adalah infeksi oleh mikroorganisme yang tidak atau

sedikit memiliki aktivitas patogenik tetapi kemudian menjadi patogen ketika

resistensi hospes menurun, misalnya ketika seseorang jatuh sakit atau

mendapatkan obat-obat atau terapi invasive (Sue Hinchliff: 1999).

2.2.2 Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang telah

dirawat dirumah sakitlebih dari 48 jam dan tidak memperlihatkan keluhan serta

gejala infeksi tersebut pada saat masuk rumah sakit (Sue Hinchliff: 1999).

Infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit

bercirikan :

Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya

setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.

Page 11: Proposal Mrk

Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang masa

inkubasi dari infeksi tersebut.

Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-

tanda klinis dari infeksi tersebut

Infeksi tersebut bukan sisa dari infeksi sebelumnya

Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan

terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit

yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai

infeksi nosokomial.

Perkecualian :

Bila tanda-tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam

sejak mulai perawatan, tergantung masa inkubasi dari masing-masing jenis

infeksi.

Untuk penderita yang setelah keluar dari rumah sakit kemudian timbul

tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi nososkomial

apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Tidak termasuk infeksi nosokomial yaitu keracunan makanan yang tidak

disebabkan oleh produk bakteri (Ratih Bayuningsih: 2010).

2.3 Pengendalian infeksi

Pencegahan infeksi adalah suatu komponen esensial dalam keperawatan

yang mencakup semua aktivitas untuk mencapai social cleanliness pada semua

benda yang bersentuhan dengan pasien ; personal hygiene di antara pasien-pasien

dan staf rumah sakit; serta teknik-teknik aseptik seperti handwashing, infection

control committee, infection control nurse, dll (Sue Hinchliff: 1999).

Page 12: Proposal Mrk

Berikut ini adalah standar kewaspadaan dalam pengendalian infeksi:

a. Cuci Tangan

Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan

terkontaminasi

Segera setelah melepas sarung tangan

Di antara sentuhan dengan pasien

b. Sarung Tangan

Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang

terkontaminasi

Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka

c. Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung,

dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh

d. Baju Pelindung

Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak

langsung dengan darah atau cairan tubuh

e. Kain

Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir

Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan

pasien

f. Peralatan Perawatan Pasien

Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah

kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah

kontaminasi pada pakaian dan lingkungan

Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

g. Pembersihan Lingkungan

Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan

perlengkapan dalam ruang perawatan pasien

h. Instrumen Tajam

Page 13: Proposal Mrk

Hindari memasang kembali penutup jarum bekas

Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai

Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum

bekas dengan tangan

Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus

tusukan

i. Resusitasi Pasien

Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain

untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke

mulut

j. Penempatan Pasien

Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang

pribadi / isolasi (Ratih Bayuningsih: 2010)

2.4 Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus

Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik

(menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa

karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram-

positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Bakteri ini secara alami

hidup pada kulit dan membran mukosa manusia. Infeksi Staphylococcus

epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat

medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit

tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang

yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna

obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang

dirawat dalam waktu lama.

Organisme ini menghasilkan glycocalyx "lendir" yang bertindak sebagai

perekat mengikuti ke plastik dan sel, menyebabkan resistensi terhadap fagositosis

dan antibiotik. Staphylococcus epidermidis dapat bertahan di permukaan yang

Page 14: Proposal Mrk

kering untuk waktu yang lama. Staphylococcus epidermidis hidup parasit pada

manusia dan hewan berdarah panas lainnya. (Nilsson, et al. 1998).

2.4.1 Klasifikasi Staphylococcus epidermidis

Kerajaan :  Bacteria

Filum :  Firmicutes

Kelas :  Bacilli

Ordo :  Bacillales

Famili :  Staphylococcaceae

Genus :  Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis (Winslow1908 dan Evans

1916).

2.4.2 Karakteristik Staphylococcus

epidermidis

Staphylococcus epidermidis memiliki

beberapa karakteristik, antara lain:

a. Bakteri fakultatif

b. Koagulase negatif, katalase positif,

gram-positif, berbentuk kokus, dan

berdiameter 0,5 – 1,5 µm.

c. Hidup pada kulit dan membran mukosa manusia.

2.5 Mekanisme Kerja Antiseptik dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Target mekanisme antiseptik adalah sebagai berikut:

a. Kerusakan pada dinding sel

Struktur dinding sel dapat rusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau setelah selesai terbentuk. Antiseptik menghambat

pembentukan dinding sel bakteri, dengan cara digabungkannya asam N-

Page 15: Proposal Mrk

asetil muramat yang dibentuk dan diadakan sel ke dalam struktur

mukopeptida biasanya memberi bentuk baku pada dinding sel bakteri

(Pelczar dan Chan, 1988).

b. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bagian-bagian tertentu dalam sel

serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain, kemudian

memelihara integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada

membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel (Jawetz

et al., 2005).

c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidup suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein

dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antiseptik dapat

mengubah keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan asam-asam

nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan

Chan, 1988).

d. Penghambatan kerja enzim

DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting dalam proses

kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi

pada pembentukan sel atau pada fungsi sel zat-zat tersebut mengakibatkan

kerusakan total pada sel (Jawetz et al., 2005).

Mekanisme kerja antiseptik dalam menghambat pertumbuhan bakteri

dibuktikan dengan terbentuknya zona hambat pertumbuhan bakteri. Adapun zona

hambat itu sendiri adalah area yang tidak ditumbuhi bakteri sebagai efek kerja

dari antiseptik.

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel

mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk

bertahan hidup (Anonim, 1994). Resistensi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu

kelompok resistensi genetik, resistensi non genetik, dan resistensi silang.

Page 16: Proposal Mrk

Resistensi non genetik

Bakteri dalam keadaan istirahat (inaktivitas metabolik) biasanya tidak

dipengaruhi oleh antiseptik. Bila berubah menjadi aktif kembali, mikroba

kembali bersifat sensitif terhadap antiseptik. Keadaan ini dikenal sebagai

resistensi non genetik (Jawetz et al., 2005).

Resistensi genetik

Terjadinya resistensi bakteri terhadap antiseptik umumnya terjadi karena

perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal dan

ekstra kromosomal.

Resistensi kromosomal

Ini terjadi akibat mutasi spontan pada lokus yang mengendalikan

kepekaan terhadap obat antiseptik yang diberikan.

Resistensi ekstrakromosomal (resistensi dipindahkan)

Bakteri sering mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosom yang

dinamakan plasmid. Bahan genetik dan plasmid tersebut dapat

dipindahkan melalui mekanisme transduksi, transformasi, konjugasi,

dan translokasi DNA (Jawetz et al., 2005).

Resistensi silang

Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula

resisten terhadap obat-obat lain yang memiliki mekanisme kerja yang

sama (Jawetz et al., 2005), atau dengan struktur kimia yang hampir sama

(Anonim, 1994).

Page 17: Proposal Mrk

agen penyebab infeksi

tidak dikendalikan

terjadi infeksi

infeksi nosokomial

infeksi oportunistik

dikendalikan dengan:

cuci tangan

sabun cuci tangan

antiseptik hand sanitizer

sarung tangan

masker, kaca mata

baju pelindung

kain

peralatan perawatan pasien

pembersihan lingkungan

pengendalian instrumen tajam

resusitasi pasien

penempatan pasien

Agen penyebab

infeksi terhambat

Kemungkinan infeksi menurun

Kualitas kesehatan meningkat

Kualitas kesehatan menurun

KERANGKA TEORI

Page 18: Proposal Mrk

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori serta tujuan dari penelitian maka kerangka

konsep yang akan dikembangkan sebagai berikut :

KERANGKA KONSEP ANALISIS PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN

BEBERAPA MEREK DAGANG ANTISEPTIK HAND SANITIZER

DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS

EPIDERMIDIS

Penelitian ini melihat perbandingan keefektifan beberapa merek dagang

antiseptik hand sanitizer dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

epidermidis setelah dilakukan matching pada beberapa variabel potensial

confounder.

Diameter zona hambat pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis

Antiseptic hand sanitizer merek dagang

1. Antis2. Carex3. Handy Clean4. Nuvo

Biakan Staphylococcus epidermidis

Teknik aseptik pembiakan bakteri

Page 19: Proposal Mrk

3.2 Definisi operasional

3.2.1 Definisi operasional variabel outcome

No Nama Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala

1. Diameter zona

hambat

pertumbuhan

Staphylococcus

epidermidis

Area yang tidak ditumbuhi

Staphylococcus

epidermidis sebagai efek

kerja dari antiseptik

Penggaris Data ukur Rasio

3.2.2 Definisi operasional variabel predictor

No Nama Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala

1. Antiseptic

hand sanitizer

merek dagang

a. Antis

b. Carex

c. Handy Clean

d. Nuvo

Zat yang digunakan untuk

membunuh atau mencegah

pertumbuhan

mikroorganisme atau

bakteri yang terdapat pada

bagian luar/ permukaan

tubuh

Neraca Data ukur Rasio

3.2.3 Definisi operasional variabel Potensial counfonder

No Nama Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala

1. Biakan

Staphylococcus

epidermidis

Salah satu spesies bakteri

dari genus Staphylococcus

yang diketahui dapat

menyebabkan infeksi

oportunistik (menyerang

individu dengan sistem

Colony

counter

Data diskrit Rasio

Page 20: Proposal Mrk

kekebalan tubuh yang

lemah) yang secara alami

hidup pada kulit dan

membran mukosa manusia

2. Teknik aseptik

pembiakan

bakteri

Pelaksanaan prosedur

penelitian dengan

mencegah terjadinya

pemaparan

mikroorganisme lain

Kuesioner 0 = Pembiakan bakteri

tidak dilakukan teknik

aseptic

1 = Pembiakan bakteri

dilakukan teknik

aseptic

Ordinal

3.3 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka konsep maka rumusan

hipotesisnya ada perbandingan keefektifan beberapa merek dagang antiseptik

hand sanitizer dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

Page 21: Proposal Mrk

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, Vera Farah, (Nopember, 2009). Mana yang Lebih Bersih, Cuci Tangan

atau Cairan Pembersih? Diunduh dari

http://health.detik.com/read/2009/11/30/140253/1251136/766/mana-yang-

lebih-bersih-cuci-tangan-atau-cairan-pembersih pada Selasa, 12 April

2011.

Bayuningsih, Ratih. 2010. Breathalyzer for the Hand Washing (Reminding for

Hand Washing) bagi Perawat di Ruang Intensive Care Unit. Jakarta: FIK

UI.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.

Jaweltz, Melnick, dan Alderberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC.

Melindacare. (Maret, 2010). Dapatkah Hand Sanitizers Lawan Bakteri Seperti

Sabun? Diunduh dari

http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?

id=613_Dapatkah-Hand-Sanitizers-Lawan-Bakteri-Seperti-Sabun-? pada

Selasa, 12 April 2011.

Pelzar dan Chan. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit UI.

Pramudiarja, Uyung. (September, 2010). Mencegah Flu Tak Cukup Hanya dengan

Cuci Tangan. Diunduh dari

http://health.detik.com/read/2010/09/13/120618/1439743/763/mencegah-

flu-tak-cukup-hanya-dengan-cuci-tangan pada Selasa, 12 April 2011.

Ramadhani. 2004. Analisis Perilaku Konsumen Produk Pembersih Tangan Tanpa

Air (Hand Sanitizer). Skripsi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi

dan Manajenen, Institut Pertanian Bogor.

Syahrurrahman, Agus. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.